SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 1
Downloaden Sie, um offline zu lesen
llmu&Teknologi

RABU, 18 DESEMBER 2013 I KORAN TEMPO

12

FOTO-FOTO: TEMPO/FIRMAN HIDAYAT

Bukan Obyek
Pembangunan
o Rights, No REDD+.”
Kalimat ini merupakan semboyan yang dipegang teguh
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
(AMAN) dalam bernegosiasi di dalam
dan luar negeri. “Karena sekitar 30
persen masyarakat adat di Nusantara
tinggal di daerah-daerah yang rentan
terkena dampak-dampak perubahan
lingkungan, terutama yang di daerah
pesisir,” kata Sekretaris Jenderal
AMAN, Abdon Nababan.
Akhir November lalu, AMAN
menggelar acara Konsultasi Nasional
REDD+ (Reduction of Emissions from
Deforestation and Forest Degradation
atau pengurangan emisi dari deforestasi dan perusakan hutan). Puluhan
wakil masyarakat adat dari berbagai
daerah hadir di Jakarta.
Mina Susana Setra, Deputi Urusan
Politik, Hukum, dan Advokasi AMAN,
mengatakan jika hak-hak masyarakat
adat tidak diakui dan dilindungi, mereka tidak akan mendukung REDD+.
Menurut dia, semboyan itu penting
bagi kepastian hak-hak masyarakat
adat, kepastian tenurial, dan pengelolaan wilayah. “Serta dukungan
terhadap kearifan masyarakat adat
sebagai alternatif solusi mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim,” katanya.
William Sabandar, Ketua Tim Khusus REDD+ di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Pembangunan (UKP4), menjelaskan,
kebijakan pemerintah menempatkan
masyarakat adat sebagai obyek itu
tidak benar. “Ada paradigma kalau
pemerintah itu selalu benar. Kenyataannya tidak seperti itu. Banyak kasus
di Indonesia yang menunjukkan kalau
pemerintahlah penyebab masalah
pembangunan,” kata William dalam
Konsultasi Nasional REDD+ itu. ● UWD

“N

Warga Kampung Long Duhung di kebun persemaian karet di Kabupaten Berau.

KAMPUNG
IKLIM

DI BELANTARA
BORNEO
Program
REDD+ harus
mengakui
hak-hak
masyarakat
adat. Bukan
soal jual-beli
karbon.

Untung Widyanto
untung@tempo.co.id

B

ANGKU, meja, dan sesaji
disiapkan warga Kampung
Long Duhung, Kabupaten
Berau, Kalimantan Timur. Samion
Eng, Kepala Adat Dayak Mapenen,
dan Eng Misak Lungui, Kepala
Kampung Long Duhung, berdandan rapi. Senin, 2 Desember lalu,
mereka kedatangan Bupati Berau
Makmur HAPK dan pimpinan
The Nature Conservancy (TNC).
Para tamu itu menghadiri deklarasi penetapan Long Duhung
sebagai Kampung Iklim. “Ini
bukan sekadar jual-beli karbon,
masyarakat pedalaman, seperti
Long Duhung, sangat bergantung
pada hutan untuk menopang

Kayu hasil hak pengelolaan hutan di Kabupaten Berau.

kehidupan. Tak penting soal uang
karbon,”kata Makmur seusai deklarasi. Menurut dia, warga sangat
menyadari pentingnya hutan bagi
kehidupan umat manusia.
TNC sejak 10 tahun ini mendampingi warga melalui Program
Karbon Hutan Berau guna menjaga kelestarian hutan. Country
Director TNC Indonesia, Rizal
Algamar, mengatakan ketergantungan terhadap hutan terancam
seiring menurunnya kualitas
hutan dan kelimpahan sumber
daya hutan. “Warga memiliki
kekuatan dan aset yang dapat
didayagunakan untuk mengatasi
tantangan perubahan iklim ini,”
katanya.

