4. Kerajaan Islam Di Lombok
dan
Di Sumbawa
Kerajaan
Selaparang
Kerajaan
Bima
5. KERAJAAN SELAPARANG
(Kerajaan di Lombok)
Sejarah Masuknya Islam di
Pulau Lombok
Kejayaan Kerajaan
Selaparang
Pendapat Tentang Asal
Muasal Kerajaan
Selaparang
Berkembangnya Agama
Islam Di Pulau Lombok
Kehidupan Budaya
Masyarakat
Runtuhnya Kerajaan
Selaparang
6. Sejarah Masuknya Islam di Pulau Lombok
(Kerajaan Selaparang)
Dalam Babad Lombok disebutkan, pada abad ke IX-Xl disebut
bahwa kerajaan kerajaan Lombok yang terakhir adalah Kerajaan
Selaparang, dimana kerajaan selaparang mempunya 2 dekade / periode
masa pemerintahan. Yang pertama adalah Selaparang periode Hindu/Pra
Islam yang memerintah dari abad XIII dan berakhir dengan kedatangan
ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Yang Kedua adalah
Selaparang Periode Islam yang muncul pada sekitar abad XVI dan
berakhir 1740 setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan Kerajaan
Karang Asem, Bali dan Banjar Getas.
K.
SELAPARANG K. BIMA
7. Sejarah Masuknya Islam di Pulau Lombok
(Kerajaan Selaparang)
Berkembangnya Agama Islam selama pemerintahan kerajaan
“Selaparang Periode Islam“ dan munculnya kerajaan kerajaan lain di daerah
Sumbawa ternyata membawa dampak yang luar biasa dalam sejarah Lombok.
Perkembangan ini ternyata mampu mempercepat proses runtuhnya Kerajaan
Majapahit sehingga kerajaan kerajaan yang masih dalam kekuasaan Kerajaan
Majapahit waktu itu bisa merdeka dan mandiri. Diantaranya adalah Kerajaan
Lombok yang berada di Teluk Lombok,dimana Kerajaan Lombok inilah yang
beberapa tahun kemudian dijadikan Basis Islamisasi oleh Sunan Prapen yang
merupakan Putra Sunan Giri. Setelah Sunan Prapen menganggap misi dan
tugasnya di Lombok berhasil, beliau kemudian meneruskan misi “Islamisasi”
tersebut ke pulau Sumbawa dengan hasil yang gemilang pula. Sepeninggalnya
Sunan Prapen, atas beberapa pertimbangan dan permintaan yang logis, Prabu
Rangkesari (yang menggantikan tugas Prabu Mumbul Sebagai Raja di Kerajaan
Lombok waktu itu) kemudian memindahkan Ibukota Kerajaan Lombok yang
dulunya berada di Teluk Lombok ke bekas Kerajaan Selaparang Periode Hindu
dan mengganti nama Kerajaan Lombok menjadi Kerajaan Selaparang yang
akhirnya kemudian dikenal sebagai Kerajaan Selaparang Periode Islam.
K.
SELAPARANG K. BIMA
8. Berkembangnya Agama Islam di Lombok
Agama Islam masuk di Bumi Selaparang tidak lama setelah
runtuhnya kerajaan Majapahit karena pada waktu itu sudah ada
pedagang-pedagang muslim yang bermukim dan berniaga di Lombok
kemudian mereka menyebarkan agamanya. Bukti yang paling eksplisit
menjelaskan kedatangan Islam di Lombok adalah Babat Lombok yang
menjelaskan bahwa ”Sunan Ratu Giri memerintahkan raja-raja Jawa
Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke Indonesia Bagian
Utara yaitu:
1. Lemboe Mangkurat dengan pasukannya dikirim ke Banjar
2. Datu Bandan dikirim ke Makasar, Tidore, Seram, Selayar
3. Anak Laki-Laki Raja Pangeran Perapen berlayar ke Bali, Lombok, dan
Sumbawa
K.
SELAPARANG K. BIMA
9. Berkembangnya Agama Islam di Lombok
Menurut Faille, setelah turun dari kapal, pasukan pangeran Prapen
mendarat, Raja Lombok dengan sukarela memeluk Agama Islam tetapi rakyatnya
tetap menolak sehingga terjadi peperangan yang dimenangkan oleh pihak Islam.
