SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 10
Manajemen Wacana Publik
“Komunikasi: Cermin diri”
oleh: Yeremia Prawiro Mozart Runtu S.Ked
dalam LKMM ISMKI Wilayah 4 tahun 2012
Tiap harinya manusia “pantang” tidak berkomunikasi. Baik berkomunikasi secara
vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal, yang agama kita ajarkan melalui
ibadah dan kegiatan agama dalam bentuk lain kepada Tuhan Yang Maha Esa sedangkan
horizontal kita dituntut untuk bisa bersosialisasi dengan orang lain. Dalam era modern
seperti saat ini, lebih dari 75 % hidup manusia dihabiskan untuk berkomunikasi dan
sebagian besar dilakukan secara lisan. Sehingga komunikasi menjadi barang penting
dalam kesuksesan hidup. Coba lihat bagian perekrutan karyawan perusahaan saat ini.
Mereka lebih memilih calon pekerja yang bisa bersosialisasi dengan atasan maupun
rekan kerja dengan baik daripada calon pekerja yang pintar secara kognitif namun
menutup diri dari rekan–rekannya. Mereka lebih memilih calon pekerja yang bisa
menempatkan diri, bertutur kata yang sopan serta berkelakukan baik daripada calon
pekerja yang mempunyai segudang prestasi namun tak elok kelakukannya.
Begitu pula dengan tenaga kesehatan dalam hal ini Dokter. Pada tahun 1995-2004
The Joint Commission mencatat bukan masalah SDM ataupun kepepimpinan yang
menjadi masalah dalam kegiatan medis melainkan komunikasilah yang menjadi akar
masalah dari banyak kasus dalam kesalahan medis. Setiap hari dokter bertemu dengan
masyarakat dan komunikasi menjadi jembatan antara dokter dengan pasien agar
hubungan terapeutik dapat terbangun dengan baik yaitu hubungan dokter-pasien dalam
tingkat yang sejajar dan saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah kesehatan
pasien. Komunikasi efektif mampu menghidarkan kesalahpahaman yang bisa
menimbulkan dugaan malpraktek.
Kegiatan komunikasi memiliki banyak bentuk namun yang dibahas dalam materi ini
adalah mengenai berbicara di depan publik (public speaking), menulis opini publik dan
manajemen wacana publik serta propaganda.
I.

Komunikasi efektif
“Seorang pendidik suka membuat hal yang sederhana menjadi rumit. Seorang
komunikator membuat hal yang rumit menjadi sederhana.” – John C.Maxwell







Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran – pikiran atau informasi.
Komunikasi disebut efektif bila pemberi pesan mengirimkan pesan melalui sarana
tertentu kepada penerima pesan sehingga penerima pesan memahami dan
menindaklanjuti apa yang diinginkan oleh pemberi pesan.
Komponen komunikasi efektif: pemberi pesan, penerima pesan, sarana (medium),
pesan yang disampaikan dan umpan balik (feedback)
prinsip komunikasi: REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity dan Humble)
Respect
Menghormati lawan bicara merupakan modal pertama dalam berkomunikasi efektif.
Hukum yang berlaku yaitu hormatilah orang lain jika kita ingin dihormati orang lain.
Empathy
Kemampuan seseorang dalam menempatkan dirinya sebaik mungkin sesuai dengan
keadaan dapat didefinisikan sebagai empati. Sifat ini tercermin dalam kemampuan
seorang individu dalam mendengarkan dan mengerti orang lain. Saat anda telah
berhasil menjadi pendengar yang baik bagi orang lain, anda akan dengan mudah
memenangkan hati lawan bicara anda.
Audible
Penting kiranya memastikan bahwa apa yang anda sampaikan dapat didengar dan
dimengerti oleh mereka yang mendengarkan anda. Saat komunikasi personal
berlangsung, hal ini tidak terlalu sulit untuk dicapai. Namun ketika anda harus
berbicara dengan banyak orang dalam sebuah forum publik, anda harus memberi
perhatian dalam hal ini. Kemampuan anda dalam memanfaatkan teknologi audiovisual akan sangat menunjang jalannya komunikasi publik.
Clarity
Hal ini didefinisiakan sebagai kejelasan anda dalam menyampaikan informasi. Hal ini
sangat diperlukan untuk mereduksi adanya salah tafsir terhadap apa yang anda
sampaikan. Clarity juga sering diartikan sebagai keterbukaan dan transparansi,
dimana kedua hal ini sangat diperlukan dalam membangun kepercayaan dari
penerima informasi.
Humble
Dalam membangun komunikasi, sikap hati yang benar yaitu rendah hati. Karena dari
hatilah keluar semua perkataan maupun perbuatan (baca: gerak tubuh/gestur). Hati
yang baik akan mengeluarkan perkataan dan perbuatan yang baik pula begitu juga
sebaliknya.
II.
Seni berbicara di depan publik (Public speaking)
 Bagaimana menyampaikan gagasan kita di depan publik
 Semua orang berbicara tetapi tidak semua mengesankan
 Teknik: Persiapan, pelaksanaan dan evaluasi
1. Persiapan
 Penampilan
 Materi (membuat peta pembicaraan)
 Ketahuilah tujuan anda
 tema harus menarik dan menantang
 jangan bicarakan dua hal: yang sudah mereka ketahui dan yang tidak
ingin mereka dengar.
 Sistematika dari makro ke mikro
 kronologis yang jelas
 Penggunaan ungkapan dan bahasa yang jelas
 Data/informasi yang akurat
 Menggunakan contoh yang konkrit dan aktual.
 Sarana dan prasarana
 Latihan: “The will to win means nothing until the will to prepare”
2. Pelaksanaan
a. Awal



b. Saat



Strong opening (hallo efect)
Mengendalikan suasana dan audiens
Hindari kesalahan
Kendalikan emosi
Menerapkan etika berkomunikasi dan memakai humor
(kadang – kadang)
Perhatikan bahasa tubuh


c. Akhir
 Memorable Closing
3. Evaluasi
 Minta umpan balik dari kerabat dekat
 Tidak perlu terlalu memikirkan kurang dan lebihnya penampilan anda!
III.

