SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 28
DEFINISI
Hipertensi apabila tekanan darah sistole
>140 mmhg dan diastole >90 mmhg
Etiologi
• Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya
adalah penyakit ginjal.
• Pada sekitar 1-2% adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
• Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah
feokromositoma
• Kegemukan (obesitas),
• Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga),
• Stres,
• Alkohol
• Garam dalam makanan
KLASIFIKASI
Berdasarkan The Seventh Report oh The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure
KategoriTekanan Darah Sistolik danTekanan Darah Diastolik
Sistole Diastole
– Normal dibawah 130 mmHg < 85 mmHg
– Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
– Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
– Stadium 2 >160 mmhg >100 mmHg
MEKANISME
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri
bisa terjadi melalui beberapa cara:
• Jantung memompa lebih kuat → mengalirkan
banyak cairan pada setiap detiknya
• Arteri besar kehilangan kelenturannya dan
menjadi kaku → arteriosklerosis dan
vasokonstriksi
• Bertambahnya cairan dalam sirkulasi →
meningkatnya tekanan darah.
FAKTOR-FAKTOR RESIKO :
• Keturunan
• Faktor genetik
• Kehidupan din
• Perkiraan lain pada anak-anak
• Bobot badan / Obesitas
• Faktor nutrisi
• Alkohol
• Kegiatan fisik
• Denyut jantung
• merokok
• obesitas
Faktor resiko lanjut
• kurangnya aktivitas fisik
• dislipidemia
• diabetes mellitus
• mikroalbuminuria atau perhitungan LFG <60
ml/menit
• umur (laki-laki>55 tahun, perempuan 65 tahun)
• riwayat keluarga dengan penyakit jantung
kardiovaskular premature (laki-laki < 55 tahun,
perempuan < 65 tahun)
KOMPLIKASI
Kerusakan organ-organ target yang umum
ditemui pada pasien hipetensi adalah:
– jantung (hipertropi ventrikel kiri, angina atau
infark miokard, gagal jantung)
– otak (stroke atau transient ischemic attack)
– penyakit ginjal kronis
– penyakit arteri perifer
– retinopati
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Test darah rutin
• Glukosa darah (sebaiknya puasa)
• Kolesterol total serum
• Kolestrol total serum
• Kolesterol LDL dan HDL serum
• Trigleserida serum (puasa)
• Asam urat serum
• Kreatinin serum
• Kaliumserum hemoglobin dan hematokrit
• Urinanalisa (uji carik celup serta sediment urin)
• Elektrokardigram
EVALUASI HIPERTENSI
Bertujuan untuk:
• Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor
risiko kardiovaskular lainnya atau menilai
adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi
prognosis dan menentukan pengobatan.
• Mencari penyebab kenaikan tekanan darah.
• Menentukan ada tidaknya kerusakan target
organ dan penyakit kardiovaskular.
TERAPI
Tujuan pengobatan pasien Hipertensi adalah:
• Target tekanan darah <140/90 mmHg,
• Untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal
ginjal, proteinuria) < 130/80 mmHg
• Penurunan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular
• Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Terapi Non farmakologis
• Menghentikan merokok
• Menurunkan berat badan berlebih
• Menurunkan konsumsi alkohol
• Latihan fisik
• Menurunkan asupan garam
• Meningkatkan konsumsi buah dan sayur
serta menurunkan asupan lemak
Tatalaksana menurut JNC 7
• Prehipertensi melakukan perbaikan pola hidup
• Hipertensi derajat I: melakukan perbaikan pola hidup,
Terapi obat awal tanpa indikasi yang memaksa: diuretika jenis
thiazide untuk sebagian besar kasus, dapat dipertimbangkan ACEI,
ARB, BB, CCB atau kombinasi, dengan indikasi memaksa: obat-
obatan untuk indikasi yang memaksa
• Hipertensi derjat II: melakukan perbaikan pola hidup terapi obat
awal tanpa indikasi yang memaksa: kombinasi 2 obat untuk
sebagian besar kasus umumnya diuretika jenis Thiazide dan ACEI
atau ARB atau BB atau CCB, dengan indikasi memaksa: obat anti
hipertensi lain (diuretika,ACEI,ARB,BB,CCB) sesuai kebutuhan.
Indikasi dan kontraindikasi kelas-kelas utama obat
antihipertensi menurut ESH
1. Diuretika (thiazide)
Indikasi: gagal jantung kongestif, usia lanjut, isolated systolic hypertension, ras Afrika.
