SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 7
SEMINAR NASIONAL DAN LOKAKARYA

    Penerapan Pembelajaran IPA terpadu dan Pendidikan Matematika Realistik
 Indonesia pada guru Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah melalui Lesson Study
                             di Kabupaten Sumenep

I.     Latar Belakang

        Perubahan kurikulum pendidikan nasional menjadi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk
menentukan indikator pencapaian belajar mengajar yang dilakukan. Dengan adanya
kebebasan dalam menentukan indikator pencapaian belajar tersebut membuat guru
dan sekolah harus selalu menganalisis kebutuhan, SDM, sarana, dan fasilitas yang
dimiliki, dengan terus memperhatikan standar kompetensi yang akan dicapai. Untuk
itu, guru maupun pihak sekolah dituntut untuk mengikuti perkembangan informasi
di lapangan agar output (luaran) pendidikan yang dilakukan dapat diterima di
jenjang lebih tinggi.
        Pengajaran IPA dan Matematika secara terpisah merupakan kendala bagi
siswa untuk menyerap materi pelajaran secara optimal serta memerlukan waktu
yang lebih lama dalam penyelesaian proses belajar mengajar. Masing-masing materi
fisika dan biologi diajarkan oleh guru dan waktu yang berbeda, menyebabkan
materi IPA berdiri sendiri-sendiri. Kendala lain, yaitu antara materi fisika dan
biologi pada semester yang sama belum terkait satu sama lain. Mungkin saja materi
yang terkait pada semester yang lain, sehingga antara fisika dan biologi belum
terintegrasi secara harmonis.
        Keunggulan pembelajaran terpadu yaitu: (1) pengalaman dan kegiatan
belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya, (2) kegiatan yang dipilih
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan belajar bermakna bagi anak,
sehingga hasilnya dapat bertahan lama, (4) keterampilan berpikir anak berkembang
dalam proses pembelajaran terpadu, (5) kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis
sesuai dengan lingkungan anak (kontekstual), dan (6) keterampilan sosial anak
berkembang dalam proses pembelajaran terpadu seperti kerja sama, komunikasi dan
mau mendengarkan pendapat orang lain (Prabowo, 2000: 4).
        Tuntutan akan peningkatan kualitas pembelajaran dan kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran tersebut, sangat diperlukan kegiatan Lesson
Study sebagai wahana bagi guru untuk saling bertukar informasi mengenai proses
pembelajaran. Pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil
“sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil
pengajaran yang dilaksanakan para guru. Melalui lesson study juga akan
menempatkan peran guru sebagai peneliti pembelajaran. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa Lesson Study merupakan cara efektif yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
        Atas dasar analisis situasi di atas kiranya sangat perlu memberi bekal kepada
para guru agar mereka dapat membuat perangkat dan melaksanakan pembelajaran
IPA terpadu dan Matematika melalui lesson study. Pada kegiatan ini direncanakan
adanya pelatihan pembimbingan dan penyusunan perangkat pembelajaran sains
                                                                                   1
terpadu dan pembelajaran matematika realistik Indonesia yang diujicobakan melaui
lesson study di kabupaten Sumenep. Jadi dengan dilakukannya pelatihan
pembimbingan dan penyusunan Pembelajaran IPA terpadu dan Matematika pada
guru Sekolah Dasar melalui lesson study di Kabupaten Sumenep ini diharapkan
para guru akan lebih mampu menerapkan pembelajaran sains terpadu dan
Matematika sehingga kemampuan guru dalam mengajar dapat meningkat.

2.   TUJUAN KEGIATAN

       Tujuan dari kegiatan ini adalah:
a.     Memberikan keterampilan kepada guru SD dan MI dalam mempersiapkan
       dan melaksanakan perangkat pembelajaran Sains terpadu dan PMRI
       berorientasi KTSP.
b.     Memberikan pengetahuan/pemahaman kepada guru SD dan MI tentang
       pelaksananaan pembelajaran melalui lesson study.


3. MANFAAT KEGIATAN

a.    Dari Sisi Pendidikan:
   Membimbing guru untuk membuat dan melaksanakan perangkat pembelajaran
   sains/IPA terpadu dan PMRI serta meningkatkan keterampilan mereka dalam
   mengelola pembelajan melalui lesson study.
b.    Dari Sisi Nilai Tambah:
   Membantu sekolah dalam hal mewujudkan dokumen-dokumen hasil kegiatan
   pelaporan hasil lesson study.
c.    Dampak Secara Keseluruhan
   Dengan diperolehnya keterampilan mengembangkan perangkat pembelajaran
   sains terpadu, dan PMRI, mengelola pembelajaran, dan melaksanakan lesson
   study. Hasil kegiatan guru tersebut dapat pula dibuat karya tulis ilmiah dalam
   bentuk laporan lesson study. Di samping itu dokumen hasil kegiatan lesson
   study yang dibuat tersebut akan menambah/melengkapi koleksi dokumen di
   sekolah.


