Buku panduan ini memberikan penjelasan singkat tentang zakat, infak, shadaqah, dan wakaf sesuai dengan ajaran Islam. Zakat memiliki syarat dan ketentuan khusus berbeda dengan infak dan shadaqah yang bersifat sukarela. Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan ibadah wajib bagi umat Muslim yang memenuhi syarat. Buku ini diharapkan dapat membantu memahami konsep-konsep tersebut secara tepat.
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
yatim piatu, yatim dan piatu, kisah yatim piatu
1.
2.
3. Panduan Praktis Ziswaf i
Yatim Mandiri
1438 H / 2017 M
PENYUSUN
Achmad Sjamsudin, S.Ag Muhammad
Nur Kholis
4. ii Panduan Praktis Ziswaf
PENGARAH
Drs. Sumarno
Zaini Faisol, S.E
H. Mutrofin, S.E
Andriyas Eko Vantofy, S.TP
Rudi Mulyono, S.Kom
Bagus Sumbodo, S.T
PEMERIKSA
Ustadz Agustianto, MA
KH. Abdurrahman Navis, Lc., M.HI
LAYOUT / DESAIN
Hevi Metalika Aprilia, S.Hut
Sambutan Direktur Utama
Drs. Sumarno
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdilillahi Rabbil ‘Alamin, puji syukur kita haturkan kehadirat
Allah SWT atas limpahan taufiq, hidayah serta nikmat-Nya yang tak
terhingga nilainya kepada kita sekalian. Shalawat serta salam semoga
senatiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
penghulu para Nabi dan teladan umat sepanjang zaman.
5. Panduan Praktis Ziswaf iii
Terbitnya buku panduan praktis ZISWAF (zakat, infaq, shadaqah
dan wakaf ) ini sangat membantu kita khususnya bagi segenap
keluarga besar Yatim Mandiri. Sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional
(LAZNAS), perlu bagi semua para pegiat zakat di Yatim Mandiri
memahami dan mengerti hal-hal yang terkait dengan Fikih Zakat,
Infak, Shadaqah maupun Waqaf. Sehingga dalam mendakwahkan atau
mengajak masyarakat untuk menunaikan zakat benar-benar sesuai
dengan tuntunan syariat yang ada.
Potensi zakat yang besar di masyarakat, apabila tergali dengan
maksimal akan banyak memberi manfaat untuk membantu para
mustahik, terutama fakir miskin, prioritas bantuan kepada fakir miskin
berupa pemenuhan kebutuhan sehari-hari adalah suatu keniscayaan.
Di samping itu, bantuan lain yang bisa dilakukan dengan dana zakat
adalah bantuan yang bersifat pemberdayaan, baik berupa pendidikan
dan keterampilan, modal usaha, sehingga secara berangsur mustahik
(fakir miskin) bisa tumbuh dan berkembang kemampuannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluar dari garis kemiskinan
sebagaimana makna zakat itu sendiri di antaranya ialah tumbuh atau
berkembang.
Lebih dari itu, sesungguhnya menunaikan zakat bagi kaum
muslimin yang telah memenuhi syarat adalah merupakan bagian
ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana kewajiban ibadah lainnya
seperti shalat, puasa, haji yang harus dilakukan sesuai dengan
tuntunan syariat yang ada. Oleh karena itu, kehadiran buku ini mudah-
mudahan dapat membantu kita dalam memahami seputar Zakat,
Infak, Shadaqah, dan Wakaf sesuai dengan syariat yang ada serta
menjadi bekal kita dalam mendakwakan kepada yang lain.
Akhirnya, atas nama Yatim Mandiri dan pribadi menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
6. ivPanduan Praktis Ziswaf
telah membantu terbitnya buku Panduan Praktis ZISWAF ini. Semoga
semua ikhtiar ini dicatat oleh Allah SWT menjadi amal shalih di sisi-
Nya, dan kelak dibalas oleh-Nya dengan balasan yang terbaik. Aamiin.
Terima kasih, wabillahittaufiq wal hidayah wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Kata Pengantar
Zakat selain mensucikan harta, ia juga memiliki posisi sangat
penting, strategis dan menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam
maupun sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah
pokok, zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang lima, yang
ma’lumun minaddin biddharurah (yang diketahui dengan otomatis
dalam agama) sehingga merupakan bagian mutlak dari keislaman
seseorang.
Di dalam Al-Quran terdapat 27 ayat yang menerangkan kewajiban
berzakat dalam berbagai bentuk kata. Banyak ayat memuji orang-
orang yang mau mengeluarkan zakat, dan sebaliknya banyak pula ayat
yang mengecam dengan keras orang-orang yang enggan berzakat.
Bahkan Khalifah pertama, Abu Bakar Asshiddiq dengan ijma’ para
sahabat memerangi orang-orang yang menolak zakat, karena
dipandang sebagai suatu kedurhakaan terhadap agama.
Bila dikelola secara professional, zakat berserta infak, shadaqah,
dan wakaf juga sangat menentukan dalam pemberdayaan dan
peningkatan kesejahteraan umat. Memberikan beasiswa kepada
anak-anak yang putus sekolah, membuka lapangan pekerjaan,
mengembangkan etika dan sistem bisnis syariah, memberikan modal
usaha kecil dan menengah, pengembangan dakwah dan pendidikan
serta sarana-sarana sosial masyarakat dan masih banyak lagi lainnya.
7. Panduan Praktis Ziswaf v
Sayangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat untuk
berzakat masih sangat rendah, sehingga banyak dari mereka yang
mestinya wajib membayar zakat belum menunaikan kewajibannya,
bahkan tidak sedikit yang beranggapan sudah cukup dengan
mengeluarkan zakat fitrah setahun sekali.
Buku “Panduan Praktis ZISWAF” ini berusaha memberikan
pengetahuan singkat mengenai Zakat, Infak, Shadaqah, dan Wakaf
kepada para ZIS Consultant Yatim Mandiri. Semoga buku sederhana
ini bermanfaat dalam menunaikan amanah atau tugas ZISCO
mengajak umat Islam menunaikan zakat. Aamiin.
9. Panduan Praktis Ziswaf 1
A. Pengertian Zakat
Menurut bahasa (lughatan), kata “zakat” berarti tumbuh,
berkembang, subur, atau bertambah.
Menurut istilah (syar’an), ZAKAT merupakan nama bagi HARTA
tertentu yang diambil dari harta tertentu, berdasarkan syarat dan
ketentuan tertentu (syarat, nishab dan kadar), untuk diberikan kepada
golongan tertentu.
B. Perbedaan Zakat-Infak-Shadaqah
Dari pengertian ZAKAT tersebut, maka perbedaannya dengan
INFAK dan SHADAQAH:
ZAKAT merupakan HARTA yang diambil dari jenis-jenis harta
tertentu (harta wajib zakat), berdasarkan syarat, nishab, dan
kadarnya, serta untuk diberikan kepada golongan tertentu.
Sementara INFAK dan SHADAQAH adalah HARTA yang dikeluarkan
oleh seseorang tanpa syarat dan ketentuan khusus, baik jenis harta,
syarat, nishab, kadar, dan sasarannya sebagaimana yang berlaku di
dalam zakat.
Atau kita mengenal istilah lain dalam keilmuan Islam bahwa ZAKAT
itu termasuk “SHADAQAH WAJIB”, sedangkan INFAK dan SHADAQAH
itu sendiri termasuk “SHADAQAH SUNNAH”. Perbedaannya lagi,
bahwa INFAK cenderung berupa uang, sementara SHADAQAH dalam
arti shadaqah sunnah bisa berupa uang ataupun barang, dan bahkan
senyuman pun sudah termasuk “shadaqah”, sebagaimana yang
10. 2 Panduan Praktis Ziswaf
diungkapkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis beliau:
“Senyummu kepada saudaramu termasuk shadaqah”.
C. Dalil Wajibnya Zakat
Pertama, dalil wajibnya zakat tentunya dari firman Allah di dalam
Al-Quran, yaitu:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.
At-Taubah [9]: 103)
Kedua, kita bisa mengetahui wajibnya zakat dari hadis Rasulullah
SAW yang menjelaskan bahwa zakat merupakan Rukun Islam ketiga:
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada
tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya; mendirikan
shalat; menunaikan zakat, melaksanakan puasa (di bulan
Ramadhan); dan berhaji ke Baitullah (bagi yang mampu)” (HR.
Muslim).
D. Kedudukan Zakat dalam Islam
Zakat adalah ibadah maaliyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi
yang sangat penting, strategis dan menentukan, baik dari sisi ajaran
maupun dan sisi pembangunan kesejahteraan umat (Yusuf Qardlawi
dalam Al lbadah fi Al Islam, 1993: 235).
11. Panduan Praktis Ziswaf 3
Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu dari rukun
Islam yang lima, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai Hadis
Nabi, sehingga keberadaannya dianggap ma’lum min ad dien bi adl
darurah atau diketahui secara otomatis adanya dan merupakan
bagian mutlak dari keIslaman seseorang (Ali Yafie dalam Menggagas
Fiqh Sosial, 194: 231). Dalam Al-Quran terdapat kurang lebih 27 ayat
yang mensejajarkan kewajiban shalat dan kewajiban zakat dalam
berbagai bentuk kata (Yusuf Qardlawi dalam Fiqh Zakat, 1991: 42).
Zakat merupakan indikator utama ketundukan seseorang
terhadap ajaran Islam. Allah SWT berfirman di QS. At-Taubah (9) ayat
5 dan 11, yang artinya:
Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah
orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan
tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat
pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk
berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (ayat 5).
Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui (ayat 11).
Zakat juga merupakan ciri utama mukmin yang akan mendapatkan
kebahagiaan hidup seperti disampaikan Allah dalam firman-Nya, yang
artinya:
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu´ dalam sembahyangnya
3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna
12. 4 Panduan Praktis Ziswaf
4. dan orang-orang yang menunaikan zakat(QS. Al-Mukminun
[23]: 4).
Selain itu, zakat juga merupakan ciri utama mukmin yang akan
mendapat rahmat dan pertolongan Allah SWT. Hal ini dijelaskan oleh
Allah di dalam firman-Nya yang artinya:
(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman
mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata:
“Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak
(keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah
telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah
ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak
disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang
menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat
lagi Maha Perkasa.
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka
di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan
yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS. Al-
Hajj [22]: 40 41)
Orang yang bersedia mengeluarkan zakat, maka dia dipandang
sebagai orang yang selalu berkeinginan untuk membersihkan diri dari
berbagai sifat buruk, seperti: bakhil, egois, rakus dan tamak, sekaligus
berkeinginan untuk selalu membersihkan, mensucikan, dan
mengembangkan harta yang dimilikinya. Allah berfirman yang artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At-
Taubah [9] : 103)
13. Panduan Praktis Ziswaf 5
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada
sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).
(QS. Ar-Ruum [30]: 39)
Sebaliknya, ajaran Islam memberikan peringatan dan ancaman
yang keras terhadap orang yang enggan mengeluarkan zakat. Di
akhirat kelak, harta yang disimpan dan ditumpuk tanpa dikeluarkan
zakatnya akan berubah menjadi azab bagi pemiliknya. Allah berfirman
yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar
dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benarbenar
memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak
itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka,
lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
“Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”. (QS.
