SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 58
Downloaden Sie, um offline zu lesen
1      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



                                 PETUNJUK TEKNIS
                 PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DESA



A. PENDAHULUAN

     Jenis dan ragam Peraturan Desa yang disusun dan ditetapkan bergantung pada
     kebutuhan penyelenggara pemerintahan di desa. Untuk itu diharapkan kepada
     Pemerintah Desa dan BPD agar dapat mengidentifikasi topik-topik yang perlu
     dibuat sebagai Peraturan Desa. Tingkat kepentingan ini hendaknya dilihat dalam
     kerangka kepentingan sebagian besar masyarakat agar Peraturan Desa yang
     dibuat benar-benar aspiratif.

     Peraturan Desa juga perlu dibuat karena adanya perintah atau keharusan yang
     ditetapkan melalui peraturan yang lebih tinggi. Peraturan Desa seperti ini
     biasanya merupakan penjabaran dan pengukuhan dari peraturan yang lebih
     tinggi tersebut.

     Dalam era Otonomi Daerah saat ini, desa diberikan kewenangan yang lebih luas
     dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Dalam rangka ini,
     sejumlah Peraturan Desa perlu dibuat untuk mengefektifkan implementasi dari
     kewenangan tersebut. Sampai saat ini belum ada ketentuan yang menjelaskan
     secara terperinci tentang ragam Peraturan Desa yang perlu dibuat. Berikut ini
     beberapa usulan tentang aspek-aspek yang perlu diatur melalui Peraturan Desa:

     1. Bidang Pemerintahan Desa

       a. Struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa.
       b. Struktur organisasi BPD.
       c.   Tata tertib BPD.
       d. Kerjasama antar desa dan kerjasama dengan pihak ketiga.
       e. Pemekaran, penggabungan dan penghapusan desa.
       f.   Batas desa.
2         JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



    2. Bidang Keuangan

         a.   Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
         b. Mekanisme pengelolaan keuangan desa.
         c.   Sumber – sumber pendapatan desa.
         d. Pungutan-pungutan desa seperti Pungutan biaya administrasi/kompensasi
            atas pelayanan administrasi di desa, Retribusi Desa dan lain-lain.
         e. Sumbangan dari pihak ketiga.
         f.   Pinjaman desa.

    3. Bidang Pembangunan

         a.   Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa.
         b. Tata Ruang dan Peruntukan Lahan.

    Berdasarkan pemikiran-pemikiran seperti yang diungkapkan diatas dan dalam
    rangka membantu dan meningkatkan kemampuan Aparatur Pemerintahan Desa
    dalam menyusun Peraturan Desa yang memenuhi kelengkapan persyaratan
    administrative seperti yang diamanatkan oleh peraturan perundangan-undangan,
    maka Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
    Kabupaten       Bekasi     membuat      Petunjuk   Teknis   Penyusunan    Rancangan
    Peraturan Desa yang merupakan panduan dan ditujukan bagi seluruh
    Pemerintahan Desa di Kabupaten Bekasi dengan mempedomani peraturan
    perundang-undangan sebagai berikut:

    1.    Undang-Undang        Nomor   14     Tahun     1950    tentang     Pembentukan
          Daerah-daerah    Kabupaten     dalam    Lingkungan     Propinsi    Jawa   Barat
          (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
          Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta
          dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun
          1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan
          Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968
          Nomor 31, Tambahan Lewmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
3        JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



    2.   Undang - Undang    Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
         (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
         Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
         beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
         2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
         tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
         2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
         4844);
    3.   Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
         antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
         Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
         Republik Indonesia Nomor 4438);
    4.   Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
         Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 130,
         Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
    5.   Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
         Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
         Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) ;
    6.   Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Retribusi Daerah
         (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan
         Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);p
    7.   Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran
         Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran
         Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
    8.   Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
         Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
         Pemerintahan   Daerah    Kabupaten/Kota   (Lembaran   Negara   Republik
         Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
         Indonesia Nomor 4737);
4        JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



    9.   Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
         Pengelolaan Keuangan Desa;
    10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman
         Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa
    11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 26 Tahun 2001 tentang
         Penataan, Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan di Kabupaten Bekasi
         (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2001 Nomor 12 seri D);
    12. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang
         Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008
         Nomor 2);
    13. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan
         Pemerintahan Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun
         2008 Nomor 6);
    14. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor          7 Tahun 2009 tentang
         Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi (Lembaran
         Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2009 Nomor 7) sebagaimana telah diubah
         dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 4 Tahun 2011 tentang
         Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 7 Tahun 2009
         tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi
         (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 4);
    15. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 15 Tahun 2011 tentang
         Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bekasi Tahun
         Anggaran    2012   (Lembaran   Daerah   Kabupaten   Bekasi   Tahun   2011
         Nomor15);
    16. Peraturan    Bupati Bekasi Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman
         Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa.
5      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



B. Kaidah Hukum dan Tata cara Penyusunan Peraturan Desa

     Tata cara penyusunan Peraturan Desa di Kabupaten Bekasi ditetapkan melalui
     Peraturan Bupati Bekasi Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan
     Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa yang merupakan tindak lanjut
     ketentuan Pasal 108 Peraturan Daerah kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008
     tentang pemerintahan Desa. Penyusunan Peraturan Desa pada dasarnya relative
     sama dengan membuat produk-produk hukum lainnya seperti Undang-Undang,
     Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, dan lain-lain. Beberapa kaidah hukum
     yang harus dipatuhi dalam menyusun Peraturan Desa:

     1. Peraturan Desa harus disusun oleh pejabat yang berwenang yaitu Pemerintah
        Desa/KepalaDesa dengan BPD. Kalau ini tidak dipenuhi maka Peraturan Desa
        tersebut dianggap tidak ada dan segala akibatnya batal demi hukum.
     2. Peraturan Desa yang disusun harus mengikuti prosedur penyusunan yang
        lazim diberlakukan kepada produk hukum pada umumnya baik menyangkut
        bentuk maupun proses penyusunan, pengesahan dan pemberlakukannya.
     3. Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
        undangan yang lebih tinggi tingkatannya.
     4. Peraturan Desa yang dibuat harus mempertimbangkan aspek sosiologis
        sehingga produk hukum dapat diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat
        secara wajar dan spontan.

     Peraturan Desa dapat dibatalkan apabila tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
     dasar tersebut diatas. Pejabat yang berwenang membatalkan Peraturan Desa
     adalah Bupati. Peraturan Desa yang dibuat hendaknya mempertimbangkan
     kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk melaksanakannya. Untuk itu
     maka proses penyusunan Peraturan Desa harus memperhatikan aspirasi
     masyarakat. Berikut ini beberapa langkah yang ditawarkan dalam menyusun
     Peraturan Desa yang aspiratif yaitu:
     1. Identifikasi topik yang akan dibuat menjadi Peraturan Desa.
6      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



    2. Buatlah kerangka global tentang hal-hal yang akan diatur dalam Peraturan
       Desa.
    3. Diskusikan kerangka global Peraturan Desa tersebut dengan komponen
       masyarakat yang terkait dan berkepentingan.
    4. Buatlah Rancangan Peraturan Desa dengan memperhatikan masukan-
       masukan dari pihak-pihak terkait tersebut.
    5. Rancangan Peraturan Desa disampaikan kepada BPD untuk dibahas
    6. Lakukan Public Hearing untuk meminta tanggapan dan masukan dari
       masyarakat terhadap rancangan Peraturan Desa yang telah disusun
    7. Lakukan penyempurnaan Rancangan Peraturan Desa tersebut dengan
       memperhatikan hasil Public Hearing.

    Pentingnya Penyusunan Perdes Secara Partisipatif

    1. Untuk      mewujudkan    pemerintahan      yang     baik     diperlukan      dukungan
       seperangkat    peraturan   desa     yang   bisa    mengarahkan        penyelenggara
       pemerintahan desa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa.
    2. Untuk mengubah perilaku penyelenggara pemerintah desa ke arah perilaku
       yang berpihak kepada rakyat di suatu desa, maka penyusunan instrumen
       hukum berupa peraturan desa haruslah dilakukan secara partisipatif, dengan
       melibatkan semua unsur yang ada dalam masyarakat dan dilakukan secara
       terbuka.
    3. Dengan penyusunan perdes yang partisipatif ini, peluang pemerintahan desa
       untuk      menggunakan     perdes    sebagai      alat     politik   dalam     rangka
       memperjuangkan kepentingan pribadinya dapat diminimalisir.
    4. Partisipasi dapat digunakan sebagai instrumen pembatasan kekuasaan
       pemerintahan desa dan sebagai mekanisme kontrol sosial bagi pemerintahan
       desa dalam penyusunan perdes yang berdampak pada masyarakat.
7      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



    Secara umum, proses pembuatan Peraturan Desa melalui 3 (tiga) tahapan
    yakni :
    1. Tahap Inisiasi
      Pada tahap inisiasi ide atau gagasan dalam pembuatan Peraturan Desa dapat
      datang dari dua belah pihak baik dari Pemerintah Desa maupun dari BPD.
      Apabila usulan tersebut datangnya dari BPD, maka rancangan tersebut
      diserahkan kepada Kepala Desa, begitu juga sebaliknya apabila usulan
      tersebut datangnya dari Kepala Desa maka rancangan Peraturan Desa
      diserahkan    kepada    BPD.   Artinya   sama-sama    mempunyai      hak    untuk
      mengajukan Peraturan Desa. BPD mengadakan rapat yang dihadiri oleh
      ketua-ketua    bidang   (bidang    kemasyarakatan     atau   pemerintahan     dan
      pembangunan). Untuk membahas pendapat tersebut apabila usulan tersebut
      disepakati perlu adanya Peraturan Desa, maka hasil rapat tersebut dijadikan
      hasil pra-Rancangan Peraturan Desa. Usulan Peraturan Desa dapat dari
      masukan anggota masyarakat yang secara langsung atau lewat BPD
      kemudian dari BPD baru dibahas semacam kepanitiaan kecil, kalau disetujui
      baru rapat secara lengkap untuk membahas pantas tidaknya Peraturan Desa,
      setelah itu dibuat Rancangan Peraturan Desa. Sebuah idea tau gagasan
      pembuatan Peraturan Desa harus dibahas terlebih dahulu melalui siding pleno
      guna menetapkan apakah usulan tersebut disetujui menjadi sebuah
      Rancangan Peraturan Desa atau tidak.
      Setelah mendapat persetujuan dari rapat BPD bahwa dari usulan pembuatan
      Peraturan Desa menjadi Rancangan Peraturan Desa, maka Sekretaris BPD
      membuat Rancangan Peraturan Desa untuk diserahkan kepada Kepala Desa
      dalam bentuk tulisan guna mendapat persetujuan untuk menjadi Peraturan
      Desa.
      Setelah Kepala Desa menerima Rancangan Peraturan Desa, Kepala desa
      mengadakan     rapat    bersama     dengan    perangkatnya    guna   membahas
      Rancangan yang disampaikan oleh BPD. Hasil keputusan rapat tersebut akan
      dibahas dalam rapat gabungan yang dihadiri oleh BPD, Kepala Desa dan
      perangkatnya    sebagaimana       diketahui   bahwa   yang   dimaksud      dengan
8      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



      perangkat Desa sesuai dalam pasal 12 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor
      72 tahun 2005 tentang Desa terdiri dari Sekretaris Desa, pelaksana teknis
      lapangan dan unsur kewilayahan.

    2. Tahap Sosio-Politis
      Rancangan Peraturan Desa yang telah diterima oleh Pemerintah Desa,
      diadakan pembahasan dalam rapat gabungan antara BPD, Kepala Desa serta
      perangkat Desa. Peranan perangkat Desa tersebut dimaksudkan untuk
      menampung aspirasi masyarakat sehingga dalam pelaksanaannya nanti
      Peraturan Desa dapat diterima.
      Dalam rapat pembahasan ketua BPD memberikan penjelasan mengenai latar
      belakang dan tujuan dibuatnya Peraturan Desa. Dalam rapat tersebut
      diadakan Tanya jawab Kepala Desa diberi Rancangan Peraturan Desa
      sebelum diadakan rapat pembahasan. Pada waktu rapat pembahasan,
      permasalahan yang ada dalam Rancangan Peraturan Desa dibahas satu
      persatu, dibacakan oleh Ketua BPD, dan yang menetapkan Peraturan Desa
      adalah kepala Desa.
      Rancangan Peraturan Desa yang diajukan bermula dari satu pendapat atau
      satu pandangan dari pihak BPD, setelah dibahas bertemu dengan Kepala
      Desa, sekretaris Desa dan perangkat Desa lainnya sehinnga menghasilkan
      kesepakatan bersama, maka Peraturan Desa yang diajukan selalu mengalami
      perubahan yang bertujuan untuk menyempurnakan isi dan materi Peraturan
      Desa, sehingga Peraturan Desa yang dihasilkan dapat
      memenuhi aspirasi masyarakat dan menyangkut kepentingan umum. Setelah
      diadakan pembahasan yang mendalam maka dapat diambil sebuah keputusan
      dapat diterima atau tidaknya rancangan tersebut menjadi sebuah Peraturan
      Desa. Pengambilan keputusan tentang Peraturan Desa biasanya dilakukan
      dengan   cara   musyawarah       untuk   mufakat.   Namun   tidak   menutup
      kemungkinan diadakan voting.
9      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



    3. Tahap Yuridis
      Setelah rancangan tersebut mendapat persetujuan dari semua pihak untuk
      dijadikan Peraturan Desa maka langkah selanjutnya adalah Kepala Desa
      bersama BPD menetapkan Rancangan Peraturan Desa tersebut menjadi
      sebuah Peraturan Desa sesuai Pasal 55 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
      72 tahun 2005 tentang Desa. Peraturan Desa berlaku sejak ada ketetapan
      dari Kepala Desa. Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas
      merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang
      lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat
      setempat. Peraturan Desa dilarang bertentangan dengan kepentingan umun
      dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Adapun Sistematika Teknik Penyusunan Peraturan Desa adalah sebagai berikut:
1. Penamaan/Judul
      a. Setiap Peraturan Desa mempunyai penamaan/judul.
      b. Penamaan/judul Peraturan Desa memuat keterangan mengenai jenis,
           nomor, tahun dan tentang nama peraturan yang diatur.
      c. Nama Peraturan Desa dibuat singkat dan mencerminkan isi Peraturan
           Desa;
      d. Judul ditulis dengan huruf kapital tanpa diakhiri tanda baca.
           Contoh Penulisan Penamaan/Judul:
                        PERATURAN DESA ........................
                           NOMOR ....... TAHUN 20.....

                                      TENTANG
                                 PUNGUTAN DESA
2. Pembukaan
      Pembukaan pada Peraturan Desa terdiri dari :
      a.    Frasa " Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa";
      b.    Jabatan pembentuk Peraturan Desa.
      c.    Konsiderans;
      d.    Dasar Hukum;
      e.    Frasa "Dengan persetujuan bersama Badan Permusyawaratan Desa dan
            Kepala Desa";
10   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



     f. Memutuskan; dan
     g. Menetapkan.

     PENJELASAN
     a. Frasa "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa";
          Kata frasa yang berbunyi "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa"
          merupakan kata yang harus ditulis dalam Peraturan Desa, cara penulisan
          seluruhnya huruf kapital dan tidak diakhiri tanda baca.
          Contoh:

                 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
     b. Jabatan
          Jabatan pembentuk Peraturan Desa, ditulis dengan huruf kapital dan
          diakhiri dengan tanda baca koma (,).
          Contoh:

                         KEPALA DESA ........................,

     c.   Konsiderans
          Konsiderans harus diawali dengan kata "Menimbang" yang memuat uraian
          singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang,
          alasan-alasan serta landasan yuridis, filosofis, sosiologis, dan politis
          dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan
          Kepala Desa.

          Jika konsiderans terdiri dari lebih satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok
          pikiran dirumuskan pengertian, dari tiap-tiap pokek pikiran diawali dengan
          huruf a, b, c, dst. dan diakhiri dengan tanda titik koma (;).

          Contoh :

          Menimbang :      a.     ……………………………………………………………..;

                           b.     ……………………………………………………………...;

                           c.     ………………………………………………………………;
11   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



     d. Dasar Hukum

        1) Dasar Hukum diawali dengan kata "Mengingat" yang harus memuat
           dasar hukum bagi pembuatan produk hukum. Pada bagian ini perlu
           dimuat    pula    jika   ada   peraturan   perundang-undangan   yang
           memerintahkan dibentuknya Peraturan Desa, atau yang mempunyai
           kaitan langsung dengan materi yang akan diatur.

        2) Dasar Hukum dapat dibagi 2, yaitu :

           a) Landasan yuridis kewenangan membuat Peraturan                Desa,
              Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa; dan
           b) Landasan yuridis materi yang diatur.

        3) Yang dapat dipakai sebagai dasar hukum hanyalah jenis peraturan
           perundang-undangan yang tingkat derajatnya lebih tinggi atau sama
           dengan produk hukum yang dibuat.

           Catatan       : Keputusan yang bersifat penetapan, Instruksi dan
                            Surat Edaran tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum
                            karena tidak termasuk jenis peraturan perundang-
                            undangan.

        4) Dasar hukum dirumuskan secara kronologis sesuai dengan hierarkhi
           peraturan perundang-undangan, atau apabila peraturan perundang-
           undangan tersebut sama tingkatannya, maka dituliskan berdasarkan
           urutan tahun pembentukannya, atau apabila peraturan perundang-
           undangan tersebut dibentuk pada tahun yang sama, maka dituliskan
           berdasarkan      nomor    urutan   pembuatan   peraturan   perundang-
           undangan tersebut.