4. TINJAUAN PUSTAKA
a.      Pengetian Lesson Study
        Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelajutan berlandaskan prinsip-
prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
        Fernandez dan Yoshida (2004:7) mengemukakan bahwa Lesson study is a
direct translation for the Japanese term jugyokenkyu, which is composed of two
words: jugyo, which means lesson, and kenkyu, which means study or research. As
denoted by this term, lesson study consists of the study or examination of teaching
practice. How do Japanese teachers examine their teaching through lesson study?
They engage in a well-defined process that involves discussing lessons that they
have first planned and observed together. These lessons are called kenkyujugyo,
which is simply a reversal of the term jugyokenkyu and thus literally means study or
research lessons, or more specifically lessons that are the object of one’s study.
Study lessons are “studied” by carrying out the steps described next in an attempt

                                                                                  2
to explore a research goal that the teachers have chosen to work on (e.g.,
understanding how to encourage students to be autonomous learners).
       Selanjutnya Fernandez dan Yoshida (2004:7-9) mengemukakan 6 (enam)
langkah dalam proses melaksanakan suatu lesson study. Keenam langkah itu adalah
(1) Collaboratively Planning the Study Lesson, (2) Seeing the Study Lesson in
Action, (3) Discussing the Study Lesson, (4) Revising the Lesson (Optional), (5)
Teaching the New Version of the Lesson (Optional), dan (6) Sharing Reflections
About the New Version of the Lesson.

b.      Pentingnya Lesson Study
        Lesson Study dipilih dan dimplementasikan karena beberapa alasan.
Pertama, lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran di kelas. Hal ini benar, karena (1) pengembangan lesson
study yang dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional
yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru,
(2) penekanan mendasar suatu lesson study adalah para siswa memiliki kualitas
belajar, (3) tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam
pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study
mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan (5) lesson study
akan menempatkan peran guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002:7).
        Kedua, lesson study yang didesain dengan baik akan menghasilkan guru
yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan lesson study para guru dapat
(1) menentukan tujuan, pelajaran (lesson), satuan (unit) pelajaran, dan mata
pelajaran yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat
bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan;
(4) menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai para siswa; (5)
merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan
perilaku siswa;(7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat
diandalkan; dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya
berdasarkan pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002:27)

c.     Pembelajaran Sains Terpadu
       Fogarty (1991: 35) mengemukakan bahwa terdapat 10 tipe pembelajaran
terpadu. Namun dengan mempertimbangkan berbagai teknis penerapannya, studi
IPA di Jawa Timur (1999 s/d 2002) memilih tiga tipe pembelajaran Sains terpadu
untuk diterapkan, yaitu (a) pembelajaran tipe keterhubungan (connected), (b)
pembelajaran tipe jaring laba-laba (webbed), dan (c) pembelajaran tipe keterpaduan
(integrated).
       Pembelajaran tipe keterhubungan adalah
tipe pembelajaran Sains terpadu yang secara
sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu
konsep dengan konsep lain, satu topik dengan
topik lain,       satu   keterampilan     dengan
keterampilan lain di dalam satu disiplin ilmu.           Gambar 1. Diagram
Sebagai       contoh,    guru secara sengaja              pembelajaran tipe
memadukan antara konsep perubahan wujud              keterhubungan (connected)
dan energi matahari dalam disiplin fisika.




                                                                                3
Pembelajaran      tipe    jaring   laba-laba
                                merupakan tipe pembelajaran Sains terpadu yang
                                menggunakan pendekatan tematik. Dengan
             Tema               pembelajaran ini, pengembangan pembelajaran
                                Sains terpadu dimulai dengan menentukan tema
                                tertentu, misalnya interaksi. Tema dapat
                                ditetapkan dengan kesepakatan antara guru dan
                                siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi
                                sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati,
      Gambar 2. Diagram         dikembangkan sub-sub tema ini dikembangkan
    pembelajaran tipe jaring    aktivitas belajar yang harus dilakukan oleh siswa.
      laba-laba (webbed)

       Pembelajaran tipe keterpaduan merupakan
pembelajaran Sains terpadu yang menggunakan
pendekatan antar disiplin ilmu. Pembelajaran ini
diusahakan dengan cara menggabungkan disiplin ilmu
dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan
menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang
saling tumpang tindih di dalam beberapa disiplin
ilmu. Berbeda dengan pembelajaran jaring laba-laba
yang      menuntut       pemilihan      tema       dan
pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam           Gambar 3. Diagram model
pembelajaran keterpaduan tema yang berkaitan dan               terpadu (integrated)
bertumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin
dicari dan dipilih guru dalam tahap perencanaan
program.
       Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang
akan dibelajarkan dalam satu semester dari beberapa disiplin ilmu dalam Sains.
Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki
keterkaitan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa disiplin tersebut.

