Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis spektrum sinar gamma Cs-137 dan Co-60, menentukan efisiensi detektor Geiger Muller, menguji hukum kuadrat terbalik, dan mengukur dead time detektor. Mahasiswa akan melakukan serangkaian eksperimen pengukuran radiasi dengan berbagai detektor dan variabel jarak serta waktu.
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Laporan efisiensi detektor, dead time, spektroskopi gamma, dan hukum kuadrat terbalik
1. I.
Judul Praktikum
1. Spektroskopi gamma
2. Penentuan Efisiensi Detektor Geiger Muller
3. Hukum Kuadrat Terbalik
4. Dead Time Detektor
II.
Latar Belakang
Pengetahuan tentang inti isotop radioaktif dapat diperoleh dengan menganalisa partikel –
partikel yang dipancarkan oleh inti tersebut. Analisa ini diantaranya digunakan untuk mengetahui
informasi jenis partikel radiasi, arah gerak, kecepatan, momentum atau tenaga, muatan, massa
serta spin. Dengan demikian, untuk mengetahui informasi tentang partikel radiasi, diperlukan
suatu eksperimen menggunakan peralatan deteksi radiasi. Namun sayangnya, semua informasi
ini tidak dapat diperoleh jika hanya menggunakan satu jenis peralatan deteksi.
(Suharyana et all 2002)
Detektor merupakan suatu alat yang dapat memberikan informasi mengenai radiasi suatu
isotope dengan cara melihat cacahan atau aktivitas radiasi yang dikeluarkan oleh sebuah isotope.
Dan sebgaimana yang telah diketahui bahwa suatu alat tertentu pastilah memiliki tingkat kualitas
tertentu, begitu pula dengan detektor radiasi Geiger-Muller. Detektor ini memiliki tingkat
keakuratan pengukuran atau yang lebih sering disebut efisiensi. Beberapa faktor yang
menyebabkan munculnya efisiensidetektor Geiger-Muller adalah jarak sumber radiasi dengan
detektor dan sudut ruang, dan lebar windowdari detektor. Oleh karena itu dilakukanlah praktikum
mengenai efisiensi detector, agar mahasiswa dapat mengitung tingkat efisiensi dari suatu
detector Geiger-Muller.
Detektor Geiger-Muller juga mempunyai sifat yang mendasar pada pengukuran pulsapulsa elektrik yang terbentuk dari radiasi yang disebabkan oleh suatu sumber radiasi. Detektor
Geiger-Muller mempunyai selang waktu saat radiasi masuk ke detektor untuk menjadi pulsa
yang diperlihatkan pada layar digital counter. Selain dalam detektor dari sifat-sifat radiasi
terhadap jarakpun juga terdapat suatu hukum kuadrat terbalik yang mengkaitkan antara cacah
radiasi dengan jarak detektor ke sumber radioaktif.
Tidak hanya Geiger Muller yang dijadikan sebagai detektor, tetapi juga digunakan
detektor NaI(Tl). Dalam detektor tersebut akan dihasilkan sebuah spektrum yang dapat dianalisa
bagaimana kejadian yang terjadi saat muncul spektrum. Spektrum tersebut yang dapat dianalisa
dan dapat ditemukan hasil yang berkelanjutan.
III.
1.
2.
3.
4.
Tujuan Praktikum
Mengetahui spectrum Cs-137 dan Co-60
Menentukan nilai efisiensi detector dengan sumber radiasi Cs-137 dan Co-60
Menentukan hubungan grafik antara jarak kuadrat terbalik dengan nilai cacahnya
Menentukan dead time dari suatu detector
2. IV.
Dasar Teori
Sejak ditemukan detektor radiasi pengion oleh Hans Geiger pada tahun 1908,
kemudiantahun 1928 disempurnakan oleh Walther Mueller menjadi tabung detektor GeigerMueller yangkonstruksinya sederhana dibandingkan dengan jenis detektor yang lain. Detektor
Geiger-Mueller terdiri dari suatu tabung logam atau gelas dilapisi logam yang biasanya diisi gas
seperti argon, neon, helium atau lainnya (gas mulia dan gas poliatomik) dengan perbandingan
tertentu.
