Dokumen tersebut membahas pengaruh penggunaan gawai terhadap penerapan nilai Pancasila di kalangan generasi muda. Globalisasi dan mudahnya akses internet dinilai telah menurunkan rasa nasionalisme generasi muda. Dokumen ini juga membahas definisi nasionalisme, Pancasila, dan globalisasi serta hasil survei penelitian pengaruh budaya asing dan globalisasi terhadap moralitas generasi muda. Mayoritas responden masih mampu memfilter budaya asing dan setu
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Generasi Muda
1. Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai
Pancasila di Kalangan Generasi Muda
Disusun untuk Memenuhi Tugas Pancasila
Kelompok 2:
1. Achmad Abdul Hafizh (F0217002)
2. Aurellia Nadia Syafiqah (F0217021)
3. Dona Rut Agustina (F0217030)
4. Muhammad Fahreza P (F0217071)
5. Nunky Sinta Apriyani (F0217081)
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN 2019
2. A. LATAR BELAKANG
Setengah abad lebih Indonesia merdeka banyak perubahan yang terjadi yaitu mulai lunturnya
rasa nasionalisme di negeri ini yang diakibatkan derasnya perkembangan zaman di era
globalisasi ini banyak generasi muda Indonesia yang mulai meninggalkan latar belakang
bangsa mereka. Menyebabkan Indonesia sepeti kehilangan jati diri yang telah di bangun ribuan
tahun oleh para pejuang seperti mulai hilang rasa nasionalisme yang dahulu kala di bangun
dengan darah keringat para pejuang Indonesia, generasi muda Indonesia seperti acuh tak acuh
dengan pengorbanan para pejuang Indonesia. Mereka melupakan jasa bung karno,bung
hatta,bung tomo,cut nyak dien hingga pattimura serta banyak sekali para pejuang yang telah
mengorbankan jiwa raganya dari sabang sampai merauke tetapi sekarang para pemuda penerus
bangsa Indonesia lebih senang dan bangga dengan para artis ataupun public figure. Ditambah
dengan mudahnya mengakses dunia maya dari manapun turut menyumbang turunya nilai
nasionalisme generasi muda. Berbagai permasalahan dan gejala yang muncul ini tentunya
harus segera mendapat perhatian dan penanganan yang baik dan mendalam. Tentu diharapkan
bagi pemerintah pusat sampai daerah beserta jajarannya mempunyai program dalam
penanggulangan fenomena ini. Kita sebagai masyarakat biasa khususnya orang tua, harus lebih
memperhatikan lagi pendidikan Pancasila dan nasionalisme yang lebih banyak. Salah satu cara
yang bisa dimaksimalkan oleh setiap individu adalah menanamkan pendidikan tentang
nasionalisme dan patriotisme sedini mungkin pada anak.
B. RUMUSAN MASALAH
● Apa itu nasionalisme?
● Apa itu globalisasi dan gawai?
● Apa pengaruh globalisasi terhadap perilaku generasi muda?
● Bagaimana peran pancasila dalam pengembangan iptek?
● Bagaimana peran pemerintah dalam menamkan nilai pancasila dan nasionalisme?
3. C. PENGERTIAN NASIONALISME, PANCASILA, DAN GLOBALISASI
Pengertian Nasionalisme dan Kondisinya Saat Ini
Nasionalisme berasal dari kata nation (bangsa). Nasionalisme adalah suatu paham atau
ajaran untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan/warga negara yang
secara potensial bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas,
integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsanya. Nasionalisme merupakan suatu paham yang
mengutamakan persatuan dan kebebasan bangsa. Nasionalisme memuat beberapa prinsip yaitu:
kesatuan, kebebasan, kesamaan, kepribadian, dan prestasi. Nasionalisme juga dapat diartikan
sebagai perpaduan dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan
yang tinggi, kekhawatiran akan terjadinya ancaman terhadap keutuhan bangsa akan dapat
terhindarkan.
Salah satu dampak globalisasi adalah banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia
seperti halnya budaya korea yang selalu menghantui para pemuda saat ini. Hal ini dapat
mengancam pudarnya budaya Indonesia sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut maka generasi
penerus bangsa harus turut melestarikan budaya Indonesia sebagai wujud sikap
nasionalismenya. Selain itu dapat juga dengan lebih menjunjung tinggi nilai- nilai luhur budaya
dan terus mensupport produk dalam negeri.