Kontra indikasi; Mutlak : gout
Tidak mutlak : kehamilan
2. Diuretika (loop)
Indikasi: gagal jantung kongestif, insufisiensi ginjal
3. Diuretika (anti aldosteron)
Indikasi: gagal jantung kongestif, pasca infark miocard
Kontra indikasi; Mutlak : gagal ginjal, hiperkalemia
4. Penyekat β
Indikasi:angina pectoris, pasca infark miocard, gagal jantung kongestif, kehamilan,
takiaritmia
Kontra indikasi;
Mutlak : asma, PPOK, A-V blok derajat 2 atau 3
Tidak mutlak : penyakit pembuluh darah perifer, intoleransi
glukosa, atlit atau pasien yang aktif secara fisik
5. Calcium Antagonist (dihydropiridine
Indikasi: usia lanjut, isolated systolic hypertension,angina
pectoris, aterosklerosis karotis, kehamilan
Kontra indikasi; Tidak mutlak: takiaritmia, CHF
6. Calcium Antagonis
Indikasi : angina pectoris, aterosklerosis karotis, takikardia
supraventrikuler
Kontra indikasi; Mutlak : A-V blok derajat 2 atau 3, CHF
7. Penghambat ACE
Indikasi: gagal jantung kongestif, disfungsi ventrikel kiri,
pasca MCI, nefropati, nefropati DM, proteinuria
Kontra indikasi; Mutlak : kehamilan, hiperkalemia
8. Angiotensin II receptor Antagonist (ATI-blocker)
Indikasi: nefropati DM tipe 2, mikroalbuminuria diabetic,
proteinuria, hipertrofi ventrikel kiri, batuk karena ACEI
Kontra indikasi; Mutlak : kehamilan, hiperkalemia,
stenosis arteri renalis bilateral
9. α-blocker
Indikasi: hyperplasia prostate (BPH), hiperlipidemia
Kontra indikasi;
Mutlak : hipotensi ortostatis
Tidak mutlak: gagal jantung kongesti
KRISIS HIPERTENSI
Krisis hipertensi adalah tekanan darah
(TD) diastolik sangat meningkat sampai
120 – 130 mmHg yang merupakan
suatu kegawatan medik dan
memerlukan pengelolaan yang cepat
dan tepat untuk menyelamatkan jiwa
penderita
KLASIFIKASI KRISIS
HIPERTENSI
Secara praktis krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan
perioritas pengobatan, sebagai berikut :
• Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik > 120
mmHg, disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan
oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut. Keterlambatan
pengobatan akan menyebebabkan timbulnya sequele atau
kematian. TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam satu
sampai beberapa jam. Penderita perlu dirawat di ruangan intensive
care unit atau (ICU).
• Hipertensi urgensi (mendesak), TD diastolik > 120 mmHg dan
dengan tanpa kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran.
TD harus diturunkan dalam 24 jam sampai batas yang aman
memerlukan terapi parenteral.
istilah berkaitan dengan krisis
hipertensi antara lain :
• Hipertensi refrakter :
respons pengobatan tidak memuaskan dan TD > 200/110 mmHg,
walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien.
• Hipertensi akselerasi
TD meningkat (Diastolik) > 120 mmHg disertai dengan kelainan
funduskopi KW III. Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase maligna.
• Hipertensi maligna :
Penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik > 120 – 130
mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema,
peninggian tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular,
gagal ginjal akut, ataupun kematian bila penderita tidak mendapat
pengobatan. Hipertensi maligna, biasanya pada penderita dengan
riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang terjadi
pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal.
• Hipertensi ensefalopati : kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai
dengan keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan kesadaran
dan keadaan ini dapat menjadi reversible bila TD diturunkan.
PATOFISIOLOGI
Ada 2 teori yang dianggap dapat menerangkan timbulnya
hipertensi ensefalopati yaitu:
1. Teori “Over Autoregulation”
Dengan kenaikan TD menyebabkan spasme yang berat
pada arteriole mengurangi aliran darah ke otak (CDF)
dan iskemi. Meningginya permeabilitas kapiler akan
menyebabkan pecahnya dinding kapiler, udema di otak,
petekhie, pendarahan dan mikro infark.
2. Teori “Breakthrough of Cerebral Autoregulation”
Bila TD mencapai threshold tertentu dapat