Pencacah Geiger, atau disebut juga Pencacah Geiger-Müller merupakan salah satu jenis
detektor isian gas yang bekerja berdasarkan prinsip ionisasi oleh radiasi yang masuk terhadap
molekul yang berada dalam detektor. Pencacah Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi
alpha dan beta. Sensornya adalah sebuah tabung Geiger-Müller, sebuah tabung yang diisi oleh
gas yang akan bersifat konduktor ketika partikel atau foton radiasi menyebabkan gas (umumnya
Argon) menjadi konduktif. Alat tersebut akan membesarkan sinyal dan menampilkan pada
indikatornya yang bisa berupa jarum penunjuk, lampu atau bunyi klik dimana satu bunyi
menandakan satu partikel. Pada kondisi tertentu, pencacah Geiger dapat digunakan untuk
mendeteksi radiasi gamma, walaupun tingkat reliabilitasnya kurang. Pencacah geiger tidak bisa
digunakan untuk mendeteksi neutron.
Cara kerja dari Detektor ini adalah Tegangan diberikan antara anoda dan katoda diatur
sesuai dengan jenis gas dan aktivitas unsur yang diukur. Tegangan ini harus lebih tinggi daripada
nilai ambang yang didasarkan pada gas dan geometri tabung. Partikel-partikel radiasi akan
menembus jendela tipis pada salah satu ujung detektor dan masuk ke dalamnya. Partikel
radioaktif ini lalu menumbuk atom-atom gas sehingga atom-atom gas akan mengeluarkan
electron-elektron.
Elektron yang terlepas saat tumbukan itu ditarik ke anoda. Karena melepaskan
elektron,atom-atom gas berubah menjadi ion-ion positif. Ion-ion ini kemudian tertarik ke arah
katoda.Peristiwa ini berlangsung dalam waktu singkat. Jadi bila ada radiasi yang masuk ke
3. dalamtabung tersebut, maka terjadilah ionisasi atom-atom atau molekul-molekul gas dalam
tabungitu. Ion positif akan bergerak ke katoda sedangkan ion negatif akan bergerak ke anoda .
Detektor Geiger Muller hanya mendeteksi partikel bermuatan, karena foton
tidak bermuatan dan karena tidak menghasilkan ion di dalam gas, maka tidak dideteksi. Efisiensi
detektor Geiger sebesar 99% untuk elektron (beta), tetapi kurang dari 1% untuk sinar X atausinar
gamma. Bagaimanapun, efisiensi untuk mendeteksi sinar X dan gamma rendah .
Persamaan Efisiensi dinyatakan sebagai :
Intensitas cahaya atau gelombang linear lain yang memancar dari titik sumber berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber. Jadi obyek (ukuran yang sama) dua kali lebih jauh,
hanya menerima seperempat dari energi (dalam jangka waktu yang sama). Lebih umum, radiasi
yaitu intensitas (energi persatuan luas) dari sebuah bola wavefront berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak dari titik sumber (dengan asumsitidak ada kerugian yang disebabkan oleh
penyerapan atau hamburan).Hubungan intensitas dengan jarak dari sumber:
I ~ 1/r2
dengan I = intensitas radiasi
r = jarak dari sumber
Misalkan daya total yang diradiasikan dari sebuah titik adalah P pada jarak yang jauh dari
sumber, daya ini akan didistribusikan pada luasan permukaan berjari- jari r (jarak dari sumber),
sehingga intensitas yang dipancarkan pada jarak r dari sumber radiasi adalah:
I = P/4πr2
dengan I = intensitas (W/m2)
P = daya yang dipancarkan (W)
r = jarak dari sumber (m)
Proses pengubahan sebuah radiasi menjadi pulsa listrik dan akhirnya tercatat sebagai sebuah
cacahan memerlukan selang waktu tertentu yang sangat dipengaruhi oleh kecepatan detektor dan
peralatan penunjangnya. Selang waktu tersebut dinamakan sebagai waktu mati (dead time) dari
sistem pencacah karena selama selang waktu tersebut sistem pencacah tidak dapat mendeteksi
radiasi yang datang. Dengan kata lain, radiasi yang datang berurutan dengan selang waktu yang
lebih singkat daripada waktu matinya tidak dapat dicacah atau tidak terhitung oleh sistem
pencacah.
Karena intensitas radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber bersifat acak (random) maka
terdapat kemungkinan bahwa beberapa radiasi yang mengenai detektor tidak tercatat, semakin
tinggi intensitasnya (laju cacahnya) semakin banyak radiasi yang tidak tercatat sehingga hasil
pengukuran sistem pencacah lebih sedikit dari seharusnya.
Salah satu metode yang sering digunakan untuk mengeliminasi masalah waktu mati ini adalah
menggunakan persamaan berikut.
