SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 3
Downloaden Sie, um offline zu lesen
CONTINUING MEDICAL PENELITIAN
HASIL EDUCATION

Pengaruh Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi
Dosis Tetap terhadap Kadar Asam Urat
Diana, AMC Karema-K*, JC Matheos**
*Divisi Rematologi, ** Divisi Pulmonologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/BLU RSUP Prof. Dr. RD Kandou, Manado, Indonesia

ABSTRAK
Pengobatan TB dengan obat antituberkulosis (OAT) utama meliputi Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol dan Streptomisin. Pirazinamid
bersifat tuberkulostatik dan dapat menyebabkan hiperurisemia karena metabolitnya (asam pirazinoat) dapat mengurangi sekresi asam urat
melalui ginjal. Penelitian retrospektif di RSUP Manado tahun 1995 dari 968 pasien menemukan 23,14% hiperurisemia, 25,9% di antaranya
asimptomatis. Di Minahasa, Sulawesi Utara (1999) hiperurisemia pada dewasa muda 34,3% pada pria dan 23,31% pada wanita. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengobatan TB paru dengan OAT – Kombinasi Dosis Tetap (KDT) terhadap kadar asam urat serum
pada pasien TB di BLU RSUP Prof. Dr. RD. Kandou Manado dengan cara pengambilan sampel konsekutif. Metode penelitian yang digunakan
adalah quasi experimental design - time series experiments. Data kadar asam urat serum dikumpulkan pada minggu ke-0, minggu ke-4, minggu
ke-8, minggu ke-12. Analisis statistik dengan uji Shapiro - Wilk untuk uji distribusi data dan uji komparasi dengan uji T- berpasangan. Hasilnya
memperlihatkan bahwa selama 6 bulan didapatkan 41 pasien tuberkulosis terdiri dari 24 pria dan 17 wanita. Rerata kadar asam urat sebelum
pengobatan OAT-KDT 5,01 (CI [Confidence Interval] 2,6-6,9); rerata minggu ke-4 10,58 (5,7-18,7); rerata minggu ke-8 10,55 (6,1-16,3) dan rerata
sesudah fase intensif 6,31 (3,3-10,1). Kadar asam urat meningkat bermakna dari minggu ke-0 dengan minggu ke-4 (p < 0,05). Sedangkan kadar
asam urat minggu ke-4 dan minggu ke-8 tidak berbeda bermakna (p > 0,05). Penurunan asam urat dari minggu ke-8 dan minggu ke-12 adalah
bermakna (p < 0,05). Simpulannya, terjadi peningkatan asam urat serum pada fase intensif, terutama minggu ke-4 dan relatif menetap pada
minggu ke-8, serta terjadi penurunan asam urat serum setelah masuk fase lanjutan, minggu ke-12 walaupun belum kembali ke kadar sebelum
pengobatan.
Kata kunci: TB paru, OAT-KDT, asam urat

ABSTRACT
Oral antituberculosis drugs (OAT) for tuberculosis treatment include Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, Ethambutol and Streptomycin.
Pyrazinamide is tuberculostatic and can lead to hyperuricemia because its metabolite (pirazinoic acid) may reduce the secretion of uric acid
through kidneys. A retrospective study in Manado in 1995 found hyperuricemia in 23.14% among 968 patients, 25.9% asymptomatic. This study
was aimed to determine the effect of OAT – Fixed Dose Combination (FDC) treatment on serum uric acid levels. The study was conducted in
the Pulmonology Department, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital, Manado by consecutive sampling. This study is a quasi-experimental research
design - experiments time series. Data collected included serum uric acid levels at week 0, week 4, week 8, week 12. Statistical analysis was
performed. The result showed that during 6 months there were 41 tuberculosis patients consisted of 24 men and 17 women. Average uric acid
levels before OAT - FDC treatment was 5.0098 (2.6 to 6.9), after fourth week was 10.5707 (5.7 to 18.7), while after eighth week was 10.5488 (6.1
to 16.3). Average uric acid levels after the intensive phase was 6.3098 (3.3 to 10.1). A significant increase of uric acid from week zero to week four
was found (p <0.05), while the increase between the fourth week and eighth week was not significant (p>0.05). Decrease from the eighth week
and twelfth week was significant (p <0.05). As conclusion, serum uric acid was increased in the intensive phase, especially in the fourth week
and relatively persistent in the eighth week, and serum uric acid was decreased after twelve weeks, although not to its former levels prior to
treatment. Diana, AMC Karema-K, JC Matheos. Effect of Oral Anti Tuberculosis Drugs – Fixed Dose Combination on Uric Acid Level.
Key words: pulmonary TB, OAT FDC, uric acid serum

LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
dapat menyerang berbagai organ seperti
paru, pleura, usus, otak, kulit, kelenjar dan
sebagainya. Pengobatan TB dengan obat
Alamat korespondensi

antituberkulosis (OAT) utama meliputi
Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol,
dan Streptomisin.1 Pirazinamid bersifat
tuberkulostatik dan dapat menyebabkan
hiperurisemia karena metabolitnya (asam
pirazinoat) dapat mengurangi sekresi asam

urat melalui ginjal.2 Penelitian retrospektif
di RSUP Manado tahun 1995 pada 968
pasien menemukan 23,14% hiperurisemia,
25,9% di antaranya asimtomatis.4 Rotty dan
Karema (1999) di Minahasa, Sulawesi Utara
mendapatkan hiperurisemia pada usia

email: diana_tjan@yahoo.com

CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013

413
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Karakteristik sampel penelitian
n
Umur(tahun)

Min

41

18

Maks
60

Rerata ± SD
38,07 ± 14,056

Lingkar Pinggang(cm)

41

58

85

69,88 ± 7,315

IMT(kg/m2)

41

14,53

23,73

19,29 ± 2,239

41

12,3

16,3

13,71 ± 1,087
91,89 ± 19,387

Hb(mg/dL)
2

LFG(mL/mnt/1,73m )

41

60,71

134,25

GDP(mg/dL)