Untuk program ini, TNC
memberi dua juta bibit pohon
karet bagi warga Long Duhung.
Mereka juga menyiapkan tim
ahli untuk mendampingi warga
selama merawat pohon hingga
masa panen. Maklum, warga
Long Duhung sama sekali tidak
memiliki pengalaman berkebun,
terutama dengan tanaman karet.
“Kami memang masih ragu karena, untuk panen, pohon karet
membutuhkan waktu tiga tahun,”
kata Samion Eng.
Keraguan utamanya tentang
perubahan aktivitas dasar warga,
yaitu berladang, berburu, dan
menjala. Selama ini warga berladang dengan menanam padi

gunung, yang dipanen enam bulan
sekali. Aktivitas sampingan lainnya, mendulang emas dari sungai
dan membuat perahu. Dengan
berkebun karet, kata Samion,
waktu akan tersedot hanya untuk
menjaga kebun karet selama tiga
tahun.“Tapi kami akan coba, apakah nanti menguntungkan kami
atau tidak,” katanya.
Anggota tim ahli, Profesor
Arriffien Bratawinata, menjelaskan bahwa menanam karet akan
mendatangkan hasil berkelanjutan. “Butuh waktu mengubah
pola hidup warga kampung, tapi
saya yakin dari karet mereka bisa
menerima hasil untuk kebutuhan
hidupnya,” katanya.
Masalah lain yang dihadapi
warga Kampung Long Duhung,
yang luasnya 51 ribu kilometer
persegi, adalah lingkungan sekitar. Letak kampung ini di tengah
belantara hutan dataran rendah
Kalimantan. Kampung itu masuk
area konsesi empat perusahaan
pemegang hak pengelolaan hutan,
yaitu PT Mahardika Insan Mulya,
Karya Lestari, Waha Bhakti, dan
Aditya. Ada 35 keluarga yang
hidup di kampung ini dan berasal dari Suku Dayak Punan
(Mapenan). ● FIRMAN HIDAYAT [BERAU]

RABU, 18 DESEMBER 2013

Internasional
KONTROVERSI AMNESTI
UNTUK SNOWDEN
Ide ini dikhawatirkan memotivasi
aksi serupa Snowden lainnya di masa
mendatang.
Abdul Manan
a_manan@tempo.co.id

E

ks analis di badan
intelijen sinyal Amerika Serikat National
Security Agency (NSA),
Edward Snowden, membuat pusing komunitas intelijen
dan pejabat di Washington. Aksi
pembocoran dokumen rahasia
yang dilakukannya pada Juni
lalu membuat praktek penyadapan dan pengawasan badan
intelijen AS menjadi terbuka
kepada publik dan mengundang
kemarahan negara-negara yang
menjadi sasarannya.
Snowden lari dari Hawaii,
pos penempatan terakhirnya di
NSA, pada 20 Mei 2013 menuju
Hong Kong, sebelum ke Rusia.
Di Hong Kong, ia membocorkan
dokumen NSA kepada jurnalis
Guardian, Glenn Greenwald,
dan pembuat film dokumenter
Laura Poitras. Dokumen itu
berisi program rahasia NSA dan
kolega intelijennya dari berbagai negara.
Berita soal aksi spionase NSA
bermunculan di media setelah
pertemuan di Hong Kong itu.
Kabar bahwa NSA memantau
komunikasi sejumlah kepala
negara dunia, termasuk Kanselir
Jerman Angela Merkel, membuat Amerika Serikat harus meredakan kemarahan para kolega
internasionalnya itu. Program
pengumpulan data telepon dan
Internet secara global membuat
pemerintah Obama melanggar
privasi dan melabrak hukum di
sejumlah negara.
Di tengah situasi itulah
muncul ide pemberian amnesti
kepada Snowden. “Pandangan
pribadi saya adalah, ya, cukup
layak untuk mendiskusikan soal
itu,” kata Richard Ledgett, pejabat NSA yang bertugas menilai
kerusakan yang disebabkan
oleh pembocoran dokumen oleh
Snowden, dalam wawancara
dengan CBS, Ahad lalu. Ledgett
adalah kandidat pengganti
Wakil Direktur NSA yang akan
segera pensiun, John C. Inglis.
Sebagai balasannya, Snowden
harus pulang ke Amerika dan

