SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 19
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Pendidikan Agama islam


                 Dosen pengampu
               Ahsanul Husna M.Pd




                   Disusun oleh
         Asvif Ma’rufah      (113020045)
         Khoirun Nisa .A     (113020052)




              FAKULTAS TEKNIK
                 PRODI KIMIA
  UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
BAB I
                                       PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
   Kajian tentang manusia telah banyak dilakukan para ahli yang selanjutnya dikaitkan dengan
   berbagai kegiatan, seperti politik, ekonomi, social, budaya, pendidikan, agama dan lain
   sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena manusia selain sebagai subjek (pelaku), juga
   sebagai objek (sasaran) dari berbagai kegiatan tersebut. Termasuk dalam kajian Ilmu
   Pendidikan Islam. Pemahaman terhadap manusia menjadi penting agar proses pendidikan
   tersebut dapat beerjalan dengan efektif dan efisien.
   Pengetahuan tentang asal kejadian manusia adalah amat penting dalam merumuskan tujuan
   pendidikan bagi manusia. Asal kejadian ini justru harus dijadikan pangkal tolak dalam
   menetapkan pandangan hidup bagi orang Islam. Pandangan tentang kemakhlukan manusia
   cukup menggambarkan hakikat manusia. Manusia adalah makhluk (ciptaan) Allah adalah
   salah satu hakikat wujud manusia.
   Quraish Syihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur‟ an mengungkapkan pendapat Alexis
   Carrel tentang kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia bahwa
   Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk
   mengetahui dirinya, kendatipun kita memiliki perbendaharaan yang cukup banyak dari hasil
   penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan dan para ahli bidang keruhanian sepanjang masa
   ini. Tapi kita (manusia) hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita. Kita
   tidak mengetahui manusia secara utuh. Yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia terdiri
   dari bagian-bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi lagi menurut tata cara kita
   sendiri. Pada hakikatnya, kebanyakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mereka
   yang mempelajari manusia -kepada diri mereka- hingga kini masih tetap tanpa jawaban.”
   Satu-satunya jalan untuk mengenal dengan baik siapa manusia, adalah merujuk kepada
   wahyu Illahi (Al-Qur‟ an) dan As-Sunnah (Hadits Rosulullah SAW), agar kita dapat
   menemukan jawabannya. Bagaimanakah perspektif Al-Qur‟ an dan As-Sunnah tentang
   hakikat dan fitrah manusia? Makalah ini berusaha mengungkapkan Hakikat dan Fitrah
   manusia dalam perspektif Al-Qur‟ an.
BAB II
                                  PEMBAHASAN


2.1 Hakikat Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an
    Apa Hakikat manusia dalam perspektif Al-Qur‟ an? Di dalam Al-Qur‟ an, manusia
    merupakan salah satu subjek yang dibicarakan, terutama yang menyangkut asal-usul
    dengan konsep penciptaannya, kedudukan manusia dan tujuan hidupnya. Hal tersebut
    merupakan sesuatu yang wajar karena al-Qur‟ an memang diyakini oleh kaum muslimin
    sebagai firman Allah SWT yang ditujukan kepada dan untuk manusia.
    Ada tiga kata yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia, yaitu:
     a)    Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin semacam insan, ins,
           nas atau unas.
     b)    Menggunakan kata basyar.
     c)    Menggunakan kata Bani adam dan Dzuriyat Adam.
    Walaupun ketiga kata di atas menunjukkan arti pada manusia, tetapi secara khusus
    memiliki pengertian yang berbeda:


    Al-Insân


      -                            –     yang berarti lupa. Kata insan bila dilihat asal kata
    al-nas, berarti melihat, mengetahui, dan minta izin. Atas dasar ini, kata tersebut
    mengandung petunjuk adanya kaitan substansial antara manusia dengan kemampuan
    penalarannya. Manusia dapat mengambil pelajaran dari hal-hal yang dilihatnya, dapat
    mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, serta dapat meminta izin ketika akan
    menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Kata al-insân dinyatakan dalam al-Qur‟ an
    sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Penggunaan kata al-insân pada umumnya
    digunakan pada keistimewaan manusia penyandang predikat khalifah di muka bumi,
    sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaannya.. Keistimewaan tersebut karena
    manusia merupakan makhluk psikis disamping makhluk pisik yang memiliki potensi
    dasar, yaitu fitrah akal dan kalbu. Potensi ini menempatkan manusia sebagai makhluk
    Allah SWT yang mulia dan tertinggi dibandingkan makhluk-Nya yang lain.
Dengan pengembangan nilai-nilai tersebut, akhirnya manusia mampu mengemban amanah Allah
SWT di muka bumi. Quraish Syihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur‟ an mengatakan bahwa
kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis dan tampak. Menurutnya
pendapat ini jika ditinjau dari sudut pandang Al-Qur‟ an lebih tepat dari yang berpendapat
bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu yang berarti (berguncang).
Kata insan, digunakan Al-Qur‟ an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya,
jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik,
mental dan kecerdasan. Berdasarkan pengertian ini, tampak bahwa manusia mampunyai potensi
untuk dididik (Abuddin Nata, 1997: 29). Potensi manusia menurut konsep al-Insan diarahkan
pada upaya mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi (Jalaluddin, 2003: 23). Jelas
sekali bahwa dari kreativitasnya, manusia dapat menghasilkan sejumlah kegiatan berupa
pemikiran (ilmu pengetahuan), kesenian, ataupun benda-benda ciptaan. Kemudian melalui
kemampuan berinovasi, manusia mampu merekayasa temuan-temuan baru dalam berbagai
bidang. Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya makhluk yang berbudaya dan
berperadaban.
Kata al-insân juga menunjukkan pada proses kejadian manusia, baik proses penciptaan Adam
maupun proses manusia pasca Adam di alam rahim yang berlangsung secara utuh dan berproses.