41

71

99

85,88 ± 8,462

GD2PP(mg/dL)

41

88

135

104,49 ± 11,485

SGOT(U/L)

41

13

33

22,63 ± 6,007

SGPT(U/L)

41

6

42

19,98 ± 9,832

Albumin(g/dL)

41

2,8

4,9

4,05 ± 0,465

Kolesterol Total(mg/dL)

41

117

199

159,22 ± 26,21

Kol LDL(mg/dL)

41

65

147

102,07 ± 23,212

Kol HDL(mg/dL)

41

24

71

40,24 ± 11,128

Trigliserida(mg/dL)

41

58

144

93,07 ± 23,50

Asam Urat(mg/dL)

41

2,6

6,9

5,01 ± 1,273

Sistolik(mmHg)

41

100

120

104,63 ± 6,363

41

60

80

66,59 ± 6,168

Diastolik(mmHg)
SD: Standard Deviation
Tabel 2 Perbandingan kadar asam urat sampel
Kadar asam urat serum

p

p (pria)

p (wanita)

p (<40 thn)

p (>40 thn)

Minggu ke-0 : ke-4

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Minggu ke-0 : ke-8

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Minggu ke-0 : ke-12

0,000

0,000

0,002

0,000

0,006

Minggu ke-4 : ke-8

0,989

0,989

0,891

0,522

0,408

Minggu ke-8 : ke-12

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

p < 0,05 : berbeda bermakna (Uji t - berpasangan)

dewasa muda 34,3% pada pria dan 23,31%
pada wanita.5
TUJUAN
Untuk mengetahui pengaruh pengobatan
TB paru dengan OAT Kombinasi Dosis Tetap
(KDT) terhadap kadar asam urat serum pada
pasien TB paru di BLU RSUP Prof. Dr. RD.
Kandou Manado sebelum dan sesudah 4, 8, 12
minggu pengobatan. Tujuan sekunder untuk
mengetahui apakah pengaruh pengobatan
OAT KDT terhadap kadar asam urat tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia.
METODE
Penelitian quasi experimental design - time
series experiments. Besar sampel minimal
dihitung dengan rumus analitik numerik
berpasangan diperoleh hasil 33 sampel, cara
pengambilan sampel konsekutif. Kriteria
inklusi adalah pasien TB paru baru, lakilaki atau perempuan dewasa (usia 18 - 60

414

tahun), tidak mempunyai kebiasaan makan
dengan asupan purin tinggi, bersedia
mengikuti penelitian dan menandatangani
informed consent. Kriteria eksklusi adalah
hiperurisemia; sedang menderita: penyakit
ginjal kronik (PGK) (eLFG < 60 ml/menit/1,73
m2 dengan rumus Cockcroft-Gault), diabetes
melitus (DM) menurut ADA 2005, hipertensi
menurut JNC-7 2003 , obesitas (IMT ≥ 30 kg/
m2), sindrom metabolik (SM) menurut IDF
2005, gout menurut kriteria ARA; sedang
menggunakan obat diuretika (tiazid,
furosemid), asam asetilsalisilat, asam nikotinat;
aktif mengkonsumsi alkohol; sedang hamil.
Analisis statistik adalah Shapiro - Wilk untuk uji
distribusi data dan uji komparasi dengan uji
t-berpasangan.
HASIL
Selama 6 bulan didapatkan 41 sampel meliputi
24 laki-laki (58,5%) dan 17 perempuan (41,5%).
Usia sampel 11-41 tahun sebanyak 26 orang

(63,4%) dan usia 41-60 tahun sebanyak 15
orang (36,6%). Rerata kadar asam urat sebelum
pengobatan OAT-KDT 5,01 (CI [Confidence
Interval] 2,6-6,9); rerata minggu ke-4 10,58
(5,7-18,7); rerata minggu ke-8 10,55 (6,1-16,3)
dan rerata sesudah fase intensif 6,31 (3,310,1). Diperoleh peningkatan asam urat yang
bermakna dari minggu ke-0 dengan minggu
ke-4 (p <0,05). Sedangkan kadar asam urat
minggu ke-4 dan minggu ke-8 tidak berbeda
bermakna (p >0,05). Penurunan asam urat
dari minggu ke-8 dan minggu ke-12 adalah
bermakna (p <0,05).
Hasil uji statistik (uji t berpasangan)
berdasarkan gender dan usia mendapatkan
perbedaan bermakna kadar asam urat antara
minggu 0 dengan minggu ke-4, 8, 12 dan
antara minggu ke-8 dengan minggu ke-12 (p
<0,05); sedangkan pada minggu ke-4 dengan
minggu ke-8 tidak ada perbedaan bermakna
(p >0,05).
DISKUSI
Terjadi peningkatan kadar asam urat serum
pada 41 (100%) sampel dan hiperurisemia
39 (95%) sampel. Hasil ini serupa dengan
penelitian Isnaeni dkk6 yang mendapatkan
peningkatan pada 35 (100%) dan hiperurisemia
pada 29 (82,85%) sampel; Qureshi dkk
mendapatkan 48% hiperurisemia, Zierski
dkk 56% hiperurisemia dan Khanna dkk
91,34% hiperurisemia.7 Solangi dkk8 63,8%
hiperurisemia, Nahar dkk9 55,88% hiperurisemia,
Adebisi dkk10 51,6% hiperurisemia, Papastavros
dkk11 47% hiperurisemia. Perbedaan kejadian
hiperurisemia pada penelitian ini karena
pada penelitian ini digunakan OAT-4KDT
yang mengandung Isoniazid (H), Rifampisin
(R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) pada
fase intensif. Sesuai hasil penelitian Khanna
dkk., kejadian hiperurisemia lebih tinggi pada
kombinasi ZE dibanding dengan Z atau E
saja, yaitu 91,34%; 73,4%; 51,61%. Pirazinamid
dan Etambutol memfasilitasi pertukaran ion
di tubulus ginjal menyebabkan reabsorpsi
berlebihan asam urat sehingga menimbulkan
hiperurisemia.
Beberapa penelitian lain menggunakan
salisilat untuk mengatasi artralgia, sedangkan
salisilat juga dapat memengaruhi kadar asam
urat. Salisilat dosis besar (analgesik) bersifat
menurunkan asam urat sedangkan salisilat
dosis kecil akan menghambat ekskresi asam
urat sehingga terjadi hiperurisemia.2,3,7

CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013
HASIL PENELITIAN
Peningkatan kadar asam urat dialami seluruh
pasien pada minggu ke-4 berkisar antara
5,7 – 18,7 mg/dL (10,57 ± 2,49 ; rerata ± SB),
peningkatan ini sangat bermakna (p < 0,05).
Hal ini serupa dengan hasil penelitian Solangi
dkk8 mendapatkan kadar asam urat 9,68 ±
1,52 mg/dL, Nahar dkk9 6,22 ± 2,70 mg/dL.
Qureshi dkk 5,2 ± 0,6 mg/dL, Khanna dkk 7,51
mg/dL.7 Peningkatan kadar asam urat yang
cukup tinggi pada penelitian ini dibanding
dengan penelitian lain, diduga karena faktor
genetik,3 karena insiden hiperurisemia di
Manado cukup tinggi,4,5 diperberat dengan
efek samping pirazinamid yang terdapat
dalam OAT - 4KDT.2
Pada minggu ke-8, terjadi peningkatan kadar
asam urat berkisar 6,1 – 16,3 mg/dL (10,54 ±
2,33 ; rerata ± SB). Hal ini serupa dengan hasil
penelitian Solangi dkk8 mendapatkan 9,64 ±
1,43 mg/dL, Isnaeni dkk6 8,78 ± 2,53 mg/dL,
Nahar dkk9 6,34 ± 1,52 mg/dL. Qureshi dkk
6,4 ± 0,8 mg/dL, Khanna dkk 8,81 mg/dL.7
Peningkatan kadar asam urat minggu ke-8
berbeda bermakna dengan kadar asam urat
minggu ke-0 namun tidak berbeda bermakna
dengan kadar asam urat minggu ke-4. Pada
minggu ke-8, kadar asam urat hanya sedikit
meningkat atau relatif menetap dibandingkan
kadar asam urat minggu ke-4. Hal ini serupa
dengan yang didapatkan oleh Solangi dkk8
dan Nahar dkk9 tidak ada perbedaan bermakna
kadar asam urat minggu ke-8 dengan minggu
ke-4. Keadaan ini diduga karena efek samping
Pirazinamid dalam OAT - 4KDT pada minggu
ke-4 membuat kadar asam urat sudah
meningkat hampir titik jenuh.2,3

Pengobatan TB fase lanjutan menggunakan
OAT-2KDT yang mengandung RH, ZE sudah
tidak diberikan,1,2 ; terjadi penurunan kadar
asam urat minggu ke-12, yaitu berkisar 3,3 –
10,1 mg/dL (6,3 ± 1,59 ; rerata ± SB). Hal ini
serupa dengan hasil penelitian Solangi dkk8
yang mendapatkan kadar 5,08 ± 0,57 mg/
dL, Isnaeni dkk6 4,79 ± 1,44 mg/dL, Qureshi
dkk7 4,5 ± 0,3 mg/dL. Penelitian Adebisi dkk10
dan Papastavros dkk11 mendapatkan kadar
asam urat kembali normal pada fase lanjutan
pengobatan TB. Pada penelitian ini, kadar
asam urat minggu ke-12 berbeda bermakna
dengan kadar asam urat minggu ke-0,
ke-4 dan ke-8; walaupun belum kembali
ke kadar asam urat sebelum pengobatan.
Pada beberapa pasien yang diikuti sampai
minggu ke-16 didapatkan kadar asam urat
kembali seperti minggu ke-0. Keadaan
ini mencerminkan bahwa efek samping
hiperurisemia OAT-4KDT fase intensif bersifat
reversibel, walaupun pada genetik tertentu
memerlukan waktu yang lebih lama untuk
kembali normal.2,3
Penelitian
ini
mendapatkan
keluhan
artralgia pada 5 sampel (12,2%). Isnaeni dkk6
mendapatkan artralgia 13,8%. Qureshi dkk
mendapatkan artralgia 22% dan Khanna dkk
mendapatkan artralgia 11%.7 Efek samping
pirazinamid dapat meningkatkan kadar asam
urat namun bersifat reversibel dan umumnya
subklinis.1,2
Uji perbandingan berdasarkan usia, gender
dan per kelompok usia sesuai gender;
didapatkan hasil yang sama dengan yaitu

terdapat perbedaan bermakna kadar asam
urat antara minggu 0 dan minggu 4, 8,
12 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan asam urat karena efek samping
pirazinamid tidak dipengaruhi oleh usia
maupun gender; meskipun diketahui pada
usia > 40 tahun terjadi penurunan fungsi
ginjal, sedangkan hormon esterogen
menekan kadar asam urat. Sampel penelitian
ini adalah subjek yang dengan fungsi ginjal
normal.
Tidak didapatkan hubungan bermakna
antara kadar kolesterol total, trigliserida, LDL,
HDL dengan kadar asam urat (p > 0,05).
Hal ini mencerminkan bahwa kadar asam
urat sampel tidak dipengaruhi oleh profil
lemaknya. Sampel penelitian ini adalah subjek
yang tidak menderita obesitas maupun
sindrom metabolik.
SIMPULAN
1. Terdapat peningkatan bermakna kadar
asam urat serum pada fase intensif, terutama
pada minggu ke-4 dan relatif menetap pada
minggu ke-8 pengobatan OAT – KDT;
2. Terdapat penurunan bermakna kadar
asam urat serum setelah masuk masa
intermiten (minggu ke-12), walaupun belum
kembali ke kadar sebelum pengobatan OAT KDT.
SARAN
Pemantauan kadar asam urat serum selama
fase intensif pengobatan dengan OAT – KDT
(RHZE) terutama pada pasien yang sudah
hiperurisemia sebelum mulai pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Aditama TY, Subuh M, Mustikawati DE, dkk. Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Jakarta 2011.

