SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 20
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia terancam oleh sejumlah unsur penginvasi yang potensial baik
alergen maupun mikroorganisme yang secara terus-menerus mengancam
pertahanan permukaan tubuh. Sesudah sistem pertahanan tertembus,
mikroorganisme akan bersaing dengan tubuh untuk mendapatkan nutrien dan jika
hal ini dibiarkan berkembang tanpa dihalangi, mikroorganisme tersebut akan
mengganggu sistem enzim serta menghancurkan jaringan tubuh yang penting.
Untuk memberikan perlindungan terhadap unsur penginvasi ini, tubuh dilengkapi
oleh sistem pertahanan yang rumit. Garis pertama pertahanan tersebut terdiri atas
sel- sel epitel yang membungkus kulit dan membentuk dinding pelapis saluran
napas, cerna dan kemih. Struktur serta kesinambungan permukaan ini dan
resistensinya terhadap penetrasi merupakan penangkalan awal untuk menghalangi
para penyerang.
Salah satu mekanisme pertahanan tubuh yang paling efektif adalah
kemampuannya untuk melengkapi diri sendiri dengan pelbagai senjata (antibodi)
yang secara individual didesain agar sesuai dengan setiap penyerang yang baru,
yaitu protein spesifik yang disebut antigen. Antibodi bereaksi dengan antigen
lewat sejumlah cara :
1. dengan menyalut permukaannya jika antigen tersebut berupa substansi
tertentu,
2. dengan menetralkannya jika antigen tersebut toksik, dan
3. dengan mengendapkannya dari larutan jika antigen tersebut terlarutkan.
Antibodi akan mempersiapkan antigen untuk mengalami proses yang
dilakukan oleh sel-sel fagosit dari darah dan jaringan tubuh.
i
Bila antigen merupakan zat asing yang sejati, tubuh akan dilindungi terhadap
atigen tersebut ; jika tidak , dapat terjadi imunopatologi. Kalau keadaan ini terjadi,
respons imun yang dalam keadaan normal bersifat protektif akan mengakibatkan
gangguan fungsi dalam sistem kekebalan tersebut. Kelainan hipersensitivitas
(alergi) merupakan keadaan dimana tubuh menghasilkan respons yang tidak tepat
atau yang berlebihan terhadap antigen spesifik
2.2 Tujuan
Untuk mengetahui materi Tipe I Anafilatik (cepat)
i
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Anaflatik (cepat) merupakan suatu reaksi hipersensitivitas biasanya tidak
akan terjadi sesudah kontak pertama kali dengan sebuah antigen. Reaksi terjadi
pada kontak-ulang sesudah seseorang yang memiliki predisposisi mengalami
sensitisasi. Sensititasi memulai respon humoral atau pembentukan antibodi. Untuk
menambah pemahaman mengenai imunopatogenesis penyakit, reaksi
hipersensitivitas telah diklasifikasikan oleh Gell dan Comombs menjadi empat
tipe reaksi yang spesifik. Sebagian besar alergi dikenali sebagai reaksi
hipersensitifitas tipe I atau tipe IV.
Pengertian anafilaksis
Anafilaksis merupakan respon klinis terhadap suatu reaksi imunologi cepat
(hipersensitivitas tipe 1). Anafilaksis adalah repon berlebihan system imun yang
melibatkan seluruh tubuh. Pelepasan histamine menyebabkan penurunan tekanan
darah (syok) dan penyempitan saluran udara. Anafilaksis mematikan jika tidak
ditangani segera. Gejala yang mungkin timbul adalah ruam merah, gatal, benjol,
yang disebut urtikaria, pembengkakan pada wajah (angioedema) , serta kehilangan
kesadaran.
System pertahanan tubuh yang mampu beradaptasi ini terpusaat pada sel
darah putih khusus, yaitu limfosit. Sel ini bereaksi terhadap serangan berbagai
macam mikroorganisme. Rumitnya system ini bertujuan untuk menciptakan
kekebalan , yaitu setelah serangan pertama, tubuh menjadi terlindung atau resisten
terhadap serangan dari jenis mikroorganismeyang sama.
i
2.2 Nodus limfa
Nodus(kelenjar) limfa sangat penting bagi system pertahanan tubuh.