Manajemen wacana publik
3.1 Definisi
Masih hangat dalam pikiran kita sosok Lady Gaga yang gagal tampil di
Indonesia karena tidak mendapatkan ijin dari pemerintah negeri kita yang
mungkin awalnya salah satu ormas keagamaan yang menentang tampilnya sang
musisi. Banyak media massa yang menjadikan kasus lady gaga menjadi headline
dan tidak sedikit pakar dari berbagai disiplin ilmu berpendapat mengenai
persoalan ini melalui tulisan maupun lisan. Setiap orang berpendapat bahwa
kedatangan sang artis dari Amerika ini perlu ditentang karena dapat merusak
moral bangsa melalui aksi panggungnya dan lagu yang dimilikinya yang “katanya”
isinya adalah lirik-lirik pemujaan terhadap setan ataupun menentang kepercayaan
kepada Tuhan. Tak sedikit dari kalangan remaja maupun dewasa muda yang
berpendapat juga bahwa kedatangan Lady Gaga tidak akan merusak moral
bangsa karena mereka tidak akan mengikuti bagaimana ia hidup maupun bergaya
di atas panggung sehingga penontonnya juga tidak akan menjadi “monster” dan
berargumen korupsilah yang merusak moral bangsa. Keadaan yang bisa
tergambarkan jelas bahwa opini ormas keagaamaan punya “pengaruh” lebih
daripada opini rakyat biasa (tidak hanya pada kasus ini) paling tidak membuat
pemerintah berpikir dua kali dalam mengambil keputusan. Standard apa yang
diterapkan pemerintah maupun aparat keamanan dalam negeri kita, standard
moral saja kah atau Pancasila, sebagai salah satu pilar kebangsaan kita yang
menyaring budaya-budaya universal?
Akhirnya isu ini berakhir pada lady gaga tidak mendapatkan ijin tampil
karena surat ijin dari salah satu kementrian tidak menerbitkan surat ijin untuk sang
artis tampil. Mungkinkah kekuatan pendapat dari masyarakat yang menentang
Lady Gaga yang menggerakkan alat negara kita dalam menentukan sikap?
Apakah Ormas keagaamaan yang menjadi penentang di garis depan mempunyai
kepentingan lain di balik isu “moral” yang digulirkannya?
Di era derasnya arus informasi, masyarakat terpapar begitu banyak fakta
maupun pendapat dari berbagai sumber dan bertambah terus tiap jamnya.
Mungkin sekarang masyarakat sudah tidak bisa membedakan lagi antara yang
benar dan yang palsu. Kepalsuan yang jelas tidak senangi banyak orang
sekarang dibuat menjadi sebuah kebenaran sehingga diikuti banyak orang karena
kemasannya yang indah. Begitu vitalnya peran media massa dalam menjadi
sumber informasi di zaman ini sehingga muncul istilah “barangsiapa ingin
mengusasi dunia, kuasailah media”. Isu bisa diartikan sebagai opini/wacana
pubik. Banyak definisi mengenai manajemen wacana publik namun secara
sederhana artinya adalah seni ilmu komunikasi untuk mempengaruhi kerangka
berpikir masyarakat agar sesuai dengan apa yang kita inginkan. Frazier Moore
berkata “Opini publik bukan merupakan suatu wujud dengan bentuk dan sifat yang
nyata, tetapi merupakan sekumpulan keyakinan, ilusi, dan pandangan yang
rasional maupun tak rasional yang menggambarkan sikap individu – individu yang
membentuk publik.
Salah satu kegiatan dalam manajemen wacana publik adalah propaganda.
Mengapa propaganda? Karena menurut Santosa Sastropoetro propaganda
adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah direncanakan secara
seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan tingkah laku dari
penerima/komunikan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh komunikator
Setiap tindakan komunikasi pada hakekatnya mempunyai tujuan/kepentingan
dibaliknya. Jika kita mendengar kata-kata propaganda maka persepsi kita
mengarah pada hal-hal yang bersifat negatif yang mungkin karena propaganda
menjadi alat untuk menyebarkan berita yang palsu serta memperbaiki citra diri
padahal sudah tercium bau busuk orang/institusi tersebut.
Propaganda merupakan alat yang besar kuasanya dan tergantung siapa
yang memakainya dan apa kepentingan yang dibawa oleh pembuat isu.
Propaganda bisa menjadi alat yang baik namun juga bisa menjadi alat kejam
dalam menghancurkan citra pribadi atau institusi. Ada paham yang menyatakan
bahwa iklan sama seperti propaganda. Iklan berbeda dengan publikasi (opini
publik) dalam hal ini. Iklan lebih ke arah komersial sedangkan opini publik
mempunyai kepentingan di baliknya namun seringkali iklan bisa digunakan untuk
propaganda. Akhirnya, komunikasi efektif menjadi kunci penting dalam
“pembuatan” opini/wacana publik serta seluruh kegiatan di dalamnya.
3.2 Urgensi manajemen wacana publik
Opini publik menjadi salah satu institusi penting dalam demokrasi sama
pentingnya seperti keberadaan eksekutif dan legislatif. Opini publik mempunyai
“kuasa” lebih dalam menentukan arah pemerintahan namun kuasa tertinggi tetap
di tangan pemerintah. Suara satu orang tidak berarti karena dalam demokrasi
suara mayoritas seringkali sebagai arus penentu sehingga siapa yang bisa
mempengaruhi kerangka berpikir publik disebut pemenang.
 Pencitraan.
Sederhananya bagaimana “memoles” tiap individu/institusi dipandang publik
sebagai tokoh masyarakat yang mempunyai sifat-sifat positif (pejabat, artis,
organisasi pemerintah, perusahaan dll) bisa melalui evet organizer, konferensi
pers sehingga tampak menyakinkan di hadapan publik.

Sebagai solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi
Mengembalikan citra individu/institusi yang sedang diterpa badai masalah yang
menghancurkan reputasi individu/institusi tersebut. Disinilah peran komunikator
ulung yang khususnya berprofesi dalam bidang kehumasan/PR untuk
memberikan solusi komunikasi yang bisa digunakan untuk menyelesaikan
masalah.

Penguasaan Masssa
Massa yang dikuasai untuk tujuan tertentu dari pembuat opini menjadi poin
penting ketika kita butuh perbaikan citra ataupun menjatuhkan lawan karena
suara mayoritas diperhitungkan lebih oleh pengambil keputusan sesungguhnya
(contoh: pemerintah).
3.3 Komponen manajemen wacana publik
 Pembuat: individu ,kelompok, profesi humas/PR (public relations) dalam suatu
institusi
 Sasaran: Masyarakat
 Sarana: Media komunikasi. bentuknya bisa bermacam – macam mulai dari iklan,
tulisan, berbicara di depan publik, slogan, nyanyian, drama, puisi
 Isi pesan: opini, data dan fakta dan lain – lain
3.4 Karakter wacana publik

Mementingkan tujuan daripada cara

Sering ditentukan oleh kepentingan pribadi, golongan atau negara

Opini yang diciptakan tanpa fakta

Tidak transparan (sulit untuk menggali informasi dari sumber langsung secara
nyata dalam waktu yang tepat)

Didukung oleh banyak pihak
3.5 Cara manajemen wacana publik
3.5.1 Tulisan
a.
Berbagi opini
Tulisan dalam bentuk opini sering kita jumpai dalam kolom – kolom media
cetak seperti koran, majalah maupun media elektronik seperti website ataupun
blog. Aspirasi atau pikiran – pikiran yang berputar dalam otak kita, pun yang kita
rasakan dalam hati mungkin dapat dituang ke dalam suatu tulisan untuk kemudian
kita salurkan ke dalam media yang relevan pada saat yang tepat. Tentunya
pendapat yang proporsional, menyangkut perbahan yang signifikan dan positif,
atau menyangkut perubahan yang signifikan dan positif, atau menyangkut banyak
orang adalah hal yang layak untuk dipaparkan dalam media massa—bukan
masalah – masalah yang sifatnya terlalu pribadi atau personal yang lebih baik
dikonsumsi oleh diri sendiri. Terminologi bidang kajian strategis (kastrat) opini ini
disebut kajian. Untuk kajian sendiri biasanya dibahas lebih dalam pada materi
manajemen isu.
Umumnya opini dimulai dari ketidaksesuaian antara harapan dengan
kenyataan. Apa yang nurani kita rasakan bertentangan dengan keadaan yang jauh
dari keadaan ideal sehingga kita merasa memiliki solusi atas masalah tersebut.
Solusi tersebut kita tuangkan dalam bentuk tulisan dan berharap bisa
mempengaruhi pola pikir orang banyak maupun merubah dunia dalam waktu
singkat namun setidaknya ada efek umum yang seringkali terjadi adalah kita
membuka arena untuk berdiskusi “massal”, bernegosiasi dengan pihak-pihak
terkait atau membuat orang berkesimpulan bahwa apa yang dirasakannya juga
dirasakan oleh orang lain.
b. Tulisan yang seperti apa
Mathilda AMW Bhirowo, dalam bukunya “Bercermin melalui tulisan”,
menguraikan menulis opini secara sederhana dan jelas. Beberapa strategi
dalam penyusunan sebuah tulisan opini adalah sebagai berikut:
 Pilihlah tema yang membumi, artinya suatu kejadian atau peristiwa yang
terjadi di sekitar kita dan menjadi perhatian banyak orang.
 Buat kerangka dari aspek-aspek relevan yang akan kita kembangkan.
Dalam istilah PBL (Problem Based Learning), dalam dunia pendidikan
kedokteran, fase ini disebut Cue and clues yang selanjutnya diproses
menjadi problem list sehingga kita melahirkan hipotesis (jawaban
sementara terhadap masalah yang ada) sehingga untuk memastikan
hipotesis, kita perlu “learning objectives” yang memaksa kita mencari
berbagai macam data primer maupun sekunder. Ini dapat menjadi
daftar pertanyaan kita kepada narasumber sekiranya diperlukan suatu
wawancara atau bahan kita mencari referensi dan data-data penunjang.
 Bagi tulisan dalam tiga tahap secara proporsional. Bagian pendahuluan
merupakan pembuka dari pokok persoalan yang akan kita sampaikan.
Jelaskan secara singkat tentang isu dan latar belakang dengan
presentase antara 20-25% dari keseluruhan panjang tulisan ini.
 Bagian inti permasalahan memaparkan pokok persoalan secara
mendetail dengan memasukkan pula unsur-unsur gagasan penulis
secara sistematis dan logis dengan didukung data-data pendukung
yang sudah kita cari. Ada baiknya pendapat dari beberapa tokoh atau
nara sumber yang relevan kita muat sebagai penguat opini yang kita
sampaikan. Persentase panjang uraian bagian ini adalah 60-70%
 Pada bagian penutup, kita masukkan saran, pendapat, atau kesimpulan
kita pribadi terhadap persoalan yang kita angkat. Kesimpulan juga dapat
berupa rangkuman dari penjabaran di atas atau inti sari dari pendapatpendapat orang lain yang relevan. Bagian penutup dapat juga dibuat
terbuka, artinya membiarkan pembaca menyimpulkan sendiri.
Presentase bagian penutup tidak banyak, berkisar 10% dari
keseluruhan bagan karangan.
 Hal yang mudah untuk mencari gaya penulisan itu adalah mempelajari
langsung dari media yang kita harapkan bisa memuat tulisan kita. Cari
tulisan opini atau feature yang temanya mendekati persoalan yang
menjadi perhatian kita. Dari situ kita akan mendapat gambaran tentang
bentuk penulisannya.
 Tentang bahasa jurnalistik yang lazim digunakan, kita pun bisa
mengacu pada media yang kita anggap kredibel. Sering-seringlah
membaca harian yang memiliki reputasi baik agar terbiasa
menggunakan bahasa jurnalistik yang tepat.
Perhatikan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan dalam menulis tulisan
berbentuk opini. Karena opini seringkali berhadapan dengan kelompok atau
kebijakan yang berlawanan, apalagi disampaikan secara terbuka di media massa
maka kita pun harus pertimbangkan akurasi dan penggunaan bahasa yang etis
agar tidak menimbulkan polemik yang berlebihan atau bahkan menjadi bumerang
buat kita. jauhkan hal-hal yang bersifat SARA, fisik atau menyudutkan seseorang
atau institusi secara langsung. Untuk itu kita perlu didukung oleh data-data atau
informasi akurat yang menunjang dari sumber yang kredibel. Tanpa hal-hal
tersebut, kita seperti sedang “menggoreng” isu atau membual. Namun jangan
takut menulis untuk menyatakan opini kita karena keterbukaan berpendapat
berlaku di negara kita sejak zaman reformasi.
“Segala sesuatu tidaklah sesulit yang kita lihat: segala sesuatu lebih menguntungkan
daripada yang anda duga; dan jika ada kemungkinan berhasil, maka hal itu akan
benar-benar terjadi dan pada saat yang terbaik” – Maxwell
3.6 Alur manajemen wacana publik