2.

Deck DH, Winston LG. Antimycobacterial drugs. In: Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic and clinical pharmacology. 12th ed. Mc Graw Hill, New York 2012, pp. 770-5.

3.

Kelley WN, Wortmann RL. Gout and hyperuricemia. In: Firestein GS, Budd RC, Harris ED, et al. Textbook of rheumatology. Vol.2. 9th ed. Elsevier, Philadelphia 2012, pp 1313 – 47

4.

Rotty LWA, Karema-Kaparang AMC. Pola hiperurisemia pada penderita rawat inap di RSUP Manado. Dipresentasikan pada KOPAPDI X, Padang, 26 Juni 1996.

5.

Rotty LWA, Karema-Kaparang AMC. Gambaran asam urat pada suku Minahasa usia dewasa muda. Naskah Lengkap KONKER IRA VI, Malang, 1999.

6.

Isnaeni MP, Sumariyono, Rumende CM, dkk. Peningkatan kadar asam urat darah pasien TB yang mendapat terapi pyrazinamide dan ethambuthol: implikasi terhadap penghentian terapi

7.

Qureshi W, Hassan G, Kadri SM, et al. Hyperuricemia and arthralgias during pyrazinamide therapy in patients with pulmonary tuberculosis. Laboratory Medicine 2007; 38(8): 495-7.

8.

Solangi GA, Zuberi BF, Shaikh S, Shaikh WM. Pyrazinamide induced hyperuricemia in patients taking anti-tuberculous therapy. JCPSP 2004; 14(3): 136-8.

TB. Dalam: Setiyohadi B, Kasjmir YI. Kumpulan Makalah Temu Ilmiah Reumatologi 2011. Perhimpunan Reumatologi Indonesia, Jakarta 2011, 123-7.

9.

Nahar BL, Hossain M, Islam MM, Saha DR. A comparative study on the adverse effect of two anti-tuberculosis drugs regimen in initial two-month treatment period. Bangladesh J Pharmacol 2006; 1: 51-7.

10. Adebisi SA, Oluboyo PO, Okesina AB. Effect of drug induced hyperuricemia on renal function in Nigerians with pulmonary tuberculosis. Afr J Med Med Sci 2000; 29: 297-300.
11. Papastavros T, Dolovich LR, Holbrook A, Whitehead L, Loeb M. Adverse events associated with pyrazinamide and levofloxacin in the treatment of latent multidrug resistant tuberculosis.
CMAJ 2002; 167(2): 131-6.

CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013

415

Weitere ähnliche Inhalte

Andere mochten auch

Andere mochten auch (10)

Scala interiors
Scala interiorsScala interiors
Scala interiors
 
Ruotsi 291113 mb_1
Ruotsi 291113 mb_1Ruotsi 291113 mb_1
Ruotsi 291113 mb_1
 
bahaya msg (monosodium glutamat) terhadap kesehatan masyarakat
bahaya msg (monosodium glutamat) terhadap kesehatan masyarakatbahaya msg (monosodium glutamat) terhadap kesehatan masyarakat
bahaya msg (monosodium glutamat) terhadap kesehatan masyarakat
 
Ankkuritoiminta[1]
Ankkuritoiminta[1]Ankkuritoiminta[1]
Ankkuritoiminta[1]
 
Kuntatalouden sopeutusohjelma 2014 2017
Kuntatalouden sopeutusohjelma 2014 2017Kuntatalouden sopeutusohjelma 2014 2017
Kuntatalouden sopeutusohjelma 2014 2017
 
BQ guia casos clnicos 2 era 2012 bioquimica[1]
BQ guia casos clnicos  2 era 2012   bioquimica[1]BQ guia casos clnicos  2 era 2012   bioquimica[1]
BQ guia casos clnicos 2 era 2012 bioquimica[1]
 
nyeri punggung bawah
nyeri punggung bawahnyeri punggung bawah
nyeri punggung bawah
 
Presentation creanet
Presentation creanetPresentation creanet
Presentation creanet
 
Presentazione creanet eng
Presentazione creanet engPresentazione creanet eng
Presentazione creanet eng
 
004 clase de medicina interna – síndromes mediastinales
004 clase de medicina interna – síndromes mediastinales004 clase de medicina interna – síndromes mediastinales
004 clase de medicina interna – síndromes mediastinales
 

Ähnlich wie pengaruh obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap terhadap kadar asam urat

Presentasi marini
Presentasi mariniPresentasi marini
Presentasi mariniivanho86
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colonarie setyawan
 
PPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI
PPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSIPPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI
PPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSIIndra875145
 
EFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptx
EFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptxEFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptx
EFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptxMuhammadAsriSKepNs1
 
PPT PKL studi kasus STIKES NASional 1.ppt
PPT PKL studi kasus STIKES NASional 1.pptPPT PKL studi kasus STIKES NASional 1.ppt
PPT PKL studi kasus STIKES NASional 1.pptlisaauzan
 
Guideline Therapy for CAP (1).pptx
Guideline Therapy for CAP (1).pptxGuideline Therapy for CAP (1).pptx
Guideline Therapy for CAP (1).pptxDONNYARDIKANOVANANDA
 
Copd dr irene
Copd dr ireneCopd dr irene
Copd dr ireneteea vani
 
Tb dengan penyulit
Tb dengan penyulitTb dengan penyulit
Tb dengan penyulitELLY SALIM
 
jurnal reading endokrin.pptx
jurnal reading endokrin.pptxjurnal reading endokrin.pptx
jurnal reading endokrin.pptxKessiVikaneswari3
 
Teraapi pengobatan tuberculosis dan .pptx
Teraapi pengobatan tuberculosis dan .pptxTeraapi pengobatan tuberculosis dan .pptx
Teraapi pengobatan tuberculosis dan .pptxhasbi63
 