Mereka menghasilkan dan menyimpan sel imun (limfosit) yang melindungi tubuh
dari penyakit. Nadus limfa tersebar diseluh tubuh dan juga terpusat dalam
kumpulan. Stiap nodus merupakan massa jaringan limfatik yang terbagi menjadi
beberapa bagian oleh sekta jaringan ikat yang disebut tuberkula. Cairan limfa dari
sebagian besar jaringan atau organ mengalir ke dalam satu nodus limfa atau lebih,
untuk disaring dan dibersihkan, sebelum dialirkan ke aliran vena. Beberapa
limfatik (pembuluh) kecil membawa limfa ke nodus, dan sebuah pembuluh limfa
yang lebih besar mengedarkannya. Pembuluh limfa memiliki katub untuk
memastikan arah aliran cairan limfa tetap ke satu arah.
Nodus limfa memiliki besar diameter yag berbeda dari 1 sampai 25 mm,
walaupun mereka dapat membengka di masa infeksi atau sakit. Dilapisi oleh
kapsul jaringan ikat, mereka mengandung sinus, tempat sel draah putih
pengembara , yaitu makrofag, memakan bakteri, juga benda asing lain dan
kotoran.
2.3 Produksi antibodi
· Sel B dan Imunoglobulin
Sel B atau lemposit B di program untuk memproduksi satu antibodi yang
spesifik, kalau sebuah sel B menemukan sebuah antigen spesifik, sel tersebut akan
menstimulasi produksi sel-sel plasma. Sel-sel plasma merupakan tempat produksi
antibodi. Respons mekanisme ini terhadap sebuah antigen berupa pelimpahan ke
luar antibodi dengan tujuan untuk menghancurkan dan menghilangkan antigen.
Antibodi yang dibentuk oleh limfosit dan sel plasma sebagai respos
terhadap situasi sitimulus imonugenik merupakan sekelompok protein yang
dinamakan imunoglobulin.
i
· Kelas – Kelas Imunoglobulin
Ada lima kelas imunoglobulin yang diberi simbol sebagai berikut: IgE dan
IgD, IgM dan IgA. Antibodi kelas IgM, IgG dan IgA dengan baik. Fungsi ini
mencakup netralisasi toksin serta virus, dan presipitasi , aglutinasi serta liris
bakteri dan bahan seluler lainnya.
Kadar IgE meninggi pada gangguan alergik dan sebagian infeksi parasit,
sel – sel yang memproduksi IgE terletak dalam mukosa respiratorius dan
instestinal. Dua atau lebih molekul IgE akan meningkatkan dirinya dengan alergi
dan memicu sel – sel mast atau basofil untuk melepaskan histamin, serotonin,
kinin, SRS-A (slow-reacing substance of anaphilaxis) dan faktor neutrofil semua
mediator ini menimbulkan raksi alergi kulit, asma dan hay fever.
Penggabungan antibodi/antigen. Antibodi bergabung dengan antigen
melalui suatu cara yang sangat istimewa dan digambarkan seperti anak kunci yang
pas dengan lubang kuncinya.
· Sel – Sel T
Sel – sel T atau limfosit T, yaitu sekunder limfosit yang memiliki peranan
utama dalam sistem imun, membantu sel B atau limfosit untuk memproduksi
antibodi, Sel T bekerja dengan mensekresikan substansi yang dikenal sebagai
limfokin; limfokin membantu respon imun dengan mendorong pertumbuhan sel,
meningkatkan aktifitas sel, mengarahkan pengaliran aktivitas sel, menghancurkan
sel target dan menstimulasi sel-sel makrofag. Makrofag akan mencerna antigen
dan menyerahkan antigen tersebut kepada sel-sel T; sel –sel ini memulai respon
imun dan membantu pengeluaran sel serta debris lainnya.
Antigen Protein lengkap . Antigen protein lengkap, seperti bulu binatang,
tepung sari (pollen) dan serum (istilah imunitas humoral mengacu pada substansi,
termasuk antibodi. Yang terutama beredar dalam serum dan cairan limfe / getah
bening)
Substansi dengan Berat – Molekul Rendah, substansi dengan berat –
molekul rendah, seperti obat –obatan, berfungsi sebagai hapten ( antigen yang
tidak lengkap) yang terikat dengan jaringan atau protein serum untuk
memproduksi sebuaj kompleks pembawa yang memulai respons antibodi.
