SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 13
Downloaden Sie, um offline zu lesen
“ANALISIS HIRARCHY PROCESS (AHP)”
PENDAHULUAN
Dalam menjalani kehidupan, manusia dihadapkan pada berbagai masalah dan pilihan.
Masalah tentunya memerlukan solusi atau jawaban. Sementara pilihan akan memerlukan
skala prioritas. Pada saat seseorang merumuskan solusi atas masalah yang dihadapi, maka ia
memerlukan berbagai kriteria/indikator/pertimbangan. Dalam menentukan indikator tersebut
seseorang mengacu pada berbagai informasi atau pemikiran yang logis. Diharapkan adanya
solusi atas masalah dan prioritas atas pilihan pada informasi yang benar dan tepat serta
pemikiran yang logis. Dasar-dasar tersebut akan mengarahkan seseorang untuk menentukan
keputusan yang rasional dan konsisten. Hal penting yang tidak dapat dipisahkan dari
keputusan tersebut adalah bahwa setiap orang adalah layak dan ahli pada bidangnya masingmasing (keputusan ahli). Namun, keputusan tersebut tidak terlepas dari adanya subyektivitas.
Keputusan yang rasional dan konsisten tersebut apabila dibuat dalam suatu diagram atau
sketsa akan membentuk suatu hierarki.
Proses pengambilan keputusan yang rasional dan konsisten dalam bentuk hierarki
tersebut akan mengarahkan pada sebuah metode pengambilan keputusan yang dikenal dengan
AHP (Analytic Hierarchy Process). Penjelasan tentang Metode AHP tersebut akan dijabarkan
pada bab ini.

Yuca Siahaan
PEMBAHASAN
A. Konsistensi dan Priotitas
Skala Persepsi Manusia
Sebelum manusia menggunakan satuan ukur dalam menentukan besaran semua
sumberdaya yang ada di alam ini, sebenarnya dengan kemampuan inderanya manusia sudah
mampu membedakan mana sumberdaya yang mempunyai ukuran yang sangat kecil sampai
yang sangat besar. Kemampuan manusia dalam membedakan ukuran sumberdaya tersebut
dapat dilakukan dengan pendekatan ilmiah.
Penentuan pembedaan ukuran atau sebut saja skala dengan pendekatan ilmiah akan
membantu seseorang untuk menentukan preferensinya dalam membuat keputusan secara
lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal inilah yang menjadi salah satu bagian
penting dalam pendekatan/metode AHP. Dalam metode AHP skala yang digunakan untuk
membantu

seseorang

dalam

menentukan

preferensinya

atas

suatu

sumberdaya/keputusan/prioritas adalah angka 1 sampai 9.
Ada beberapa argumentasi perlunya dirumuskan skala (standar pengukuran) tersebut
adalah (Permadi, 1992):
a. Perbedaan hal-hal yang bersifat/berbentuk kualitatif akan mempunyai arti dan dapat
dijamin keakuratannya apabila dibandingkan dengan besaran yang sama dan jelas.
b. Secara umum seseorang dapat menyatakan perbedaan hal-hal kualitatif dalam lima
istilah seperti sama, lemah, kuat, sangat kuat dan absolut.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Miller pada tahun 1956 yang menyebutkan bahwa
manusia tidak dapat membandingkan lebih dari tujuh (tambah atau kurang dua) obyek
secara simultan.
Konsistensi
Salah satu asumsi yang membedakan antara metode AHP dengan metode lainnya
dalam pengambilan keputusan adalah adanya faktor konsistensi yang tidak harus mutlak
(Permadi, 1992). Jika hal ini mengacu pada konsep transitivitas, maka apabila seseorang
menganggap suatu barang (A) lebih disukai dibandingkan B, dan B lebih disukai
dibandingkan C, maka A dan B pasti lebih disukai dibandingkan dengan C.
Dalam kenyataanya (empiris) subyektivitas seseorang kadang tidak mampu
menunjukkan keputusan yang konsisten secara mutlak (100%) atas berbagai pilihan yang

Yuca Siahaan
dibuatnya. Dengan demikian, metode AHP yang menjadikan manusia sebagai pelaku utama
akan memunculkan keputusan yang subyektif sehingga bisa jadi akan menghasilkan tingkat
konsistensi kurang dari 100% (tidak mutlak). Konsistensi yang ada dalam metode AHP
melibatkan dua tahap konsistensi, yaitu: konsistensi setiap matriks dan konsistensi
keseluruhan hierarkhi (logical consistency). Toleransi yang digunakan dalam memutuskan
untuk menerima atau tidak tingkat konsistensi yang terjadi secara umum adalah diatas atau
sama dengan 90%. Artinya tingkat inkonsistensi yang dapat diterima adalah kurang dari atau
sama dengan 10%. Apabila tingkat inkonsistensi lebih dari 10% dikhawatirkan keputusan
yang diambil kurang valid (terjadi kesalahan).
Prioritas
Bagian yang akan menunjukkan penggunaan metode ini dalam pengambilan
keputusan secara berurutan adalah prioritas. Prioritas ini mengarahkan pada semua pihak
untuk memahami bahwa setiap keputusan yang dirumuskan secara konsisten akan dibuat
prioritasnya. Konteks ini mengacu pada konsep hierarki yang ada dalam metode AHP.
Dengan kemampuan untuk membuat prioritas atau hierarki keputusan/kebijakan tersebut,
maka metode ini akan memberikan informasi penting bagi manusia untuk melakukan sesuatu
secara bertahap.
Pentahapan dalam melakukan suatu keputusan yang didukung dengan tingkat
konsistensi yang cukup tinggi diharapkan dapat memberikan arah yang jelas bagi manusia
untuk menyelesaikan setiap permasalahan/memenuhi kebutuhan hidup secara tepat dan logis.
Ini dimaksudkan untuk membentuk keputusan berdasarkan kerangka logika dan ilmiah yang
dapat dipertanggungjawabkan dan valid dalam pengukurannya.