4. Rk adalah laju cacah setelah dikoreksi, Ru adalah laju cacah yang dihasilkan sistem pencacah
dan t adalah waktu mati sistem pencacah. Waktu mati sistem pencacah ( t ) dapat ditentukan
dengan cara pengukuran dua sumber yang identik.
R1 adalah laju cacah sumber 1, R2 adalah laju cacah sumber 2, R12 adalah laju cacah sumber 1
dan sumber 2 bersama-sama, sedang Rb adalah laju cacah latar belakang.
Waktu mati sistem pencacah yang menggunakan detekor GM adalah sekitar ratusan µdetik
sedangkan detektor NaI(Tl) di bawah 10 µdetik. Jadi sumber yang akan digunakan (R1 dan R2)
untuk melakukan penentuan waktu mati sistem pencacah harus disesuaikan. Aktivitas masingmasing sumber (R1 atau R2) dipilih yang masih belum terlalu dipengaruhi waktu mati tetapi bila
dicacah bersama-sama harus telah dipengaruhi oleh waktu mati.
Bila aktivitas sumber terlalu kecil sehingga keduanya belum dipengaruhi oleh waktu mati maka
nilai waktu mati yang diperoleh tidak benar, bahkan sering bernilai negatif, karena pembilang
persamaan di atas bernilai negatif. Sebaliknya bila aktivitasnya terlalu besar maka detektor akan
mengalami saturasi sehingga nilai waktu matinya juga salah, bisa bernilai negatif karena
penyebutnya yang bernilai negatif.
Terbentukmnya sinar gamma merupakan hasil disentigrasi inti atom.Inti atom yang
mengalami disentegrasi dengan memancarkan sinar alfa akan terbentuk inti-inti baru dengan
memiliki tingkat energi yang agak tinggi.Kemudian terjadi Proses transisi ke tingkat energi yang
lebih rendah atau tingkat dasar sambil memancarkan sinar gamma. Sinar gamma sama halnya
dengan sinar X,termasuk gelombang elektromagnetis,jika sinar gamma menembus lapisan materi
setebal X maka intensitas akan berkurang.
Spektrum sinar gamma dari suatu unsur adalah spektrum garis, yang memperlihatkan
adanya foton sinar gamma, bila sebuah inti pindah dari keadaan energi yang lebih tinggi ke
keadaan yang lebih rendah. Tenaga sinar gamma bersifat diskrit dan karakteristik, masingmasing mempunyai energi gamma dalam bentuk spektrum energi tertentu.
Apabila radiasi gamma dari sumber radiasi terpancar ke segala arah, intensitas radiasi gamma di
suatu titik akan menjadi lemah karena berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya dari sumber
radiasi. Hal ini disebut hukum kuadrat terbalik. Oleh karena intensitas radiasi gamma menjadi
lemah berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya dari sumber radiasi, maka jarak dari sumber
radiasi merupakan faktor utama dalam melakukan penahanan. Untuk radiasi gamma yang
mempunyai aktivitas 1 Currie, persentase paparan radiasinya pada titik yang berjarak 1 m
disingkat rhm (Rontgen per jam pada jarak 1 m), yang disebut juga konstanta gamma.
5. Gambar 3. Berkas radiasi sempit
Sumber http:// mext-atm.jst.go.jpa
Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, jika radiasi gamma dengan intensitas tertentu menembus
bahan penahan, maka intensitas radiasinya akan berkurang secara eksponensial sebanding
dengan tebal bahan penahan. Koefisien pengurangan intensitas radiasi gamma yang berenergi
antara 1-3 MeV tidak berubah karena tebal bahan, sehingga dapat dianggap bahwa kemampuan
penahanan hanya berkaitan dengan rapat jenis materi.
Detektor kelipan inorganik yang sering digunakan untuk spektroskopi adalah kristal
tunggal alkali halida seperti NaI. Mekanisme kerja detektor adalah sebagai berikut. Karena NaI
merupakan material isolator, maka pita valensi biasanya penuh sedangkan pita konduksi dalam
keadaan kosong. Sebuah radiasi dapat mengeksitasi sebuah elektron menyeberangi celah pita
dari pita valensi ke pita konduksi. Tetapi elektron ini akan kehilangan energinya dengan
memancarkan sebuah photon dan kembali ke pita valensi. Untuk meningkatkan kebolehjadian
emisi photon dan mengurangi serapan cahaya oleh kristal, sejumlah kecil material yang
dinamakan aktivator ditambahkan ke dalam NaI. Aktivator yang banyak digunakan adalah
thalium sehingga detektornya dinamakan NaI(Tl).
