2. MATERI
1. Pengertian perkolasi
2. Prinsip kerja perkolasi
3. Prosedur Pengerjaan perkolasi
4. Perkolator dan jenis-jenis perkolator
5. Modifikasi metoda perkolasi
6. Keuntungan dan kerugian perkolasi
3. Pengertian Perkolasi
1. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan denagn jalan
mengalirkan pelarut melalui serbuk simplisia yang terlebih
dahulu dibasahi.
2. Perkolasi dalah proses penyarian denagn cara melewatkan
pelarut yang cocok pada simplisia secara lambat dalam suatu
wadah yang disebut perkolator.
3. Perkolasi adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut
yang selalu baru sampai terekstarksi sempurna dan
dilakukan pada temperatur kamar.
4. Perkolasi merupakan teknik penyarian menggunakan
pelarut organik yang sesuai secara lambat menggunakan
perkolator.
4. Prinsip kerja perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara mengalirkan suatu pelarut
melalui serbuk simplisia yang terlebih dahulu dibasahi selama waktu
tertentu .
Kemudian ditempatkan dalam wadah berbentuk selinder yang diberi sekat
berpori pada bagian bawahnya.
Pelarut dialirkan secara vertikal dari atas ke bawah melalui serbuk simplisia
dan pelarut akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilaluinya
sampai mencapai keadaan jenuh.
Gerakan ke bawah disebabkan oleh gaya beratnya sendiri dan berat
cairan di atasnya , dikurangi gaya kapiler yang cendrung menahan
gerakan ke bawah.
Faktor-faktor yang berperan penting pada proses perkolasi diantaranya :
adalah gaya berat, kekentalan cairan, daya larut zat aktif, tegangan
permukaan, difusi, tekanan osmosis, daya adhesi , daya kaliper dan daya
geseran.
5. Langkah-langkah pengerjaan maserasi
1. 10 bagian simplisia dengan derajad kehalusan tertentu direndam
denagn 2.5 – 5 bagian pelarut. Perendaman sekurang-sekurangnya
selama 3 jam dan bejana tertutup.
2. Siapkan perkolator yang dielngkapi dengan kertas saring dan kapas
atau sekat berpori lainnya untuk menahan serbuk simplisia.
3. Pindahkan serbuk simplisia yang telah dimaserasi masa sedikit ke
dalam perkolator , sambil sesekali ditekan secara hati-hati.
4. Kedalam perkolator dituangkan secara perlahan pelarut
pengekstraksi secukupnya sampai cairan mulai menetas dan di
atas simplisia tetap dieprtahankan terdapat selapis pelarut (1-2 cm
di atas permukaan sampel)
5. Tutup bagian atas perkolator dengan plastik agar pelarut tidak
menguap dan didiamkan selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan gelembung udara yang terdapat dalam perkolator.
6. Setelah massa didiamkan selama 24 jam dalam perkolator, kran
perkolator dibuka sedikit sampai pelarut menetas dengan kecepatan
1-3 ml/menit.
6. 7. Pelarut ditambahkan secara berulang sehingga selalu
terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia.
8. Penetasan dilakukan sampai sampel perkolat terekstraksi
sempurna yang ditunjukan dengan reaksi negatif secara
kimia (dilihat tetesan perklorat sudah tidak bewarna).
9. Setelah selesai langkah di atas , masa diperas dan cairan
perasan dicampurkan kedalam perkolat.
10. Ditambahkan pelarut hingga dieproleh perkolat sesuai
dengan volume yang diinginkan.
11. Perkolat kemudian dipindahkan ke dalam bejana, ditutup
dan dibiarkan selama 2 hari ditempat sejuk serta terlindung
cahaya.
12. Saring perkolat setelah didiamkan , kemudian perkolat
diuapkan di atas waterbath hingga diperoleh kestrak kental.
7. 1. Jika tidak dinyatakan lain perkolasi dilakuakn dengan
membasahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia
dengan derajad kehalusan yang cocok denagn 2.5
bagian sampai 5 bagian pelarut, kemudian dimasukan ke
dalam wadah tertutup sekurang-kurangnya selama 3
jam.
2. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dlaam
perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati.
3. Massa dituangi dengan pelarut secukupnya sampai
pelarut mulai menetas dan diatas simplisia masih
terdapat satu lapis pelarut.
4. Perkolator kemudian ditutup dan dibiarkan selama 24
jam.
8. 5. Selanjutnya pelarut dibiarkan menetes dengan kecepatan 1
ml/menit dan ditambahkan berulang-ulang pelarut secukupnya
sehingga selalu terdapat selapis pelatut di atas simplisia, hingga
jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak
meninggalkan sisa.
