Bakri berencana memasuki bisnis taksi di Jakarta. Analisis lingkungan eksternal menunjukkan prospek bisnis taksi masih baik meskipun persaingan ketat. Bakri perlu strategi yang tepat untuk bersaing di pasar yang padat.
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
Makalah kelompok Analisis Taksi Bakri
1. TUGAS
MANAJEMEN STRATEGIK
“Prospek Industri Taksi Di Jakarta :
Strategi Masuk Di Pasar Yang Padat”
Disusun Oleh :
Reza Pradipta K. 12010117410017
Kevin Alfa Wandhani 12010117410023
Fariha Azzahra 12010117410032
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmatNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ilmiah dengan baik yang berjudul “Prospek Industri Taksi Di
Jakarta : Strategi Masuk Di Pasar Yang Padat”
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Manajemen Strategik di
Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro dan agar mahasiswa mengetahui
strategi dalam menentukkan sebuah keputusan dalam bisnis. Dalam penulisan makalah ini
berdasarkan kasus dan hasil kajian yang dimuat dalam jurnal dari ilmuan – ilmuan.
Dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Amie selaku dosen pembimbing Manajemen Strategik, serta semua pihak
yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah yang lebih
sempurna. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.
Penulis
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3.Tujuan .......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Strategi Masuk di Pasar Potensial ................................................................. 5
2.2.Analisis Lingkungan Eksternal .................................................................... 6
2.3.Analisis Competitor ...................................................................................... 7
2.4.Analisis Lingkungan Internal........................................................................ 9
2.5.Analisis SWOT............................................................................................ 10
2.6.Matrix SWOT .............................................................................................. 11
2.7.Haruskah Bakrie masuk ke bisnis ini........................................................... 12
2.8.Mekanisme Pembiayaan .............................................................................. 15
2.9.Mekanisme Kerjasama................................................................................. 16
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 18
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perekonomian nasional menjadi salah satu hal yang perlu dicermati oleh semua
pihak di suatu negara. Hal ini didasari jumlah penduduk yang terus meningkat dan semakin
banyaknya permintaan akan kebutuhan manusia. Indonesia memiliki jumlah penduduk
sekitar 250 juta jiwa dan pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang dipadati oleh
penduduk Indonesia. Kepadatan penduduk yang mengalami peningkatan sehingga
mengakibatkan munculnya persaingan bisnis yang semakin ketat.
Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia memiliki jumlah penduduk yang
selalu meningkat setiap tahunnya. Jumlah pendududuk DKI Jakarta terus meningkat
sepanjang tahun 1961-2000. Pada tahun 1961, jumlah penduduk DKI Jakarta baru
mencapai 2,90 juta jiwa. Kemudian pada tahun 1971 menjadi 4,54 juta jiwa; tahun 1980
menjadi 6,48 juta jiwa; tahun 1990 bertambah lagi menjadi 8,22 juta jiwa; dan akhir tahun
2000 diperkirakan mencapai 9,72 juta jiwa. Berikut merupakan tabel pertumbuhan
penduduk DKI jakarta dan sekitarnya:
Tabel 1. Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta 1961 - 2000
WILAYAH SP 1961 SP 1971 SP 1980 SP 1990 SP 2000
Jakarta Pusat 1.002,10 1.260,30 1.236,90 1.074,80 948,20
Jakarta Utara 469,80 612,40 976,40 1.362,90 1.697,00
Jakarta Barat 469,50 820,80 1.231,20 1.815,30 2.389,90
Jakarta Selatan 466,40 1.050,90 1.579,80 1.905,00 2.090,30
Jakarta Timur 498,70 802,10 1.456,70 2.064,50 2.595,00
DKI Jakarta 2.906,50 4.546,50 6.481,00 8.222,50 9.720,40
WILAYAH
Bogor 1.257,80 1.597,20 2.493,90 3.736,20 5.423,30
Tangerang 817,20 1.025,70 1.529,10 2.765,00 4.594,20
Bekasi 669,70 803,00 1.143,60 2.104,40 3.570,60
BOTABEK 2.744,70 3.425,90 5.166,60 8.605,60 13.588,10
JABOTABEK 5.651,20 7.972,40 11.647,60 16.828,10 23.308,50
Sumber:
Tahun 1961 dari hasil SP’61 setelah disesuaikan menurut pembagian wilayah PP Nomor 45 Tahun 1974-
BPS.
Tahun 1971 hasil SP’71-BPS.
Tahun 1980 hasil SP’80-Penduduk DKI Jakarta Tahun 1980.
Tahun 1990 hasil SP’90-BPS.
Tahun 2000 hasil Susenas-BPS Provinsi DKI Jakarta.
