Dokumen ini membahas upaya peningkatan pemahaman demokrasi di kalangan siswa SMA di Indonesia. Kegiatan ini akan memberikan pemahaman tentang nilai-nilai demokrasi melalui seminar, diskusi kasus, sayembara menulis, dan pemilihan duta demokrasi. Tujuannya adalah membentuk karakter demokratis siswa dan menanamkan budaya demokrasi sejak dini.
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
001
1. DESKRIPSI KEGIATAN
A. Pendahuluan
Jumlah pemilih dalam Pemilu 2014 lalu berjumlah total 154 juta pemilih di
seluruh Indonesia. Dari total pemilih tersebut, 15% dimiliki oleh usia remaja hingga 25
tahun, dimana usia tersebut adalah usia para pelajar dan mahasiswa. Usia minimum
untuk mengikuti Pemilu di Indonesia adalah 17 tahun dan usia siswa SMA secara umum
berada pada rentang 15/16-18/19 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa peranan
generasi muda Indonesia besar pengaruhnya. Suara sebanyak 23 juta lebih tersebut
mampu membuat banyak sekali orang menjadi pejabat negara. Dan oleh karena itu
seharusnya para generasi muda ini menyadari bahwa partisipasi mereka berpengaruh
pada kemaslahatan negara.
Bagi mereka yang berusia 17-21 tahun, memilih dalam Pemilu merupakan
pengalaman pertama kali. Untuk terdaftar sebagai pemilih tersebut, Pemilih Pemula
harus mempunyai KTP. Meskipun sudah memenuhi syarat-syarat untuk menjadi
pemilih namun tidak terdaftar sebagai pemilih, Pemilih Pemula tidak bisa ikut memilih.
Secara psikologis, generasi muda memiliki karakteristik yang berbeda dengan
orang-orang tua pada umumnya. Generasi muda cenderung kritis, mandiri, independen,
anti status quo atau tidak puas dengan kemapanan, pro perubahan dan sebagainya.
Karakteristrik itu cukup kondusif untuk membangun komunitas cerdas dalam
demokrasi yakni partisipan yang memiliki pertimbangan rasional dalam menentukan
pilihannya. Misalnya karena integritas tokoh yang dicalonkan, track record-nya atau
program kerja yang ditawarkan.
Karena belum punya pengalaman memilih dalam pemilu, generasi muda perlu
mengetahui dan memahami berbagai hal yang terkait dengan demokrasi. Dalam
penghitungan suara pemilu (outuput besar demokrasi), satu suara saja sangat berarti
karena bisa mempengaruhi kemenangan politik. Apalagi suara yang berjumlah jutaan
sebagaimana halnya yang dimiliki kalangan generasi muda. Itu sebabnya, dalam setiap
pemilu, generasi muda menjadi “rebutan” berbagai kekuatan politik. Menjelang pesta
demokrasi, partai politik atau peserta pemilu lainnya, biasanya membuat iklan atau
propaganda politik yang menarik para generasi muda. Mereka juga membentuk
komunitas kalangan muda dengan aneka kegiatan yang menarik anak-anak muda,
khususnya Pemilih Pemula. Tujuannya agar para generasi muda tertarik dengan partai
atau kandidat tersebut dan memberikan suaranya dalam pemilu untuk mereka sehingga
mereka dapat mendulang suara yang signifikan dan meraih kemenangan.
Selain memiliki banyak kelebihan, generasi muda juga memiliki kekurangan,
yakni belum memiliki pengalaman yang cukup dalam hal demokrasi. Pada umumnya
banyak dari kalangan generasi muda yang belum mengetahui berbagai hal yang terkait
dengan pemilihan umum, hak dan tanggung jawab warga negara serta proses
demokrasi. Mereka juga tidak tahu bahwa suaranya sangat berarti bagi proses politik di
lingkungan, daerah dan negaranya. Bahkan tidak jarang mereka tidak berpartisipasi
dalam pemilu/pilkada dan memilih ikut-ikutan tidak mau menggunakan hak pilihnya
serta menjadi golongan putih (golput).
Temuan sebuah Lembaga Riset yang melakukan jajak pendapat pada generasi
muda menyatakan bahwa potensi golput generasi muda cukup tinggi. Dari responden
yang dipilih secara acak dari beberapa SMA dan SMK, hanya 21,49% saja yang
menyatakan siap memberikan suara. Sisanya 60,51% menyatakan belum yakin apakah
akan memilih atau tidak, artinya berpotensi golput, dan 18% dengan tegas menyatakan
tidak memilih.