Dosis Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan Berat badan
Dosis Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan Berat badanDosis Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan Berat badan
Dosis Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan Berat badansisiliafitriapurnani
 
Penyakit gagal ginjal kronis pada manusia.pdf
Penyakit gagal ginjal kronis pada manusia.pdfPenyakit gagal ginjal kronis pada manusia.pdf
Penyakit gagal ginjal kronis pada manusia.pdfssuser21aed8
 
REVISI 4 - Stabilitas Dari Waktu ke Waktu pada Fraksi Trombosit Muda dan Perb...
REVISI 4 - Stabilitas Dari Waktu ke Waktu pada Fraksi Trombosit Muda dan Perb...REVISI 4 - Stabilitas Dari Waktu ke Waktu pada Fraksi Trombosit Muda dan Perb...
REVISI 4 - Stabilitas Dari Waktu ke Waktu pada Fraksi Trombosit Muda dan Perb...YoanRahmah
 
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptxCase 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptxfiah0289
 
JR ERIA AAR.pptx
JR ERIA AAR.pptxJR ERIA AAR.pptx
JR ERIA AAR.pptxabuamar11
 
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docxPOPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docxNiyaCimut
 

Ähnlich wie pengaruh obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap terhadap kadar asam urat (20)

Presentasi marini
Presentasi mariniPresentasi marini
Presentasi marini
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
 
PPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI
PPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSIPPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI
PPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI
 
EFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptx
EFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptxEFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptx
EFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptx
 
PPT PKL studi kasus STIKES NASional 1.ppt
PPT PKL studi kasus STIKES NASional 1.pptPPT PKL studi kasus STIKES NASional 1.ppt
PPT PKL studi kasus STIKES NASional 1.ppt
 
Guideline Therapy for CAP (1).pptx
Guideline Therapy for CAP (1).pptxGuideline Therapy for CAP (1).pptx
Guideline Therapy for CAP (1).pptx
 
Copd dr irene
Copd dr ireneCopd dr irene
Copd dr irene
 
Tb dengan penyulit
Tb dengan penyulitTb dengan penyulit
Tb dengan penyulit
 
jurnal reading endokrin.pptx
jurnal reading endokrin.pptxjurnal reading endokrin.pptx
jurnal reading endokrin.pptx
 
4926 7682-1-pb
4926 7682-1-pb4926 7682-1-pb
4926 7682-1-pb
 
PUD
PUDPUD
PUD
 
Teraapi pengobatan tuberculosis dan .pptx
Teraapi pengobatan tuberculosis dan .pptxTeraapi pengobatan tuberculosis dan .pptx
Teraapi pengobatan tuberculosis dan .pptx
 
Dosis Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan Berat badan
Dosis Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan Berat badanDosis Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan Berat badan
Dosis Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan Berat badan
 
PPT Hasil Belinda.pptx
PPT Hasil Belinda.pptxPPT Hasil Belinda.pptx
PPT Hasil Belinda.pptx
 
Penyakit gagal ginjal kronis pada manusia.pdf
Penyakit gagal ginjal kronis pada manusia.pdfPenyakit gagal ginjal kronis pada manusia.pdf
Penyakit gagal ginjal kronis pada manusia.pdf
 
REVISI 4 - Stabilitas Dari Waktu ke Waktu pada Fraksi Trombosit Muda dan Perb...
REVISI 4 - Stabilitas Dari Waktu ke Waktu pada Fraksi Trombosit Muda dan Perb...REVISI 4 - Stabilitas Dari Waktu ke Waktu pada Fraksi Trombosit Muda dan Perb...
REVISI 4 - Stabilitas Dari Waktu ke Waktu pada Fraksi Trombosit Muda dan Perb...
 
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptxCase 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
 
JR ERIA AAR.pptx
JR ERIA AAR.pptxJR ERIA AAR.pptx
JR ERIA AAR.pptx
 
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docxPOPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
 
Hepatitis
HepatitisHepatitis
Hepatitis
 

Kürzlich hochgeladen

Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESINeliHusniawati2
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewanintan588925
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 

pengaruh obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap terhadap kadar asam urat