5. Grafik 1. Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta 1961 - 2000
Dilihat dari grafik di atas menunjukkan bahwa perkembangan jumlah penduduk Jakarta
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Selama krisis moneter yang terjadi di Indonesia telah mengakibatkan menurunnya
perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan yang tidak
mampu bertahan, namun tidak hanya perusahaan yang bergerak di sektor industri dan
perdagangan saja, tetapi juga berdampak pada sektor-sektor lainnya, seperti sektor
transportasi, termasuk bisnis pertaksian.
Sebagai ibu kota negara Indonesia, menjadikan Jakarta sebagai pusat bisnis
perekonomian sehingga banyak perusahaan, baik dalam negeri maupun luar negeri yang
memiliki kantor pusat di Jakarta. Hal ini menyebabkan sistem transportasi di Jakarta
mengalami masalah kemacetan karena tidak seimbangnya jumlah kendaraan dengan ruas
jalan yang tersedia.
Kebijakan Pemda DKI Jakarta yang tidak segera menetapkan peraturan terhadap
batasan tahun kendaraan yang layak jalan, disinyalir juga ikut menambah kemacetan di
jalan Jakarta. Permasalahan transportasi seperti itu, maka program yang dikembangkan
dalam rencana pembangunan di DKI Jakarta ke depan diarahkan dapat menekan atau
mengurangi persoalan kemacetan ini.
Pemakaian taksi di Jakarta pada tahun 1999 mengalami penurunan dibanding
tahun-tahun sebelumnya. Tetapi sebaliknya, jumlah perusahaan yang terjun dalam bisnis
ini justru mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut mengakibatkan persaingan di
bisnis ini semakin ketat. Jika pada tahun 1992-1996 jumlah perusahaan taksi baru sekitar
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
1961 1971 1980 1990 2000
Jakarta Pusat
jakarta Utara
Jakarta Barat
Jakarta Selata
Jakarta Timur
6. 17 perusahaan, memasuki tahun 1997-1999 jumlah perusahaan taksi yang beroperasi di
Jakarta mencapai 30 perusahaan. Di luar persaingan yang terjadi, masyarakat masih
membutuhkan sarana transportasi yang memiliki tingkat keselamatan, keamanan,
ketepatan waktu, serta kenyamanan yang tinggi.
Dengan melihat perkembangan ini ada seorang calon investor yaitu Bakri harus
berpikir ulang yang memiliki rencana untuk masuk ke bisnis pertaksian di Jakarta. Bakri
pada pertengahan tahun 2002 sudah memiliki fasilitas halaman parkir seluas satu hektar di
daerah Jakarta Selatan yang diterimanya sebagai ganti pembayaran piutang macetnya dari
salah satu debitur. Disamping itu, Bakri juga memiliki plafon kredit sebesar Rp 20 Miliar
dari salah satu bank pemerintah di Jakarta.
Untuk dapat segera merealisasi rencana investasinya, Bakri masih memerlukan
tambahan dana segar sekitar Rp 40 miliar untuk pengadaan 500 unit taksi berupa Toyota
Soluna. Bakri kemudian mendatangi salah satu kantor penasehat keuangan yang
dikenalnya dengan baik untuk memperoleh beberapa nasehat dan masukan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Dengan keputusan akhir tetap berada di tangan Bakri, haruskah
ia masuk ke bisnis ini? Mekanisme pembiayaan apa yang optimal bagi kondisinya dan
bagaimana bentuk kerjasama yang harus dirancang dengan investor atau kreditor?
Mekanisme seperti apa yang harus diterapkan dengan para pengemudi?
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi
oleh Bakri adalah sebagai berikut :
1. Apakah Bakri akan masuk pada bisnis pertaksian ini?
2. Mampukah Bakri bersaing di pasar yang sudah padat sekarang ini?
3. Apakah Bakri harus memulai dari awal dengan mendirikan perusahaan baru, atau
mengakuisisi perusahaan taksi yang sudah ada?
4. Bagaimana bentuk kerjasama yang harus dirancang dengan investor atau kreditor?
5. Mekanisme kerjasama seperti apa yang harus diterapkan dengan para pengemudi?
7. 1.3. Tujuan
Berdasarkan uraian diatas maka diharapkan dapat memperoleh tujuan sebagai
berikut:
1. Menentukan strategi yang akan diambil oleh Bakri dalam mengambil keputusan untuk
memasuki pasar pertaksian yang semakin padat di Jakarta.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari mendirikan usaha baru atau mengakuisisi
perusahaan yang sudah ada.