Pendapat lain menyebutkan bahwa Raja Lombok awal mulanya menolak
kedatangan Islam, namun setelah Pangeran Prapen menjelaskan maksudnya
yaitu untuk menyampaikan misi suci dengan cara damai maka beliaupun diterima
dengan baik, tetapi karena hasutan rakyatnya kemudian Raja Lombok ingkar janji
dan mempersiapkan pasukan sehingga terjadilah peperangan. Dalam peperangan
itu, Raja Lombok terdesak dan melarikan diri tetapi malang bagi raja yang dikejar
oleh Jayalengkara lalu beliau dibawa menghadap ke Pangeran Perapen. Beliau
kemudian diampuni dan mengucapkan dua kalimah syahadat serta dikhitan.
Masjidpun segera dibangun sedangkan Pura, Meru, Babi, dan Sanggah
dimusnahkan. Seluruh rakyat diislamkan dan dikhitan kecuali kaum wanita
penghitanannya ditunda atas permintaan Syahbandar Lombok.
K.
SELAPARANG K. BIMA
10. Berkembangnya Agama Islam di Lombok
Setelah berhasil mengislamkan Raja Lombok, Sunan Perapen
dengan pasukannya mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya seperti
Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan, Sokong dan Sasak
(Lombok Utara). Hal ini memiliki bukti-bukti adanya tinggalan arkeologi
seperti mesjid-mesjid tua, makam-makam kuno dan sebagainya. Dalam
mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya, sebagiannya masuk Islam
dengan sukarela sebagian lagi masuk Islam dengan cara kekerasan
seperti di Parigi dan Sarwadadi. Setelah itu beberapa tahun kemudian
seluruh Lombok memeluk agama Islam, kecuali Pajarakan dan
Pengantap.
K.
SELAPARANG K. BIMA
11. Pendapat Tentang Asal Muasal Kerajaan
Selaparang
Berikut adalah beberapa pendapat tentang asal muasal kerajaan selaparang:
1. Disebutkan bahwa kerajaan ini merupakan proses kelanjutan dari
kerajaan tertua di pulau Lombok, yaitu Kerajaan Desa Lae' yang
diperkirakan berkedudukan di Kecamatan Sambalia, Lombok Timur
sekarang. Dalam perkembangannya masyarakat kerajaan ini berpindah
dan membangun sebuah kerjaan baru, yaitu kerajaan Pamatan di
Kecamatan Aikmel dan diduga berada di Desa Sembalun sekarang. Dan
ketika Gunung Rinjani meletus, penduduk kerajaan ini terpencar-pencar
yang menandai berakhirnya kerajaan. Betara Indra kemudian mendirikan
kerajaan baru bernama Kerajaan Suwung, yang terletak di sebelah utara
Perigi sekarang. Setelah berakhirnya kerajaan yang disebut terakhir,
barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok atau Kerajaan Selaparang.
K.
SELAPARANG K. BIMA
12. Pendapat Tentang Asal Muasal Kerajaan
Selaparang
2. disebutkan bahwa setelah Kerajaan Lombok dihancurkan oleh tentara
Majapahit, Raden Maspahit melarikan diri ke dalam hutan dan
sekembalinya tentara itu Raden Maspahit membangun kerajaan yang
baru bernama Batu Parang yang kemudian dikenal dengan nama
Kerajaan Selaparang.
3. disebutkan bahwa pada abad XII, terdapat satu kerajaan yang dikenal
dengan nama kerajaan Perigi yang dibangun oleh sekelompok
transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati dan sejak
waktu itu pulau Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Perigi. Ketika
kerajaan Majapahit mengirimkan ekspedisinyo ke Pulau Bali pada
tahun 1443 yang diteruskan ke Pulau Lombok dan Dompu pada tahun
1357 dibawah pemerintahan Mpu Nala, ekspedisi ini menaklukkan
Selaparang (Perigi?) dan Dompu.
K.