mengembalikan
dokumen
yang diambilnya. Jika diberi
amnesti, Snowden bisa terbebas dari dakwaan yang diajukan Departemen Kehakiman
AS pada Juni lalu. Ia didakwa
dengan pasal pencurian aset
pemerintah, melakukan komunikasi yang tidak sah terkait
dengan informasi keamanan
nasional, dan “mengkomunikasikan informasi intelijen yang
dirahasiakan dengan orang yang
tidak berhak”. Setiap ide untuk
memberi amnesti harus disetujui Departemen Kehakiman.
Tapi, badan ini tidak bersedia
mengomentari isu amnesti ini.
Ide tersebut memicu kontroversi. Direktur NSA Jenderal
Keith Alexander mengatakan
kepada CBS bahwa pemberian
amnesti akan seperti memberi
penghargaan kepada pembocor dan itu berpotensi menjadi
insentif bagi yang melakukan
hal serupa di masa mendatang.
Juru bicara Departemen Luar
Negeri AS, Marie Harf, menyebut ide Ledgett itu sebagai pandangan pribadi. “Posisi kami
belum berubah. Snowden menghadapi tuduhan sangat serius
dan harus kembali ke Amerika
Serikat untuk menghadapi dakwaan itu,” kata Harf, Ahad lalu.
Eks Direktur NSA, Jenderal
Michael Hayden, punya pandangan serupa. “Saya tidak
akan melakukannya. Itu hanya
akan memotivasi aksi serupa
Snowden lainnya di masa mendatang,” ujarnya.
Kepada New York Times,
Oktober lalu, Snowden mengatakan bahwa dia melepaskan diri
dari dokumen yang diambilnya
dari NSA sebelum meninggalkan Hong Kong menuju Rusia
dan mendapat suaka setahun di
sana. Itu upaya preventif agar
dokumen itu jauh dari jangkauan intelijen Rusia.
Kepada NewYork Times, Sabtu
lalu, pejabat senior AS menyatakan NSA tidak percaya bahwa
dokumen Snowden ini lolos dari
jangkauan intelijen Rusia dan
Cina. Ia juga mengatakan pemerintah mungkin tidak pernah
tahu berapa banyak dokumen
yang diambil Snowden. Pejabat

AS sebelumnya menaksir
dokumen yang mungkin
diambil Snowden sekitar
200 ribu.
Menurut Ledgett, NSA
masih khawatir soal publikasi lebih lanjut karena
meyakini sebagian besar
dokumen Snowden itu
belum semuanya dipublikasikan media. Media
Inggris, Guardian, dalam
sidang dengar pendapat di
Parlemen Inggris pada awal
Desember lalu, mengatakan
mereka baru menerbitkan 1

persen dari sekitar 58 ribu
dokumen Snowden.
Eks analis NSA itu kembali ke AS ataupun tidak,
pemerintahan Obama kini
bergulat dengan adanya
kemungkinan pembocoran serupa di masa depan.
Ledgett dan pejabat NSA
lain mengatakan, mereka
kini membuat inisiatif teknis
baru untuk mencegah adanya “Snowden baru” dengan
memperketat pengamanan
data secara internal.
● GUARDIAN | NEW YORK TIMES | CBS