3. Merancang kerjasama dengan investor atau kreditor.
4. Membuat mekanisme kerja sama yang diterapkan dengan pengemudi.
8. BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Strategi Masuk Di Pasar Potensial
Jumlah perusahaan yang terjun di bidang transportasi semakin meningkat, hal ini
menunjukkan adanya persaingan bisnis yang semakin ketat. Jika pada tahun sekitar 1997-
1999 jumlah perusahaan taksi mencapai 30 perusahaan, artinya bahwa armada taksi yang
beroperasi di Jakarta sangat banyak, karena pada tahun 1997 armada yang beroperasi
sebanyak 20.512 unit taksi dengan jumlah penumpang sebanyak 240.630 rata-rata per-
harinya. Kemudian pada tahun 1998, jumlah armada yang beroperasi sekitar 21.482 unit
taksi dengan jumlah penumpang sebanyak 227.260 per-harinya.
Pada tahun 1999 jumlah armada yang beroperasi setiap hari sebanyak 20.965 unit
taksi dengan jumlah penumpang sebanyak 168.321 per-harinya. Apabila dilihat dari
jumlah armada dan jumlah penumpang tiap tahunnya, maka jumlah penumpang semakin
menurun sedangkan terdapat ada kenaikan jumlah armada yang beroperasi setiap harinya
pada tahun 1998. Oleh karena itu, dengan adanya data jumlah armada dan jumlah
penumpang perusahaan taksi yang beroperasi di Jakarta dari tahun 1997-1999,
menunjukkan bahwa tingkat persaingan pada bisnis ini semakin ketat. Sehingga,
membutuhkan kecermatan dalam membuat keputusan bagi para investor untuk
berinvestasi pada bisnis tersebut.
Tingkat pertumbuhan kebutuhan taksi juga dipengaruhi oleh mulai meningkatnya
tingkat pendapatan masyarakat dan banyaknya jumlah pengunjung atau wisatawan di
Jakarta terutama melalui bandara. Namun, tingkat pertumbuhan ekonomi yang
diperkirakan turun selama terjadinya krisis akan membawa dampak yang cukup besar bagi
perkembangan bisnis taksi ini.
Akan tetapi, pada tahun-tahun mendatang diperkirakan bisnis taksi masih sangat
dibutuhkan masyarakat sebagai sarana transportasi yang nyaman dan aman dengan tingkat
pelayanan yang baik. Peluang berkembangnya industri taksi di Jakarta masih cukup besar
seiring dengan pertambahan penduduk di Jakarta dan jumlah wisatawan yang masuk ke
Indonesia melalui Bandara Soekarno - Hatta.
Taksi menjadi sarana transportasi yang dilengkapi dengan argo dan teknologi
komunikasi, sehingga memudahkan pengemudi, pihak manajemen perusahaan dan
konsumen untuk saling terhubung. Hal ini diwujudkan adanya pangkalan – pangkalan taksi
sehingga konsumen dapat mencari taksi dengan cepat. Dengan memberikan pelayanan
9. yang baik, aman dan nyaman bagi penumpangnya juga dapat menjadikan penilaian positif
dari masyarakat atau calon pelanggan. Akan tetapi, transportasi ini hanya dapat
mengangkut penumpang sebanyak 3 – 4 orang dewasa.
2.2. Analisa Lingkungan Eksternal
Berikut ini terdapat model dalam manajemen strategik yaitu dimana perusahaan
memiliki kondisi yang dipengaruhi dari lingkungan eksternal perusahaan sebagai penentu
keputusan, sebagai berikut:
2.2.1. Lingkungan Makro
a. Lingkungan Ekonomi
Setelah krisis moneter terjadi di tahun 1998, pendapatan masyarakat mulai
membaik dan meningkat. Faktor ini menjadikan pasar transportasi taksi memberi
peluang bisnis yang baik dan positif. Di samping itu, masyarakat masih
membutuhkan sarana transportasi yang memadai dengan memiliki tingkat
keamanan, kenyamanan, dan memiliki layanan yang baik.
b. Lingkungan Politik dan Hukum
Berdasarkan Keppres No. 39 Tahun 1998 terkait harga pembelian mobil
taksi disamakan dengan harga mobil lainnya, Bakri akan tetap mendirikan bisnis
taksi dengan estimasi modal yang cukup untuk membeli sejumlah armada taksi.
Kebijakan lainnya yang ditetapkan oleh Pemda terkait penambahan armada
taksi dengan metode kuota (membatasi jumlah taksi) juga tidak terlalu
berpengaruh kepada perusahaan taksi yang akan didirikan Bakri. Hal ini
dikarenakan Bakrie akan mengadakan jumlah armada sebanyak 500 unit taksi.
Jumlah ini tidak sebanyak jumlah yang dimiliki oleh beberapa pesaingnya.
c. Lingkungan Sosial Budaya
DKI Jakarta memiliki jumlah penduduk yang besar sehingga
memungkinkan terjadinya tindakan kriminalitas. Hal ini tentunya menjadi
peluang bagi Taksi Bakrie untuk memberikan pelayanan dengan mengutamakan
keamanan dan kenyamanan sehingga Taksi Bakrie akan dikenal masyarakat dan
dapat meningkatkan jumlah pelanggannya.