        5) Penulisan dasar hukum harus lengkap dengan Lembaran Negara
           Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia,
           Lembaran Daerah, dan Tambahan Lembaran Daerah (kalau ada).
12   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



        6) Jika dasar hukum lebih dari satu peraturan perundang-undangan,
           maka tiap dasar hukum diawali dengan angka arab 1, 2, 3, dst dan
           diakhiri dengan tanda baca titik koma (;)

           Contoh penulisan Dasar Hukum:

           Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun Tahun 2011
                          tentang    Pembentukan     Peraturan Perundang-
                          undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
                          Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
                          Republik Indonesia Nomor 5234) ;
                         2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
                            Desa (Lembaran Negani Republik Indonesia Tahun
                            2005 Nomor 158. Tamtahan Lembaran Negara
                            Republik Indonesia Nomor 4546);
                         3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun
                            2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
                         4. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun
                            2008 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah
                            Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 2);
     e. Frasa "Dengan persetujuan bersama Badan Permusyawaratan Desa dan
        Kepala Desa" Kata frasa yang berbunyi "Dengan persetujuan bersama
        Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa", merupakan kalimat
        yang harus dicantumkan dalam Peraturan Desa dan cara penulisannya
        dilakukan sebagai berikut :

        1) Ditulis sebelum kata MEMUTUSKAN;
        2) Kata "Dengan Persetujuan Bersama", hanya huruf awal kata ditulis
           dengan huruf kapital;
        3) Kata "antara" Berta "dan", semua ditulis dengan huruf kecil; dan
        4) Kata "Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa" seluruhnya
           ditulis dengan huruf kapital.
        Contoh:
                      Dengan Persetujuan Bersama
           BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ........................
                             dan
                   KEPALA DESA ........................
13    JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



     f.   Memutuskan

          Kata "Memutuskan" ditulis dengan huruf Kapital, dan diakhiri dengan
          tanda baca titik dua ( : ). Peletakan kata MEMUTUSKAN adalah ditengah
          margin.

     g. Menetapkan

          Kata "menetapkan:" dicantumkan sesudah kata MEMUTUSKAN yang
          disejajarkan ke bawah dengan kata "Menimbang" dan "Mengingat". Huruf
          awal kata "Menetapkan" ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
          tanda baca titik dua (:).

          Contoh :

                                  MEMUTUSKAN:

          Menetapkan : ………………….         dst.

          Penulisan kembali nama Peraturan Desa, dilakukan sesudah kata
          "menetapkan" dan Cara penulisannya adalah :
             Menuliskan kembali nama yang tercantum dalam judul;
             Nama tersebut di atas, didahului dengan jenis peraturan yang
              bersangkutan;
             Nama dan jenis peraturan tersebut, ditulis dengan huruf kapital dan
              diakhiri dengan tanda baca titik (.).

          Pada Peraturan Desa sebelum kata "MEMUTUSKAN" dicantumkan frasa:

                         Dengan Persetujuan Bersama
              BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ........................
                                dan
                      KEPALA DESA ........................
          Contoh :

          a) Jenis Peraturan Desa:

                                  MEMUTUSKAN :

     Menetapkan : PERATURAN   DESA                  ........................   TENTANG
                  PUNGUTAN DESA
14   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



     Catatan :

     Contoh pembukaan Peraturan Desa, secara keseluruhan dapat dirumuskan
     sebagai berikut:
                 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
                      KEPALA DESA ........................,

        Menimbang :         a.    ……………………………………………;

                            b .......................................................... ;

                            c .......................................................... dst;

        Mengingat : 1. ……………………………………………;

                       2. ……………………………………………;

                       3. ………………………………………..dst

                       Dengan persetujuan bersama
           BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ........................
                             dan
                   KEPALA DESA ........................
                                  MEMUTUSKAN:

     Menetapkan         :         PERATURAN DESA ........................ TENTANG
     PUNGUTAN DESA

 3. Batang Tubuh
     Batang Tubuh memuat semua materi yang dirumuskan dalam pasal pasal
     atau diktum-diktum. Batang tubuh yang dirumuskan dalam pasal-pasal adalah
     jenis Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa yang bersifat mengatur
     (Regelling), sedangkan jenis Keputusan Kepala Desa yang bersifat penetapan
     (Beschikking), batang tubuhnya dirumuskan dalam diktum-diktum.

     Uraian masing-masing batang tubuh, sebagai berikut :
     a. Batang Tubuh Peraturan Desa
        1) Ketentuan Umum;
        2) Materi yang diatur;
15   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



          3) Ketentuan Peralihan (kalau ada); dan
          4) Ketentuan Penutup.
     b. Pengelompokan materi dalam Bab, Bagian dan Paragraf tidak merupakan
          keharusan.
          Jika Peraturan Desa mempunyai materi yang ruang lingkupnya sangat
          luas dan mempunyai banyak pasal, maka pasal-pasal tersebut dapat
          dikelompokkan menjadi Bab, Bagian dan Paragraf. Pengelompokan
          materi-materi dalam Bab, Bagiar dan Paragraf dilakukan atas dasar
          kesamaan katagori atau kesatuan lingkup isi materi yang diatur.
          Urutan penggunaan kelompok adalah :
          1) Bab dengan pasal-pasal, tanpa bagian dan paragraf;
          2) Bab dengan bagian dan pasal-pasal tanpa paragraf;
          3) Bab dengan bagian dan paragraf yang terdiri dari pasal-pasal.
     c.   Tata cara penulisan Bab, Bagian; Paragraf, Pasal dan ayat ditulis sebagai
          berikut :

          1) Bab diberi nomor urut dengan angka Romawi dan judul Bab semua
              ditulis dengan huruf kapital.
              Contoh :

                                          BAB I
                                     KETENTUAN UMUM

          2) Bagian diberi nomor unit dengan bilangan yang ditulis dengan huruf
              kapital dan diberi judul. Huruf awal kata Bagian, urutan bilangan, dan
              judul Bagian ditulis dengan huruf kapital, kecuali huruf awal dari kata
              partikel yang tidak terletak pada awal frasa.
              Contoh :

                                     BAB II
                            ( ……… JUDUL BAB ……...                           )
                                          Bagian Kedua
                      ..............................................................
16   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



       3) Paragraf diberi nomor urut dengan angka arab dan diberi judul. Huruf
          awal dalam judul paragraf, dan huruf awal judul paragraf ditulis
          dengan huruf kapital, sedangkan huruf lainnya setelah huruf pertama
          ditulis dengan huruf kecil.
          Contoh :

                                        Bagian Kedua

                           ( ……… Judul Bagian ………)

                                      Paragraf Kesatu

                                      (Judul Paragraf)

       4) Pasal adalah satuan aturan yang memuat satu norma dan dirumuskan
          dalam satu kalimat. Materi Peraturan Desa lebih baik dirumuskan
          dalam banyak pasal yang singkat dan jelas dari pada dalam beberapa
          pasal yang panjang dan memuat beberapa ayat, kecuali jika materi
          yang menjadi isi pasal itu merupakan satu serangkaian yang tidak
          dapat dipisahkan. Pasal diberi nomor unit dengan angka arab, dan
          huruf awal kata pasal ditulis dengan huruf kapital.
          Contoh :

                                              Pasal 5

       5) Ayat adalah merupakan rincian dari pasal, penulisannya diberi nomor
          unit dengan angka arab di antara tanda baca kurung tanpa diakhiri
          tanda baca. Satu ayat hanya mengatur satu hal dan dirumuskan
          dalam satu kalimat.
          Contoh :
                                             Pasal 21
          (1) ...........................................................
          (2) ...........................................................
          (3) ...........................................................
17   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



         Jika satu pasal atau ayat memuat rincian unsur, maka di samping
         dirumuskan      dalam      bentuk    kalimat     yang   biasa,   dapat   pula
         dipertimbangkan penggunaan dalam bentuk tabulasi.
         Contoh :

                                             Pasal ....

         Kartu tanda iuran pedagang sekurang-kurangnya harus memuat
         nama pedagang, jenis dagangan, besarnya iuran, alamat pedagang.

         lsi pasal ini dapat lebih mudah dipahami dan jika dirumuskan sebagai
         berikut :
                                             Pasal ....
         Kartu tanda iuran sekurang-kurangnya harus memuat :
         a.   nama pedagang;
         b.   jenis dagangan;
         c.   besarnya iuran; dan
         d.   alamat pedagang.

         Dalam       membuat     rumusan      pasal   atau   ayat   dengan   tabulasi,
         hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
         a. Setiap rincian harus dapat dibaca sebagai satu rangkaian
            kesatuan dengan kalimat berikut :
         b. Setiap rincian diawali dengan huruf abjad kecil;
         c. Setiap rincian diakhiri dengan tanda baca titik koma (;);
         d. Jika suatu rincian dibagi lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih
            kecil, maka unsur yang lebih kecil dituliskan agak ke dalam.
         e. Kalimat yang masih mempunyai rincian lebih lanjut diberi tanda
            baca titik dua (:);
         f. Pembagian rincian hendaknya tidak melebihi empat tingkat. Jika
            rincian lebih dari empat tingkat, maka perlu dipertimbangkan
            pemecahan pasal yang bersangkutan ke dalam beberapa pasal.
         g. Jika unsur atau rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai
            rincian yang kumulatif, maka perlu ditambahkan kata "dan" di
            belakang rincian kedua dari belakang.
18   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



            Contoh :

            a. Tiap-tiap rincian ditandai dengan huruf a dan seterusnya.

                 (3) ………………………………………
                       a ……………………..; dan
                       b …………………………..

            b.    Jika suatu rincian memerlukan perincian lebih lanjut, maka
                 perincian itu ditandai dengan angka 1, 2, dan seterusnya.

                 (4) ………………………………………
                       a. …………………………………;
                       b. …………………………………; dan
                       c. …………………………………;
                         1. ………………………………….;
                         2. ………………………………….; dan
                         3. ………………………………….;

                            a) …………………………………..;
                            b) …………………………………..; dan
                            c) …………………………………..;

                                1) …………………………………….;
                                2) …………………………………….; dan
                                3) …………………………………….;

     Gambaran penulisan kelompok Batang Tubuh secara keseluruhan adalah :
                                 BAB I
                            KETENTUAN UMUM
                                   Pasal 1
                                (Isi Pasal 1)
                                  BAB II
                                (Judul Bab)
                                  Pasal ...
                                 (Isi Pasal)
                                  BAB III
                                (Judul Bab)
19   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES




                             Bagian Pertama
                              (Judul Bagian)
                             Paragraf Kesatu
                             (Judul paragraf)
                                 Pasal ….
                              (1)   (Isi ayat);
                              (2) (Isi ayat);
                                 Perincian ayat :
                                 a. ………………              : dan
                                 b. ………………              :
                                     1. Isi sub ayat;
                                     2. …………………;
                                     3. ………………….
                                         a) (perincian sub ayat);
                                         b) ……………………;
                                         c) ……………………
                                            1) (perincian mendetail dari sub
                                               ayat);
                                            2) …………….
      Penjelasan masing-masing kelompok batang tubuh adalah :

      a. Ketentuan Umum

         Ketentuan umum diletakkan dalam Bab Kesatu atau dalam pasal
         pertama, jika tidak ada pengelompokan dalam bab.
         Ketentuan umum berisi :
       1) Batasan dari pengertian;
       2) Singkatan atau akronim yang digunakan dalam Peraturan Desa; dan
       3) Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal
          berikutnya.

         Jika ketentuan umum berisi lebih dari satu hal, maka setiap batasan
         dari pengertian dan singkatan atau akronim diawali dengan angka arab
         dan diakhiri dengan tanda baca titik (.).
20   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



         Contoh :

                                Pasal 1

         Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :

         1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten
            Bekasi.
         2. …………………………………………………………….
         3. …………………………………………………………….
         Urutan pengertian atau istilah dalam Bab Ketentuan Umum hendaknya
         mengikuti ketentuan sebagai berikut :
         1. Pengertian atau istilah yang ditemukan lebih dahulu dalam materi
            yang diatur ditempatkan teratas.
         2. Jika pengertian atau istilah mempunyai hubungan atau kaitan
            dengan pengertian atau istilah terdahulu, maka pengertian atau
            istilah yang ada hubungannya itu diletakkan dalam satu kelompok
            berdekatan.
      b. Ketentuan Materi yang akan diatur.

         Materi yang diatur adalah, semua obyek yang diatur secara sistematik
         sesuai dengan luas lingkup dan pendekatan yang dipergunakan. Materi
         yang diatur harus memperhatikan dasardasar dan kaidah-kaidah yang
         ada seperti :
         1) Landasan hukum materi yang diatur artinya dalam menyusun
            materi Peraturan Desa harus memperhatikan dasar hukumnya.
         2) Landasan filosofis, artinya alasan yang mendasari diterbitkannya
            Peraturan Desa.
         3) Landasan sosiologis, maksudnya agar Peraturan Desa yang
            diterbitkan jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai yang
            hidup di tengah-tengah masyarakat, misalnya adat istiadat, agama.
         4) Landasan politis, maksudnya agar Peraturan Desa yang diterbitkan
            dapat berjalan sesuai dengan tujuan tanpa menimbulkan gejolak di
            tengah-tengah masyarakat.
         5) Tata cara penulisan materi yang diatur adalah :
            a) Materi yang diatur ditempatkan langsung setelah Bab Ketentuan
                Umum atau pasal-pasal ketentuan umum jika tidak ada
                pengelompokan dalam bab.
21   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



            b) Dihindari adanya Bab tentang Ketentuan Lain-lain. Materi yang
               akan dijadikan materi Ketentuan Lain-lain, hendaknya
               ditempatkan dalam kelompok materi yang diatur dengan judul
               yang sesuai dengan materi tersebut.
                Ketentuan Lain-lain hanya dicantumkan untuk ketentuan yang
                lain dari materi yang diatur, namun mempunyai kaitan dan perlu
                diatur. Penempatan bab Ketentuan Lain-lain dicantumkan pada
                bab atau pasal terakhir sebelum Bab Ketentuan Peralihan.

      c. Ketentuan Peralihan
         Ketentuan Peralihan timbul sebagai cara mempertemukan antara azas
         mengenai akibat kehadiran peraturan baru dengan keadaan sebelum
         peraturan baru itu berlaku. Pada azasnya pada saat peraturan baru
         berlaku, maka semua peraturan lama beserta akibat-akibatnya menjadi
         tidak berlaku. Kalau azas ini diterapkan tanpa memperhitungkan
         keadaan yang sudah berlaku, maka dapat timbul kekacauan hokum,
         ketidakpastian hukum atau kesewenang-wenangan hukum.
         Untuk menampung akibat berlakunya peraturan baru terhadap
         peraturan lama atau pelaksanaan peraturan lama, diadakan ketentuan
         atau     aturan   peralihan.   Dengan   demikian     Ketentuan   Peralihan
         berfungsi :
         1) Menghidari   kemungkinan          terjadinya     kekosongan     hukum
            (Rechtsvacuum).
         2) Menjamin, kepastian hukum (Rechtszekerheid).
         3) Perlindungan hukum (Rechtsbeseherming), bagi rakyat atau
            kelompok tertentu atau orang tertentu.
         Jadi pada dasarnya, Ketentuan Peralihan merupakan "penyimpangan"
         terhadap peraturan baru itu sendiri.
         Suatu penyimpangan yang tidak dapat dihindari (Necessery evil) dalam
         rangka     mencapai    atau    mempertahankan      tujuan   hukum secara
         keseluruhan (ketertiban, keamanan dan keadilan). Penyimpangan ini
         bersifat sementara, karena itu dalam rumusan Ketentuan Peralihan
         harus dimuat keadaan atau syarat-syarat yang akan mengakhiri masa
         peralihan tersebut. Keadaan atau syarat tersebut dapat berupa
22   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



           pembuatan peraturan pelaksanaan baru (dalam rangka melaksanakan
           peraturan baru) atau penentuan jangka waktu tertentu atau mengakui
           secara penuh keadaan yang lama menjadi keadaan baru.
        d. Ketentuan Penutup

           Ketentuan   Penutup    merupakan    bagian   terakhir   Batang   Tubuh
           Peraturan Desa, yang biasanya berisi ketentuan-ketentuan sebagai
           berikut :
           1) Penunjukan organ atau alat kelengkapan yang diikutsertakan dalam
              melaksanakan Peraturan Desa, yaitu berupa :
              a) Pelaksanaan sesuatu yang bersifat menjalankan (eksekutif),
                 yaitu menunjuk pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk
                 melaksanakan hal-hal tertentu.
               b) Pelaksanaan sesuatu yang bersifat mengatur (legislatif), yaitu
                  pendelegasian kewenangan untuk membuat peraturan
                  pelaksanaan (Peraturan Kepala Desa).
           2) Nama singkatan (Citeer Titel).