AtTaubah [9]: 34 35)
A. Pengertian Harta
Sebelum kita memaparkan harta-harta yang wajib dizakati, maka
kita harus mengetahui apa yang dimaksud “harta” atau “maal” itu
menurut syariat. Menurut bahasa, kata “maal” adalah
kecenderungan, atau segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh
manusia untuk dimiliki dan disimpannya. Sedangkan menurut syariat,
14. 6 Panduan Praktis Ziswaf
maal adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki atau dikuasai dan
dapat digunakan (dimanfaatkan) sebagaimana mestinya.
Dengan demikian, sesuatu dapat disebut maal apabila memenuhi
dua syarat berikut:
1. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai.
2. Dapat diambil manfaatnya sebagaimana mestinya.
Contoh: rumah, mobil ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak,
dan lain sebagainya.
B. Kriteria Harta yang Wajib Dizakati
Harta yang wajib dizakati adalah harta yang memenuhi kriteria
berikut ini:
1. Kepemilikan Sempurna
Harta yang dimiliki secara sempurna, maksudnya pemilik harta
tersebut memungkinkan untuk mempergunakan dan mengambil
manfaatnya secara utuh, sehingga harta tersebut berada di bawah
kontrol dan kekuasaannya.
Harta yang didapatkan melalui proses kepemilikan yang
dibenarkan oleh syariat, seperti hasil usaha perdagangan yang
baik dan halal, harta warisan, pemberian negara atau orang lain
wajib dikeluarkan zakatnya apabila sudah memenuhi
syaratsyaratnya. Sedangkan harta yang diperoleh dengan cara
yang haram, seperti hasil merampok, mencuri, dan korupsi
15. Panduan Praktis Ziswaf 7
tidaklah wajib dikeluarkan zakatnya, bahkan harta tersebut harus
dikembalikan kepada pemiliknya yang sah atau ahli warisnya.
2. Berkembang (Produktif atau Berpotensi Produktif)
Yaitu harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila
dijadikan modal usaha atau mempunyai potensi untuk
berkembang, misalnya hasil pertanian, perdagangan, ternak,
emas, perak, dan uang. Pengertian berkembang menurut istilah
yang lebih familiar adalah sifat harta tersebut dapat memberikan
keuntungan atau pendapatan lain.
3. Mencapai Nishab
Yaitu syarat jumlah minimum harta yang dapat dikategorikan
sebagai harta wajib zakat.
4. Melebihi Kebutuhan Pokok
Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan
untuk kelestarian hidup. Artinya, apabila kebutuhan tersebut tidak
dapat dipenuhi, yang bersangkutan tidak dapat hidup dengan baik
(layak), seperti belanja sehari-hari, pakaian, rumah, perabot
rumah tangga, kesehatan, pendidikan, dan transportasi.
Syarat ini hanya berlaku bagi masyarakat berpenghasilan
rendah atau di bawah standar minimum daerah setempat. Tetapi,
yang lebih utama adalah setiap harta yang mencapai nishab harus
dikeluarkan zakatnya.
5. Terbebas dari Hutang
Orang yang mempunyai hutang, jumlah hutangnya dapat digunakan
untuk mengurangi jumlah harta wajib zakat yang telah sampai
nishab. Jika setelah dikurangi hutang harta wajib zakat menjadi tidak
sampai nishab, harta tersebut terbebas dari kewajiban zakat. Sebab,
zakat hanya diwajibkan bagi orang yang memiliki kemampuan,
16. 8 Panduan Praktis Ziswaf
sedang orang yang mempunyai hutang dianggap tidak termasuk
orang yang berkecukupan. Ia masih perlu menyelesaikan hutang-
hutangnya terlebih dahulu. Zakat diwajibkan untuk menyantuni
orang-orang yang berada dalam kesulitan yang sama atau mungkin
kondisinya lebih parah daripada fakir miskin.
6. Kepemilikan Satu Tahun Penuh (Haul)
Maksudnya adalah bahwa masa kepemilikan harta tersebut
sudah berlalu selama 12 bulan qamariyah (menurut perhitungan
tahun hijriyah). Persyaratan satu tahun ini hanya berlaku bagi
ternak, emas, uang, harta benda yang diperdagangkan, dan lain
sebagainya.
Sedangkan harta hasil pertanian, buah-buahan, rikaz (barang
temuan), dan harta lain yang dikiaskan (dianalogikan) pada hal-hal
tersebut, seperti zakat profesi tidak disyaratkan harus mencapai
satu tahun.
C. Macam-Macam Harta Wajib Zakat dan Syarat-Syaratnya
Berikut ini adalah macam-macam harta yang wajib dizakati dan
syarat-syarat dari masing-masing harta yang wajib dizakati. 1.
Binatang ternak
Zakat Hasil Ternak
(salah satu jenis Zakat
Maal) meliputi hasil dari
peternakan hewan baik
besar (sapi,unta)
sedang (kambing,
domba) dan kecil
(unggas, dll).
Perhitungan zakat
17. Panduan Praktis Ziswaf 9
untuk masing-masing tipe hewan ternak, baik nisab maupun kadarnya
berbeda-beda dan sifatnya bertingkat. Syarat-syaratnya adalah:
• Peternakan telah berlangsung selama satu tahun.
• Binatang ternak digembalakan di tempat-tempat umum dan
tidak dimanfaatkan untuk kepentingan alat produksi
(pembajak sawah).
• Mencapai nishab: unta adalah 5 ekor, sapi 30 ekor, kambing
atau domba 40 ekor.
• Ketentuan kadar zakatnya sudah ditentukan sesuai
karakteristik tertentu dan diambil dari binatang ternak itu
sendiri.
2. Emas dan Perak
Emas dan perak merupakan logam mulia yang memiliki dua
fungsi, selain merupakan tambang elok sehingga sering dijadikan
perhiasaan, emas dan perak juga dijadikan mata uang yang
berlaku dari waktu ke waktu. Syariat Islam memandang emas dan
perak sebagai harta yang potensial atau berkembang. Oleh karena
itu, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang lainnya
termasuk kategori emas atau harta wajib zakat.
Termasuk dalam kategori emas dan perak yang merupakan
mata uang yang berlaku pada
waktu itu adalah mata uang
yang berlaku saat ini di
masingmasing negara. Oleh
sebab itu, segala macam
bentuk penyimpanan uang,
seperti tabungan, deposito,
cek, atau surat berharga
lainnya termasuk dalam
18. 10Panduan Praktis Ziswaf
kriteria penyimpanan emas dan perak. Demikian pula pada harta
kekayaan lainnya
seperti rumah, villa, tanah, dan kendaraan yang melebihi
keperluan menurut syarat atau dibeli dan dibangun dengan
tujuan investasi sehingga sewaktu-waktu dapat diuangkan
termasuk kategori emas atau harta yang wajib dizakati.
Pada emas dan perak atau lainnya, jika dipakai dalam bentuk
perhiasan yang tidak berlebihan, barang-barang tersebut tidak
dikenai zakat.
Syarat Zakat Emas dan Perak:
• Sampai nishob.
• Berlalu satu tahun.
• Bebas dari hutang yang menyebabkan kurang dari nishob.
• Surplus dari kebutuhannya.
• Jika perhiasan tersebut sebagai simpanan atau investasi,
wajib dikeluarkan zakatnya 2.5% dengan syarat nishob dan
haul.
• Perhiasan yang haram digunakan dan terbuat dari emas &
perak, wajib dikeluarkan zakatnya.
• Jika perhiasan tersebut untuk dipakai dan dalam batas yang
wajar, tidak dikenakan
zakat, jika berlebihan
termasuk katagori
pertama.
• Penentuan
nishabnya adalah senilai
dengan nishab emas 85
gram.
19. Panduan Praktis Ziswaf 11
3. Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau
tanaman yang bernilai ekonomis, seperti biji-bijian,
umbi-umbian, sayur-sayuran, buahbuahan,
tanaman keras, tanaman hias, rerumputan, dan dedaunan, ditanam
dengan menggunakan bibit bebijian di mana hasilnya dapat
dimakan oleh manusia dan hewan.
Landasan Hukum
Firman Allah:
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung
dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-,macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa
(bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya) Makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila berbuah. Dan
tunaikanlah haknya (zakatnya) di hari memetiknya”. (QS. Al-
an’am
[6] : 141).
As Sunnah: Dari Jabir, Nabi bersabda:
“Yang diairi oleh sungai dan hujan 10% sedangkan yang diairi
dengan pengairan 5 %”. Hasil ijma’ ulama. Syarat-syarat zakat
pertanian :
• Islam
• Merdeka
• Sempurna Milik
• Cukup nisab
• Tanaman tersebut adalah makanan asasi yang tahan
disimpan lama.
20. 12Panduan Praktis Ziswaf
• Tanaman tersebut
adalah hasil usaha
manusia dan bukannya
tumbuh sendiri seperti
tumbuh liar, dihanyutkan
air dan sebagainya.
4. Harta Perniagaan
Ulama-ulama fikih
menamakan zakat
perniagaan dengan istilah
“Harta Benda Perdagangan” (Arudz al Tijaroh), yakni: Semua yang
diperuntukkan untuk dijual selain uang kontan dalam berbagai
jenisnya, meliputi alat-alat, barang-barang, pakaian, makanan,
perhiasan, binatang, tumbuhan, tanah, rumah, dan barang-barang
tidak bergerak maupun bergerak lainnya.
Landasan Hukum
Menurut Ibnu Arabi dalam Syarh at-Turmizi Jilid 2 hal 104 bahwa
ayat “Pungutlah zakat dari kekayaan mereka” (QS. 9: 103) itu berlaku
menyeluruh atas semua kekayaan, bagaimanapun jenis, nama, dan
tujuannya. Orang yang ingin mengecualikan
salah satu jenis haruslah mampu mengemukakan satu landasan.
(Hukum Zakat hal. 301)
Abu Dzar “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Unta ada
sedekahnya, kambing ada sedekahnya, dan pakaian juga ada
sedekahnya” (Ibnu Hazm, Al-Muhalla, jilid 5: 234-235). Pakaian (al-
Baz) menurut al-Qomus berarti baju, peralatan rumahtangga, dan
sebagainya, yang meliputi kemeja, perabot, peralatan dapur. Dan
wajib zakat atas nilai harganya apabila diinvestasikan dan
diperjualbelikan (Hukum Zakat hal. 303)
21. Panduan Praktis Ziswaf 13
Ibnu Mundzir berkata “Para ulama fikih sudah sampai pada
suatu kesimpulan bahwa harta benda yang dimaksudkan untuk
diperdagangkan wajib zakat apabila masanya sudah sampai
setahun”. Hal ini diriwayatkan dari Umar, anaknya, dan Ibnu
Abbas. Hasan, Jabir bin Zaid, Maimun bin Mahran, Thawus,
Nakha’I, Tsauri, AuzaI, Syafi’I, Abu Ubaid, Ishaq, dan Abu Hanifah
dan kawan-kawannya (Al-Mughni, jilid 3: 30) Dalam fiqh Islam
perusahaan dikenal dengan syirkah. Pada era modern sekarang
ini, perusahaan adalah merupakan lambang kekuatan
perekonomian. Oleh sebab itu, tidak pantas membiarkan
perusahaan terlepas dari kewajiban zakat.
Syarat-syaratnya adalah:
• Muzaki harus menjadi pemilik komoditas yang
diperjualbelikan, baik kepemilikannya itu diperoleh dari
hasil usaha dagang maupun tidak, seperti kepemilikan yang
didapat dari warisan dan hadiah.