Jumlah penduduk yang besar juga mengakibatkan munculnya kemacetan
yang tinggi sehingga akan memakan banyak waktu dan energi. Hal ini juga
menjadi peluang bagi bisnis Taksi Bakrie untuk memberikan pelayanan yang baik
10. dan ketepatan waktu sehingga masyarakat tidak perlu merasa lelah untuk
menghadapi kemacetan.
d. Lingkungan Teknologi
Taksi ini dilengkapi dengan alat pengukur (argo) tarif yang wajib dibayar
konsumen serta dilengkapi alat komunikasi yang menghubungkan antara
pengemudi, pihak manajemen serta dengan konsumen.
Adanya pangkalan taksi di lokasi tertentu (bandara) dapat memudahkan
perusahaan taksi untuk mengirimkan armadanya ke tempat yang dibutuhkan
konsumen dengan cepat, sehingga akan mendapatkan benefit jangka panjang,
kepuasan terutama loyalitas konsumen.
e. Lingkungan Demografi
Jumlah penduduk Indonesia yang banyak serta meningkat di setiap
tahunnya (khusunya DKI Jakarta) menjadi pasar yang potensial untuk masuk di
industri taksi. Serta meningkatnya jumlah wisatawan baik dalam negeri maupun
luar negeri menjadi peluang pasar baru bagi industri taksi dalam hal peningkatan
jumlah calon pelanggan yang bisa digarap.
2.3. Analisis Competitor (Porter’s Five Competitive Forces)
a. Persaingan diantara pemain yang sudah ada (tinggi)
Persaingan cukup ketat berdasarkan jumlah armada dan rata-rata
penumpang per hari dari kompetitor yang tidak sedikit juga.
Tabel 2. Jumlah Armada dan Penumpang Taksi di Jakarta, 1997-1999(rata-
rata per hari)
No. Nama Perusahaan 1997 1998 1999
Armada Penumpang Armada Penumpang Armada Penumpang
1 PT. President Taxi 6.759 36.499 6.759 32.443 6.759 24.332
2 PT. Blue Bird 1.550 19.530 1.850 20.720 1.300 10.920
3 PT. Silver Bird 0 0 0 0 240 2.880
4 PT. Morante Jaya 300 5.400 500 8.000 500 6.000
5 Cendrawasih 0 0 0 0 250 3.000
6 PT. Gamya 442 7.956 442 7.072 442 5.304
7 PT. Sri Medali 500 9.000 500 8.000 500 6.000
8 PT. Royal City Taxi 473 8.514 573 9.168 573 6.876
9 PT. Ratax Armada 800 14.400 800 12.800 875 10.500
11. 10 PT. Sriyani Asti 500 9.000 500 8.000 500 6.000
11 Koperasi Taksi
Indonesia
999 17.982 1.049 16.874 1.049 12.588
12 Koperasi Supir
Taksi Jaya (Kosti
Jaya)
1.350 24.300 1.350 21.600 1.350 16.200
13 Koperasi Bima
Sakti
200 3.600 200 3.200 200 2.400
14 PT. Express
Transindo Utama
800 13.680 940 14.288 690 7.866
15 Lintas Buana Taksi 0 0 80 1.280 80 960
16 Koperasi Taksi
Sepakat
253 1.822 253 1.619 253 1.214
17 Transkoveri DKI 110 1.980 110 1.760 110 1.320
18 PT. Citra Transport
Nusantara
1.000 18.000 1.000 16.000 1.000 12.000
19 PT. Master Taxi
Indonesia
400 4.500 500 5.000 500 3.750
20 PT. Centris Wahana
Sakti
100 1.800 100 1.600 100 1.200
21 PT. Primajasa
Perdanaraya
100 1.800 100 1.600 100 1.200
22 PT. Dharma Indah
Agung Metropolit
800 14.400 800 12.800 900 10.800
23 PT. Bakhti Dian
Sardo
400 7.200 400 6.400 300 3.600
24 PT. Tandawijaya
Sakti
650 4.680 650 4.160 600 2.880
25 PT. Wahana Artha
Sentosa
500 3.600 500 3.200 500 2.400
26 PT. Sembada Tata
Lestari
500 3.600 500 3.200 500 2.400
27. PT. Luhursatria
Dwiraya
100 720 100 640 100 480
28 PT. Citra
Pancakabraja
100 720 100 640 100 480
29 PT. Guana
Metropolitan
500 3.600 500 3.200 230 1.104
30 PT. Hasmuda
Internusa
326 2.347 326 2.086 364 1.747
TOTAL 20.512 240.630 21.482 227.260 20.965 168.321
Sumber: Organda DKI Jakarta.
b. Masuknya competitor (tinggi)
Apabila dilihat dari jumlah perusahaan yang terjun dalam industri taksi di
Jakarta terlihat meningkat. Peningkatan ini menandakan persaingan bisnis ini
semakin ketat. Jika pada tahun 1992-1996 jumlah perusahaan taksi baru sekitar
17 perusahaan, memasuki tahun 1997-1999jumlah perusahaan taksi mencapai 30
perusahaan.