           3) Ketentuan tentang saat mulai berlakunya Peraturan Desa dapat
              melalui cara-cara sebagai berikut :
              a) Penetapan mulai berlakunya Peraturan Desa pada suatu tanggal
                 tertentu;
              b) Saat mulai berlakunya Peraturan Desa tidak harus sama untuk
                 seluruhnya (untuk beberapa bagian dapat berbeda).
           4) Ketentuan tentang pengaruh Peraturan Desa yang baru terhadap
               Peraturan Desa yang lain.
 4. Penutup
     Penutup suatu Peraturan Desa, memuat hal-hal sebagai berikut :
     a. Rumusan tempat dan tanggal penetapan, diletakkan di sebelah kanan;
     b. Nama jabatan ditulis dengan huruf kapital, dan pada akhir kata diberi
        tanda baca koma;
     c. Nama lengkap pejabat yang menandatangani, ditulis dengan huruf kapital
        tanpa gelar dan pangkat;
     d. Penetapan Peraturan Desa, ditandatangani oleh Kepala Desa;
23    JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



 5. Penjelasan
     Adakalanya suatu Peraturan Desa memerlukan penjelasan, baik penjelasan
     umum maupun penjelasan pasal demi pasal.
     Pada Bagian penjelasan umum biasanya dimuat politik hukum yang
     melatarbelakangi penerbitan Peraturan Desa yang bersangkutan. Pada bagian
     penjelasan pasal demi pasal dijelaskan materi dari norma-norma yang
     terkandung dalam setiap pasal di dalam batang tubuh.
     Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penjelasan adalah :
     a.   Pembuat Peraturan Desa, agar tidak menyadarkan argumentasi pada
          penjelasan, tetapi harus berusaha membuat Peraturan Desa, yang dapat
          meniadakan keragu-raguan dalam interprestasi.
     b.   Naskah penjelasan disusun (dibuat) bersama-sama dengan Rancangan
          Peraturan Desa yang bersangkutan.
     c.   Penjelasan berfungsi sebagai tafsiran atau materi tertentu.
     d.   Penjelasan tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum untuk membuat
          peraturan lain.
     e.   Judul penjelasan lama dengan judul Peraturan Desa yang bersangkutan.
     f.   Penjelasan terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal yang
          pembagiannya dirinci dengan angka romawi.
     g.   Penjelasan umum memuat uraian sistimatis mengenai latar belakang
          pemikiran, maksud dan tujuan penyusunan serta pokok-pokok atau azas
          yang dibuat dalam Peraturan Desa.
     h.   Bagian-bagian dari penjelasan umum dapat diberi nomor dengan angka
          Arab jika hal itu lebih memberikan kejelasan.
     i.   Tidak boleh bertentangan dengan apa yang diatur dalam materi Peraturan
          Desa.
     j.   Tidak boleh memperluas atau menambah norma yang sudah ada dalam
          batang tubuh.
     k.   Tidak boleh sekedar pengulangan semata-mata dari materi Peraturan
          Desa.
24    JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



     l.   Tidak boleh memuat istilah atau pengertian yang sudah dimuat dalam
          ketentuan umum.
     m. Beberapa pasal yang tidak memerlukan penjelasan, dipisahkan dan diberi
          keterangan cukup jelas.
 6. Ragam Bahasa
     Ragam Bahasa yang dipakai dalam menyusun Peraturan Desa adalah :
     a.   Bahasa Perundang-undangan

          1) Bahasa perundang-undangan termasuk Bahasa Indonesia yang tunduk
             pada kaidah tata Bahasa Indonesia yang menyangkut pembentukan
             kata, penyusunan kalimat maupun pengejaannya. Bahasa perundang-
             undangan mempunyai corak dan gaya yang khas yang bercirikan
             kejernihan pengertian, kelugasan, kebakuan dan keserasian.
          2) Dalam merumuskan materi Peraturan Desa, Peraturan, maka pilihlah
             kalimat yang lugas dalam arti tegas, jelas dan mudah ditangkap
             pengertiannya, tidak berbelit-belit. Kalimat yang dirumuskan tidak
             menimbulkan salah tafsir atau menimbulkan pengertian yang berbeda
             bagi setiap pembaca. Hindari pemakaian istilah yang pengertiannya
             kabur dan kurang jelas. Istilah yang dipakai sebaiknya sesuai dengan
             pengertian yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari.

          3) Hindari pemakaian :
             a) Beberapa istilah yang berbeda untuk pengertian yang sama.
             b) Satu istilah untuk beberapa pengertian yang berbeda.

          4) Untuk mendapatkan kepastian hukum, istilah dan arti dalam peraturan
             pelaksanaan harus disesuaikan dengan istilah dan arti yang dipakai
             dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi derajatnya.
          5) Apabila istilah tertentu dipakai berulang-ulang, maka untuk
             menyederhanakan susunan Peraturan Desa dapat dibuat definisi yang
             ditempatkan dalam Bab Ketentuan Umum.
          6) Jika   istilah tertentu dipakai  berulang-ulang maka    untuk
             menyederhanakan susunan suku kata dapat menggunakan singkatan
             atau akronim.
25   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



          7) Singkatan nama atau badan atau lembaga yang belum begitu dikenal
             umum dan bila tidak dimuat dalam Ketentuan Umum, maka setelah
             tulisan lengkapnya, singkatannya dibuat di antara tanda kurung.
          8) Dianjurkan sedapat mungkin menggunakan istilah pembentukan
             Bahasa Indonesia. Pemakaian (adopsi) istilah asing yang banyak
             dipakai dan sudah disesuaikan ejaannya dengan kaidah Bahasa
             Indonesia dapat dipertimbangkan dan dibenarkan, jika istilah asing itu
             memenuhi syarat :
             a) Mempunyai konotasi yang cocok;
             b) Lebih singkat bila dibandingkan dengan padanannya dalam Bahasa
                Indonesia.
             c) Lebih mudah tercapainya kesepakatan.
             d) Lebih mudah dipahami dari pada terjemahan Bahasa Indonesia.
     b.   Pilihan Kata atau istilah
          1) Pemakaian kata "Kecuali"
             Untuk menyatakan makna tidak termasuk dalam golongan, digunakan
             kata "kecuali". Kata "kecuali" ditempatkan di awal kalimat jika yang
             dikecualikan induk kalimat.

             Contoh :
             Kecuali A dan B, setiap warga Desa wajib melaksanakan
             Siskamling.

          2) Pemakaian kata "Disamping". Untuk menyatakan makna termasuk,
             dapat digunakan kata "disamping".
             Contoh :
             Disamping membayar iuran keamanan, warga yang berstatus
             Pegawai Negeri Sipil juga dikenai kewajiban melaksanakan
             Siskamling.

          3) Pemakaian kata "Jika" dan kata "Maka".
             Untuk menyatakan makna pengandaian atau kemungkinan, digunakan
             kata "jika" atau frasa "dalam hal". Gunakan kata "jika" bagi
             kemungkinan atau keadaan yang akan terjadi lebih dari sekali dan
             setelah anak kalimat diawali kata "maka".
             Contoh :
             Jika terdapat warga Desa                yang   tidak   melaksanakan
             Siskamling, maka ....................
26   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



       4) Pemakaian kata "Apabila".
         Untuk menyatakan atau menunjukkan uraian atau penegasan waktu
         terjadinya sesuatu, sebaiknya menggunakan kata "apabila" atau "bila".
         Contoh :
         Salah satu warga Desa dapat tidak melaksanakan tugas
         Siskamling, apabila sakit.

       5) Pemakaian kata "dan", "atau", "dan atau".

         a) Untuk menyatakan sifat yang kumulatif, digunakan kata "dan".
             Contoh :

             A dan B wajib memberikan

         b) Untuk menyatakan sifat alternatif digunakan kata "atau"
             Contoh :

             A atau B wajib memberikan

         c) Untuk menyatakan sifat alternatif ataupun kumulatif, digunakan
            frasa "dan atau".
             Contoh :
             A dan atau B wajib memberikan

       6) Untuk menyatakan istilah hak, digunakan kata "berhak"
         Contoh :
         Setiap warga Desa Sukaragam yang telah berumur 17 (tujuh
         belas) tahun berhak untuk mendapatkan Kartu Tanda
         Penduduk (KTP).

       7) Untuk menyatakan kewenangan, digunakan kata "dapat" atau kata
          "boleh".
         Kata "dapat" merupakan kewenangan yang melekat pada seseorang,
         sedangkan kata "boleh" tidak melekat pada diri seseorang. Untuk
         menyatakan istilah kewajiban, digunakan kata "wajib".
         Contoh :
          Kepala Desa dapat memberikan dispensasi bagi warga yang
           sedang mengalami musibah.
          Setiap warga Desa wajib membayar iuran keamanan.
27   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



          8) Untuk menyatakan istilah sekedar kondisi atau persyaratan, digunakan
             kata "harus".
             Contoh :

             Untuk menduduki suatu jabatan Kepala Urusan Keuangan,
             seorang calon Kepala Urusan Keuangan harus terlebih dahulu
             mengikuti kursus Bendaharawan.

          9) Untuk menyangkal suatu kewajiban atau kondisi yang diwajibkan,
             digunakan frasa "tidak diwajibkan" atau "tidak wajib".
             Contoh :
             Warga Desa yang belum berumur 17 tahun dan belum kawin,
             tidak diwajibkan untuk mengikuti pemilihan Kepala Dusun.
 7. Teknik Pengacuan
     a.   Untuk mengacu pasal lain. Digunakan frasa "sebagaimana dimaksud
          dalam". Sedangkan untuk mengacu ayat lain, digunakan frasa
          "sebagaimana dimaksud pada".
          Contoh :

          ........... sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 .......................
          ........... sebagaimana dimaksud pada ayat (1) .........................
          Jika mengacu ke peraturan lain, pengacuan dengan urutan pasal, ayat dan
          judul Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa.
          Contoh :

          …………. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
          Peraturan
          Desa ........................ Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Anggaran
          Pendapatan dan Belanja Desa.

     b.   Pengacuan dilakukan dengan mencantumkan secara singkat materi pokok
          yang diacu. Pengacuan hanya boleh dilakukan ke peraturan yang
          tingkatannya sama atau lebih tinggi.
     c.   Pengacuan dilakukan dengan menyebutkan secara tegas nomor dari pasal
          atau ayat yang diacu, dan hindarkan penggunaan frasa "pasal yang
          terdahulu" atau "pasal tersebut di atas" atau "Pasal ini".
28      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



           Contoh :
            Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam
            Pasal 4 ayat (3), bertugas ………

            Jika ketentuan dari pengaturan yang diacu memang dapat diberlakukan
            seluruhnya, maka istilah "tetap berlaku" dapat digunakan.

C. PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA
      Dalam upaya menggali dan meningkatkan pendapatan desa, Pemerintahan Desa
      dapat mengenakan pungutan desa terhadap warga masyarakat desa yang diatur
      dengan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa, yang penyusunan Peraturan
      Desanya merupakan hasil pembahasan dan kesepakatan Pemerintah Desa dan
      BPD dengan memperhatikan aspirasi dari masyarakat desa.

      Perlu kehati-hatian dalam membuat Peraturan Desa tentang Pungutan Desa
      karena membebani masyarakat desa, selain itu perlu memperhatikan apakah
      ada Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi yang
      telah mengatur pungutan agar tidak terjadi pungutan ganda atau tidak
      dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa.

      Isi atau materi Peraturan Desa tentang Pungutan Desa sekurang-kurangnya
      memuat antara lain :
      1. Ketentuan Umum
      2. jenis pungutan Desa;
      3. Besaran pungutan Desa;
      4. Pelaksanaan Dan Pengelolaan Pungutan Desa;
      5. Pertanggungjawaban Dan Pengawasan Pungutan Desa; dan sebagainya serta
         dilengkapi dengan Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa
         sebagai peraturan teknis operasional di lapangan.
29      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



     Berikut ini Jenis Pajak dan Retribusi Daerah yang telah dipungut oleh Pemerintah
     Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut :
     1. PAJAK DAERAH
       a. PAJAK HOTEL
          1) Hotel Bintang Lima
          2) Hotel Bintang Empat
          3) Hotel Bintang Tiga
          4) Hotel Bintang Dua
          5) Hotel Melati Tiga
          6) Hotel Melati Dua
          7) Hotel Melati Satu
          8) Losmen/rumah Penginapan/pesanggrahan/Hotel/Rumah Kos
       b. PAJAK RESTORAN
          1) Restoran
          2) Rumah Makan
        c. PAJAK HIBURAN
          1)   Tontonan Film/Bioskop
          2)   Pameran
          3)   Karaoke
          4)   Permainan Bilyar
          5)   Permainan Ketangkasan
          6)   Panti Pijat/Refleksi
          7)   Pusat Kebugaran
          8)   Pertandingan Olahraga

        d. PAJAK REKLAME
          1) Reklame Papan/Bill Board/Videotron/Megatron
          2) Reklame Kain
          3) Relame Berjalan

        e. PAJAK PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK
          1)   Pajak Penerangan Jalan PLN
30     JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



         2)   Listrik Swasta
         3)   Genset

       f. PAJAK PARKIR
          1) Pajak Parkir

       g. PAJAK AIR BAWAH TANAH
         1) Pajak Air Bawah Tanah

       h. PAJAK SARANG BURUNG WALET
         1) Pajak Sarang Burung Walet

       i. PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH & BANGUNAN
         1) Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah & Bangunan

     2. RETRIBUSI DAERAH
       a. RETRIBUSI JASA UMUM
         1) RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
              a) Pelayanan Kesehatan (Dinas Kesehatan)
         2) RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
              a)   Sampah Industri,Pertokoan,Perumahan/Permukiman
              b)   Sampah Lingkungan Pasar
              c)   Retribusi Biaya Penggantian KTP & Akte Catatan Sipil
              d)   Retribusi Pel Pemakaman & Pengabuan Mayat
              e)   Retribusi Pel Parkir Di Tepi Jalan Umum
              f)   Retribusi Pelayanan Umum
              g)   Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
              h)   Retribusi Pemerks Alat Pemadam Kebakaran
              i)   Retribusi Jasa Pemeriksaan Kesehatan Hewan

       b. RETRIBUSI JASA USAHA

         1) RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
              a) Sewa Alat-Alat Besar/Mesin Daerah dan Penggunaan Lab.Pengujian
                 jalan & Jembatan
              b) Sewa Gedung Sartika
              c) Pemeriksaan Sample Daging (Kesmavet)
              d) Sewa Tanah Pemasangan dan Pnggung Reklame
31      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



               e)   Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan
               f)   Retribusi Terminal
               g)   Retribusi Tempat Kusus Parkir
               h)   Retribusi Penyediaan/Penyedotan Kakus
               i)   Reribusi Jasa Usaha Rumah Potang Hewan
               j)   Retribusi Usaha Penjualan Produk Daerah
               k)   Retribusi Penyediaan Benih dan Induk Ikan dari BBI

           2) PENERIMAAN DARI MCK
               a) Lingkungan Terminal
               b) Lingkungan Pasar

           3) RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
               a)   Retribusi   Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
               b)   Retribusi   Izin Gangguan/Keramaian
               c)   Retribusi   Trayek/Angkutan
               d)   Retribusi   Izin Usaha Kepariwsataan

D. EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA
      Sesuai Pasal 10 Ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006
      Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa
      dan Pasal 118 Ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun
      2008 tentang Pemerintahan Desa mengamanatkan bahwa Rancangan peraturan
      desa tentang APBDesa, APBDesa perubahan, Pungutan, dan Penataan Ruang
      yang telah disetujui bersama dengan BPD, sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa
      paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui
      Camat untuk dievaluasi.

      Selanjutnya Bupati melalui SKPD terkait sesuai kewenangannya melakukan
      evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Desa untuk menguji kesesuaian
      Rancangan Peraturan Desa dengan kepentingan umum, dan/atau peraturan
      perundangundangan lain yang lebih tinggi. Hasil Evaluasi dapat berupa
      persetujuan atau penolakan. Kemudian hasil evaluasi disampaikan oleh Bupati
      kepada Kepala Desa dalam jangka waktu paling lambat 20 (Dua Puluh) hari
      kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa dimaksud.
32      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



      Hasil evaluasi berupa penolakan disampaikan dengan disertai alasan penolakan.
      Sedangkan dalam hal hasil evaluasi berupa persetujuan, Rancangan Peraturan
      Desa dimaksud dapat langsung ditetapkan. Dalam hal hasil evaluasi berupa
      penolakan, Rancangan Peraturan desa dimaksud dapat diperbaiki Kepala Desa
      bersama BPD yang bersangkutan, untuk kemudian disampaikan kembali kepada
      Bupati .

      Penyampaian rancangan Peraturan Desa ke Bupati melalui Camat untuk di
      evaluasi disertai dengan :

  1. Berita Acara persetujuan bersama Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan
        Desa atas Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa
  2. Berita Acara Rapat Badan Permusyawaratan Desa
  3. Keputusan Badan Permusyawaratan Desa tentang Persetujuan Pembahasan
        Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa.
  4. Daftar Hadir Badan Permusyawaratan Desa dalam Rapat Pembahasan
        Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa
E. PENUTUP
      Demikian Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Peraturan Desa, agar
      dipahami dan dipedomani.
                                    Cikarang Pusat,
                                   KEPALA BADAN PEMEBERDAYAAN MASYARAKAT DAN
                                                  PEMERINTAHAN DESA,




                                                      Drs. HERMAN HANAPI
                                                      Pembina Tingkat I
                                                      NIP. 19630412 198503 1 014
33   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES




          Petunjuk Teknis
Penyusunan Rancangan Peraturan Desa
34    JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



                      CONTOH FORMAT RANCANGAN
                PERATURAN DESA TENTANG PENGUTAN DESA




                 RANCANGAN PERATURAN DESA ........................
                KECAMATAN ........................ KABUPATEN BEKASI
                           NOMOR           TAHUN .................

                                        TENTANG
                                   PUNGUTAN DESA


                      DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
                            KEPALA DESA ........................,


Menimbang :      a. bahwa Pungutan Desa merupakan salah satu sumber pendapatan
                    desa sebagai bentuk sawadaya / partisipasi masyarakat dalam
                    menunjang pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
                    pembinaan kemasyarakatan di Desa dengan memperhatikan aspek
                    kemampuan dan keadilan masyarakat setempat ;
                 b. bahwa rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan
                    perwujudan kemadirian desa, dipandang perlu untuk dilakukan
                    penetapan Jenis pungutan desa dan besaran pungutan desa.
                 c.    bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
                       huruf a dan huruf b diatas, maka perlu menetapkan Rancangan
                       Peraturan Desa tentang Pungutan Desa


Mengingat   :    1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
                    Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat
                    (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan
                    Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan
                    Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah
                    Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
                    Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat
                    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31,
                    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
35   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



           2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
               Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
               125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
               sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
               Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
               Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
               Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
               59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
           3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
               Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
               (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
               Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
           4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
               Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009
               Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
               5059);
           5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
               Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
               Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
               Republik Indonesia Nomor 5234) ;
           6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Retribusi
               Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
               119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
               4139);p
           7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
               (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
               Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
           8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
               Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
               Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
               Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
               Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
           9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
               Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
           10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 Tentang
               Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa;
           11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 26 Tahun 2001 tentang
               Penataan, Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan di Kabupaten
               Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2001 Nomor 12
               seri D);
           12. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang
               Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun
               2008 Nomor 2);
           13. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2008 tentang
               Urusan Pemerintahan Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah
               Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 6);
36      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



                     14. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 7 Tahun 2009 tentang
                         Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi
                         (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2009 Nomor 7)
                         sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten
                         Bekasi Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan
                         Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 7 Tahun 2009 tentang
                         Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi
                         (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 4);
                     15. Peraturan Bupati Bekasi Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman
                         Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa



                              Dengan Persetujuan Bersama
                    BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ........................
                                             dan
                              KEPALA DESA ........................