SELAPARANG K. BIMA
13. Kejayaan Kerajaan Selaparang
2. Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat
maupun di laut. Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang
hendak memasuki wilayah tersebut sekitar tahun 1667-1668 Masehi.
Namun demikian, Kerajaan Selaparang harus rnerelakan salah satu
wilayahnya dikuasai Belanda, yakni Pulau Sumbawa, karena lebih
dahulu direbut sebelum terjadinya peperangan laut. Di samping itu,
laskar lautnya pernah pula mematahkan serangan yang dilancarkan
oleh Kerajaan Gelgel (Bali) dari arah barat. Selaparang pernah dua
kali terlibat dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel,
yakni sekitar tahun 1616 dan 1624 Masehi, akan tetapi kedua-duanya
dapat ditumpas habis, dan tentara Gelgel dapat ditawan dalam jumlah
yang cukup besar pula.
K.
SELAPARANG K. BIMA
14. Kejayaan Kerajaan Selaparang
Setelah pertempuran sengit tersebut, Kerajaan Selaparang
mulai menerapkan kebijaksanaan baru untuk membangun
kerajaannya dengan memperkuat sektor agraris. Maka, pusat
pemerintahan kerajaan kemudian dipindahkan agak ke pedalaman, di
sebuah dataran perbukitan, tepat di desa Selaparang sekarang ini.
Dari wilayah kota yang baru ini, panorama Selat Alas yang indah
membiru dapat dinikmati dengan latar belakang daratan
Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan
pandangan. Dengan demikian, semua gerakan yang mencurigakan di
tengah lautan akan segera dapat diketahui. Wilayah ibukota Kerajaan
Selaparang inipun memiliki daerah bagian belakang berupa bukit-bukit
persawahan yang dibangun dan ditata rapi, bertingkat-tingkat hingga
ke hutan Lemor yang memiliki sumber mata air yang melimpah.
K.
SELAPARANG K. BIMA
15. Kejayaan Kerajaan Selaparang
Berbagai sumber menyebutkan, bahwa setelah dipindahkan,
Kerajaan Selaparang mengalami kemajuan pesat. Sebuah sumber
mengungkapkan, Kerajaan Selaparang dapat mengembangkan
kekuasaannya hingga ke Sumbawa Barat. Disebutkan pula bahwa
seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan gelar
Dewa Meraja di Sumbawa Barat karena saat itu (1630 Masehi)
daerah ini juga masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan
Kerajaan Selaparang. Kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya,
yaitu sekitar tanggal 30 November 1648 Masehi, putera mahkota
Selaparang bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban
Aji Komala, dilantik di Sumbawa menjadi Sulthan Selaparang yang
memerintah seluruh wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa.
K.
SELAPARANG K. BIMA
16. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Selaparang dan Pejanggik sangat mengetahui Bahasa Kawi.
Bahkan kemudian dapat menciptakan sendiri aksara Sasak yang
disebut sebagai jejawen. Dengan modal Bahasa Kawi yang
dikuasainya, aksara Sasak dan Bahasa Sasak, maka para
pujangganya banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau
menyalin manusia Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Lontar-lontar
dimaksud, antara lain Kotamgama, lapel Adam, Menak Berji,
Rengganis, dan lain-lain. Bahkan para pujangga juga banyak
menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, seperti
lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar
Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin
dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat
Sidik Anak Yatim, dan sebagainya.
K.
SELAPARANG K. BIMA
17. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Desa Bayan, Lombok Utara, 80 kilometer arah utara Mataram, ibu kota
Nusa Tenggara Barat, dan keseharian masyarakatnya selama bulan
suci Ramadhan tidaklah berbeda dengan banyak wilayah pedesaan di
Indonesia. Dari tepi jalan lingkar Pulau Lombok, keberadaan bangunan
yang telah menjadi situs purbakala yang dilindungi tersebut tak
mencolok, seperti juga rumah-rumah di desa itu. Dari tepi jalan hanya
tampak pagar tembok dengan dua rumah kecil di kedua sisi gerbang,
kantor tempat pendaftaran pengunjung.