B. Multifactor Evaluation Process (MEFP)
Dalam menentukan suatu keputusan, banyak masalah pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan faktor-faktor yang harus diperhitungkan. Dalam hal ini, individu-individu
secara subjektif dan intuitif memperhitungkan faktor-faktor di dalam pengambilan keputusan.
Faktor-faktor tersebut dapat dikuantifikasi dengan menggunakan suatu bobot, disesuaikan
dengan kondisi yang ada. Proses kuantifikasi tersebut akan melibatkan berbagai alternatif.
Masing-masing alternatif dapat dievaluasi keterkaitannya dengan faktor-faktor yang telah
ditentukan/dirumuskan. Pendekatan ini disebut proses evaluasi multifaktor (Multifactor
Evaluation Process, MFEP).
Pada MFEP, langkah pertama yang dilakukan adalah membuat daftar faktor-faktor
dan tingkat kepentingannya dalam skala 0 sampai 1. Untuk memahami metode ini dapat
Yuca Siahaan
mencermati ilustrasi yang telah dibuat oleh Donna (2008). Seorang Perencana Pembangunan
akan menentukan suatu kebijakan bagi masyarakatnya. Perencana Pembangunan tersebut
telah menentukan tiga faktor yang penting bagi masyarakat, yaitu: pertumbuhan, kesempatan
kerja, dan pemerataan pembangunan. Perencana Pembangunan melihat bahwa kesempatan
kerja merupakan hal yang paling penting dan diberikan bobot sebesar 0,6. Kemudian, diikuti
pertumbuhan dengan bobot 0,3 dan pemerataan pembangunan dengan bobot 0,1. Tabel 5.1
menunjukkan bobot masing-masing faktor tersebut.
Tabel 1. Bobot Faktor

FAKTOR
Pertumbuhan
Kesempatan Kerja
Pemerataan Pembangunan

KEPENTINGAN
(Bobot)
0,3
0,6
0,1

Pada saat itu, Perencana Pembangunan tersebut memiliki 3 kemungkinan kebijakan,
yaitu: Kebijakan A, B dan C. Untuk masing-masing kebijakan, Perencana Pembangunan
mengevaluasi (menilai) faktor-faktor tersebut dalam skala 0 dan 1, seperti pada Tabel 5.2.
Kebijakan A memiliki evaluasi pertumbuhan sebesar 0,7; kesempatan kerja 0,9; dan
pemerataan pendapatan 0,6. Kebijakan B memiliki evaluasi pertumbuhan yaitu sebesar 0,8;
kesempatan kerja 0,7; dan pemerataan pendapatan 0,8. Sementara Kebijakan C memiliki
evaluasi pertumbuhan sebesar 0,9; kesempatan kerja 0,6; dan pemerataan pedapatan 0,9.
Tabel 2. Evaluasi Faktor
FAKTOR
Pertumbuhan
Kesempatan Kerja
Pemerataan Pembangunan

A
0,7
0,9
0,6

B
0,8
0,7
0,8

C
0,9
0,6
0,9

Perencana Pembangunan dapat menentukan evaluasi bobot total dari masing-masing
alternatif kebijakan dengan cara menjumlahkan hasil perkalian antara bobot faktor dan
evaluasi faktor.
Tabel 3. Evaluasi Kebijakan
Kebijakan A:
FAKTOR
Pertumbuhan
Kesempatan Kerja
Pemerataan Pembangunan
Yuca Siahaan

KEPENTINGAN
(bobot)
0,3
0,6
0,1

EVALUASI
FAKTOR
x
x
x

0,7
0,9
0,6

=
=
=

Evaluasi
Tertimban
g
0,21
0,54
0,06
0,81

Kebijakan B:
FAKTOR
Pertumbuhan
Kesempatan Kerja
Pemerataan Pembangunan

KEPENTINGAN
(bobot)
0,3
0,6
0,1

Evaluasi
Tertimban
g
0,24
0,42
0,08
0,74

EVALUASI
FAKTOR
x
x
x

0,8
0,7
0,8

=
=
=

Kebijakan C:
FAKTOR
Pertumbuhan
Kesempatan Kerja
Pemerataan Pembangunan

KEPENTINGAN
(bobot)
0,3
0,6
0,1

EVALUASI
FAKTOR
x
x
x

0,9
0,6
0,9

=
=
=

Evaluasi
Tertimb
ang
0,27
0,36
0,09
0,72

Perencana Pembangunan memilih nilai evaluasi tertimbang total yang terbesar, yaitu
Kebijakan A.

C. Penyusunan Model AHP
Aksioma
AHP dikembangkan oleh Thomas L Saaty dan dipublikasikan dalam bukunya yang berjudul
The Analytic Hierarchy Process pada tahun 1980. AHP merupakan salah satu alat analitis
atau metodologi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Metodologi ini
memasukkan faktor-faktor rasional dan intuitif untuk menentukan pilihan terbaik dari
beberapa alternatif. Pilihan atau alternatif ini ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang
dipertimbangkan dan dikelompokkan menurut suatu hirarki.
Metode ini didasarkan pada beberapa aksioma, yaitu (Permadi, 1992):
a. Reciprocal comparison
Pengambil keputusan harus mampu membuat perbandingan dan menentukan
preferensinya.
b. Homogeneity
Preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau elemenelemennya dapat diperbandingkan satu sama lain.
c. Independence
Yuca Siahaan
Preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh
alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif secara keseluruhan.
d. Expectations
Untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap.

Pembuatan Hirarki
Dalam penyusunan model dan penggunaan metode AHP penting untuk dilakukan/dibuat
struktur pola pikir dalam bentuk hirarki. Hirarki ini akan mengarahkan para pengambil
keputusan untuk memahami kerangka logis penyelesaian masalah atau proses pengambilan
keputusan secara keseluruhan. Adapun penyusunan hirarki dalam metode AHP sebagaimana
tercermin dalam Gambar 1.
Gambar 1. Penyusunan Hirarki dalam AHP
Identifikasi level dan elemen
Definisi konsep
Formulasi pertanyaan

Pengisian persepsi dan
prioritas
Sintesa prioritas
Konsistensi
Sumber: Permadi (1992)

Tahapan-tahapan dalam AHP
Untuk memahami tahapan dalam penggunaan metode AHP dapat mencermati hasil simulasi
yang telah dibuat oleh Donna (2008). Seorang Perencana Pembangunan akan menentukan
kebijakan pembangunan akan dilakukan dengan tujuan menyejahterakan masyarakat. Setelah
melalui penjaringan aspirasi masyarakat (dengan responden seperti tokoh masyarakat,
akademisi LSM dan lainnya), Perencana Pembangunan tersebut telah menentukan bahwa
hanya terdapat tiga faktor yang penting bagi masyarakat yaitu Pertumbuhan, Kesempatan
Kerja dan Pemerataan Pendapatan. Jumlah alternatif kegiatan tersebut ada 3 yaitu A, B
dan C.
Yuca Siahaan
Hirarki dari faktor dan alternatif ditunjukkan oleh Gambar 2. berikut ini:
Kebijakan Terbaik