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

        Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pengajaran matematika,
khususnya di sekolah dasar, belum menekankan pada pengembangan daya nalar
(reasoning), logika dan proses berpikir siswa. Pengajaran matematika umumnya
didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa
ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa.
        Selain itu, proses belajar mengajar hampir selalu berlangsung dengan
metode ceramah yang mekanistik, dengan guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan
di kelas. Siswa mendengarkan, meniru atau mencontoh dengan persis sama cara
yang diberikan guru tanpa inisiatif. Siswa tidak dibiarkan atau didorong
mengoptimalkan potensi dirinya, mengembangkan penalaran maupun
kreativitasnya. Pembelajaran matematika juga seolah-olah dianggap lepas untuk
mengembangkan kepribadian siswa. Pembelajaran matematika dianggap hanya
menekankan faktor kognitif saja, padahal pengembangan kepribadian sebagai
bagian dari kecakapan hidup merupakan tugas semua mata pelajaran di sekolah.
Menghadapi kondisi itu, pembelajaran matematika harus mengubah citra dari
pembelajaran yang mekanistis menjadi humanistik yang menyenangkan.
                                                                                 4
Pembelajaran yang dulunya memasung kreativitas siswa menjadi yang
membuka kran kreativitas. Pembelajaran yang dulu berkutat pada aspek kognitif
menjadi yang berkubang pada semua aspek termasuk kepribadian dan sosial. Salah
satu inovasi pembelajaran matematika itu adalah pembelajaran yang mendasarkan
pada penerapan “Pendidikan Matematika Realistik Indonesia” atau disingkat PMRI.
        PMRI mendasarkan pada teori pendidikan matematika yang dikembangkan
di Belanda yang dinamakan “Realistics Mathematics Educations (RME)”.
Kemudian dikembangkan dengan situasi dan kondisi serta konteks di Indonesia,
maka ditambahkan kata “Indonesia” untuk memberi ciri yang berbeda. Prinsip dan
karakteristik dasar dari PMRI tetap sama mendasarkan pada RME

5. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam kegiatan ini meliputi:


        Informasi tentang apa dan mengapa                     Bagaimana proses pelaksanaan
               harus / lesson study                                  lesson study




           Penerapan lesson study untuk
            pembelajaran sains terpadu                           Plan 1 dan 2
                                                          Pembelajaran Sains terpadu



                                                                   Do-See
                                                          Pembelajaran Sains terpadu



                                                    Refleksi guru dalam melaksanakan
                                                              Lesson study


                   Umpan balik


     Pemantauan dan evaluasi keterampilan guru                 Karya lesson study
        dalam membuat laporan lesson study


                       Gambar 2. Kerangka Pemecahan Masalah


       Pada kerangka pemecahan masalah ini pemberian pengetahuan/pemahaman
kepada guru sains tentang lesson study secara teoritis diawali dengan pemahaman
tentang apa, mengapa dan bagaimana lesson study, kemudian pengkajian tentang
bagaimanan melaksnanakan lesson study untuk peembelajaran sains terpadu, dan
cara mudah membuat laporan lesson study.

6.   KHALAYAK SASARAN ANTARA YANG STRATEGIS
     Khalayak sasaran utama pada kegiatan ini adalah para guru Sains jenjang
SD dan MI di wilayah Kabupaten Sumenep. Namun tidak menutup kemungkinan

                                                                                         5
bahwa para pengawas, Kepala Sekolah SD dan MI di wilayah Kabupaten Sumenep
menjadi khalayak sasaran antara yang strategis dalam kegiatan ini. Hal ini
dimaksudkan supaya upaya peningkatan kompetensi guru maupun sekolah dalam
melaksanakan lesson study dan membuat laporan, serta dan membuat karya ilmiah
terkaid kegiatan lesson study.

7. KETERKAITAN
       Kegiatan ini terkait erat dengan Diknas dan Depag kabupaten Sumenep yang
bertanggung jawab untuk peningkatan kualitas pendidikan guru guru baik di
tingkat dasar maupun tingkat lanjut Kabupaten Sumenep. Keberhasilan ini
membantu apa yang diprogramkan oleh Diknas dan Depag serta instansi/ sekolah-
sekolah tersebut. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) sangat
mendapatkan manfaat dari kegiatan ini, karena kemampuan profesional guru dalam
penyiapan dan pengembangan perangkat pembelajarannya sangat ditingkatkan
melalui pelaksanakan kegiatan ini.