V.
Metodologi Penelitian :
a. Alat dan Bahan :
Spektroskopi gamma
Multi Channel Analyzer (MCA)
Detektor NaI(Tl)
6.
Sumber radiasi Cs-137 dan Co-60
Efisiensi detetor
Seperangkat peralatan Geiger Muller
Cs-137
Co-60
Penggaris
Stopwatch
Hukum kuadrat terbalik
Satu set Detektor Geiger Muller
Counter
Power Supply
Mistar
6) Co-60 dan Cs-135
Dead Time
Detector Geiger Muller
Counter (pencacah)
Sumber Radio aktif Cs-137 dan Co-60
Stopwatch
Mistar
b. Cara Kerja :
Spektroskopi gamma
Menyalakan MCA dan detector NaI(Tl)
Menyalakan Komputer
Mengatur Skala power dan skala high voltage
Mengatur waktu pencacagan
Memilih sampel radioaktif sampel radioaktif
Melakukan pencacahan
Mengamati photopeak
Melakukan pengaturan pada skala dan intensitas
Melakukan pengamatan terhadap nomor channel photopeak dari sampel radioaktif
7. Efisiensi detektor
Meyiapkan alat dan bahan yang dipakai.
Merangkai alat yang dipakai.
Menghubungkan detector dengan PLN.
Melakukan cacah latar selama 30 detik.
Melakukan pencacahan dengan variasi bahan Radiasi Cs-137 dan Co-60 selama 30 detik.
Mencatat hasil pencacahan dan melakukan pencacahan dengan variasi jarak selama 60
detik.
Hukum kuadrat terbalik
Merangkai rangkaian alat detector Geiger Muller.
Menyusun rangkaian alat detector Geiger Muller dengan benar.
Menentukan nilai cacah latar detektor.
Menentukan nilai cacah dari Co-60 dan Cs-135 dengan memvariasikan nilai jarak.
Menentukan hubungan grafik antara jarak kuadrat terbalik dengan nilai pencacahnya.
Dead Time
VI.
1.
Detector GM dioperasikan pada tegangan kerja.
Sumber Cs-137 ditempatkan pada jarak tertentu dan dicatat cacahnya .
Sumber Co-60 ditempatkan pada jarak yang sama tanpa mengubah kedudukan sumber
Cs-137 dan dicatat cacahnya.
Sumber Cs-137 diambil dan dicatat cacahnya.
Kedua sumber diambil dan dicatat cacah latarnya.
Pencacahan dilakukan dengan interval 30 detik sebanyak 10 kali.
Data Pengamatan Data Pengamatan
Sperktrometri Gamma
Channel
Cacah
latar
Cacah
Cs-137
Cacah
Co-60
Channel
Cacah
latar
Cacah
Cs-137
Cacah
Co-60
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
0
6
84
92
91
87
86
87
0
0
-6
1154
1444
1528
1524
1449
1394
0
0
-6
1235
1613
1649
1584
1520
1451
129
130
131
132
133
134
135
136
137
17
25
22
16
17
17
11
12
17
-4
-17
-19
1
-5
-7
-2
4
-9
870
801
807
796
812
795
770
762
823
12. 191 0,90
219 0,93
231 0,40
259 0,93
277 0,60
Cs* rata-rata
VII.
0,57
0,57
0,07
0,47
0,40
0,567
84 0,73
92 0,27
105 0,43
117 0,40
133 0,53
Co* rata-rata
0,40
-0,10
0,10
-0,07
0,33
0,14
164
0,67
202
1,27
222
0,67
256
1,13
291
1,17
(Co+Cs)* rata-rata
0,33
0,90
0,33
0,67
0,97
0,61
55
66
76
90
96
0,33
0,37
0,33
0,47
0,20
Pembahasan
Spektroskopi gamma
Dalam percobaan ini ingin mengetahui spektrum pancaran sinar gamma yang dikeluarkan oleh sebuah
sumber Co-60 dan Cs-137. Alat yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah detektor NaI(Tl) dengan
output MCA (Multi Channel Analyzer). Spektrum pancaran sinar gamma langsung terlihat saat
praktikum, di tampakkan dalam Multi Channel Analyzer. Tetapi karena data tersebut tidak dapat
disimpan maka harus di buat ulang grafik antar intensitas dan channel yang di dapat pada percobaan
yang ada.