Selain di Bayan, masjid kuno juga ada di Gunung Pujut, di Desa
Rembitan dan Masjid Ar Raisiyah, Masjid yang termasuk dalam
kawasan Desa Sekarbela. Meski punya ciri yang sama, situs dan
budaya di tempat-tempat itu memiliki perbedaan yang menjadi tanda
Islam masuk Lombok di beberapa tempat sekaligus. Islam masuk
Lombok melalui Jawa, Gowa, dan Bima. Mengenai Bayan, masuknya
dari Jawa.
K.
SELAPARANG K. BIMA
19. Runtuhnya Kerajaan Selaparang
Terkalahkannya Gowa oleh Belanda, maka pada tanggal 18
Nopember 1667 ditandatangani “Perjanjian Bongaya”, kemudian VOC
mengusir kekuasaan Goa di Lombok dan Sumbawa. Pada tahun
1673 Belanda memindahkan pusat kerajaan dari pulau Lombok ke
Sumbawa untuk memusatkan kekuatan. Hal ini diketahui dari berita-berita
tahun 1673 dan 1680 tentang pertanggungjawaban Raja
Sumbawa atas daerah Lombok. Kemudian pada tahun 1674
Sumbawa mendandatangani perjanjian dengan VOC yang isinya
“Sumbawa harus melepaskan Selaparang”.
K.
SELAPARANG K. BIMA
20. Runtuhnya Kerajaan Selaparang
Setelah Selaparang lepas dari kekuasaan Sumbawa, maka VOC
menempatkan regent dan pengawas. Ketidaksetujuan Selaparang
terhadap VOC yang menempatkan regent dan pengawas
menyebabkan pemberontakan Selaparang pada tanggal 16 Maret
1675. Untuk memadamkan pemberontakan tersebut VOC di bawah
Kapten Holsteiner berhasil mengalahkan Selaparang. Pada akhirnya
pemimpin-pemimpin Selaparang yang masing-masing : Raden Abdi
Wirasentana, Raden Kawisangir Koesing, dan Arya Boesing
diperintahkan membayar 5.000 sampai 15.000 kayu sepang dalam
jangka waktu 3 tahun.
Kedatangan VOC ke Lombok, akhirnya sejak tahun 1691 Kerajaan
Selaparang mengalami kemunduran. Karang Asem Bali bersama Arya
Banjar Getas berperang melawan raja-raja di Lombok. Pada tahun
1740, peperangan di Tanaq Beaq dimenangkan oleh Karang Asem,
maka tamatlah riwayat Kerajaan Selaparang.
K.
SELAPARANG K. BIMA
21. KERAJAAN BIMA
(Kerajaan di Sumbawa)
Sejarah Kerajaan Bima
Kekuasaan Majapahit di
Bima pada Era Raja Indra
Zambrud
Periode Pemerintahan dan
Wilayah Kekuasaan
Silsilah Raja Yang
Memerintah
Perluasan Kerajaan Bima Foto Kerajaan Bima
22. Sejarah Kerajaan Bima
Kerajaan Bima terletak di pantai timur pulau Sumbawa. Asal
mula kerajaan ini diperkirakan telah ada sejak periode Hindu. Namun,
sayang sekali, data sejarah berkenaan dengan kerajaan ini pada masa
Hindu sangat minim. Data sejarah tertulis yang tersedia hanya pada fase
Bima telah konversi ke Islam pada tahun 1620 M. Sumber sejarah Bima
adalah artefak, prasasti dan manuskrip. Sumber sumber tersebut
menceritakan tentang fase sejarah sejak masa prasejarah hingga
masuknya Islam. Ada dua prasasti yang ditemukan di sebelah barat Teluk
Bima, satu berbahasa Sanskerta dan satunya lagi berbahasa Jawa
kuno.Ini menunjukkan bahwa, kedua bahasa tersebut ternyata juga
pernah berkembang di Bima. Selain prasasti, juga banyak terdapat
naskah-naskah kuno yang ditulis di era Islam, sehingga bisa digunakan
untuk mengungkap sejarah di era tersebut.
K.