8.   METODE KEGIATAN
       Metode pelaksanaan kegiatan Diklat ini dibagi dalam 2 (dua) tahap yaitu
tahap pengenalan, dan pelatihan
  a. Tahap pengenalan meliputi penyajian materi dalam bantuk seminar
  b. Tahap pelatihan membuat perangkat pembelajaran sains terpadu dan PMRI
      yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
       Jika kegiatan ini mendapat respon positif dari peserta yang didukung oleh
stakeholder dalam hal ini Diknas dan Depag, maka kegiatan ini akan ditindaklanjuti
dengan pendampingan langsung ke sekolah-sekolah sampel serta evaluasi hasil

9. RENCANA RANCANGAN EVALUASI
       Evaluasi dilakukan pada pertemuan kedua hingga 2-3 bulan berikutnya.
Adapun kriteria, indikator dan tolok ukur yang digunakan dalam evaluasi
keberhasilan kegiatan ini adalah sebagai berikut:

                     Kriteria Evaluasi Peserta Pendampingan




10. WAKTU DAN TEMPAT PELAKANAAN
       Kegiatan ini direncakan pada hari Minggu, 1 Agustus 2010 bertempat di
Gedung Pertemuan Korpri (dalam konfirmasi) Jl.dr. Cipto Sumenep
Pembicara:
1. Prof. Dr. Siti M.Amin, M.Pd (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia)
   konsultan nasional PMRI; Penulis Buku Ajar Matematika

                                                                                6
2. Dra. Sri Mulyaningsih, MS. (pembelajaran IPA) Konsultan nasional SEQIP
   (Science Education Quality Improvement Project); Penulis Buku Ajar IPA

Fasilitator:
Dosen-dosen FMIPA-Unesa

11.    PUSTAKA ACUAN
Fernandez, Clea and Yoshida, Makoto. 2004. Lesson Study: A Japanese Approach
      to Improving Mathematics Teaching and Learning. Mahmah, New Jersey:
      Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Fogarty, R. 1991. How To Integrate The Curricula. Illinois: IRI/Skylight
       Publishing, Inc.

Lewis, Catherine C. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-Led Instructional
       Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc.

Prabowo. 2000. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Terpadu Dalam
      Menghadapi Perkembangan IPTEK Milenium III. Makalah disampaikan
      pada Seminar dan Lokakarya Jurusan Fisika FMIPA UNESA bekerja sama
      dengan Himpunan Fisika Indonesia (HFI) dengan tema Optimalisasi
      Peranan Fisika    Menghadapi Perkembangan IPTEK Milenium III .
      Surabaya: Unesa

Tatag Yuli Eko Siswono, 2010. PMRI: Pembelajaran Matematika yang
      Pengembangkan Penalaran, Kreativitas dan Kepribadian Siswa. Diunduh
      dari: http://www.docstoc.com/docs/22293613/PMRI tanggal 19 Juni 2010.




                                                                              7

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Ptk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xi
Ptk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xiPtk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xi
Ptk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xi
Eko Supriyadi
 
10 model pembelajaran sains terpadu
10 model pembelajaran sains terpadu10 model pembelajaran sains terpadu
10 model pembelajaran sains terpadu
Warman Tateuteu
 
tugas individu paket 2 (tematik)
tugas individu paket 2 (tematik)tugas individu paket 2 (tematik)
tugas individu paket 2 (tematik)
Nastiti Rahajeng
 
Laporan penerapan model pembelajaran problem based Instruction (PBI)
Laporan penerapan model pembelajaran problem based Instruction (PBI)Laporan penerapan model pembelajaran problem based Instruction (PBI)
Laporan penerapan model pembelajaran problem based Instruction (PBI)
Dody Perdana
 
Persepsi guru-tentang-buku-teks
Persepsi guru-tentang-buku-teksPersepsi guru-tentang-buku-teks
Persepsi guru-tentang-buku-teks
Felix Baskara
 
Pembelajaran IPA Terpadu SMP
Pembelajaran IPA Terpadu SMPPembelajaran IPA Terpadu SMP
Pembelajaran IPA Terpadu SMP
smpbudiagung
 
Model pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpaduModel pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu
Anwar Sanusi
 
Makalah metode pembelajaran pkn sd
                Makalah metode pembelajaran pkn sd                Makalah metode pembelajaran pkn sd
Makalah metode pembelajaran pkn sd
etto kono
 

Was ist angesagt? (19)

Ptk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xi
Ptk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xiPtk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xi
Ptk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xi
 
Tematik makalah SD
Tematik makalah SDTematik makalah SD
Tematik makalah SD
 
Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpaduPembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu
 
Pengembangan model pembelajaran tematik integratif
Pengembangan model pembelajaran tematik integratifPengembangan model pembelajaran tematik integratif
Pengembangan model pembelajaran tematik integratif
 
Modul 2
Modul 2Modul 2
Modul 2
 
10 model pembelajaran sains terpadu
10 model pembelajaran sains terpadu10 model pembelajaran sains terpadu
10 model pembelajaran sains terpadu
 
385 1342-1-p bx
385 1342-1-p bx385 1342-1-p bx
385 1342-1-p bx
 
tugas individu paket 2 (tematik)
tugas individu paket 2 (tematik)tugas individu paket 2 (tematik)
tugas individu paket 2 (tematik)
 
Model ipa-terpadu-smp
Model ipa-terpadu-smpModel ipa-terpadu-smp
Model ipa-terpadu-smp
 
Laporan penerapan model pembelajaran problem based Instruction (PBI)
Laporan penerapan model pembelajaran problem based Instruction (PBI)Laporan penerapan model pembelajaran problem based Instruction (PBI)
Laporan penerapan model pembelajaran problem based Instruction (PBI)
 