  • 1. CONTINUING MEDICAL PENELITIAN HASIL EDUCATION Pengaruh Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap terhadap Kadar Asam Urat Diana, AMC Karema-K*, JC Matheos** *Divisi Rematologi, ** Divisi Pulmonologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/BLU RSUP Prof. Dr. RD Kandou, Manado, Indonesia ABSTRAK Pengobatan TB dengan obat antituberkulosis (OAT) utama meliputi Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol dan Streptomisin. Pirazinamid bersifat tuberkulostatik dan dapat menyebabkan hiperurisemia karena metabolitnya (asam pirazinoat) dapat mengurangi sekresi asam urat melalui ginjal. Penelitian retrospektif di RSUP Manado tahun 1995 dari 968 pasien menemukan 23,14% hiperurisemia, 25,9% di antaranya asimptomatis. Di Minahasa, Sulawesi Utara (1999) hiperurisemia pada dewasa muda 34,3% pada pria dan 23,31% pada wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengobatan TB paru dengan OAT – Kombinasi Dosis Tetap (KDT) terhadap kadar asam urat serum pada pasien TB di BLU RSUP Prof. Dr. RD. Kandou Manado dengan cara pengambilan sampel konsekutif. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experimental design - time series experiments. Data kadar asam urat serum dikumpulkan pada minggu ke-0, minggu ke-4, minggu ke-8, minggu ke-12. Analisis statistik dengan uji Shapiro - Wilk untuk uji distribusi data dan uji komparasi dengan uji T- berpasangan. Hasilnya memperlihatkan bahwa selama 6 bulan didapatkan 41 pasien tuberkulosis terdiri dari 24 pria dan 17 wanita. Rerata kadar asam urat sebelum pengobatan OAT-KDT 5,01 (CI [Confidence Interval] 2,6-6,9); rerata minggu ke-4 10,58 (5,7-18,7); rerata minggu ke-8 10,55 (6,1-16,3) dan rerata sesudah fase intensif 6,31 (3,3-10,1). Kadar asam urat meningkat bermakna dari minggu ke-0 dengan minggu ke-4 (p < 0,05). Sedangkan kadar asam urat minggu ke-4 dan minggu ke-8 tidak berbeda bermakna (p > 0,05). Penurunan asam urat dari minggu ke-8 dan minggu ke-12 adalah bermakna (p < 0,05). Simpulannya, terjadi peningkatan asam urat serum pada fase intensif, terutama minggu ke-4 dan relatif menetap pada minggu ke-8, serta terjadi penurunan asam urat serum setelah masuk fase lanjutan, minggu ke-12 walaupun belum kembali ke kadar sebelum pengobatan. Kata kunci: TB paru, OAT-KDT, asam urat ABSTRACT Oral antituberculosis drugs (OAT) for tuberculosis treatment include Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, Ethambutol and Streptomycin. Pyrazinamide is tuberculostatic and can lead to hyperuricemia because its metabolite (pirazinoic acid) may reduce the secretion of uric acid through kidneys. A retrospective study in Manado in 1995 found hyperuricemia in 23.14% among 968 patients, 25.9% asymptomatic. This study was aimed to determine the effect of OAT – Fixed Dose Combination (FDC) treatment on serum uric acid levels. The study was conducted in the Pulmonology Department, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital, Manado by consecutive sampling. This study is a quasi-experimental research design - experiments time series. Data collected included serum uric acid levels at week 0, week 4, week 8, week 12. Statistical analysis was performed. The result showed that during 6 months there were 41 tuberculosis patients consisted of 24 men and 17 women. Average uric acid levels before OAT - FDC treatment was 5.0098 (2.6 to 6.9), after fourth week was 10.5707 (5.7 to 18.7), while after eighth week was 10.5488 (6.1 to 16.3). Average uric acid levels after the intensive phase was 6.3098 (3.3 to 10.1). A significant increase of uric acid from week zero to week four was found (p <0.05), while the increase between the fourth week and eighth week was not significant (p>0.05). Decrease from the eighth week and twelfth week was significant (p <0.05). As conclusion, serum uric acid was increased in the intensive phase, especially in the fourth week and relatively persistent in the eighth week, and serum uric acid was decreased after twelve weeks, although not to its former levels prior to treatment. Diana, AMC Karema-K, JC Matheos. Effect of Oral Anti Tuberculosis Drugs – Fixed Dose Combination on Uric Acid Level. Key words: pulmonary TB, OAT FDC, uric acid serum LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, dapat menyerang berbagai organ seperti paru, pleura, usus, otak, kulit, kelenjar dan sebagainya. Pengobatan TB dengan obat Alamat korespondensi antituberkulosis (OAT) utama meliputi Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol, dan Streptomisin.1 Pirazinamid bersifat tuberkulostatik dan dapat menyebabkan hiperurisemia karena metabolitnya (asam pirazinoat) dapat mengurangi sekresi asam urat melalui ginjal.2 Penelitian retrospektif di RSUP Manado tahun 1995 pada 968 pasien menemukan 23,14% hiperurisemia, 25,9% di antaranya asimtomatis.4 Rotty dan Karema (1999) di Minahasa, Sulawesi Utara mendapatkan hiperurisemia pada usia email: diana_tjan@yahoo.com CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013 413