Kebutuhan sarana transportasi yang meningkat mengakibatkan munculnya
peluang para pemain baru untuk masuk di bisnis ini. Disamping itu, sarana
12. transportasi yang nyaman, aman, dan memiliki pelayanan yang baik masih sangat
dibutuhkan warga jakarta.
c. Daya tawar dari supplier (tinggi)
Suku cadang kendaraan sangat mudah didapatkan karena mobil serta
sparepart Toyota sudah diproduksi di Indonesia, dan harganya relative terjangkau
dikarenakan Toyota Soluna masuk kedalam kategori mobil kelas menengah.
Kondisi ini menguntungkan bagi taksi Bakri.
d. Daya tawar dari pembeli (tinggi)
Menurut Biro Pusat Statistik presentase pertumbuhan penduduk di Jakarta
sangat tinggi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sekitar 2%. Jumlah
wisatawan yang masuk melalui Bandara Soekarno-Hatta terlihat semakin
meningkat. Melihat pertumbuhan penduduk yang tinggi serta jumlah wisatawan
asing yang mengunjungi Jakarta juga tinggi, dapat diproyeksikan kebutuhan taksi
akan meningkat.
e. Ancaman produk/jasa pengganti (tinggi)
Transportasi massal lainnya dapat merupakan bentuk pelayanan substitute
dari taksi. Penumpang dapat dengan mudah pindah ke transportasi massal seperti
bus, kereta api jika pelayanan taksi tidak baik apalagi dengan semakin macetnya
kondisi Jakarta dan sekitarnya penumpang dapat memilih transportasi massal
yang dinilai sebagai solusi dalam mengatasi kemacetan.
2.4. Analisis Lingkungan Internal
Tabel 3. Lingkungan Internal
LINGKUNGAN INTERNAL
Aspek Pemasaran Aspek Keuangan Aspek SDM Aspek Operasional
1. Pemasaran
dilakukan dengan
word of mouth
2. Harga yang
ditetapkan sesuai
dengan argo taksi
1. Modal Bakri
berasal dari plafon
sebesar 20 Miliar,
serta penjualan
lahan parkir seluas
satu hektar di
Jakarta Selatan
1. Job description
disusun secara
tertulis.
2. Pembagian kerja
dan pengaturan
aktu kerja
disesuaikan dengan
job description.
1. Kemudahan
dalam akses
operasional
seperti
komunikasi
antara
pengemudi, pihak
13. untuk dijadikan
modal.
2. Adanya kerja
sama dengan
kreditur untuk
menutupi
kekurangan dana
Bakri
3. Pengaturan dana
akan dilakukan
dengan koordinasi
departement lain
3. Mengadakan
penilaian kinerja
secara berkala
manajemen dan
pelanggan
2. Sistem kerja sama
dengan
pengemudi
menggunakan
sistem setoran
yang ditentukkan
perusahaan
2.5. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
a. Strength
Pada pertengahan tahun 2002 Bakri sudah memiliki fasilitas halaman parkir
seluas satu hektar di daerah Jakarta Selatan yang dapat dijual untuk
menambahkan modal. Selain itu, Bakri juga memiliki plafon kredit sebesar Rp 20
miliar dari salah satu bank pemerintah di Jakarta. Kedua keuntungan tersebut
dapat digunakan Bakri untuk membangun bisnis taksinya.
b. Weakness
Bakri merupakan calon investor atau pendatang baru (new-entry) dalam
industri taksi, sehingga pengalaman di bidang tersebut sangat minim. Bakri juga
memiliki modal yang sangat sedikit sehingga akan menjadi tantangan yang berat
untuk memasuki industri yang sudah penuh dengan persaingan tersebut.
c. Opportunity
Meningkatnya jumlah penduduk di Jakarta, seperti dilihat di Tabel 1,
faktor lain yang akan meningkatkan penggunaan taksi di masa mendatang yaitu
arus wisatawan yang masuk ke Jakarta. Jumlah wisatawan yang masuk melalui
Bandara Soekarno-Hatta terlihat masih meningkat. Pada tahun 1998, jumlah
penumpang dalam negeri tercatat sebesar 4.829.603 penumpang atau meningkat
9,7% dibandingkan tahun 1997. Dengan jumlah tersebut berarti dalam sehari
pada tahun 1998 jumlah penumpang datang adalah sebesar 13.415 penumpang.