Kebijakan A

Kebijakan B

Pemerataan
Pendapatan

Kesempatan
Kerja

Pertumbuhan

Kebijakan C

Kebijkan A

Kebijakan B

Kebijakan C

Kebijakan A

Kebijakan B

Kebijakan C

Gambar 2. Hirarki Keputusan
Hirarki keputusan untuk pemilihan kegiatan di atas memiliki 3 tingkatan. Tingkatan
tertinggi menunjukkan keputusan keseluruhan: pemilihan kegiatan terbaik. Tingkatan tengah
(kedua) menunjukkan faktor-faktor yang diperhitungkan: ekonomi, kesehatan dan
pendidikan. Tingkatan paling rendah (ketiga) menunjukkan alternatif.
Unsur terpenting dalam AHP adalah perbandingan berpasangan (pairwise comparison).
Perencana Pembangunan (pengambil keputusan) perlu membandingkan 2 alternatif yang
berbeda dengan menggunakan skala ‘sama-sama disukai’ sampai ‘istimewa lebih disukai’,
sebagai contoh:
1. Sama-sama disukai
2. Sama sampai lumayan lebih disukai
3. Lumayan lebih disukai
4. Lumayan sampai Sangat lebih disukai
5. Sangat lebih disukai
6. Sangat sampai Terlalu Sangat lebih disukai
7. Terlalu Sangat disukai sampai intimewa lebih disukai
8. Istimewa lebih disukai
Tahap pertama adalah menentukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison).
Misalkan Tabel 4 menunjukkan perbandingan berpasangan ketiga proyek tersebut. Angka 3
dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa kebijakan A ‘lumayan lebih disukai’ dibanding
kebijakan B. Angka 9 menunjukkan bahwa kebijakan A ‘istimewa lebih disukai’ dibanding
Z. Dan angka 6 menunjukkan bahwa kebijakan B ‘sangat sampai terlalu sangat lebih disukai’
dibanding kebijakan B. Tentu saja diagonal utama isinya angka 1, sebab membandingkan
satu kegiatan dengan kegiatan itu sendiri. Angka-angka tersebut bisa didapatkan dari hasil

Yuca Siahaan
survei lapangan dengan kuisioner atau wawancara terhadap responden. Kemudian, dari datadata tersebut dihitung rata-rata respon responden tersebut.
Tabel 4. Perbandingan Berpasangan
A
1
1/3
1/9

B
3
1
1/6

C
9
6
1

KK
A
B
C

A
1
2
8

B
1/2
1
5

C
1/8
1/5
1

PP
A
B
C

A
1
1
1/6

B
1
1
1/3

C
6
3
1

P
A
B
C

Tahap kedua adalah melakukan evaluasi untuk masing-masing faktor, yaitu pertumbuhan,
kesempatan kerja, dan pemerataan pembangunan. Di sini akan dibahas untuk pertumbuhan
saja. Analisis untuk kesehatan dan pendidikan dilakukan dengan langkah yang sama.
Evaluasi terhadap pertumbuhan diawali dengan mengitung total kolom. Kemudian mengitung
masing-masing elemen dengan total kolom. Untuk menentukan prioritas dari ekonomi dari 3
kegitan-kegiatan tersebut, secara sederhana kita bisa melihat dari rata-rata masing-masing
baris.
Tabel 5. Evaluasi Pertumbuhan
P
A
B
C
Jumlah

A
0,692
0,231
0,077

P
A
B
C

P
A
B
Yuca Siahaan

A
1,000
0,333
0,111
1,444

0,658
0,282

B
3,000
1,000
0,167
4,167

B
0,720
0,240
0,040

C
9,000
6,000
1,000
16,000

C
0,563
0,375
0,063

Rata-rata Baris
= (0,692 + 0,720 + 0,563)/3
= (0,231 + 0,240 + 0,375)/3
C

0,060

= (0,077 + 0,040 + 0,063)/3

Tahap ketiga, menghitung rasio konsistensi. Yang juga perlu diuji adalah apakah respon kita
konsisten. Kekonsistenan ini dilihat dengan rasio konsistensi (consistency ratio). Untuk
menghitung rasio ini, kita harus mengitung terlebih dahulu vektor perjumlahan terbobot yaitu
merupakan perkalian evaluasi faktor di atas dengan baris pertama matrix perbandingan
berpasangan (pairwise comparison matrix). Begitu juga dengan kolom kedua dan ketiga.
Vektor penjumlahan terbobot:
(0,658) (1)
(0,658)
(0,333)
(0,658)
(0,111)

+ (0,282)(3)
+ (0,282)(1)

+ (0,060)(9)
+ (0,060)(6)

= 2,042
= 0,860

+ (0,282)(0,167) + (0,060)(1)

= 1,799

Selanjutnya dapat dihitung vektor kekonsistensi yang didefinsikan sebagai pembagian vektor
penjumlahan terbobot dengan evaluasi faktor. Vektor kekonsitenan:
2,042 / 0,658
= 0,860 / 0,282

= 3,103
= 3,051

1,799 / 0,060

Vektor
konsistensi

= 3,009

Berikutnya dihitung Lambda dan indeks konsistensi. Lambda (λ) merupakan rata-rata vektor
konsistensi:
λ = (3,103 + 3,051 + 3,009)/3 = 3,054
Indeks konsistensi (CI):
CI = (λ-n)/(n-1)

dimana n adalah jumlah alternatif

CI = (3,054 – 3)/(3 – 1)
CI = 0,027
Terakhir dihitung rasio konsistensi (consistency ratio) yang merupakan pembagian indeks
konsistensi dengan indeks acak (random index, RI).

Tabel 6. Indeks Acak
N
2
3
4
5
Yuca Siahaan

RI
0,00
0,58
0,90
1,12
6
7
8

1,24
1,32
1,41

Secara umum, CR dirumuskan:
CR = CI / RI
CR = 0,0270 / 0,58 = 0,0466

Rasio konsistensi menunjukkan bagaimana konsistensi terhadap jawaban dapat terwujud.
Semakin tinggi CR berarti kita semakin tidak konsisten, sebaliknya semakin rendah CR
berarti kita semakin konsisten. Secara umum, jika CR kurang dari

0,10; pengambil

kebupusan dikatakan relatif konsisten. Jika CR di atas 0,10, pengambil keputusan seharusnya
memperhitungkan kembali pairwise comparison. Langkah 1,2 dan 3 di atas dilakukan untuk
alternatif yang lain: kesehatan dan pendidikan.