2000
Hubungan Channel dan Intensitas
Co-60
1500
Intensitas
180
210
240
270
300
1000
500
0
0
-500
50
100
150
200
250
300
Channel
Gambar 1 Hubungan Channel dan Intensitas Co-60
Dalam grafik yang pertama digambarkan hubungan antara channel dan intensitas dari Co-60. Hasilnya
adalah seperti yang sudah digambarkan, pada lingkaran merah terdapat intensitas yang diakibatkan oleh
efek Compton dan diakhiri dengan Compton edge. Setelah itu terdapat puncak-puncak kembali itu
adalah foto Peak. Foto Peak terjadi karena puncak tersebut terbentuk akibat cahaya. Atau akibat efek
foto listrik. Di dalam grafik Co-60 ada dua puncak.
13. Intensitas
Hubungan Channel dan Intensitas
Cc-137
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
-500 0
50
100
150
Channel
200
250
300
Gambar 2 Hubungan Channel dan Intensitas Cs-137
Sementara pada Cs-137 hasilnya juga sama. Dalam lingkar merah juga terdapat sama seperti grafik Co60 yaitu yang diakibatkan oleh efek Compton. Yang kedua juga sama yaitu lingkar biru terjadi karena
efek foto listrik. Tetapi pada Cs-137 hanya terdapat 1 puncak.
Efisiensi detektor
Efisiensi detektor merupakan tingkat keakuratan dari suatu alat untuk mendeteksi
aktivitas radiasi yang dikeluarkan oleh radioisotope. Dan dalam percobaan ini akan dihitung nilai
efisiensi dari sebuah detector Giger Muller, Dan sebelum dibahas lebih lanjut berikut ini adalah
spesifikasi untuk detector yang akan dicari nilai efisiensinya.
1) Merk
: PHYWE
2) Order
: 13603 93
3) Tipe
: digitalzähler 6-dekaden
4) No.Serial
: 449800028733
5) Teg. utama
: 230 V
6) Rating daya
: 20VA
7) Fuse
:M0,2A
Pada percobaan ini akan digunakan dua buah radioisotope yakni Co-60 dan Cs-137.
Dimana hasil cacahan yang akan di deteksi oleh detector untuk kedua radioisotope tersebut
berbeda. Adapun untuk mencari nilai efisiensi dari detector ini adalah dengan menentukan
besaran yang berkaitan. Dari percobaan ini akan didapatkan beberapa besaran yakni jumlah
14. cacahan radiasi terhadap sumber dan latar, waktu cacahan, dan variasi jarak radioisotope
terhadap detector. Dan besaran yang sudah diketahui dari sumber adalah waktu paruh dari kedua
sumebr radiasi (radioisotope) serta waktu pembuatan radioisotope tersebut.
Langkah pertama dari penentuan efisiensi ini adalah dengan cara melakukan cacah latar,
atau pencacahan detector terhadap aktivitas radiasi dari alam, dimana pencacahan ini dilakukan
selama 300 sekon dengan range 30 sekon, sehingga didapatkan data sebanyak sepuluh buah.
Kemudian dilakukan pencacahan terhadap sumber radiasi Co-60, dimana meknisme
pengambilan data untuk pencacahan terhadap sumber ini sama seperti cacah latar, namun pada
step ini dilakukan variasi jarak sebanyak 5 kali yakni 8,5cm ; 8cm ; 7 cm; 6 cm; 5 cm, serta
detector Geiger Muller ini diarahkan pada sumebr radiasi. Begitu pula pada saat melakukan
pencacahan terhadapa sumber radiasi Cs-137, langkah yang dilakukan untuk mencacah aktivitas
radiasinya sama seperti langkah yang dilakukan untuk mencacah aktivitas radiasi Co-60.
Adapun tujuan dari melakukan pencacahan latar adalah untuk menentukan jumlah
cacahan bersih dari sumber radiasi Cs-137 dan Co-60, dengan cara mengurangkan jumlah
cacahan pada waktu yang sama antara sumber radiasi dan cacah latar. Sehingga akan didapatkan
Aktivitas radiasi (cacahan) yang tidak tercampur oleh radiasi alam.
Dimana untuk menentukan Aktivitas radiasi dari radioisotope digunakan persamaan
Rt merupakan aktivitas radiasi dari suatu radioisotope pada saat ini (aktivitas yang tersisa),
sedangkan Ro merupakan aktivitas awal, dimana dalam percobaan ini aktivitas awal dari radioisotope
tersebut didapatkan dengan melakukan rata-rata terhadap hasil pengurangan antara cacah radioisotope
dengan cacah latar per 30 sekon,t merupakan tahun dilakukannya praktikum. Dan informasi waktu paruh
dari kedua radioisotope tersebut adalah, untuk Cs-137 memiliki waktu paruh selama 31,37 tahun
sedangkan Co-60 memiliki waktu paruh 5,3 tahun.