14. Sedangkan untuk penumpang lalu lintas luar negeri melalui bandar udara
di Jakarta pada tahun 1998 meningkat sebesar 24% dari sebesar 2.792.665
penumpang di tahun 1997 menjadi 3.465.263 penumpang. Dengan jumlah
penumpang tersebut berarti untuk penumpang internasional rata-rata dalam
sehari terdapat 9.625 penumpang. Hal ini terdapat perkembangan dan proyeksi
jumlah penumpang yang datang pada pelabuhan udara di Jakarta.
Menurut Biro Pusat Statistik, peningkatan jumlah penduduk Jakarta setiap
tahunnya rata-rata sekitar 2%. Dengan proyeksi peningkatan sebesar itu, maka
penduduk Jakarta pada tahun 2000 diperkirakan akan mencapai 9.872,2 ribu
jiwa, dan akan meningkat kembali pada tahun 2001 menjadi 10.070,2 ribu jiwa,
dan akan terus meningkat hingga tahun 2003 mencapai 10.477 ribu jiwa. Dengan
jumlah penumpang sebesar itu diproyeksikan kebutuhan taksi akan mencapai
18.858.
Dengan melihatnya jumlah penduduk yang semakin meningkat dan adanya
arus wisatawan yang masuk di bandara Soekarno-Hatta Jakarta, maka menjadi
peluang bagi Bakri untuk mendirikan bisnis taksi.
d. Threat
Setelah krisis moneter di Indonesia perusahaan yang terjun dalam bisnis
taksi meningkat sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat.
Pada tahun 1992-1996 jumlah perusahaan taksi baru mencapai 17 perusahaan,
dan pada tahun 1997-1999 jumlah perusahaan taksi meningkat mencapai 30
perusahaan.
2.6. Matrix SWOT
Berikut ini analisis matrix SWOT dalam menentukkan sebuah keputusan, antara
lain:
Tabel 4. Matrix SWOT
Kekuatan (S)
1. Memiliki lahan
sebesar 1 hektar
2. Memiliki plafon
kredit sebesar 20 M.
Kelemahan (W)
1. Pengalaman sedikit
2. Memiliki hutang
dengan kreditur
apabila memakai
plafon kredit.
15. 3. Diversifikasi produk
(taksi bandara)
Peluang (O)
1. Jumlah penduduk
semakin meningkat
2. Arus wisatawan di
bandara tinggi
3. Masyarakat
membutuhkan
transportasi aman
dan nyaman
4. Adanya kerja sama
dengan kreditur
5. Teknologi
6. Kebijakan
pemerintah
Strategi Peluang
Kekuatan (SO)
1. Memperkenalkan
produk (taksi bandara)
melalui pelayanan
terbaik yang aman dan
nyaman yang dapat
memberikan
kepercayaan bagi
pelanggan dalam
mempertahankan
pangsa pasar (S3
dengan O3)
2. Menjual lahan 1
hektar di Jakarta
Selatan dan membeli
lahan di area yang
dekat dengan Bandara
(S1 dengan O1, O2)
Strategi Peluang
Kelemahan (WO)
1. Memberikan
pelayanan dengan
mempermudah
pelanggan dengan
meningkatkan
teknologi (alat
komunikasi) untuk
menaikkan pasar (W1
dengan O5)
2. Kerja sama dengan
investor yang
berpengalaman untuk
pengembangan usaha
(W1, W2 dengan O4)
Ancaman (T)
1. Pesaing semakin
banyak
2. Kendaraan pribadi
meningkat
3. Kriminalitas yang
tinggi
Strategi Kekuatan
Ancaman (ST)
1. Meningkatkan
kualitas non harga
seperti kualitas
pelayanan, kecepatan,
fleksibilitas, dll (S3
dengan T1, T2)
Strategi Kelemahan
Ancaman (WT)
1. Memelihara
loyalitas konsumen
dengan memerikan
promo - promo (W1
dengan T1, T2)
16. 2.7. Haruskah Bakri masuk ke bisnis ini?
Dalam mendirikan usaha atau bisnis baru diperlukan perencanaan terlebih dahulu
agar keberlangsungan perusahaan dapat berjalan dengan baik. Dapat diketahui bahwa
setiap bisnis pasti memiliki tantangan dan resiko. Apalagi membuat bisnis baru yaitu
perusahaan taksi di Jakarta, dimana persaingan bisnis pertaksian di Jakarta sudah sangat
ketat. Sehingga dalam perencanaan dan pengorganisasian perusahaan harus direncanakan
dengan matang dengan membuat sebuah formulasi strategi seperti menciptakan visi, misi
dan tujuan agar perusahaan dapat bertahan di pasar serta dapat tercapai tujuan yang
diinginkannya.