                                       MEMUTUSKAN:

Menetapkan      :     RANCANGAN PERATURAN                 DESA       ........................TENTANG
                      PUNGUTAN DESA


                                         BAB I
                                    KETENTUAN UMUM

                                            Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :
1.    Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi.
2.    Bupati adalah Bupati Bekasi.
3.    Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
      berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
      berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
      sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4.    Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
      Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan
      masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
      dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
5.    Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
      pemerintahan desa.
6.    Kepala Desa adalah pimpinan penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan Desa.
7.    Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang
      merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai
      unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
37       JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



8.  Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan
    Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa.
9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disebut APB Desa adalah rencana
    keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh
    pemerintah desa dan BPD, yang ditetapkan dengan peraturan desa ;
10. Pungutan Desa adalah segala bentuk pungutan berupa uang maupun benda dan atau
    barang yang dilakukan oleh Pemerintah Desa, berdasarkan pertimbangan kemampuan
    sosial ekonomi masyarakat di Desa, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa dalam
    rangka peningkatan penyelenggaraan Pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
    kemasyarakatan di desa.

                                              BAB II
                                         JENIS PUNGUTAN
                                                Pasal 2

Jenis-jenis pungutan yang dapat dilaksanakan oleh Desa meliputi :
a.        Pungutan yang berasal dari biaya administrasi permohonan surat-surat keterangan
          sebagai berikut :
          1. Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU)
          2. Surat Keterangan nikah dan rujuk
          3. ....... *dst
b.        Legalisasi surat
c.        Administrasi Pertanahan
d.        Administrasi Kependudukan
e.        Pasar Desa
f.        Iuran Desa
g.        ....... *dst


                                            BAB III
                                    BESARAN PUNGUTAN DESA
                                                Pasal 3

Besaran Pungutan Desa ditetapkan sebagai berikut :
a.        Pungutan yang berasal dari biaya administrasi permohonan surat-surat keterangan
          sebagai berikut :
          1. Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) dengan Klasifikasi sebagai Berikut:
             a)   Usaha Kecil                             Rp..........,
             b) Usaha Menengah                            Rp..........,
             c)   Usaha Besar                             Rp..........,
38       JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



          2. Surat Keterangan nikah dan rujuk             Rp..........,
          3. ....... *dst
b.        untuk Legalisasi surat                          Rp..........,
c.        Administrasi Pertanahan                         Rp..........,
d.        Administrasi Kependudukan                       Rp..........,
e.        Pasar Desa                                      Rp..........,
f.        Iuran Desa                                      Rp..........,
g.        ....... *dst


                                           BAB III
                         PELAKSANAAN DAN PENGELOLAAN PUNGUTAN DESA;
                                                Pasal 4
(1) Pungutan Desa dilaksanakan oleh Kepala Desa dibantu oleh Perangkat Desa dan/atau
          Petugas yang ditunjuk oleh Kepala Desa berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa
(2) Pelaksanaan Pungutan Desa dicatat dalam Buku Kas Desa sebagai Pendapatan Desa.
(3) Hasil Pungutan Desa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk penyelenggaraan kegiatan
          pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Desa.
(4) Pengelolaan hasil Pungutan Desa sebagaimana dimaksud ayat (3), ditetapkan dalam
          Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).



                                     BAB IV
                 PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGAWASAN PUNGUTAN DESA
                                                Pasal 5

(1) Pertanggungjawaban pelaksanaan pengawasan pendapatan desa yang berasal dari
          pungutan desa sesuai dengan ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
          Desa (APBDes) dan disampaikan dalam laporan pertanggungjawaban kepala desa.
(2) Pengawasan terhadap pelaksanaan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dilakukan oleh
          Bupati atau pejabat lainnya yang ditunjuk dan BPD.
39    JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



                                                  BAB V
                                            KETENTUAN PENUTUP
                                                             Pasal 6

Kepala Desa menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan Pungutan Desa sebagai landasan
operasional pelaksanaan Pungutan Desa


                                                             Pasal 7
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bekasi.


                                                              Ditetapkan di .............(*Nama Desa ybs)

                                                              pada tanggal
                                                              KEPALA DESA ........................




                                                             (huruf kapital dan tanpa gelar)

Diundangkan di Bekasi
pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BEKASI,




        ..................................................

  BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN ....... NOMOR .................
40   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES




FORMAT BERITA ACARA PERSETUJUAN BERSAMA KEPALA DESA DAN BPD

                                         BERITA ACARA
                                 NOMOR: …..………………………

                                             .......................................

               PERSETUJUAN BERSAMA KEPALA DESA ……………………
               DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ……………………


                                                   ATAS
            RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA
                                      TAHUN ……………………


                                      TAHUN ANGGARAN .......


        Pada hari ini, ............., tanggal, ................................,          Kami yang bertanda
 tangan di bawah ini:

 1. Nama                : ……………………………..

     Jabatan            : Kepala Desa ………………

     Alamat Kantor      : Jl. ……………………….. No. …………………. (dsb)

     bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Desa                               ........................, selanjutnya
     disebut sebagai PIHAK PERTAMA

 2. Nama                : ……………………………..

     Jabatan            : Ketua Badan Permusyawaratan Desa ………………

     Alamat Kantor      : Jl. ……………………….. No. …………………. (dsb)

     Sebagai pimpinan Badan Permusyawaratan Desa bertindak dan atas nama Badan
     Permusyawaratan Desa     (BPD) ......................................., selanjutnya disebut
     sebagai PIHAK KEDUA
41      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



 Menyatakan bahwa:

 1. Kepala Desa ..................... dan BPD ....................... telah memperoleh persetujuan
      bersama atas Rancangan Peraturan Desa tentang Pengutan Desa Tahun .......
 2. Jenis dan besaran Pungutan Desa yang tertera pada Rancangan Peraturan Desa
      tentang Pungutan Desa Tahun....... ini sesuai kesepakatan yang ditetapkan bersama
      antara Kepala Desa dan BPD.
 3. ........
 4. .......
 *dst

 Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dijadikan sebagai dokumen evaluasi dan dasar
 dalam evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa Tahun ........

Kepala Desa .........................              Ketua BPD ..........................
          tanda tangan                                       tanda tangan




         nama lengkap                                       nama lengkap




                                                Wakil Ketua BPD ..........................

                                                             tanda tangan




                                                            nama lengkap



                                                 Sekretaris BPD ..........................

                                                             tanda tangan




                                                            nama lengkap
42   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



CONTOH FORMAT KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ( BPD )


                                          KEPUTUSAN
                           BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
                              NOMOR .........../.............../........
                                            TENTANG
            PERSETUJUAN PEMBAHASAN RANCANGAN PERATURAN DESA
                               TENTANG PUNGUTAN DESA


                 BADAN PERMUSYAWARATAN DESA................................,


Menimbang :          a. bahwa     berdasarkan surat dari Kepala Desa ........
                         Nomor...........tanggal...........perihal Permohonan persetujuan
                         Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa, maka
                         perlu persetujuan Pembahasan Rancangan Peraturan Desa
                         tentang Pungutan Desa
                     b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada
                         huruf a, perlu menetapkan Keputusan Badan Permusyawaratan
                         Desa............................... .

Mengingat    :       1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
                         Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa
                         Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah
                         dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang
                         Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang
                         dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
                         tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
                         Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik
                         Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lewmbaran
                         Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
                     2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
                         Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
                         Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
                         Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
                         dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
                         Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
                         tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
                         Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
                         Republik Indonesia Nomor 4844);
43   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



           3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
              dan   Retribusi   Daerah    (Lembaran  Negara Republik
              IndonesiaTahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
              Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
           4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
              Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
              Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
              Republik Indonesia Nomor 5234) ;
           5. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Retribusi
              Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
              Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
              Nomor 4139);
           6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
              (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
              Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
              4587);
           7. Peraturan  Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
              Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
              Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
              Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
              2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
              Indonesia Nomor 4737);
           8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
              Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
           9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29  Tahun 2006
              Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan
              Peraturan Desa;
           10. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 26 Tahun 2001
              tentang Penataan, Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan di
              Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun
              2001 Nomor 12 seri D);
           11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008
              tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten
              Bekasi Tahun 2008 Nomor 2);
           12. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2008
              tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bekasi (Lembaran
              Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 6);
           13. Peraturan Bupati Bekasi Nomor 11 Tahun 2010 tentang
              Pedoman Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan
              Desa
44     JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



                               MEMUTUSKAN

Menetapkan    :
PERTAMA       :   Menyetujui pembahasan Rancangan Peraturan Desa .........
                  tentang Pungutan Desa
KEDUA         :   Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.


                                     Ditetapkan di .............(*Nama Desa ybs)
                                      pada tanggal
                                      BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
                                                     KETUA,




                                      (huruf kapital dan tanpa gelar)
45     JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



               DAFTAR HADIR ANGGOTA BPD
RAPAT               : BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DESA                : .......................................................

KECAMATAN           : .......................................................

KABUPATEN           : BEKASI

TANGGAL             : ........................................................

ACARA SIDANG         : PERSETUJUAN PEMBAHASAN RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG
                      PUNGUTAN DESA


NO             NAMA                                        JABATAN                    TANDA TANGAN

 1              2                                                 3                        4


 1                                                                               1

 2                                                                                             2

 3                                                                               3

 4                                                                                             4

 5                                                                               5

 6                                                                                             6

 7                                                                               7

 8                                                                                             8

 9                                                                               9

10                                                                                             10

11                                                                               11

12                                                                                             12
46     JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



13                                                                13




KETERANGAN                                   .........................., ...................................
1. Jumlah Anggota   :................orang   BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
2. H a d i r        :................orang            KETUA
3. Tidak Hadir      :................orang
4. Qorum            : Memenuhi / Tidak
Memenuhi

                                              (huruf kapital dan tanpa gelar)
47    JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



                           CONTOH FORMAT
                PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA




                          PERATURAN DESA ........................
                 KECAMATAN ........................ KABUPATEN BEKASI
                        NOMOR ...........      TAHUN .................

                                        TENTANG
                                   PUNGUTAN DESA


                      DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
                            KEPALA DESA ........................,


Menimbang :      a. bahwa Pungutan Desa merupakan salah satu sumber pendapatan
                    desa sebagai bentuk swadaya / partisipasi masyarakat dalam
                    menunjang pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
                    pembinaan kemasyarakatan di Desa dengan memperhatikan aspek
                    kemampuan dan keadilan masyarakat setempat ;
                 b. bahwa rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan
                    perwujudan kemadirian desa, dipandang perlu untuk dilakukan
                    penetapan Jenis pungutan desa dan besaran pungutan desa.
                 c.    bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
                       huruf a dan huruf b diatas, maka perlu menetapkan Rancangan
                       Peraturan Desa tentang Pungutan Desa


Mengingat   :    1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
                    Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat
                    (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan
                    Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan
                    Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah
                    Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
                    Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat
                    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31,
                    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
48   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



           2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
               Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
               125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
               sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
               Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
               Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
               Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
               59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
           3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
               Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009
               Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
               5059);
           4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
               Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
               Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
               Republik Indonesia Nomor 5234) ;
           5. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Retribusi
               Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
               119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
               4139);p
           6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
               (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
               Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
           7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
               Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
               Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
               Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
               Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
           8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
               Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
           9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 Tentang
               Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa;
           10. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 26 Tahun 2001 tentang
               Penataan, Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan di Kabupaten
               Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2001 Nomor 12
               seri D);
           11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang
               Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun
               2008 Nomor 2);
           12. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2008 tentang
               Urusan Pemerintahan Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah
               Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 6);
           13. Peraturan Bupati Bekasi Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman
               Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa
49   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



                         Dengan Persetujuan Bersama
               BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ........................
                                        dan
                         KEPALA DESA ........................


                                 MEMUTUSKAN:

Menetapkan :     PERATURAN DESA ........................TENTANG PUNGUTAN
                 DESA

                                  BAB I
                             KETENTUAN UMUM

                                      Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi.
2. Bupati adalah Bupati Bekasi.
3. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
   yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
   setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
   dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
   Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
   mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
   istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
   Kesatuan Republik Indonesia
5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur
   penyelenggara pemerintahan desa.
6. Kepala Desa adalah pimpinan penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan Desa.
7. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga
   yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan
   Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
8. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan
   Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa.
9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disebut APB Desa adalah
   rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui
   bersama oleh pemerintah desa dan BPD, yang ditetapkan dengan peraturan
   desa ;
50      JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



10. Pungutan Desa adalah segala bentuk pungutan berupa uang maupun benda dan
    atau barang yang dilakukan oleh Pemerintah Desa, berdasarkan pertimbangan
    kemampuan sosial ekonomi masyarakat di Desa, yang ditetapkan dengan
    Peraturan Desa dalam rangka peningkatan penyelenggaraan Pemerintahan,
    pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di desa.

                                          BAB II
                                     JENIS PUNGUTAN
                                            Pasal 2

Jenis-jenis pungutan yang dapat dilaksanakan oleh Desa meliputi :
a. Pungutan yang berasal dari biaya administrasi permohonan surat-surat
          keterangan sebagai berikut :
          1. Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU)
          2. Surat Keterangan nikah dan rujuk
          3. ....... *dst
b. Legalisasi surat
c.        Administrasi Pertanahan
d. Administrasi Kependudukan
e. Pasar Desa
f.        Iuran Desa
g. ....... *dst


                                        BAB III
                                BESARAN PUNGUTAN DESA
                                            Pasal 3

Besaran Pungutan Desa ditetapkan sebagai berikut :
a. Pungutan yang berasal dari biaya administrasi permohonan surat-surat
   keterangan sebagai berikut :
          1. Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) dengan Klasifikasi sebagai Berikut:
             a) Usaha Kecil                           Rp..........,
             b) Usaha Menengah                        Rp..........,
             c) Usaha Besar                           Rp..........,
          2. Surat Keterangan nikah dan rujuk         Rp..........,
51       JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



          3. ....... *dst
b. untuk Legalisasi surat                            Rp..........,
c.        Administrasi Pertanahan                    Rp..........,
d. Administrasi Kependudukan                         Rp..........,
e. Pasar Desa                                        Rp..........,
f.        Iuran Desa                                 Rp..........,
g. ....... *dst


                                      BAB III
                    PELAKSANAAN DAN PENGELOLAAN PUNGUTAN DESA;
                                           Pasal 4
(1) Pungutan Desa dilaksanakan oleh Kepala Desa dibantu oleh Perangkat Desa
          dan/atau Petugas yang ditunjuk oleh Kepala Desa berdasarkan Surat Keputusan
          Kepala Desa
(2) Pelaksanaan Pungutan Desa dicatat dalam Buku Kas Desa sebagai Pendapatan
          Desa.
(3) Hasil Pungutan Desa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk penyelenggaraan
          kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Desa.
(4) Pengelolaan hasil Pungutan Desa sebagaimana dimaksud ayat (3), ditetapkan
          dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).


                                 BAB IV
             PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGAWASAN PUNGUTAN DESA
                                           Pasal 5

(1) Pertanggungjawaban pelaksanaan pengawasan pendapatan desa yang berasal
          dari pungutan desa sesuai dengan ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan
          Belanja Desa (APBDes) dan disampaikan dalam laporan pertanggungjawaban
          kepala desa.
(2) Pengawasan terhadap pelaksanaan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dilakukan
          oleh Bupati atau pejabat lainnya yang ditunjuk dan BPD.
52     JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



                                               BAB V
                                         KETENTUAN PENUTUP
                                                       Pasal 6

Kepala Desa menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan Pungutan Desa sebagai
landasan operasional pelaksanaan Pungutan Desa


                                                       Pasal 7
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bekasi.


                                                        Ditetapkan di .............(*Nama Desa ybs)
                                                        pada tanggal
                                                        KEPALA DESA ........................




                                                         (huruf kapital dan tanpa gelar)

Diundangkan di Bekasi
pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BEKASI,




  ..................................................

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN ....... NOMOR .................
53   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



CONTOH FORMAT KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ( BPD )


                                         KEPUTUSAN
                          BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
                             NOMOR .........../.............../........
                                           TENTANG
  PERSETUJUAN RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA
         MENJADI PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA


                BADAN PERMUSYAWARATAN DESA................................,


Menimbang :         a. bahwa dengan telah dilaksanakan pembahasan Rancangan
                       Peraturan Desa........ tentang Pungutan Desa maka perlu
                       persetujuan penetapan Rancangan Peraturan Desa........tersebut
                       menjadi Peraturan Desa
                    b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada
                        huruf a, perlu menetapkan Keputusan Badan Permusyawaratan
                        Desa............................... .
Mengingat   :       1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
                        Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa
                        Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah
                        dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang
                        Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang
                        dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
                        tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
                        Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik
                        Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lewmbaran
                        Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
                    2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
                        Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
                        Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
                        Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
                        dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
                        Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
                        tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
                        Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
                        Republik Indonesia Nomor 4844);
54   JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



           3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
              dan   Retribusi   Daerah    (Lembaran  Negara Republik
              IndonesiaTahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
              Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
           4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
              Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
              Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
              Republik Indonesia Nomor 5234) ;
           5. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Retribusi
              Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
              Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
              Nomor 4139);
           6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
              (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
              Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
              4587);
           7. Peraturan  Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
              Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
              Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
              Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
              2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
              Indonesia Nomor 4737);
           8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
              Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
           9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29  Tahun 2006
              Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan
              Peraturan Desa;
           10. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 26 Tahun 2001
              tentang Penataan, Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan di
              Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun
              2001 Nomor 12 seri D);
           11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008
              tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten
              Bekasi Tahun 2008 Nomor 2);
           12. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2008
              tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bekasi (Lembaran
              Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 6);
           13. Peraturan Bupati Bekasi Nomor 11 Tahun 2010 tentang
              Pedoman Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan
              Desa
55     JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES



                               MEMUTUSKAN

Menetapkan    :
PERTAMA       :   Menyetujui Rancangan Peraturan Desa ......... tentang Pungutan
                  Desa menjadi Peraturan Desa.
KEDUA         :   Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.