                                                        
                                                         
    
                                                                                     
Artinya:


12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim) (QS. Al-Mukminûn: 12-13)
Al-Basyar


Penelitian terhadap kata manusia yang disebut al-Qur’an dengan menggunakan kata
basyar menyebutkan, bahwa yang dimaksud manusia basyar adalah anak turun Adam,
makhluk fisik yang suka makan dan berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang membuat
pengertian basyar mencakup anak turun Adam secara keseluruhan (Aisyah Bintu Syati,
1999: 2).
Jalaluddin (2003: 19) mengatakan bahwa berdasarkan konsep basyr, manusia tidak jauh
berbeda dengan makhluk biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan manusia terikat
kepada kaidah prinsip kehidupan biologis seperti berkembang biak. Sebagaimana halnya
dengan makhluk biologis lain, seperti binatang.
Al-Basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu
dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit.
Secara sederhana, Quraish Shihab (1996: 279) menyatakan bahwa manusia dinamai
basyar karena kulitnya yang tampak jelas dan berbeda dengan kulit-kulit binatang yang
lain.
Menurut Abdul Mukti Ro’uf (2008: 3) Kata Al-Basyar dinyatakan dalam al-Qur‟ an
sebanyak 36 kali yang tersebut dalam 26 surat. Kata-kata tersebut diungkap dalam
bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjukkan manusia
dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya.
Pemaknaan manusia dengan Al-Basyar memberikan pengertian bahwa manusia adalah
makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya, seperti makan, minum,
perlu hiburan, seks dan lain sebagainya. Karena kata Al-Basyar ditunjukkan kepada
seluruh manusia tanpa terkecuali, ini berarti nabi dan rasul pun memiliki dimensi Al-
Basyar seperti yang diungkapkan firman Allah SWT dalam Al-Qur‟ an Surat Al-Kahfi
ayat 110:
                                                        
                                              
   
                                                       
   
                                                         
                            
Artinya
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya".
Dengan demikian penggunaan kata al-basyar pada manusia menunjukkan persamaan
dengan makhluk Allah SWT lainnya pada aspek material atau dimensi jasmaniahnya.


Al-nâs


Dalam konsep an-naas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai
makhluk sosial (Jalaluddin, 2003: 24). Tentunya sebagai makhluk sosial manusia harus
mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Kata an-nas digunakan untuk seluruh
manusia secara umum tanpa melihat statusnya apakah beriman atau kafir. Penggunaan
kata al-nâs lebih bersifat umum dalam mendefinisikan hakikat manusia dibanding
dengan kata al-insân. Jika kita kembali ke asal mula terjadinya manusia yang bermula
dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan berkembang menjadi
masyarakat dengan kata lain adanya pengakuan terhadap spesis di dunia ini,
menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling
menjatuhkan.Secara sederhana, inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep an-naas.
Kata al-nâs juga dipakai dalam Al-Qur‟ an untuk menunjukkan bahwa karakteristik
manusia senantiasa berada dalam keadaan labil. Meskipun telah dianugerahkan Allah
SWT dengan berbagai potensi yang bisa digunakan manusia untuk mengenal Tuhannya,
namun hanya sebagian manusia saja yang mau mempergunakannya, sementara sebagian
yang lain tidak, justru mempergunakan potensi tersebut untuk menentang ke-
Mahakuasa-an Tuhan. Dari sini terlihat bahwa manusia mempunya dimensi ganda, yaitu
sebagai makhluk yang mulia dan yang tercela.




Bani Adam


Adapun kata bani adam dan zurriyat Adam, yang berarti anak Adam atau keturunan
Adam, digunakan untuk menyatakan manusia bila dilihat dari asal keturunannya
(Quraish Shihab, 1996: 278). Dalam Al-Qur’an istilah bani adam disebutkan sebanyak 7
kali dalam 7ayat(AbdulMuktiRo’uf,2008:39).
Menurut Thabathaba’i dalam Samsul Nizar (2001: 52), penggunaan kata bani Adam
menunjuk pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini setidaknya ada tiga aspek yang
dikaji, yaitu: Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, di
antaranya adalah dengan berpakaian guna manutup auratnya. Kedua, mengingatkan pada
keturunan Adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayu setan yang mengajak kepada
keingkaran. Ketiga, memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka
ibadah dan mentauhidkanNya. Kesemuanya itu adalah merupakan anjuran sekaligus
peringatan Allah dalam rangka memuliakan keturunan Adam dibanding makhluk-Nya
yang                                                                           lain.
Lebih lanjut Jalaluddin (2003: 27) mengatakan konsep Bani Adam dalam bentuk
menyeluruh adalah mengacu kepada penghormatan kepada nilai-nilai kemanusian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dalam konsep Bani Adam, adalah
sebuah usaha pemersatu (persatuan dan kesatuan) tidak ada perbedaan sesamanya, yang
juga mengacu pada nilai penghormatan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian serta
mengedepankan HAM. Karena yang membedakan hanyalah ketaqwaannya kepada
Pencipta. Sebagaimana yang diutarakan dalam QS. Al-Hujarat: 13).
                                            
   
                                         
   
    
                         




2.2 Penciptaan manusia dalam alqur’an


    Manusia adalah makhluk Allah. Ia bukan terjadi dengan sendirinya, tetapi dijadikan oleh
    Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur‟ an Surat Ar-Rum ayat 40, yang
    berbunyi:


                                                         
                                                
                                                         
                                          
            
                                               
                                                                                  

    Artinya:
    “Allah-lah     yang   menciptakan   kamu,   kemudian   memberimu     rezki,   kemudian
    mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali)” (QS. Ar-Rum : 40)


    Unsure Unsur penciptaan Manusia


    a. Tanah
    firman Allah
                                                       
                                                    
                                                                               
       Artinya:
       (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: “Sesungguhnya aku akan
       menciptakan manusia dari tanah”. (QS. Shâd: 71)
       Seperti telah disebutkan di atas bahwa Al-Qur‟ an juga menggunakan kata ath-thin untuk
       unsur materiil asal manusia. Salah satunya menggunakan kata sulâlatin min thîn, dalam
       konteks kejadian manusia pada umumnya. Di bagian lain diungkap menggunakan kata
       thînin lâzib seperti yang termuat dalam Al-Qur‟ an Surat Ash-Shâffât ayat 11:
                                         
     
                      
Maka Tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): “Apakah mereka yang lebih kukuh
kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami telah menciptakan
mereka dari tanah liat. (QS. Ash-Shâffât : 11)


Selain menggunakan kedua kata di atas (sulâlatin min thîn dan thînin lâzib), dalam Al-Qur‟ an
juga terdapat kata shalshâl yang dirangkai dengan ungkapan min hama‟ in masnûn seperti yang
disebut dalam Surat Al-Hijr ayat 26:
                                                      