Perusahaan juga harus melakukan pengendalian dan pengawasan misalnya
pengawasan sumber daya manusia yang baik dan terstruktur. Selanjutnya perusahaan
melakukan pengontrolan dengan mengumpulkan informasi-informasi mengenai
perkembangan perusahaan dan dilaukannya maintenance rutin pada system transportasi.
Dari penjelasan tersebut, apabila seluruh fungsi manajemen dapat dilakukan oleh
perusahaan dengan baik, maka perusahaan akan berjalan dengan lancar.
Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan analisis SWOT, maka kami
merekomendasikan Bakri untuk terjun dalam bisnis taksi Bandara, artinya taksi Bakri
beroperasi pada layanan antar penumpang dari lokasi Bandara Soekarno – Hatta dengan
strategi mendirikan perusahaan berupa PT (Perseroan Terbatas) sebagaimana PT harus
didirikan oleh lebih dari satu orang, sehingga Bakri perlu mencari partner kerja untuk
mendirikan bisnis transportasi (taksi). Perlu diketahui juga bahwa Bakri memiliki halaman
parkir seluas 1 hektar di daerah Jakarta Selatan yang dapat dijual untuk membeli lahan yang
lebih besar di lokasi dekat dengan bandara, karena harga tanah di Banten atau di Jakarta
Barat jauh lebih murah dibanding di Jakarta Selatan, serta Bakri memiliki plafon kredit
sebesar Rp 20 Miliar. Sedangkan untuk menjalankan rencana investasinya, Bakri
membutuhkan dana sekitar Rp 40 Miliar untuk pengadaan 500 unit taksi berupa Toyota
Soluna.
2.7.1. Strategi Pemasaran
Sebelum memasuki industri taksi di Jakarta, perusahaan harus membuat analisis
STP (Segmenting, Targeting, Positioning) agar perusahaan mengetahui siapakah yang
akan menjadi target konsumen potensial bagi perusahaan. Analisis STP perusahaan Bakri
adalah sebagai berikut:
17. a. Segmenting
Pasar yang menjadi titik fokus perusahaan taksi Bakri berada pada
masyarakat menengah. Karena perusahaan taksi Bakri bermain dalam pasar
wisatawan bandara Soekarno-Hatta. Kemudian dari segi geografis perusahaan
taksi Bakri akan menempati pasar wisatawan bandara Soekarno-Hatta.
b. Targeting
Target pasar perusahaan taksi Bakri saat ini adalah para wisatawan baik
mancanegara maupun domestik dengan kelas ekonomi menengah.
c. Positioning
Perusahaan taksi Bakri memposisikan dengan harga tarif murah
(terjangkau) sehingga dapat mencakup masyarakat yang biasanya naik bis untuk
sekarang dapat menggunakan taksi.
Seseorang atau perusahaan yang akan mendirikan usaha baru juga perlu memiliki
strategi dalam memasarkan produk atau jasa agar bisnisnya dapat dikenal dan diterima
oleh publik. Menurut kami strategi yang digunakan Bakri dalam memasarkan jasanya
menggunakan McCarthy’s Marketing Mix Strategy (4P), sebagai berikut:
a. Product
Taksi Bakri menyediakan layanan transportasi yaitu taksi bandara untuk
konsumen. Semua ditujukan agar penumpang merasa nyaman dan aman. Armada
diberikan fasilitas yang bagus, bersih, nyaman dan berkualitas. Di dalam armada
juga diberikan nomor customer care yang akan menanggapi keluhan, saran, dan
kritik dari para pelanggan serta diberikan identitas pengemudi taksi untuk
memberikan rasa kepercayaan dari pelanggan.
b. Place
Bakri akan mengoperasikan armada taksi nya di bandara Soekarno-Hatta,
Tangerang. Strategi Bakri yaitu mencari lahan parkir untuk armada taksi nya di
sekitar bandara agar lebih efektif dan efisien dalam beroperasi.
c. Promotion
Promosi tentang produk Bakri ini akan melalui word of mouth dari
pelanggan – pelanggan yang pernah menggunakan jasa taksi Bakri. Pihak Bakri
juga akan memasang lampu neon atau neon box di beberapa jalan – jalan besar
yang berisi tentang iklan taksi dan disertakan nomor telepon agar pelanggan dapat
mudah memesan taksi leat telepon.