mengakibtakan transudasi, mikoinfark dan oedema otak,
petekhie, hemorhages, fibrinoid dari arteriole.
DIAGNOSA
Diagnosa krisis hipertensi harus ditegakkan dengan :
• Anamnesa : Hal yang penting ditanyakan :
– Riwayat hipertensi : lama dan beratnya.
– Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
– Usia : sering pada usia 40 – 60 tahun.
– Gejala sistem syaraf (sakit kepala, hoyong, perubahan
mental,ansietas).
– Gejala sistem ginjal (gross hematuri, jumlah urine berkurang).
– Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif
dan oedem paru, nyeri dada).
– Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis.
– Riwayat kehamilan : tanda eklampsi.
Pemeriksaan fisik :
• Pada pemeriksaan fisik dilakukan
– Pengukuran TD (baring dan berdiri) mencari
kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan
neurologi, payah jantung kongestif, altadiseksi).
– Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan
kegawatan neurologi ataupun payah jantung,
kongestif dan oedema paru.
– Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit
jantung koroner.
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. darah : rutin, BUN, creatinine, elektrolik, KGD.
b. urine : Urinalisa dan kultur urine.
c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
d. Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana).
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama) :
a. sangkaan kelainan renal : IVP, Renald angiography ( kasus
tertentu biopsy renald ( kasus tertentu ).
b. menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal
tab,CAT Scan.
c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk
Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid ( VMA ).
Faktor presipitasi pada krisis
hipertensi
– Kenaikan TD tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis
essensial (tersering).
– Hipertensi renovaskular.
– Glomerulonefritis akut.
– Sindroma withdrawal anti hypertensi.
– Cedera kepala dan ruda paksa susunan syaraf pusat.
– Renin-secretin tumors.
– Pemakaian prekusor katekholamine pada pasien yang
mendapat MAO Inhibitors.
– Penyakit parenkhim ginjal.
– Pengaruh obat : kontrasepsi oral, anti depressant trisiklik,
MAO Inhibitor, simpatomimetik ( pil diet, sejenis Amphetamin ),
kortikosteroid, NSAID, ergot
– Luka bakar.
– Progresif sistematik sklerosis, SLE.
DIFERENSIAL DIAGNOSA
Krisis hipertensi harus dibedakan dari keadaan yang
menyerupai krisis hipertensi seperti :
• Hipertensi berat
• Emergensi neurologi yang dapat dikoreksi dengan
pembedahan.
• Ansietas dengan hipertensi labil.
• Oedema paru dengan payah jantung kiri.
PENGOBATAN
PENANGGULANGAN HIPERTENSI EMERGENSI :
• Rawat di ICU, pasang femoral intraarterial line dan pulmonari
arterial catether (bila ada indikasi). Untuk menentukan fungsi
kordiopulmonair dan status volume intravaskuler.
• Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik.
– tentukan penyebab krisis hipertensi
– singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis HT
– tentukan adanya kerusakan organ sasaran
• Tentukan TD yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya TD
sebelumnya, cepatnya kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah
klinis yang menyertai dan usia pasien.
– penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg,
– Penurunan TD secara akut ke TD normal/subnormal pada awal
pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusi ke otak,
– TD secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua
minggu.
Pemakaian obat-obat untuk
krisis hipertensi
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang
digunakan pada krisis hipertensi tergantung dari
apakah pasien dengan hipertensi emergensi
atau urgensi. Jika hipertensi emergensi dan
disertai dengan kerusakan organ sasaran maka
penderita dirawat diruangan intensive care unit,
(ICU) dan diberi salah satu dari obat anti
hipertensi intravena ( IV ).
obat-obat untuk krisis hipertensi
1. Sodium Nitroprusside.
2. Nitroglycerin
3. Diazolxide
4. Hydralazine
5. Enalapriat
6. Phentolamine (regitine)
7. Trimethaphan camsylate
8. Labetolol
9. Metildopa
10. Klonidin
Terima kasih