i
Produksi antibodi IgE yang spesifik antigen memerlukan komunikasi aktif antara
sel –sel makrofag, sel –sel T dan B . sensitisasi alergen dimulai ketika trointestinal
atau kulit. Makrofag memproses antigen dan ruhi oleh sel T untuk mencapai
maturitas menjadi sel palsma yang mensintesis seta mensekresikan antibodi
imunoglobulin IgE yang spesifik –Antigen
· Mediator Kimia
Ketika terjadi stimulasi sel-sel mast oleh antigen, suatu mediator kimia
yang kuat akan dilepaskan dan mediator ini menimbulkan rangkaian kejadian
fisiologik yang mengakibatkan berbagai gejala hipersensitivitas-cepat ada dau tipe
mediator kimia: mediator primer yang sebelumnya dibentuk dan ditemukan dalam
sel-sel mast atau basofil, dan mediator sekunder yang merupakan prekursor inaktir
yang terbentuk atau yang dilepas sebagai reaksi terhadap mediator primer.
Meditor primer dan sekunder yang paling prevalen.
Mediator Primer
Histamin : Histamin memainkan peranan yang penting dalam mengatur
respons imun, Efek fisiologik histamin terhadap oragan – oragan penting
mencakup (1) kontraksi otot polos bronkus yang menimbulkan gejala mengi serta
bronkospasme,(2) dilatasi venula kecil dan kontriksi pembuluh darah yang besar
sehingga terjadi eritema, edema serta urtikaria, Faktor kemotaktik Eosinofil pada
reaksi Anafilaksis ( ECF-A;Eosinophil Chemotactic Factor Of Anaphylasis) .
Faktor kemo taktil ini dibentuk sebelumnya dalam sel-sel dan kemudian
dilepaskan melalui proses degrenalisasi untuk menghambat kerja leukotrien serta
histamin.
Leukotrien : Leukotrien merupakan mediator kimia yang memulai respon
inflamasi, yang menimbulkan spasme bronkiolus yang terus menerus.
Bradikinin : Bradikinin menyebabkan kontarksi otot polos bronkus dan
pembuluh darah. Substansi ini meningkatkan permeabilitas kapiler yang
mengakibatkan edema bradikinin menstimulasi serabut sel saraf dan
menimbulkan rasa nyeri.
i
Serotonin : Serotonin dilepas pada terjadi agregasi trombosit dan
menyebabkan kontraksi otot polos bronkus .
Prostaglandin : Prostaglandin menimbulkan kontaraksi otot polos di
samping vasodilatasi dan peningkatan permabilitas poembuluh darah. Demam dan
nyeri yang terjadi pada inflamasi disebabkan sebagian oleh prostagalandin.
· Alergi
Alergi merupakan reseptor sistem imun yang tidak tepat dan kerapkali
membahayakan terhadap substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi
marupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen
dan antibodi. Kalau tubuh diinvasi oleh antigen yang biasanya berupa protein
yang dikenali tubuh sebagai benda asing. Maka akan terjadi serangkaian
peristiwa dengan tujuan untuk membuat penginvasi tersebut tidak berbahaya,
menghancurkanya dan kemudian membebaskan tubuh darinya, kalau limfosit
tereaksi terhadap antigen, kerapkali antibodi dihasilkan, reaksi alergi umum akan
terjadi ketika sistem imun pada seseorang yang rentan bereaksi secara agresif
terhadap suatu substansi yang normalanya tidak berbahaya (misal : debu, tepung
sari gulma) produksi mediator kimia pada reaksi alergi dapat menimbulkan gejala
yang dapat membawa kematian.
Sistem imun tersusun dari banyak sel serta orang dan substansi yang disekresikan
oleh sel -sel serta oragan-organ ini. Berbagai bagaian sistem imun ini harus
bekerja bersama untuk memastikan pertahanan yang memadai terhadap para
penginvasi (yaitu : virus, bakteri, substansi asing lainya) tanpa menghancurkan
jaringan-jaringan tubuh sendiri lewat reaksi yang terlampau agresif.
i
2.4 Reaksi Alergi Tinjauan Fisiologik
Alergen memicu sel B untuk membuat antibodi IgE yang akan terikat dengan
sel mast. Kalau alergen yang sama muncul kembali, alergen ini akan terikat
dengan IgE dan memicu sel mast untuk melepaskan zat-zat kimianya.
