Tiga kalimat ringkasan:
1. Semua nabi dalam agama samawi diberi wahyu oleh Allah untuk menyeru umat manusia beribadah kepada Allah semata.
2. Mereka menyeru umatnya untuk meninggalkan berhala dan sembahyang kepada Allah, dan memperingatkan akan azab bagi mereka yang mengingkari.
3. Contohnya Nabi Nuh, Ibrahim, Luth, dan nabi-nabi lainnya yang diutus kepada kaum m
2. Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau, melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Aku, maka
beribadahlah kalian sekalian kepada-Ku! (QS. Al-Anbiya’ [21]:25).
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul) (QS. Al-Nahl [16]:36).
Ayat Umum
3. Dan Tanyakanlah kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu:
"Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah yang Maha Pemurah?“ (QS.
Az-Zukhruf[43]:45).
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak
menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). (QS. Al-A’raf
[7]:59).
Dan kepada kaum 'Ad (kami utus) saudara mereka, Huud. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah
Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. kamu hanyalah mengada-adakan saja (QS.
Huud[11]:50).
Ayat Khusus
4. Dan (kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shalih. ia berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Dia (QS. Al-A’raf
[7]:73).
Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya: "Sembahlah olehmu Allah
dan bertakwalah kepada-Nya. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta
(QS. Al-Ankabut [29]:16-17).
Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul, Ketika saudara mereka, Luth, berkata
kepada mereka: mengapa kamu tidak bertakwa?”Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul
kepercayaan (yang diutus) kepadamu, Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku
(QS.Asy-Syuara[11]:160-163).
5. Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu'aib. ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya (QS. Al-
A’raf [7]:85).
6. Yusuf berkata: "tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan
kepadamu melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu
sampai kepadamu. yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh
Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada
Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian.
Dan aku pengikut agama bapak-bapakku Yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub. Tiadalah
patut bagi Kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. yang demikian itu
adalah dari karunia Allah kepada Kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan
manusia tidak mensyukuri (Nya).
Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam
itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) Nama-nama
yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun tentang Nama-nama itu. keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf [12]:37-40).
7. (Nabi Isa). “Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia.
Inilah jalan yang lurus“ (QS. Ali-Imran [3]:51).
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini (Mekah) yang telah
menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri“ (QS. Al-A’raf [27]:91).
توحيدحممد دعواة ىف
8. Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran) dengan (membawa)
kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya
kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan
memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah
tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar“ (QS. Az-Zumar [39]:2-3).
Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya
menjadi orang yang pertama-tama berserah diri". (QS. Az-Zumar [39]:11-12)
9. Untuk tiap-tiap umat di antara kalian, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.”
(QS. Al-Ma`idah [5]: 48)
Tafsir : Qatadah rahimahullah berkata dalam menafsirkan ayat ini: “Syir’atan wa
minhajan adalah jalan dan metode (sunnah). Sunnah mereka berbeda-beda: Taurat memiliki
sunnah sendiri, Injil memiliki sunnah sendiri, Al-Qur`an juga memiliki sunnah sendiri. Allah SWT
menghalalkan padanya apa yang Dia inginkan dan mengharamkan apa yang Dia inginkan sebagai
cobaan, agar Dia mengetahui siapa yang taat dan siapa yang bermaksiat. Akan tetapi agama-Nya
satu yang tidak diterima selainnya: tauhid dan ikhlas hanya untuk Allah SWT. Itulah yang dibawa
oleh para rasul.” Dalam riwayat lain beliau mengatakan: “Agama satu dan syariat berbeda.” (Lihat
Tafsir At-Thabari)
َو ََّّتَش ْمُهُاتَهَُّمأ ، ٍتَّالَع ُدَالَْوأ ُاءَيِبْنَألْاَودِاحَو ْمُهُُِْْد
“Para nabi itu saudara seayah, ibu-ibu mereka berbeda dan agama mereka adalah satu.” (Muttafaq
‘alaihi dari hadits Abu Hurairah ra)
Agama satu, syariat berbeda
Syarah : Al-Munawi berkata dalam Al-Faidhul Qadir (3/62): “Yaitu pokok agama mereka satu yakni tauhid, dan cabang syariat mereka berbeda-beda. Tujuan diutusnya para nabi yaitu membimbing seluruh makhluk diserupakan dengan ayah yang satu, sedangkan syariat mereka yang berbeda bentuk dan tingkatannya diserupakan dengan para ibu.
Al-Qadhi berkata: ‘Kesimpulannya bahwa tujuan utama dari sebab diutusnya mereka semua adalah mengajak seluruh makhluk untuk mengenal kebenaran dan membimbing mereka menuju sesuatu yang mengatur kehidupan dunianya, serta memperbaiki hari di saat mereka kembali. Mereka sama dalam pokok ajaran ini, meskipun berbeda-beda dalam cabang-cabang syariat.Maka beliau n mengibaratkan pokok yang terjadi kesamaan di antara (dakwah) mereka dengan ungkapan ‘ayah’ dan menisbahkan mereka kepadanya. Dan beliau mengibaratkan perbedaan mereka dalam hal hukum dan syariat yang dari sisi bentuk dan tingkatannya dalam hal tujuannya dengan ungkapan ‘para ibu’. Walaupun berjauhan jaman dan kurun mereka, namun asal yang menjadi sebab mereka dikeluarkan dan diutus adalah satu, yaitu agama haq yang Allah telah menjadikannya sebagai fitrah bagi manusia yang siap menerimanya, tegak di atasnya, dan berpegang teguh dengannya. Berdasarkan hal ini, maka yang dimaksud dengan para ibu adalah zaman-zaman di mana mereka diutus.”
Syarah : Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t berkata: “Telah diketahui secara pasti dari agama Rasul n dan telah disepakati umat ini bahwa pokok ajaran Islam, dan hal yang pertama kali diperintahkan kepada seseorang adalah: syahadat La Ilaha illallah dan Muhammadur Rasulullah. Dengan itu seorang yang kafir menjadi muslim, musuh menjadi kawan, yang halal darah dan hartanya menjadi terjaga darah dan hartanya. Kemudian jika syahadat tersebut berasal dari hatinya, maka dia telah memasuki tingkatan keimanan. Namun jika dia hanya mengucapkan dengan lisannya tanpa keyakinan hatinya, maka dia secara lahiriah menampakkan Islam tanpa keimanan dalam hati. Adapun orang yang tidak berucap dengan lisannya, padahal dia mampu melakukannya, maka dia kafir secara zhahir dan batin berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, menurut pendahulu umat ini dan para imamnya serta mayoritas para ulama.” (Fathul Majid, hal. 113)