  • 2. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Karakteristik sampel penelitian n Umur(tahun) Min 41 18 Maks 60 Rerata ± SD 38,07 ± 14,056 Lingkar Pinggang(cm) 41 58 85 69,88 ± 7,315 IMT(kg/m2) 41 14,53 23,73 19,29 ± 2,239 41 12,3 16,3 13,71 ± 1,087 91,89 ± 19,387 Hb(mg/dL) 2 LFG(mL/mnt/1,73m ) 41 60,71 134,25 GDP(mg/dL) 41 71 99 85,88 ± 8,462 GD2PP(mg/dL) 41 88 135 104,49 ± 11,485 SGOT(U/L) 41 13 33 22,63 ± 6,007 SGPT(U/L) 41 6 42 19,98 ± 9,832 Albumin(g/dL) 41 2,8 4,9 4,05 ± 0,465 Kolesterol Total(mg/dL) 41 117 199 159,22 ± 26,21 Kol LDL(mg/dL) 41 65 147 102,07 ± 23,212 Kol HDL(mg/dL) 41 24 71 40,24 ± 11,128 Trigliserida(mg/dL) 41 58 144 93,07 ± 23,50 Asam Urat(mg/dL) 41 2,6 6,9 5,01 ± 1,273 Sistolik(mmHg) 41 100 120 104,63 ± 6,363 41 60 80 66,59 ± 6,168 Diastolik(mmHg) SD: Standard Deviation Tabel 2 Perbandingan kadar asam urat sampel Kadar asam urat serum p p (pria) p (wanita) p (<40 thn) p (>40 thn) Minggu ke-0 : ke-4 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Minggu ke-0 : ke-8 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Minggu ke-0 : ke-12 0,000 0,000 0,002 0,000 0,006 Minggu ke-4 : ke-8 0,989 0,989 0,891 0,522 0,408 Minggu ke-8 : ke-12 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 p < 0,05 : berbeda bermakna (Uji t - berpasangan) dewasa muda 34,3% pada pria dan 23,31% pada wanita.5 TUJUAN Untuk mengetahui pengaruh pengobatan TB paru dengan OAT Kombinasi Dosis Tetap (KDT) terhadap kadar asam urat serum pada pasien TB paru di BLU RSUP Prof. Dr. RD. Kandou Manado sebelum dan sesudah 4, 8, 12 minggu pengobatan. Tujuan sekunder untuk mengetahui apakah pengaruh pengobatan OAT KDT terhadap kadar asam urat tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia. METODE Penelitian quasi experimental design - time series experiments. Besar sampel minimal dihitung dengan rumus analitik numerik berpasangan diperoleh hasil 33 sampel, cara pengambilan sampel konsekutif. Kriteria inklusi adalah pasien TB paru baru, lakilaki atau perempuan dewasa (usia 18 - 60 414 tahun), tidak mempunyai kebiasaan makan dengan asupan purin tinggi, bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi adalah hiperurisemia; sedang menderita: penyakit ginjal kronik (PGK) (eLFG < 60 ml/menit/1,73 m2 dengan rumus Cockcroft-Gault), diabetes melitus (DM) menurut ADA 2005, hipertensi menurut JNC-7 2003 , obesitas (IMT ≥ 30 kg/ m2), sindrom metabolik (SM) menurut IDF 2005, gout menurut kriteria ARA; sedang menggunakan obat diuretika (tiazid, furosemid), asam asetilsalisilat, asam nikotinat; aktif mengkonsumsi alkohol; sedang hamil. Analisis statistik adalah Shapiro - Wilk untuk uji distribusi data dan uji komparasi dengan uji t-berpasangan. HASIL Selama 6 bulan didapatkan 41 sampel meliputi 24 laki-laki (58,5%) dan 17 perempuan (41,5%). Usia sampel 11-41 tahun sebanyak 26 orang (63,4%) dan usia 41-60 tahun sebanyak 15 orang (36,6%). Rerata kadar asam urat sebelum pengobatan OAT-KDT 5,01 (CI [Confidence Interval] 2,6-6,9); rerata minggu ke-4 10,58 (5,7-18,7); rerata minggu ke-8 10,55 (6,1-16,3) dan rerata sesudah fase intensif 6,31 (3,310,1). Diperoleh peningkatan asam urat yang bermakna dari minggu ke-0 dengan minggu ke-4 (p <0,05). Sedangkan kadar asam urat minggu ke-4 dan minggu ke-8 tidak berbeda bermakna (p >0,05). Penurunan asam urat dari minggu ke-8 dan minggu ke-12 adalah bermakna (p <0,05). Hasil uji statistik (uji t berpasangan) berdasarkan gender dan usia mendapatkan perbedaan bermakna kadar asam urat antara minggu 0 dengan minggu ke-4, 8, 12 dan antara minggu ke-8 dengan minggu ke-12 (p <0,05); sedangkan pada minggu ke-4 dengan minggu ke-8 tidak ada perbedaan bermakna (p >0,05). DISKUSI Terjadi peningkatan kadar asam urat serum pada 41 (100%) sampel dan hiperurisemia 39 (95%) sampel. Hasil ini serupa dengan penelitian Isnaeni dkk6 yang mendapatkan peningkatan pada 35 (100%) dan hiperurisemia pada 29 (82,85%) sampel; Qureshi dkk mendapatkan 48% hiperurisemia, Zierski dkk 56% hiperurisemia dan Khanna dkk 91,34% hiperurisemia.7 Solangi dkk8 63,8% hiperurisemia, Nahar dkk9 55,88% hiperurisemia, Adebisi dkk10 51,6% hiperurisemia, Papastavros dkk11 47% hiperurisemia. Perbedaan kejadian hiperurisemia pada penelitian ini karena pada penelitian ini digunakan OAT-4KDT yang mengandung Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) pada fase intensif. Sesuai hasil penelitian Khanna dkk., kejadian hiperurisemia lebih tinggi pada kombinasi ZE dibanding dengan Z atau E saja, yaitu 91,34%; 73,4%; 51,61%. Pirazinamid dan Etambutol memfasilitasi pertukaran ion di tubulus ginjal menyebabkan reabsorpsi berlebihan asam urat sehingga menimbulkan hiperurisemia. Beberapa penelitian lain menggunakan salisilat untuk mengatasi artralgia, sedangkan salisilat juga dapat memengaruhi kadar asam urat. Salisilat dosis besar (analgesik) bersifat menurunkan asam urat sedangkan salisilat dosis kecil akan menghambat ekskresi asam urat sehingga terjadi hiperurisemia.2,3,7 CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013