6. Perkolat kemudian disuling atau diuapkan dengan tekanan
rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0 hingga konsistensi yang
dikehendaki.
7. Pada pembuatan ekstrak cair 0.8 bagian perkolat pertama
dipisahkan dan perkolat selanjutnya diuapkan hingga diperoleh
0.2 bagian yang selanjutnya dicampurkan kedalam perkolat
pertama.
9. Perkolator terbuat dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain
yang tidak saling mempengaruhi dengan simplisia atau pelarut.
Ukuran perkolator yang digunakan hatus proposional dengan
jumlah bahan yang akan diekstrak.
Jumlah bahan yang akan diekstrak tidak lebih dari 2/3 tinggi
perkolator.
Perkolator biasanya dielngkapi dengan tutup yang terbuat dari
karet atau bahan lain untuk mencegah penguapan.
Tutup perkolator juga dilengkapi dengan lubang bertutup yang
dapat dibuka atau ditutup dengan mengesernya .
Pada beberapa perkolator sering pula dilengkapi dengan botol
yang berisi pelarut yang dihubungkan dengan perkolator
melalui pipa yang dilengkapi keran. Aliran perkolator diatur oleh
keran.
10. Pada bagian bawah yaitu leher perkolator tepat diatas keran
diberi kapas atau glass wool.
Perkolator ada 3 macam bentuk dan pemilihan tergantung pada
jenis serbuk simplisia yang akan disari :
a. Perkolator bentuk corong
Digunakan biasanya untuk pembuatan ekstrak atau tingtur
dengan kadar rendah.
b. Perkolator bentuk tabung
Digunakan biasanya untuk ekstrak cair.
c. Perkolator bentuk paruh
Digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur denagn
kadar tinggi.
11. 1. Perkolasi biasa
Simplisia dengan derajat kehalusan tertentu direndam dengan pelarut, kemudian
dimasukan ke dalam perkolator dan diperkolasi sampai didapat perkolat dengan
jumlah tertentu. Untuk pembuatan tingtur simplisia disari sampai diperoleh
bagian tertentu sedangkan untuk ekstrak cair disari sampai tersari sempurna.
2. Perkoalsi bertingkat (Reperkolasi)
Reperkolasi merupakan suatu cara perkolasi biasa dengan menggunakan
beberapa perkolator. Simplisia dibagi-bagi dalam beberapa bagian dan setiap
bagian diekstraksi secara tersendiri dalam tiap-tipa perkolator yang digunakan.
Cara yang paling umum dilakukan adalah dengan membagi simplisia dalam tiga
bagian dan tiga buah perkolator.
Perkolat dari tiap perkolator diambil dalam jumlah yang ditetapkan dan
dipergunakan sebagai cairan penyari untuk perkolasi berikutnya pada perkolator
yang kedua dan ketiga.
Reperkolasi hanya dipergunakan untuk pembuatan ekstrak cair simplisia denagn
zat berkhasiat yang tidak tahan atau rusak oleh pemanasan.
12. 3. Perkolasi bertingkat
Metoda ini digunakan untuk memperbaiki cara perkolasi biasa. Serbuk simplisia
yang hampir tersari sempurna, sebelum dibuang, disari dengan penyari yang
baru. Dengan cara ini diharapkan serbuk simplisia dapat tersari sempurna.
Serbuk simplisia yang baru, disari dengan perkolat yang hampir jenuh, sehingga
akan diperoleh perkolat akhir yang jenuh. Perkolat kemudian dipisahkan dan
dipekatkan.
Perkolasi bertingkat ini cocok digunakan untuk perusahaan obat tradisional,
termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik.
4. Perkolasi dengan tekanan
Modifikasi ini digunakan untuk simplisia yang sangat halus sehingga tidak bisa
diekstraksi dengan cara perkolasi biasa. Pada metoda ini perkolator ditambahkan
alat penghisap yang disebut diakolator agar perkolat dapat turun ke bawah.
13. 1. Tidak memerlukan langkah tambahan
2. Tidak membutuhkan panas yang tinggi sehingga
teknik perkolasi ini sangat cocok untuk substansi
yang bersifat termolabil.
3. Sampel selalu dialiri oleh pelarut baru
4. Pelarut dialirkan melalui sampel sehingga proses
penyarian lebih sempurna.
14. 1. Kontak antara sampel padat dengan pelarut
tidak merata dan terbatas.
2. Pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi
sehingga tidak melarutkan komponen secara
efisien.
3. Apabila sampel dalam perkolator tidak homogen
maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area.
4. Membutuhkan pelarut yang relatif banyak.