               
Artinya:
Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
                                                         
                                              
Artinya:
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar (QS. Ar-Rahmân ; 14)
Dari uraian di atas, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan unsur materiil asal-usul
manusia adalah
    Sulâlah artinya bagian yang ditarik dari sesuatu dengan pelan dan tersembunyi. Bagian
     yang ditarik tersebut menurut Ath-thabarsyi disebut sebagai sari sesuatu yang dikeluarkan
     darinya (shafwatusy-syay‟ I al-latî yakhruju minhâ).
    Shalshâl yang berarti tanah lempung, berasal dari kata shalshalah yang artinya berbunyi,
     tanah lempung disebut dengan shalshalah karena ia mengeluarkan bunyi bila sudah kering
     seperti tembikar (al-fakhkhâr) yang mengeluarkan bunyi seperti suara besi bila berantukan.
    Lâzib, para mufassir sering mengartikan thînun lâzib dengan thînun lâshiq yang
     maksudnya tanah yang lengket.
    Hama‟ un masnûn, kata hama‟ adalah kata lain yang menunjuk pada jenis tanah asal
     manusia. Kata hama‟ un pada dasarnya berarti tanah hitam yang berbau busuk. Arti
     tersebut tidak jauh berbeda dengan arti yang dikemukakan ath-Thabary sebagai tanah yang
     berubah menjadi hitam.
Kata turâb disebutkan sebagai unsur materiil asal manusia yang berarti juga „tanah‟ atau
„debu‟ . Semua kata tersebut menjelaskan unsur materiil dari ciptaan manusia yang terdiri dari
bermacam-macam jenis tanah yang boleh jadi melambangkan komponen-komponen kimiawi
pembentuk fisik manusia, dan inti tanah yang berupa tanah lempung dan berbau,
menggambarkan suatu unsur materiil yang amat sederhana dan rendah. Unsur inilah yang
digabungkan dengan unsur yang amat sempurna dan mulia yakni ruh Tuhan.


       b. Ruh Illahi
          Manusia adalah satu-satunya makhluk yang unsur penciptaannya terdapat ruh Illahi
          sedang manusia tidak diberi pengetahuan tentang ruh kecuali sedikit.
    
                                                 
    
                                                                                      
          Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu Termasuk urusan
          Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. Al-Israa :
          85)
Ruh Tuhan yang ditiupkan ke dalam unsur materi manusia itu merupakan ruh
       kehidupan yang suci. Ungkapan yang digunakan Al-Qur‟ an adalah rûhiy (ruh-Ku)
       dan rûhih (ruh-Nya).
    
      
       Artinya
       Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan
       kedalamnya    ruh   (ciptaan)-Ku,   Maka   tunduklah   kamu   kepadanya   dengan
       bersujud.(QS. Al-Hijr : 29)
       Dalam QS. As-Sajdah: 9
                                                      
                                                      
                                                  
                                            
                                                        
  Artinya
  Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia
  menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
  bersyukur.(QS. As-Sajdah: 9)


   c. Akal


   Proses penciptaan manusia seperti yang dimuat pada Al-Qur‟ an Surat Ash-Shaad ayat
   71-72 dan Al-Mukminûn ayat 12-13 di atas, penggunaan kata al-insân mengandung dua
   dimensi, Pertama; dimensi tubuh/materiil (dengan berbagai unsurnya). Kedua; dimensi
   spiritual (ditiupkan-Nya ruh-Nya kepada manusia).
   Ahmad Tafsir dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa menurut
   Harun Nasution ada tujuh kata yang digunakan al-Qur‟ an untuk mewakili konsep akal;
   yaitu
   Pertama; kata nazara.
                                                        
                                             
                                            
                                                
      Artinya:
      Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana
      Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak
      sedikitpun ? (QS. Qaaf: 6)
      Kedua; kata tadabbara
                                           
    
                                     
      Artinya:
      Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu
      yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang
      bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
      manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
      Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. Al-Nahl : 29)
     Keempat; kata faqiha. Kelima; kata tadzakkara. Keenam; kata fahima. dan Ketujuh; kata
     aqala. Kata aqala dalam Al-Qur‟ an kebanyakan digunakan dalam bentuk fi‟ il (kata
     kerja), hanya sedikit dalam bentuk ism (kata benda).
     Ini menunjukkan bahwa pada akal yang penting ialah berpikir bukan akal sebagai otak
     yang berupa benda.
Prapenciptaan

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (Albaqarah: 30)
Malaikat adalah makhluk Allah yang paling patuh terhadap segala perintahNya. Sebelum
manusia pertama atau Adam diciptakan, malaikat sudah diciptakan terlebih dahulu. Suatu ketika
saat Allah memberikan pengumuman berupa rencana akan menciptakan suatu makhluk yang
akan menjadi khalifah di muka bumi. Namun, makhluk yang dipilih Allah itu adalah manusia.
Mengetahui hal ini malaikat sedikit “protes” pada Allah. Kita harus ingat bahwa malaikat itu
makhluk yang paling taat dan patuh pada segala perintah dan keputusanNya. Akan tetapi satu hal
ini yang membuat malaikat “angkat bicara” kepada Allah berkenaan dengan akan adanya
penciptaan manusia ini.

Seperti yang dijelaskan oleh ayat di atas, malaikat tahu bahwa manusia yang akan diciptakan
Allah tersebut akan membuat kerusakan di muka bumi. Padahal Allah menciptakan manusia
dengan tujuan menjadi khalifah di muka bumi.

Allah pun menjawab “protes” para malaikat dengan kalimat “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui” disini kita bisa melihat bahwa Allah lah sang perencana
segalanya, Allah lah sang maha pencipta yang paling mengetahui ciptaannya. Ada sesuatu
dibalik skenario yang dibuat Allah. Pasti ada sejuta hikmah dari jawaban Allah tersebut.

Ayat ini juga mengingatkan pada manusia bahwa tujuan awal kita diciptakan oleh Allah adalah
untuk menjadi khalifah di muka bumi.

a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)

Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering
kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh
Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam
firman-Nya :

“Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah (32) : 7)

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS. Al Hijr (15) : 26)

Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah
surat Al Hijr ayat 28 dan 29 .

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (QS. Al Hijr
(15) : 28-29)

Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
“Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah”. (HR.
Bukhari)

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” (Albaqarah:31)

“Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana .” (Albaqarah:32)

“Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah
sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi
dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?” (Albaqarah:33)

“Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan
ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian
kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).” (Alanam:2)



b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan
berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan
jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu
firman-Nya :

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” (QS.
Yaasiin (36) : 36)

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1
yaitu :

“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak…” (QS. An Nisaa’ (4) :1)

Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :

“Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam” (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan
manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali
tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan
perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.

c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)

Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s.
Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau
secara medis.

Proses biologis Penciptaan Manusia
Mengenai proses dan fase perkembangan manusia sebagai makhluk biologis, ditegaskan oleh
Allah SWT dalam Al-Qur’an, yaitu:
Prenatal (sebelum lahir)
proses penciptaan manusia berawal dari pembuahan sel dengan sperma di dalam rahim.
                                                    
                                                     
                                             
                                                          
                                           
                                          
                                         
                                                   
                                                 
                                                     
                                             
 “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minuun
(23) : 12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :

“Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya
seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya
(embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan
segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging.
Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk
menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan
buruk baik (nasibnya).” (HR. Bukhari-Muslim)

Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur’an dengan “saripati berasal dari tanah” sebagai
substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang
semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di
dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan
(hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma dan ovum (sel telur wanita) di
dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna.