• Muzaki berniat untuk memperdagangkan komoditas
tersebut.
• Harta zakat mencapai nishab setelah dikurangi biaya
operasional, kebutuhan primer, dan utang.
• Kepemilikan telah melewati masa satu tahun penuh.
5. Harta Perusahaan
Yang dimaksud perusahaan di sini ialah sebuah usaha yang
diorganisir sebagai sebuah kesatuan resmi yang terpisah dengan
kepemilikan dan dibuktikan dengan kepemilikan saham. Para
ulama kontemporer menganalogikan zakat perusahaan dengan
zakat perniagaan. Sebab, jika dilihat dari aspek legal dan ekonomi
(entitas), aktivitas sebuah perusahaan pada umumnya berporos
22. 14Panduan Praktis Ziswaf
pada kegiatan
perniagaan. Dengan
demikian, setiap
perusahaan di bidang
barang maupun jasa
dapat menjadi obyek
wajib zakat.
6. Barang Tambang
dan Hasil Laut
Dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah saw
pernah bersabda: Pada “rikaz” harta galian, zakatnya seperlima
(20%) (HR. Bukhori Muslim).
• Zakat Rikaz berbeda dengan zakat Barang Tambang.
• Zakat Barang Tambang mencakup semua jenis, baik padat
maupun cair.
• Zakat Rikaz dan Barang Tambang tidak mensyaratkan nishab
dan haul.
• Tarif Zakat Rikaz 20% dan Zakat Barang Tambang 2,5 %
kecuali ada kemiripan.
• Mustahik Zakat Rikaz dan Barang Tambang sama dengan
mustahikkin zakat lainnya.
Yang dimaksud barang tambang dan hasil laut di sini
ialah segala sesuatu yang merupakan hasil eksploitasi
dari kedalaman tanah dan kedalaman laut. Yang termasuk
kategori harta barang tambang dan hasil laut, yaitu:
• Semua barang tambang hasil kerja eksploitasi
kedalaman tanah pada sebuah negara yang dilakukan oleh
pihak swasta ataupun pemerintah.
23. Panduan Praktis Ziswaf 15
• Harta karun yang tersimpan pada kedalaman tanah yang
banyak dipendam oleh orang-orang zaman dahulu, baik
yang berupa uang, emas, perak, maupun logam mulia
lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan orang dan mempunyai nilai materi yang tinggi.
• Hasil laut seperti mutiara, karang, minyak, ikan, dan hewan
laut.
7. Properti Produktif
Yang dimaksud properti produktif adalah harta properti yang
diproduktifkan untuk meraih keuntungan atau peningkatan nilai
material dari properti tersebut. Produktivitas properti diusahakan
dengan cara menyewakannya kepada orang lain atau dengan jalan
menjual hasil dari produktivitasnya. Syarat-syaratnya ialah:
• Properti tidak dikhususkan sebagai komoditas perniagaan.
• Properti tidak dikhususkan sebagai pemenuhan kebutuhan
primer bagi pemiliknya, seperti tempat tinggal dan sarana
transportasi untuk mencari rezeki.
• Properti yang disewakan atau dikembangkan bertujuan
mendapatkan penghasilan, baik sifatnya rutin maupun tidak.
24. 16Panduan Praktis Ziswaf
Berikut ini adalah rincian dari nishab dan kadar zakat dari masing-
masing harta wajib zakat yang sudah dijelaskan di Bab 2.
A. Nishab dan Kadar Zakat Peternakan
1. Unta
Nishab unta adalah 5 (lima) ekor. Artinya, bila seseorang telah
memiliki 5 ekor unta, maka ia telah berkewajiban mengeluarkan
zakatnya. Zakatnya semakin bertambah apabila jumlah unta yang
dimilikinya pun bertambah.
Berdasarkan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dari Anas bin Malik RA, maka dapat dibuat tabel
kadar zakat unta sebagai berikut:
Jumlah Zakat
5 - 9 1 ekor kambing
10 - 14 2 ekor kambing
15 - 19 3 ekor kambing
20 - 24 4 ekor kambing
25 - 30 1 ekor anak unta berumur 1 s/d 2 tahun
36 - 45 1 ekor anak unta berumur 2 s/d 3 tahun
46 - 60 1 ekor anak unta berumur 3 s/d 4 tahun
61 - 75 1 ekor anak unta berumur 4 s/d 5 tahun
25. Panduan Praktis Ziswaf 17
76 - 90 2 ekor anak unta berumur 2 s/d 3 tahun
91 - 120 2 ekor anak unta berumur 3 s/d 4 tahun
121 - 129 3 ekor anak unta berumur 2 s/d 3 tahun
130 - 139 1 ekor anak unta berumur 2 s/d 4 tahun dan 1
ekor anak unta berumur 2 s/d 3 tahun
2. Sapi, Kerbau, dan Kuda
Nishab kerbau dan kuda disetarakan dengan nishab sapi, yaitu
30 ekor. Artinya, apabila seseorang telah memiliki 30 ekor sapi
(kerbau dan kuda), maka dia sudah terkena kewajiban zakat.
Berdasarkan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi
dan Abu Dawud dari Mu’adz bin Jabal RA, maka dapat dibuat tabel
kadar zakat sapi, kerbau, dan kuda sebagai berikut:
Jumlah Zakat
30 - 39 1 ekor anak sapi/kerbau berumur 1 s/d 2 tahun
40 - 59 1 ekor anak sapi/kerbau berumur 2 s/d 3 tahun
60 - 69 2 ekor anak sapi/kerbau berumur 2 s/d 3 tahun
70 - 79 1 ekor anak sapi/kerbau berumur 2 s/d 3 tahun dan
1 ekor anak sapi/kerbau berumur 1 s/d 2 tahun
80 - 89 2 ekor anak sapi/kerbau berumur 2 s/d 3 tahun
90 - 99 3 ekor anak sapi/kerbau berumur 1 s/d 2 tahun
100 - 109 1 ekor anak sapi/kerbau berumur 2 s/d 3 tahun dan
2 ekor anak sapi/kerbau berumur 1 s/d 2 tahun
26. 18Panduan Praktis Ziswaf
110 - 119 2 ekor anak sapi/kerbau berumur 2 s/d 3 tahun dan
1 ekor anak sapi/kerbau berumur 1 s/d 2 tahun
120 - 129 3 ekor anak sapi/kerbau berumur 2 s/d 3 tahun dan 4
ekor anak sapi/kerbau berumur 1 s/d 2 tahun.
Pada setiap kelipatan 30 ekor dikenakan seekor anak sapi/
kerbau berumur 1 s/d 2 tahun dan setiap kelipatan 40 dikenakan
seekor anak sapi/kerbau berumur 2 s/d 3 tahun.
3. Kambing dan Domba
Nishab kambing atau domba adalah 40 ekor. Artinya, apabila
seseorang telah memiliki 40 ekor kambing atau domba, maka dia
sudah terkena kewajiban zakat. Berdasarkan hadis Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Anas bin Malik RA, maka
dapat dibuat tabel kadar zakat kambing atau domba sebagai
berikut:
Jumlah Zakat
40 - 120 1 ekor kambing
121 - 200 2 ekor kambing
201 - 299 3 ekor kambing
300 - 399 4 ekor kambing
Pada setiap kelipatan 100 diambil seekor kambing
Zakat atas Hasil Produksi Hewani
BAZNAS
• Zakat atas produk hewani seperti harus diperlakukan sama
dengan madu.
27. Panduan Praktis Ziswaf 19
• Hal ini berlaku pula pada ternak-ternak piaraan yang memang
khusus diambil susunya dan tidak merupakan barang
dagangan
• Zakat atas produk hewani adalah sebesar sepersepuluh dari
penghasilan bersih, atau setelah dikurangi biaya-biaya
• Diantara ulama fiqh ada pula yang berpendapat jika seseorang
yang membeli hewan untuk dijual produknya, misalnya sapi
untuk dijual susunya, ulat sutera untuk dijual suteranya, atau
sejenisnya; maka orang itu harus menghitung nilai benda-
benda tersebut dengan produknya pada akhir tahun, lalu
mengeluarkan zakatnya seperti zakat perniagaan (2,5%)
4. Unggas (Ayam, Bebek, Burung) dan Ikan
Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak ditetapkan
berdasarkan jumlah (ekor) sebagaimana unta, sapi, dan kambing,
tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Ternak unggas dan
perikanan adalah setara dengan 20 dinar (1 dinar = 2,45 gram emas
murni) atau sama dengan 85 gram emas murni (24 karat).
Apabila seseorang beternak ikan, dan pada akhir tahun (tutup
buku) ia memiliki kekayaan berupa modal kerja dan keuntungan
lebih besar, kira-kira setara dengan 85 gram emas murni, ia terkena
kewajiban zakat sebesar 2,5 %. Dengan demikian, usaha tersebut
digolongkan ke dalam zakat perniagaan.
Contoh:
Seorang peternak ayam broiler memelihara 1000 ekor ayam per
minggu. Pada akhir tahun (tutup buku) terdapat laporan keuangan
sebagai berikut:
• Stock ayam broiler 5600 ekor (dalam berbagai umur) ditaksir
harga sebesar Rp 20.000.000,-
28. 20Panduan Praktis Ziswaf
• Uang kas/bank setelah dikurangi pajak Rp 10.000.000,-
• Stok pakan dan obat-obatan Rp 2.000.000,-
• Piutang (dapat tertagih) Rp 5.000.000,-
Jumlah Rp 37.000.000,-
• Utang jatuh tempo Rp (5.000.000)
Saldo Rp 32.000.000,-
Kadar zakat yang harus dibayarkan:
2,5 % x 32.000.000,- = Rp. 800.000,Catatan:
Kandang dan alat-alat peternakan tidak diperhitungkan sebagai
harta yang wajib dizakati, karena tidak diperjualbelikan.
BAZNAS
Zakat Atas Madu
Landasan hukum: Dari Amru bin Syuaib dari kakeknya dari Nabi
SAW berkata: “Sesungguhnya Rasulullah SAW mengambil zakat
madu sebesar 1/10” (HR. Daruqutni).
Berdasarkan hadits diatas ulama berbeda pendapat:
• Jumhur ulama tidak mewajibkan zakat madu dengan alasan
tidak ada dalil yang kuat.
• Abu Hanifah dan Ahmad mewajibkan zakat madu dengan dasar
keumuman ayat dan hadits.
Nishab dan Tarif Zakat Madu
• Imam Abu Hanifah tidak menetapkan nishb madu dan
menetapkan tarifnya 10 %.
• Imam Ahmad menentukan nishabnya sebanyak 16 liter
Bagdadi.
• Sebagian Ulama menganalogikan pada hasil pertanian maka
nishabnya adalah senilai 652,8 kg sedangkan tarifnya 10 % jika
29. Panduan Praktis Ziswaf 21
terdapat di tanah yang datar dan 5% jika berada di
pegunungan.