Identifikasi  Penyikapan  Evaluasi
1.







Identifikasi dan Pengumpulan data
Ada / tidak opini publik yang sedang bergulir di masyarakat.
Perlu / tidak disikapi  Cari data/fakta untuk mengambil sikap
Jika isu bersifat konstruktif makan inventaris isu / opini publik tersebut agar di
kemudian hari kita bisa memakainya kembali untuk mendukung opini kita yang baru.
Nilai isu/opini yang sudah ada: Bermutu / tidak bermutu ; Dangkal / Dalam ; Laten /
Aktual
Jika isu bersifat destruktif: cegah agar tidak menyebar atau dihancurkan
Pelajari cara berpikir masyarakat saat itu sehingga penolakan dari pubik tidak terlalu
besar.

2. Penyikapan
 Tentukan tujuan penyikapan, contoh: pengurus ISMKI memulai sebuah opini publik,
melalui artikel pencerdasan dan kuesioner yang menuntut partisipasi mahasiswa
kedokteran seluruh Indonesia, yang tujuannya menyakinkan mahasiswa kedokteran
bahwa RUU Pendidikan Kedokteran tidak langsung disetujui namun perlu dikaji ulang
oleh Pemerintah agar sesuai dengan kebutuhan dan tantangan.
 Buatlah penyikapan pada saat yang tepat.
 Melalui berbicara di depan publik ataupun tulisan yang dimuat dalam media massa
yang bisa mempengaruhi pikiran masyarakat secara bersamaan dalam satu waktu.
Seringkali opini publik dimulai karena ada opini publik lainnya, terjadi saling hantam
opini dalam kurun waktu tertentu.
 Salah satu penyikapan yang efektif adalah demonstrasi. Melalui demonstrasi pesan
yang dibawa jelas (orasi, spanduk, poste dan lain-lain), lokasi yang diambil pasti
strategis sehingga masyarakat mau tidak mau dipaksa melihat aksi tersebut, entah
langsung ataupun melalui media, yang ujungnya mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap suatu isu/opini publik.
3. Monitoring dan Evaluasi
 Apakah tujuan tercapai? Bagaimana respon publik?
 Apa respon publik sesuai dengan rencana pembuat opini publik?


Susun ulang rencana untuk menguatkan opini publik yang kita gulirkan pertama atau
buat opini yang bisa membawa masyarakat mengerti jalur pikiran kita.