“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari air mani yang bercampur”(QS.Addahr:2)

“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS 96. Al-’Alaq: 2)

Selanjutnya, fase segumpal darah (`alaqah) berlanjut terus dari hari ke-15 sampi hari ke-24 atau
ke-25 setelah sempurnanya proses pembuahan. Meskipun begitu kecil, namun para ahli
embriologi mengamati proses membanyaknya sel-sel yang begitu cepat dan aktivitasnya dalam
membentuk organ-organ tubuh. Mulailah tampak pertumbuhan syaraf dalam pada ujung tubuh
bagian belakang embrio, terbentuk (sedikit-demi sedikit ) kepingan-kepingan benih, menjelasnya
lipatan kepala; sebagai persiapan perpindahan fase ini (`alaqah kepada fase berikutnya yaitu
mudhgah (mulbry stage)).Mulbry stage adalah kata dari bahasa Latin yang artinya embrio (janin)
yang berwarna murberi (merah tua keungu-unguan). Karena bentuknya pada fase ini menyerupai
biji murberi, karena terdapat berbagai penampakan-penampakan dan lubang-lubang (rongga-
rongga) di atasnya.

Realitanya, ungkapan Al-Quran lebih mendalam, karena embrio menyerupai sepotong daging
yang dikunyah dengan gigi, sehingga tampaklah tonjolan-tonjolan dan celah (rongga-rongga)
dari bekas kunyahan tersebut. Inilah deskripsi yang dekat dengan kebenaran. Lubang-lubang
itulah yang nantinya akan menjadi organ-organ tubuh dan anggota-anggotanya.

Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa embrio terbagi dua; pertama, sempurna (mukhallaqah) dan
kedua tidak sempurna (ghair mukhallaqah). Penafsiran dari ayat tersebut adalah: Secara ilmiah,
embrio dalam fase perkembangannya seperti tidak sempurna dalam susunan organ tubuhnya.
Sebagian organ (seperti kepala) tampak lebih besar dari tubuhnya dibandingkan dengan organ
tubuh yang lain. Lebih penting dari itu, sebagian anggota tubuh embrio tercipta lebih dulu dari
yang lainnya, bahkan bagian lain belum terbentuk. Contoh, kepala. Ia terbentuk sebelum bagian
tubuh ujung terbentuk, seperti kedua lengan dan kaki. Setelah itu, secara perlahan mulai
tampaklah lengan dan kaki tersebut. Tidak diragukan lagi, ini adalah I’jâz `ilmiy (mukjizat sains)
yang terdapat di dalam Al-Quran. Karena menurut Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjary, kata `alaqah
tidak digunakan kecuali di dalam Al-Quran.

“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur. (Assajdah:7-9)”

Post natal (sesudah lahir)
proses perkembangan dari bayi, remaja, dewasa dan usia lanjut (QS.40:67)
     
                                                             
   
    
                                                       
                                       
                           
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup
lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian)
supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).




                                             BAB III
                                           PENUTUP


   3.1 Kesimpulan
Ada tiga kata yang digunakan Al-Qur‟ an untuk menunjuk kepada manusia,4 yaitu:
         a)    Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin semacam insan, ins,
               nas atau unas.
        b)     Menggunakan kata basyar.
         c)    Menggunakan kata Bani adam dan Dzuriyat Adam.
       Hakikat manusia menurut unsurnya adalah terdiri atas tiga unsur yaitu:
       1. Unsur jasmani dari unsure tanah
       2. Unsur ruhani dari ruh ilahi
       3. Unsur akal.
       Mengenai proses dan fase perkembangan manusia sebagai makhluk biologis, ditegaskan
       oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dari proses Prenatal (sebelum lahir) sampai proses Post
       natal (sesudah lahir)
       Manusia tercipta dari gabungan beberapa unsur zat yang berjumlah 16, jumlah yang sama
       yang menjadi unsur zat yang membentuk tanah (turâb).


   3.2 Saran


        Alqur’an merupakan wahyu ilahi sebagai pedoman umat dan memiliki rahasia dan
        pengetahuan yang amat melimpah di dalamnya, maka Sebagai mahasiswa yang berbasis
        agama serta memiliki pengetahuan ilmiyah dan tegnologi sepatutnya kita menggali lebih
        dalam lagi tentang alqur’an.




                                        Daftar Pustaka


http://st-30.abatasa.com/post/detail/9767/manusia-dalam-perspektif-al-qur%E2%80%99an


http://www.taqrib.info/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=570:penciptaan-
manusia-dalam-al-quran&catid=63:mabahese-ghorani&Itemid=144
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/hakikat-dan-fitrah-manusia-dalam-al.html


http://www.keajaibanalquran.com/biology_02.html


http://adiwarsito.wordpress.com/2010/11/13/manusia-dalam-pandangan-al-quran/


http://safan.wordpress.com/2012/06/12/penciptaan-manusia-pertama-menurut-alquran/

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Marhamah Saleh
 
Makalah I'jaaz Al qur'an
Makalah I'jaaz Al qur'anMakalah I'jaaz Al qur'an
Makalah I'jaaz Al qur'an
Linbud
 
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’anTugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
Nur Alfiyatur Rochmah
 
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnyaMakalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
School
 
Makalah spi masa kemunduran (1250 1500 m)
Makalah spi masa kemunduran (1250 1500 m)Makalah spi masa kemunduran (1250 1500 m)
Makalah spi masa kemunduran (1250 1500 m)
juniska efendi
 
Tugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointTugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power point
LontongSayoer
 

Was ist angesagt? (20)

KD 7 - Ciri-Ciri Insan Kamil
KD 7 - Ciri-Ciri Insan KamilKD 7 - Ciri-Ciri Insan Kamil
KD 7 - Ciri-Ciri Insan Kamil
 
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun Nuzul
 
Hadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan DiroyahHadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan Diroyah
 
PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
 
Power Point Abu bakar assyiddiq
Power Point Abu bakar assyiddiqPower Point Abu bakar assyiddiq
Power Point Abu bakar assyiddiq
 
Pengantar Studi Islam
Pengantar Studi Islam Pengantar Studi Islam
Pengantar Studi Islam
 
Makalah I'jaaz Al qur'an
Makalah I'jaaz Al qur'anMakalah I'jaaz Al qur'an
Makalah I'jaaz Al qur'an
 
PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul
 
Materi kuliah pai
Materi kuliah paiMateri kuliah pai
Materi kuliah pai
 
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’anTugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
 
Ilmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabihIlmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabih
 
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARITAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
 
Tauhid ppt
Tauhid pptTauhid ppt
Tauhid ppt
 
Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
 
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnyaMakalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
 
Makalah spi masa kemunduran (1250 1500 m)
Makalah spi masa kemunduran (1250 1500 m)Makalah spi masa kemunduran (1250 1500 m)
Makalah spi masa kemunduran (1250 1500 m)
 
Masa kejayaan islam ppt
Masa kejayaan islam  pptMasa kejayaan islam  ppt
Masa kejayaan islam ppt
 
Tugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointTugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power point
 

Andere mochten auch (13)

Al Quran Dan Hadits
Al Quran Dan HaditsAl Quran Dan Hadits
Al Quran Dan Hadits
 
2.akal dan otak dlm alquran
2.akal dan otak dlm alquran2.akal dan otak dlm alquran
2.akal dan otak dlm alquran
 
Spe Bab8
Spe Bab8Spe Bab8
Spe Bab8
 
Contoh rubrik psv
Contoh rubrik psvContoh rubrik psv
Contoh rubrik psv
 
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
 
Hakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamHakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut Islam
 
ISU MORAL
ISU MORALISU MORAL
ISU MORAL
 
Power point prestasi diri
Power point prestasi diriPower point prestasi diri
Power point prestasi diri
 
Pemarkahan secara analitik
Pemarkahan secara analitikPemarkahan secara analitik
Pemarkahan secara analitik
 
Konsep asas moral
Konsep asas moralKonsep asas moral
Konsep asas moral
 
Makalah Raeding
Makalah RaedingMakalah Raeding
Makalah Raeding
 
Kinds of reading
Kinds of readingKinds of reading
Kinds of reading
 
Teaching Reading Extensive vs intensive reading, and reading sequence
Teaching Reading Extensive vs intensive reading, and reading sequenceTeaching Reading Extensive vs intensive reading, and reading sequence
Teaching Reading Extensive vs intensive reading, and reading sequence
 

Ähnlich wie Manusia dalam perspektif alqur'an

Hakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab IHakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab I
arvant
 
Manusia dan-alam-semesta-new
Manusia dan-alam-semesta-newManusia dan-alam-semesta-new
Manusia dan-alam-semesta-new
Fitra Sani
 
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islamPembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
kangklinsman
 
Konsep manusia dalam kualitas sosial
Konsep manusia dalam kualitas sosialKonsep manusia dalam kualitas sosial
Konsep manusia dalam kualitas sosial
Dieta Arumasarie
 
Alam semesta 2
Alam semesta 2Alam semesta 2
Alam semesta 2
murlina
 

Ähnlich wie Manusia dalam perspektif alqur'an (20)

ppt humanisme.ppsx
ppt humanisme.ppsxppt humanisme.ppsx
ppt humanisme.ppsx
 
bimbingan konseling.docx
bimbingan konseling.docxbimbingan konseling.docx
bimbingan konseling.docx
 
Axio
AxioAxio
Axio
 
Hakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab IHakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab I
 
Konsep_manusia_dlm_Islam.ppt
Konsep_manusia_dlm_Islam.pptKonsep_manusia_dlm_Islam.ppt
Konsep_manusia_dlm_Islam.ppt
 
Teologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan Islam
Teologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan IslamTeologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan Islam
Teologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan Islam
 
Makalah Manusia Dalam Pandangan Islam
Makalah Manusia Dalam Pandangan IslamMakalah Manusia Dalam Pandangan Islam
Makalah Manusia Dalam Pandangan Islam
 
Bab 3 tambahan
Bab 3 tambahanBab 3 tambahan
Bab 3 tambahan
 
Aneka Ragam Makalah
Aneka Ragam MakalahAneka Ragam Makalah
Aneka Ragam Makalah
 
Ta’riful insan
Ta’riful insanTa’riful insan
Ta’riful insan
 
Basyar
BasyarBasyar
Basyar
 
Manusia dan-alam-semesta-new
Manusia dan-alam-semesta-newManusia dan-alam-semesta-new
Manusia dan-alam-semesta-new
 
2810 109-9790-2-10-20210114
2810 109-9790-2-10-202101142810 109-9790-2-10-20210114
2810 109-9790-2-10-20210114
 
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islamPembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
 
bab 2 tambahan.pptx
bab 2 tambahan.pptxbab 2 tambahan.pptx
bab 2 tambahan.pptx
 
Konsep manusia dalam kualitas sosial
Konsep manusia dalam kualitas sosialKonsep manusia dalam kualitas sosial
Konsep manusia dalam kualitas sosial
 
Makalah agama-
Makalah agama-Makalah agama-
Makalah agama-
 
Agama , haris
Agama , harisAgama , haris
Agama , haris
 
Alam semesta 2
Alam semesta 2Alam semesta 2
Alam semesta 2
 
Konsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusiaKonsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusia
 

Kürzlich hochgeladen

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Kürzlich hochgeladen (20)

DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 

Manusia dalam perspektif alqur'an

  • 1. MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN Disusun Guna Memenuhi Tugas Pendidikan Agama islam Dosen pengampu Ahsanul Husna M.Pd Disusun oleh Asvif Ma’rufah (113020045) Khoirun Nisa .A (113020052) FAKULTAS TEKNIK PRODI KIMIA UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian tentang manusia telah banyak dilakukan para ahli yang selanjutnya dikaitkan dengan berbagai kegiatan, seperti politik, ekonomi, social, budaya, pendidikan, agama dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena manusia selain sebagai subjek (pelaku), juga sebagai objek (sasaran) dari berbagai kegiatan tersebut. Termasuk dalam kajian Ilmu Pendidikan Islam. Pemahaman terhadap manusia menjadi penting agar proses pendidikan tersebut dapat beerjalan dengan efektif dan efisien. Pengetahuan tentang asal kejadian manusia adalah amat penting dalam merumuskan tujuan pendidikan bagi manusia. Asal kejadian ini justru harus dijadikan pangkal tolak dalam menetapkan pandangan hidup bagi orang Islam. Pandangan tentang kemakhlukan manusia cukup menggambarkan hakikat manusia. Manusia adalah makhluk (ciptaan) Allah adalah salah satu hakikat wujud manusia. Quraish Syihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur‟ an mengungkapkan pendapat Alexis Carrel tentang kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia bahwa Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita memiliki perbendaharaan yang cukup banyak dari hasil penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan dan para ahli bidang keruhanian sepanjang masa ini. Tapi kita (manusia) hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh. Yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia terdiri dari bagian-bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi lagi menurut tata cara kita sendiri. Pada hakikatnya, kebanyakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang mempelajari manusia -kepada diri mereka- hingga kini masih tetap tanpa jawaban.” Satu-satunya jalan untuk mengenal dengan baik siapa manusia, adalah merujuk kepada wahyu Illahi (Al-Qur‟ an) dan As-Sunnah (Hadits Rosulullah SAW), agar kita dapat menemukan jawabannya. Bagaimanakah perspektif Al-Qur‟ an dan As-Sunnah tentang hakikat dan fitrah manusia? Makalah ini berusaha mengungkapkan Hakikat dan Fitrah manusia dalam perspektif Al-Qur‟ an.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakikat Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an Apa Hakikat manusia dalam perspektif Al-Qur‟ an? Di dalam Al-Qur‟ an, manusia merupakan salah satu subjek yang dibicarakan, terutama yang menyangkut asal-usul dengan konsep penciptaannya, kedudukan manusia dan tujuan hidupnya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar karena al-Qur‟ an memang diyakini oleh kaum muslimin sebagai firman Allah SWT yang ditujukan kepada dan untuk manusia. Ada tiga kata yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia, yaitu: a) Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin semacam insan, ins, nas atau unas. b) Menggunakan kata basyar. c) Menggunakan kata Bani adam dan Dzuriyat Adam. Walaupun ketiga kata di atas menunjukkan arti pada manusia, tetapi secara khusus memiliki pengertian yang berbeda: Al-Insân - – yang berarti lupa. Kata insan bila dilihat asal kata al-nas, berarti melihat, mengetahui, dan minta izin. Atas dasar ini, kata tersebut mengandung petunjuk adanya kaitan substansial antara manusia dengan kemampuan penalarannya. Manusia dapat mengambil pelajaran dari hal-hal yang dilihatnya, dapat mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, serta dapat meminta izin ketika akan menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Kata al-insân dinyatakan dalam al-Qur‟ an sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Penggunaan kata al-insân pada umumnya digunakan pada keistimewaan manusia penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaannya.. Keistimewaan tersebut karena manusia merupakan makhluk psikis disamping makhluk pisik yang memiliki potensi dasar, yaitu fitrah akal dan kalbu. Potensi ini menempatkan manusia sebagai makhluk Allah SWT yang mulia dan tertinggi dibandingkan makhluk-Nya yang lain.
  • 4. Dengan pengembangan nilai-nilai tersebut, akhirnya manusia mampu mengemban amanah Allah SWT di muka bumi. Quraish Syihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur‟ an mengatakan bahwa kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis dan tampak. Menurutnya pendapat ini jika ditinjau dari sudut pandang Al-Qur‟ an lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu yang berarti (berguncang). Kata insan, digunakan Al-Qur‟ an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan. Berdasarkan pengertian ini, tampak bahwa manusia mampunyai potensi untuk dididik (Abuddin Nata, 1997: 29). Potensi manusia menurut konsep al-Insan diarahkan pada upaya mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi (Jalaluddin, 2003: 23). Jelas sekali bahwa dari kreativitasnya, manusia dapat menghasilkan sejumlah kegiatan berupa pemikiran (ilmu pengetahuan), kesenian, ataupun benda-benda ciptaan. Kemudian melalui kemampuan berinovasi, manusia mampu merekayasa temuan-temuan baru dalam berbagai bidang. Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Kata al-insân juga menunjukkan pada proses kejadian manusia, baik proses penciptaan Adam maupun proses manusia pasca Adam di alam rahim yang berlangsung secara utuh dan berproses.                Artinya: 12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (QS. Al-Mukminûn: 12-13)
  • 5. Al-Basyar Penelitian terhadap kata manusia yang disebut al-Qur’an dengan menggunakan kata basyar menyebutkan, bahwa yang dimaksud manusia basyar adalah anak turun Adam, makhluk fisik yang suka makan dan berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang membuat pengertian basyar mencakup anak turun Adam secara keseluruhan (Aisyah Bintu Syati, 1999: 2). Jalaluddin (2003: 19) mengatakan bahwa berdasarkan konsep basyr, manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan manusia terikat kepada kaidah prinsip kehidupan biologis seperti berkembang biak. Sebagaimana halnya dengan makhluk biologis lain, seperti binatang. Al-Basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Secara sederhana, Quraish Shihab (1996: 279) menyatakan bahwa manusia dinamai basyar karena kulitnya yang tampak jelas dan berbeda dengan kulit-kulit binatang yang lain. Menurut Abdul Mukti Ro’uf (2008: 3) Kata Al-Basyar dinyatakan dalam al-Qur‟ an sebanyak 36 kali yang tersebut dalam 26 surat. Kata-kata tersebut diungkap dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Pemaknaan manusia dengan Al-Basyar memberikan pengertian bahwa manusia adalah makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya, seperti makan, minum, perlu hiburan, seks dan lain sebagainya. Karena kata Al-Basyar ditunjukkan kepada seluruh manusia tanpa terkecuali, ini berarti nabi dan rasul pun memiliki dimensi Al- Basyar seperti yang diungkapkan firman Allah SWT dalam Al-Qur‟ an Surat Al-Kahfi ayat 110:           
