1. PERAN ULAMA ACEH DALAM
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
Presented By :
ZULFITRA AJ
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
UIN Ar-Raniry
Senin, 27 Januari 2014 . Seminar Sejarah Himas UNSYIAH
2. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, pasukan sekutu
menjatuhkan bom atomnya di Kota Hiroshima dan
Nagasaki yang menyebabkan Jepang menyerah
tanpa syarat kepada pasukan Sekutu pada tanggal
15 Agustus 1945. Sehingga rakyat Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan Republik
Indonesia pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus
1945. Dengan proklamasi ini berakhirlah
pendudukan Jepang Indonesia selama 3,5 tahun
sejak tahun 1942 yang sebelumnya mengambil alih
pemerintahan colonial Belanda yang telah lebih
dulu menjajah bangsa Indonesia selam 350 tahun.
3. Lanjutan…
Akan tetapi beberapa saat setelah proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia, tentara sekutu datang kembali ke
Indonesia dengan dalih melucuti persenjataan Jepang yang
telah dinyatakan kalah dengan pihak sekutu pada Perang
Dunia II. Namun ternyata kedatangan pasukan sekutu di
Indonesia diboncengi oleh NICA. Ternyata kedatangan
mereka ingin menegakkan kembali kolonialisme Belanda
yang telah berkuasa di Indonesia selama 3,5 abad.Rakyat
Indonesia menentang keras kehadiran mereka dan
memberikan perlawanan yang sengit untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru saja
diproklamirkan. Hal ini mengakibatkan pecahnya
pertempuran kedua belah pihak di beberapa kota di
Indonesia. Pertempuran itu pun meletus di kota Surabaya
yang terjadi pada tanggal 10 November 1945 yang
dikomandoi oleh Jenderal Sudirman dan Bung Tomo
bertempur mati-matian melawan tentara musuh.
4. Perlawanan Ulama di Seluruh
Indonesia
Pasukan Hizbullah K.H. Hasyim Wahid & K.H.
Zainul Arifin
Pasukan Sabilillah K.H. Masykur
Pasukan Mujahidin K.H. Wahab Hasbullah
Pasukan APS/MUAPS Daerah Istimewa Yogyakarta
Laskar PencakSilat H. Ama Poeradiraja
Palagan Banyabiru Kyai Komar
Perang Sabil Jihad-
fi Sabilillah Tgk. Daud Beureu’eh, dkk
5. Ulama-Ulama Pencetus Perang
Jihad fi Sabilillah
Para ulama yang menjadi pelopor perang di
Aceh adalah pasukan yang tergabung dalam
PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh). Dan
beberapa ulama yang berperan besar
diantaranya :
Tgk. Daud Beureu’eh
Tgk. Ahmad Hasballah Indrapuri
Tgk. Ja’far Sadiq
Tgk. Hasan Krueng Kalee
6. Para ulama menyadari jika perang tidak
digerakkan oleh ulama, nantinya rakyat tidak
akan mau ikut serta. Dimotivasi oleh semangat
jihad seperti yang dilakukan oleh Tgk Chik Di
Tiro maka seluruh rakyat Aceh mendukung
baik dengan mengorbankan harta maupun
nyawannya.
Hal ini dikarenakan Rakyat Aceh sangat
terpengaruh dengan Hikayat Perang Sabi yang
selalu menjadi cerita dan sebuah syair yang
didengar masyarakat Aceh setiap saat
7. Lanjutan…
Tidak ada gaji tentara, tidak ada dana Surat Perintah
Jalan (SPJ), tidak ada lumsum. Mereka bekerjasama
dengan rakyat. Rakyat mendukung sepenuhnya
karena para pejuang berjuang dengan berdasarkan
niat lillahi ta’ala. Semangat inilah yang telah
mengantar kita kepada kemerdekaan dari jajahan
bangsa asing.
Didorong oleh semangat perang suci, rakyat Aceh
berjuang dengan penuh semangat untuk mencapai
tujuan. Mereka yakin bahwa melalui jihad fisabilillah
mereka akan menang; karena jika mereka gugur akan
masuk syurga dan jika mereka selamat, negara akan
bebas dari pendudukan Belanda.
8. Pada Tanggal 21 September 1953 Tgk. Daud Beureu’eh
memproklamirkan Perang “Pemberontakan” yang
disebabkan karena kekecewaan terhadap Pemerintah
RI (Presiden Soekarno). Beliau menyatakan wilayah
Aceh sebagai bagian dari Darul Islam dibawah
Pimpinan Kartosuwiryo. Sehingga para pasukan
perang menamakan diri sebagai Tentara Islam
Indonesia (TII). Dan perang ini akhirnya oleh
kebanyakan Masyarakat menyebeut perang DI dan
Pemerintah RI memberi nama Pemberontakan DI/TII
9. Lanjutan…
Pasca deklarasi yang dilakukan Tgk Daud
Beureu’eh, terjadi pro-kontra dalam
masyarakat Aceh. Beberapa Ulama tidak
setuju terhadap cara yang dilakukan Tgk.
Daud Beureu’eh. Ulama-ulama tersebuh
antara lain adalah Syekh Muda Waly dari
Labuhan Haji, Aceh Selatan dan Habib
Muda Seunagan dari Peulekung, Nagan Raya
10. Ulama Pejuang NKRI
Syekh Muda Waly Habib Muda Seunagan
Mengharamakan murid-murid
dan masyarakat untuk
bergabung sebagai TII
Membentuk Pasukan perang
untuk melawan Pasukan Tgk.
Daud Beureu’eh
Menyatakan bahwa
Masyarakat Aceh masih
bagian RI di bawah presiden
Soekarno
Melakukan perlawanan-
perlawanan terhadap Pasukan
DI/TII
Mengumpulkan masyarakat
dan menyatakan tiddak setuju
dengan DI/TII
Membentuk “Pagar Desa”
sebagai tembok pertahanan di
setiap Gampong
Menyatakan Masyarakat Aceh
akan tetap setia di belakang
Pemerintah RI
Membentuk pasukan tempur
yang terdiri dari pasukan
Pedang
11. Hubungan Ulama Aceh-SUMUT
Habib Muda Seunagan pernah mengirim 160
personil Lasykar Jihad dalam peperangan
yang disebut Sidikalang di Tapanuli Utara
yaitu pada masa agresi militer II. Lasykar
Jihad merupakan pasukan yang ia bentuk
yang terdiri dari murid-muridnya yang
terlatih dan terpilih. Habib sendiri yang
membentuk pasukan tersebut untuk
menghadapi tentara Belanda.