Untuk menghitung efisiensi dari detector digunakan persamaan
x 100 %
Dimana dari perhitungan yang dilakukan didapatkan nilai efisiensi detector dengan sumber raiosiotop
Co-60
Co-60
η (%)
0.085 0.00569106
0.008 0.01056911
0.007 0.01056911
0.006 0.01382114
0.005 0.01869919
Jika dilihat dari hasil yang didapatkan diatas nilai efisiensi dari suatu detetkor untuk sumber
radiasi memiliki efisiensi tertinggi pada saat jarak antara sumber radiasi dan detector 0,005m dengan
nilaiefisiensi sebesar 0.01869919 % dan efisiensi terendah pada jarak 0,085 dengan efisiensinya hanya
sebesar 0.00569106%.
Jarak(m)
15. Sedangkan untuk sumber radiasi Cs -137 nilai efisiensi yang didapatkan dari perhitungan adalah
Cs-137
η (%)
0.085 0.00058
0.008 0.00064
0.007 0.00063
0.006
0.001
0.005 0.00111
Nilai efisiensi dari sumber radiasi Cs-137 juga menunjukkan hal yang sama seperti efisiensi
dengan sumber Co-60 yakni nilai efisiensi terbesar terjadi pada saat jarak antara sumber radiasi dan
detector semakin dekat, hal ini dikarenakan aktivitas radiasi dari suatu radioisotope yang ditangkap oleh
detektor akan semakin banyak jika jarak anatara keduanya semakin dekat, dan apabila jarak antara
keduanya semakin jauh maka intensitas radiasi akan semakin kecil dikarenakan radiasi tersebut akan
tersebar ke lingkungan sebelum terdeteksi oleh detector.
Jarak(m)
Hukum Kuadrat Terbalik
Pada percobaan Geiger Muller kali ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara jarak
kuadrat terbalik dengan nilai pencacahan dari suatu detector yang dapat dihubungkan dengan
metode grafik hubungan antara 1/r2 untuk jarak kuadrat terbalik dan N untuk nilai pencacah).Alat
dan bahan yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah satu set detector Geiger Muller
digunakan untuk mendeteksi suatu radiasi ionisasi seperti alfa dan beta,serta dapat menentukan
nilai cacah latar dan nilai cacah untuk Co-60 dan Cs-135 dengan memvariasikan nilai
jarak,Power Supply digunakan untuk menjalankan sumber tegangan dari suatu detector,mistar
digunakan untuk mengukur jarak dari percobaan detector Co-60 dan Cs-135,dari hasil data
praktikum ini dari percobaan detector Co-60 dan detector Cs-135 dapat diolah menjadi bentuk
hubungan grafik antara kuadrat jarak terbalik dengan nilai pencacahnya , dimana kuadrat jarak
terbalik sebagai abisis (sebagai sumbu x ) dan nilai pencacah sebagai ordinat (sebagai sumbu y),
untuk nilai jarak ( r ) dapat ditentukan dari nilai variasi jarak dari suatu detector Co-60 dan
detector Cs-135 dengan menggunakan mistar secara langsung sebanyak 5 variasi dan dapat
menentukan nilai pencacah ( n ) yang dapat diperoleh dari pengamatan nilai keluaran suatu
detector yang dilakukan sebanyak 10 kali untuk data pencacahan suatu detector yang
terbaca,dimana dari setiap nilai pencacah detector dihitung selama 30 detik.Setelah 30 detik bisa
mencatat nilai cacahnya yang terbaca dari detector tersebut dan melakukan percobaan untuk nilai
cacah sebanyak 10 data.Nilai cacah detector yang didapat 10 data dapat dihitung nilai rata –
ratanya dari setiap variasi jarak yang didapat 5 data dan dapat diolah menjadi data untuk kuadrat
jarak terbalik dengan nilai pencacah rata-rata detector pada detector Co-60 dan Cs-135.Dari data
tersebut dapat dibuat hubungan grafik antara jarak kuadrat terbalik dengan nilai
pencacahnya,dimana jarak kuadrat terbalik sebagai (x) dan nilai pencacahnya sebagai (y).