                                     Ditetapkan di .............(*Nama Desa ybs)
                                      pada tanggal
                                      BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
                                                     KETUA,




                                       (huruf kapital dan tanpa gelar)
Juknis Raperdes Pungutan desa
Juknis Raperdes Pungutan desa
Juknis Raperdes Pungutan desa

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...
Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...
Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...
NOPIAN ANDUSTI, S.E.,M.T
 
Contoh Peraturan Desa tentang BPD
Contoh Peraturan Desa tentang BPDContoh Peraturan Desa tentang BPD
Contoh Peraturan Desa tentang BPD
Yudhi Aldriand
 
Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)
Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)
Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)
Eka Saputra
 
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa  (BPD)Badan Permusyawaratan Desa  (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Yudhi Aldriand
 

Was ist angesagt? (20)

Penyusunan RPJMDes dan RKPDes
Penyusunan RPJMDes dan RKPDesPenyusunan RPJMDes dan RKPDes
Penyusunan RPJMDes dan RKPDes
 
Badan permusyawaratan desa fd
Badan permusyawaratan desa   fdBadan permusyawaratan desa   fd
Badan permusyawaratan desa fd
 
Tata tertib bpd sukajaya
Tata tertib bpd sukajayaTata tertib bpd sukajaya
Tata tertib bpd sukajaya
 
Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...
Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...
Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...
 
Peraturan bpd
Peraturan bpdPeraturan bpd
Peraturan bpd
 
Tupoksi Kepala Desa, Perangkat Desa dan BPD
Tupoksi Kepala Desa, Perangkat Desa dan BPDTupoksi Kepala Desa, Perangkat Desa dan BPD
Tupoksi Kepala Desa, Perangkat Desa dan BPD
 
Contoh Peraturan Desa tentang BPD
Contoh Peraturan Desa tentang BPDContoh Peraturan Desa tentang BPD
Contoh Peraturan Desa tentang BPD
 
Sk. lembaga adat desa
Sk. lembaga adat desaSk. lembaga adat desa
Sk. lembaga adat desa
 
PERDES APBDES TAHUN 2022
PERDES APBDES TAHUN 2022PERDES APBDES TAHUN 2022
PERDES APBDES TAHUN 2022
 
Peran Bpd Dalam Perencanaan Pembangunan Desa | Malming Desa 06 Feb 2021
Peran Bpd Dalam  Perencanaan Pembangunan Desa | Malming Desa 06 Feb 2021Peran Bpd Dalam  Perencanaan Pembangunan Desa | Malming Desa 06 Feb 2021
Peran Bpd Dalam Perencanaan Pembangunan Desa | Malming Desa 06 Feb 2021
 
Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)
Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)
Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)
 
Perdes no. 15 tahun 2017 ttg sewa tanah kas desa
Perdes no. 15 tahun 2017 ttg sewa tanah kas desaPerdes no. 15 tahun 2017 ttg sewa tanah kas desa
Perdes no. 15 tahun 2017 ttg sewa tanah kas desa
 
Penetapan penghasilan ketua dan anggota bpd
Penetapan penghasilan ketua dan anggota bpd Penetapan penghasilan ketua dan anggota bpd
Penetapan penghasilan ketua dan anggota bpd
 
17. persiapan musyawarah desa
17. persiapan musyawarah desa17. persiapan musyawarah desa
17. persiapan musyawarah desa
 
SK PERANGKAT ADAT DAN BUDAYA DESA WAKEAKEA
SK PERANGKAT ADAT DAN BUDAYA DESA WAKEAKEASK PERANGKAT ADAT DAN BUDAYA DESA WAKEAKEA
SK PERANGKAT ADAT DAN BUDAYA DESA WAKEAKEA
 
Sk lpmd th 2017 2021
Sk lpmd th 2017 2021Sk lpmd th 2017 2021
Sk lpmd th 2017 2021
 
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa  (BPD)Badan Permusyawaratan Desa  (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
 
Permendagri nomor 114 th 2014 pedoman pembangunan desa
Permendagri nomor 114 th 2014 pedoman pembangunan desaPermendagri nomor 114 th 2014 pedoman pembangunan desa
Permendagri nomor 114 th 2014 pedoman pembangunan desa
 
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
 
Pengawasan kinerja kades oleh bpd inspektorat
Pengawasan kinerja kades oleh bpd   inspektoratPengawasan kinerja kades oleh bpd   inspektorat
Pengawasan kinerja kades oleh bpd inspektorat
 

Ähnlich wie Juknis Raperdes Pungutan desa

Berita daerah Kabupaten Bekasi TAHUN 2010 No 13 tentang PEDOMAN PELAPORANper...
Berita daerah Kabupaten Bekasi TAHUN 2010 No 13  tentang PEDOMAN PELAPORANper...Berita daerah Kabupaten Bekasi TAHUN 2010 No 13  tentang PEDOMAN PELAPORANper...
Berita daerah Kabupaten Bekasi TAHUN 2010 No 13 tentang PEDOMAN PELAPORANper...
Yudhi Aldriand
 
Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...
Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...
Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...
Yudhi Aldriand
 
Berita Daerah Kabupaten Bekasi tentang pedoman perencanaan pembangunan desa
 Berita Daerah Kabupaten Bekasi tentang pedoman perencanaan pembangunan desa Berita Daerah Kabupaten Bekasi tentang pedoman perencanaan pembangunan desa
Berita Daerah Kabupaten Bekasi tentang pedoman perencanaan pembangunan desa
Yudhi Aldriand
 
Berita Daerah Kabupaten Bekasi No 14 tentang pedoman kedudukan keuangan kepa...
Berita Daerah Kabupaten Bekasi  No 14 tentang pedoman kedudukan keuangan kepa...Berita Daerah Kabupaten Bekasi  No 14 tentang pedoman kedudukan keuangan kepa...
Berita Daerah Kabupaten Bekasi No 14 tentang pedoman kedudukan keuangan kepa...
Yudhi Aldriand
 
Peraturan bupati bekasi tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...
Peraturan bupati bekasi  tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...Peraturan bupati bekasi  tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...
Peraturan bupati bekasi tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...
Yudhi Aldriand
 
Format f4 berita daerah kabupaten bekasi tentang bumdes
Format f4 berita daerah kabupaten bekasi  tentang bumdesFormat f4 berita daerah kabupaten bekasi  tentang bumdes
Format f4 berita daerah kabupaten bekasi tentang bumdes
Yudhi Aldriand
 
Berita daerah kabupaten bekasi tentang pedoman pelaksanaan pilkades
Berita daerah kabupaten bekasi tentang pedoman pelaksanaan pilkadesBerita daerah kabupaten bekasi tentang pedoman pelaksanaan pilkades
Berita daerah kabupaten bekasi tentang pedoman pelaksanaan pilkades
Yudhi Aldriand
 

Ähnlich wie Juknis Raperdes Pungutan desa (20)

Berita daerah Kabupaten Bekasi TAHUN 2010 No 13 tentang PEDOMAN PELAPORANper...
Berita daerah Kabupaten Bekasi TAHUN 2010 No 13  tentang PEDOMAN PELAPORANper...Berita daerah Kabupaten Bekasi TAHUN 2010 No 13  tentang PEDOMAN PELAPORANper...
Berita daerah Kabupaten Bekasi TAHUN 2010 No 13 tentang PEDOMAN PELAPORANper...
 
Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...
Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...
Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...
 
05. perbup no. 5 tahun 2008
05. perbup no. 5 tahun 200805. perbup no. 5 tahun 2008
05. perbup no. 5 tahun 2008
 
05. perbup no. 5 tahun 2008
05. perbup no. 5 tahun 200805. perbup no. 5 tahun 2008
05. perbup no. 5 tahun 2008
 
Berita Daerah Kabupaten Bekasi tentang pedoman perencanaan pembangunan desa
 Berita Daerah Kabupaten Bekasi tentang pedoman perencanaan pembangunan desa Berita Daerah Kabupaten Bekasi tentang pedoman perencanaan pembangunan desa
Berita Daerah Kabupaten Bekasi tentang pedoman perencanaan pembangunan desa
 
Berita Daerah Kabupaten Bekasi No 14 tentang pedoman kedudukan keuangan kepa...
Berita Daerah Kabupaten Bekasi  No 14 tentang pedoman kedudukan keuangan kepa...Berita Daerah Kabupaten Bekasi  No 14 tentang pedoman kedudukan keuangan kepa...
Berita Daerah Kabupaten Bekasi No 14 tentang pedoman kedudukan keuangan kepa...
 
Peraturan bupati bekasi tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...
Peraturan bupati bekasi  tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...Peraturan bupati bekasi  tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...
Peraturan bupati bekasi tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...
 
Format f4 berita daerah kabupaten bekasi tentang bumdes
Format f4 berita daerah kabupaten bekasi  tentang bumdesFormat f4 berita daerah kabupaten bekasi  tentang bumdes
Format f4 berita daerah kabupaten bekasi tentang bumdes
 
Berita daerah kabupaten bekasi tentang pedoman pelaksanaan pilkades
Berita daerah kabupaten bekasi tentang pedoman pelaksanaan pilkadesBerita daerah kabupaten bekasi tentang pedoman pelaksanaan pilkades
Berita daerah kabupaten bekasi tentang pedoman pelaksanaan pilkades
 
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja ...
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja ...Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja ...
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja ...
 
Perda Kabupaten Nunukan Tentang pedoman Pedoman Pembentukan dan mekanisme Pen...
Perda Kabupaten Nunukan Tentang pedoman Pedoman Pembentukan dan mekanisme Pen...Perda Kabupaten Nunukan Tentang pedoman Pedoman Pembentukan dan mekanisme Pen...
Perda Kabupaten Nunukan Tentang pedoman Pedoman Pembentukan dan mekanisme Pen...
 
PP No 47 Tahun 2015
PP No 47 Tahun 2015 PP No 47 Tahun 2015
PP No 47 Tahun 2015
 
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan DesaPerda Kabupaten Nunukan Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa
 
Perda nomor 11 tahun 2015 tentang perangkat desa (ld 221)
Perda nomor 11 tahun 2015 tentang perangkat desa (ld 221)Perda nomor 11 tahun 2015 tentang perangkat desa (ld 221)
Perda nomor 11 tahun 2015 tentang perangkat desa (ld 221)
 
Perda no 19-2008_(lpm_desa_kelurahan_kab_kutai_kartanegara)
Perda no 19-2008_(lpm_desa_kelurahan_kab_kutai_kartanegara)Perda no 19-2008_(lpm_desa_kelurahan_kab_kutai_kartanegara)
Perda no 19-2008_(lpm_desa_kelurahan_kab_kutai_kartanegara)
 
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembe...
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor  7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembe...Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor  7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembe...
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembe...
 
Perdes rpjm desa 2016 2018
Perdes rpjm desa  2016 2018Perdes rpjm desa  2016 2018
Perdes rpjm desa 2016 2018
 
Uu no 72 tahun 2005
Uu no 72 tahun 2005Uu no 72 tahun 2005
Uu no 72 tahun 2005
 
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang DesaPeraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
 
Pp no. 72_th_._2005_ttg_._desa_
Pp no. 72_th_._2005_ttg_._desa_Pp no. 72_th_._2005_ttg_._desa_
Pp no. 72_th_._2005_ttg_._desa_
 

Mehr von Yudhi Aldriand

Mehr von Yudhi Aldriand (20)

PP 72 2019 perubahan_PP 18_2016_perangkat_daerah
PP 72 2019 perubahan_PP 18_2016_perangkat_daerahPP 72 2019 perubahan_PP 18_2016_perangkat_daerah
PP 72 2019 perubahan_PP 18_2016_perangkat_daerah
 
SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...
SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...
SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...
 
Peraturan bkn-no.-5-tahun-2019-tata-cara-pelaksanaan-mutasi
Peraturan bkn-no.-5-tahun-2019-tata-cara-pelaksanaan-mutasiPeraturan bkn-no.-5-tahun-2019-tata-cara-pelaksanaan-mutasi
Peraturan bkn-no.-5-tahun-2019-tata-cara-pelaksanaan-mutasi
 
Permendagri 58 tahun 2019 tentang Mutasi PNS antarKabupaten/Kota Antarprovins...
Permendagri 58 tahun 2019 tentang Mutasi PNS antarKabupaten/Kota Antarprovins...Permendagri 58 tahun 2019 tentang Mutasi PNS antarKabupaten/Kota Antarprovins...
Permendagri 58 tahun 2019 tentang Mutasi PNS antarKabupaten/Kota Antarprovins...
 
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...
 
Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...
Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...
Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...
 
Permendagri No 66 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Permendagri No 82 Tahun 2...
Permendagri No 66 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Permendagri No 82 Tahun 2...Permendagri No 66 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Permendagri No 82 Tahun 2...
Permendagri No 66 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Permendagri No 82 Tahun 2...
 
Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 201...
Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 201...Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 201...
Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 201...
 
Permendagri no.110 tahun 2016
Permendagri no.110 tahun 2016Permendagri no.110 tahun 2016
Permendagri no.110 tahun 2016
 
Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...
Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...
Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...
 
Surat kepala-bkn-nomor-k.26-30-v.108-6-99-penjelasan-permasalahan-kepegawaian...
Surat kepala-bkn-nomor-k.26-30-v.108-6-99-penjelasan-permasalahan-kepegawaian...Surat kepala-bkn-nomor-k.26-30-v.108-6-99-penjelasan-permasalahan-kepegawaian...
Surat kepala-bkn-nomor-k.26-30-v.108-6-99-penjelasan-permasalahan-kepegawaian...
 
Permen no.47 th 2016 tentang administrasi pemerintahan desa
Permen no.47 th 2016 tentang administrasi pemerintahan desaPermen no.47 th 2016 tentang administrasi pemerintahan desa
Permen no.47 th 2016 tentang administrasi pemerintahan desa
 
Permen no.1 th 2016 tentang pengelolaan aset desa
Permen no.1 th 2016 tentang pengelolaan  aset desaPermen no.1 th 2016 tentang pengelolaan  aset desa
Permen no.1 th 2016 tentang pengelolaan aset desa
 
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...
 
UU no.11 th_2016 Pengampunan Pajak
UU no.11 th_2016 Pengampunan PajakUU no.11 th_2016 Pengampunan Pajak
UU no.11 th_2016 Pengampunan Pajak
 
Sekilas Info tentang Pilkades PAW
Sekilas Info tentang Pilkades PAWSekilas Info tentang Pilkades PAW
Sekilas Info tentang Pilkades PAW
 
Pemilihan kepala desa antarwaktu
Pemilihan kepala desa antarwaktuPemilihan kepala desa antarwaktu
Pemilihan kepala desa antarwaktu
 
BPKP Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa
BPKP Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan DesaBPKP Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa
BPKP Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa
 
Permendagri no-112-th-2014-pemilihan-kepala-desa
Permendagri no-112-th-2014-pemilihan-kepala-desaPermendagri no-112-th-2014-pemilihan-kepala-desa
Permendagri no-112-th-2014-pemilihan-kepala-desa
 
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahanUu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
 