18. d. Price
Tarif yang dipatok oleh perusahaan taksi Bakri, yaitu tarif yang sesuai
dengan regulasi pemerintah atau harga pasaran.
e. People
a) Pengemudi: Sopir taksi yang ramah dan perlu menguasai jalan sehingga
penumpang memberikan kepercayaan bahwa ia akan diantar ke tempat tujuan
dengan aman dan selamat.
b) Customer Service: CS yang juga ramah, memiliki suara yang jelas dan sabar
dalam menerima dan menjawab pertanyaan dan saran dari customer.
c) Receptionist : ini juga ramah, sopan dan memiliki penampilan yang menarik
dalam melayani kebutuhan konsumen (misalkan konsumen yang
menanyakan pemesanan taksi dari bandara ataupun mengantar ke bandara
dan dibutuhkan jam berapa). Setelah mendapat informasi dari konsumen,
maka karyawan ini akan menghubungi atau mencari armada taksi yang
sedang beroperasi.di daerah konsumen agar konsumen tidak menunggu lama.
2.8. Mekanisme pembiayaan apa yang paling optimal bagi kondisinya dan
bagaimana bentuk kerjasama yang harus dirancang dengan investor atau
kreditur?
Melihat kondisi lingkungan yang seperti sudah dijelaskan di atas, Bakri akan
menjalin kerja sama dengan investor atau kreditur dalam mengoptimalkan bisnis yang
akan didirikannya. Hal ini dikarenakan untuk mendirikan perseroan diperlukan kemitraan
untuk mengembangkan bisnisnya agar menghasilkan tujuan perusahaan. Langkah Bakri
menjalin kerja sama dengan investor, ia perlu mencari investor yang memiliki kesamaan
visi dan misi, memahami pasar atau produk perusahaan dan memiliki pengalaman di
industri transportasi.
Bakri perlu menyiapkan profil perusahaannya dengan menyerahkan informasi
strategis atau proposal bisnis atau potensi bisnis seperti yang berisi profil perusahaan; visi
dan misi, tujuan, sasaran; analisis lingkungan eksternal dan analisis SWOT, strategi
pemasaran (marketing mix), serta penganggaran perusahaan. Sehingga investor atau
kreditur bisa memberikan dukungan (dana) dalam bentuk hutang dan membagi keahlian
teknologi dengan perusahaan Bakri.
19. 2.9. Mekanisme kerjasama seperti apa yang harus diterapkannya dengan para
pengemudi?
Sistem kerja dalam pengoperasian taksi antara perusahaan pengelola dan
pengemudi juga ada beberapa bentuk. Ada perusahaan yang menerapkan sistem setoran,
sistem target, dan sistem cicilan. Berdasarkan analisis dalam penerapan mekanisme kerja
sama pembayaran dengan pengemudi, maka perusahaan taksi Bakri akan memberlakukan
sistem setoran karena dengan sistem ini perusahaan akan memperoleh pendapatan yang
yang sudah direncanakan dalam anggaran. Sistem setoran ini, pengemudi diberikan
ketentuan untuk menyetor sebesar Rp. 300.000, - per 12 jam sudah termasuk biaya bahan
baku. Pendapatan pengemudi dalam sistem ini yaitu kelebihan dari pendapatan yang telah
dipotong uang setoran. Apabila pengemudi tidak dapat memenuhi jumlah setoran, maka
kekurangannya dihitung sebagai hutang ke perusahaan.
Jumlah setoran yang ditetapkan perusahaan tentunya berdasarkan dengan umur
kendaraan yang digunakan oleh pengemudi. Karena banyak sedikitnya jumlah setoran juga
dipengaruhi dari pajak kendaraan yang akan dibayarkan perusahaan ke pemerintah.
20. BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan analisis SWOT, maka kami
merekomendasikan Bakri untuk terjun dalam bisnis taksi Bandara, artinya taksi Bakri
beroperasi pada layanan antar penumpang dari lokasi Bandara Soekarno – Hatta dengan
strategi mendirikan perusahaan berupa PT (Perseroan Terbatas) sebagaimana PT harus
didirikan oleh lebih dari satu orang, sehingga Bakri perlu mencari partner kerja untuk
mendirikan bisnis transportasi (taksi).
Dalam hal mekanisme pembiayaan, perusahaan Bakri harus merencanakannya dengan
baik, dalam mendirikan perseroan diperlukan kemitraan untuk mengembangkan bisnisnya agar
mencapai tujuan perusahaan. Langkah Bakri dalam menjalin kerja sama dengan investor, ia
perlu mencari investor yang memiliki kesamaan visi dan misi, memahami pasar atau produk
perusahaan dan memiliki pengalaman di industri transportai.
Mekanisme kerjasama perusahaan dengan pengemudi yaitu, dapat diketahui
berdasarkan analisis dalam penerapan mekanisme kerja sama pembayaran dengan pengemudi,
maka perusahaan taksi Bakri akan memberlakukan sistem setoran karena dengan sistem ini
perusahaan akan memperoleh pendapatan yang yang sudah direncanakan dalam anggaran.
21. DAFTAR PUSTAKA
David, Fred R. (2009) Manajemen Strategis Buku 1: Konsep (Strategic Management).
Salemba Empat. Jakarta