Kadar Zakat Madu
Para ulama bersepakat bahwa zakat madu diambil dari
pendapatan bersih madu, atau setelah dikurangi dari biayabiaya
untuk mendapatkannya dan besarnya sepersepuluh (10%)
B. Nishab dan Kadar Zakat Emas dan Perak atau Harta Simpanan
Hadist yang diriwayatkan dari Ali ra, dia berkata, telah bersabda
Rasulullah saw: “Jika kamu mempunyai 200 dirham dan sudah cukup
setahun maka zakatnya adalah 5 dirham, dan emas hanya dikenakan
zakat bila sudah mencapai 20 dinar dan sudah cukup setahun, maka
zakatnya adalah ½ dinar setiap bertambah maka dengan hitungan
tersebut. Tidak wajib zakat kecuali sampai cukup masa setahun”. (H.R
Abu Daud)
Nishab emas dan perak adalah 20 dinar (85 gram emas murni) dan
perak adalah 200 dirham (setara 595 gram perak). Artinya, apabila
seseorang telah memiliki emas atau perak sebesar 20 dinar atau 200
dirham dan sudah memilikinya selama setahun, maka ia terkena
kewajiban zakat sebesar 2,5 %.
Demikian juga jenis harta yang merupakan harta simpanan dan
dapat dikategorikan dalam emas dan perak, seperti uang tunai,
tabungan, cek, saham, surat berharga ataupun bentuk lainnya.
Nishab dan zakatnya sama dengan ketentuan emas dan perak.
Artinya, jika seseorang memiliki bermacam-macam bentuk harta dan
jumlah akumulasinya lebih besar atau sama dengan nishab (85 gram
emas), ia telah terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%.
30. 22Panduan Praktis Ziswaf
Contoh
Seseorang memiliki harta kekayaan setelah satu tahun sebagai
berikut:
• Tabungan, deposito, obligasi Rp. 200.000.000,-
• Uang tunai (di luar kebutuhan pokok) Rp. 5.000.000,•
Perhiasan emas (berbagai bentuk) 150 gram
• Utang jatuh tempo Rp. 6.000.000,-
Perhiasan emas yang digunakan sehari-hari atau sewaktu-waktu
tidak wajib dizakati, kecuali melebihi jumlah maksimal perhiasan yang
layak zakat. Jika seseorang layak memakai perhiasan maksimal 50
gram, maka yang wajib dizakati hanyalah perhiasan yang melampaui
50 gram, yaitu 100 gram.
Dengan demikian, jatuh tempo harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya adalah sebagai berikut:
• Tabungan, deposito, obligasi Rp. 200.000.000,-
• Uang tunai Rp. 5.000.000,-
• Emas (150-50 = 100 gram)
@ Rp. 350.000,- x 100 gram Rp. 35.000.000,-
Jumlah Rp. 240.000.000,-
• Utang jatuh tempo Rp. (6.000.000)
Saldo Rp. 234.000.000,-
Besar zakat yang harus dikeluarkan:
2,5 % xRp. 234.000.000,- = Rp. 5.850.000,-
C. Nishab dan Kadar Zakat Hasil Pertanian dan Buah-buahan
Nishab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 653 kg.
Apabila hasil pertanian tersebut termasuk makanan pokok, seperti
31. Panduan Praktis Ziswaf 23
beras, jagung, gandum, dan kurma, nishabnya adalah 653 kg dari hasil
pertanian tersebut. Tetapi, jika hasil pertanian itu selain makanan
pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, dan bunga,
nishabnya disetarakan dengan harga nishab dari makanan pokok yang
paling umum di daerah (negeri) tersebut, misalnya untuk Indonesia
adalah beras.
Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan,
sungai, atau mata air adalah 10 %, tetapi apabila hasil pertanian diairi
dengan disirami atau irigasi (ada biaya tambahan), zakatnya adalah
5%.
Pada sistem pengairan saat ini biaya tidak sekadar air, tetapi ada
biaya-biaya lain seperti pupuk dan insektisida. Untuk mempermudah
perhitungan zakatnya, biaya pupuk, insektisida dan sebagainya
diambil dari hasil panen, kemudian sisanya (apabila melebihi nishab)
dikeluarkan zakatnya 10 % atau 5 % (tergantung sistem pengairan).
Contoh:
Pada sawah tadah hujan ditanami padi. Dalam pengelolaan
dibutuhkan pupuk dan insektisida seharga Rp. 300.000,Hasil
panen (bruto) 6 ton beras = 6.000 kg.
Saprotan = Rp. 300.000 atau = 300 kg
Netto = 5.700 kg
Besar zakatnya 10 % x 5.700 kg = 570 kg
D. Nishab dan Kadar Zakat Harta Perdagangan
Berikut adalah nishab dan kadar zakat dari harta perdagangan.
Terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu: perniagaan dan perusahaan.
Uraiannya sebagai berikut.
32. 24Panduan Praktis Ziswaf
1. Zakat Perniagaan
Yaitu harta yang disiapkan untuk diperjualbelikan, baik
dikerjakan oleh individu maupun kelompok atau syirkah (PT, CV,
PADA, FIRMA). Azas pendekatan zakat perniagaan adalah:
• Nishab zakat harta perniagaan adalah sepadan dengan 85
gram emas atau 200 dirham perak.
• Ketetapan bahwa nilai aset telah mencapai nishab ditentukan
pada akhir masa haul sesuai dengan prinsip independensi
tahun keuangan sebuah usaha.
• Zakat ini dihitung berdasarkan asas bebas dari semua
kewajiban keuangan.
• Kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah 1/40 dari nilai aset
pada akhir tahun atau sama dengan 2,5 %.
2. Zakat Perusahaan
Nishab dan kadar zakat perusahaan dianalogikan dengan wajib
zakat perniagaan, yaitu 85 gram emas. Adapun kadar zakatnya
adalah 2,5 % dari aset wajib zakat yang dimiliki perusahaan selama
masa satu tahun.
Cara menghitung zakat perniagaan atau perusahaan
Kekayaan yang dimiliki badan usaha tidak lepas dari salah satu
atau lebih dari tiga bentuk di bawah ini:
a. Kekayaan dalam bentuk barang.
b. Uang tunai/bank.
c. Piutang.
Dengan demikian, yang dimaksud harta perniagaan yang
wajib dizakati adalah ketiga bentuk harta tersebut dikurangi
dengan kewajiban perusahaan, seperti utang yang harus dibayar
(jatuh tempo) dan pajak.
Contoh:
33. Panduan Praktis Ziswaf 25
Sebuah perusahaan meubel pada tutup buku per 31 Desember
2011 dalam kondisi keuangan sebagai berikut:
1. Stock meubel 10 set seharga Rp. 20.000.000,-
2. Uang tunai/bank Rp. 50.000.000,3. Piutang Rp.
10.000.000,-
Jumlah Rp. 80.000.000,-
4. Utang dan pajak Rp. (5.000.000,-)
Saldo Rp. 75.000.000,-
Besar zakat yang harus dibayarkan:
2,5 % x Rp. 75.000.000,- = Rp. 1.875.000,-
ZAKAT penghasilan atau zakat profesi (al-maal al-mustafad)
adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian
profesional tertentu, baik yang dilakukan sendirian maupun bersama
dengan orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang)
halal yang memenuhi nishab (batas minimum untuk wajib zakat).
Contohmya adalah pejabat, pegawai negeri atau swasta, dokter,
konsultan, advokat, dosen, makelar, seniman, dan sejenisnya.
A. Hukum Zakat Profesi
Para ulama fikih berbeda pendapat di dalam masalah hukum zakat
penghasilan. Mayoritas ulama madzhab empat tidak mewajibkan
zakat penghasilan pada saat menerima kecuali sudah mencapai nishab
dan sudah sampai setahun (haul). Namun, para ulama mutaakhirin
34. 26Panduan Praktis Ziswaf
seperti Syekh Abdurrahman Hasan, Syekh Muhammad Abu Zahro,
Syekh Abdul Wahhab Khallaf, Syekh Yusuf Al Qardlowi, dan Syekh
Wahbah Az-Zuhaili, serta hasil kajian majma’ fiqh dan Fatwa MUI
nomor 3 tahun 2003, menegaskan bahwa zakat penghasilan itu
hukumnya wajib.
Hal ini mengacu pada pendapat sebagian sahabat (Ibnu Abbas,
Ibnu Mas’ud, dan Mu’awiyah), Tabiin (Az-Zuhri, Al-Hasan Al-Bashri,
dan Makhul), juga pendapat Umar bin Abdul Aziz dan beberpa ulama
fiqih lainnya. (Al-Fiqh Al-Islami wa ‘Adillatuh, 2/866)
Juga berdasarkan firman Allah SWT: “... Ambilah olehmu zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka...” ( QS. At-Taubah [9]: 103) dan firman Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman! nafkahkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik...” (QS. Al-Baqarah [2]: 267)
Juga berdasarkan sebuah hadits shahih riwayat Imam Tirmidzi
bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Keluarkanlah olehmu sekalian
zakat dari harta kamu sekalian,” dan hadits dari Abu Hurairah RA,
Rasulullah SAW bersabda: “Sedekah hanyalah dikeluarkan dari
kelebihan/kebutuhan. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di
bawah. Mulailah (dalam membelanjakan harta) dengan orang yang
menjadi tanggung jawabmu.” ( HR. Ahmad)
Dan juga bisa dijadikan bahan pertimbangan apa yang dijelaskan
oleh penulis terkenal dari Mesir, Muhammad Ghazali, dalam bukunya
Al-Islam wal Audl’ al-Iqtishadiyyah: “Sangat tidak logik kalau tidak
mewajibkan zakat kepada kalangan profesional seperti dokter yang
penghasilannya sebulan bisa melebihi penghasilan petani setahun.”
B. Nishab dan Kadar Zakat Profesi
Berikut adalah cara mengeluarkan zakat profesi.
35. Panduan Praktis Ziswaf 27
1. Pengeluaran brutto, yaitu mengeluarkan zakat berdasarkan
pada penghasilan kotor. Artinya, zakat penghasilan yang
mencapai nishab 85 gr emas dalam jumlah setahun,
dikeluarkan 2,5 % langsung ketika menerima sebelum
dikurangi apa pun. Jadi kalau dapat gaji atau honor dan
penghasilan lainnya dalam sebulan mencapai 2 juta rupiah x 12
bulan = 24 juta, berarti dikeluarkan langsung 2,5 dari 2 juta tiap
bulan = 50 ribu atau dibayar di akhir tahun = 600 ribu.
Hal ini juga berdasarkan pendapat Az-Zuhri dan ‘Auza’i,
beliau menjelaskan: “Bila seorang memperoleh penghasilan
dan ingin membelanjakannya sebelum bulan wajib zakat
datang, maka hendaknya ia segera mengeluarkan zakat itu
terlebih dahulu dari membelanjakannya” (Ibnu Abi Syaibah, Al-
Mushannif, 4/30). Dan juga menqiyaskan dengan beberapa
harta zakat yang langsung dikeluarkan tanpa dikurangi apa
pun, seperti zakat ternak, emas perak, ma’dzan (hasil
tambang), dan rikaz (harta temuan).
2. Dipotong operasional kerja, yaitu setelah menerima
penghasilan berupa gaji atau honor yang mencapai nishab,
maka dipotong dahulu dengan biaya operasional kerja.
Contohnya, seorang yang mendapat gaji 2 juta rupiah sebulan,
dikurangi biaya transport dan konsumsi harian di tempat kerja
sebanyak 500 ribu, sisanya 1.500.000, maka zakatnya
dikeluarkan 2,5 dari 1.500.000= 37.500,-
Hal ini dianalogikan dengan zakat hasil bumi dan kurma
serta sejenisnya. Bahwa biaya dikeluarkan lebih dahulu baru
zakat dikeluarkan dari sisanya. Itu adalah pendapat Imam
Atho’ dan lain-lain. Oleh karena itu, zakat hasil bumi ada
36. 28Panduan Praktis Ziswaf
perbedaan prosentase zakat antara yang diairi dengan hujan
yaitu 10% dan melalui irigasi 5%.