ILUSTRASI:
TEMPO/IMAM YUNNI

EKS ANGGOTA
POLITBIRO CINA
DIJERAT KASUS
KORUPSI
» 30

29

Bocoran Rahasia
Snowden
● PROGRAM PRISM
Prism adalah program pengawasan
rahasia NSA, dengan biaya US$ 20 juta setahun, yang memberi NSA akses ke server
perusahaan teknologi terbesar di Amerika
Serikat, seperti Google, Apple, Microsoft,
Facebook, AOL, PalTalk, dan Yahoo!. Badan
intelijen sinyal Inggris, GCHQ, memiliki
akses ke data program Prism. Perusahaan
teknologi itu membantah NSA mengakses
ke server mereka. NSA membayar jutaan
dolar AS kepada perusahaan yang ikut
dalam program Prism.
● PROYEK TEMPORA
Badan intelijen Inggris GCHQ menyadap
kabel serat optik dan menggunakannya
untuk menciptakan “penyangga Internet”
raksasa bernama Tempora, yang mengalir
masuk dan keluar dari Inggris. Isi dari komunikasi diambil oleh sistem dan disimpan
selama tiga hari, sedangkan metadata-informasi soal pengirim, penerima, waktu,
dan banyak lagi--disimpan sampai 30 hari.
Perusahaan-perusahaan telekomunikasi
yang disebut terlibat dalam program ini
antara lain BT, Verizon Business, Vodafone
Cable, Global Crossing, Level 3 Viatel, dan
Interoute.
● PENGUMPULAN CATATAN
TELEPON
NSA mengumpulkan catatan
telepon (metadata) jutaan orang
Amerika, yang dimulai pada masa
Presiden George W. Bush. Program
ini memungkinkan NSA menyimpan
data siapa yang dihubungi orang
Amerika, kapan, dan untuk berapa
lama. Namun NSA tidak diizinkan
untuk menyimpan isi percakapannya.
● PROGRAM UPSTREAM
Upstream mengacu pada sejumlah program intersepsi massal yang
dilakukan oleh NSA, dengan nama sandi
FAIRVIEW, STORMBREW, OAKSTAR, dan
BLARNEY. Program ini melibatkan penyadapan kabel komunikasi serat optik, baik
yang melintasi Amerika Serikat maupun di
stasiun darat kabel bawah laut.
Program ini memungkinkan NSA mengakses ke harta karun data telepon dan
Internet. NSA menyimpan semua metadata
yang diperoleh melalui Upstream dan Prism
dalam sistem database yang disebut MARINA selama 12 bulan.
● PERETASAN ENSKRIPSI
NSA dan GCHQ telah melakukan upaya
sistematis untuk mengacaukan enkripsi,
teknologi yang menjadi dasar dari
aspek keselamatan dan keamanan
Internet, termasuk akun e-mail,
perdagangan, perbankan, dan catatan
resmi. Nama sandi yang dipakai untuk
program ultrarahasia ini menggunakan
istilah pertempuran perang sipil masing-masing negara: BULLRUN untuk
NSA dan Edgehill untuk GCHQ.
● BAHAN: ABDUL MANAN | GUARDIAN

Edward Snowden

Weitere ähnliche Inhalte

Empfohlen

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by HubspotMarius Sescu
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTExpeed Software
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsPixeldarts
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthThinkNow
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfmarketingartwork
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 

Empfohlen (20)

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPT
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 