  • 3. HASIL PENELITIAN Peningkatan kadar asam urat dialami seluruh pasien pada minggu ke-4 berkisar antara 5,7 – 18,7 mg/dL (10,57 ± 2,49 ; rerata ± SB), peningkatan ini sangat bermakna (p < 0,05). Hal ini serupa dengan hasil penelitian Solangi dkk8 mendapatkan kadar asam urat 9,68 ± 1,52 mg/dL, Nahar dkk9 6,22 ± 2,70 mg/dL. Qureshi dkk 5,2 ± 0,6 mg/dL, Khanna dkk 7,51 mg/dL.7 Peningkatan kadar asam urat yang cukup tinggi pada penelitian ini dibanding dengan penelitian lain, diduga karena faktor genetik,3 karena insiden hiperurisemia di Manado cukup tinggi,4,5 diperberat dengan efek samping pirazinamid yang terdapat dalam OAT - 4KDT.2 Pada minggu ke-8, terjadi peningkatan kadar asam urat berkisar 6,1 – 16,3 mg/dL (10,54 ± 2,33 ; rerata ± SB). Hal ini serupa dengan hasil penelitian Solangi dkk8 mendapatkan 9,64 ± 1,43 mg/dL, Isnaeni dkk6 8,78 ± 2,53 mg/dL, Nahar dkk9 6,34 ± 1,52 mg/dL. Qureshi dkk 6,4 ± 0,8 mg/dL, Khanna dkk 8,81 mg/dL.7 Peningkatan kadar asam urat minggu ke-8 berbeda bermakna dengan kadar asam urat minggu ke-0 namun tidak berbeda bermakna dengan kadar asam urat minggu ke-4. Pada minggu ke-8, kadar asam urat hanya sedikit meningkat atau relatif menetap dibandingkan kadar asam urat minggu ke-4. Hal ini serupa dengan yang didapatkan oleh Solangi dkk8 dan Nahar dkk9 tidak ada perbedaan bermakna kadar asam urat minggu ke-8 dengan minggu ke-4. Keadaan ini diduga karena efek samping Pirazinamid dalam OAT - 4KDT pada minggu ke-4 membuat kadar asam urat sudah meningkat hampir titik jenuh.2,3 Pengobatan TB fase lanjutan menggunakan OAT-2KDT yang mengandung RH, ZE sudah tidak diberikan,1,2 ; terjadi penurunan kadar asam urat minggu ke-12, yaitu berkisar 3,3 – 10,1 mg/dL (6,3 ± 1,59 ; rerata ± SB). Hal ini serupa dengan hasil penelitian Solangi dkk8 yang mendapatkan kadar 5,08 ± 0,57 mg/ dL, Isnaeni dkk6 4,79 ± 1,44 mg/dL, Qureshi dkk7 4,5 ± 0,3 mg/dL. Penelitian Adebisi dkk10 dan Papastavros dkk11 mendapatkan kadar asam urat kembali normal pada fase lanjutan pengobatan TB. Pada penelitian ini, kadar asam urat minggu ke-12 berbeda bermakna dengan kadar asam urat minggu ke-0, ke-4 dan ke-8; walaupun belum kembali ke kadar asam urat sebelum pengobatan. Pada beberapa pasien yang diikuti sampai minggu ke-16 didapatkan kadar asam urat kembali seperti minggu ke-0. Keadaan ini mencerminkan bahwa efek samping hiperurisemia OAT-4KDT fase intensif bersifat reversibel, walaupun pada genetik tertentu memerlukan waktu yang lebih lama untuk kembali normal.2,3 Penelitian ini mendapatkan keluhan artralgia pada 5 sampel (12,2%). Isnaeni dkk6 mendapatkan artralgia 13,8%. Qureshi dkk mendapatkan artralgia 22% dan Khanna dkk mendapatkan artralgia 11%.7 Efek samping pirazinamid dapat meningkatkan kadar asam urat namun bersifat reversibel dan umumnya subklinis.1,2 Uji perbandingan berdasarkan usia, gender dan per kelompok usia sesuai gender; didapatkan hasil yang sama dengan yaitu terdapat perbedaan bermakna kadar asam urat antara minggu 0 dan minggu 4, 8, 12 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan asam urat karena efek samping pirazinamid tidak dipengaruhi oleh usia maupun gender; meskipun diketahui pada usia > 40 tahun terjadi penurunan fungsi ginjal, sedangkan hormon esterogen menekan kadar asam urat. Sampel penelitian ini adalah subjek yang dengan fungsi ginjal normal. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, HDL dengan kadar asam urat (p > 0,05). Hal ini mencerminkan bahwa kadar asam urat sampel tidak dipengaruhi oleh profil lemaknya. Sampel penelitian ini adalah subjek yang tidak menderita obesitas maupun sindrom metabolik. SIMPULAN 1. Terdapat peningkatan bermakna kadar asam urat serum pada fase intensif, terutama pada minggu ke-4 dan relatif menetap pada minggu ke-8 pengobatan OAT – KDT; 2. Terdapat penurunan bermakna kadar asam urat serum setelah masuk masa intermiten (minggu ke-12), walaupun belum kembali ke kadar sebelum pengobatan OAT KDT. SARAN Pemantauan kadar asam urat serum selama fase intensif pengobatan dengan OAT – KDT (RHZE) terutama pada pasien yang sudah hiperurisemia sebelum mulai pengobatan. DAFTAR PUSTAKA 1. Aditama TY, Subuh M, Mustikawati DE, dkk. Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta 2011. 2. Deck DH, Winston LG. Antimycobacterial drugs. In: Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic and clinical pharmacology. 12th ed. Mc Graw Hill, New York 2012, pp. 770-5. 3. Kelley WN, Wortmann RL. Gout and hyperuricemia. In: Firestein GS, Budd RC, Harris ED, et al. Textbook of rheumatology. Vol.2. 9th ed. Elsevier, Philadelphia 2012, pp 1313 – 47 4. Rotty LWA, Karema-Kaparang AMC. Pola hiperurisemia pada penderita rawat inap di RSUP Manado. Dipresentasikan pada KOPAPDI X, Padang, 26 Juni 1996. 5. Rotty LWA, Karema-Kaparang AMC. Gambaran asam urat pada suku Minahasa usia dewasa muda. Naskah Lengkap KONKER IRA VI, Malang, 1999. 6. Isnaeni MP, Sumariyono, Rumende CM, dkk. Peningkatan kadar asam urat darah pasien TB yang mendapat terapi pyrazinamide dan ethambuthol: implikasi terhadap penghentian terapi 7. Qureshi W, Hassan G, Kadri SM, et al. Hyperuricemia and arthralgias during pyrazinamide therapy in patients with pulmonary tuberculosis. Laboratory Medicine 2007; 38(8): 495-7. 8. Solangi GA, Zuberi BF, Shaikh S, Shaikh WM. Pyrazinamide induced hyperuricemia in patients taking anti-tuberculous therapy. JCPSP 2004; 14(3): 136-8. TB. Dalam: Setiyohadi B, Kasjmir YI. Kumpulan Makalah Temu Ilmiah Reumatologi 2011. Perhimpunan Reumatologi Indonesia, Jakarta 2011, 123-7. 9. Nahar BL, Hossain M, Islam MM, Saha DR. A comparative study on the adverse effect of two anti-tuberculosis drugs regimen in initial two-month treatment period. Bangladesh J Pharmacol 2006; 1: 51-7. 10. Adebisi SA, Oluboyo PO, Okesina AB. Effect of drug induced hyperuricemia on renal function in Nigerians with pulmonary tuberculosis. Afr J Med Med Sci 2000; 29: 297-300. 11. Papastavros T, Dolovich LR, Holbrook A, Whitehead L, Loeb M. Adverse events associated with pyrazinamide and levofloxacin in the treatment of latent multidrug resistant tuberculosis. CMAJ 2002; 167(2): 131-6. CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013 415