IV. Propaganda
4.1 Apa dan mengapa
Asal-usul kata propaganda sulit ditentukan secara pasti, tetapi ada suatu
sumber yang menyatakan bahwa kata itu mulai digunakan pada tahun 1622,
ketika Paus Gregory XV mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama
Congregatio de Propaganda Fide. Organisasi itu bertugas untuk menyebarkan
agama Kristen Katholik di kalangan masyarakat non-Kristen. Dalam konteks
pengertian ini, propaganda diartikan sebagai organisasi yang mengirimkan
pesan-pesan. Setelah tahun 1622 propaganda tidak hanya diartikan sebagai
organisasi, tetapi juga sebagai pesan yang disebarkan oleh organisasi. Dalam
perkembangan, pengertian propaganda juga berkaitan dengan teknik yang
digunakan untuk menyampaikan pesan, sebagai contoh: iklan, film dan televisi.
Berdasarkan tujuannya, propaganda juga diartikan sebagai komunikasi yang
ditujukan untuk menyebarluaskan tujuan yang diinginkan (sering bersifat
subversif dan jahat) terhadap para pemirsa, dan dilakukan dengan cara-cara
yang berpengaruh. Pada umumnya propaganda yang memberikan isu-isu
kontroversial lebih mudah diterima oleh masyarakat.
Di Indonesia, kata propaganda dipakai sistem pemerintahan Jepang untuk
menjajah ibu pertiwi. Buktinya, sistem pemerintahan jepang membentuk
departemen propaganda (sendenbu) di bawah pemerintah militer Jepang
dengan berpegang dua prinsip utama yaitu bagaiamana menarik hati rakyat dan
bagaimana mengindoktrinasasi dan menjinakkan mereka. Tujuannya
memobilisasi seluruh rakyat guna mendukung kepentingan perang dan untuk
merubah mentalitas mereka secara keseluruhan. Bagi Jepang, Indonesia
memiliki posisi geografis, ekonomis dan politis yang strategis untuk mendukung
kepentingan perangnya melawan kolonialisme Barat yang ketika itu masih
meluas di Asia. Rakyat Indonesia, yang ketika itu masih dalam belenggu
penjajahan Belanda, menjadi salah satu faktor akselerasi terbentuknya
kekuasaan militer Jepang. Dengan memanfaatkan kondisi rakyat yang ingin
segera terbebas dari penindasan kekuasaan Belanda itu, Jepang
mempersiapkan propaganda secaara sistematis, intensif dan kontrol yang ketat
dengan pemberlakuan undang-undang yang sangat mengikat kebebasan arus
komunikasi di negeri ini.
Sistem propaganda dipersiapkan secara solid dan hasilnya banyak materi
propaganda dikemas dalam bentuk kesenian, seperti puisi, prosa, nyanyian, film
dan sandiwara. Pengemasan propaganda dalam bentuk kesenian sangat
diutamakan oleh Jepang, karena kesenian dengan nilai entertaining-nya dapat
mengurangi kesadaran khalayak bahwa mereka telah diindoktrinasi.
Kita melihat dan paham bahwa propaganda menjadi satu alat yang bisa
menaklukkan negara. Itu bisa dilakukan jika kita memahami teori dan
menerapkannya. Propaganda merupakan alat yang ampuh dalam kegiatan
berkomunikasi dan seringkali kita mempersepsikan propaganda sebagai alat
“cuci otak”. Menurut Jozef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi di zaman Hitler,
mengatakan: Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan
yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya. Tentang
kebohongan ini, Goebbels juga mengajarkan bahwa kebohongan yang paling
besar ialah kebenaran yang dirubah sedikit saja. Begitu ampuhnya peran
propaganda sehingga kita harus berhati-hati dalam menerima dan mengartikan
segala informasi menjadi sebuah pemikiran maupun sikap bersama.
4.2 Elemen
Santosa Sastropoetro menyatakan elemen-elemen atau ciri-ciri propaganda
sebagai berikut:
1. Komunikator, atau orang yang dilembagakan/lembaga yang menyampaikan
pesan dengan isi dan tujuan tertentu.
2. Komunikan atau penerima pesan yang diharapkan menerima pesan dan
kemudian melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan oleh komunikator.
3. Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang
hendak dicapai.
4. Pesan tertentu yang telah di-encode atau dirumuskan sedemikian rupa agar
mencapai tujuannya yang efektif.
5. Sarana atau medium yang tepat dan sesuai atau serasi dengan situasi dari
komunikan.
6. Teknik yang seefektif mungkin, yang dapat memberikan pengaruh yang
setepatnya dan mampu mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai
dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.
7. Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda
yang bersangkutan.
4.3 Cara
Dalam buku The Fine Art of Prapaganda, yang ditulis Alfred McClung Lee &
Alizabeth Briant Lee pada tahun 1939, menguraikan tujuh poin propaganda yaitu:
1. Name Calling, teknik memberikan label buruk pada sesuatu
gagasan/orang/lembaga supaya sasaran tidak menyukai atau menolaknya.
2. The glittering generalation device (Penggunaan kata-kata muluk), adalah
strategi percakapan dengan memaparkan hal-hal umum sehingga soal-soal detail
yang sebenarnya penting tidak sempat diperhatikan oleh khalayak (tanpa
memeriksa bukti-bukti).
3. The transfe device (Pengalihan), merupakan visualisasi konsep untuk
mengalihkan karakter tertentu ke suatu pihak. Sebagai contoh : para politikus
memajang fotonya ketika sedang bersalaman dengan presiden di ruang
kantornya. Hal inidimaksudkan untuk memindahkan wibawa yang dimiliki presiden
ke dalam dirinya
4. Testimoni (kesaksian/pengutipan), teknik memberi kesempatan pada orangorang yang mengagumi atau membenci untuk mengatakan bahwa sebuah
gagasan atau program atau produk atau seseorang itu baik atau buruk untuk
mengesahkan dan memperkuat tindakannya sendiri.
5. Plain Folks, teknik propaganda yang dipakai pembicara propaganda dalam
upaya meyakinkan sasaran bahwa dia dan gagasan-gagasannya adalah bagus
karena mereka adalah bagian dari ‘rakyat’.
6. The card stacking device (Pemalsuan), berisikan fakta yang mendukung
pendapat seseorang dan mengesampingkan semua fakta yang berlawanan.
Kemudian fakta tersebut disajikan guna menarik khalayak agar menerimanya,
walaupun fakta tersebut berlawanan dengan kebenaran.
7. Bandwagon (Hura-hura), teknik ini digunakan dalam rangka meyakinkan
kepada sasaran bahwa semua anggota suatu kelompok (di mana sasaran
menjadi anggotanya) menerima programnya, dan oleh karena itu sasaran harus
mengikuti kelompok dan segera menggabungkan diri pada kelompok. Dalam hal
ini propagandis harus turun ke lapangan untuk mencapai keberhasilan tersebut.

V.
Kesimpulan
 Komunikasi menjadi alat penting dalam menentukan kesuskesan hidup.
 Komunikasi efektif merupakan tujuan setiap kegiatan komunikasi.
 Kegiatan komunikasi punya berbagai macam bentuk seperti berbicara di depan publik
(public speaking), tulisan berbentuk opini publik maupun propaganda.
 Komunikasi yang efektif disertai kebenaran dan manfaat yang jelas, tanpa keduanya
komunikasi hanya menjadi alat yang membual ataupun menyebarkan kebohongan.
“Communicating well is the heart of the leadership. Every great leader has had not only a
great vision but an ability to communicate is properly”

VI.

Daftar Pustaka

Artikel propaganda Jepang
Birowo, Mathilda MW. Bercermin lewat tulisan. Jakarta: Kompas Gramedia, 2012.
Lee, Alfred McClung dan Alizabeth Brian Lee. The Fine Art of Prapaganda, 1939.
Santosa Sastropoetro. Propaganda salah satu bentuk komunikasi massa, 1988
Dan dirangkum dari berbagai sumber

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Teknik Komunikasi yang Baik dengan Metode REACH _Training "Effective Communic...
Teknik Komunikasi yang Baik dengan Metode REACH _Training "Effective Communic...Teknik Komunikasi yang Baik dengan Metode REACH _Training "Effective Communic...
Teknik Komunikasi yang Baik dengan Metode REACH _Training "Effective Communic...Kanaidi ken
 
Konsep dasar-komunikasi
Konsep dasar-komunikasiKonsep dasar-komunikasi
Konsep dasar-komunikasilsn2012
 
Gangguan dan rintangan komunikasi (modul Komunikasi efektif)
Gangguan dan rintangan komunikasi (modul Komunikasi efektif)Gangguan dan rintangan komunikasi (modul Komunikasi efektif)
Gangguan dan rintangan komunikasi (modul Komunikasi efektif)fikri asyura
 
Materi komunikasi efektif
Materi komunikasi efektifMateri komunikasi efektif
Materi komunikasi efektifMuhammad Askar
 
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPANIMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPANNur Arifaizal Basri
 
Komunikasi efektif
Komunikasi efektifKomunikasi efektif
Komunikasi efektifIndah Sari
 
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkunganKesehatan lingkungan
Kesehatan lingkunganShoetiaone
 
Ppt pengertian simpati dan empati
Ppt pengertian simpati dan empatiPpt pengertian simpati dan empati
Ppt pengertian simpati dan empatifilipusnerisunarto
 
Kepekaan Diri dan Sosial
Kepekaan Diri dan SosialKepekaan Diri dan Sosial
Kepekaan Diri dan SosialYeni Rahayu
 
psikologi komunikasi
psikologi komunikasipsikologi komunikasi
psikologi komunikasiHartono Ikawy
 
Komunikasi interpersonal dan intrapersonal
Komunikasi interpersonal dan intrapersonalKomunikasi interpersonal dan intrapersonal
Komunikasi interpersonal dan intrapersonalzainalarifin3690
 
Dasar dasar komunikasi.1
Dasar dasar komunikasi.1Dasar dasar komunikasi.1
Dasar dasar komunikasi.1om_wiez
 
Komunikasi efektif
Komunikasi efektifKomunikasi efektif
Komunikasi efektifanoovee
 

Was ist angesagt? (20)

Kesehatan Lingkungan
Kesehatan LingkunganKesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan
 
Teknik Komunikasi yang Baik dengan Metode REACH _Training "Effective Communic...
Teknik Komunikasi yang Baik dengan Metode REACH _Training "Effective Communic...Teknik Komunikasi yang Baik dengan Metode REACH _Training "Effective Communic...
Teknik Komunikasi yang Baik dengan Metode REACH _Training "Effective Communic...
 