Pada dasarnya Nasionalisme yang muncul di negara-negara memiliki tujuan sebagai
berikut :
1. Menjamin kemauan dan kekuatan mempertahankan masyarakat nasional melawan
musuh dari luar sehingga melahirkan semangat rela berkorban
2. Menghilangkan ekstremisme (tuntutan yang berlebihan ) dari warga negara (individu
dan kelompok).
Pengertian Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Teknologi telah merambah berbagai bidang kehidupan manusia secara ekstensif dan
mempengaruhi sendi sendi kehidupan manusia secara intensif, termasuk merubah pola pikir
budaya manusia, bahkan nyaris menggoyahkan eksistensi kodrati manusia sendiri (Iriyanto,
2005). Misalnya, remaja sekarang ini dengan gawai dan social media yang dimilikinya, mereka
hampir tidak bisa lepas dari hal itu dikesehariannya bahkan kadang intensitas penggunaan
4. gawai mereka tidak wajar (berlebih). Mereka tidak sadar dengan kehidupan yang termanipulasi
teknologi menjadi manusia individualis.
Implikasi globalisasi menunjukkan berkembangnya suatu standarisasi yang sama dalam
kehidupan di berbagai bidang. Negara atau pemerintahan di mana pun, terlepas dari sistem
ideologi atau sistem sosial yang dimilikinya. Dipertanyakan apakah hak hak asasi dihormati,
apakah demokrasi dikembangkan, apakah kebebasan dan keadilan dimiliki oleh setiap
warganya, bagaimana lingkungan hidup dikelola. Nyatalah bahwa implikasi globalisasi
menjadi semakin kompleks, karena masyarakat hidup dengan standar ganda. Di satu pihak
orang ingin mempertahankan nilai nilai budaya lama yang di improvisasikan untuk melayani
perkembangan baru yang kemudian disebut sebagai lahirnya budaya sandingan (sub-culture),
sedang di lain pihak muncul tindakan tindakan yang bersifat melawan terhadap perubahan
perubahan yang dirasakan sebagai penyebab kegerahan dan keresahan dari mereka yang
merasa dipinggirkan, tergeser dan tergusur dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, yang
disebut sebagai budaya tandingan (counter-culture).
● Dimensi moral dalam pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan
Tema ini membawa kita kearah pemikiran; apakah ada kaitan antara moral atau etika
dengan ilmu pengetahuan (teknologi); saat mana dalam pengembangan ilmu
memerlukan pertimbangan moral/etika
Akibat teknologi pada perilaku manusia muncul dalam fenomena penerapan kontrol
tingkah laku (behavior control). Behavior control merupakan kemampuan untuk
mengatur orang melaksanakan tindakan seperti yang dikehendaki oleh si pengatur.
Behavior control memunculkan masalah etis apabila kelakuan seseorang dikontrol oleh
teknologi dan bukan oleh si subjek itu sendiri.
● Pancasila sebagai Dasar Nilai Dalam Strategi
Karena pengembangan ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara pada kehidupan
manusia maka perlu mempertimbangkan strategi atau cara cara, taktik yang tepat, baik
dan benar agar pengembangan ilmu teknologi memberi manfaat mensejahterakan dan
memartabatkan manusia.
Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita meletakkan Pancasila
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
5. Pengertian dasar nilai menggambarkan Pancasila sebagai suatu sumber orientasi dan
arah pengembangan ilmu.
Peran nilai nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa : melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan
perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini
menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab : memberi arah dan mengendalikan ilmu
pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan,
tidak hanya untuk kelompok, lapisan tertentu.
3. Sila Persatuan Indonesia : mengkomplementasikan universalisme dalam sila sila
yang lain.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi berevolusi dengan leluasa. Eksperimentasi penerapan dan penyebaran
ilmu pengetahuan harus demokratis dan dapat dimusyawarahkan secara perwakilan,
sejak dari kebijakan, penelitian sampai penerapan massal.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menekankan ketiga keadilan
Aristoteles : keadilan distributive, keadilan kontributif, dan keadilan komutatif.
Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan
masyarakat, karena kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh kepentingan
semu.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi pada nilai nilai
Pancasila. Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan kesatuan dari
perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia. Peran Pancasila sebagai
paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada penyadaran, bahwa fanatisme kaidah
kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu hanyalah akan menjebak diri seseorang pada
masalah masalah yang tidak dapat diatasi dengan semata mata berpegangan pada kaidah ilmu
sendiri, khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat mutlak
bagi kehidupan manusia yang berbudaya.