Persepsi guru-tentang-buku-teks
Persepsi guru-tentang-buku-teksPersepsi guru-tentang-buku-teks
Persepsi guru-tentang-buku-teks
 
PKP Bab 2
PKP Bab 2PKP Bab 2
PKP Bab 2
 
2
22
2
 
Pedoman Mata Pelajaran IPA SMP
Pedoman Mata Pelajaran IPA SMPPedoman Mata Pelajaran IPA SMP
Pedoman Mata Pelajaran IPA SMP
 
tematik sd
tematik sdtematik sd
tematik sd
 
PTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENTPTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENT
 
Pembelajaran IPA Terpadu SMP
Pembelajaran IPA Terpadu SMPPembelajaran IPA Terpadu SMP
Pembelajaran IPA Terpadu SMP
 
Model pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpaduModel pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu
 
Makalah metode pembelajaran pkn sd
                Makalah metode pembelajaran pkn sd                Makalah metode pembelajaran pkn sd
Makalah metode pembelajaran pkn sd
 

Ähnlich wie Proposal ls sd mi

Alasan logis empiris penerapan ipa terpadu
Alasan logis empiris penerapan ipa terpaduAlasan logis empiris penerapan ipa terpadu
Alasan logis empiris penerapan ipa terpadu
Ardiana21
 
347383586 tugas-resume-pembelajaran-terpadu-modul-1-6-docx
347383586 tugas-resume-pembelajaran-terpadu-modul-1-6-docx347383586 tugas-resume-pembelajaran-terpadu-modul-1-6-docx
347383586 tugas-resume-pembelajaran-terpadu-modul-1-6-docx
nurul hakimin
 
Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpaduPembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu
nani nurnaeni
 
Pembelajaran terpadu-dan-tematik
Pembelajaran terpadu-dan-tematikPembelajaran terpadu-dan-tematik
Pembelajaran terpadu-dan-tematik
tsamarul_hizbi
 

Ähnlich wie Proposal ls sd mi (20)

Alasan logis empiris penerapan ipa terpadu
Alasan logis empiris penerapan ipa terpaduAlasan logis empiris penerapan ipa terpadu
Alasan logis empiris penerapan ipa terpadu
 
Ipa terpadu
Ipa terpaduIpa terpadu
Ipa terpadu
 
347383586 tugas-resume-pembelajaran-terpadu-modul-1-6-docx
347383586 tugas-resume-pembelajaran-terpadu-modul-1-6-docx347383586 tugas-resume-pembelajaran-terpadu-modul-1-6-docx
347383586 tugas-resume-pembelajaran-terpadu-modul-1-6-docx
 
Pembelajaran tematik
Pembelajaran tematikPembelajaran tematik
Pembelajaran tematik
 
Metode Pembelajaran Tematik.pdf
Metode Pembelajaran Tematik.pdfMetode Pembelajaran Tematik.pdf
Metode Pembelajaran Tematik.pdf
 
Metode Pembelajaran Tematik.docx
Metode Pembelajaran Tematik.docxMetode Pembelajaran Tematik.docx
Metode Pembelajaran Tematik.docx
 
Konsep dasar pembelajaran terpadu
Konsep dasar  pembelajaran terpaduKonsep dasar  pembelajaran terpadu
Konsep dasar pembelajaran terpadu
 
Penerapan Model Pembelajaran CIRC
Penerapan Model Pembelajaran CIRCPenerapan Model Pembelajaran CIRC
Penerapan Model Pembelajaran CIRC
 
pemebelajaranportofolio-201116025752.pptx
pemebelajaranportofolio-201116025752.pptxpemebelajaranportofolio-201116025752.pptx
pemebelajaranportofolio-201116025752.pptx
 
Model Pembelajaran portofolio
Model Pembelajaran portofolioModel Pembelajaran portofolio
Model Pembelajaran portofolio
 
Presentation BU AISYAH-1.pptx
Presentation BU AISYAH-1.pptxPresentation BU AISYAH-1.pptx
Presentation BU AISYAH-1.pptx
 
Model model pembelajaran ipa
Model model pembelajaran ipaModel model pembelajaran ipa
Model model pembelajaran ipa
 
Model model pembelajaran ipa
Model model pembelajaran ipaModel model pembelajaran ipa
Model model pembelajaran ipa
 
Model model pembelajaran ipa
Model model pembelajaran ipaModel model pembelajaran ipa
Model model pembelajaran ipa
 
Model model pembelajaran ipa
Model model pembelajaran ipaModel model pembelajaran ipa
Model model pembelajaran ipa
 
Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpaduPembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu
 
Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpaduPembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu
 
Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpaduPembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pembelajaran terpadu-dan-tematik
Pembelajaran terpadu-dan-tematikPembelajaran terpadu-dan-tematik
Pembelajaran terpadu-dan-tematik
 