REDD

  • 1. llmu&Teknologi RABU, 18 DESEMBER 2013 I KORAN TEMPO 12 FOTO-FOTO: TEMPO/FIRMAN HIDAYAT Bukan Obyek Pembangunan o Rights, No REDD+.” Kalimat ini merupakan semboyan yang dipegang teguh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dalam bernegosiasi di dalam dan luar negeri. “Karena sekitar 30 persen masyarakat adat di Nusantara tinggal di daerah-daerah yang rentan terkena dampak-dampak perubahan lingkungan, terutama yang di daerah pesisir,” kata Sekretaris Jenderal AMAN, Abdon Nababan. Akhir November lalu, AMAN menggelar acara Konsultasi Nasional REDD+ (Reduction of Emissions from Deforestation and Forest Degradation atau pengurangan emisi dari deforestasi dan perusakan hutan). Puluhan wakil masyarakat adat dari berbagai daerah hadir di Jakarta. Mina Susana Setra, Deputi Urusan Politik, Hukum, dan Advokasi AMAN, mengatakan jika hak-hak masyarakat adat tidak diakui dan dilindungi, mereka tidak akan mendukung REDD+. Menurut dia, semboyan itu penting bagi kepastian hak-hak masyarakat adat, kepastian tenurial, dan pengelolaan wilayah. “Serta dukungan terhadap kearifan masyarakat adat sebagai alternatif solusi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” katanya. William Sabandar, Ketua Tim Khusus REDD+ di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), menjelaskan, kebijakan pemerintah menempatkan masyarakat adat sebagai obyek itu tidak benar. “Ada paradigma kalau pemerintah itu selalu benar. Kenyataannya tidak seperti itu. Banyak kasus di Indonesia yang menunjukkan kalau pemerintahlah penyebab masalah pembangunan,” kata William dalam Konsultasi Nasional REDD+ itu. ● UWD “N Warga Kampung Long Duhung di kebun persemaian karet di Kabupaten Berau. KAMPUNG IKLIM DI BELANTARA BORNEO Program REDD+ harus mengakui hak-hak masyarakat adat. Bukan soal jual-beli karbon. Untung Widyanto untung@tempo.co.id B ANGKU, meja, dan sesaji disiapkan warga Kampung Long Duhung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Samion Eng, Kepala Adat Dayak Mapenen, dan Eng Misak Lungui, Kepala Kampung Long Duhung, berdandan rapi. Senin, 2 Desember lalu, mereka kedatangan Bupati Berau Makmur HAPK dan pimpinan The Nature Conservancy (TNC). Para tamu itu menghadiri deklarasi penetapan Long Duhung sebagai Kampung Iklim. “Ini bukan sekadar jual-beli karbon, masyarakat pedalaman, seperti Long Duhung, sangat bergantung pada hutan untuk menopang Kayu hasil hak pengelolaan hutan di Kabupaten Berau. kehidupan. Tak penting soal uang karbon,”kata Makmur seusai deklarasi. Menurut dia, warga sangat menyadari pentingnya hutan bagi kehidupan umat manusia. TNC sejak 10 tahun ini mendampingi warga melalui Program Karbon Hutan Berau guna menjaga kelestarian hutan. Country Director TNC Indonesia, Rizal Algamar, mengatakan ketergantungan terhadap hutan terancam seiring menurunnya kualitas hutan dan kelimpahan sumber daya hutan. “Warga memiliki kekuatan dan aset yang dapat didayagunakan untuk mengatasi tantangan perubahan iklim ini,” katanya. Untuk program ini, TNC memberi dua juta bibit pohon karet bagi warga Long Duhung. Mereka juga menyiapkan tim ahli untuk mendampingi warga selama merawat pohon hingga masa panen. Maklum, warga Long Duhung sama sekali tidak memiliki pengalaman berkebun, terutama dengan tanaman karet. “Kami memang masih ragu karena, untuk panen, pohon karet membutuhkan waktu tiga tahun,” kata Samion Eng. Keraguan utamanya tentang perubahan aktivitas dasar warga, yaitu berladang, berburu, dan menjala. Selama ini warga berladang dengan menanam padi gunung, yang dipanen enam bulan sekali. Aktivitas sampingan lainnya, mendulang emas dari sungai dan membuat perahu. Dengan berkebun karet, kata Samion, waktu akan tersedot hanya untuk menjaga kebun karet selama tiga tahun.