6. Pengertian globalisasi dan Pengaruhnya pada Gawai
Globalisasi merupakan suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi yang
mengikuti sistem nilai kaidah yang sama antara masyarakat diseluruh dunia karena adanya
kemajuan transportasi dan komunikasi sehingga memperlancar interaksi antarwarga dunia.
Menurut bahasanya globalisasi terdiri dari dua frasa yakni global dan sasi, global memiliki arti
mendunia dan sasi berarti proses. Dapat disimpulkan bahwa pengertian globalisasi adalah
proses kemajuan yang mengikuti arus perkembangan zaman. Penyebab utama terjadinya
globalisasi adalah perkembangan jaman yang semakin cepat. Perkembangan zaman ini
menuntut manusia untuk beradaptasi agar dapat tetap bertahan hidup dengan kondisi zaman
yang semakin maju dan modern. Dampak globalisasi dapat kita rasakan dalam kehidupan
sehari-hari kita, mulai dari penggunaan smartphone, penggunaan internet, munculnya peralatan
masak serba canggih, ditemukannya tenaga listrik dengan tenaga matahari dan lain
sebagainya. Hal ini juga menyebabkan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi yang
akan mempercepat proses globalisasi. Dalam bidang komunikasi, telah tercipta berbagai jenis
alat komunikasi yang mendukung dan memperlancar dalam berkomunikasi tanpa terhalang
batas waktu dan jarak. Seperti gawai yaitu suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan
dan fungsi praktis yang secara spesifik dirancang lebih canggih dibandingkan
dengan teknologi yang diciptakan sebelumnya. Contohnya seperti handphone (iphone), laptop
(macbook) dan sebagainya. Dengan adanya gawai dapat mempermudah kehidupan kita
menjadi lebih cepat dan efisien dengan tidak perlu lagi menulis surat untuk berkabar bisa
dengan mengirimkan pesan dengan e-mail maupun layanan pesan singkat dengan sekali klik.
Hubungan globalisasi dengan gawai sangat erat karena dapat mempermudah kita untuk
mengakses apa yang ada di belahan dunia. Seperti mudahnya untuk mengakses berita maupun
pengetahuan yang ingin kita cari tahu di google serta dapat meningkatkan ekonomi suatu
negara dengan adanya perdagangan jual-beli online. Tetapi apabila kita tidak bisa
mengimbangi penggunaan gawai di era globalisasi saat ini itu akan membahayakan karena
tidak adanya filter budaya jadi harus pandai memilih atau menyeleksi mana yang baik atau
buruk dan benar atau tidak benar.
7. D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian sederhana ini kami menyebarkan kuesioner kepada 116 responden yang
mempunyai rentang umur antara 18-25 tahun. Kuesioner ini kami sebarkan melalui media
google form. Tanggapan yang diperoleh dari kuesioner adalah sebagai berikut
1. Umur
Mayoritas generasi muda dari umur 18-20 tahun yang mengisi kuesioner. Ini menandakan
bahwa generasi muda masih memiliki antusiasme dalam mengisi kuesioner dan masih peduli
terhadap penelitian melalui gawai yang mereka miliki. Sedangkan minoritas responden
berumur 23-25 tahun menandakan bahwa generasi yang lebih tua juga masih memiliki sedikit
antusiasme untuk terlibat dalam penelitian.
18-20
71 ORANG
61%
21-23
33 ORANG
29%
24-26
12 ORANG
10%
UMUR
8. 2. Sikap Responden Terhadap Budaya Asing Yang Masuk Ke Indonesia
Mayoritas responden memilih memfilter budaya asing yang masuk ke Indonesia. Berarti
responden masih bisa menerima budaya dari luar akan tetapi mereka menyaring budaya yang
sesuai dengan budaya yang bisa diterima di Indonesia. Sedangkan minoritas responden
menolak budaya asing masuk ke Indonesia berarti minoritas tersebut memiliki sikap yang
tertutup atau tradisional.
3. Moralitas Generasi Muda Dipengaruhi Oleh Globalisasi
MENERIMA SECARA
UTUH
10 ORANG
9%
MEMFILTER
100 ORANG
86%
MENOLAK
6 ORANG
5%
BagaimanaSikap Andaterhadap BudayaAsingyang
Masuk keIndonesia
9. Mayoritas responden beranggapan setuju bahwa globalisasi memang memiliki pengaruh
terhadap moralitas generasi muda. Ini menandakan bahwa globalisasi memberikan budaya
yang berpengaruh pada sikap dan perilaku generasi muda. Sedangkan minoritas responden
yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut berarti responden beranggapan bahwa moralitas
tidak dipengaruhi oleh globalisasi.