Tabel 7. Evaluasi Faktor
Faktor
A
B
C
Pertumbuhan
0,658 0,282 0,060
Kesempatan Kerja
0,087 0,162 0,750
Pemerataan Pendapatan
0,497 0,397 0,107
Tahap keempat menentukan ranking secara keseluruhan. Setelah bobot faktor ditentukan
(sama langkahnya dengan MFEP) dengan membandingkan antara ekonomi-kesehatanpendidikan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa angka –angka pada Tabel 5.8 dapat juga
diperoleh dengan proses AHP (seperti yang dijelaskan pada sesi ini). Misalkan bobot
pertumbuhan, bobot kesempatan kerja, dan bobot pemerataan pendapatan ditunjukkan oleh
tabel berikut ini:
Tabel 8. Bobot Faktor

Faktor
Pertumbuhan
Kesempatan Kerja
Pemerataan Pendapatan

Bobot
Faktor
0,0820
0,6816
0,2364

Ranking total keseluruhan ditentukan dengan mengalikan evaluasi faktor dengan bobot
faktor:

Kebijakan
Evaluasi Tertimbang Total
A
(0,658)x(0,0820)+(0,087)x(0,6816)+(0,0497)x(0,2364) =
B
(0,282)x(0,0820)+(0,162)x(0,6816)+(0,397)x(0,2364) =
Yuca Siahaan

0,231
0,227
C

(0,060)x(0,0820)+(0,750)x(0,6816)+(0,107)x(0,2364) =

0,542

D. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan ini didasarkan pada beberapa tahap yang telah dilakukan
berdasarkan metode AHP (lihat ilustrasi pada contoh diatas). Dengan telah diperolehnya hasil
pengisian preferensi oleh responden (dalam hal ini adalah responden ahli/kompeten dalam
bidangnya), maka akan diperoleh berbagai faktor/elemen/indikator/variable yang tersusun
dalam suatu hirarki/prioritas beserta dengan nilai bobotnya masing-masing.

Hasil hirarki/prioritas tersebut akan menjadi dasar bagi para pengambil kebijakan
untuk membuat keputusan yang tepat dan valid. Pengambilan keputusan yang tepat dan valid
tersebut akan memberikan manfaat yang cukup besar baik bagi pengambil kebijakan maupun
para pemangku kepentingan yang menjadi sasaran kebijakan tersebut. Dalam hal ini AHP
akan dapat memberikan informasi yang cukup karena proses pengambilan keputusan akhir
yang ada dalam tahapan AHP mengakomodir preferensi para responden dan akan dilakukan
evaluasi terhadap preferensi tersebut apabila ada kecenderungan tingkat inkonsistensi yang
cukup tinggi (diatas 10%). Selain itu, proses pengambilan keputusan dengan metode AHP
dilakukan tidak hanya satu kali. Ini mengingat bahwa kemampuan otak manusia untuk
membandingkan dan merumuskan prioritas atas berbagai elemen yang ada cukup terbatas.

Yuca Siahaan
KESIMPULAN
1. Analisis Hierarchy Process adalah metode pengambilan keputusan yang rasional dan
konsisten dalam bentuk hierarki
2. Yang menjadi ciri khas aksioma metode AHP dibanding metode lainnya dalam
pengambilan keputusan adalah adanya faktor konsistensi yang tidak harus mutlak
3. Metode AHP ini didasarkan pada beberapa aksioma, yaitu: Reciprocal comparison,
Homogeneity, Independence, dan Expectations.
4. Dalam pembuatan dan penggunaan metode AHP perlu disusun struktur pola pikir
dalam bentuk hirearkhi. Adapun urutan penyusunannya yaitu: identifikasi elemen dan
level, definisi konsep, formulasi pertanyaan, pengisian persepsi dan prioritas, sintesa
prioritas, konsistensi.
5. Adapun langkah metode AHP adalah menentukan perbandingan berpasangan
(pairwise comparison), melakukan evaluasi untuk masing-masing faktor, menghitung
rasio konsistensi, dan terakhir menentukan ranking secara keseluruhan.

Yuca Siahaan
Referensi

Donna, Duddy Roesmara. 2008. Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai Metode
Pengambilan Kebijakan dan Pengembangan Ekonomi Daerah. INSPECT. Jogjakarta.
Permadi, Bambang. 1992. AHP. PAU-EK-UI. Jakarta.

Yuca Siahaan

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Analytic hierarchy process

Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...
Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...
Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...
SarahFarhani
 
Materi problem solving askar
Materi problem solving askarMateri problem solving askar
Materi problem solving askar
Muhammad Askar
 

Ähnlich wie Analytic hierarchy process (20)

ankep fix.docx
ankep fix.docxankep fix.docx
ankep fix.docx
 
Sim, muthiara, hapzi, sistem pengambilan keputusan, universitas mercubuana, 2017
Sim, muthiara, hapzi, sistem pengambilan keputusan, universitas mercubuana, 2017Sim, muthiara, hapzi, sistem pengambilan keputusan, universitas mercubuana, 2017
Sim, muthiara, hapzi, sistem pengambilan keputusan, universitas mercubuana, 2017
 
Sim, muthiara, hapzi, sistem pengambilan keputusan, universitas mercubuana, 2017
Sim, muthiara, hapzi, sistem pengambilan keputusan, universitas mercubuana, 2017Sim, muthiara, hapzi, sistem pengambilan keputusan, universitas mercubuana, 2017
Sim, muthiara, hapzi, sistem pengambilan keputusan, universitas mercubuana, 2017
 
Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...
Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...
Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...
 
Laporan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Menggunakan Metode AHP
Laporan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Menggunakan Metode AHPLaporan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Menggunakan Metode AHP
Laporan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Menggunakan Metode AHP
 
Pengambilan Keputusan_Model Dan Tehnik Analisis Keputusan Alternatif (Deliber...
Pengambilan Keputusan_Model Dan Tehnik Analisis Keputusan Alternatif (Deliber...Pengambilan Keputusan_Model Dan Tehnik Analisis Keputusan Alternatif (Deliber...
Pengambilan Keputusan_Model Dan Tehnik Analisis Keputusan Alternatif (Deliber...
 
Analitic hierarchy process
Analitic hierarchy processAnalitic hierarchy process
Analitic hierarchy process
 
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfPPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
 
Materi problem solving askar
Materi problem solving askarMateri problem solving askar
Materi problem solving askar
 
pertemuan 1 dan 2 (PUBLIC NEED AND ANALYS POLICY).pdf
pertemuan 1 dan 2 (PUBLIC NEED AND ANALYS POLICY).pdfpertemuan 1 dan 2 (PUBLIC NEED AND ANALYS POLICY).pdf
pertemuan 1 dan 2 (PUBLIC NEED AND ANALYS POLICY).pdf
 
Decision-making Models, Decision Support, and Problem Solving
Decision-making Models, Decision Support, and Problem SolvingDecision-making Models, Decision Support, and Problem Solving
Decision-making Models, Decision Support, and Problem Solving
 
407995911 community-development-2019
407995911 community-development-2019407995911 community-development-2019
407995911 community-development-2019
 
Logika7
Logika7Logika7
Logika7
 
Pertemuan13
Pertemuan13Pertemuan13
Pertemuan13
 
Sistem pendukung keputusan cwg
Sistem pendukung keputusan cwgSistem pendukung keputusan cwg
Sistem pendukung keputusan cwg
 
Chapter 5 Buku The Health care Quality Book
Chapter 5 Buku The Health care Quality BookChapter 5 Buku The Health care Quality Book
Chapter 5 Buku The Health care Quality Book
 
Evaluasi dalam Promosi Kesehatan
Evaluasi dalam Promosi KesehatanEvaluasi dalam Promosi Kesehatan
Evaluasi dalam Promosi Kesehatan
 