Juknis Raperdes Pungutan desa

  • 1. 1 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DESA A. PENDAHULUAN Jenis dan ragam Peraturan Desa yang disusun dan ditetapkan bergantung pada kebutuhan penyelenggara pemerintahan di desa. Untuk itu diharapkan kepada Pemerintah Desa dan BPD agar dapat mengidentifikasi topik-topik yang perlu dibuat sebagai Peraturan Desa. Tingkat kepentingan ini hendaknya dilihat dalam kerangka kepentingan sebagian besar masyarakat agar Peraturan Desa yang dibuat benar-benar aspiratif. Peraturan Desa juga perlu dibuat karena adanya perintah atau keharusan yang ditetapkan melalui peraturan yang lebih tinggi. Peraturan Desa seperti ini biasanya merupakan penjabaran dan pengukuhan dari peraturan yang lebih tinggi tersebut. Dalam era Otonomi Daerah saat ini, desa diberikan kewenangan yang lebih luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Dalam rangka ini, sejumlah Peraturan Desa perlu dibuat untuk mengefektifkan implementasi dari kewenangan tersebut. Sampai saat ini belum ada ketentuan yang menjelaskan secara terperinci tentang ragam Peraturan Desa yang perlu dibuat. Berikut ini beberapa usulan tentang aspek-aspek yang perlu diatur melalui Peraturan Desa: 1. Bidang Pemerintahan Desa a. Struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa. b. Struktur organisasi BPD. c. Tata tertib BPD. d. Kerjasama antar desa dan kerjasama dengan pihak ketiga. e. Pemekaran, penggabungan dan penghapusan desa. f. Batas desa.
  • 2. 2 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 2. Bidang Keuangan a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. b. Mekanisme pengelolaan keuangan desa. c. Sumber – sumber pendapatan desa. d. Pungutan-pungutan desa seperti Pungutan biaya administrasi/kompensasi atas pelayanan administrasi di desa, Retribusi Desa dan lain-lain. e. Sumbangan dari pihak ketiga. f. Pinjaman desa. 3. Bidang Pembangunan a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. b. Tata Ruang dan Peruntukan Lahan. Berdasarkan pemikiran-pemikiran seperti yang diungkapkan diatas dan dalam rangka membantu dan meningkatkan kemampuan Aparatur Pemerintahan Desa dalam menyusun Peraturan Desa yang memenuhi kelengkapan persyaratan administrative seperti yang diamanatkan oleh peraturan perundangan-undangan, maka Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Bekasi membuat Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Peraturan Desa yang merupakan panduan dan ditujukan bagi seluruh Pemerintahan Desa di Kabupaten Bekasi dengan mempedomani peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lewmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
  • 3. 3 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 2. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);p 7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
  • 4. 4 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa 11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 26 Tahun 2001 tentang Penataan, Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan di Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2001 Nomor 12 seri D); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 2); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 6); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2009 Nomor 7) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 4); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 15 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bekasi Tahun Anggaran 2012 (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2011 Nomor15); 16. Peraturan Bupati Bekasi Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa.
  • 5. 5 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES B. Kaidah Hukum dan Tata cara Penyusunan Peraturan Desa Tata cara penyusunan Peraturan Desa di Kabupaten Bekasi ditetapkan melalui Peraturan Bupati Bekasi Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa yang merupakan tindak lanjut ketentuan Pasal 108 Peraturan Daerah kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang pemerintahan Desa. Penyusunan Peraturan Desa pada dasarnya relative sama dengan membuat produk-produk hukum lainnya seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, dan lain-lain. Beberapa kaidah hukum yang harus dipatuhi dalam menyusun Peraturan Desa: 1. Peraturan Desa harus disusun oleh pejabat yang berwenang yaitu Pemerintah Desa/KepalaDesa dengan BPD. Kalau ini tidak dipenuhi maka Peraturan Desa tersebut dianggap tidak ada dan segala akibatnya batal demi hukum. 2. Peraturan Desa yang disusun harus mengikuti prosedur penyusunan yang lazim diberlakukan kepada produk hukum pada umumnya baik menyangkut bentuk maupun proses penyusunan, pengesahan dan pemberlakukannya. 3. Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi tingkatannya. 4. Peraturan Desa yang dibuat harus mempertimbangkan aspek sosiologis sehingga produk hukum dapat diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat secara wajar dan spontan. Peraturan Desa dapat dibatalkan apabila tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar tersebut diatas. Pejabat yang berwenang membatalkan Peraturan Desa adalah Bupati. Peraturan Desa yang dibuat hendaknya mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk melaksanakannya. Untuk itu maka proses penyusunan Peraturan Desa harus memperhatikan aspirasi masyarakat. Berikut ini beberapa langkah yang ditawarkan dalam menyusun Peraturan Desa yang aspiratif yaitu: 1. Identifikasi topik yang akan dibuat menjadi Peraturan Desa.
  • 6. 6 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 2. Buatlah kerangka global tentang hal-hal yang akan diatur dalam Peraturan Desa. 3. Diskusikan kerangka global Peraturan Desa tersebut dengan komponen masyarakat yang terkait dan berkepentingan. 4. Buatlah Rancangan Peraturan Desa dengan memperhatikan masukan- masukan dari pihak-pihak terkait tersebut. 5. Rancangan Peraturan Desa disampaikan kepada BPD untuk dibahas 6. Lakukan Public Hearing untuk meminta tanggapan dan masukan dari masyarakat terhadap rancangan Peraturan Desa yang telah disusun 7. Lakukan penyempurnaan Rancangan Peraturan Desa tersebut dengan memperhatikan hasil Public Hearing. Pentingnya Penyusunan Perdes Secara Partisipatif 1. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik diperlukan dukungan seperangkat peraturan desa yang bisa mengarahkan penyelenggara pemerintahan desa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. 2. Untuk mengubah perilaku penyelenggara pemerintah desa ke arah perilaku yang berpihak kepada rakyat di suatu desa, maka penyusunan instrumen hukum berupa peraturan desa haruslah dilakukan secara partisipatif, dengan melibatkan semua unsur yang ada dalam masyarakat dan dilakukan secara terbuka. 3. Dengan penyusunan perdes yang partisipatif ini, peluang pemerintahan desa untuk menggunakan perdes sebagai alat politik dalam rangka memperjuangkan kepentingan pribadinya dapat diminimalisir. 4. Partisipasi dapat digunakan sebagai instrumen pembatasan kekuasaan pemerintahan desa dan sebagai mekanisme kontrol sosial bagi pemerintahan desa dalam penyusunan perdes yang berdampak pada masyarakat.
  • 7. 7 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES Secara umum, proses pembuatan Peraturan Desa melalui 3 (tiga) tahapan yakni : 1. Tahap Inisiasi Pada tahap inisiasi ide atau gagasan dalam pembuatan Peraturan Desa dapat datang dari dua belah pihak baik dari Pemerintah Desa maupun dari BPD. Apabila usulan tersebut datangnya dari BPD, maka rancangan tersebut diserahkan kepada Kepala Desa, begitu juga sebaliknya apabila usulan tersebut datangnya dari Kepala Desa maka rancangan Peraturan Desa diserahkan kepada BPD. Artinya sama-sama mempunyai hak untuk mengajukan Peraturan Desa. BPD mengadakan rapat yang dihadiri oleh ketua-ketua bidang (bidang kemasyarakatan atau pemerintahan dan pembangunan). Untuk membahas pendapat tersebut apabila usulan tersebut disepakati perlu adanya Peraturan Desa, maka hasil rapat tersebut dijadikan hasil pra-Rancangan Peraturan Desa. Usulan Peraturan Desa dapat dari masukan anggota masyarakat yang secara langsung atau lewat BPD kemudian dari BPD baru dibahas semacam kepanitiaan kecil, kalau disetujui baru rapat secara lengkap untuk membahas pantas tidaknya Peraturan Desa, setelah itu dibuat Rancangan Peraturan Desa. Sebuah idea tau gagasan pembuatan Peraturan Desa harus dibahas terlebih dahulu melalui siding pleno guna menetapkan apakah usulan tersebut disetujui menjadi sebuah Rancangan Peraturan Desa atau tidak. Setelah mendapat persetujuan dari rapat BPD bahwa dari usulan pembuatan Peraturan Desa menjadi Rancangan Peraturan Desa, maka Sekretaris BPD membuat Rancangan Peraturan Desa untuk diserahkan kepada Kepala Desa dalam bentuk tulisan guna mendapat persetujuan untuk menjadi Peraturan Desa. Setelah Kepala Desa menerima Rancangan Peraturan Desa, Kepala desa mengadakan rapat bersama dengan perangkatnya guna membahas Rancangan yang disampaikan oleh BPD. Hasil keputusan rapat tersebut akan dibahas dalam rapat gabungan yang dihadiri oleh BPD, Kepala Desa dan perangkatnya sebagaimana diketahui bahwa yang dimaksud dengan
  • 8. 8 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES perangkat Desa sesuai dalam pasal 12 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa terdiri dari Sekretaris Desa, pelaksana teknis lapangan dan unsur kewilayahan. 2. Tahap Sosio-Politis Rancangan Peraturan Desa yang telah diterima oleh Pemerintah Desa, diadakan pembahasan dalam rapat gabungan antara BPD, Kepala Desa serta perangkat Desa. Peranan perangkat Desa tersebut dimaksudkan untuk menampung aspirasi masyarakat sehingga dalam pelaksanaannya nanti Peraturan Desa dapat diterima. Dalam rapat pembahasan ketua BPD memberikan penjelasan mengenai latar belakang dan tujuan dibuatnya Peraturan Desa. Dalam rapat tersebut diadakan Tanya jawab Kepala Desa diberi Rancangan Peraturan Desa sebelum diadakan rapat pembahasan. Pada waktu rapat pembahasan, permasalahan yang ada dalam Rancangan Peraturan Desa dibahas satu persatu, dibacakan oleh Ketua BPD, dan yang menetapkan Peraturan Desa adalah kepala Desa. Rancangan Peraturan Desa yang diajukan bermula dari satu pendapat atau satu pandangan dari pihak BPD, setelah dibahas bertemu dengan Kepala Desa, sekretaris Desa dan perangkat Desa lainnya sehinnga menghasilkan kesepakatan bersama, maka Peraturan Desa yang diajukan selalu mengalami perubahan yang bertujuan untuk menyempurnakan isi dan materi Peraturan Desa, sehingga Peraturan Desa yang dihasilkan dapat memenuhi aspirasi masyarakat dan menyangkut kepentingan umum. Setelah diadakan pembahasan yang mendalam maka dapat diambil sebuah keputusan dapat diterima atau tidaknya rancangan tersebut menjadi sebuah Peraturan Desa. Pengambilan keputusan tentang Peraturan Desa biasanya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat. Namun tidak menutup kemungkinan diadakan voting.
  • 9. 9 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 3. Tahap Yuridis Setelah rancangan tersebut mendapat persetujuan dari semua pihak untuk dijadikan Peraturan Desa maka langkah selanjutnya adalah Kepala Desa bersama BPD menetapkan Rancangan Peraturan Desa tersebut menjadi sebuah Peraturan Desa sesuai Pasal 55 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa. Peraturan Desa berlaku sejak ada ketetapan dari Kepala Desa. Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Peraturan Desa dilarang bertentangan dengan kepentingan umun dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Adapun Sistematika Teknik Penyusunan Peraturan Desa adalah sebagai berikut: 1. Penamaan/Judul a. Setiap Peraturan Desa mempunyai penamaan/judul. b. Penamaan/judul Peraturan Desa memuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun dan tentang nama peraturan yang diatur. c. Nama Peraturan Desa dibuat singkat dan mencerminkan isi Peraturan Desa; d. Judul ditulis dengan huruf kapital tanpa diakhiri tanda baca. Contoh Penulisan Penamaan/Judul: PERATURAN DESA ........................ NOMOR ....... TAHUN 20..... TENTANG PUNGUTAN DESA 2. Pembukaan Pembukaan pada Peraturan Desa terdiri dari : a. Frasa " Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa"; b. Jabatan pembentuk Peraturan Desa. c. Konsiderans; d. Dasar Hukum; e. Frasa "Dengan persetujuan bersama Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa";
  • 10. 10 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES f. Memutuskan; dan g. Menetapkan. PENJELASAN a. Frasa "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa"; Kata frasa yang berbunyi "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa" merupakan kata yang harus ditulis dalam Peraturan Desa, cara penulisan seluruhnya huruf kapital dan tidak diakhiri tanda baca. Contoh: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA b. Jabatan Jabatan pembentuk Peraturan Desa, ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca koma (,). Contoh: KEPALA DESA ........................, c. Konsiderans Konsiderans harus diawali dengan kata "Menimbang" yang memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang, alasan-alasan serta landasan yuridis, filosofis, sosiologis, dan politis dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa. Jika konsiderans terdiri dari lebih satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan pengertian, dari tiap-tiap pokek pikiran diawali dengan huruf a, b, c, dst. dan diakhiri dengan tanda titik koma (;). Contoh : Menimbang : a. ……………………………………………………………..; b. ……………………………………………………………...; c. ………………………………………………………………;
  • 11. 11 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES d. Dasar Hukum 1) Dasar Hukum diawali dengan kata "Mengingat" yang harus memuat dasar hukum bagi pembuatan produk hukum. Pada bagian ini perlu dimuat pula jika ada peraturan perundang-undangan yang memerintahkan dibentuknya Peraturan Desa, atau yang mempunyai kaitan langsung dengan materi yang akan diatur. 2) Dasar Hukum dapat dibagi 2, yaitu : a) Landasan yuridis kewenangan membuat Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa; dan b) Landasan yuridis materi yang diatur. 3) Yang dapat dipakai sebagai dasar hukum hanyalah jenis peraturan perundang-undangan yang tingkat derajatnya lebih tinggi atau sama dengan produk hukum yang dibuat. Catatan : Keputusan yang bersifat penetapan, Instruksi dan Surat Edaran tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum karena tidak termasuk jenis peraturan perundang- undangan. 4) Dasar hukum dirumuskan secara kronologis sesuai dengan hierarkhi peraturan perundang-undangan, atau apabila peraturan perundang- undangan tersebut sama tingkatannya, maka dituliskan berdasarkan urutan tahun pembentukannya, atau apabila peraturan perundang- undangan tersebut dibentuk pada tahun yang sama, maka dituliskan berdasarkan nomor urutan pembuatan peraturan perundang- undangan tersebut. 5) Penulisan dasar hukum harus lengkap dengan Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, dan Tambahan Lembaran Daerah (kalau ada).
  • 12. 12 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 6) Jika dasar hukum lebih dari satu peraturan perundang-undangan, maka tiap dasar hukum diawali dengan angka arab 1, 2, 3, dst dan diakhiri dengan tanda baca titik koma (;) Contoh penulisan Dasar Hukum: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) ; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negani Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158. Tamtahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4546); 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa; 4. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 2); e. Frasa "Dengan persetujuan bersama Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa" Kata frasa yang berbunyi "Dengan persetujuan bersama Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa", merupakan kalimat yang harus dicantumkan dalam Peraturan Desa dan cara penulisannya dilakukan sebagai berikut : 1) Ditulis sebelum kata MEMUTUSKAN; 2) Kata "Dengan Persetujuan Bersama", hanya huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital; 3) Kata "antara" Berta "dan", semua ditulis dengan huruf kecil; dan 4) Kata "Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa" seluruhnya ditulis dengan huruf kapital. Contoh: Dengan Persetujuan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ........................ dan KEPALA DESA ........................
  • 13. 13 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES f. Memutuskan Kata "Memutuskan" ditulis dengan huruf Kapital, dan diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : ). Peletakan kata MEMUTUSKAN adalah ditengah margin. g. Menetapkan Kata "menetapkan:" dicantumkan sesudah kata MEMUTUSKAN yang disejajarkan ke bawah dengan kata "Menimbang" dan "Mengingat". Huruf awal kata "Menetapkan" ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik dua (:). Contoh : MEMUTUSKAN: Menetapkan : …………………. dst. Penulisan kembali nama Peraturan Desa, dilakukan sesudah kata "menetapkan" dan Cara penulisannya adalah :  Menuliskan kembali nama yang tercantum dalam judul;  Nama tersebut di atas, didahului dengan jenis peraturan yang bersangkutan;  Nama dan jenis peraturan tersebut, ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik (.). Pada Peraturan Desa sebelum kata "MEMUTUSKAN" dicantumkan frasa: Dengan Persetujuan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ........................ dan KEPALA DESA ........................ Contoh : a) Jenis Peraturan Desa: MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DESA ........................ TENTANG PUNGUTAN DESA
  • 14. 14 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES Catatan : Contoh pembukaan Peraturan Desa, secara keseluruhan dapat dirumuskan sebagai berikut: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA ........................, Menimbang : a. ……………………………………………; b .......................................................... ; c .......................................................... dst; Mengingat : 1. ……………………………………………; 2. ……………………………………………; 3. ………………………………………..dst Dengan persetujuan bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ........................ dan KEPALA DESA ........................ MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DESA ........................ TENTANG PUNGUTAN DESA 3. Batang Tubuh Batang Tubuh memuat semua materi yang dirumuskan dalam pasal pasal atau diktum-diktum. Batang tubuh yang dirumuskan dalam pasal-pasal adalah jenis Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa yang bersifat mengatur (Regelling), sedangkan jenis Keputusan Kepala Desa yang bersifat penetapan (Beschikking), batang tubuhnya dirumuskan dalam diktum-diktum. Uraian masing-masing batang tubuh, sebagai berikut : a. Batang Tubuh Peraturan Desa 1) Ketentuan Umum; 2) Materi yang diatur;
  • 15. 15 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 3) Ketentuan Peralihan (kalau ada); dan 4) Ketentuan Penutup. b. Pengelompokan materi dalam Bab, Bagian dan Paragraf tidak merupakan keharusan. Jika Peraturan Desa mempunyai materi yang ruang lingkupnya sangat luas dan mempunyai banyak pasal, maka pasal-pasal tersebut dapat dikelompokkan menjadi Bab, Bagian dan Paragraf. Pengelompokan materi-materi dalam Bab, Bagiar dan Paragraf dilakukan atas dasar kesamaan katagori atau kesatuan lingkup isi materi yang diatur. Urutan penggunaan kelompok adalah : 1) Bab dengan pasal-pasal, tanpa bagian dan paragraf; 2) Bab dengan bagian dan pasal-pasal tanpa paragraf; 3) Bab dengan bagian dan paragraf yang terdiri dari pasal-pasal. c. Tata cara penulisan Bab, Bagian; Paragraf, Pasal dan ayat ditulis sebagai berikut : 1) Bab diberi nomor urut dengan angka Romawi dan judul Bab semua ditulis dengan huruf kapital. Contoh : BAB I KETENTUAN UMUM 2) Bagian diberi nomor unit dengan bilangan yang ditulis dengan huruf kapital dan diberi judul. Huruf awal kata Bagian, urutan bilangan, dan judul Bagian ditulis dengan huruf kapital, kecuali huruf awal dari kata partikel yang tidak terletak pada awal frasa. Contoh : BAB II ( ……… JUDUL BAB ……... ) Bagian Kedua ..............................................................