  • 6.                Artinya Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". Dengan demikian penggunaan kata al-basyar pada manusia menunjukkan persamaan dengan makhluk Allah SWT lainnya pada aspek material atau dimensi jasmaniahnya. Al-nâs Dalam konsep an-naas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial (Jalaluddin, 2003: 24). Tentunya sebagai makhluk sosial manusia harus mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Kata an-nas digunakan untuk seluruh manusia secara umum tanpa melihat statusnya apakah beriman atau kafir. Penggunaan kata al-nâs lebih bersifat umum dalam mendefinisikan hakikat manusia dibanding dengan kata al-insân. Jika kita kembali ke asal mula terjadinya manusia yang bermula dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan berkembang menjadi masyarakat dengan kata lain adanya pengakuan terhadap spesis di dunia ini, menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling menjatuhkan.Secara sederhana, inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep an-naas. Kata al-nâs juga dipakai dalam Al-Qur‟ an untuk menunjukkan bahwa karakteristik manusia senantiasa berada dalam keadaan labil. Meskipun telah dianugerahkan Allah SWT dengan berbagai potensi yang bisa digunakan manusia untuk mengenal Tuhannya, namun hanya sebagian manusia saja yang mau mempergunakannya, sementara sebagian yang lain tidak, justru mempergunakan potensi tersebut untuk menentang ke-
  • 7. Mahakuasa-an Tuhan. Dari sini terlihat bahwa manusia mempunya dimensi ganda, yaitu sebagai makhluk yang mulia dan yang tercela. Bani Adam Adapun kata bani adam dan zurriyat Adam, yang berarti anak Adam atau keturunan Adam, digunakan untuk menyatakan manusia bila dilihat dari asal keturunannya (Quraish Shihab, 1996: 278). Dalam Al-Qur’an istilah bani adam disebutkan sebanyak 7 kali dalam 7ayat(AbdulMuktiRo’uf,2008:39). Menurut Thabathaba’i dalam Samsul Nizar (2001: 52), penggunaan kata bani Adam menunjuk pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini setidaknya ada tiga aspek yang dikaji, yaitu: Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, di antaranya adalah dengan berpakaian guna manutup auratnya. Kedua, mengingatkan pada keturunan Adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayu setan yang mengajak kepada keingkaran. Ketiga, memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka ibadah dan mentauhidkanNya. Kesemuanya itu adalah merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah dalam rangka memuliakan keturunan Adam dibanding makhluk-Nya yang lain. Lebih lanjut Jalaluddin (2003: 27) mengatakan konsep Bani Adam dalam bentuk menyeluruh adalah mengacu kepada penghormatan kepada nilai-nilai kemanusian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dalam konsep Bani Adam, adalah sebuah usaha pemersatu (persatuan dan kesatuan) tidak ada perbedaan sesamanya, yang juga mengacu pada nilai penghormatan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian serta mengedepankan HAM. Karena yang membedakan hanyalah ketaqwaannya kepada Pencipta. Sebagaimana yang diutarakan dalam QS. Al-Hujarat: 13).             
  • 8.           2.2 Penciptaan manusia dalam alqur’an Manusia adalah makhluk Allah. Ia bukan terjadi dengan sendirinya, tetapi dijadikan oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur‟ an Surat Ar-Rum ayat 40, yang berbunyi:                          Artinya: “Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali)” (QS. Ar-Rum : 40) Unsure Unsur penciptaan Manusia a. Tanah firman Allah
  • 9.           Artinya: (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: “Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah”. (QS. Shâd: 71) Seperti telah disebutkan di atas bahwa Al-Qur‟ an juga menggunakan kata ath-thin untuk unsur materiil asal manusia. Salah satunya menggunakan kata sulâlatin min thîn, dalam konteks kejadian manusia pada umumnya. Di bagian lain diungkap menggunakan kata thînin lâzib seperti yang termuat dalam Al-Qur‟ an Surat Ash-Shâffât ayat 11:               Maka Tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): “Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat. (QS. Ash-Shâffât : 11) Selain menggunakan kedua kata di atas (sulâlatin min thîn dan thînin lâzib), dalam Al-Qur‟ an juga terdapat kata shalshâl yang dirangkai dengan ungkapan min hama‟ in masnûn seperti yang disebut dalam Surat Al-Hijr ayat 26:          Artinya: Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.       Artinya: Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar (QS. Ar-Rahmân ; 14)
  • 10. Dari uraian di atas, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan unsur materiil asal-usul manusia adalah  Sulâlah artinya bagian yang ditarik dari sesuatu dengan pelan dan tersembunyi. Bagian yang ditarik tersebut menurut Ath-thabarsyi disebut sebagai sari sesuatu yang dikeluarkan darinya (shafwatusy-syay‟ I al-latî yakhruju minhâ).  Shalshâl yang berarti tanah lempung, berasal dari kata shalshalah yang artinya berbunyi, tanah lempung disebut dengan shalshalah karena ia mengeluarkan bunyi bila sudah kering seperti tembikar (al-fakhkhâr) yang mengeluarkan bunyi seperti suara besi bila berantukan.  Lâzib, para mufassir sering mengartikan thînun lâzib dengan thînun lâshiq yang maksudnya tanah yang lengket.  Hama‟ un masnûn, kata hama‟ adalah kata lain yang menunjuk pada jenis tanah asal manusia. Kata hama‟ un pada dasarnya berarti tanah hitam yang berbau busuk. Arti tersebut tidak jauh berbeda dengan arti yang dikemukakan ath-Thabary sebagai tanah yang berubah menjadi hitam. Kata turâb disebutkan sebagai unsur materiil asal manusia yang berarti juga „tanah‟ atau „debu‟ . Semua kata tersebut menjelaskan unsur materiil dari ciptaan manusia yang terdiri dari bermacam-macam jenis tanah yang boleh jadi melambangkan komponen-komponen kimiawi pembentuk fisik manusia, dan inti tanah yang berupa tanah lempung dan berbau, menggambarkan suatu unsur materiil yang amat sederhana dan rendah. Unsur inilah yang digabungkan dengan unsur yang amat sempurna dan mulia yakni ruh Tuhan. b. Ruh Illahi Manusia adalah satu-satunya makhluk yang unsur penciptaannya terdapat ruh Illahi sedang manusia tidak diberi pengetahuan tentang ruh kecuali sedikit.                 Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. Al-Israa : 85)
  • 11. Ruh Tuhan yang ditiupkan ke dalam unsur materi manusia itu merupakan ruh kehidupan yang suci. Ungkapan yang digunakan Al-Qur‟ an adalah rûhiy (ruh-Ku) dan rûhih (ruh-Nya).           Artinya Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.(QS. Al-Hijr : 29) Dalam QS. As-Sajdah: 9                  Artinya Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.(QS. As-Sajdah: 9) c. Akal Proses penciptaan manusia seperti yang dimuat pada Al-Qur‟ an Surat Ash-Shaad ayat 71-72 dan Al-Mukminûn ayat 12-13 di atas, penggunaan kata al-insân mengandung dua dimensi, Pertama; dimensi tubuh/materiil (dengan berbagai unsurnya). Kedua; dimensi spiritual (ditiupkan-Nya ruh-Nya kepada manusia). Ahmad Tafsir dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa menurut Harun Nasution ada tujuh kata yang digunakan al-Qur‟ an untuk mewakili konsep akal; yaitu Pertama; kata nazara.
  • 12.              Artinya: Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ? (QS. Qaaf: 6) Kedua; kata tadabbara           Artinya: Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. Al-Nahl : 29) Keempat; kata faqiha. Kelima; kata tadzakkara. Keenam; kata fahima. dan Ketujuh; kata aqala. Kata aqala dalam Al-Qur‟ an kebanyakan digunakan dalam bentuk fi‟ il (kata kerja), hanya sedikit dalam bentuk ism (kata benda). Ini menunjukkan bahwa pada akal yang penting ialah berpikir bukan akal sebagai otak yang berupa benda. Prapenciptaan “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Albaqarah: 30)