Decision Making Models, Decision Support and Problem Solving
Decision Making Models, Decision Support and Problem SolvingDecision Making Models, Decision Support and Problem Solving
Decision Making Models, Decision Support and Problem Solving
 
Strategi UKM
Strategi UKMStrategi UKM
Strategi UKM
 
Strategi UKM
Strategi UKMStrategi UKM
Strategi UKM
 

Mehr von Yuca Siahaan

Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Yuca Siahaan
 
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral RI: Sebuah Pengantar"
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral  RI: Sebuah Pengantar"Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral  RI: Sebuah Pengantar"
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral RI: Sebuah Pengantar"
Yuca Siahaan
 
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifBeberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Yuca Siahaan
 
Indikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesiaIndikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesia
Yuca Siahaan
 
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
Yuca Siahaan
 
Aliran aliran makro ekonomi
Aliran aliran makro ekonomiAliran aliran makro ekonomi
Aliran aliran makro ekonomi
Yuca Siahaan
 
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNS
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNSWawancara Koperasi Mahasiswa UNS
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNS
Yuca Siahaan
 
Analisis swot koperasi
Analisis swot koperasiAnalisis swot koperasi
Analisis swot koperasi
Yuca Siahaan
 
Exchange rate dan neraca pembayaran
Exchange rate dan neraca pembayaranExchange rate dan neraca pembayaran
Exchange rate dan neraca pembayaran
Yuca Siahaan
 
Indeks Demokrasi Indonesia
Indeks Demokrasi IndonesiaIndeks Demokrasi Indonesia
Indeks Demokrasi Indonesia
Yuca Siahaan
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Yuca Siahaan
 
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyatResensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
Yuca Siahaan
 
Commen currency area analysis kel.11 (2)
Commen currency area analysis kel.11 (2) Commen currency area analysis kel.11 (2)
Commen currency area analysis kel.11 (2)
Yuca Siahaan
 
Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11
Yuca Siahaan
 
kriteria investasi
kriteria investasikriteria investasi
kriteria investasi
Yuca Siahaan
 
Investasi sdm melalui program magang
Investasi sdm melalui program magangInvestasi sdm melalui program magang
Investasi sdm melalui program magang
Yuca Siahaan
 
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdm
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdmRuang lingkup dan pentingnya eko sdm
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdm
Yuca Siahaan
 
Cafta dan perkembangannya di indonesia
Cafta dan perkembangannya di indonesiaCafta dan perkembangannya di indonesia
Cafta dan perkembangannya di indonesia
Yuca Siahaan
 

Mehr von Yuca Siahaan (20)

Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
 
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral RI: Sebuah Pengantar"
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral  RI: Sebuah Pengantar"Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral  RI: Sebuah Pengantar"
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral RI: Sebuah Pengantar"
 
Contoh Proposal Penelitian
Contoh Proposal PenelitianContoh Proposal Penelitian
Contoh Proposal Penelitian
 
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifBeberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
 
Indikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesiaIndikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesia
 
Fenomena pilkada
Fenomena pilkadaFenomena pilkada
Fenomena pilkada
 
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
 
Aliran aliran makro ekonomi
Aliran aliran makro ekonomiAliran aliran makro ekonomi
Aliran aliran makro ekonomi
 
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNS
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNSWawancara Koperasi Mahasiswa UNS
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNS
 
Analisis swot koperasi
Analisis swot koperasiAnalisis swot koperasi
Analisis swot koperasi
 
Exchange rate dan neraca pembayaran
Exchange rate dan neraca pembayaranExchange rate dan neraca pembayaran
Exchange rate dan neraca pembayaran
 
Indeks Demokrasi Indonesia
Indeks Demokrasi IndonesiaIndeks Demokrasi Indonesia
Indeks Demokrasi Indonesia
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
 
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyatResensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
 
Commen currency area analysis kel.11 (2)
Commen currency area analysis kel.11 (2) Commen currency area analysis kel.11 (2)
Commen currency area analysis kel.11 (2)
 
Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11
 
kriteria investasi
kriteria investasikriteria investasi
kriteria investasi
 
Investasi sdm melalui program magang
Investasi sdm melalui program magangInvestasi sdm melalui program magang
Investasi sdm melalui program magang
 
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdm
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdmRuang lingkup dan pentingnya eko sdm
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdm
 
Cafta dan perkembangannya di indonesia
Cafta dan perkembangannya di indonesiaCafta dan perkembangannya di indonesia
Cafta dan perkembangannya di indonesia
 