Kürzlich hochgeladen

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 

Kürzlich hochgeladen (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 

Proposal ls sd mi

  • 1. SEMINAR NASIONAL DAN LOKAKARYA Penerapan Pembelajaran IPA terpadu dan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia pada guru Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah melalui Lesson Study di Kabupaten Sumenep I. Latar Belakang Perubahan kurikulum pendidikan nasional menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk menentukan indikator pencapaian belajar mengajar yang dilakukan. Dengan adanya kebebasan dalam menentukan indikator pencapaian belajar tersebut membuat guru dan sekolah harus selalu menganalisis kebutuhan, SDM, sarana, dan fasilitas yang dimiliki, dengan terus memperhatikan standar kompetensi yang akan dicapai. Untuk itu, guru maupun pihak sekolah dituntut untuk mengikuti perkembangan informasi di lapangan agar output (luaran) pendidikan yang dilakukan dapat diterima di jenjang lebih tinggi. Pengajaran IPA dan Matematika secara terpisah merupakan kendala bagi siswa untuk menyerap materi pelajaran secara optimal serta memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian proses belajar mengajar. Masing-masing materi fisika dan biologi diajarkan oleh guru dan waktu yang berbeda, menyebabkan materi IPA berdiri sendiri-sendiri. Kendala lain, yaitu antara materi fisika dan biologi pada semester yang sama belum terkait satu sama lain. Mungkin saja materi yang terkait pada semester yang lain, sehingga antara fisika dan biologi belum terintegrasi secara harmonis. Keunggulan pembelajaran terpadu yaitu: (1) pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya, (2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama, (4) keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu, (5) kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak (kontekstual), dan (6) keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu seperti kerja sama, komunikasi dan mau mendengarkan pendapat orang lain (Prabowo, 2000: 4). Tuntutan akan peningkatan kualitas pembelajaran dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tersebut, sangat diperlukan kegiatan Lesson Study sebagai wahana bagi guru untuk saling bertukar informasi mengenai proses pembelajaran. Pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru. Melalui lesson study juga akan menempatkan peran guru sebagai peneliti pembelajaran. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Lesson Study merupakan cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Atas dasar analisis situasi di atas kiranya sangat perlu memberi bekal kepada para guru agar mereka dapat membuat perangkat dan melaksanakan pembelajaran IPA terpadu dan Matematika melalui lesson study. Pada kegiatan ini direncanakan adanya pelatihan pembimbingan dan penyusunan perangkat pembelajaran sains 1
  • 2. terpadu dan pembelajaran matematika realistik Indonesia yang diujicobakan melaui lesson study di kabupaten Sumenep. Jadi dengan dilakukannya pelatihan pembimbingan dan penyusunan Pembelajaran IPA terpadu dan Matematika pada guru Sekolah Dasar melalui lesson study di Kabupaten Sumenep ini diharapkan para guru akan lebih mampu menerapkan pembelajaran sains terpadu dan Matematika sehingga kemampuan guru dalam mengajar dapat meningkat. 2. TUJUAN KEGIATAN Tujuan dari kegiatan ini adalah: a. Memberikan keterampilan kepada guru SD dan MI dalam mempersiapkan dan melaksanakan perangkat pembelajaran Sains terpadu dan PMRI berorientasi KTSP. b. Memberikan pengetahuan/pemahaman kepada guru SD dan MI tentang pelaksananaan pembelajaran melalui lesson study. 3. MANFAAT KEGIATAN a. Dari Sisi Pendidikan: Membimbing guru untuk membuat dan melaksanakan perangkat pembelajaran sains/IPA terpadu dan PMRI serta meningkatkan keterampilan mereka dalam mengelola pembelajan melalui lesson study. b. Dari Sisi Nilai Tambah: Membantu sekolah dalam hal mewujudkan dokumen-dokumen hasil kegiatan pelaporan hasil lesson study. c. Dampak Secara Keseluruhan Dengan diperolehnya keterampilan mengembangkan perangkat pembelajaran sains terpadu, dan PMRI, mengelola pembelajaran, dan melaksanakan lesson study. Hasil kegiatan guru tersebut dapat pula dibuat karya tulis ilmiah dalam bentuk laporan lesson study. Di samping itu dokumen hasil kegiatan lesson study yang dibuat tersebut akan menambah/melengkapi koleksi dokumen di sekolah. 4. TINJAUAN PUSTAKA a. Pengetian Lesson Study Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelajutan berlandaskan prinsip- prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Fernandez dan Yoshida (2004:7) mengemukakan bahwa Lesson study is a direct translation for the Japanese term jugyokenkyu, which is composed of two words: jugyo, which means lesson, and kenkyu, which means study or research. As denoted by this term, lesson study consists of the study or examination of teaching practice. How do Japanese teachers examine their teaching through lesson study? They engage in a well-defined process that involves discussing lessons that they have first planned and observed together. These lessons are called kenkyujugyo, which is simply a reversal of the term jugyokenkyu and thus literally means study or research lessons, or more specifically lessons that are the object of one’s study. Study lessons are “studied” by carrying out the steps described next in an attempt 2