  • 13. Malaikat adalah makhluk Allah yang paling patuh terhadap segala perintahNya. Sebelum manusia pertama atau Adam diciptakan, malaikat sudah diciptakan terlebih dahulu. Suatu ketika saat Allah memberikan pengumuman berupa rencana akan menciptakan suatu makhluk yang akan menjadi khalifah di muka bumi. Namun, makhluk yang dipilih Allah itu adalah manusia. Mengetahui hal ini malaikat sedikit “protes” pada Allah. Kita harus ingat bahwa malaikat itu makhluk yang paling taat dan patuh pada segala perintah dan keputusanNya. Akan tetapi satu hal ini yang membuat malaikat “angkat bicara” kepada Allah berkenaan dengan akan adanya penciptaan manusia ini. Seperti yang dijelaskan oleh ayat di atas, malaikat tahu bahwa manusia yang akan diciptakan Allah tersebut akan membuat kerusakan di muka bumi. Padahal Allah menciptakan manusia dengan tujuan menjadi khalifah di muka bumi. Allah pun menjawab “protes” para malaikat dengan kalimat “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” disini kita bisa melihat bahwa Allah lah sang perencana segalanya, Allah lah sang maha pencipta yang paling mengetahui ciptaannya. Ada sesuatu dibalik skenario yang dibuat Allah. Pasti ada sejuta hikmah dari jawaban Allah tersebut. Ayat ini juga mengingatkan pada manusia bahwa tujuan awal kita diciptakan oleh Allah adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam) Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya : “Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah (32) : 7) “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS. Al Hijr (15) : 26) Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (QS. Al Hijr (15) : 28-29) Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
  • 14. “Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah”. (HR. Bukhari) “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” (Albaqarah:31) “Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .” (Albaqarah:32) “Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?” (Albaqarah:33) “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).” (Alanam:2) b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa) Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya : “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” (QS. Yaasiin (36) : 36) Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu : “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak…” (QS. An Nisaa’ (4) :1) Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan : “Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam” (HR. Bukhari-Muslim)
  • 15. Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya. c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa) Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Proses biologis Penciptaan Manusia Mengenai proses dan fase perkembangan manusia sebagai makhluk biologis, ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, yaitu: Prenatal (sebelum lahir) proses penciptaan manusia berawal dari pembuahan sel dengan sperma di dalam rahim.                                       “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
  • 16. Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda : “Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya).” (HR. Bukhari-Muslim) Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur’an dengan “saripati berasal dari tanah” sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna. “ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari air mani yang bercampur”(QS.Addahr:2) “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS 96. Al-’Alaq: 2) Selanjutnya, fase segumpal darah (`alaqah) berlanjut terus dari hari ke-15 sampi hari ke-24 atau ke-25 setelah sempurnanya proses pembuahan. Meskipun begitu kecil, namun para ahli embriologi mengamati proses membanyaknya sel-sel yang begitu cepat dan aktivitasnya dalam membentuk organ-organ tubuh. Mulailah tampak pertumbuhan syaraf dalam pada ujung tubuh bagian belakang embrio, terbentuk (sedikit-demi sedikit ) kepingan-kepingan benih, menjelasnya lipatan kepala; sebagai persiapan perpindahan fase ini (`alaqah kepada fase berikutnya yaitu mudhgah (mulbry stage)).Mulbry stage adalah kata dari bahasa Latin yang artinya embrio (janin) yang berwarna murberi (merah tua keungu-unguan). Karena bentuknya pada fase ini menyerupai biji murberi, karena terdapat berbagai penampakan-penampakan dan lubang-lubang (rongga- rongga) di atasnya. Realitanya, ungkapan Al-Quran lebih mendalam, karena embrio menyerupai sepotong daging yang dikunyah dengan gigi, sehingga tampaklah tonjolan-tonjolan dan celah (rongga-rongga) dari bekas kunyahan tersebut. Inilah deskripsi yang dekat dengan kebenaran. Lubang-lubang itulah yang nantinya akan menjadi organ-organ tubuh dan anggota-anggotanya. Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa embrio terbagi dua; pertama, sempurna (mukhallaqah) dan kedua tidak sempurna (ghair mukhallaqah). Penafsiran dari ayat tersebut adalah: Secara ilmiah, embrio dalam fase perkembangannya seperti tidak sempurna dalam susunan organ tubuhnya. Sebagian organ (seperti kepala) tampak lebih besar dari tubuhnya dibandingkan dengan organ tubuh yang lain. Lebih penting dari itu, sebagian anggota tubuh embrio tercipta lebih dulu dari yang lainnya, bahkan bagian lain belum terbentuk. Contoh, kepala. Ia terbentuk sebelum bagian
  • 17. tubuh ujung terbentuk, seperti kedua lengan dan kaki. Setelah itu, secara perlahan mulai tampaklah lengan dan kaki tersebut. Tidak diragukan lagi, ini adalah I’jâz `ilmiy (mukjizat sains) yang terdapat di dalam Al-Quran. Karena menurut Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjary, kata `alaqah tidak digunakan kecuali di dalam Al-Quran. “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Assajdah:7-9)” Post natal (sesudah lahir) proses perkembangan dari bayi, remaja, dewasa dan usia lanjut (QS.40:67)                                  Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
  • 18. Ada tiga kata yang digunakan Al-Qur‟ an untuk menunjuk kepada manusia,4 yaitu: a) Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin semacam insan, ins, nas atau unas. b) Menggunakan kata basyar. c) Menggunakan kata Bani adam dan Dzuriyat Adam. Hakikat manusia menurut unsurnya adalah terdiri atas tiga unsur yaitu: 1. Unsur jasmani dari unsure tanah 2. Unsur ruhani dari ruh ilahi 3. Unsur akal. Mengenai proses dan fase perkembangan manusia sebagai makhluk biologis, ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dari proses Prenatal (sebelum lahir) sampai proses Post natal (sesudah lahir) Manusia tercipta dari gabungan beberapa unsur zat yang berjumlah 16, jumlah yang sama yang menjadi unsur zat yang membentuk tanah (turâb). 3.2 Saran Alqur’an merupakan wahyu ilahi sebagai pedoman umat dan memiliki rahasia dan pengetahuan yang amat melimpah di dalamnya, maka Sebagai mahasiswa yang berbasis agama serta memiliki pengetahuan ilmiyah dan tegnologi sepatutnya kita menggali lebih dalam lagi tentang alqur’an. Daftar Pustaka http://st-30.abatasa.com/post/detail/9767/manusia-dalam-perspektif-al-qur%E2%80%99an http://www.taqrib.info/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=570:penciptaan- manusia-dalam-al-quran&catid=63:mabahese-ghorani&Itemid=144