Analytic hierarchy process

  • 1. “ANALISIS HIRARCHY PROCESS (AHP)” PENDAHULUAN Dalam menjalani kehidupan, manusia dihadapkan pada berbagai masalah dan pilihan. Masalah tentunya memerlukan solusi atau jawaban. Sementara pilihan akan memerlukan skala prioritas. Pada saat seseorang merumuskan solusi atas masalah yang dihadapi, maka ia memerlukan berbagai kriteria/indikator/pertimbangan. Dalam menentukan indikator tersebut seseorang mengacu pada berbagai informasi atau pemikiran yang logis. Diharapkan adanya solusi atas masalah dan prioritas atas pilihan pada informasi yang benar dan tepat serta pemikiran yang logis. Dasar-dasar tersebut akan mengarahkan seseorang untuk menentukan keputusan yang rasional dan konsisten. Hal penting yang tidak dapat dipisahkan dari keputusan tersebut adalah bahwa setiap orang adalah layak dan ahli pada bidangnya masingmasing (keputusan ahli). Namun, keputusan tersebut tidak terlepas dari adanya subyektivitas. Keputusan yang rasional dan konsisten tersebut apabila dibuat dalam suatu diagram atau sketsa akan membentuk suatu hierarki. Proses pengambilan keputusan yang rasional dan konsisten dalam bentuk hierarki tersebut akan mengarahkan pada sebuah metode pengambilan keputusan yang dikenal dengan AHP (Analytic Hierarchy Process). Penjelasan tentang Metode AHP tersebut akan dijabarkan pada bab ini. Yuca Siahaan
  • 2. PEMBAHASAN A. Konsistensi dan Priotitas Skala Persepsi Manusia Sebelum manusia menggunakan satuan ukur dalam menentukan besaran semua sumberdaya yang ada di alam ini, sebenarnya dengan kemampuan inderanya manusia sudah mampu membedakan mana sumberdaya yang mempunyai ukuran yang sangat kecil sampai yang sangat besar. Kemampuan manusia dalam membedakan ukuran sumberdaya tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan ilmiah. Penentuan pembedaan ukuran atau sebut saja skala dengan pendekatan ilmiah akan membantu seseorang untuk menentukan preferensinya dalam membuat keputusan secara lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal inilah yang menjadi salah satu bagian penting dalam pendekatan/metode AHP. Dalam metode AHP skala yang digunakan untuk membantu seseorang dalam menentukan preferensinya atas suatu sumberdaya/keputusan/prioritas adalah angka 1 sampai 9. Ada beberapa argumentasi perlunya dirumuskan skala (standar pengukuran) tersebut adalah (Permadi, 1992): a. Perbedaan hal-hal yang bersifat/berbentuk kualitatif akan mempunyai arti dan dapat dijamin keakuratannya apabila dibandingkan dengan besaran yang sama dan jelas. b. Secara umum seseorang dapat menyatakan perbedaan hal-hal kualitatif dalam lima istilah seperti sama, lemah, kuat, sangat kuat dan absolut. c. Penelitian yang dilakukan oleh Miller pada tahun 1956 yang menyebutkan bahwa manusia tidak dapat membandingkan lebih dari tujuh (tambah atau kurang dua) obyek secara simultan. Konsistensi Salah satu asumsi yang membedakan antara metode AHP dengan metode lainnya dalam pengambilan keputusan adalah adanya faktor konsistensi yang tidak harus mutlak (Permadi, 1992). Jika hal ini mengacu pada konsep transitivitas, maka apabila seseorang menganggap suatu barang (A) lebih disukai dibandingkan B, dan B lebih disukai dibandingkan C, maka A dan B pasti lebih disukai dibandingkan dengan C. Dalam kenyataanya (empiris) subyektivitas seseorang kadang tidak mampu menunjukkan keputusan yang konsisten secara mutlak (100%) atas berbagai pilihan yang Yuca Siahaan
  • 3. dibuatnya. Dengan demikian, metode AHP yang menjadikan manusia sebagai pelaku utama akan memunculkan keputusan yang subyektif sehingga bisa jadi akan menghasilkan tingkat konsistensi kurang dari 100% (tidak mutlak). Konsistensi yang ada dalam metode AHP melibatkan dua tahap konsistensi, yaitu: konsistensi setiap matriks dan konsistensi keseluruhan hierarkhi (logical consistency). Toleransi yang digunakan dalam memutuskan untuk menerima atau tidak tingkat konsistensi yang terjadi secara umum adalah diatas atau sama dengan 90%. Artinya tingkat inkonsistensi yang dapat diterima adalah kurang dari atau sama dengan 10%. Apabila tingkat inkonsistensi lebih dari 10% dikhawatirkan keputusan yang diambil kurang valid (terjadi kesalahan). Prioritas Bagian yang akan menunjukkan penggunaan metode ini dalam pengambilan keputusan secara berurutan adalah prioritas. Prioritas ini mengarahkan pada semua pihak untuk memahami bahwa setiap keputusan yang dirumuskan secara konsisten akan dibuat prioritasnya. Konteks ini mengacu pada konsep hierarki yang ada dalam metode AHP. Dengan kemampuan untuk membuat prioritas atau hierarki keputusan/kebijakan tersebut, maka metode ini akan memberikan informasi penting bagi manusia untuk melakukan sesuatu secara bertahap. Pentahapan dalam melakukan suatu keputusan yang didukung dengan tingkat konsistensi yang cukup tinggi diharapkan dapat memberikan arah yang jelas bagi manusia untuk menyelesaikan setiap permasalahan/memenuhi kebutuhan hidup secara tepat dan logis. Ini dimaksudkan untuk membentuk keputusan berdasarkan kerangka logika dan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid dalam pengukurannya. B. Multifactor Evaluation Process (MEFP) Dalam menentukan suatu keputusan, banyak masalah pengambilan keputusan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang harus diperhitungkan. Dalam hal ini, individu-individu secara subjektif dan intuitif memperhitungkan faktor-faktor di dalam pengambilan keputusan. Faktor-faktor tersebut dapat dikuantifikasi dengan menggunakan suatu bobot, disesuaikan dengan kondisi yang ada. Proses kuantifikasi tersebut akan melibatkan berbagai alternatif. Masing-masing alternatif dapat dievaluasi keterkaitannya dengan faktor-faktor yang telah ditentukan/dirumuskan. Pendekatan ini disebut proses evaluasi multifaktor (Multifactor Evaluation Process, MFEP). Pada MFEP, langkah pertama yang dilakukan adalah membuat daftar faktor-faktor dan tingkat kepentingannya dalam skala 0 sampai 1. Untuk memahami metode ini dapat Yuca Siahaan