Materi komunikasi
Materi komunikasiMateri komunikasi
Materi komunikasi
 
Komunikasi Efektif
Komunikasi EfektifKomunikasi Efektif
Komunikasi Efektif
 
Komunikasi efektif
Komunikasi efektifKomunikasi efektif
Komunikasi efektif
 
Konsep dasar-komunikasi
Konsep dasar-komunikasiKonsep dasar-komunikasi
Konsep dasar-komunikasi
 
Gangguan dan rintangan komunikasi (modul Komunikasi efektif)
Gangguan dan rintangan komunikasi (modul Komunikasi efektif)Gangguan dan rintangan komunikasi (modul Komunikasi efektif)
Gangguan dan rintangan komunikasi (modul Komunikasi efektif)
 
Prinsip-prinsip komunikasi
Prinsip-prinsip komunikasiPrinsip-prinsip komunikasi
Prinsip-prinsip komunikasi
 
Materi komunikasi efektif
Materi komunikasi efektifMateri komunikasi efektif
Materi komunikasi efektif
 
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPANIMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN
 
Sistem pers
Sistem persSistem pers
Sistem pers
 
Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif
 
Komunikasi efektif
Komunikasi efektifKomunikasi efektif
Komunikasi efektif
 
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkunganKesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan
 
Ppt pengertian simpati dan empati
Ppt pengertian simpati dan empatiPpt pengertian simpati dan empati
Ppt pengertian simpati dan empati
 
Kepekaan Diri dan Sosial
Kepekaan Diri dan SosialKepekaan Diri dan Sosial
Kepekaan Diri dan Sosial
 
psikologi komunikasi
psikologi komunikasipsikologi komunikasi
psikologi komunikasi
 
Komunikasi interpersonal dan intrapersonal
Komunikasi interpersonal dan intrapersonalKomunikasi interpersonal dan intrapersonal
Komunikasi interpersonal dan intrapersonal
 
Dasar dasar komunikasi.1
Dasar dasar komunikasi.1Dasar dasar komunikasi.1
Dasar dasar komunikasi.1
 
Komunikasi efektif
Komunikasi efektifKomunikasi efektif
Komunikasi efektif
 

Ähnlich wie Manajemen wacana publik-Yeremia Prawiro Mozart Runtu

Ähnlich wie Manajemen wacana publik-Yeremia Prawiro Mozart Runtu (20)

Interpersonal
InterpersonalInterpersonal
Interpersonal
 
Komunikasi
KomunikasiKomunikasi
Komunikasi
 
TeknikKomunikasiDalamTugasKejurusitaan.pdf
TeknikKomunikasiDalamTugasKejurusitaan.pdfTeknikKomunikasiDalamTugasKejurusitaan.pdf
TeknikKomunikasiDalamTugasKejurusitaan.pdf
 
UTS ANTHROP.docx
UTS ANTHROP.docxUTS ANTHROP.docx
UTS ANTHROP.docx
 
Manajemen Wacana Publik.pptx
Manajemen Wacana Publik.pptxManajemen Wacana Publik.pptx
Manajemen Wacana Publik.pptx
 
Materi korespondensi
Materi korespondensiMateri korespondensi
Materi korespondensi
 
komunikasi interpersonalskill
komunikasi interpersonalskillkomunikasi interpersonalskill
komunikasi interpersonalskill
 
Komunikasi efektif (mkdu 2012)
Komunikasi efektif (mkdu 2012)Komunikasi efektif (mkdu 2012)
Komunikasi efektif (mkdu 2012)
 
Tugas 2 interpersonal skill b
Tugas 2 interpersonal skill bTugas 2 interpersonal skill b
Tugas 2 interpersonal skill b
 
Komunikasi & interpersonal
Komunikasi & interpersonalKomunikasi & interpersonal
Komunikasi & interpersonal
 
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi InterpersonalKomunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal
 
Penyiar dan pembawa acara
Penyiar dan pembawa acaraPenyiar dan pembawa acara
Penyiar dan pembawa acara
 
Makalah sapta
Makalah saptaMakalah sapta
Makalah sapta
 
1. slide teori komunikasi
1. slide teori komunikasi1. slide teori komunikasi
1. slide teori komunikasi
 
PERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptx
PERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptxPERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptx
PERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptx
 
Pengucapan awam
Pengucapan awamPengucapan awam
Pengucapan awam
 
Komunikasi perkantoran
Komunikasi perkantoranKomunikasi perkantoran
Komunikasi perkantoran
 
Asimen interpersonal
Asimen interpersonalAsimen interpersonal
Asimen interpersonal
 
Jurusita 2012.pptx
Jurusita 2012.pptxJurusita 2012.pptx
Jurusita 2012.pptx
 
Teori Organisasi Umum 2 (Komunikasi)
Teori Organisasi Umum 2 (Komunikasi)Teori Organisasi Umum 2 (Komunikasi)
Teori Organisasi Umum 2 (Komunikasi)
 

Kürzlich hochgeladen

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfsaptari3
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10maulitaYuliaS
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 

