pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
1. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Proses Pengolahan
Limbah Padat Organik Menjadi Produk Fungsional”
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
Makassar, 21 Maret 2016
Penyusun
2. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pada saat ini seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, manusia mulai
menciptakan teknologi untuk mempermudah aktifitas mereka. Kemajuan
teknologi ini berkembang sangat pesat. Masyarakat lebih memilih menggunakan
cara modern daripada tradisional karena lebih mudah dan praktis dalam
penggunaannya.
Selain banyak dampak positif yang dihasilkan, kemajuan teknologi juga
membawa dampak negatif. Contoh dampak negatifnya yaitu mesin yang
digunakan untuk membuat suatu barang pasti akan menghasilkan sampah atau
barang sisa yang sudah tidak diperlukan lagi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas
industri dan konsumsi. Sampah menurut sumbernya dapat berasal dari sampah
alam, sampah manusia, sampah konsumsi, atau sumber lainnya. Sedangkan
berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua yaitu 1) sampah organik atau
sampah yang dapat diurai (degradable) contohnya daun-daunan, sayuran, sampah
dapur dan lain-lain, 2) sampah anorganik atau sampah yang tidak terurai
(undegradable) contohnya plastik, botol, kaleng dan lain-lain.
Masalah sampah mempengaruhi berbagai bidang dalam kehidupan
manusia. terutama di daerah perkotaan. Sebagian besar sampah di kota dibuang ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Seiring dengan bertambahnya penduduk kota,
timbunan sampah ini menimbulkan berbagai masalah, mulai dari masalah
kesehatan, pencemaran udara, air, tanah sampai masalah estetika. Di sisi lain,
tidak semua sampah yang dibuang akan mudah hancur. Butuh waktu berbulan-
bulan, bahkan ada yang puluhan tahun baru bisa hancur. Akibatnya jika volume
sampah yang dihasilkan warga kota banyak dan lama hancur, maka akan
dibutuhkan lahan yang luas untuk TPA.
Sementara itu tidak sedikit warga yang membuang sampah di sembarang tempat,
misalnya sungai, saluran drainase atau rawa-rawa. Akibatnya sampah akan
menyumbat saluran sehingga menyebabkan banjir pada saat musim hujan. Selain
itu ada juga yang menangani sampah dengan cara dibakar. Masalah yang
ditimbulkan pun tidak kalah serius, karena sampah yang dibakar akan
3. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
iii
menghasilkan zat atau gas polutan yang tidak hanya berbahaya bagi lingkungan
tetapi juga berbahaya langsung terhadap manusia. Polutan yang dihasilkan akibat
pembakaran sampah dapat menyebabkan gangguan kesehatan, pemicu kanker
(karsinogenik), bahkan kematian.
Berdasarakan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui cara pengelolaan
sampah organik dan anorganik sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup.
Sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan dalam kontainer,
yang dibuang sebagai barang-barang buangan, tidak bermanfaat, atau barang-
barang yang dibuang karena kelebihan (Sarudji, Didik, 2006).
Sedangkan menurut kamus lingkungan sampah adalah bahan yang tidak
mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus
dalam produksi atau pemakaian; barang rusak atau cacat selama manufaktur; atau
materi berlebihan atau buangan.
A. Jenis Sampah
Pada dasarnya sampah berasal dari a) sampah alam, yaitu sampah yang diproduksi
di alam dan dapat diurai melalui proses daur ulang alami, seperti daun kering di
hutan yang akan terurai menjadi tanah, b) sampah manusia adalah sampah yang
dihasilkan oleh pencernaan manusia, seperti feses dan urin, serta c) sampah
konsumsi, yaitu sampah yang sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah
yang dihasilkan karena (manusia) penggunaan barang. Sampah konsumsi adalah
jenis sampah yang umum menjadi masalah saat ini.
Adapun menurut bentuknya sampah dibedakan menjadi dua
a) Sampah cair
Sampah cair adalah sampah yang bentuknya berupa benda cair. Misalnya air
bekas cucian dan sampah cair pabrik. Sampah cair atau yang biasa dikenal dengan
limbah cair, apabila dibuang langsung tanpa diolah terlebih dahulu, maka akan
menimbulkan pencemaran pada tanah sehingga mengakibatkan berkurangnya
unsur hara yang terkandung dalam tanah, selain itu juga dapat menimbulkan
pencemaran air yang berakibat langsung pada kehidupan biota air dan secara tidak
langsung mempengaruhi kualitas air minum.
b) Sampah padat
Sampah padat adalah sampah yang bentuknya berupa benda padat. Misalnya
potongan sayur, buah, sisa makanan, plastik, kaca, besi, kertas, rumput, daun, dan
ranting.
4. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
iv
Berdasarkan sifatnya, sampah padat dikelompokkan menjadi:
1. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat diurai oleh mikroba atau jasad renik (biodegradable). Sampah ini dengan
mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian
besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari
dapur, sisa-sisa makanan, tepung, sayuran, kulit buah, rumput, daun dan ranting.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan nonhayati,
baik berupa produk sintetis maupun hasil pengolahan bahan tambang. Sampah
anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan produk-produk olahannya,
sampah plastik, sampah detergen, sampah kaca dan keramik. Sebagian besar
anorganik tidak dapat diurai oleh alam secara keseluruhan (unbiodegradable).
Sementara, sebagian lainnya dapat diurai dalam waktu yang lama. Sampah jenis
ini umumnya termasuk sampah rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas,
tas plastik, dan kaleng.
1. 2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengolahan limbah padat organik menjadi produk fungsional ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah padat organik menjadi :
a). Pupuk Kompos
b). Pakan Ternak
c). Biogas Methane { CH4}
d). Bioethanol { C2H5OH}
e). Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
f). Asap Cair
5. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
v
BAB II
PEMBAHASAN
I. KOMPOS
1. Pupuk Kompos Alami
Pupuk kompos alami sebenarnya ada di sekitar kita, alam sudah menyediakannya.
Untuk mendapatkannya pergilah ke tempat2 pembuangan sampah lalu lakukan
hal2 di bawah ini
1. Gali tumpukan sampah yang sudah halus, yang sudah mirip tanah
2. Kemudian lakukan pemisahan antara bahan2 yang mudah lapuk dengan
yang tidak mudah lapuk.
3. Setelah kita pisahkan lalu saring dengan menggunakan ayak.
4. terkahir, siapkan sekitar 50 hingga 100 gram belerang lalu taburkan di atas
hasil ayakan tadi.
Bahan Pembuatan Pupuk Kompos :
1. Siapkan 2 1 /4 hingga 4 m3 sampah yang mudah lapuk, sangat di sarankan
menggunakan sampah organik basah.
2. Siapkan kulit buah kopi kira2 6,5 m3 (alternatif pengganti kulit kopi bisa
menggunakan daun lamtoro)
3. Siapkan kotoran ternak mamah biak sebanyak 750 kg (atau sekitar ± 50
kaleng ukuran 20 liter)
4. Siapkan 30 kg abu kayu atau abu dapur.
Panduan Cara Membuat Pupuk Kompos
1. Langkah pertama siapkan bak dari semen untuk pengomposan. Perlu di
perhatikan untuk desain baknya harus memiliki dasar yang cekung dengan
ukuran 2.5 x 1 x 1 m (p x l x t).
2. Selanjutnya campur semua bahan diatas ke dalam box pengomposan lalu
aduk hingga merata. Kemudian taburi bagian atas adonan bahan tadi
dengan abu kayu.
6. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
vi
3. Setelah itu tutup bagian atas bak pengomposan menggunakan plastik
transaparan, hal ini juga berfungsi untuk menampung nitrogen yang di
hasilkan dari proses pengomposan. Setelah kira2 4-5 hari siramkan hasil
tampungan nitrogen tadi, hal ini di maksudkan untuk enambah kandungan
nitrogen pada adonan bahan agar proses pengomposan bisa lebih cepat.
4. Lakukan step 3 hingga 2 atau 3 minggu secara rutin, setelah itu aduk
kembali adonan agar merata dan ulangi step 3 lagi.
5. Terus lakukan step diatas hingga kira2 2-3 bulan agar adonan benar-benar
matang, dalam step ini pupuk seharusnya sedikit berair.
6. Setelah 2-3 buan tadi angkatlah adonan karena sudah siap jadi, dan
lakukanlah pengeringan dengan cara menjemur kompos hingga kadar
airnya kira-kira 50 -60 % saja.
7. Pupuk kompos siap di gunakan.
2. Kompos Rumah Tangga
Bahan Yang Perlu di siapkan :
1. Siapkan 2 tempat sampah yang berbeda warna (misalnya merah dan putih),
hal ini kita gunakan nantinya sebagai wadah pembuatan dan pembeda
antara organik dan non organik.
2. Siapkan pula 1 wadah bak plastic atau drum bekas lalu berilah beberapa
lubang pada bagian dasarnya untuk menggunakan paku/bor, hal ini
berguna untuk mengeluarkan kelebihan air. Agar kelembaban udara tetap
terjaga usahakab di bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau
anyaman bambu sehingga tetap ada sirkulasi udara.