2. Hasil survei juga menunjukkan 67,55% generasi muda belum mengetahui secara
persis tahapan dan sistem pemilu. Tidak hanya itu, sebanyak 76,40% bahkan mengaku
tidak tahu jumlah kontestan partai politik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
ketertarikan generasi muda untuk berpartisipasi pada Pemilu lalu masih sangat rendah.
Sikap ini terlihat dari 91,01% responden menyatakan tidak bersedia turut serta dalam
kegiatan kampanye.
Seyogiyanya pemahaman tentang demokrasi dapat dimulai sejak dini, beriringan
dengan pendidikan. Dengan demikian nantinya ketika mereka dewasa, mereka
mempunyai ruang untuk mengekspresikan diri secara bertanggung jawab. Kegiatan ini
juga menjadi salah satu upaya untuk menabur benih-benih demokrasi melalui
lingkungan pendidikan. Para siswa yang sudah diperkenalkan demokrasi sejak awal
akan lebih mudah mengimplementasikan secara praktis dalam kehidupannya sehari-
hari.
Kegiatan yang lebih spesifik tentang demokrasi akan mengarah pada
pemahaman tentang konstitusi negara yang bersangkutan dan bagaimana konstitusi ini
secara terus-menerus dikembangkan. Pengetahuan yang bersifat demokratis seperti
hak dan kewajiban warga negara, apresiasi tentang hak-hak asasi manusia dan
menghargai perbedaan menjadi hal penting yang harus dipahami para pemilih pemula
ini. Pendidikan demokrasi, secara epistemologis diraih melalui pengalaman-
pengalaman dalam perdebatan mengenai masalah-masalah penting masa kini,
pengalaman mempresentasikan dan merepresentasikan argumen dan mendegarkan
pandangan orang lain.
Khusus dalam kegiatan ini, kami akan memberikan pemahaman dari
pengalaman mereka dalam berbagai pengambilan keputusan secara kolektif mengenai
masalah-masalah yang mempengaruhi kehidupan sekolah dan komunitasnya. Dalam
kegiatan ini para peserta diundang menjadi peserta seminar dan berdiskusi serta
belajar dari kasus sederhana, sayembara dan lomba penulisan artikel demokrasi serta
pemilihan duta demokrasi. Seluruh instuktur dan narasumber yang terlibat dan model
serta media yang digunakan akan disusun dan didesain oleh Tim Pendidikan, Riset dan
Pelatihan Natural Aceh yang berlatar belakang S3 dan S2 pendidikan. Prinsip presentasi
yang kami sediakan berjalan secara progresif bergerak “lebih dekat pada hal nyata”
dengan tujuan untuk mencapai pembelajaran “langsung”, sehingga nantinya hubungan
antara konsep yang kami inisiasikan dan fakta di kehidupan para siswa menjadi sangat
aplikatif.
Untuk kegiatan ini kami telah merancang konsep strategis dengan penguasaan
model pendekatan yang menyenangkan dan interaktif. Sebagai sebuah lembaga publik
yang independen, Natural Aceh bekerja dengan azas ke profesionalitas yang tinggi
untuk tetap menjaga nama dan kredibilitas lembaga. Berdiri sejak tahun 2008, Natural
Aceh sejak awal telah memfokuskan diri dalam hal penguatan SDM dan kapabilitas
tenaga pendidikan, pemuda, siswa dan mahasiswa serta masyarakat dalam
pengembangan kehidupan, kegiatan dan pekerjaannya melalui kegiatan riset, pelatihan
dan publikasi.
a) Tujuan:
1) Memberikan pemahaman tentang nilai-nilai dasar demokrasi.
2) Membentuk Karakter dan Jiwa Demokratis bagi siswa SMA
3) Menanamkan nilai dan budaya demokrasi bagi siswa SMA
b) Hasil yang diharapkan:
3. 1) Para siswa mengetahui hak-hak dasarnya sebagai seorang siswa dan seorang
anggota masyarakat serta tanggung jawabnya sebagai bagian dari lingkungan
sosial.
2) Para siswa paham esensi dari demokrasi, bisa menjalankannya dan ikut serta
terlibat dalam prosesnya.
3) Terciptanya wawasan pelaksanaan demokrasi yang baik dan benar.
4) Para siswa menghargai keberagaman (pluralitas).
5) Para Siswa dapat memperlihatkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain
dan terhadap persoalan-persoalan publik.
6) Terpilihnya duta demokrasi di masing-masing sekolah.
c) Jangka Waktu Kegiatan
Kegiatan inti akan dilaksanakan seluruhnya pada bulan kedua (November),
disusul dengan refleksi dan laporan selama 2 minggu berikutnya dengan jadwal seperti
berikut:
Zainal AbidinSuarja
LembagaRiset,PelatihandanPublikasiPublik