Manajemen wacana publik-Yeremia Prawiro Mozart Runtu

  • 1. Manajemen Wacana Publik “Komunikasi: Cermin diri” oleh: Yeremia Prawiro Mozart Runtu S.Ked dalam LKMM ISMKI Wilayah 4 tahun 2012 Tiap harinya manusia “pantang” tidak berkomunikasi. Baik berkomunikasi secara vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal, yang agama kita ajarkan melalui ibadah dan kegiatan agama dalam bentuk lain kepada Tuhan Yang Maha Esa sedangkan horizontal kita dituntut untuk bisa bersosialisasi dengan orang lain. Dalam era modern seperti saat ini, lebih dari 75 % hidup manusia dihabiskan untuk berkomunikasi dan sebagian besar dilakukan secara lisan. Sehingga komunikasi menjadi barang penting dalam kesuksesan hidup. Coba lihat bagian perekrutan karyawan perusahaan saat ini. Mereka lebih memilih calon pekerja yang bisa bersosialisasi dengan atasan maupun rekan kerja dengan baik daripada calon pekerja yang pintar secara kognitif namun menutup diri dari rekan–rekannya. Mereka lebih memilih calon pekerja yang bisa menempatkan diri, bertutur kata yang sopan serta berkelakukan baik daripada calon pekerja yang mempunyai segudang prestasi namun tak elok kelakukannya. Begitu pula dengan tenaga kesehatan dalam hal ini Dokter. Pada tahun 1995-2004 The Joint Commission mencatat bukan masalah SDM ataupun kepepimpinan yang menjadi masalah dalam kegiatan medis melainkan komunikasilah yang menjadi akar masalah dari banyak kasus dalam kesalahan medis. Setiap hari dokter bertemu dengan masyarakat dan komunikasi menjadi jembatan antara dokter dengan pasien agar hubungan terapeutik dapat terbangun dengan baik yaitu hubungan dokter-pasien dalam tingkat yang sejajar dan saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah kesehatan pasien. Komunikasi efektif mampu menghidarkan kesalahpahaman yang bisa menimbulkan dugaan malpraktek. Kegiatan komunikasi memiliki banyak bentuk namun yang dibahas dalam materi ini adalah mengenai berbicara di depan publik (public speaking), menulis opini publik dan manajemen wacana publik serta propaganda. I. Komunikasi efektif “Seorang pendidik suka membuat hal yang sederhana menjadi rumit. Seorang komunikator membuat hal yang rumit menjadi sederhana.” – John C.Maxwell     Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran – pikiran atau informasi. Komunikasi disebut efektif bila pemberi pesan mengirimkan pesan melalui sarana tertentu kepada penerima pesan sehingga penerima pesan memahami dan menindaklanjuti apa yang diinginkan oleh pemberi pesan. Komponen komunikasi efektif: pemberi pesan, penerima pesan, sarana (medium), pesan yang disampaikan dan umpan balik (feedback) prinsip komunikasi: REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity dan Humble)
  • 2. Respect Menghormati lawan bicara merupakan modal pertama dalam berkomunikasi efektif. Hukum yang berlaku yaitu hormatilah orang lain jika kita ingin dihormati orang lain. Empathy Kemampuan seseorang dalam menempatkan dirinya sebaik mungkin sesuai dengan keadaan dapat didefinisikan sebagai empati. Sifat ini tercermin dalam kemampuan seorang individu dalam mendengarkan dan mengerti orang lain. Saat anda telah berhasil menjadi pendengar yang baik bagi orang lain, anda akan dengan mudah memenangkan hati lawan bicara anda. Audible Penting kiranya memastikan bahwa apa yang anda sampaikan dapat didengar dan dimengerti oleh mereka yang mendengarkan anda. Saat komunikasi personal berlangsung, hal ini tidak terlalu sulit untuk dicapai. Namun ketika anda harus berbicara dengan banyak orang dalam sebuah forum publik, anda harus memberi perhatian dalam hal ini. Kemampuan anda dalam memanfaatkan teknologi audiovisual akan sangat menunjang jalannya komunikasi publik. Clarity Hal ini didefinisiakan sebagai kejelasan anda dalam menyampaikan informasi. Hal ini sangat diperlukan untuk mereduksi adanya salah tafsir terhadap apa yang anda sampaikan. Clarity juga sering diartikan sebagai keterbukaan dan transparansi, dimana kedua hal ini sangat diperlukan dalam membangun kepercayaan dari penerima informasi. Humble Dalam membangun komunikasi, sikap hati yang benar yaitu rendah hati. Karena dari hatilah keluar semua perkataan maupun perbuatan (baca: gerak tubuh/gestur). Hati yang baik akan mengeluarkan perkataan dan perbuatan yang baik pula begitu juga sebaliknya. II. Seni berbicara di depan publik (Public speaking)  Bagaimana menyampaikan gagasan kita di depan publik  Semua orang berbicara tetapi tidak semua mengesankan  Teknik: Persiapan, pelaksanaan dan evaluasi 1. Persiapan  Penampilan  Materi (membuat peta pembicaraan)  Ketahuilah tujuan anda  tema harus menarik dan menantang  jangan bicarakan dua hal: yang sudah mereka ketahui dan yang tidak ingin mereka dengar.  Sistematika dari makro ke mikro  kronologis yang jelas  Penggunaan ungkapan dan bahasa yang jelas  Data/informasi yang akurat  Menggunakan contoh yang konkrit dan aktual.  Sarana dan prasarana  Latihan: “The will to win means nothing until the will to prepare”
  • 3. 2. Pelaksanaan a. Awal    b. Saat   Strong opening (hallo efect) Mengendalikan suasana dan audiens Hindari kesalahan Kendalikan emosi Menerapkan etika berkomunikasi dan memakai humor (kadang – kadang) Perhatikan bahasa tubuh  c. Akhir  Memorable Closing 3. Evaluasi  Minta umpan balik dari kerabat dekat  Tidak perlu terlalu memikirkan kurang dan lebihnya penampilan anda! III. Manajemen wacana publik 3.1 Definisi Masih hangat dalam pikiran kita sosok Lady Gaga yang gagal tampil di Indonesia karena tidak mendapatkan ijin dari pemerintah negeri kita yang mungkin awalnya salah satu ormas keagamaan yang menentang tampilnya sang musisi. Banyak media massa yang menjadikan kasus lady gaga menjadi headline dan tidak sedikit pakar dari berbagai disiplin ilmu berpendapat mengenai persoalan ini melalui tulisan maupun lisan. Setiap orang berpendapat bahwa kedatangan sang artis dari Amerika ini perlu ditentang karena dapat merusak moral bangsa melalui aksi panggungnya dan lagu yang dimilikinya yang “katanya” isinya adalah lirik-lirik pemujaan terhadap setan ataupun menentang kepercayaan kepada Tuhan. Tak sedikit dari kalangan remaja maupun dewasa muda yang berpendapat juga bahwa kedatangan Lady Gaga tidak akan merusak moral bangsa karena mereka tidak akan mengikuti bagaimana ia hidup maupun bergaya di atas panggung sehingga penontonnya juga tidak akan menjadi “monster” dan berargumen korupsilah yang merusak moral bangsa. Keadaan yang bisa tergambarkan jelas bahwa opini ormas keagaamaan punya “pengaruh” lebih daripada opini rakyat biasa (tidak hanya pada kasus ini) paling tidak membuat pemerintah berpikir dua kali dalam mengambil keputusan. Standard apa yang diterapkan pemerintah maupun aparat keamanan dalam negeri kita, standard moral saja kah atau Pancasila, sebagai salah satu pilar kebangsaan kita yang menyaring budaya-budaya universal? Akhirnya isu ini berakhir pada lady gaga tidak mendapatkan ijin tampil karena surat ijin dari salah satu kementrian tidak menerbitkan surat ijin untuk sang artis tampil. Mungkinkah kekuatan pendapat dari masyarakat yang menentang Lady Gaga yang menggerakkan alat negara kita dalam menentukan sikap? Apakah Ormas keagaamaan yang menjadi penentang di garis depan mempunyai kepentingan lain di balik isu “moral” yang digulirkannya? Di era derasnya arus informasi, masyarakat terpapar begitu banyak fakta maupun pendapat dari berbagai sumber dan bertambah terus tiap jamnya. Mungkin sekarang masyarakat sudah tidak bisa membedakan lagi antara yang