  • 3. to explore a research goal that the teachers have chosen to work on (e.g., understanding how to encourage students to be autonomous learners). Selanjutnya Fernandez dan Yoshida (2004:7-9) mengemukakan 6 (enam) langkah dalam proses melaksanakan suatu lesson study. Keenam langkah itu adalah (1) Collaboratively Planning the Study Lesson, (2) Seeing the Study Lesson in Action, (3) Discussing the Study Lesson, (4) Revising the Lesson (Optional), (5) Teaching the New Version of the Lesson (Optional), dan (6) Sharing Reflections About the New Version of the Lesson. b. Pentingnya Lesson Study Lesson Study dipilih dan dimplementasikan karena beberapa alasan. Pertama, lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Hal ini benar, karena (1) pengembangan lesson study yang dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, (2) penekanan mendasar suatu lesson study adalah para siswa memiliki kualitas belajar, (3) tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan (5) lesson study akan menempatkan peran guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002:7). Kedua, lesson study yang didesain dengan baik akan menghasilkan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan lesson study para guru dapat (1) menentukan tujuan, pelajaran (lesson), satuan (unit) pelajaran, dan mata pelajaran yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan; (4) menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai para siswa; (5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa;(7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002:27) c. Pembelajaran Sains Terpadu Fogarty (1991: 35) mengemukakan bahwa terdapat 10 tipe pembelajaran terpadu. Namun dengan mempertimbangkan berbagai teknis penerapannya, studi IPA di Jawa Timur (1999 s/d 2002) memilih tiga tipe pembelajaran Sains terpadu untuk diterapkan, yaitu (a) pembelajaran tipe keterhubungan (connected), (b) pembelajaran tipe jaring laba-laba (webbed), dan (c) pembelajaran tipe keterpaduan (integrated). Pembelajaran tipe keterhubungan adalah tipe pembelajaran Sains terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain di dalam satu disiplin ilmu. Gambar 1. Diagram Sebagai contoh, guru secara sengaja pembelajaran tipe memadukan antara konsep perubahan wujud keterhubungan (connected) dan energi matahari dalam disiplin fisika. 3
  • 4. Pembelajaran tipe jaring laba-laba merupakan tipe pembelajaran Sains terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Dengan Tema pembelajaran ini, pengembangan pembelajaran Sains terpadu dimulai dengan menentukan tema tertentu, misalnya interaksi. Tema dapat ditetapkan dengan kesepakatan antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, Gambar 2. Diagram dikembangkan sub-sub tema ini dikembangkan pembelajaran tipe jaring aktivitas belajar yang harus dilakukan oleh siswa. laba-laba (webbed) Pembelajaran tipe keterpaduan merupakan pembelajaran Sains terpadu yang menggunakan pendekatan antar disiplin ilmu. Pembelajaran ini diusahakan dengan cara menggabungkan disiplin ilmu dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa disiplin ilmu. Berbeda dengan pembelajaran jaring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam Gambar 3. Diagram model pembelajaran keterpaduan tema yang berkaitan dan terpadu (integrated) bertumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang akan dibelajarkan dalam satu semester dari beberapa disiplin ilmu dalam Sains. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki keterkaitan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa disiplin tersebut. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pengajaran matematika, khususnya di sekolah dasar, belum menekankan pada pengembangan daya nalar (reasoning), logika dan proses berpikir siswa. Pengajaran matematika umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa. Selain itu, proses belajar mengajar hampir selalu berlangsung dengan metode ceramah yang mekanistik, dengan guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan di kelas. Siswa mendengarkan, meniru atau mencontoh dengan persis sama cara yang diberikan guru tanpa inisiatif. Siswa tidak dibiarkan atau didorong mengoptimalkan potensi dirinya, mengembangkan penalaran maupun kreativitasnya. Pembelajaran matematika juga seolah-olah dianggap lepas untuk mengembangkan kepribadian siswa. Pembelajaran matematika dianggap hanya menekankan faktor kognitif saja, padahal pengembangan kepribadian sebagai bagian dari kecakapan hidup merupakan tugas semua mata pelajaran di sekolah. Menghadapi kondisi itu, pembelajaran matematika harus mengubah citra dari pembelajaran yang mekanistis menjadi humanistik yang menyenangkan. 4