3. Alternatif lain bisa menggunakan dasar bak pengomposan dapat tanah atau
paving block, sehingga kelebihan air dapat meresap ke dalam tanah.
Usahakan bak pengomposan tidak kena air hujan, dan sangat di sarankan
bak berada di bawah atap.
Cara Membuat :
1. Campur 1 bagian sampah merah dan 1 bagian sampah putih.
2. Selanjutnya campurlah dengan kompos yang sudah jadi untuk memancing
penyampuran agar lebih merata. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi )
dapat pula dicampurkan .
7. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
vii
3. Pembuatan pupuk kompos ini bisa dilakukan sekaligus, atau bisa juga
selapis demi selapis dan bertahap setiap 2 hari sekali, namun pastikan
setiap 7 hari selalu mengaduknya agak merata,
4. Proses pengomposan bisa dikatakan selesai jika campuran sudah tidak
berbau dan mulai berubah warna menjadi kehitaman. Jika step demi step
di lakukan dengan benar maka perkiraan sekitar minggu ke-5 dan ke-6
suhu sudah kembali normal, dan kompos sudah jadi.
5. Kunci dari berhasil atau tidaknya pengomposan ini terletak pada
bagaimana kita mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen. Hal ini di
tujukan agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk
berkembang biak.
6. Sampah organik sebaiknya di ayak untuk memisahkan bagian yang halus
dan kasar, FYI bagian yang kasar bisa kita gunakan lagi sebagai aktivator
jika ingin melakukan pengomposan lagi nantinya. Untuk mempercepat
proses pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa
larutan effective microorganism (EM) yang bisa kita beli di toko pertanian
3 .Bagan Pembuatan Kompos
8. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
i
II. Pakan Ternak
Proses Pembuatan Pakan Ternak
Membuat pakan dari sampah di mulai dengan pemisahan sampah organik dan
anorganik, dilanjutkan dengan pencacahan, fermentasi, pengeringan, penepungan,
pencampuran, dan pembuatan pelet.
Pemisahan sampah organik dari sampah anorganik dimaksudkan
agar sampah yang diolah hanya yang dapat dicerna oleh ternak serta
menghindarkan ternak dari mengonsumsi bahan-bahan beracun.
Pemisahan sebaiknya dapat dilakukan di tingkat produsen sampah (pasar
atau rumah tangga). Oleh karena itu, untuk program massal perlu disedikan
tempat sampah organik dan anorganik di tingkat produsen sampah. Sampah dari
rumah sakit dan pabrik yang banyak mengandung logam berat atau bahan beracun
dihindari.
Sampah organik yang telah terpisah dari bahan lain selanjutnya dicacah
dengan alat atau mesin pencacah agar bentuknya lebih kecil dan untuk
memudahkannya.
Fermentasi dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan gizi dan nilai
cerna sampah karena kandungan gizi sampah umumnya rendah tetapi serat
9. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
ii
kasarnya.
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan inokulan bakteri dan cara
yang tepat agar diperoleh produk yang bermutu tinggi.
Setelah difermentasi, sampah dikeringkan dengan dijemur lalu digiling hingga
menjadi tepung. Selanjutnya tepung sampah ditambah bahan lain termasuk enzim
dan diaduk dalam mesin pencampur, sehingga diperoleh pakan komplit yang
sesuai dengan kebutuhan ternak. Apabila diperlukan, semua bahan yang sudah
tercampur dibentuk pelet. Pelet pakan ternak dapat disimpan hingga 6 bulan.
Idealnya ransum komplit diberikan sekitar 3% dari bobot hidup ternak per hari.
Dengan jumlah pakan tersebut, sapi tidak lagi memerlukan HMT atau rumput.
Namun sebagian petani ternyata masih memberikan rumput. Sebagai contoh,jika
ternak diberi pakan komplit 1,5% dari bobot hidup per hari,
peternak tinggal memberi rumput 50% dari kebutuhan semestinya.