  • 4. benar dan yang palsu. Kepalsuan yang jelas tidak senangi banyak orang sekarang dibuat menjadi sebuah kebenaran sehingga diikuti banyak orang karena kemasannya yang indah. Begitu vitalnya peran media massa dalam menjadi sumber informasi di zaman ini sehingga muncul istilah “barangsiapa ingin mengusasi dunia, kuasailah media”. Isu bisa diartikan sebagai opini/wacana pubik. Banyak definisi mengenai manajemen wacana publik namun secara sederhana artinya adalah seni ilmu komunikasi untuk mempengaruhi kerangka berpikir masyarakat agar sesuai dengan apa yang kita inginkan. Frazier Moore berkata “Opini publik bukan merupakan suatu wujud dengan bentuk dan sifat yang nyata, tetapi merupakan sekumpulan keyakinan, ilusi, dan pandangan yang rasional maupun tak rasional yang menggambarkan sikap individu – individu yang membentuk publik. Salah satu kegiatan dalam manajemen wacana publik adalah propaganda. Mengapa propaganda? Karena menurut Santosa Sastropoetro propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan tingkah laku dari penerima/komunikan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh komunikator Setiap tindakan komunikasi pada hakekatnya mempunyai tujuan/kepentingan dibaliknya. Jika kita mendengar kata-kata propaganda maka persepsi kita mengarah pada hal-hal yang bersifat negatif yang mungkin karena propaganda menjadi alat untuk menyebarkan berita yang palsu serta memperbaiki citra diri padahal sudah tercium bau busuk orang/institusi tersebut. Propaganda merupakan alat yang besar kuasanya dan tergantung siapa yang memakainya dan apa kepentingan yang dibawa oleh pembuat isu. Propaganda bisa menjadi alat yang baik namun juga bisa menjadi alat kejam dalam menghancurkan citra pribadi atau institusi. Ada paham yang menyatakan bahwa iklan sama seperti propaganda. Iklan berbeda dengan publikasi (opini publik) dalam hal ini. Iklan lebih ke arah komersial sedangkan opini publik mempunyai kepentingan di baliknya namun seringkali iklan bisa digunakan untuk propaganda. Akhirnya, komunikasi efektif menjadi kunci penting dalam “pembuatan” opini/wacana publik serta seluruh kegiatan di dalamnya. 3.2 Urgensi manajemen wacana publik Opini publik menjadi salah satu institusi penting dalam demokrasi sama pentingnya seperti keberadaan eksekutif dan legislatif. Opini publik mempunyai “kuasa” lebih dalam menentukan arah pemerintahan namun kuasa tertinggi tetap di tangan pemerintah. Suara satu orang tidak berarti karena dalam demokrasi suara mayoritas seringkali sebagai arus penentu sehingga siapa yang bisa mempengaruhi kerangka berpikir publik disebut pemenang.  Pencitraan. Sederhananya bagaimana “memoles” tiap individu/institusi dipandang publik sebagai tokoh masyarakat yang mempunyai sifat-sifat positif (pejabat, artis, organisasi pemerintah, perusahaan dll) bisa melalui evet organizer, konferensi pers sehingga tampak menyakinkan di hadapan publik.  Sebagai solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi Mengembalikan citra individu/institusi yang sedang diterpa badai masalah yang menghancurkan reputasi individu/institusi tersebut. Disinilah peran komunikator ulung yang khususnya berprofesi dalam bidang kehumasan/PR untuk
  • 5. memberikan solusi komunikasi yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah.  Penguasaan Masssa Massa yang dikuasai untuk tujuan tertentu dari pembuat opini menjadi poin penting ketika kita butuh perbaikan citra ataupun menjatuhkan lawan karena suara mayoritas diperhitungkan lebih oleh pengambil keputusan sesungguhnya (contoh: pemerintah). 3.3 Komponen manajemen wacana publik  Pembuat: individu ,kelompok, profesi humas/PR (public relations) dalam suatu institusi  Sasaran: Masyarakat  Sarana: Media komunikasi. bentuknya bisa bermacam – macam mulai dari iklan, tulisan, berbicara di depan publik, slogan, nyanyian, drama, puisi  Isi pesan: opini, data dan fakta dan lain – lain 3.4 Karakter wacana publik  Mementingkan tujuan daripada cara  Sering ditentukan oleh kepentingan pribadi, golongan atau negara  Opini yang diciptakan tanpa fakta  Tidak transparan (sulit untuk menggali informasi dari sumber langsung secara nyata dalam waktu yang tepat)  Didukung oleh banyak pihak 3.5 Cara manajemen wacana publik 3.5.1 Tulisan a. Berbagi opini Tulisan dalam bentuk opini sering kita jumpai dalam kolom – kolom media cetak seperti koran, majalah maupun media elektronik seperti website ataupun blog. Aspirasi atau pikiran – pikiran yang berputar dalam otak kita, pun yang kita rasakan dalam hati mungkin dapat dituang ke dalam suatu tulisan untuk kemudian kita salurkan ke dalam media yang relevan pada saat yang tepat. Tentunya pendapat yang proporsional, menyangkut perbahan yang signifikan dan positif, atau menyangkut perubahan yang signifikan dan positif, atau menyangkut banyak orang adalah hal yang layak untuk dipaparkan dalam media massa—bukan masalah – masalah yang sifatnya terlalu pribadi atau personal yang lebih baik dikonsumsi oleh diri sendiri. Terminologi bidang kajian strategis (kastrat) opini ini disebut kajian. Untuk kajian sendiri biasanya dibahas lebih dalam pada materi manajemen isu. Umumnya opini dimulai dari ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Apa yang nurani kita rasakan bertentangan dengan keadaan yang jauh dari keadaan ideal sehingga kita merasa memiliki solusi atas masalah tersebut. Solusi tersebut kita tuangkan dalam bentuk tulisan dan berharap bisa mempengaruhi pola pikir orang banyak maupun merubah dunia dalam waktu singkat namun setidaknya ada efek umum yang seringkali terjadi adalah kita membuka arena untuk berdiskusi “massal”, bernegosiasi dengan pihak-pihak
  • 6. terkait atau membuat orang berkesimpulan bahwa apa yang dirasakannya juga dirasakan oleh orang lain. b. Tulisan yang seperti apa Mathilda AMW Bhirowo, dalam bukunya “Bercermin melalui tulisan”, menguraikan menulis opini secara sederhana dan jelas. Beberapa strategi dalam penyusunan sebuah tulisan opini adalah sebagai berikut:  Pilihlah tema yang membumi, artinya suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita dan menjadi perhatian banyak orang.  Buat kerangka dari aspek-aspek relevan yang akan kita kembangkan. Dalam istilah PBL (Problem Based Learning), dalam dunia pendidikan kedokteran, fase ini disebut Cue and clues yang selanjutnya diproses menjadi problem list sehingga kita melahirkan hipotesis (jawaban sementara terhadap masalah yang ada) sehingga untuk memastikan hipotesis, kita perlu “learning objectives” yang memaksa kita mencari berbagai macam data primer maupun sekunder. Ini dapat menjadi daftar pertanyaan kita kepada narasumber sekiranya diperlukan suatu wawancara atau bahan kita mencari referensi dan data-data penunjang.  Bagi tulisan dalam tiga tahap secara proporsional. Bagian pendahuluan merupakan pembuka dari pokok persoalan yang akan kita sampaikan. Jelaskan secara singkat tentang isu dan latar belakang dengan presentase antara 20-25% dari keseluruhan panjang tulisan ini.  Bagian inti permasalahan memaparkan pokok persoalan secara mendetail dengan memasukkan pula unsur-unsur gagasan penulis secara sistematis dan logis dengan didukung data-data pendukung yang sudah kita cari. Ada baiknya pendapat dari beberapa tokoh atau nara sumber yang relevan kita muat sebagai penguat opini yang kita sampaikan. Persentase panjang uraian bagian ini adalah 60-70%  Pada bagian penutup, kita masukkan saran, pendapat, atau kesimpulan kita pribadi terhadap persoalan yang kita angkat. Kesimpulan juga dapat berupa rangkuman dari penjabaran di atas atau inti sari dari pendapatpendapat orang lain yang relevan. Bagian penutup dapat juga dibuat terbuka, artinya membiarkan pembaca menyimpulkan sendiri. Presentase bagian penutup tidak banyak, berkisar 10% dari keseluruhan bagan karangan.  Hal yang mudah untuk mencari gaya penulisan itu adalah mempelajari langsung dari media yang kita harapkan bisa memuat tulisan kita. Cari tulisan opini atau feature yang temanya mendekati persoalan yang menjadi perhatian kita. Dari situ kita akan mendapat gambaran tentang bentuk penulisannya.  Tentang bahasa jurnalistik yang lazim digunakan, kita pun bisa mengacu pada media yang kita anggap kredibel. Sering-seringlah membaca harian yang memiliki reputasi baik agar terbiasa menggunakan bahasa jurnalistik yang tepat. Perhatikan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan dalam menulis tulisan berbentuk opini. Karena opini seringkali berhadapan dengan kelompok atau kebijakan yang berlawanan, apalagi disampaikan secara terbuka di media massa