4. Anggapan Bahwa Upacara Sudah Tidak Diperlukan Lagi
SETUJU
108 ORANG
93%
TIDAK SETUJU
8 ORANG
7%
MoralitasGenerasiMudaDipengaruhiolehAdanya
Globalisasi. Apakah AndaSetuju dengan Pernyataan
Tersebut?
YA
26 ORANG
22%
TIDAK
90 ORANG
78%
ApakahAndaBeranggapan BahwaUpacaraSudahTidak
Di Perlukan Lagi?
10. Mayoritas responden menjawab tidak, berarti responden masih berpikir bahwa upacara itu
masih penting dilakukan. Ini menandakan bahwa rasa nasionalisme terhadap bangsa masih
tinggi. Sedangkan minoritas yang menjawab ya berarti menandakan bahwa responden tersebut
memiliki rasa nasionalisme yang kurang terhadap bangsa.
5. Terakhir Kali Responden Melaksanakan Upacara Bendera.
Mayoritas responden mengikuti upacara lebih dari 1 tahun yang lalu, hal ini menandakan
bahwa upacara yang dilakukan berdasarkan perintah dari instansi dimana responden
berada. Sedangkan minoritas responden menjawab sebulan yang lalu dan seminggu yang
lalu hal ini menandakan bahwa ada responden yang masih melaksanakan upacara dan
memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.
BEBERAPA
HARI YANG
LALU
5 ORANG…
SEMINGGU YANG
LALU
1 ORANG
1%
SEBULAN YANG
LALU
1 ORANG
1%
2-11 BULAN YANG
LALU
13 ORANG
11%
1 TAHUN YANG
LALU
19 ORANG
17%
LEBIH DARI 1
TAHUN YANG LALU
77 ORANG
66%
Kapan Terakhir Kali AndaMelaksanakan Upacara
Bendera
11. 6. Upacara yang Responden Ikuti Terakhir Kali
Mayoritas responden menjawab upacara yang terakhir kali mereka ikuti adalah upacara
setiap hari senin. Hal ini menandakan bahwa responden terakhir kali mengikuti upacara
pada saat responden masih di bangku SMA. Selain itu sebanyak 26% responden terakhir
kali mengikuti upacara pada acara hari kemerdekaan dan sisanya mengikuti upacara
bendera pada saat hari besar nasional.Dari sampel diatas dapat disimpulkan bahwa ketika
tidak ada yang mengharuskan melakukan upacara bendera orang orang cenderung tidak
mengikuti upacara bendera.
UPACARA SETIAP
SENIN
60 ORANG
52%
UPACARA
KEMERDEKAAN
30 ORANG
26%
UPACARA HARI
BESAR NASIONAL
26 ORANG
22%
Upacara ApaYangTerakhir Kali AndaIkuti
12. 7. Perasaan yang Dialami Responden Pada Saat Mengikuti Upacara
Sebagian besar responden menyatakan bahwa, mereka melakukan upacara bendera hanya
semata mata untuk menggugurkan kewajiban mereka tanpa adanya niatan yang tulus.
Kemudian sebesar 32 % responden mengikuti upacara karena hati nurani mereka yang
masih mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi. Dan sisanya responden mengikuti
upacara karena adanya paksaan dari pihak luar. Hal ini menandakan bahwa masih banyak
orang yang melakukan upacara bendera dengan tidak tulus dan ikhlas serta kurangnya rasa
cinta tanah air.
8. Seberapa Sering Responden Membuka Media Sosial Dalam Satu Hari
PAKSAAN
19 ORANG
16%
HATI NURAN
37 ORANG
32%
MENGGUGURKAN
KEWAJIBAN
60 ORANG
52%
AndaMelakukan UpacaraDengan
13. Tanggapan responden menunjukkan bahwa rata-rata membuka sosial media selama 4-7
jam dalam satu hari. Hal itu menandakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari pun
responden tidak akan bisa lepas dari peran sosial media.
9. Minat Responden Terhadap Berita Dalam Negeri Dan Luar Negeri
1-3 JAM
22 ORANG
19%
4-7 JAM
55 ORANG
47%8-11 JAM
23 ORANG
20%
> 12 JAM
14 ORANG
12%
TIDAK SAMA
SEKALI
2 ORANG
2%
Seberapa Sering AndaMembukaSosialMediaDalam
Satu Hari
DALAM NEGERI
66 ORANG
57%
LUAR NEGERI
50 ORANG
43%
AndaLebih BerminatDengan Berita
14. Mayoritas responden yang telah mengisi kuesioner lebih tertarik pada berita dalam negeri
hal ini menandakan bahwa responden masih menaruh rasa peduli pada keadaan
bangsanya.