III. Biogas Methane { CH4 }
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses
penguraian bahan organik oleh bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara
(bakteri anaerob) terhadap limbah-limbah organik baik di digester (pencerna)
anaerob maupun di tempat pembuangan akhir sampah (sanitary landfill). Gas ini
sering dimanfaatkan untuk pemanas, memasak, pembangkit listrik dan
transportasi. Biogas dihasilkan dari fermentasi anaerob oleh bakteri
metanogenesis pada bahan-bahan organik seperti kayu/tumbuhan, buah-buahan,
kotoran hewan dan manusia merupakan gas campuran gas Metana (60-70%), CO2
dan gas lainnya. Komposisi biogas bervariasi tergantung pada limbah organik dan
proses fermentasi anaerob, dengan komposisi lengkap sebagai berikut: Komposisi
Kandungan Biogas [1] Komponen % Metana (CH4) 55-75 Karbon dioksida
(CO2) 25-45 Nitrogen (N2) 0-0.3 Hidrogen (H2) 1-5 Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5
10. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
iii
Proses Pembuatan Biogas dengan Metode Digester
Dalam pembangunan biodigester, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, yaitu:
1. Lingkungan abiotis
Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan abiotis (tanpa kontak
langsung dengan Oksigen (O2). Udara (O2) yang memasuki biodigester
menyebabkan penurunan produksi metana, karena bakteri berkembang pada
kondisi yang tidak sepenuhnya anaerob.
2. Temperatur
Secara umum, ada 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:
a. Psicrophilic (suhu 4° – 20° C) - biasanya untuk negara-negara subtropis
atau beriklim dingin;
b. Mesophilic (suhu 20° – 40° C);
c. Thermophilic (suhu 40° – 60° C) - hanya untuk men-digesti material,
bukan untuk menghasilkan biogas.
Untuk negara tropis seperti Indonesia, digunakan unheated
digester (digester tanpa pemanasan) untuk kondisi temperatur tanah 20° – 30°
C.
Model Biodigester yang Digunakan
a. Floating dome
Pada tipe ini terdapat bagian pada konstruksi reaktor yang bisa bergerak
untuk menyesuaikan dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian
reaktor ini juga menjadi tanda telah dimulainya produksi gas dalam reaktor
biogas.Pada reaktor jenis ini, pengumpul gas berada dalam satu kesatuan
dengan reaktor tersebut.
b. Bak (batch)
Pada tipe ini, bahan baku reaktor ditempatkan di dalam wadah (ruang
tertentu) dari awal hingga selesainya proses digesti. Umumnya digunakan
pada tahap eksperimen untuk mengetahui potensi gas dari limbah organik.
3. Seluruh tangki biodigester di bawah permukaan tanah
Model ini merupakan model yang paling popular di Indonesia, dimana
seluruh instalasi biodigester ditanam di dalam tanah dengan konstruksi yang
11. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
iv
permanen, yang membuat suhu biodigester stabil dan mendukung
perkembangan bakteri methanogen.
Bagan Pembuatan Biogas Methan
IV. Bioethanol { C2H5OH }
Tahap-tahap dalam pembuatan bioetanol ini adalah sebagai berikut:
1. Fermentasi: Merupakan proses terjadinya dekomposisi gula menjadi
alkohol dan karbondioksida. Proses fermentasi ini dimanfaatkan oleh para
pembuat bir, roti, anggur, para ibu rumah tangga dan lain-lain. Alkohol dapat
dibuat dari bahan yang mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi oleh
khamir.
2. Destilasi: Merupakan proses pemurnian dengan cara memisahkan senyawa
berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi juga merupakan metode operasi
12. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
v
yang digunakan pada proses pemisahan suatu komponen dari campurannya
dengan menggunakan panas sebagai tenaga pemisah berdasarkan titik didih
masing-masing komponen (Brown, 1987).
3. Dehidrasi: Yakni proses pemurnian dengan cara mengurangi kadar air
bioetanol
Bagan Pembuatan Bioethanol { C2H5OH }
13. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
vi
V. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
CARA KERJA PLTSa
Selain dengan cara pengelolaan tersebut di atas ada cara lain yang akan dilakukan
yaitu sampah dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik (Waste to Energy) atau
yang lebih dikenal dengan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah).
Konsep Pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) atau PLTSa
(Pembangkit Listrik Tenaga sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007) adalah
sebagai berikut :
Pemilahan sampah
Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur ulang.
Sisa sampah dimasukkan kedalam tungku Insinerator untuk dibakar.
Pembakaran sampah
Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran yang memungkinkan
berjalan efektif dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran dipertahankan
dalam derajat pembakaran yang tinggi (di atas 1300°C). Asap yang keluar dari
pembakaran juga dikendalikan untuk dapat sesuai dengan standar baku mutu
emisi gas buang.
Pemanfaatan panas
Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan
untuk memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk memutar
turbin dan selanjutnya menggerakkan generator listrik.
14. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
vii
Bagan PLTSa
VI. Asap Cair
Bahan baku untuk pembuatan asap cair bisa apapaun yang termasuk bahan
organik yang mempunyai selulosa, tetap saat ini yang lazim digunakan sebagai
bahan baku untuk asap cair adalah tempurung kelapa karena pohon kelapa
terdapat dimana-mana dan penggunaan tempurung kelapa sangat luas di
masyarakat seperti pliku, kopra, arang, dan olahan kelapa lainnya. Oleh karena itu
untuk proses pembuatan asap cair menggunakan contoh tempurung kelapa yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Sebelum dimasukkan ke reaktor pirolisis, terlebih dahulu tempurung kelapa itu
dibersihkan dari kotoran dan sabut yang tertinggal. Kemudian tempurung kelapa
dipecah menjadi beberapa bagian agar luas permukaan pembakaran menjadi lebih
luas sehingga proses dapat berjalan lebih cepat.
2) Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan cara penjemuran, untuk mengurangi
kadar air pada tempurung kelapa.
3) Kemudian dilanjutkan dengan metode Pirolisis yang merupakan proses reaksi
penguraian senyawa-senyawa penyusun kayu keras menjadi beberapa senyawa
15. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
vii
i
organik melalui reaksi pembakaran kering pembakaran tanpa oksigen. Reaksi ini
berlangsung pada reaktor pirolisator yang bekerja pada temperatur 300-650oC
selama 8 jam pembakaran.
4) Asap hasil pembakaran dikondensasi dengan kondensor yang berupa koil
melingkar. Hasil dari proses pirolisis diperoleh tiga produk yaitu asap cair, tar,
dan arang. Kondensasi dilakukan dengan koil melingkar yang dipasang dalam bak
pendingin. Air pendingin dapat berasal dari air hujan yang ditampung dalam bak
penampungan, air sumur, air sungai maupun PDAM.
5) Proses Pemurnian Asap Cair untuk mendapatkan asap cair yang tidak
mengandung bahan berbahaya sehingga aman bagi bahan pengawet makanan.
Asap cair yang diperoleh dari kondensasi asap pada proses pirolisis diendapkan
selama seminggu.
6) Kemudian cairannya diambil dan dimasukkan ke dalam alat destilasi. Suhu
destilasi sekitar 150oC, hasil destilat ditampung. Destilat ini masih belum bisa
digunakan sebagai pengawet makanan karena ada lagi proses lain yang harus
dilewati.
7) Proses Filtrasi Destilat dengan Zeolit Aktif ditujukan untuk mendapatkan zat
aktif yang benar-benar aman dari zat berbahaya. Caranya, zat destilat asap cair
dialirkan ke dalam kolom zeolit aktif dan diperoleh filtrat asap cair yang aman
dari bahan berbahaya dan bisa dipakai untuk pengawet makanan non
karsinogenik.
8) Proses Filtrasi Filtrat Zeolit Aktif dengan Karbon Aktif Proses filtrasi
filtrat zeolit aktif dengan karbon aktif dimaksudkan untuk mendapatkan filtrat
asap cair dengan bau asap yang ringan dan tidak menyengat. Caranya, filtrat dari
filtrasi zeolit aktif itu dialirkan ke dalam kolom yang berisi karbon aktif sehingga
filtrat yang diperoleh berupa asap cair dengan bau asap ringan dan tak menyengat.
Maka sempurnalah asap cair sebagai bahan pengawet makanan yang aman, efektif
dan alami.
16. Zuhriah As’ad / Teknikkimia/PNUP
ix
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Masalah sampah mempengaruhi berbagai bidang dalam kehidupan
manusia. terutama di daerah perkotaan. Sebagian besar sampah di kota dibuang ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Seiring dengan bertambahnya penduduk kota,
timbunan sampah ini menimbulkan berbagai masalah, mulai dari masalah
kesehatan, pencemaran udara, air, tanah sampai masalah estetika. Di sisi lain,
tidak semua sampah yang dibuang akan mudah hancur. Butuh waktu berbulan-
bulan, bahkan ada yang puluhan tahun baru bisa hancur. Akibatnya jika volume
sampah yang dihasilkan warga kota banyak dan lama hancur, maka akan
dibutuhkan lahan yang luas untuk TPA.
Berkembangnya ilmu pengetahuan atas pengolahan limbah padat organik
dapat di manfaat menjadi berbagai produk fungsional selain di buang e
lingkungan jika tidak dapat diolah kembali seperti:
a). Pupuk Kompos
b). Pakan Ternak
c). Biogas Methane { CH4}
d). Bioethanol { C2H5OH}
e). Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
f). Asap Cair