3. Pengeluaran netto atau zakat bersih, yaitu mengeluarkan
zakat dari harta yang masih mencapai nishab setelah dikurangi
untuk kebutuhan pokok sehari-hari, baik pangan, papan, utang,
dan kebutuhan pokok lainnya untuk keperluan dirinya,
keluarga, dan yang menjadi tanggungannya. Jika penghasilan
setelah dikurangi kebutuhan pokok masih mencapai nishab,
maka wajib zakat, akan tetapi kalau tidak mencapai nishab ya
tidak wajib zakat, karena dia bukan termasuk muzaki (orang
yang wajib zakat) bahkan menjadi mustahiq (orang yang
berhak menerima zakat) karena sudah menjadi miskin dengan
tidak cukupnya penghasilan terhadap kebutuhan pokok sehari-
hari.
4. Zakat profesi bisa diqiyaskan (analogi) kepada dua hal
sekaligus, yaitu pada zakat pertanian serta pada zakat emas
dan perak. Dari sudut nishab dianalogikan pada zakat
pertanian yaitu 5 ausaq atau senilai 653 kg padi/ gandum =
harga 524 kg beras. Dan dari sudut kadar zakat dianalogikan
pada zakat uang, yaitu rub’ul ‘usyri = 2,5 %.
37. Panduan Praktis Ziswaf 29
A. Zakat Saham
Zakat yang wajib dikeluarkan atas kepemilikan surat berharga,
termasuk diantaranya obligasi, reksadana dan saham bursa efek.
Periode Haul : setelah dimiliki 1 tahun
Nisab : 85 gram emas
Zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5% dari total nilai bruto hal
tersebut di atas
Contoh
Ibu Ani memiliki 500.000 lembar saham PT. Abadi Jaya. Harga
nominalnya Rp 5.000 per lembar. Pada akhir tahun buku, tiap lembar
saham memperoleh deviden Rp 500. Perhitungan zakatnya adalah: •
Nilai saham (book value) 500.000 x Rp 5.000,-
Rp 2.500.000.000,-
• Deviden (500.000 x Rp 500,-) Rp 250.000.000,-
Total Rp 2.750.000.000,-
Zakat yang dikeluarkan:
2,5 % x Rp. 2.750.000.000,- = Rp. 68. 750.000,-
B. Zakat Hadiah
Harta yang diperoleh sebagai “rezeki nomplok” (rezeki yang
didapat tanpa usaha) atau memperoleh hadiah (yang tidak
mengandung unsur judi, contoh: kita membeli sabun, tiba-tiba di
dalamnya terdapat kupon yang berhadiah besar) merupakan salah
38. 30Panduan Praktis Ziswaf
satu sebab dari kepemilikan harta dan dapat diqiaskan dengan harta
temuan (luqathah) atau rikaz. Maka, apabila perolehan harta itu
mencapai nishab (setara 85 gram emas), harta tersebut dikenai zakat
sebesar 20%, dan harus dikeluarkan pada saat memperolehnya
setelah dikurangi biaya administrasi, pajak, dan lain sebagainya.
Contoh
Fitri memperoleh hadiah dari tabungan umat Bank Muamalat
berupa voucher umrah seharga US 2000. Pajak undian ditanggung oleh
pemenang. Perhitungan zakatnya adalah:
Nilai hadiah US 2.000
Pajak 20 % x US 2.000 US 400
Total penerimaan US 1.600
Zakat 20 % x 1.600 US 320
Asumsi dolar pada saat itu Rp 9.500,-/dollar
Jadi zakatnya Rp 3.040.000,- (Rp. 9.500,-/dollar x US 320)
Zakat Hadiah
BAZNAS
Ketentuan :
1. Jika hadiah tersebut terkait dengan gaji maka Ketentuannya
sama dengan zakat profesi dan dikeluarkan pada saat
menerima hadiah. Besar Zakat yang dikeluarkan 2.5%.
2. Jika komisi, terdiri 2 bentuk : Pertama, jika komisi dari hasil
prosentasi keuntungan perusahaan kepada pegawai, maka
zakat yang dikeluarkan sebesar 10%. Kedua, jika komisi dari
hasil profesi misalnya makelar, maka zakatnya seperti zakat
profesi.
39. Panduan Praktis Ziswaf 31
Jika hibah:
Pertama, jika sumber hibah tidak diduga - duga maka zakat yang
dikeluarkan sebesar 20%.
Kedua, jika sumber hibah sudah diduga dan diharapkan, maka
hibah tersebut digabungkan dengan kekayaan yang ada, zakat
yang dikeluarkan sebesar 2.5%.
A. Golongan yang Berhak Menerima Zakat
Zakat itu harus diberikan kepada 8 golongan yang telah disebut
oleh Allah di dalam Alquran Surat At-Taubah ayat 60.
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Baiklah, berikut ini adalah penjelasan dari 8 golongan penerima
zakat:
40. 32Panduan Praktis Ziswaf
1. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan usaha.
2. Miskin ialah orang yang biasa berpenghasilan, tetapi
penghasilannya tidak mencukupi.
3. Amil Zakat adalah orang yang diangkat penguasa atau wakilnya
untuk mengurus zakat. Tugasnya meliputi penghimpunan,
pengelolaan, dan pendistribusian zakat.
4. Muallaf adalah orang yang baru masuk Islam.
5. Riqab adalah hamba yang telah dijanjikan merdeka oleh
tuannya. Hamba itu diberikan zakat sekadar untuk menebus
dirinya.
6. Gharim adalah orang yang berhutang untuk kepentingan
agama Islam.
7. Fi Sabilillah adalah orang yang memperjuangkan agama Allah.
8. Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan bukan
untuk maksiat kepada Allah dan sangat membutuhkan bantuan
ongkos sekadar sampai tujuannya.
B. Golongan yang Tidak Boleh Menerima Zakat
1. Orang Kafir (Non Muslim)
Orang kafir tidak berhak (haram) menerima bagian harta zakat,
tetapi boleh menerima hadiah.
2. Orang Kaya dan Orang Mampu Berusaha
Seseorang dikatakan kaya apabila ia memiliki sejumlah harta
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok diri dan
keluarganya, sampai ia mendapatkan harta berikutnya.
41. Panduan Praktis Ziswaf 33
3. Keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib
Keluarga Bani Hasyim adalah keluarga Ali bin Abi Talib, keluarga
Abdul Muthalib, keluarga Abbas bin Abdul Muthalib, dan
keluarga Rasulullah SAW.
4. Orang yang Menjadi Tanggung Jawab Muzaki
Muzaki adalah orang kaya. Ia masih memiliki kelebihan harta
setelah digunakan untuk mencukupi diri dan keluarganya
(orang yang menjadi tanggung jawabnya). Maka dari itu, jika ia
melihat anggota keluarganya masih ada yang kekurangan, ia
berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarganya
terlebih dahulu. Dan, jika masih memiliki kelebihan (mencapai
nishab), barulah ia terkena kewajiban zakat. Jadi, tidak
dibenarkan seorang suami berzakat kepada istri atau orang
tuanya.
A. Pengertian
Zakat Fitrah ialah zakat yang diwajibkan atas jiwa setiap individu
lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan
syaratsyarat yang ditetapkan. Kata “fitrah” yang ada merujuk pada
keadaan manusia saat baru diciptakan sehingga dengan
mengeluarkan zakat ini manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah.
B. Sumber Hukum Zakat fitrah
1. Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah telah
mewajibkan zakat fitrah dari bulan Ramadhan satu sha’ dari
kurma, atau satu sha’ dari sya’iir atas seorang hamba, seorang
42. 34Panduan Praktis Ziswaf
merdeka, laki-laki, wanita, anak kecil, dan orang dewasa dari
kaum muslimin. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Diriwayatkan dari Umar bin Nafi’ dari ayahnya dari Ibnu Umar,
ia berkata: Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah satu sha’
dari kurma atau satu sha’ dari sya’iir atas seorang hamba,
merdeka, laki-laki, wanita, anak kecil, dan orang dewasa dari
kaum muslimin dan beliau memerintahkan agar ditunaikan
atau dikeluarkan sebelum khatib shalat Idul Fitri
menyampaikan khutbahnya. (HR. Al-Bukhari, Abu Daud, dan
Nasa’i)
3. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah SAW
telah memfardhukan zakat fitrah untuk membersihkan orang
yang shaum dari perbuatan sia-sia dan dari perkataan keji dan
untuk memberi makan orang miskin. Barangsiapa yang
mengeluarkannya sebelum shalat, maka ia berarti zakat yang
diterima dan barangsiapa yang mengeluarkannya sesudah
shalat Id, maka itu berarti shadaqah seperti shadaqah biasa.
(HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Daaruquthni)
C. Yang Wajib Membayar Zakat Fitrah
Pada prinsipnya seperti definisi di atas, setiap muslim diwajibkan
untuk mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya, keluarganya, dan
orang lain yang menjadi tanggungannya baik orang dewasa, anak kecil,
laki-laki maupun wanita.
Berikut adalah syarat yang menyebabkan individu wajib
membayar zakat fitrah:
1. Individu yang mempunyai kelebihan makanan dari keperluan
tanggungannya pada malam dan pagi hari raya.
43. Panduan Praktis Ziswaf 35
2. Anak yang lahir sebelum matahari jatuh pada akhir bulan
Ramadhan dan hidup selepas terbenam matahari.
3. Memeluk Islam sebelum terbenam matahari pada akhir bulan
Ramadhan dan tetap dalam Islamnya.
4. Seseorang yang meninggal selepas terbenam matahari akhir
Ramadhan.
D. Kadar Zakat Fitrah
Besar zakat fitrah yang dikeluarkan menurut para ulama adalah
sesuai penafsiran terhadap hadis adalah sebesar satu sha’ atau kira-
kira setara dengan 3,5 liter atau 2.8 kg yang disempurnakan menjadi
3 kg makanan pokok (tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa
dikonsumsi di daerah bersangkutan (Mazhab Syafi’i dan Maliki).
E. Waktu Pengeluaran Zakat Fitrah
Zakat Fitrah dikeluarkan sejak awal Bulan Ramadhan sampai
sebelum khatib Shalat Idul Fitri naik mimbar. Jika waktu penyerahan
44. melewati batas ini, maka yang diserahkan
tersebut tidak termasuk dalam kategori zakat
fitrah melainkan sedekah biasa. Zakat fitrah
dikeluarkan melalui lembaga amil zakat resmi.
F. Penerima Zakat Fitrah
Penerima zakat secara umum ditetapkan
dalam 8 golongan/ ashnaf (fakir, miskin, amil,
muallaf, hamba sahaya, gharimin, fisabilillah, ibnu
sabil). Namun, menurut beberapa ulama, khusus
untuk zakat fitrah mesti didahulukan kepada dua
golongan pertama, yakni fakir dan miskin.
G. Hikmah Zakat Fitrah
Di antara hikmah disyariatkannya zakat fitrah
adalah:
1. Zakat fitrah merupakan zakat jiwa, di mana
Allah memberikan umur panjang baginya
sehingga ia bertahan dengan nikmatNya.