  • 16. 16 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 3) Paragraf diberi nomor urut dengan angka arab dan diberi judul. Huruf awal dalam judul paragraf, dan huruf awal judul paragraf ditulis dengan huruf kapital, sedangkan huruf lainnya setelah huruf pertama ditulis dengan huruf kecil. Contoh : Bagian Kedua ( ……… Judul Bagian ………) Paragraf Kesatu (Judul Paragraf) 4) Pasal adalah satuan aturan yang memuat satu norma dan dirumuskan dalam satu kalimat. Materi Peraturan Desa lebih baik dirumuskan dalam banyak pasal yang singkat dan jelas dari pada dalam beberapa pasal yang panjang dan memuat beberapa ayat, kecuali jika materi yang menjadi isi pasal itu merupakan satu serangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Pasal diberi nomor unit dengan angka arab, dan huruf awal kata pasal ditulis dengan huruf kapital. Contoh : Pasal 5 5) Ayat adalah merupakan rincian dari pasal, penulisannya diberi nomor unit dengan angka arab di antara tanda baca kurung tanpa diakhiri tanda baca. Satu ayat hanya mengatur satu hal dan dirumuskan dalam satu kalimat. Contoh : Pasal 21 (1) ........................................................... (2) ........................................................... (3) ...........................................................
  • 17. 17 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES Jika satu pasal atau ayat memuat rincian unsur, maka di samping dirumuskan dalam bentuk kalimat yang biasa, dapat pula dipertimbangkan penggunaan dalam bentuk tabulasi. Contoh : Pasal .... Kartu tanda iuran pedagang sekurang-kurangnya harus memuat nama pedagang, jenis dagangan, besarnya iuran, alamat pedagang. lsi pasal ini dapat lebih mudah dipahami dan jika dirumuskan sebagai berikut : Pasal .... Kartu tanda iuran sekurang-kurangnya harus memuat : a. nama pedagang; b. jenis dagangan; c. besarnya iuran; dan d. alamat pedagang. Dalam membuat rumusan pasal atau ayat dengan tabulasi, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Setiap rincian harus dapat dibaca sebagai satu rangkaian kesatuan dengan kalimat berikut : b. Setiap rincian diawali dengan huruf abjad kecil; c. Setiap rincian diakhiri dengan tanda baca titik koma (;); d. Jika suatu rincian dibagi lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil, maka unsur yang lebih kecil dituliskan agak ke dalam. e. Kalimat yang masih mempunyai rincian lebih lanjut diberi tanda baca titik dua (:); f. Pembagian rincian hendaknya tidak melebihi empat tingkat. Jika rincian lebih dari empat tingkat, maka perlu dipertimbangkan pemecahan pasal yang bersangkutan ke dalam beberapa pasal. g. Jika unsur atau rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai rincian yang kumulatif, maka perlu ditambahkan kata "dan" di belakang rincian kedua dari belakang.
  • 18. 18 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES Contoh : a. Tiap-tiap rincian ditandai dengan huruf a dan seterusnya. (3) ……………………………………… a ……………………..; dan b ………………………….. b. Jika suatu rincian memerlukan perincian lebih lanjut, maka perincian itu ditandai dengan angka 1, 2, dan seterusnya. (4) ……………………………………… a. …………………………………; b. …………………………………; dan c. …………………………………; 1. ………………………………….; 2. ………………………………….; dan 3. ………………………………….; a) …………………………………..; b) …………………………………..; dan c) …………………………………..; 1) …………………………………….; 2) …………………………………….; dan 3) …………………………………….; Gambaran penulisan kelompok Batang Tubuh secara keseluruhan adalah : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (Isi Pasal 1) BAB II (Judul Bab) Pasal ... (Isi Pasal) BAB III (Judul Bab)
  • 19. 19 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES Bagian Pertama (Judul Bagian) Paragraf Kesatu (Judul paragraf) Pasal …. (1) (Isi ayat); (2) (Isi ayat); Perincian ayat : a. ……………… : dan b. ……………… : 1. Isi sub ayat; 2. …………………; 3. …………………. a) (perincian sub ayat); b) ……………………; c) …………………… 1) (perincian mendetail dari sub ayat); 2) ……………. Penjelasan masing-masing kelompok batang tubuh adalah : a. Ketentuan Umum Ketentuan umum diletakkan dalam Bab Kesatu atau dalam pasal pertama, jika tidak ada pengelompokan dalam bab. Ketentuan umum berisi : 1) Batasan dari pengertian; 2) Singkatan atau akronim yang digunakan dalam Peraturan Desa; dan 3) Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal berikutnya. Jika ketentuan umum berisi lebih dari satu hal, maka setiap batasan dari pengertian dan singkatan atau akronim diawali dengan angka arab dan diakhiri dengan tanda baca titik (.).
  • 20. 20 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES Contoh : Pasal 1 Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi. 2. ……………………………………………………………. 3. ……………………………………………………………. Urutan pengertian atau istilah dalam Bab Ketentuan Umum hendaknya mengikuti ketentuan sebagai berikut : 1. Pengertian atau istilah yang ditemukan lebih dahulu dalam materi yang diatur ditempatkan teratas. 2. Jika pengertian atau istilah mempunyai hubungan atau kaitan dengan pengertian atau istilah terdahulu, maka pengertian atau istilah yang ada hubungannya itu diletakkan dalam satu kelompok berdekatan. b. Ketentuan Materi yang akan diatur. Materi yang diatur adalah, semua obyek yang diatur secara sistematik sesuai dengan luas lingkup dan pendekatan yang dipergunakan. Materi yang diatur harus memperhatikan dasardasar dan kaidah-kaidah yang ada seperti : 1) Landasan hukum materi yang diatur artinya dalam menyusun materi Peraturan Desa harus memperhatikan dasar hukumnya. 2) Landasan filosofis, artinya alasan yang mendasari diterbitkannya Peraturan Desa. 3) Landasan sosiologis, maksudnya agar Peraturan Desa yang diterbitkan jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup di tengah-tengah masyarakat, misalnya adat istiadat, agama. 4) Landasan politis, maksudnya agar Peraturan Desa yang diterbitkan dapat berjalan sesuai dengan tujuan tanpa menimbulkan gejolak di tengah-tengah masyarakat. 5) Tata cara penulisan materi yang diatur adalah : a) Materi yang diatur ditempatkan langsung setelah Bab Ketentuan Umum atau pasal-pasal ketentuan umum jika tidak ada pengelompokan dalam bab.
  • 21. 21 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES b) Dihindari adanya Bab tentang Ketentuan Lain-lain. Materi yang akan dijadikan materi Ketentuan Lain-lain, hendaknya ditempatkan dalam kelompok materi yang diatur dengan judul yang sesuai dengan materi tersebut. Ketentuan Lain-lain hanya dicantumkan untuk ketentuan yang lain dari materi yang diatur, namun mempunyai kaitan dan perlu diatur. Penempatan bab Ketentuan Lain-lain dicantumkan pada bab atau pasal terakhir sebelum Bab Ketentuan Peralihan. c. Ketentuan Peralihan Ketentuan Peralihan timbul sebagai cara mempertemukan antara azas mengenai akibat kehadiran peraturan baru dengan keadaan sebelum peraturan baru itu berlaku. Pada azasnya pada saat peraturan baru berlaku, maka semua peraturan lama beserta akibat-akibatnya menjadi tidak berlaku. Kalau azas ini diterapkan tanpa memperhitungkan keadaan yang sudah berlaku, maka dapat timbul kekacauan hokum, ketidakpastian hukum atau kesewenang-wenangan hukum. Untuk menampung akibat berlakunya peraturan baru terhadap peraturan lama atau pelaksanaan peraturan lama, diadakan ketentuan atau aturan peralihan. Dengan demikian Ketentuan Peralihan berfungsi : 1) Menghidari kemungkinan terjadinya kekosongan hukum (Rechtsvacuum). 2) Menjamin, kepastian hukum (Rechtszekerheid). 3) Perlindungan hukum (Rechtsbeseherming), bagi rakyat atau kelompok tertentu atau orang tertentu. Jadi pada dasarnya, Ketentuan Peralihan merupakan "penyimpangan" terhadap peraturan baru itu sendiri. Suatu penyimpangan yang tidak dapat dihindari (Necessery evil) dalam rangka mencapai atau mempertahankan tujuan hukum secara keseluruhan (ketertiban, keamanan dan keadilan). Penyimpangan ini bersifat sementara, karena itu dalam rumusan Ketentuan Peralihan harus dimuat keadaan atau syarat-syarat yang akan mengakhiri masa peralihan tersebut. Keadaan atau syarat tersebut dapat berupa
  • 22. 22 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES pembuatan peraturan pelaksanaan baru (dalam rangka melaksanakan peraturan baru) atau penentuan jangka waktu tertentu atau mengakui secara penuh keadaan yang lama menjadi keadaan baru. d. Ketentuan Penutup Ketentuan Penutup merupakan bagian terakhir Batang Tubuh Peraturan Desa, yang biasanya berisi ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1) Penunjukan organ atau alat kelengkapan yang diikutsertakan dalam melaksanakan Peraturan Desa, yaitu berupa : a) Pelaksanaan sesuatu yang bersifat menjalankan (eksekutif), yaitu menunjuk pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk melaksanakan hal-hal tertentu. b) Pelaksanaan sesuatu yang bersifat mengatur (legislatif), yaitu pendelegasian kewenangan untuk membuat peraturan pelaksanaan (Peraturan Kepala Desa). 2) Nama singkatan (Citeer Titel). 3) Ketentuan tentang saat mulai berlakunya Peraturan Desa dapat melalui cara-cara sebagai berikut : a) Penetapan mulai berlakunya Peraturan Desa pada suatu tanggal tertentu; b) Saat mulai berlakunya Peraturan Desa tidak harus sama untuk seluruhnya (untuk beberapa bagian dapat berbeda). 4) Ketentuan tentang pengaruh Peraturan Desa yang baru terhadap Peraturan Desa yang lain. 4. Penutup Penutup suatu Peraturan Desa, memuat hal-hal sebagai berikut : a. Rumusan tempat dan tanggal penetapan, diletakkan di sebelah kanan; b. Nama jabatan ditulis dengan huruf kapital, dan pada akhir kata diberi tanda baca koma; c. Nama lengkap pejabat yang menandatangani, ditulis dengan huruf kapital tanpa gelar dan pangkat; d. Penetapan Peraturan Desa, ditandatangani oleh Kepala Desa;
  • 23. 23 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 5. Penjelasan Adakalanya suatu Peraturan Desa memerlukan penjelasan, baik penjelasan umum maupun penjelasan pasal demi pasal. Pada Bagian penjelasan umum biasanya dimuat politik hukum yang melatarbelakangi penerbitan Peraturan Desa yang bersangkutan. Pada bagian penjelasan pasal demi pasal dijelaskan materi dari norma-norma yang terkandung dalam setiap pasal di dalam batang tubuh. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penjelasan adalah : a. Pembuat Peraturan Desa, agar tidak menyadarkan argumentasi pada penjelasan, tetapi harus berusaha membuat Peraturan Desa, yang dapat meniadakan keragu-raguan dalam interprestasi. b. Naskah penjelasan disusun (dibuat) bersama-sama dengan Rancangan Peraturan Desa yang bersangkutan. c. Penjelasan berfungsi sebagai tafsiran atau materi tertentu. d. Penjelasan tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan lain. e. Judul penjelasan lama dengan judul Peraturan Desa yang bersangkutan. f. Penjelasan terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal yang pembagiannya dirinci dengan angka romawi. g. Penjelasan umum memuat uraian sistimatis mengenai latar belakang pemikiran, maksud dan tujuan penyusunan serta pokok-pokok atau azas yang dibuat dalam Peraturan Desa. h. Bagian-bagian dari penjelasan umum dapat diberi nomor dengan angka Arab jika hal itu lebih memberikan kejelasan. i. Tidak boleh bertentangan dengan apa yang diatur dalam materi Peraturan Desa. j. Tidak boleh memperluas atau menambah norma yang sudah ada dalam batang tubuh. k. Tidak boleh sekedar pengulangan semata-mata dari materi Peraturan Desa.
  • 24. 24 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES l. Tidak boleh memuat istilah atau pengertian yang sudah dimuat dalam ketentuan umum. m. Beberapa pasal yang tidak memerlukan penjelasan, dipisahkan dan diberi keterangan cukup jelas. 6. Ragam Bahasa Ragam Bahasa yang dipakai dalam menyusun Peraturan Desa adalah : a. Bahasa Perundang-undangan 1) Bahasa perundang-undangan termasuk Bahasa Indonesia yang tunduk pada kaidah tata Bahasa Indonesia yang menyangkut pembentukan kata, penyusunan kalimat maupun pengejaannya. Bahasa perundang- undangan mempunyai corak dan gaya yang khas yang bercirikan kejernihan pengertian, kelugasan, kebakuan dan keserasian. 2) Dalam merumuskan materi Peraturan Desa, Peraturan, maka pilihlah kalimat yang lugas dalam arti tegas, jelas dan mudah ditangkap pengertiannya, tidak berbelit-belit. Kalimat yang dirumuskan tidak menimbulkan salah tafsir atau menimbulkan pengertian yang berbeda bagi setiap pembaca. Hindari pemakaian istilah yang pengertiannya kabur dan kurang jelas. Istilah yang dipakai sebaiknya sesuai dengan pengertian yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari. 3) Hindari pemakaian : a) Beberapa istilah yang berbeda untuk pengertian yang sama. b) Satu istilah untuk beberapa pengertian yang berbeda. 4) Untuk mendapatkan kepastian hukum, istilah dan arti dalam peraturan pelaksanaan harus disesuaikan dengan istilah dan arti yang dipakai dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi derajatnya. 5) Apabila istilah tertentu dipakai berulang-ulang, maka untuk menyederhanakan susunan Peraturan Desa dapat dibuat definisi yang ditempatkan dalam Bab Ketentuan Umum. 6) Jika istilah tertentu dipakai berulang-ulang maka untuk menyederhanakan susunan suku kata dapat menggunakan singkatan atau akronim.
  • 25. 25 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 7) Singkatan nama atau badan atau lembaga yang belum begitu dikenal umum dan bila tidak dimuat dalam Ketentuan Umum, maka setelah tulisan lengkapnya, singkatannya dibuat di antara tanda kurung. 8) Dianjurkan sedapat mungkin menggunakan istilah pembentukan Bahasa Indonesia. Pemakaian (adopsi) istilah asing yang banyak dipakai dan sudah disesuaikan ejaannya dengan kaidah Bahasa Indonesia dapat dipertimbangkan dan dibenarkan, jika istilah asing itu memenuhi syarat : a) Mempunyai konotasi yang cocok; b) Lebih singkat bila dibandingkan dengan padanannya dalam Bahasa Indonesia. c) Lebih mudah tercapainya kesepakatan. d) Lebih mudah dipahami dari pada terjemahan Bahasa Indonesia. b. Pilihan Kata atau istilah 1) Pemakaian kata "Kecuali" Untuk menyatakan makna tidak termasuk dalam golongan, digunakan kata "kecuali". Kata "kecuali" ditempatkan di awal kalimat jika yang dikecualikan induk kalimat. Contoh : Kecuali A dan B, setiap warga Desa wajib melaksanakan Siskamling. 2) Pemakaian kata "Disamping". Untuk menyatakan makna termasuk, dapat digunakan kata "disamping". Contoh : Disamping membayar iuran keamanan, warga yang berstatus Pegawai Negeri Sipil juga dikenai kewajiban melaksanakan Siskamling. 3) Pemakaian kata "Jika" dan kata "Maka". Untuk menyatakan makna pengandaian atau kemungkinan, digunakan kata "jika" atau frasa "dalam hal". Gunakan kata "jika" bagi kemungkinan atau keadaan yang akan terjadi lebih dari sekali dan setelah anak kalimat diawali kata "maka". Contoh : Jika terdapat warga Desa yang tidak melaksanakan Siskamling, maka ....................
  • 26. 26 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 4) Pemakaian kata "Apabila". Untuk menyatakan atau menunjukkan uraian atau penegasan waktu terjadinya sesuatu, sebaiknya menggunakan kata "apabila" atau "bila". Contoh : Salah satu warga Desa dapat tidak melaksanakan tugas Siskamling, apabila sakit. 5) Pemakaian kata "dan", "atau", "dan atau". a) Untuk menyatakan sifat yang kumulatif, digunakan kata "dan". Contoh : A dan B wajib memberikan b) Untuk menyatakan sifat alternatif digunakan kata "atau" Contoh : A atau B wajib memberikan c) Untuk menyatakan sifat alternatif ataupun kumulatif, digunakan frasa "dan atau". Contoh : A dan atau B wajib memberikan 6) Untuk menyatakan istilah hak, digunakan kata "berhak" Contoh : Setiap warga Desa Sukaragam yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun berhak untuk mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP). 7) Untuk menyatakan kewenangan, digunakan kata "dapat" atau kata "boleh". Kata "dapat" merupakan kewenangan yang melekat pada seseorang, sedangkan kata "boleh" tidak melekat pada diri seseorang. Untuk menyatakan istilah kewajiban, digunakan kata "wajib". Contoh :  Kepala Desa dapat memberikan dispensasi bagi warga yang sedang mengalami musibah.  Setiap warga Desa wajib membayar iuran keamanan.
  • 27. 27 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 8) Untuk menyatakan istilah sekedar kondisi atau persyaratan, digunakan kata "harus". Contoh : Untuk menduduki suatu jabatan Kepala Urusan Keuangan, seorang calon Kepala Urusan Keuangan harus terlebih dahulu mengikuti kursus Bendaharawan. 9) Untuk menyangkal suatu kewajiban atau kondisi yang diwajibkan, digunakan frasa "tidak diwajibkan" atau "tidak wajib". Contoh : Warga Desa yang belum berumur 17 tahun dan belum kawin, tidak diwajibkan untuk mengikuti pemilihan Kepala Dusun. 7. Teknik Pengacuan a. Untuk mengacu pasal lain. Digunakan frasa "sebagaimana dimaksud dalam". Sedangkan untuk mengacu ayat lain, digunakan frasa "sebagaimana dimaksud pada". Contoh : ........... sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ....................... ........... sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ......................... Jika mengacu ke peraturan lain, pengacuan dengan urutan pasal, ayat dan judul Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa. Contoh : …………. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Peraturan Desa ........................ Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. b. Pengacuan dilakukan dengan mencantumkan secara singkat materi pokok yang diacu. Pengacuan hanya boleh dilakukan ke peraturan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi. c. Pengacuan dilakukan dengan menyebutkan secara tegas nomor dari pasal atau ayat yang diacu, dan hindarkan penggunaan frasa "pasal yang terdahulu" atau "pasal tersebut di atas" atau "Pasal ini".
  • 28. 28 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES Contoh : Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3), bertugas ……… Jika ketentuan dari pengaturan yang diacu memang dapat diberlakukan seluruhnya, maka istilah "tetap berlaku" dapat digunakan. C. PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA Dalam upaya menggali dan meningkatkan pendapatan desa, Pemerintahan Desa dapat mengenakan pungutan desa terhadap warga masyarakat desa yang diatur dengan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa, yang penyusunan Peraturan Desanya merupakan hasil pembahasan dan kesepakatan Pemerintah Desa dan BPD dengan memperhatikan aspirasi dari masyarakat desa. Perlu kehati-hatian dalam membuat Peraturan Desa tentang Pungutan Desa karena membebani masyarakat desa, selain itu perlu memperhatikan apakah ada Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi yang telah mengatur pungutan agar tidak terjadi pungutan ganda atau tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa. Isi atau materi Peraturan Desa tentang Pungutan Desa sekurang-kurangnya memuat antara lain : 1. Ketentuan Umum 2. jenis pungutan Desa; 3. Besaran pungutan Desa; 4. Pelaksanaan Dan Pengelolaan Pungutan Desa; 5. Pertanggungjawaban Dan Pengawasan Pungutan Desa; dan sebagainya serta dilengkapi dengan Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa sebagai peraturan teknis operasional di lapangan.
  • 29. 29 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES Berikut ini Jenis Pajak dan Retribusi Daerah yang telah dipungut oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut : 1. PAJAK DAERAH a. PAJAK HOTEL 1) Hotel Bintang Lima 2) Hotel Bintang Empat 3) Hotel Bintang Tiga 4) Hotel Bintang Dua 5) Hotel Melati Tiga 6) Hotel Melati Dua 7) Hotel Melati Satu 8) Losmen/rumah Penginapan/pesanggrahan/Hotel/Rumah Kos b. PAJAK RESTORAN 1) Restoran 2) Rumah Makan c. PAJAK HIBURAN 1) Tontonan Film/Bioskop 2) Pameran 3) Karaoke 4) Permainan Bilyar 5) Permainan Ketangkasan 6) Panti Pijat/Refleksi 7) Pusat Kebugaran 8) Pertandingan Olahraga d. PAJAK REKLAME 1) Reklame Papan/Bill Board/Videotron/Megatron 2) Reklame Kain 3) Relame Berjalan e. PAJAK PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK 1) Pajak Penerangan Jalan PLN
  • 30. 30 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 2) Listrik Swasta 3) Genset f. PAJAK PARKIR 1) Pajak Parkir g. PAJAK AIR BAWAH TANAH 1) Pajak Air Bawah Tanah h. PAJAK SARANG BURUNG WALET 1) Pajak Sarang Burung Walet i. PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH & BANGUNAN 1) Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah & Bangunan 2. RETRIBUSI DAERAH a. RETRIBUSI JASA UMUM 1) RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN a) Pelayanan Kesehatan (Dinas Kesehatan) 2) RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN a) Sampah Industri,Pertokoan,Perumahan/Permukiman b) Sampah Lingkungan Pasar c) Retribusi Biaya Penggantian KTP & Akte Catatan Sipil d) Retribusi Pel Pemakaman & Pengabuan Mayat e) Retribusi Pel Parkir Di Tepi Jalan Umum f) Retribusi Pelayanan Umum g) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor h) Retribusi Pemerks Alat Pemadam Kebakaran i) Retribusi Jasa Pemeriksaan Kesehatan Hewan b. RETRIBUSI JASA USAHA 1) RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH a) Sewa Alat-Alat Besar/Mesin Daerah dan Penggunaan Lab.Pengujian jalan & Jembatan b) Sewa Gedung Sartika c) Pemeriksaan Sample Daging (Kesmavet) d) Sewa Tanah Pemasangan dan Pnggung Reklame