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie 206328315-Hipertensi-Power-Point.ppt

Ähnlich wie 206328315-Hipertensi-Power-Point.ppt (20)

Hipertensi23.pptx
Hipertensi23.pptxHipertensi23.pptx
Hipertensi23.pptx
 
HIPERTENSI .pptx
HIPERTENSI .pptxHIPERTENSI .pptx
HIPERTENSI .pptx
 
ppt ht rev (1).pptx
ppt ht rev (1).pptxppt ht rev (1).pptx
ppt ht rev (1).pptx
 
Hypertensive heart failure
Hypertensive heart failureHypertensive heart failure
Hypertensive heart failure
 
I. teori hipertensi
I. teori hipertensiI. teori hipertensi
I. teori hipertensi
 
HIPERTENSI_Ppt [Autosaved].pptx
HIPERTENSI_Ppt [Autosaved].pptxHIPERTENSI_Ppt [Autosaved].pptx
HIPERTENSI_Ppt [Autosaved].pptx
 
Hipertensi fifi
Hipertensi fifiHipertensi fifi
Hipertensi fifi
 
Lp hipertensi
Lp hipertensiLp hipertensi
Lp hipertensi
 
hipertensi oleh pakar jantung dr ika.pptx
hipertensi oleh pakar jantung dr ika.pptxhipertensi oleh pakar jantung dr ika.pptx
hipertensi oleh pakar jantung dr ika.pptx
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
EPIDEMIOLOGI_HIPERTENSI (1).ppt
EPIDEMIOLOGI_HIPERTENSI (1).pptEPIDEMIOLOGI_HIPERTENSI (1).ppt
EPIDEMIOLOGI_HIPERTENSI (1).ppt
 
KONSEP hipertensi.pptx
KONSEP hipertensi.pptxKONSEP hipertensi.pptx
KONSEP hipertensi.pptx
 
HIPERTENSI baru_Ppt.pptx
HIPERTENSI baru_Ppt.pptxHIPERTENSI baru_Ppt.pptx
HIPERTENSI baru_Ppt.pptx
 
HIPERTENSI_Ppt.pptx
HIPERTENSI_Ppt.pptxHIPERTENSI_Ppt.pptx
HIPERTENSI_Ppt.pptx
 
Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
Teori 2
Teori 2Teori 2
Teori 2
 
Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggiTekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi
 
Epidemiologi hipertensi
Epidemiologi hipertensiEpidemiologi hipertensi
Epidemiologi hipertensi
 
hipertensi erika.pptx
hipertensi erika.pptxhipertensi erika.pptx
hipertensi erika.pptx
 
HIPERTENSI BARU.pptx
HIPERTENSI BARU.pptxHIPERTENSI BARU.pptx
HIPERTENSI BARU.pptx
 

Kürzlich hochgeladen

2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxDesiNatalia68
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 

Kürzlich hochgeladen (20)