2. Zakat fitrah juga merupakan bentuk
pertolongan kepada umat Islam, baik kaya
maupun miskin, sehingga mereka dapat
berkonsentrasi penuh untuk beribadah
45. kepada Allah Ta’ala dan bersukacita
dengan segala anugerah nikmat-Nya.
3. Hikmahnya yang paling agung adalah tanda
syukur orang yang berpuasa kepada Allah
atas nikmat ibadah puasa.
4. Di antara hikmahnya adalah sebagaimana
yang terkandung dalam hadis Ibnu Abbas,
yaitu puasa merupakan pembersih bagi
yang melakukannya dari kesia-siaan dan
perkataan buruk, demikian pula sebagai
salah satu sarana pemberian makan
kepada fakir miskin.
A. Pengertian Wakaf
Secara etimologi, wakaf berasal dari
perkataan Arab “Waqf” yang berarti “al-Habs”. Ia
merupakan kata yang berbentuk mashdar
(infinitive noun) yang pada dasarnya berarti
menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata
tersebut dihubungkan dengan harta seperti
tanah, binatang dan yang lain, ia berarti
pembekuan hak milik untuk faedah tertentu (Ibnu
Manzhur: 9/359).
46. Sebagai satu istilah dalam syariah Islam, wakaf
diartikan sebagai penahanan hak milik atas materi
benda (al-‘ain) untuk tujuan menyedekahkan
manfaat atau faedahnya (al-manfa‘ah) (al-Jurjani:
328). Sedangkan dalam buku-buku fiqh, para
ulama berbeda pendapat dalam memberi
pengertian wakaf. Perbedaan tersebut membawa
akibat yang berbeda pada hukum yang
ditimbulkan.
Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah
sebagai berikut:
Pertama, Hanafiyah mengartikan wakaf
sebagai menahan materi benda (al-‘ain) milik
Wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan
manfaatnya kepada siapapun yang diinginkan
untuk tujuan kebajikan (Ibnu al-Humam: 6/203).
Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahwa
kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau
terhenti di tangan Wakif itu sendiri. Dengan
artian, Wakif masih menjadi pemilik harta yang
diwakafkannya, manakala perwakafan hanya
47. terjadi ke atas manfaat harta tersebut, bukan
termasuk aset hartanya.
Kedua, Malikiyah berpendapat, wakaf adalah
menjadikan manfaat suatu harta yang dimiliki
(walaupun pemilikannya dengan cara sewa)
untuk diberikan kepada orang yang berhak
dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan keinginan Wakif (al-
Dasuqi: 2/187). Definisi wakaf tersebut hanya
menentukan pemberian wakaf kepada orang
atau tempat yang berhak saja.
Ketiga, Syafi‘iyah mengartikan wakaf dengan
menahan harta yang bisa memberi manfaat serta
kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan cara
memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh
Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang
dibolehkan oleh syariah (al-Syarbini: 2/376).
Golongan ini mensyaratkan harta yang
diwakafkan harus harta yang kekal materi
bendanya (al-‘ain) dengan artian harta yang tidak
mudah rusak atau musnah serta dapat diambil
manfaatnya secara berterusan (al-Syairazi:
1/575).
Keempat, Hanabilah mendefinisikan wakaf
dengan bahasa yang sederhana, yaitu menahan
48. asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat
yang dihasilkan (Ibnu Qudamah: 6/185). Itu
menurut para ulama ahli fiqih. Bagaimana
menurut undang-undang di Indonesia? Dalam
Undang-undang nomor 41 tahun 2004, wakaf
diartikan dengan perbuatan hukum Wakif untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian
harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan kepentingannya guna keperluan
ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
syariah.
Dari beberapa definisi wakaf tersebut, dapat
disimpulkan bahwa wakaf bertujuan untuk
memberikan manfaat atau faedah harta yang
diwakafkan kepada orang yang berhak dan
dipergunakan sesuai dengan ajaran syariah Islam.
Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf yang
disebutkan pasal 5 UU no. 41 tahun 2004 yang
menyatakan wakaf berfungsi untuk mewujudkan
potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf
untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan
kesejahteraan umum.
49. B. Rukun Wakaf
Rukun Wakaf ada empat rukun yang mesti
dipenuhi dalam berwakaf. Pertama, orang yang
berwakaf (al-waqif). Kedua, benda yang
diwakafkan (al-mauquf). Ketiga, orang yang
menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi).
Keempat, lafadz atau ikrar wakaf (sighah).
C. Syarat-Syarat Wakaf
1. Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-
waqif). Syaratsyarat al-waqif ada empat,
pertama orang yang berwakaf ini mestilah
memiliki secara penuh harta itu, artinya dia
merdeka untuk mewakafkan harta itu
kepada siapa yang ia kehendaki. Kedua dia
mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf
orang bodoh, orang gila, atau orang yang
sedang mabuk. Ketiga dia mestilah baligh.
Dan keempat dia mestilah orang yang
mampu bertindak secara hukum (rasyid).
Implikasinya orang bodoh, orang yang
sedang muflis dan orang lemah ingatan
tidak sah mewakafkan hartanya.
2. Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-
mauquf). Harta yang diwakafkan itu tidak
50. sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia
memenuhi beberapa persyaratan yang
ditentukan; pertama barang yang
diwakafkan itu mestilah barang yang
berharga. Kedua, harta yang diwakafkan
itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi
apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya
(majhul), maka pengalihan milik pada
ketika itu tidak sah. Ketiga, harta yang
diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang
yang berwakaf (wakif). Keempat, harta itu
mestilah berdiri sendiri, tidak melekat
kepada harta lain (mufarrazan) atau
disebut juga dengan istilah (ghaira shai’).
3. Syarat-syarat orang yang menerima
manfaat wakaf (almauquf alaih). Dari segi
klasifikasinya orang yang menerima wakaf
ini ada dua macam, pertama tertentu
(mu’ayyan) dan tidak tertentu (ghaira
mu’ayyan). Yang dimaksudkan dengan
tertentu ialah, jelas orang yang menerima
wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau
satu kumpulan yang semuanya tertentu
dan tidak boleh dirubah. Sedangkan yang
tidak tentu maksudnya tempat berwakaf
51. itu tidak ditentukan secara terperinci,
umpamanya seseorang untuk orang fakir,
miskin, tempat ibadah, dll. Persyaratan
bagi orang yang menerima wakaf tertentu
ini (al-mawquf mu’ayyan) bahwa ia
mestilah orang yang boleh untuk memiliki
harta (ahlan li altamlik). Maka orang
muslim, merdeka dan kafir zimmi yang
memenuhi syarat ini boleh memiliki harta
wakaf. Adapun orang bodoh, hamba
sahaya, dan orang gila tidak sah menerima
wakaf. Syarat-syarat yang berkaitan
dengan ghaira mu’ayyan; pertama ialah
bahwa yang akan menerima wakaf itu
mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk
kebaikan yang dengannya dapat
mendekatkan diri kepada Allah. Dan wakaf
ini hanya ditujukan untuk kepentingan
Islam saja.
4. Syarat-syarat Shigah Berkaitan dengan isi
ucapan (sighah) perlu ada beberapa
syarat. Pertama, ucapan itu mestilah
mengandung kata-kata yang menunjukkan
kekalnya (ta’bid). Tidak sah wakaf kalau
ucapan dengan batas waktu tertentu.
52. Kedua, ucapan itu dapat direalisasikan
segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau
digantungkan kepada syarat tertentu.
Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat,
ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang
membatalkan. Apabila semua persyaratan
diatas dapat terpenuhi maka penguasaan
atas tanah wakaf bagi penerima wakaf
adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi
menarik balik pemilikan harta itu telah
berpindah kepada Allah dan penguasaan
harta tersebut adalah orang yang
menerima wakaf secara umum, ia dianggap
pemiliknya tapi bersifat ghaira tammah.
D. Dasar Hukum Wakaf
Menurut Al-Quran
Secara umum tidak terdapat ayat al-Quran yang
menerangkan konsep wakaf secara jelas. Oleh
karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka
dasar yang digunakan para ulama dalam
menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada
keumuman ayatayat al-Quran yang menjelaskan
tentang infaq fi sabilillah. Di antara ayat-ayat
tersebut antara lain:
53. “Hai orang-orang yang beriman!
Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (Q.S.
al-Baqarah (2): 267)
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu
menafkahkan sebagian dari apa yang kamu
cintai.”
(Q.S. Ali Imran (3): 92)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipatgandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. al-
Baqarah (2): 261)
Ayat-ayat tersebut di atas menjelaskan
tentang anjuran untuk menginfakkan harta yang
diperoleh untuk mendapatkan pahala dan
kebaikan. Di samping itu, ayat 261 surat al-
Baqarah telah menyebutkan pahala yang berlipat
54. ganda yang akan diperoleh orang yang
menginfakkan hartanya di jalan Allah.
Menurut Hadis
Di antara hadis yang menjadi dasar dan dalil
wakaf adalah hadis yang menceritakan tentang
kisah Umar bin al-Khaththab ketika memperoleh
tanah di Khaibar. Setelah ia meminta petunjuk
Nabi tentang tanah tersebut, Nabi menganjurkan
untuk menahan asal tanah dan menyedekahkan
hasilnya.
Hadis tentang hal ini secara lengkap adalah;
“Umar memperoleh tanah di Khaibar, lalu dia
bertanya kepada Nabi dengan berkata; Wahai
Rasulullah, saya telah memperoleh tanah di
Khaibar yang nilainya tinggi dan tidak pernah saya
peroleh yang lebih tinggi nilainya dari padanya.
Apa yang Baginda perintahkan kepada saya untuk
melakukannya? Sabda Rasulullah: “Kalau kamu
mau, tahan sumbernya dan sedekahkan manfaat
atau faedahnya.” Lalu Umar menyedekahkannya,
ia tidak boleh dijual, diberikan, atau dijadikan
warisan. Umar menyedekahkan kepada fakir
miskin, untuk keluarga, untuk memerdekakan
budak, untuk orang yang berperang di jalan Allah,
55. orang musafir dan para tamu. Bagaimanapun ia
boleh digunakan dengan cara yang sesuai oleh
pihak yang mengurusnya, seperti memakan atau
memberi makan kawan tanpa menjadikannya
sebagai sumber pendapatan.”
Hadis lain yang menjelaskan wakaf adalah
hadis yang diceritakan oleh Imam Muslim dari Abu
Hurairah. Terjemah hadis tersebut adalah;
“Apabila seorang manusia itu meninggal dunia,
maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari
tiga sumber, yaitu sedekah jariah (wakaf), ilmu
pengetahuan yang bisa diambil manfaatnya, dan
anak soleh yang mendoakannya.”
Selain dasar dari al-Quran dan Hadis di atas,
para ulama sepakat (ijma’) menerima wakaf
sebagai satu amal jariah yang disyariatkan dalam
Islam. Tidak ada orang yang dapat menafikan dan
menolak amalan wakaf dalam Islam karena wakaf
telah menjadi amalan yang senantiasa dijalankan
dan diamalkan oleh para sahabat Nabi dan kaum
Muslimim sejak masa awal Islam hingga sekarang.
Dalam konteks negara Indonesia, amalan
wakaf sudah dilaksanakan oleh masyarakat
Muslim Indonesia sejak sebelum merdeka. Oleh
karena itu pihak pemerintah telah menetapkan
56. Undang-undang khusus yang mengatur tentang
perwakafan di Indonesia, yaitu Undang-undang
nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf. Untuk
melengkapi Undang-undang tersebut, pemerintah
juga telah menetapkan Peraturan Pemerintah
nomor 42 tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Undang-undang nomor 41 tahun 2004.