SELAPARANG K. BIMA
23. Sejarah Kerajaan Bima
Dalam naskah kuno dan Arsip Majelis Ada Dana Mbojo Bima,
penduduk Bima dahulu pemeluk agama Hindu-Syiwa yang kemudian
dalam perkembangannya berubah menjadi Islam.
Berdirinya kerajaan bima sejak abad ke 14, berawal dari
kesepakatan raja-raja kecil di wilayah itu yang mencangkup Sumbawa
dan Manggarai dibagian barat Flores. Hasil kesepakatan itu ditunjukanlah
Indra Jamrud sebagai raja pertama.
K.
SELAPARANG K. BIMA
24. Sejarah Kerajaan Bima
Naskah kuno berbahasa Melayu tersebut menceritakan kehidupan
sejak abad ke-17 hingga 20 M. Selain bahasa Melayu, sebenarnya bahasa
Bima juga cukup berkembang, namun, bahasa ini belum mencapai taraf
bahasa tulis. Bo Sangaji Kai, sebuah naskah kuno milik Kerajaan Bima yang
ditulis dalam bahasa Arab Melayu menceritakan bahwa, sejarah Bima dimulai
pada abad ke-14 M. Ketika itu, pulau Sumbawa diperintah oleh kepala suku
yang disebut Ncuhi. Pulau Sumbawa tersebut terbagi dalam lima wilayah
kekuasaan Ncuhi: selatan, barat, utara, timur, dan tengah. Ncuhi terkuat
adalah Ncuhi Dara, wilayahnya disebut Kampung Dara. Struktur Ncuhi mulai
mengalami perubahan, ketika Indra Zamrud, anak Sang Bima diangkat
menjadi Raja Bima pertama. Selanjutnya, Indra Zamrud menggunakan nama
ayahnya, yaitu Bima untuk menyebut kawasan yang meliputi pulau Sumbawa
tersebut. Berkenaan dengan Zamrud, kisahnya dimulai pada masa kanak-kanak,
ketika ia dikirim ayahnya ke Pulau Sumbawa dengan keranjang
bambu.
K.
SELAPARANG K. BIMA
25. Sejarah Kerajaan Bima
Indra Zamrud sampai dan mendarat di Danau Satonda, dekat
Tambora. Ncuhi Dara sudah mendengar berita kedatangan Indra ini,
karena itu ia datang untuk menyambut dan mengangkatnya sebagai
anak. Ketika Indra dewasa, lima Ncuhi di Sumbawa sepakat
mengangkatnya menjadi raja, sedangkan para Ncuhi tersebut menjadi
menteri. Dengan kepemimpinan mereka, Kerajaan Bima terus
berkembang dan menjadi pelabuhan dagang yang cukup diperhitungkan.
Kenyataan ini sejalan dengan catatan yang terdapat dalam Kitab
Negarakertagama yang menyebutkan bahwa, Kerajaan Bima sudah
memiliki pelabuhan besar pada tahun 1365 M. Jadi, kisah dalam Bo
Sangaji Kai ini sesuai dengan catatan Negarakertagama.
K.
SELAPARANG K. BIMA
26. Silsilah Raja Yang Memerintah
Berikut ini adalah urutan raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Bima:
1. Jan wa Mamiyan
2. Sangyang Tunggal.
3. Sangyang Wunang
4. Maharaja Indra Luka
5. Batara Indra Manis
6. Maharaja Indra Falasyara
7. Maharaja Tunggal Pandita.
8. Maharaja Batara Indra Ratu Punggawa Bisa.
9. Maharaja Pandu Devanata.
10. Maharaja Sang Bima
11. Maharaja Sang Aji Dharmawangsa
12. Maharaja Sang Kang Kula
13. Maharaja Sang Rajuna
K.
SELAPARANG K. BIMA
27. Silsilah Raja Yang Memerintah
14. Maharaja Sang Deva
15. Maharaja Deva Indra Zamrud
16. Maharaja Indra Kamala I.
17. Maharaja Deva Batara Indra Bima
18. Maharaja Batara Sang Luka
19. Batara Mera
20. Maharaja Batara Sang Bima
21. Maharaja Batara Matra Indrawata
22. Maharaja Matra Indra Tarata
23. Maharaja Nggampo Java
24. Maharaja Indra Kumala.
25. Maharaja Batara Bima Indra Luka
26. Maharaja Indra Sri, Maharaja of Bima.
K.