  • 7. maka kita pun harus pertimbangkan akurasi dan penggunaan bahasa yang etis agar tidak menimbulkan polemik yang berlebihan atau bahkan menjadi bumerang buat kita. jauhkan hal-hal yang bersifat SARA, fisik atau menyudutkan seseorang atau institusi secara langsung. Untuk itu kita perlu didukung oleh data-data atau informasi akurat yang menunjang dari sumber yang kredibel. Tanpa hal-hal tersebut, kita seperti sedang “menggoreng” isu atau membual. Namun jangan takut menulis untuk menyatakan opini kita karena keterbukaan berpendapat berlaku di negara kita sejak zaman reformasi. “Segala sesuatu tidaklah sesulit yang kita lihat: segala sesuatu lebih menguntungkan daripada yang anda duga; dan jika ada kemungkinan berhasil, maka hal itu akan benar-benar terjadi dan pada saat yang terbaik” – Maxwell 3.6 Alur manajemen wacana publik Identifikasi  Penyikapan  Evaluasi 1.       Identifikasi dan Pengumpulan data Ada / tidak opini publik yang sedang bergulir di masyarakat. Perlu / tidak disikapi  Cari data/fakta untuk mengambil sikap Jika isu bersifat konstruktif makan inventaris isu / opini publik tersebut agar di kemudian hari kita bisa memakainya kembali untuk mendukung opini kita yang baru. Nilai isu/opini yang sudah ada: Bermutu / tidak bermutu ; Dangkal / Dalam ; Laten / Aktual Jika isu bersifat destruktif: cegah agar tidak menyebar atau dihancurkan Pelajari cara berpikir masyarakat saat itu sehingga penolakan dari pubik tidak terlalu besar. 2. Penyikapan  Tentukan tujuan penyikapan, contoh: pengurus ISMKI memulai sebuah opini publik, melalui artikel pencerdasan dan kuesioner yang menuntut partisipasi mahasiswa kedokteran seluruh Indonesia, yang tujuannya menyakinkan mahasiswa kedokteran bahwa RUU Pendidikan Kedokteran tidak langsung disetujui namun perlu dikaji ulang oleh Pemerintah agar sesuai dengan kebutuhan dan tantangan.  Buatlah penyikapan pada saat yang tepat.  Melalui berbicara di depan publik ataupun tulisan yang dimuat dalam media massa yang bisa mempengaruhi pikiran masyarakat secara bersamaan dalam satu waktu. Seringkali opini publik dimulai karena ada opini publik lainnya, terjadi saling hantam opini dalam kurun waktu tertentu.  Salah satu penyikapan yang efektif adalah demonstrasi. Melalui demonstrasi pesan yang dibawa jelas (orasi, spanduk, poste dan lain-lain), lokasi yang diambil pasti strategis sehingga masyarakat mau tidak mau dipaksa melihat aksi tersebut, entah langsung ataupun melalui media, yang ujungnya mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap suatu isu/opini publik. 3. Monitoring dan Evaluasi  Apakah tujuan tercapai? Bagaimana respon publik?  Apa respon publik sesuai dengan rencana pembuat opini publik?
  • 8.  Susun ulang rencana untuk menguatkan opini publik yang kita gulirkan pertama atau buat opini yang bisa membawa masyarakat mengerti jalur pikiran kita. IV. Propaganda 4.1 Apa dan mengapa Asal-usul kata propaganda sulit ditentukan secara pasti, tetapi ada suatu sumber yang menyatakan bahwa kata itu mulai digunakan pada tahun 1622, ketika Paus Gregory XV mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Congregatio de Propaganda Fide. Organisasi itu bertugas untuk menyebarkan agama Kristen Katholik di kalangan masyarakat non-Kristen. Dalam konteks pengertian ini, propaganda diartikan sebagai organisasi yang mengirimkan pesan-pesan. Setelah tahun 1622 propaganda tidak hanya diartikan sebagai organisasi, tetapi juga sebagai pesan yang disebarkan oleh organisasi. Dalam perkembangan, pengertian propaganda juga berkaitan dengan teknik yang digunakan untuk menyampaikan pesan, sebagai contoh: iklan, film dan televisi. Berdasarkan tujuannya, propaganda juga diartikan sebagai komunikasi yang ditujukan untuk menyebarluaskan tujuan yang diinginkan (sering bersifat subversif dan jahat) terhadap para pemirsa, dan dilakukan dengan cara-cara yang berpengaruh. Pada umumnya propaganda yang memberikan isu-isu kontroversial lebih mudah diterima oleh masyarakat. Di Indonesia, kata propaganda dipakai sistem pemerintahan Jepang untuk menjajah ibu pertiwi. Buktinya, sistem pemerintahan jepang membentuk departemen propaganda (sendenbu) di bawah pemerintah militer Jepang dengan berpegang dua prinsip utama yaitu bagaiamana menarik hati rakyat dan bagaimana mengindoktrinasasi dan menjinakkan mereka. Tujuannya memobilisasi seluruh rakyat guna mendukung kepentingan perang dan untuk merubah mentalitas mereka secara keseluruhan. Bagi Jepang, Indonesia memiliki posisi geografis, ekonomis dan politis yang strategis untuk mendukung kepentingan perangnya melawan kolonialisme Barat yang ketika itu masih meluas di Asia. Rakyat Indonesia, yang ketika itu masih dalam belenggu penjajahan Belanda, menjadi salah satu faktor akselerasi terbentuknya kekuasaan militer Jepang. Dengan memanfaatkan kondisi rakyat yang ingin segera terbebas dari penindasan kekuasaan Belanda itu, Jepang mempersiapkan propaganda secaara sistematis, intensif dan kontrol yang ketat dengan pemberlakuan undang-undang yang sangat mengikat kebebasan arus komunikasi di negeri ini. Sistem propaganda dipersiapkan secara solid dan hasilnya banyak materi propaganda dikemas dalam bentuk kesenian, seperti puisi, prosa, nyanyian, film dan sandiwara. Pengemasan propaganda dalam bentuk kesenian sangat diutamakan oleh Jepang, karena kesenian dengan nilai entertaining-nya dapat mengurangi kesadaran khalayak bahwa mereka telah diindoktrinasi. Kita melihat dan paham bahwa propaganda menjadi satu alat yang bisa menaklukkan negara. Itu bisa dilakukan jika kita memahami teori dan menerapkannya. Propaganda merupakan alat yang ampuh dalam kegiatan berkomunikasi dan seringkali kita mempersepsikan propaganda sebagai alat “cuci otak”. Menurut Jozef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi di zaman Hitler,
  • 9. mengatakan: Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya. Tentang kebohongan ini, Goebbels juga mengajarkan bahwa kebohongan yang paling besar ialah kebenaran yang dirubah sedikit saja. Begitu ampuhnya peran propaganda sehingga kita harus berhati-hati dalam menerima dan mengartikan segala informasi menjadi sebuah pemikiran maupun sikap bersama. 4.2 Elemen Santosa Sastropoetro menyatakan elemen-elemen atau ciri-ciri propaganda sebagai berikut: 1. Komunikator, atau orang yang dilembagakan/lembaga yang menyampaikan pesan dengan isi dan tujuan tertentu. 2. Komunikan atau penerima pesan yang diharapkan menerima pesan dan kemudian melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan oleh komunikator. 3. Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang hendak dicapai. 4. Pesan tertentu yang telah di-encode atau dirumuskan sedemikian rupa agar mencapai tujuannya yang efektif. 5. Sarana atau medium yang tepat dan sesuai atau serasi dengan situasi dari komunikan. 6. Teknik yang seefektif mungkin, yang dapat memberikan pengaruh yang setepatnya dan mampu mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator. 7. Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang bersangkutan. 4.3 Cara Dalam buku The Fine Art of Prapaganda, yang ditulis Alfred McClung Lee & Alizabeth Briant Lee pada tahun 1939, menguraikan tujuh poin propaganda yaitu: 1. Name Calling, teknik memberikan label buruk pada sesuatu gagasan/orang/lembaga supaya sasaran tidak menyukai atau menolaknya. 2. The glittering generalation device (Penggunaan kata-kata muluk), adalah strategi percakapan dengan memaparkan hal-hal umum sehingga soal-soal detail yang sebenarnya penting tidak sempat diperhatikan oleh khalayak (tanpa memeriksa bukti-bukti). 3. The transfe device (Pengalihan), merupakan visualisasi konsep untuk mengalihkan karakter tertentu ke suatu pihak. Sebagai contoh : para politikus memajang fotonya ketika sedang bersalaman dengan presiden di ruang kantornya. Hal inidimaksudkan untuk memindahkan wibawa yang dimiliki presiden ke dalam dirinya 4. Testimoni (kesaksian/pengutipan), teknik memberi kesempatan pada orangorang yang mengagumi atau membenci untuk mengatakan bahwa sebuah gagasan atau program atau produk atau seseorang itu baik atau buruk untuk mengesahkan dan memperkuat tindakannya sendiri. 5. Plain Folks, teknik propaganda yang dipakai pembicara propaganda dalam upaya meyakinkan sasaran bahwa dia dan gagasan-gagasannya adalah bagus karena mereka adalah bagian dari ‘rakyat’.
  • 10. 6. The card stacking device (Pemalsuan), berisikan fakta yang mendukung pendapat seseorang dan mengesampingkan semua fakta yang berlawanan. Kemudian fakta tersebut disajikan guna menarik khalayak agar menerimanya, walaupun fakta tersebut berlawanan dengan kebenaran. 7. Bandwagon (Hura-hura), teknik ini digunakan dalam rangka meyakinkan kepada sasaran bahwa semua anggota suatu kelompok (di mana sasaran menjadi anggotanya) menerima programnya, dan oleh karena itu sasaran harus mengikuti kelompok dan segera menggabungkan diri pada kelompok. Dalam hal ini propagandis harus turun ke lapangan untuk mencapai keberhasilan tersebut. V. Kesimpulan  Komunikasi menjadi alat penting dalam menentukan kesuskesan hidup.  Komunikasi efektif merupakan tujuan setiap kegiatan komunikasi.  Kegiatan komunikasi punya berbagai macam bentuk seperti berbicara di depan publik (public speaking), tulisan berbentuk opini publik maupun propaganda.  Komunikasi yang efektif disertai kebenaran dan manfaat yang jelas, tanpa keduanya komunikasi hanya menjadi alat yang membual ataupun menyebarkan kebohongan. “Communicating well is the heart of the leadership. Every great leader has had not only a great vision but an ability to communicate is properly” VI. Daftar Pustaka Artikel propaganda Jepang Birowo, Mathilda MW. Bercermin lewat tulisan. Jakarta: Kompas Gramedia, 2012. Lee, Alfred McClung dan Alizabeth Brian Lee. The Fine Art of Prapaganda, 1939. Santosa Sastropoetro. Propaganda salah satu bentuk komunikasi massa, 1988 Dan dirangkum dari berbagai sumber