E. Sejarah dan Perkembangan Wakaf
Dalam sejarah Islam, Wakaf dikenal sejak
masa Rasulullah SAW karena wakaf disyariatkan
setelah Nabi SAW di Madinah, pada tahun kedua
Hijriyah. Ada dua pendapat yang berkembang di
kalangan ahli yurisprudensi Islam (fuqaha’)
tentang siapa yang pertama kali melaksanakan
syariat wakaf. Menurut sebagian pendapat ulama
mengatakan bahwa yang pertama kali
melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW ialah
wakaf tanah milik Nabi SAW untuk dibangun
masjid.
Pendapat ini berdasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh Umar bin Syabah dari ‘Amr bin
Sa’ad bin Mu’ad, ia berkata: Dan diriwayatkan dari
Umar bin Syabah, dari Umar bin Sa’ad bin Muad
berkata: “Kami bertanya tentang mula-mula
wakaf dalam Islam? Orang Muhajirin mengatakan
57. adalah wakaf Umar, sedangkan orang-orang
Ansor mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW.”
(Asy-Syaukani: 129).
Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah
pernah mewakafkan ketujuh kebun kurma di
Madinah; diantaranya ialah kebon A’raf, Shafiyah,
Dalal, Barqah dan kebon lainnya. Menurut
pendapat sebagian ulama mengatakan bahwa
yang pertama kali melaksanakan Syariat Wakaf
adalah Umar bin Khatab. Pendapat ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar
ra, ia berkata:
Dari Ibnu Umar ra, berkata : “Bahwa sahabat
Umar ra, memperoleh sebidang tanah di Khaibar,
kemudian Umar ra, menghadap Rasulullah SAW
untuk meminta petunjuk, Umar berkata : “Hai
Rasulullah SAW., saya mendapat sebidang tanah
di Khaibar, saya belum mendapat harta sebaik itu,
maka apakah yang engkau perintahkan
kepadaku?” Rasulullah SAW. bersabda: “Bila
engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan
engkau sedekahkan (hasilnya), tidak dijual, tidak
dihibahkan dan tidak diwariskan. Ibnu Umar
berkata: “Umar menyedekahkannya (hasil
pengelolaan tanah) kepada orang-orang fakir,
58. kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, Ibnu sabil
dan tamu. Dan tidak dilarang bagi yang mengelola
(nazhir) wakaf makan dari hasilnya dengan cara
yang baik (sepantasnya) atau memberi makan
orang lain dengan tidak bermaksud menumpuk
harta” (HR.Muslim).
Kemudian syariat wakaf yang telah dilakukan
oleh Umar bin Khatab dususul oleh Abu Thalhah
yang mewakafkan kebun kesayangannya, kebun
“Bairaha”. Selanjutnya disusul oleh sahabat Nabi
SAW. lainnya, seperti Abu Bakar yang
mewakafkan sebidang tanahnya di Mekkah yang
diperuntukkan kepada anak keturunannya yang
datang ke Mekkah. Utsman menyedekahkan
hartanya di Khaibar. Ali bin Abi Thalib
mewakafkan tanahnya yang subur. Mu’ads bin
Jabal mewakafkan rumahnya, yang populer
dengan sebutan “Dar Al-Anshar”. Kemudian
pelaksanaan wakaf disusul oleh Anas bin Malik,
Abdullah bin Umar, Zubair bin Awwam dan Aisyah
Istri Rasulullah SAW.
Praktek wakaf menjadi lebih luas pada masa
dinasti Umayah dan dinasti Abbasiyah, semua
orang berduyun-duyun untuk melaksanakan
wakaf, dan wakaf tidak hanya untuk orangorang
59. fakir dan miskin saja, tetapi wakaf menjadi
modal untuk membangun lembaga pendidikan,
membangun perpustakaan dan membayar gaji
para statnya, gaji para guru dan beasiswa untuk
para siswa dan mahasiswa. Antusiasme
masyarakat kepada pelaksanaan wakaf telah
menarik perhatian negara untuk mengatur
pengelolaan wakaf sebagai sektor untuk
membangun solidaritas sosial dan ekonomi
masyarakat.
Wakaf pada mulanya hanyalah keinginan
seseorang yang ingin berbuat baik dengan
kekayaan yang dimilikinya dan dikelola secara
individu tanpa ada aturan yang pasti. Namun
setelah masyarakat Islam merasakan betapa
manfaatnya lembaga wakaf, maka timbullah
keinginan untuk mengatur perwakafan dengan
baik. Kemudian dibentuk lembaga yang mengatur
wakaf untuk mengelola, memelihara dan
menggunakan harta wakaf, baik secara umum
seperti masjid atau secara individu atau keluarga.
Pada masa dinasti Umayyah yang menjadi
hakim Mesir adalah Taubah bin Ghar Al-
Hadhramiy pada masa khalifah Hisyam bin Abd.
60. Malik. Ia sangat perhatian dan tertarik dengan
pengembangan wakaf sehingga terbentuk
lembaga wakaf tersendiri sebagaimana lembaga
lainnya di bawah pengawasan hakim. Lembaga
wakaf inilah yang pertama kali dilakukan dalam
administrasi wakaf di Mesir, bahkan di seluruh
negara Islam. Pada saat itu juga, Hakim Taubah
mendirikan lembaga wakaf di Basrah. Sejak itulah
pengelolaan lembaga wakaf di bawah
Departemen Kehakiman yang dikelola dengan
baik dan hasilnya disalurkan kepada yang berhak
dan yang membutuhkan.
Pada masa dinasti Abbasiyah terdapat
lembaga wakaf yang disebut dengan “shadr al-
Wuquuf” yang mengurus administrasi dan
memilih staf pengelola lembaga wakaf. Demikian
perkembangan wakaf pada masa dinasti Umayyah
dan Abbasiyah yang manfaatnya dapat dirasakan
oleh masyarakat, sehingga lembaga wakaf
berkembang searah dengan pengaturan
administrasinya.
Pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir
perkembangan wakaf cukup menggembirakan,
dimana hampir semua tanah-tanah pertanian
menjadi harta wakaf dan semua dikelola oleh
61. negara dan menjadi milik negara (baitul mal).
Ketika Shalahuddin Al-Ayyuby memerintah Mesir,
maka ia bermaksud mewakafkan tanah-tanah
milik negara diserahkan kepada yayasan
keagamaan dan yayasan sosial sebagaimana yang
dilakukan oleh dinasti Fathimiyah sebelumnya,
meskipun secara fiqh Islam hukum mewakafkan
harta baitulmal masih berbeda pendapat di antara
para ulama.
Pertama kali orang yang mewakafkan tanah milik
nagara
(baitul mal) kepada yayasan dan sosial adalah Raja
Nuruddin AsySyahid dengan ketegasan fatwa
yang dekeluarkan oleh seorang ulama pada masa
itu ialah Ibnu “Ishrun dan didukung oleh pada
ulama lainnya bahwa mewakafkan harta milik
negara hukumnya boleh (jawaz), dengan
argumentasi (dalil) memelihara dan menjaga
kekayaan negara. Sebab harta yang menjadi milik
negara pada dasarnya tidak boleh diwakafkan.
Shalahuddin Al-Ayyubi banyak mewakafkan lahan
milik negara untuk kegiatan pendidikan, seperti
mewakafkan beberapa desa (qaryah) untuk
pengembangan madrasah mazhab asy-Syafi’iyah,
madrasah al-Malikiyah dan madrasah mazhab al-
62. Hanafiyah dengan dana melalui model
mewakafkan kebun dan lahan pertanian, seperti
pembangunan madrasah mazhab Syafi’iy di
samping kuburan Imam Syafi’i dengan cara
mewakafkan kebun pertanian dan pulau al-Fil.
Dalam rangka mensejahterakan ulama dan
kepentingan misi mazhab Sunni Shalahuddin al-
Ayyuby menetapkan kebijakan (1178 M/572 H)
bahwa bagi orang Kristen yang datang dari
Iskandar untuk berdagang wajib membayar bea
cukai. Hasilnya dikumpulkan dan diwakafkan
kepada para ahli yurisprudensi (fuqahaa’) dan
para keturunannya. Wakaf telah menjadi sarana
bagi dinasti alAyyubiyah untuk kepentingan
politiknya dan misi alirannya ialah mazhab Sunni
dan mempertahankan kekuasaannya. Dimana
harta milik negara (baitul mal) menjadi modal
untuk diwakafkan demi pengembangan mazhab
Sunni dan menggusus mazhab Syi’ah yang dibawa
oleh dinasti sebelumnya, ialah dinasti Fathimiyah.
Perkembangan wakaf pada masa dinasti
Mamluk sangat pesat dan beraneka ragam,
sehingga apapun yang dapat diambil manfaatnya
boleh diwakafkan. Akan tetapi paling banyak yang
diwakafkan pada masa itu adalah tanah pertanian
63. dan bangunan, seperti gedung perkantoran,
penginapan dan tempat belajar. Pada masa
Mamluk terdapat wakaf hamba sahaya yang
diwakafkan budak untuk memelihara masjid dan
madrasah. Hal ini dilakukan pertama kali oleh
penguasa dinasti Ustmani ketika menaklukan
Mesir, Sulaiman Basya yang mewakafkan
budaknya untuk merawat masjid.
Manfaat wakaf pada masa dinasti Mamluk
digunakan sebagaimana tujuan wakaf, seperti
wakaf keluarga untuk kepentingan keluarga,
wakaf umum untuk kepentingan sosial,
membangun tempat untuk memandikan mayat
dan untuk membantu orang-orang fakir dan
miskin. Yang lebih membawa syiar islam adalah
wakaf untuk sarana Haramain, ialah Mekkah dan
Madinah, seperti kain ka’bah (kiswatul ka’bah).
Sebagaimana yang dilakukan oleh Raja Shaleh bin
al-Nasir yang membeli desa Bisus lalu diwakafkan
untuk membiayai kiswah Ka’bah setiap tahunnya
dan mengganti kain kuburan Nabi SAW dan
mimbarnya setiap lima tahun sekali.
Perkembangan berikutnya yang dirasa
manfaat wakaf telah menjadi tulang punggung
dalam roda ekonomi pada masa dinasti Mamluk
64. mendapat perhatian khusus pada masa itu meski
tidak diketahui secara pasti awal mula
disahkannya undang-undang wakaf. Namun
menurut berita dan berkas yang terhimpun bahwa
perundang-undangan wakaf pada dinasti Mamluk
dimulai sejak Raja al-Dzahir Bibers al-Bandaq
(1260-1277 M/658-676) H) di mana dengan
undang-undang tersebut Raja al-Dzahir memilih
hakim dari masing-masing empat mazhab Sunni.
Pada orde al-Dzahir Bibers perwakafan dapat
dibagi menjadi tiga katagori: Pendapat negara
hasil wakaf yang diberikan oleh penguasa kepada
orang-orang yang dianggap berjasa, wakaf untuk
membantu haramain (fasilitas Mekkah dan
Madinah) dan kepentingan masyarakat umum.
Sejak abad lima belas, kerajaan Turki Utsmani
dapat memperluas wilayah kekuasaannya,
sehingga Turki dapat menguasai sebagian besar
wilayah negara Arab. Kekuasaan politik yang
diraih oleh dinasti Utsmani secara otomatis
mempermudah untuk merapkan Syari’at Islam,
diantaranya ialah peraturan tentang perwakafan.