“Tapi kami akan coba, apakah nanti menguntungkan kami atau tidak,” katanya. Anggota tim ahli, Profesor Arriffien Bratawinata, menjelaskan bahwa menanam karet akan mendatangkan hasil berkelanjutan. “Butuh waktu mengubah pola hidup warga kampung, tapi saya yakin dari karet mereka bisa menerima hasil untuk kebutuhan hidupnya,” katanya. Masalah lain yang dihadapi warga Kampung Long Duhung, yang luasnya 51 ribu kilometer persegi, adalah lingkungan sekitar. Letak kampung ini di tengah belantara hutan dataran rendah Kalimantan. Kampung itu masuk area konsesi empat perusahaan pemegang hak pengelolaan hutan, yaitu PT Mahardika Insan Mulya, Karya Lestari, Waha Bhakti, dan Aditya. Ada 35 keluarga yang hidup di kampung ini dan berasal dari Suku Dayak Punan (Mapenan). ● FIRMAN HIDAYAT [BERAU] RABU, 18 DESEMBER 2013 Internasional KONTROVERSI AMNESTI UNTUK SNOWDEN Ide ini dikhawatirkan memotivasi aksi serupa Snowden lainnya di masa mendatang. Abdul Manan a_manan@tempo.co.id E ks analis di badan intelijen sinyal Amerika Serikat National Security Agency (NSA), Edward Snowden, membuat pusing komunitas intelijen dan pejabat di Washington. Aksi pembocoran dokumen rahasia yang dilakukannya pada Juni lalu membuat praktek penyadapan dan pengawasan badan intelijen AS menjadi terbuka kepada publik dan mengundang kemarahan negara-negara yang menjadi sasarannya. Snowden lari dari Hawaii, pos penempatan terakhirnya di NSA, pada 20 Mei 2013 menuju Hong Kong, sebelum ke Rusia. Di Hong Kong, ia membocorkan dokumen NSA kepada jurnalis Guardian, Glenn Greenwald, dan pembuat film dokumenter Laura Poitras. Dokumen itu berisi program rahasia NSA dan kolega intelijennya dari berbagai negara. Berita soal aksi spionase NSA bermunculan di media setelah pertemuan di Hong Kong itu. Kabar bahwa NSA memantau komunikasi sejumlah kepala negara dunia, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel, membuat Amerika Serikat harus meredakan kemarahan para kolega internasionalnya itu. Program pengumpulan data telepon dan Internet secara global membuat pemerintah Obama melanggar privasi dan melabrak hukum di sejumlah negara. Di tengah situasi itulah muncul ide pemberian amnesti kepada Snowden. “Pandangan pribadi saya adalah, ya, cukup layak untuk mendiskusikan soal itu,” kata Richard Ledgett, pejabat NSA yang bertugas menilai kerusakan yang disebabkan oleh pembocoran dokumen oleh Snowden, dalam wawancara dengan CBS, Ahad lalu. Ledgett adalah kandidat pengganti Wakil Direktur NSA yang akan segera pensiun, John C. Inglis. Sebagai balasannya, Snowden harus pulang ke Amerika dan mengembalikan dokumen yang diambilnya. Jika diberi amnesti, Snowden bisa terbebas dari dakwaan yang diajukan Departemen Kehakiman AS pada Juni lalu. Ia didakwa dengan pasal pencurian aset pemerintah, melakukan komunikasi yang tidak sah terkait dengan informasi keamanan nasional, dan “mengkomunikasikan informasi intelijen yang dirahasiakan dengan orang yang tidak berhak”. Setiap ide untuk memberi amnesti harus disetujui Departemen Kehakiman. Tapi, badan ini tidak bersedia mengomentari isu amnesti ini. Ide tersebut memicu kontroversi. Direktur NSA Jenderal Keith Alexander mengatakan kepada CBS bahwa pemberian amnesti akan seperti memberi penghargaan kepada pembocor dan itu berpotensi menjadi insentif bagi yang melakukan hal serupa di masa mendatang. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf, menyebut ide Ledgett itu sebagai pandangan pribadi. “Posisi kami belum berubah. Snowden menghadapi tuduhan sangat serius dan harus kembali ke Amerika Serikat untuk menghadapi dakwaan itu,” kata Harf, Ahad lalu. Eks Direktur NSA, Jenderal Michael Hayden, punya pandangan serupa. “Saya tidak akan melakukannya. Itu hanya akan memotivasi aksi serupa Snowden lainnya di masa mendatang,” ujarnya. Kepada New York Times, Oktober lalu, Snowden mengatakan bahwa dia melepaskan diri dari dokumen yang diambilnya dari NSA sebelum meninggalkan Hong Kong menuju Rusia dan mendapat suaka setahun di sana. Itu upaya preventif agar dokumen itu jauh dari jangkauan intelijen Rusia. Kepada NewYork Times, Sabtu lalu, pejabat senior AS menyatakan NSA tidak percaya bahwa dokumen Snowden ini lolos dari jangkauan intelijen Rusia dan Cina. Ia juga mengatakan pemerintah mungkin tidak pernah tahu berapa banyak dokumen yang diambil Snowden. Pejabat AS sebelumnya menaksir dokumen yang mungkin diambil Snowden sekitar 200 ribu. Menurut Ledgett, NSA masih khawatir soal publikasi lebih lanjut karena meyakini sebagian besar dokumen Snowden itu belum semuanya dipublikasikan media. Media Inggris, Guardian, dalam sidang dengar pendapat di Parlemen Inggris pada awal Desember lalu, mengatakan mereka baru menerbitkan 1 persen dari sekitar 58 ribu dokumen Snowden. Eks analis NSA itu kembali ke AS ataupun tidak, pemerintahan Obama kini bergulat dengan adanya kemungkinan pembocoran serupa di masa depan. Ledgett dan pejabat NSA lain mengatakan, mereka kini membuat inisiatif teknis baru untuk mencegah adanya “Snowden baru” dengan memperketat pengamanan data secara internal. ● GUARDIAN | NEW YORK TIMES | CBS ILUSTRASI: TEMPO/IMAM YUNNI EKS ANGGOTA POLITBIRO CINA DIJERAT KASUS KORUPSI » 30 29 Bocoran Rahasia Snowden ● PROGRAM PRISM Prism adalah program pengawasan rahasia NSA, dengan biaya US$ 20 juta setahun, yang memberi NSA akses ke server perusahaan teknologi terbesar di Amerika Serikat, seperti Google, Apple, Microsoft, Facebook, AOL, PalTalk, dan Yahoo!. Badan intelijen sinyal Inggris, GCHQ, memiliki akses ke data program Prism. Perusahaan teknologi itu membantah NSA mengakses ke server mereka. NSA membayar jutaan dolar AS kepada perusahaan yang ikut dalam program Prism. ● PROYEK TEMPORA Badan intelijen Inggris GCHQ menyadap kabel serat optik dan menggunakannya untuk menciptakan “penyangga Internet” raksasa bernama Tempora, yang mengalir masuk dan keluar dari Inggris. Isi dari komunikasi diambil oleh sistem dan disimpan selama tiga hari, sedangkan metadata-informasi soal pengirim, penerima, waktu, dan banyak lagi--disimpan sampai 30 hari. Perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang disebut terlibat dalam program ini antara lain BT, Verizon Business, Vodafone Cable, Global Crossing, Level 3 Viatel, dan Interoute. ● PENGUMPULAN CATATAN TELEPON NSA mengumpulkan catatan telepon (metadata) jutaan orang Amerika, yang dimulai pada masa Presiden George W. Bush. Program ini memungkinkan NSA menyimpan data siapa yang dihubungi orang Amerika, kapan, dan untuk berapa lama. Namun NSA tidak diizinkan untuk menyimpan isi percakapannya. ● PROGRAM UPSTREAM Upstream mengacu pada sejumlah program intersepsi massal yang dilakukan oleh NSA, dengan nama sandi FAIRVIEW, STORMBREW, OAKSTAR, dan BLARNEY. Program ini melibatkan penyadapan kabel komunikasi serat optik, baik yang melintasi Amerika Serikat maupun di stasiun darat kabel bawah laut. Program ini memungkinkan NSA mengakses ke harta karun data telepon dan Internet. NSA menyimpan semua metadata yang diperoleh melalui Upstream dan Prism dalam sistem database yang disebut MARINA selama 12 bulan. ● PERETASAN ENSKRIPSI NSA dan GCHQ telah melakukan upaya sistematis untuk mengacaukan enkripsi, teknologi yang menjadi dasar dari aspek keselamatan dan keamanan Internet, termasuk akun e-mail, perdagangan, perbankan, dan catatan resmi. Nama sandi yang dipakai untuk program ultrarahasia ini menggunakan istilah pertempuran perang sipil masing-masing negara: BULLRUN untuk NSA dan Edgehill untuk GCHQ. ● BAHAN: ABDUL MANAN | GUARDIAN Edward Snowden