SELAPARANG K. BIMA
28. Silsilah Raja Yang Memerintah
27. Sangaji Ma Waa Paju Longgi (14.. – 1425 M)
28. Sangaji Ma Waa Indra Mbojo (1425 – 14..)
29. Sangaji Ma Waa Bilmana (14.. – 14..)
30. Sangaji Manggampo Donggo (14.. – 1500)
31. Ruma-ta Mambora Wa‘a Pili Tuta (1500-….)
32. Sangaji Makapiri Solo
33. Ruma-ta Mawa‘a Andapa
34. Ruma-ta Mawa‘a La Laba
35. Mantau La Sadina
36. Ruma-ta Mambora di Sapaga
37. Ruma-ta Mambora di Bata Lambu
38. Ruma-ta Samara
39. Ruma-ta Mantau Asi Sarise
40. Ruma-ta Mantau La Limandaru
K.
SELAPARANG K. BIMA
29. Silsilah Raja Yang Memerintah
41. Mantau La Sadina Abdul Rahim (1609-….)
42. Mambora di Sapaga (16.. – 1620 M)
43. Paduka Sri Sultan Abdul Kahir (1620-1632 M)
44. Ruma Mantau Asi Peka (1632–1633 M)
45. Paduka Sri Sultan Abdul Kahir (1620-1632) dan (1633-1640 M)
46. Paduka Sri Sultan Abdul Khair I Sirajuddin Muhammad Shah bin
Sultan Abdul Kahar (1640- 1682 M).
47. Sultan Nuruddin Abu Bakar Ali Shah bin Sultan Abdul Khair Sirajuddin
(1682-1687 M)
48. Sultan Jamaluddin Inayat Shah bin Sultan Nuruddin Abu Bakar Ali
Shah (1687–1695 M)
49. Sultan Hasanudin Muhammad Ali Shah bin Sultan Jamaludin (1695-
1731 M)
K.
SELAPARANG K. BIMA
30. Silsilah Raja Yang Memerintah
50. Sultan Alauddin Muhammad Shah Zillullahi fi al Alam bin Sultan
Hasanudin (1731–1748 M)
51. Sangaji Perempuan Ruma Partiga Sultanah Kamalat Shah binti
Sultan Alauddin (1748-1751 M)
52. Sultan Abdul Karim Muhammad Shah Zillullah fi al Alam bin Sultan
Alauddin (1751–1773 M)
53. Sultan Shafiuddin Abdul Hamid Muhammad Shah Zillullah fi al Alam
bin Sri Nawa AbdulKarim (1773–1817 M)
54. Sultan Ismail Muhammad Shah Zillullah fi al Alam bin Sultan
Shafiuddin Abdul Hamid (1817-1854 M)
55. Sultan Abdullah Muhammad Shah Zillullah fi al Alam bin Sultan Ismail
(1854–1868 M)
K.
SELAPARANG K. BIMA
31. Silsilah Raja Yang Memerintah
56. Sultan Abdul Aziz Zillullah fi al Alam bin almarhum Sultan Abdullah
(1868–1881 M)
57. Sultan Ibrahim Zillullah fi al Alam bin Sultan Abdullah (1881-1915 M)
58. Sultan Muhammad Salahuddin Zillullah fi al Alam bin Sultan Ibrahim
(1915–1951 M)
59. Sultan Abdul Khair II Muhammad Shah Zillullah fi al Alam bin Sultan
Muhammad Salahuddin (1951-
2001)
60. Putra (Iskandar) Zulkarnain bin Sultan Abdul Khair II Muhammad
Shah (Dr Ferry Zulkarnaen) (2001-
sekarang).
K.