  • 4. mencermati ilustrasi yang telah dibuat oleh Donna (2008). Seorang Perencana Pembangunan akan menentukan suatu kebijakan bagi masyarakatnya. Perencana Pembangunan tersebut telah menentukan tiga faktor yang penting bagi masyarakat, yaitu: pertumbuhan, kesempatan kerja, dan pemerataan pembangunan. Perencana Pembangunan melihat bahwa kesempatan kerja merupakan hal yang paling penting dan diberikan bobot sebesar 0,6. Kemudian, diikuti pertumbuhan dengan bobot 0,3 dan pemerataan pembangunan dengan bobot 0,1. Tabel 5.1 menunjukkan bobot masing-masing faktor tersebut. Tabel 1. Bobot Faktor FAKTOR Pertumbuhan Kesempatan Kerja Pemerataan Pembangunan KEPENTINGAN (Bobot) 0,3 0,6 0,1 Pada saat itu, Perencana Pembangunan tersebut memiliki 3 kemungkinan kebijakan, yaitu: Kebijakan A, B dan C. Untuk masing-masing kebijakan, Perencana Pembangunan mengevaluasi (menilai) faktor-faktor tersebut dalam skala 0 dan 1, seperti pada Tabel 5.2. Kebijakan A memiliki evaluasi pertumbuhan sebesar 0,7; kesempatan kerja 0,9; dan pemerataan pendapatan 0,6. Kebijakan B memiliki evaluasi pertumbuhan yaitu sebesar 0,8; kesempatan kerja 0,7; dan pemerataan pendapatan 0,8. Sementara Kebijakan C memiliki evaluasi pertumbuhan sebesar 0,9; kesempatan kerja 0,6; dan pemerataan pedapatan 0,9. Tabel 2. Evaluasi Faktor FAKTOR Pertumbuhan Kesempatan Kerja Pemerataan Pembangunan A 0,7 0,9 0,6 B 0,8 0,7 0,8 C 0,9 0,6 0,9 Perencana Pembangunan dapat menentukan evaluasi bobot total dari masing-masing alternatif kebijakan dengan cara menjumlahkan hasil perkalian antara bobot faktor dan evaluasi faktor. Tabel 3. Evaluasi Kebijakan Kebijakan A: FAKTOR Pertumbuhan Kesempatan Kerja Pemerataan Pembangunan Yuca Siahaan KEPENTINGAN (bobot) 0,3 0,6 0,1 EVALUASI FAKTOR x x x 0,7 0,9 0,6 = = = Evaluasi Tertimban g 0,21 0,54 0,06
  • 5. 0,81 Kebijakan B: FAKTOR Pertumbuhan Kesempatan Kerja Pemerataan Pembangunan KEPENTINGAN (bobot) 0,3 0,6 0,1 Evaluasi Tertimban g 0,24 0,42 0,08 0,74 EVALUASI FAKTOR x x x 0,8 0,7 0,8 = = = Kebijakan C: FAKTOR Pertumbuhan Kesempatan Kerja Pemerataan Pembangunan KEPENTINGAN (bobot) 0,3 0,6 0,1 EVALUASI FAKTOR x x x 0,9 0,6 0,9 = = = Evaluasi Tertimb ang 0,27 0,36 0,09 0,72 Perencana Pembangunan memilih nilai evaluasi tertimbang total yang terbesar, yaitu Kebijakan A. C. Penyusunan Model AHP Aksioma AHP dikembangkan oleh Thomas L Saaty dan dipublikasikan dalam bukunya yang berjudul The Analytic Hierarchy Process pada tahun 1980. AHP merupakan salah satu alat analitis atau metodologi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Metodologi ini memasukkan faktor-faktor rasional dan intuitif untuk menentukan pilihan terbaik dari beberapa alternatif. Pilihan atau alternatif ini ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dan dikelompokkan menurut suatu hirarki. Metode ini didasarkan pada beberapa aksioma, yaitu (Permadi, 1992): a. Reciprocal comparison Pengambil keputusan harus mampu membuat perbandingan dan menentukan preferensinya. b. Homogeneity Preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau elemenelemennya dapat diperbandingkan satu sama lain. c. Independence Yuca Siahaan
  • 6. Preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif secara keseluruhan. d. Expectations Untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap. Pembuatan Hirarki Dalam penyusunan model dan penggunaan metode AHP penting untuk dilakukan/dibuat struktur pola pikir dalam bentuk hirarki. Hirarki ini akan mengarahkan para pengambil keputusan untuk memahami kerangka logis penyelesaian masalah atau proses pengambilan keputusan secara keseluruhan. Adapun penyusunan hirarki dalam metode AHP sebagaimana tercermin dalam Gambar 1. Gambar 1. Penyusunan Hirarki dalam AHP Identifikasi level dan elemen Definisi konsep Formulasi pertanyaan Pengisian persepsi dan prioritas Sintesa prioritas Konsistensi Sumber: Permadi (1992) Tahapan-tahapan dalam AHP Untuk memahami tahapan dalam penggunaan metode AHP dapat mencermati hasil simulasi yang telah dibuat oleh Donna (2008). Seorang Perencana Pembangunan akan menentukan kebijakan pembangunan akan dilakukan dengan tujuan menyejahterakan masyarakat. Setelah melalui penjaringan aspirasi masyarakat (dengan responden seperti tokoh masyarakat, akademisi LSM dan lainnya), Perencana Pembangunan tersebut telah menentukan bahwa hanya terdapat tiga faktor yang penting bagi masyarakat yaitu Pertumbuhan, Kesempatan Kerja dan Pemerataan Pendapatan. Jumlah alternatif kegiatan tersebut ada 3 yaitu A, B dan C. Yuca Siahaan
  • 7. Hirarki dari faktor dan alternatif ditunjukkan oleh Gambar 2. berikut ini: Kebijakan Terbaik Kebijakan A Kebijakan B Pemerataan Pendapatan Kesempatan Kerja Pertumbuhan Kebijakan C Kebijkan A Kebijakan B Kebijakan C Kebijakan A Kebijakan B Kebijakan C Gambar 2. Hirarki Keputusan Hirarki keputusan untuk pemilihan kegiatan di atas memiliki 3 tingkatan. Tingkatan tertinggi menunjukkan keputusan keseluruhan: pemilihan kegiatan terbaik. Tingkatan tengah (kedua) menunjukkan faktor-faktor yang diperhitungkan: ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Tingkatan paling rendah (ketiga) menunjukkan alternatif. Unsur terpenting dalam AHP adalah perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Perencana Pembangunan (pengambil keputusan) perlu membandingkan 2 alternatif yang berbeda dengan menggunakan skala ‘sama-sama disukai’ sampai ‘istimewa lebih disukai’, sebagai contoh: 1. Sama-sama disukai 2. Sama sampai lumayan lebih disukai 3. Lumayan lebih disukai 4. Lumayan sampai Sangat lebih disukai 5. Sangat lebih disukai 6. Sangat sampai Terlalu Sangat lebih disukai 7. Terlalu Sangat disukai sampai intimewa lebih disukai 8. Istimewa lebih disukai Tahap pertama adalah menentukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Misalkan Tabel 4 menunjukkan perbandingan berpasangan ketiga proyek tersebut. Angka 3 dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa kebijakan A ‘lumayan lebih disukai’ dibanding kebijakan B. Angka 9 menunjukkan bahwa kebijakan A ‘istimewa lebih disukai’ dibanding Z. Dan angka 6 menunjukkan bahwa kebijakan B ‘sangat sampai terlalu sangat lebih disukai’ dibanding kebijakan B. Tentu saja diagonal utama isinya angka 1, sebab membandingkan satu kegiatan dengan kegiatan itu sendiri. Angka-angka tersebut bisa didapatkan dari hasil Yuca Siahaan