  • 5. Pembelajaran yang dulunya memasung kreativitas siswa menjadi yang membuka kran kreativitas. Pembelajaran yang dulu berkutat pada aspek kognitif menjadi yang berkubang pada semua aspek termasuk kepribadian dan sosial. Salah satu inovasi pembelajaran matematika itu adalah pembelajaran yang mendasarkan pada penerapan “Pendidikan Matematika Realistik Indonesia” atau disingkat PMRI. PMRI mendasarkan pada teori pendidikan matematika yang dikembangkan di Belanda yang dinamakan “Realistics Mathematics Educations (RME)”. Kemudian dikembangkan dengan situasi dan kondisi serta konteks di Indonesia, maka ditambahkan kata “Indonesia” untuk memberi ciri yang berbeda. Prinsip dan karakteristik dasar dari PMRI tetap sama mendasarkan pada RME 5. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam kegiatan ini meliputi: Informasi tentang apa dan mengapa Bagaimana proses pelaksanaan harus / lesson study lesson study Penerapan lesson study untuk pembelajaran sains terpadu Plan 1 dan 2 Pembelajaran Sains terpadu Do-See Pembelajaran Sains terpadu Refleksi guru dalam melaksanakan Lesson study Umpan balik Pemantauan dan evaluasi keterampilan guru Karya lesson study dalam membuat laporan lesson study Gambar 2. Kerangka Pemecahan Masalah Pada kerangka pemecahan masalah ini pemberian pengetahuan/pemahaman kepada guru sains tentang lesson study secara teoritis diawali dengan pemahaman tentang apa, mengapa dan bagaimana lesson study, kemudian pengkajian tentang bagaimanan melaksnanakan lesson study untuk peembelajaran sains terpadu, dan cara mudah membuat laporan lesson study. 6. KHALAYAK SASARAN ANTARA YANG STRATEGIS Khalayak sasaran utama pada kegiatan ini adalah para guru Sains jenjang SD dan MI di wilayah Kabupaten Sumenep. Namun tidak menutup kemungkinan 5
  • 6. bahwa para pengawas, Kepala Sekolah SD dan MI di wilayah Kabupaten Sumenep menjadi khalayak sasaran antara yang strategis dalam kegiatan ini. Hal ini dimaksudkan supaya upaya peningkatan kompetensi guru maupun sekolah dalam melaksanakan lesson study dan membuat laporan, serta dan membuat karya ilmiah terkaid kegiatan lesson study. 7. KETERKAITAN Kegiatan ini terkait erat dengan Diknas dan Depag kabupaten Sumenep yang bertanggung jawab untuk peningkatan kualitas pendidikan guru guru baik di tingkat dasar maupun tingkat lanjut Kabupaten Sumenep. Keberhasilan ini membantu apa yang diprogramkan oleh Diknas dan Depag serta instansi/ sekolah- sekolah tersebut. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) sangat mendapatkan manfaat dari kegiatan ini, karena kemampuan profesional guru dalam penyiapan dan pengembangan perangkat pembelajarannya sangat ditingkatkan melalui pelaksanakan kegiatan ini. 8. METODE KEGIATAN Metode pelaksanaan kegiatan Diklat ini dibagi dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap pengenalan, dan pelatihan a. Tahap pengenalan meliputi penyajian materi dalam bantuk seminar b. Tahap pelatihan membuat perangkat pembelajaran sains terpadu dan PMRI yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Jika kegiatan ini mendapat respon positif dari peserta yang didukung oleh stakeholder dalam hal ini Diknas dan Depag, maka kegiatan ini akan ditindaklanjuti dengan pendampingan langsung ke sekolah-sekolah sampel serta evaluasi hasil 9. RENCANA RANCANGAN EVALUASI Evaluasi dilakukan pada pertemuan kedua hingga 2-3 bulan berikutnya. Adapun kriteria, indikator dan tolok ukur yang digunakan dalam evaluasi keberhasilan kegiatan ini adalah sebagai berikut: Kriteria Evaluasi Peserta Pendampingan 10. WAKTU DAN TEMPAT PELAKANAAN Kegiatan ini direncakan pada hari Minggu, 1 Agustus 2010 bertempat di Gedung Pertemuan Korpri (dalam konfirmasi) Jl.dr. Cipto Sumenep Pembicara: 1. Prof. Dr. Siti M.Amin, M.Pd (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) konsultan nasional PMRI; Penulis Buku Ajar Matematika 6
  • 7. 2. Dra. Sri Mulyaningsih, MS. (pembelajaran IPA) Konsultan nasional SEQIP (Science Education Quality Improvement Project); Penulis Buku Ajar IPA Fasilitator: Dosen-dosen FMIPA-Unesa 11. PUSTAKA ACUAN Fernandez, Clea and Yoshida, Makoto. 2004. Lesson Study: A Japanese Approach to Improving Mathematics Teaching and Learning. Mahmah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Fogarty, R. 1991. How To Integrate The Curricula. Illinois: IRI/Skylight Publishing, Inc. Lewis, Catherine C. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc. Prabowo. 2000. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Terpadu Dalam Menghadapi Perkembangan IPTEK Milenium III. Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Jurusan Fisika FMIPA UNESA bekerja sama dengan Himpunan Fisika Indonesia (HFI) dengan tema Optimalisasi Peranan Fisika Menghadapi Perkembangan IPTEK Milenium III . Surabaya: Unesa Tatag Yuli Eko Siswono, 2010. PMRI: Pembelajaran Matematika yang Pengembangkan Penalaran, Kreativitas dan Kepribadian Siswa. Diunduh dari: http://www.docstoc.com/docs/22293613/PMRI tanggal 19 Juni 2010. 7