10. Sikap Yang Akan Responden Lakukan Jika Indonesia Dalam Keadaan Konflik
Mayoritas responden memilih untuk melakukan bantuan militer, hal ini menandakan
bahwa generasi muda pun masih memiliki kesadaran untuk mempertahankan kehidupan
bangsanya.
11. Pilihan Responden Jika Diberikan Kesempatan Untuk Pindah Kewarganegaraan
DIAM SAJA
39 ORANG
35%
BANTU MILITER
54 ORANG
48%
PINDAH KE NEGARA
LAIN
19 ORANG
17%
Jika IndonesiaDalam Keadaan Konflik, ApayangAkan
AndaLalukan
15. Mayoritas responden tidak menerima kesempatan untuk pindah kewarganegaraan, hal ini
menggambarkan bahwa responden cinta terhadap negaranya.
12. Kepercayaan Responden Terhadap Berita Yang Beredar Di Sosial Media
Mayoritas Responden memilih untuk memfilter terlebih dahulu berita yang mereka terima,
hal ini menandakan bahwa responden tidak mudah termakan berita hoax.
MENERIMA
34 ORANG
29%
TIDAK MENERIMA
82 ORANG
71%
Jika Diberikan Kesempatan Untuk Pindah
Kewarganegaraan AndaMemilihUntuk
YA
2 ORANG
2%
MEMASTIKAN
TERLEBIH DAHULU
107 ORANG
92%
TIDAK
7 ORANG
6%
Jika AdaBerita YangBeredar DariSosial Media Apakah
AndaLangsungPercayaDengan BeritaTersebut
16. E. KESIMPULAN
Dari berbagai jawaban yang telah diberikan oleh responden dapat disimpulkan bahwa
sesungguhnya para generasi muda menyadari bahwa globalisasi mempunyai dampak
terhadap moralitas kaum muda dewasa ini, oleh karena itu mereka menyikapinya dengan
memfilter terlebih dahulu budaya asing yang masuk ke dalam negeri dan selalu memastikan
kebenaran dari sebuah berita sebelum mempercayainya serta membuka media sosial
dengan durasi waktu sewajarnya.
Rasa nasionalisme kaum muda dewasa ini tergolong baik, hal ini terlihat dari jawaban
bahwa mereka selalu update dengan berita dalam negeri yang artinya mereka masih
mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap hal hal yang terjadi di dalam negeri. Mereka
juga masih berfikiran bahwa upacara adalah hal yang penting dan harus tetap dilaksanakan,
walaupun dalam pelaksanaan kebanyakan dari mereka hanya melakukan hal tersebut
berdasarkan kewajiban tidak karena keinginan hati. Nasionalisme yang tinggi ini juga
ditunjukkan pada sikap mereka yang memilih untuk membela negara ketika terjadi konflik.
Namun.
Peran pemerintah dalam penanaman nilai nasionalisme harus ditingkatkan walaupun
sampai saat ini sangat baik dimana pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) atau yang sekarang lebih sering di sebut sebagai PKn (Pendidikan
Kewarganegaraan) di wajibkan ada dalam silabus pendidikan di indonesia mulai dari
jenjang SD (Sekolah Dasar) sampai pada PT (Perguruan Tinggi) namun sayang
pengimpelementasian PKn dalam silabus pendidikan terasa hambar karena inti dari silabus
tersebut terasa monoton dan membuat para siswa merasa malas untuk masuk di jam
pelajaran PKn maka dari itu pemerintah harus bisa membuat gebrakan untuk memperbaiki
sistem penanaman nilai nasionalisme dan pancasila melalui jalur pendidikan formal yang
di beri nama PKn.
17. Referensi:
Chotib. 2007. Sikap Nasionalisme. Jakarta: Bumi Citra
Iriyanto, Ws, 2009, Bahan Kuliah Filsafat Ilmu, Pascasarjana, Semarang.
Tim Satker Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2012, Pendalaman Materi dan Uji
Kompetensi Pendidikan Pancasila.
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/10/5-pengertian-globalisasi-menurut-para-ahli-
lengkap.html
http://materi4belajar.blogspot.com/2017/01/globalisasi-pengertian-penyebab-dan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Gawai