1) Grafik hubungan antara 1/r2 dengan N untuk detector Co-60 :
16. Grafik Hubungan I dan 1/r2
I ( itensitas) (imf)
100
80
60
y = 1.783x + 50.57
R² = 0.568
40
20
0
0
5
10
15
20
25
1/r2 (m-2 )
Dari grafik di atas tampak terlihat jelas bahwa untuk grafik detector Co-60 garis biru dari data
percobaan menunjukkan bahwa garis tersebut tidak linier, maka garis yang tidak beraturan
tersebut dapat ditentukan nilai pendekatan dengan regresi linier dimana persamaan liniernya
adalah y = 1,783x + 50,57 dengan nilai R2 = 0,568. Ini menunjukkan bahwa Rn sebanding
dengan nilai kuadrat jarak terbalik atau 1/r2 dengan nilai factor pengalinya adalah 1,783
2) Grafik hubungan antara 1/r2 dengan N untuk detector Cs-135 :
Grafik Hubungan I dan 1/r2
I ( itensitas) (imf)
250
y = 9.186x + 27.39
R² = 0.81
200
150
100
50
0
0
5
10
15
20
25
1/r2 (m-2 )
Dari grafik di atas tampak terlihat jelas bahwa untuk grafik detector Cs-135 garis biru dari data
percobaan juga sama seperti grafik detector Co-60 garis juga tidak linier, maka dapat ditentukan
nilai pendekatan dengan regresi linier dimana persamaan liniernya adalah y = 9,186x + 27,39
dengan nilai R2 = 0,81. Hal Ini menunjukkan bahwa Rn sebanding dengan nilai kuadrat jarak
terbalik atau 1/r2 dengan nilai factor pengalinya adalah 9,186
Dari kedua grafik tersebut baik detector Co-60 dan Cs-135, menunjukkan kedua grafik semakin
besar kuadrat jarak terbalik dari data percobaan tersebut dan semakin cepat nilai pencacah dari
suatu detektor
17. Dead Time
Radiasi dapat dideteksi dengan satu detektor. Prosesnya adalah dengan mengubah radiasi
tersebut menjadi pulsa-pulsa listrik sehingga saat satu sumber radiasi diukur radiasinya, manusia
dapat membaca dengan pengubahan radiasi tersebut menjadi pulsa listrik dan ditampakkan
dengan bahasa manusia yang bisa dimengerti. Tetapi dalam proses pengubahan tersebut terdapat
selang waktu yang disebut deadtime. Untuk mengukur deadtime tersebut diperlukan praktikum
ini.
Yang akan dikukur deadtime-nya adalah detektor Geiger Muller. Sumber yang digunakan
adalah dengan mengukur radiasi dari Co-60 dan Cs-137. Cara kerjanya adalah mengukur pulsa
latar terlebih dahulu, kemudian mengukur pulsa dari satu sumber, selanjutnya adalah mengukur
dua sumber sekaligus, dan yang terakhir mengukur sebuah sumber yang belum diukur tadi.
Dalam pengukuran cacah latar tersebut digunakan untuk mengukur radiasi di alam
terbuka tanpa suatu sumber. Dalam pengukuran ini pulsa diukur setiap 30 detik sekali. Pulsa
diukur dari detik ke 30 sampai ke 300, dan dari data tersebut didapatkan 10 data. Pengukuran ini
dilakukan pertama kali karena pada saat itulah keadaan di tempat tersebut belum terpengaruh
dengan sumber radiasi lain.
Langkah selanjutnya adalah pengukuran cacah untuk sumber Co-60. Dalam pengukuran
ini sama dengan pengukuran cacah latar, tetapi terdapat suatu sumber yang diletakkan di depan
detektor. Data yang diambil dari detik ke 30 sampai 300. Dengan selang waktu 30 detik sehingga
mendapatkan 10 data. Data yang didapat dari detektor tidaklah murni dari Co-60. Terdapat cacah
pulsa yang disebabkan oleh radiasi yang dari alam adu sumber yang cacahnya tadi telah diukur
sehingga pada saat pengolahan data dalam cacahnya setiap sumber radiasi sesal dikurangi oleh
cacah latar.
Dilanjutkan ke dua sumber radiasi, untuk dua sumber ini hanya disusun sehingga sumber Co-60
dan Cs-137 dapat bergabung, dan didapatkan cacah tiap 30 detiknya. Hasil yang didapatkan ini
10 data seperti hasil yang sebelumnya. Selanjutnya adalah pengukuran dengan sumber Cs-137
sama dengan pengukuran yang lainnya, pengukuran ini diambil 10 data.