Di antara undang-undang yang dikeluarkan
pada dinasti Utsmani ialah peraturan tentang
pembukuan pelaksanaan wakaf, yang dikeluarkan
65. pada tanggal 19 Jumadil Akhir tahun 1280
Hijriyah. Undang-undang tersebut mengatur
tentang pencatatan wakaf, sertifikasi wakaf, cara
pengelolaan wakaf, upaya mencapai tujuan wakaf
dan melembagakan wakaf dalam upaya realisasi
wakaf dari sisi administrasi dan perundang-
udangan.
Pada tahun 1287 Hijriyah dikeluarkan undang-
undang yang menjelaskan tentang kedudukan
tanah-tanah kekuasaan Turki Utsmani dan tanah-
tanah produktif yang berstatus wakaf. Dari
implementasi undang-undang tersebut di negara-
negara Arab masih banyak tanah yang berstatus
wakaf dan diperaktekkan sampai saat sekarang.
Sejak masa Rasulullah, masa kekhalifahan dan
masa dinasti-dinasti Islam sampai sekarang wakaf
masih dilaksanakan dari waktu ke waktu di seluruh
negeri muslim, termasuk di Indonesia.
Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa lembaga
wakaf yang berasal dari agama Islam ini telah
diterima (diresepsi) menjadi hukum adat bangsa
Indonesia sendiri. Disamping itu suatu kenyataan
pula bahwa di Indonesia terdapat banyak benda
wakaf, baik wakaf benda bergerak atau benda tak
bergerak. Kalau kita perhatikan di negara-negara
66. muslim lain, wakaf mendapat perhatian yang
cukup sehingga wakaf menjadi amal sosial yang
mampu memberikan manfaat kepada masyarakat
banyak.
Dalam perjalanan sejarah wakaf terus
berkembang dan akan selalu berkembang
bersamaan dengan laju perubahan zaman
dengan berbagai inovasi-inovasi yang relevan,
seperti bentuk wakaf uang, wakaf Hak Kekayaan
Intelektual (Haki), dan lain-lain. Di Indonesia
sendiri, saat ini wakaf kian mendapat perhatian
yang cukup serius dengan diterbitkannya
Undangundang No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf
dan PP No. 42 tahun 2006 tentang
pelaksanaannya.
F. Wakaf Tunai (Uang)
Wakaf adalah bentuk instrumen ekonomi
Islam yang unik yang mendasarkan fungsinya pada
unsur kebajikan (birr), kebaikan (ihsan) dan
persaudaraan (ukhuwah). Ciri utama wakaf yang
sangat membedakan adalah ketika wakaf
ditunaikan terjadi pergeseran kepemilikan pribadi
menuju kepemilikan Allah SWT yang diharapkan
abadi, memberikan manfaat secara
67. berkelanjutan. Melalui wakaf diharapkan akan
terjadi proses distribusi manfaat bagi masyarakat
secara lebih luas, dari manfaat pribadi (private
benefit) menuju manfaat masyarakat (social
benefit).
Namun, nampaknya mayoritas umat Islam
Indonesia mempersepsikan bahwa wakaf
keagamaan lebih penting daripada wakaf untuk
tujuan pemberdayaan sosial. Sehingga mereka
lebih banyak mempraktikkan wakaf keagamaan,
seperti masjid, mushalla, makam dan sebagainya.
Sementara untuk tujuan pemberdayaan, seperti
wakaf pendidikan, pemberdayaan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat belum dipandang
penting. Selain itu, para wakif (orang yang
mewakafkan) biasanya hanya menyumbangkan
tanah atau bangunan sekolah kepada nazhir,
namun menutup mata terhadap biaya
operasionalnya dan pengembangan ekonominya.
Akibatnya, banyak yayasan pendidikan Islam, yang
berbasis wakaf, gulung tikar atau terlantar.
Wakaf uang, dalam bentuknya, dipandang
sebagai salah satu solusi yang dapat membuat
wakaf menjadi lebih produktif. Karena uang di sini
tidak lagi dijadikan sebagai alat tukar menukar
68. saja, lebih dari itu; ia merupakan komoditas yang
siap memproduksi dalam hal pengembangan yang
lain. Oleh sebab itu, sama dengan jenis komoditas
yang lain, wakaf uang juga dipandang dapat
memunculkan sesuatu hasil yang lebih banyak.
Uang, sebagai nilai harga sebuah komoditas,
tidak lagi dipandang semata mata sebagai alat
tukar, melainkan juga komoditas yang siap
dijadikan alat produksi. Ini dapat diwujudkan
dengan misalnya, memberlakukan sertifikat
wakaf uang yang siap disebarkan ke masyarakat.
Model ini memberikan keuntungan bahwa wakif
dapat secara fleksibel mengalokasikan
(tasharufkan) hartanya dalam bentuk wakaf.
Demikian ini karena wakif tidak memerlukan
jumlah uang yang besar untuk selanjutnya
dibelikan barang produktif. Juga, wakaf seperti
ini dapat diberikan dalam satuan yang lebih kecil.
Wakaf uang juga memudahkan mobilisasi
uang di masyarakat melalui sertifikat tersebut
karena beberapa hal. Pertama, lingkup sasaran
pemberi wakaf (waqif) bisa menjadi luas
dibanding dengan wakaf biasa. Kedua, dengan
sertifikat tersebut, dapat dibuat berbagai macam
pecahan yang disesuaikan dengan segmen muslim
69. yang dituju yang dimungkinkan memiliki
kesadaran beramal tinggi.
Dengan berbagai kemudahan yang
ditawarkan dalam wakaf uang, maka umat akan
lebih mudah memberikan kontribusi mereka
dalam wakaf tanpa harus menunggu kapital dalam
jumlah yang sangat besar. Karena, meskipun
sangat kecil jumlahnya, wakaf dalam bentuk uang
ini masih saja dapat menerimanya, disesuaikan
dengan tingkat kesejahteraan wakif. Model wakaf
semacam ini akan memudahkan masyarakat kecil
untuk ikut menikmati pahala abadi wakaf. Mereka
tidak harus menunggu menjadi ‘tuan tanah’ untuk
menjadi wakif. Selain itu, tingkat kedermawanan
masyarakat Indonesia cukup tinggi, sehingga kita
dapat optimis mengharapkan partisipasi
masyarakat dalam gerakan wakaf tunai.
Wakaf uang sudah sejak lama
diselenggarakan, yakni di masa Dinasti
Mu’awiyyah. Wakaf tunai sebenarnya sudah
menjadi pembahasan ulama terdahulu; salah
satunya Imam az-Zuhri (wafat tahun 124 H) yang
membolehkan wakaf uang (saat itu dinar dan
dirham). Bahkan sebenarnya pendapat sebagian
ulama mazhab al-Syafi’i juga membolehkan
70. wakaf uang. Mazhab Hanafi juga membolehkan
dana wakaf tunai untuk investasi mudharabah
atau sistem bagi hasil lainnya. Keuntungan dari
bagi hasil digunakan untuk kepentingan umum.
Pada tanggal 11 Mei 2002 Majelis Ulama
Indonesia mengeluarkan fatwa yang
membolehkan wakaf uang (cash wakaf/ waqf al
nuqud) dengan syarat nilai pokok wakaf harus
dijamin kelestariannya. Pada Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf pasal 28 –
31 dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
2006 tentang pelaksanaannya (UU Nomor 41
Tahun 2004 tentang Wakaf) pasal 22 – 27 secara
eksplisit menyebut tentang bolehnya pelaksanaan
wakaf uang.
Jumlah umat Islam yang terbesar di seluruh
dunia merupakan aset besar untuk
penghimpunan dan pengembangan wakaf uang.
Jika wakaf tunai dapat diimplementasikan maka
ada dana potensial yang sangat besar yang bisa
dimanfaatkan untuk pemberdayaan dan
kesejahteraan umat. Bisa dibayangkan, jika 20
juta umat Islam Indonesia mau mengumpulkan
wakaf tunai senilai Rp 100 ribu setiap bulan, maka
dana yang terkumpul berjumlah Rp 24 triliun
71. setiap tahun. Jika 50 juta orang yang berwakaf,
maka setiap tahun akan terkumpul dana wakaf
sebesar Rp 60 triliun.
Jika saja terdapat 1 juta saja masyarakat
muslim yang mewakafkan dananya sebesar Rp
100.000, per bulan maka akan diperoleh
pengumpulan dana wakaf sebesar Rp 100 millyar
setiap bulan (Rp 1,2 trilyun per tahun). Jika
diinvestasikan dengan tingkat return 10 persen
per tahun maka akan diperoleh penambahan dana
wakaf sebesar Rp 10 miliar setiap bulan (Rp 120
miliar per tahun). Sungguh suatu potensi yang luar
biasa.
Bukti Sejarah Kesuksesan Wakaf Uang
1. Pada masa dinasti Umayyah terbentuk
lembaga wakaf tersendiri sebagaimana
lembaga lainnya di bawab pengawasan
hakim.
2. Pada masa dinasti Abbasiyab terdapat
lembaga wakaf yang disebut dengan
“Shadr al-Wuquuf” yang mengurus
administrasi dan memilih staff pengelola
lembaga wakaf. Pada masa dinasti
Ayyubiyah di Mesir mewakafkan
tanahtanah milik negara diserahkan
72. kepada yayasan keagamaan dan yayasan
sosial sebagaimana yang dilakukan oleh
dinasti Fatbimiyyah sebelumnya.
3. Sebagai contoh adalah Universitas Al
Azhar Mesir yang telah berumur lebih 1000
tahun dengan biaya wakaf, Pondok
Pesantren Modern Gontor, Islamic Relief
(sebuah organisasi pengelola dana wakaf
tunai yang berpusat di Inggris), dan
sebagainya. Islamic Relief mampu
mengumpulkan wakaf tunai setiap tahun
tidak kurang dari 30 juta poundsterling,
atau hampir Rp 600 miliar, dengan
menerbitkan sertifikat wakaf tunai senilai
890 poundsterling per lembar. Dana wakaf
tunai tersebut kemudian dikelola secara
amanah dan profesional, dan disalurkan
kepada lebih dari 5 juta orang yang berada
di 25 negara. Bahkan di Bosnia, wakaf tunai
yang disalurkan Islamic Relief mampu
menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari
7.000 orang melalui program Income
Generation Waqf.
4. Contoh kedua program wakaf uang / tunai
yang dilaksanakan oleh Yayasan Yatim
73. Mandiri, dibuat pembangunan sekolah
gratis untuk anak-anak yatim, bernama
INSAN CENDEKIA MANDIRI BOARDING
SCHOOL (ICMBS), di Jalan Raya Sarirogo,
Sukodono, Sidoarjo.
74. Daftar Pustaka
Fathul Qaribil Mujib, Syekh Muhammad Ibnu
Qosim al ‘Izzi
Zakat dalam Perekonomian Modern, Didin
Hafidhuddin
Slide zakat, Taufiq Ridho
Kifayatul Akhyar fi Halli Ghayatil Ikhtishar,
Imam Taqiyuddin Abi
Bakar bin Muhammad bin Husain
Buku Panduan Zakat Dompet Dhuafa, 2010
Buku Saku Ramadhan Yatim
Mandiri, 2010 dan 2011 Badan
Wakaf Indonesia (BWI),
www.yatimmandiri.org