  • 31. 31 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES e) Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan f) Retribusi Terminal g) Retribusi Tempat Kusus Parkir h) Retribusi Penyediaan/Penyedotan Kakus i) Reribusi Jasa Usaha Rumah Potang Hewan j) Retribusi Usaha Penjualan Produk Daerah k) Retribusi Penyediaan Benih dan Induk Ikan dari BBI 2) PENERIMAAN DARI MCK a) Lingkungan Terminal b) Lingkungan Pasar 3) RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) b) Retribusi Izin Gangguan/Keramaian c) Retribusi Trayek/Angkutan d) Retribusi Izin Usaha Kepariwsataan D. EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA Sesuai Pasal 10 Ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa dan Pasal 118 Ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Desa mengamanatkan bahwa Rancangan peraturan desa tentang APBDesa, APBDesa perubahan, Pungutan, dan Penataan Ruang yang telah disetujui bersama dengan BPD, sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat untuk dievaluasi. Selanjutnya Bupati melalui SKPD terkait sesuai kewenangannya melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Desa untuk menguji kesesuaian Rancangan Peraturan Desa dengan kepentingan umum, dan/atau peraturan perundangundangan lain yang lebih tinggi. Hasil Evaluasi dapat berupa persetujuan atau penolakan. Kemudian hasil evaluasi disampaikan oleh Bupati kepada Kepala Desa dalam jangka waktu paling lambat 20 (Dua Puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa dimaksud.
  • 32. 32 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES Hasil evaluasi berupa penolakan disampaikan dengan disertai alasan penolakan. Sedangkan dalam hal hasil evaluasi berupa persetujuan, Rancangan Peraturan Desa dimaksud dapat langsung ditetapkan. Dalam hal hasil evaluasi berupa penolakan, Rancangan Peraturan desa dimaksud dapat diperbaiki Kepala Desa bersama BPD yang bersangkutan, untuk kemudian disampaikan kembali kepada Bupati . Penyampaian rancangan Peraturan Desa ke Bupati melalui Camat untuk di evaluasi disertai dengan : 1. Berita Acara persetujuan bersama Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa atas Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa 2. Berita Acara Rapat Badan Permusyawaratan Desa 3. Keputusan Badan Permusyawaratan Desa tentang Persetujuan Pembahasan Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa. 4. Daftar Hadir Badan Permusyawaratan Desa dalam Rapat Pembahasan Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa E. PENUTUP Demikian Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Peraturan Desa, agar dipahami dan dipedomani. Cikarang Pusat, KEPALA BADAN PEMEBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA, Drs. HERMAN HANAPI Pembina Tingkat I NIP. 19630412 198503 1 014
  • 33. 33 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Peraturan Desa
  • 34. 34 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES CONTOH FORMAT RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG PENGUTAN DESA RANCANGAN PERATURAN DESA ........................ KECAMATAN ........................ KABUPATEN BEKASI NOMOR TAHUN ................. TENTANG PUNGUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA ........................, Menimbang : a. bahwa Pungutan Desa merupakan salah satu sumber pendapatan desa sebagai bentuk sawadaya / partisipasi masyarakat dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Desa dengan memperhatikan aspek kemampuan dan keadilan masyarakat setempat ; b. bahwa rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan perwujudan kemadirian desa, dipandang perlu untuk dilakukan penetapan Jenis pungutan desa dan besaran pungutan desa. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diatas, maka perlu menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
  • 35. 35 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);p 7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 26 Tahun 2001 tentang Penataan, Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan di Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2001 Nomor 12 seri D); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 2); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 6);
  • 36. 36 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 14. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2009 Nomor 7) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 4); 15. Peraturan Bupati Bekasi Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa Dengan Persetujuan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ........................ dan KEPALA DESA ........................ MEMUTUSKAN: Menetapkan : RANCANGAN PERATURAN DESA ........................TENTANG PUNGUTAN DESA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi. 2. Bupati adalah Bupati Bekasi. 3. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia 5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 6. Kepala Desa adalah pimpinan penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan Desa. 7. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
  • 37. 37 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 8. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa. 9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disebut APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan BPD, yang ditetapkan dengan peraturan desa ; 10. Pungutan Desa adalah segala bentuk pungutan berupa uang maupun benda dan atau barang yang dilakukan oleh Pemerintah Desa, berdasarkan pertimbangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat di Desa, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa dalam rangka peningkatan penyelenggaraan Pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di desa. BAB II JENIS PUNGUTAN Pasal 2 Jenis-jenis pungutan yang dapat dilaksanakan oleh Desa meliputi : a. Pungutan yang berasal dari biaya administrasi permohonan surat-surat keterangan sebagai berikut : 1. Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) 2. Surat Keterangan nikah dan rujuk 3. ....... *dst b. Legalisasi surat c. Administrasi Pertanahan d. Administrasi Kependudukan e. Pasar Desa f. Iuran Desa g. ....... *dst BAB III BESARAN PUNGUTAN DESA Pasal 3 Besaran Pungutan Desa ditetapkan sebagai berikut : a. Pungutan yang berasal dari biaya administrasi permohonan surat-surat keterangan sebagai berikut : 1. Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) dengan Klasifikasi sebagai Berikut: a) Usaha Kecil Rp.........., b) Usaha Menengah Rp.........., c) Usaha Besar Rp..........,
  • 38. 38 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 2. Surat Keterangan nikah dan rujuk Rp.........., 3. ....... *dst b. untuk Legalisasi surat Rp.........., c. Administrasi Pertanahan Rp.........., d. Administrasi Kependudukan Rp.........., e. Pasar Desa Rp.........., f. Iuran Desa Rp.........., g. ....... *dst BAB III PELAKSANAAN DAN PENGELOLAAN PUNGUTAN DESA; Pasal 4 (1) Pungutan Desa dilaksanakan oleh Kepala Desa dibantu oleh Perangkat Desa dan/atau Petugas yang ditunjuk oleh Kepala Desa berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa (2) Pelaksanaan Pungutan Desa dicatat dalam Buku Kas Desa sebagai Pendapatan Desa. (3) Hasil Pungutan Desa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Desa. (4) Pengelolaan hasil Pungutan Desa sebagaimana dimaksud ayat (3), ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGAWASAN PUNGUTAN DESA Pasal 5 (1) Pertanggungjawaban pelaksanaan pengawasan pendapatan desa yang berasal dari pungutan desa sesuai dengan ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dan disampaikan dalam laporan pertanggungjawaban kepala desa. (2) Pengawasan terhadap pelaksanaan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Bupati atau pejabat lainnya yang ditunjuk dan BPD.
  • 39. 39 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 6 Kepala Desa menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan Pungutan Desa sebagai landasan operasional pelaksanaan Pungutan Desa Pasal 7 Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bekasi. Ditetapkan di .............(*Nama Desa ybs) pada tanggal KEPALA DESA ........................ (huruf kapital dan tanpa gelar) Diundangkan di Bekasi pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BEKASI, .................................................. BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN ....... NOMOR .................
  • 40. 40 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES FORMAT BERITA ACARA PERSETUJUAN BERSAMA KEPALA DESA DAN BPD BERITA ACARA NOMOR: …..……………………… ....................................... PERSETUJUAN BERSAMA KEPALA DESA …………………… DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …………………… ATAS RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA TAHUN …………………… TAHUN ANGGARAN ....... Pada hari ini, ............., tanggal, ................................, Kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : …………………………….. Jabatan : Kepala Desa ……………… Alamat Kantor : Jl. ……………………….. No. …………………. (dsb) bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Desa ........................, selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA 2. Nama : …………………………….. Jabatan : Ketua Badan Permusyawaratan Desa ……………… Alamat Kantor : Jl. ……………………….. No. …………………. (dsb) Sebagai pimpinan Badan Permusyawaratan Desa bertindak dan atas nama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ......................................., selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA
  • 41. 41 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES Menyatakan bahwa: 1. Kepala Desa ..................... dan BPD ....................... telah memperoleh persetujuan bersama atas Rancangan Peraturan Desa tentang Pengutan Desa Tahun ....... 2. Jenis dan besaran Pungutan Desa yang tertera pada Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa Tahun....... ini sesuai kesepakatan yang ditetapkan bersama antara Kepala Desa dan BPD. 3. ........ 4. ....... *dst Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dijadikan sebagai dokumen evaluasi dan dasar dalam evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa Tahun ........ Kepala Desa ......................... Ketua BPD .......................... tanda tangan tanda tangan nama lengkap nama lengkap Wakil Ketua BPD .......................... tanda tangan nama lengkap Sekretaris BPD .......................... tanda tangan nama lengkap
  • 42. 42 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES CONTOH FORMAT KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ( BPD ) KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA NOMOR .........../.............../........ TENTANG PERSETUJUAN PEMBAHASAN RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA................................, Menimbang : a. bahwa berdasarkan surat dari Kepala Desa ........ Nomor...........tanggal...........perihal Permohonan persetujuan Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa, maka perlu persetujuan Pembahasan Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, perlu menetapkan Keputusan Badan Permusyawaratan Desa............................... . Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lewmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
  • 43. 43 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 26 Tahun 2001 tentang Penataan, Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan di Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2001 Nomor 12 seri D); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 2); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 6); 13. Peraturan Bupati Bekasi Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa
  • 44. 44 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES MEMUTUSKAN Menetapkan : PERTAMA : Menyetujui pembahasan Rancangan Peraturan Desa ......... tentang Pungutan Desa KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di .............(*Nama Desa ybs) pada tanggal BADAN PERMUSYAWARATAN DESA KETUA, (huruf kapital dan tanpa gelar)
  • 45. 45 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES DAFTAR HADIR ANGGOTA BPD RAPAT : BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA : ....................................................... KECAMATAN : ....................................................... KABUPATEN : BEKASI TANGGAL : ........................................................ ACARA SIDANG : PERSETUJUAN PEMBAHASAN RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA NO NAMA JABATAN TANDA TANGAN 1 2 3 4 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12
  • 46. 46 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 13 13 KETERANGAN .........................., ................................... 1. Jumlah Anggota :................orang BADAN PERMUSYAWARATAN DESA 2. H a d i r :................orang KETUA 3. Tidak Hadir :................orang 4. Qorum : Memenuhi / Tidak Memenuhi (huruf kapital dan tanpa gelar)
  • 47. 47 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES CONTOH FORMAT PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA PERATURAN DESA ........................ KECAMATAN ........................ KABUPATEN BEKASI NOMOR ........... TAHUN ................. TENTANG PUNGUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA ........................, Menimbang : a. bahwa Pungutan Desa merupakan salah satu sumber pendapatan desa sebagai bentuk swadaya / partisipasi masyarakat dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Desa dengan memperhatikan aspek kemampuan dan keadilan masyarakat setempat ; b. bahwa rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan perwujudan kemadirian desa, dipandang perlu untuk dilakukan penetapan Jenis pungutan desa dan besaran pungutan desa. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diatas, maka perlu menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
  • 48. 48 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);p 6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 26 Tahun 2001 tentang Penataan, Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan di Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2001 Nomor 12 seri D); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 2); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 6); 13. Peraturan Bupati Bekasi Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa
  • 49. 49 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES Dengan Persetujuan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ........................ dan KEPALA DESA ........................ MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DESA ........................TENTANG PUNGUTAN DESA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi. 2. Bupati adalah Bupati Bekasi. 3. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia 5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 6. Kepala Desa adalah pimpinan penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan Desa. 7. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 8. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa. 9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disebut APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan BPD, yang ditetapkan dengan peraturan desa ;
  • 50. 50 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 10. Pungutan Desa adalah segala bentuk pungutan berupa uang maupun benda dan atau barang yang dilakukan oleh Pemerintah Desa, berdasarkan pertimbangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat di Desa, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa dalam rangka peningkatan penyelenggaraan Pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di desa. BAB II JENIS PUNGUTAN Pasal 2 Jenis-jenis pungutan yang dapat dilaksanakan oleh Desa meliputi : a. Pungutan yang berasal dari biaya administrasi permohonan surat-surat keterangan sebagai berikut : 1. Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) 2. Surat Keterangan nikah dan rujuk 3. ....... *dst b. Legalisasi surat c. Administrasi Pertanahan d. Administrasi Kependudukan e. Pasar Desa f. Iuran Desa g. ....... *dst BAB III BESARAN PUNGUTAN DESA Pasal 3 Besaran Pungutan Desa ditetapkan sebagai berikut : a. Pungutan yang berasal dari biaya administrasi permohonan surat-surat keterangan sebagai berikut : 1. Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) dengan Klasifikasi sebagai Berikut: a) Usaha Kecil Rp.........., b) Usaha Menengah Rp.........., c) Usaha Besar Rp.........., 2. Surat Keterangan nikah dan rujuk Rp..........,
  • 51. 51 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 3. ....... *dst b. untuk Legalisasi surat Rp.........., c. Administrasi Pertanahan Rp.........., d. Administrasi Kependudukan Rp.........., e. Pasar Desa Rp.........., f. Iuran Desa Rp.........., g. ....... *dst BAB III PELAKSANAAN DAN PENGELOLAAN PUNGUTAN DESA; Pasal 4 (1) Pungutan Desa dilaksanakan oleh Kepala Desa dibantu oleh Perangkat Desa dan/atau Petugas yang ditunjuk oleh Kepala Desa berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa (2) Pelaksanaan Pungutan Desa dicatat dalam Buku Kas Desa sebagai Pendapatan Desa. (3) Hasil Pungutan Desa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Desa. (4) Pengelolaan hasil Pungutan Desa sebagaimana dimaksud ayat (3), ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGAWASAN PUNGUTAN DESA Pasal 5 (1) Pertanggungjawaban pelaksanaan pengawasan pendapatan desa yang berasal dari pungutan desa sesuai dengan ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dan disampaikan dalam laporan pertanggungjawaban kepala desa. (2) Pengawasan terhadap pelaksanaan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Bupati atau pejabat lainnya yang ditunjuk dan BPD.
  • 52. 52 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 6 Kepala Desa menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan Pungutan Desa sebagai landasan operasional pelaksanaan Pungutan Desa Pasal 7 Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bekasi. Ditetapkan di .............(*Nama Desa ybs) pada tanggal KEPALA DESA ........................ (huruf kapital dan tanpa gelar) Diundangkan di Bekasi pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BEKASI, .................................................. BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN ....... NOMOR .................
  • 53. 53 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES CONTOH FORMAT KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ( BPD ) KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA NOMOR .........../.............../........ TENTANG PERSETUJUAN RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA MENJADI PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA................................, Menimbang : a. bahwa dengan telah dilaksanakan pembahasan Rancangan Peraturan Desa........ tentang Pungutan Desa maka perlu persetujuan penetapan Rancangan Peraturan Desa........tersebut menjadi Peraturan Desa b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, perlu menetapkan Keputusan Badan Permusyawaratan Desa............................... . Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lewmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
  • 54. 54 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 26 Tahun 2001 tentang Penataan, Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan di Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2001 Nomor 12 seri D); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 2); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 Nomor 6); 13. Peraturan Bupati Bekasi Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa
  • 55. 55 JUKNIS PENYUSUNAN RAPERDES MEMUTUSKAN Menetapkan : PERTAMA : Menyetujui Rancangan Peraturan Desa ......... tentang Pungutan Desa menjadi Peraturan Desa. KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di .............(*Nama Desa ybs) pada tanggal BADAN PERMUSYAWARATAN DESA KETUA, (huruf kapital dan tanpa gelar)