Dari detektor Geiger Muller tersebut yang ditampilkan adalah pulsa bukan cacah. Perlu
diingatkan lagi bahwa pulsa bersifat kontinu sebaliknya cacah bersifat diskrit sehingga bisa
dibedakan antara cacah dan pulsa, dengan kata lain cacah radiasi berdasarkan waktu sesaat.
Diingatkan pula bahwa dalam pengukuran sebuah sumber juga selalu pulsa sumber dikurangi
dengan pulsa cacah latar sehingga pulsa murni dari sumber dapat dilihat.
Untuk hasil yang didapat dapat dilihat bahwa yang dicetak kuning adalah pulsa dari
masing-masing sumber kemudian untuk cacah adalah pulsa dibagi dengan waktu yang
dibutuhkan kemudian untuk sumber* adalah jumlah cacah sumber murni tanpa dipengaruhi oleh
cacah latar dari alam.
18. Pulsa Cacah
Cs*
Co
Co
0,57 11
0,67
0,73 22
0,37
0,73 35
0,43
0,87 46
0,37
0,70 62
0,53
0,57 84
0,73
0,57 92
0,27
0,07 105
0,43
0,47 117
0,40
0,40 133
0,53
0,567 Co* rata-rata
Co*
0,30
0,03
0,17
0,17
0,03
0,40
-0,10
0,10
-0,07
0,33
0,14
Pulsa
Cacah
Cs + Co Cs + Co
33
0,90
61
0,93
91
1,00
120
0,97
144
0,80
164
0,67
202
1,27
222
0,67
256
1,13
291
1,17
(Co+Cs)* rata-rata
Pulsa
(Co+Cs)* latar
0,53
6
0,60
16
0,73
24
0,77
30
0,30
45
0,33
55
0,90
66
0,33
76
0,67
90
0,97
96
0,61
dead
Cacahlatar time
0,37
0,33
0,27
0,20
0,50
0,33
2,47
0,37
0,33
0,47
0,20
Untuk mengukur deadtime dapat digunakan persamaan :
Dead Time =
Dead Time sudah ditemukan dengan persamaan tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa
selang waktu yang dibutuhkan oleh detektor Geiger Muller Leybold Didactic GMBH 57548,
Waooo11422 yang dibuat oleh Jerman ini adalah 2,47 detik.
VIII.
Kesimpulan
Spektroskopi gamma
Hubungan Channel dan Intensitas
2000
Co-60
1500
Intensitas
Time
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
Pulsa Cacah
Cs
Cs
34
0,93
66
1,07
96
1,00
128
1,07
164
1,20
191
0,90
219
0,93
231
0,40
259
0,93
277
0,60
Cs* rata-rata
1000
500
0
-500
0
50
100
150
Channel
200
250
300
19. Hubungan Channel dan Intensitas
Cc-137
5000
Intensitas
4000
3000
2000
1000
0
-1000 0
50
100
150
Channel
200
250
300
Efisiensi detektor
Efisiensi dalam hal ini berarti kuantitas yang menyatakan fraksi parikel radiasi yang tercacah
oleh detector. Dimana nilai dari efisiensi tersebut akan semakin besar disaat jarak antara detector dan
sumber radiasi semain dekat, dan nilai efisiensi akan semakin kecil disaat jarak anatara detektor dan
sumber radiasi semakin menjauh.
Jarak(m)
0.085
0.008
0.007
0.006
0.005
Jarak(m) Cs-137
Co-60
η (%)
η (%)
0.00569106
0.085 0.00058
0.01056911
0.008 0.00064
0.01056911
0.007 0.00063
0.01382114
0.006
0.001
0.01869919
0.005 0.00111
Hukum Kuadrat Terbalik
Dari kedua grafik tersebut baik detector Co-60 dan Cs-135, menunjukkan kedua grafik
semakin besar kuadrat jarak terbalik dari data percobaan tersebut dan semakin cepat nilai
pencacah dari suatu detector.
Dead Time
Dead time dari detektor Geiger Muller adalah 2,47 detik.
20. IX.
Daftar Pustaka
Irwan, Dimas. 2002. Karakteristik Detektor Proporsional 4. Jurusan Fisika FMIPA UNS.
Suparno,dkk.
2011.Petunjuk
Praktikum
ADPR
“Detektor
Geiger
Muller”.Yogyakarta:STTNBATAN
Beiser, A. 1983. Konsep Fisika Modern. Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Pencacah_05.html
http://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/06/08-01-02-06.html