  • 8. survei lapangan dengan kuisioner atau wawancara terhadap responden. Kemudian, dari datadata tersebut dihitung rata-rata respon responden tersebut. Tabel 4. Perbandingan Berpasangan A 1 1/3 1/9 B 3 1 1/6 C 9 6 1 KK A B C A 1 2 8 B 1/2 1 5 C 1/8 1/5 1 PP A B C A 1 1 1/6 B 1 1 1/3 C 6 3 1 P A B C Tahap kedua adalah melakukan evaluasi untuk masing-masing faktor, yaitu pertumbuhan, kesempatan kerja, dan pemerataan pembangunan. Di sini akan dibahas untuk pertumbuhan saja. Analisis untuk kesehatan dan pendidikan dilakukan dengan langkah yang sama. Evaluasi terhadap pertumbuhan diawali dengan mengitung total kolom. Kemudian mengitung masing-masing elemen dengan total kolom. Untuk menentukan prioritas dari ekonomi dari 3 kegitan-kegiatan tersebut, secara sederhana kita bisa melihat dari rata-rata masing-masing baris. Tabel 5. Evaluasi Pertumbuhan P A B C Jumlah A 0,692 0,231 0,077 P A B C P A B Yuca Siahaan A 1,000 0,333 0,111 1,444 0,658 0,282 B 3,000 1,000 0,167 4,167 B 0,720 0,240 0,040 C 9,000 6,000 1,000 16,000 C 0,563 0,375 0,063 Rata-rata Baris = (0,692 + 0,720 + 0,563)/3 = (0,231 + 0,240 + 0,375)/3
  • 9. C 0,060 = (0,077 + 0,040 + 0,063)/3 Tahap ketiga, menghitung rasio konsistensi. Yang juga perlu diuji adalah apakah respon kita konsisten. Kekonsistenan ini dilihat dengan rasio konsistensi (consistency ratio). Untuk menghitung rasio ini, kita harus mengitung terlebih dahulu vektor perjumlahan terbobot yaitu merupakan perkalian evaluasi faktor di atas dengan baris pertama matrix perbandingan berpasangan (pairwise comparison matrix). Begitu juga dengan kolom kedua dan ketiga. Vektor penjumlahan terbobot: (0,658) (1) (0,658) (0,333) (0,658) (0,111) + (0,282)(3) + (0,282)(1) + (0,060)(9) + (0,060)(6) = 2,042 = 0,860 + (0,282)(0,167) + (0,060)(1) = 1,799 Selanjutnya dapat dihitung vektor kekonsistensi yang didefinsikan sebagai pembagian vektor penjumlahan terbobot dengan evaluasi faktor. Vektor kekonsitenan: 2,042 / 0,658 = 0,860 / 0,282 = 3,103 = 3,051 1,799 / 0,060 Vektor konsistensi = 3,009 Berikutnya dihitung Lambda dan indeks konsistensi. Lambda (λ) merupakan rata-rata vektor konsistensi: λ = (3,103 + 3,051 + 3,009)/3 = 3,054 Indeks konsistensi (CI): CI = (λ-n)/(n-1) dimana n adalah jumlah alternatif CI = (3,054 – 3)/(3 – 1) CI = 0,027 Terakhir dihitung rasio konsistensi (consistency ratio) yang merupakan pembagian indeks konsistensi dengan indeks acak (random index, RI). Tabel 6. Indeks Acak N 2 3 4 5 Yuca Siahaan RI 0,00 0,58 0,90 1,12
  • 10. 6 7 8 1,24 1,32 1,41 Secara umum, CR dirumuskan: CR = CI / RI CR = 0,0270 / 0,58 = 0,0466 Rasio konsistensi menunjukkan bagaimana konsistensi terhadap jawaban dapat terwujud. Semakin tinggi CR berarti kita semakin tidak konsisten, sebaliknya semakin rendah CR berarti kita semakin konsisten. Secara umum, jika CR kurang dari 0,10; pengambil kebupusan dikatakan relatif konsisten. Jika CR di atas 0,10, pengambil keputusan seharusnya memperhitungkan kembali pairwise comparison. Langkah 1,2 dan 3 di atas dilakukan untuk alternatif yang lain: kesehatan dan pendidikan. Tabel 7. Evaluasi Faktor Faktor A B C Pertumbuhan 0,658 0,282 0,060 Kesempatan Kerja 0,087 0,162 0,750 Pemerataan Pendapatan 0,497 0,397 0,107 Tahap keempat menentukan ranking secara keseluruhan. Setelah bobot faktor ditentukan (sama langkahnya dengan MFEP) dengan membandingkan antara ekonomi-kesehatanpendidikan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa angka –angka pada Tabel 5.8 dapat juga diperoleh dengan proses AHP (seperti yang dijelaskan pada sesi ini). Misalkan bobot pertumbuhan, bobot kesempatan kerja, dan bobot pemerataan pendapatan ditunjukkan oleh tabel berikut ini: Tabel 8. Bobot Faktor Faktor Pertumbuhan Kesempatan Kerja Pemerataan Pendapatan Bobot Faktor 0,0820 0,6816 0,2364 Ranking total keseluruhan ditentukan dengan mengalikan evaluasi faktor dengan bobot faktor: Kebijakan Evaluasi Tertimbang Total A (0,658)x(0,0820)+(0,087)x(0,6816)+(0,0497)x(0,2364) = B (0,282)x(0,0820)+(0,162)x(0,6816)+(0,397)x(0,2364) = Yuca Siahaan 0,231 0,227
  • 11. C (0,060)x(0,0820)+(0,750)x(0,6816)+(0,107)x(0,2364) = 0,542 D. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan ini didasarkan pada beberapa tahap yang telah dilakukan berdasarkan metode AHP (lihat ilustrasi pada contoh diatas). Dengan telah diperolehnya hasil pengisian preferensi oleh responden (dalam hal ini adalah responden ahli/kompeten dalam bidangnya), maka akan diperoleh berbagai faktor/elemen/indikator/variable yang tersusun dalam suatu hirarki/prioritas beserta dengan nilai bobotnya masing-masing. Hasil hirarki/prioritas tersebut akan menjadi dasar bagi para pengambil kebijakan untuk membuat keputusan yang tepat dan valid. Pengambilan keputusan yang tepat dan valid tersebut akan memberikan manfaat yang cukup besar baik bagi pengambil kebijakan maupun para pemangku kepentingan yang menjadi sasaran kebijakan tersebut. Dalam hal ini AHP akan dapat memberikan informasi yang cukup karena proses pengambilan keputusan akhir yang ada dalam tahapan AHP mengakomodir preferensi para responden dan akan dilakukan evaluasi terhadap preferensi tersebut apabila ada kecenderungan tingkat inkonsistensi yang cukup tinggi (diatas 10%). Selain itu, proses pengambilan keputusan dengan metode AHP dilakukan tidak hanya satu kali. Ini mengingat bahwa kemampuan otak manusia untuk membandingkan dan merumuskan prioritas atas berbagai elemen yang ada cukup terbatas. Yuca Siahaan
  • 12. KESIMPULAN 1. Analisis Hierarchy Process adalah metode pengambilan keputusan yang rasional dan konsisten dalam bentuk hierarki 2. Yang menjadi ciri khas aksioma metode AHP dibanding metode lainnya dalam pengambilan keputusan adalah adanya faktor konsistensi yang tidak harus mutlak 3. Metode AHP ini didasarkan pada beberapa aksioma, yaitu: Reciprocal comparison, Homogeneity, Independence, dan Expectations. 4. Dalam pembuatan dan penggunaan metode AHP perlu disusun struktur pola pikir dalam bentuk hirearkhi. Adapun urutan penyusunannya yaitu: identifikasi elemen dan level, definisi konsep, formulasi pertanyaan, pengisian persepsi dan prioritas, sintesa prioritas, konsistensi. 5. Adapun langkah metode AHP adalah menentukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison), melakukan evaluasi untuk masing-masing faktor, menghitung rasio konsistensi, dan terakhir menentukan ranking secara keseluruhan. Yuca Siahaan
  • 13. Referensi Donna, Duddy Roesmara. 2008. Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai Metode Pengambilan Kebijakan dan Pengembangan Ekonomi Daerah. INSPECT. Jogjakarta. Permadi, Bambang. 1992. AHP. PAU-EK-UI. Jakarta. Yuca Siahaan