2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 

206328315-Hipertensi-Power-Point.ppt

  • 1. DEFINISI Hipertensi apabila tekanan darah sistole >140 mmhg dan diastole >90 mmhg
  • 2. Etiologi • Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. • Pada sekitar 1-2% adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). • Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma • Kegemukan (obesitas), • Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), • Stres, • Alkohol • Garam dalam makanan
  • 3. KLASIFIKASI Berdasarkan The Seventh Report oh The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure KategoriTekanan Darah Sistolik danTekanan Darah Diastolik Sistole Diastole – Normal dibawah 130 mmHg < 85 mmHg – Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg – Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg – Stadium 2 >160 mmhg >100 mmHg
  • 4. MEKANISME Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara: • Jantung memompa lebih kuat → mengalirkan banyak cairan pada setiap detiknya • Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku → arteriosklerosis dan vasokonstriksi • Bertambahnya cairan dalam sirkulasi → meningkatnya tekanan darah.
  • 5. FAKTOR-FAKTOR RESIKO : • Keturunan • Faktor genetik • Kehidupan din • Perkiraan lain pada anak-anak • Bobot badan / Obesitas • Faktor nutrisi • Alkohol • Kegiatan fisik • Denyut jantung • merokok • obesitas
  • 6. Faktor resiko lanjut • kurangnya aktivitas fisik • dislipidemia • diabetes mellitus • mikroalbuminuria atau perhitungan LFG <60 ml/menit • umur (laki-laki>55 tahun, perempuan 65 tahun) • riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular premature (laki-laki < 55 tahun, perempuan < 65 tahun)
  • 7. KOMPLIKASI Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipetensi adalah: – jantung (hipertropi ventrikel kiri, angina atau infark miokard, gagal jantung) – otak (stroke atau transient ischemic attack) – penyakit ginjal kronis – penyakit arteri perifer – retinopati
  • 8. PEMERIKSAAN PENUNJANG • Test darah rutin • Glukosa darah (sebaiknya puasa) • Kolesterol total serum • Kolestrol total serum • Kolesterol LDL dan HDL serum • Trigleserida serum (puasa) • Asam urat serum • Kreatinin serum • Kaliumserum hemoglobin dan hematokrit • Urinanalisa (uji carik celup serta sediment urin) • Elektrokardigram
  • 9. EVALUASI HIPERTENSI Bertujuan untuk: • Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan. • Mencari penyebab kenaikan tekanan darah. • Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular.
  • 10. TERAPI Tujuan pengobatan pasien Hipertensi adalah: • Target tekanan darah <140/90 mmHg, • Untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal ginjal, proteinuria) < 130/80 mmHg • Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular • Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
  • 11. Terapi Non farmakologis • Menghentikan merokok • Menurunkan berat badan berlebih • Menurunkan konsumsi alkohol • Latihan fisik • Menurunkan asupan garam • Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
  • 12. Tatalaksana menurut JNC 7 • Prehipertensi melakukan perbaikan pola hidup • Hipertensi derajat I: melakukan perbaikan pola hidup, Terapi obat awal tanpa indikasi yang memaksa: diuretika jenis thiazide untuk sebagian besar kasus, dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB atau kombinasi, dengan indikasi memaksa: obat- obatan untuk indikasi yang memaksa • Hipertensi derjat II: melakukan perbaikan pola hidup terapi obat awal tanpa indikasi yang memaksa: kombinasi 2 obat untuk sebagian besar kasus umumnya diuretika jenis Thiazide dan ACEI atau ARB atau BB atau CCB, dengan indikasi memaksa: obat anti hipertensi lain (diuretika,ACEI,ARB,BB,CCB) sesuai kebutuhan.
  • 13. Indikasi dan kontraindikasi kelas-kelas utama obat antihipertensi menurut ESH 1. Diuretika (thiazide) Indikasi: gagal jantung kongestif, usia lanjut, isolated systolic hypertension, ras Afrika. Kontra indikasi; Mutlak : gout Tidak mutlak : kehamilan 2. Diuretika (loop) Indikasi: gagal jantung kongestif, insufisiensi ginjal 3. Diuretika (anti aldosteron) Indikasi: gagal jantung kongestif, pasca infark miocard Kontra indikasi; Mutlak : gagal ginjal, hiperkalemia 4. Penyekat β Indikasi:angina pectoris, pasca infark miocard, gagal jantung kongestif, kehamilan, takiaritmia Kontra indikasi; Mutlak : asma, PPOK, A-V blok derajat 2 atau 3 Tidak mutlak : penyakit pembuluh darah perifer, intoleransi glukosa, atlit atau pasien yang aktif secara fisik
  • 14. 5. Calcium Antagonist (dihydropiridine Indikasi: usia lanjut, isolated systolic hypertension,angina pectoris, aterosklerosis karotis, kehamilan Kontra indikasi; Tidak mutlak: takiaritmia, CHF 6. Calcium Antagonis Indikasi : angina pectoris, aterosklerosis karotis, takikardia supraventrikuler Kontra indikasi; Mutlak : A-V blok derajat 2 atau 3, CHF 7. Penghambat ACE Indikasi: gagal jantung kongestif, disfungsi ventrikel kiri, pasca MCI, nefropati, nefropati DM, proteinuria Kontra indikasi; Mutlak : kehamilan, hiperkalemia
  • 15. 8. Angiotensin II receptor Antagonist (ATI-blocker) Indikasi: nefropati DM tipe 2, mikroalbuminuria diabetic, proteinuria, hipertrofi ventrikel kiri, batuk karena ACEI Kontra indikasi; Mutlak : kehamilan, hiperkalemia, stenosis arteri renalis bilateral 9. α-blocker Indikasi: hyperplasia prostate (BPH), hiperlipidemia Kontra indikasi; Mutlak : hipotensi ortostatis Tidak mutlak: gagal jantung kongesti
  • 16. KRISIS HIPERTENSI Krisis hipertensi adalah tekanan darah (TD) diastolik sangat meningkat sampai 120 – 130 mmHg yang merupakan suatu kegawatan medik dan memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita
  • 17. KLASIFIKASI KRISIS HIPERTENSI Secara praktis krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan, sebagai berikut : • Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik > 120 mmHg, disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut. Keterlambatan pengobatan akan menyebebabkan timbulnya sequele atau kematian. TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam satu sampai beberapa jam. Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau (ICU). • Hipertensi urgensi (mendesak), TD diastolik > 120 mmHg dan dengan tanpa kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran. TD harus diturunkan dalam 24 jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral.
  • 18. istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain : • Hipertensi refrakter : respons pengobatan tidak memuaskan dan TD > 200/110 mmHg, walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada penderita dan kepatuhan pasien. • Hipertensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) > 120 mmHg disertai dengan kelainan funduskopi KW III. Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase maligna. • Hipertensi maligna : Penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik > 120 – 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema, peninggian tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular, gagal ginjal akut, ataupun kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan. Hipertensi maligna, biasanya pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal. • Hipertensi ensefalopati : kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible bila TD diturunkan.
  • 19. PATOFISIOLOGI Ada 2 teori yang dianggap dapat menerangkan timbulnya hipertensi ensefalopati yaitu: 1. Teori “Over Autoregulation” Dengan kenaikan TD menyebabkan spasme yang berat pada arteriole mengurangi aliran darah ke otak (CDF) dan iskemi. Meningginya permeabilitas kapiler akan menyebabkan pecahnya dinding kapiler, udema di otak, petekhie, pendarahan dan mikro infark. 2. Teori “Breakthrough of Cerebral Autoregulation” Bila TD mencapai threshold tertentu dapat mengakibtakan transudasi, mikoinfark dan oedema otak, petekhie, hemorhages, fibrinoid dari arteriole.
  • 20. DIAGNOSA Diagnosa krisis hipertensi harus ditegakkan dengan : • Anamnesa : Hal yang penting ditanyakan : – Riwayat hipertensi : lama dan beratnya. – Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya. – Usia : sering pada usia 40 – 60 tahun. – Gejala sistem syaraf (sakit kepala, hoyong, perubahan mental,ansietas). – Gejala sistem ginjal (gross hematuri, jumlah urine berkurang). – Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru, nyeri dada). – Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis. – Riwayat kehamilan : tanda eklampsi.
  • 21. Pemeriksaan fisik : • Pada pemeriksaan fisik dilakukan – Pengukuran TD (baring dan berdiri) mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, altadiseksi). – Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. – Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.
  • 22. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu : 1. Pemeriksaan yang segera seperti : a. darah : rutin, BUN, creatinine, elektrolik, KGD. b. urine : Urinalisa dan kultur urine. c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi. d. Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana). 2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama) : a. sangkaan kelainan renal : IVP, Renald angiography ( kasus tertentu biopsy renald ( kasus tertentu ). b. menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab,CAT Scan. c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid ( VMA ).
  • 23. Faktor presipitasi pada krisis hipertensi – Kenaikan TD tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis essensial (tersering). – Hipertensi renovaskular. – Glomerulonefritis akut. – Sindroma withdrawal anti hypertensi. – Cedera kepala dan ruda paksa susunan syaraf pusat. – Renin-secretin tumors. – Pemakaian prekusor katekholamine pada pasien yang mendapat MAO Inhibitors. – Penyakit parenkhim ginjal. – Pengaruh obat : kontrasepsi oral, anti depressant trisiklik, MAO Inhibitor, simpatomimetik ( pil diet, sejenis Amphetamin ), kortikosteroid, NSAID, ergot – Luka bakar. – Progresif sistematik sklerosis, SLE.
  • 24. DIFERENSIAL DIAGNOSA Krisis hipertensi harus dibedakan dari keadaan yang menyerupai krisis hipertensi seperti : • Hipertensi berat • Emergensi neurologi yang dapat dikoreksi dengan pembedahan. • Ansietas dengan hipertensi labil. • Oedema paru dengan payah jantung kiri.
  • 25. PENGOBATAN PENANGGULANGAN HIPERTENSI EMERGENSI : • Rawat di ICU, pasang femoral intraarterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada indikasi). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume intravaskuler. • Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. – tentukan penyebab krisis hipertensi – singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis HT – tentukan adanya kerusakan organ sasaran • Tentukan TD yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien. – penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, – Penurunan TD secara akut ke TD normal/subnormal pada awal pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusi ke otak, – TD secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
  • 26. Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, (ICU) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
  • 27. obat-obat untuk krisis hipertensi 1. Sodium Nitroprusside. 2. Nitroglycerin 3. Diazolxide 4. Hydralazine 5. Enalapriat 6. Phentolamine (regitine) 7. Trimethaphan camsylate 8. Labetolol 9. Metildopa 10. Klonidin