SELAPARANG K. BIMA
32. Periode Pemerintahan Dan Wilayah
Kekuasaan
Periode Pemerintahan
Sejak awal berdirinya hingga saat ini, telah memerintah sekitar 60
orang raja atau sultan di Kerajaan Bima. Khusus pada periode Islam, ada
14 orang sultan. Ketika Jepang masuk ke Indonesia, yang berkuasa di
Kerajaan Bima adalah Sultan Muhammad Shalahuddin. Ia meninggal dunia
pada tahun 1951, dan kemudian digantikan oleh anaknya, Abdul Khair II. Di
masa Abdul Khair II ini, ia tidak banyak berkecimpung untuk mengurus
Kerajaan Bima, sebab ia lebih memilih menjadi pegawai di Departemen
Dalam Negeri dan anggota Parlemen. Ketika meninggal dunia, ia
digantikan oleh anak tertuanya, Putra Feri Andi Zulkarnain.
Wilayah Kekuasaan
Wilayah kerajaan Bima mencakup Pulau Sumbawa bagian timur
dan tanah-tanah timur, Seperti Sawu, Alor, Sumba, Larantuka, Ende,
Manggarai dan Komodo.
K.
SELAPARANG K. BIMA
33. Kekuasaan Majapahit di Bima pada Era
Raja Indra Zambrud
Kerajaan Bima abad ke 14-15 adalah salah satu wilayah di
bawah kekuasaan Majapahit yang terletak di wilayah Timur Jawa
(mancanegara), yang didalam kitab Kakawin Nagarakretagama pupuh
13-15 di sebutkan wilayah Sanghyang Api (gunung sangiang-wera), di
kala itu Bima di pimpin oleh Raja muda yang bernama Indra Zamrud, dan
Pusat pemerintahan terletak di wilayah Ncuhi Dara (Bima), kerajaan Bima
terbagi dalam 5 (lima) wilayah yaitu : 1. Ncuhi Dara, memegang
kekuasaan wilayah Bima Tengah 2. Ncuhi Parewa, memegang
kekuasaan wilayah Bima Selatan 3. Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan
wilayah Bima Barat 4. Ncuhi Banggapupa, memegang kekuasaan
wilayah Bima Utara 5. Ncuhi Dorowani, memegang kekuasaan wilayah
Bima Timur.
K.
SELAPARANG K. BIMA
34. Kekuasaan Majapahit di Bima pada Era
Raja Indra Zambrud
Arti luas dari Ncuhi itu sendiri yaitu kepala suku yang memegang
wilayah kekuasaannya masing-masing. Dalam posisi berada di bawah
naungan Kerajaan besar seperti Majapahit, jadi Kerajaan Bima harus
menyetor Upeti kepada Majapahit. Karena pada catatan Odorico da
Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa
pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan
perhiasan emas, perak, dan permata. Upeti yang di terima dari kerajaan-kerajaan
taklukan Majapahit akan dikumpulkan di Majapahit.
K.
SELAPARANG K. BIMA
35. Perluasan Kerajaan Bima
Pada suatu masa, ada keturunan Indra Zamrud yang memiliki
30 anak, dua puluh lelaki dan sepuluh perempuan. Anak lelakinya
dijadikan raja di beberapa daerah Sumbawa, antara lain di Dompu, Bima,
dan Sumbawa. Sehingga banyak terdapat kerajaan-kerajaan di pulau
Sumbawa seperti kerajaan Pekat,Kerajaan Sanggar,Kerajaan Dompo
(Dompu),Kerajaan Sanghyang (Gunung sanghyang),dan Kerajaan
Sumbawa.
Pada saat itu penduduk Kerajaan bima mencapai 100.000 ± jiwa
se pulau Sumbawa sebelum terjadi letusan gunung Tambora tahun 1815
yang memakan korban 71.000 jiwa. Sehingga banyak terjadi perpindahan
penduduk yang merata sepulau Sumbawa tersebut.
K.
SELAPARANG K. BIMA
40. Foto dari kerajaan bima
Sultan Muhammad Salahuddin yang
Memerintah pada tahun 1920-1943 M
K.
SELAPARANG K. BIMA
41. Foto dari kerajaan bima
Putra (Iskandar) Zulkarnain bin
Sultan Abdul Khair II
Muhammad Shah
(Dr Ferry Zulkarnaen)
yang Memerintah
dari tahun 2001- sekarang.
K.
SELAPARANG K. BIMA