Pemicu terjadinya Hipersensitivits Anafilaksis adalah :
— Gigitan serangga
— Makanan yang memicu alergi
— Obat-obatan
2.5 Tipe- tipe reaksi anafilaksis :
Local . Reaksi anafilaksis local biasanya meliputi urikaria serta
angioedema pada tempaat kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi
yang berat tetapi jarang fatal.
Sistemik . Reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit
sesudah kotak dalam system organ berikut ini : kardiovaskuler, respiratorius,
gastrointestinal dan integument.
Tipe I : Hipersensitivitas Anafilaktik
Keadaan ini merupakan hipersentivitas anafilaktif seketika dengan reaksi yang
dimulai dalam tempo beberapa menit sesudah terjadi kontak dengan antigen.
Kalau mediator kimia terus dilepaskan, reaksi lambat dapat berlanjut sampai 24
jam. Reaksi ini diantari oleh antigen IgE (reagin) dan bukan oleh antibodi IgG
atau IgM. Hipersensitifitas tipe I memerlukan kontak sebelumnya dengan antigen
yang spesifik sehingga terjadi produksi antibodi IgE oleh sel-sel plasma. Proses
ini berlangsung dalam kelenjar limfe tempat sel-sel T helper membantu
menggalakkan reaksi ini. Antibodi IgE akan terikat dengan reseptor membran
pada sel-sel mast yang di jumpai dalam jaringan ikat basofil. Pada saat terjadi
kontak ulang, antigen akan terikat dengan antibodi IgE didekat dan pengikatan ini
mengaktifkan reaksi seluler yang memicu proses degranulasi serta pelepasan
mediator kimia (histamin, leukotrien dan ECF-A (eosinophil chemotaric factor of
anaphylaxis). Mediator kimia primer bertanggung jawab atas pelbagai gejala
i
hipersentivitas tipe I karena efeknya pada kulit, paru-paru dan traktus
gastointestinal.
Penyakit atopik
Respons hipersensifitas tipe I mengakibatkan penyakit atopik ( alergi ) yang
mengenai 10% hingga 20% dari populasi penduduk di A.S. Faktor genetik
memainkan peranan dalam kerentanan terhadap penyakit ini. Gangguan yang di
tandai oleh sifat atopik adalah anifilaksis, rinokonjungtivitas alergik, dermatitis
atopik, Urtikaria serta angioedema, alergi gastroinstestinal dan asma.
Tipe II : Hipersensitivitas Sitotoksik
Hipersensitifitas tipe II meliputi pengikatan antibody IgG atau IgM dengan
antigen yang terikat sel. Akibat pengikatan antigen-antibodi berupa pengaktifan
rantai komplemen dan destruksi sel yang men jadi tempat antigen terikat.
Reaksi hipersensitifitas tipe II terlibat dalam penyakit miastenia gravis di
mana tubuh secara keliru menghasilkan antibody terhadap reseptor normal ujung
saraf. Anemia hemolitik imun karena obat, kelainan hemolitik Rh pada bayi baru
lahir dan reaksi tranfusi darah yang tidak kompatibel merupakan contoh
hipersensitivitas tipe II yang menimbulkan destrusi sel darah merah.
Tipe III : Hipersensitivitas Kompleks Imun
Kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat denagan antibodi dan
dibersihkan dari dalam sirkulasi darah lewat kerja fagosistik. Kalau kompleks ini
bertumpuk dalam jaringan atau endotelium vaskuler, terdapat dua buah faktor
yang turut menimbulkan ciderah, yaituh: peningkatan jumlah kompleks imun
yang beredar dan adanya amina vasosktif . sebagai akibatnya terjadi peningkatan
pemeabilitas vaskuler dan cederah jaringan. Persendihan dan ginjal merupakan
organ yang terutama rentan terhadap tipe cederah ini. Hipersensivitas III berkaitan
dengan sistematik lupus eritematotus, artritis rematoit, serum sickness, tipe
tertentu nefritis dan beberapa tipe endokarditis bakterialis.
i
Tipe IV : Hipersensitivitas Tipe-Lambat
Reaksi ini, yang juga dikenal sebagai hipersensitifitas seluler, terjadi 24 hingga 72
jam sesudah kontak dengan allergen. Hipersensitivitas tipe IV diantarai oleh
makrofag dan sel-sel T yang sudah tersensitisasi. Contoh reaksi ini adalah efek
penyuntikan intradermal antigen tuberculin atau PPD (purified protein derivative).
Sel-sel T yang tersensitisasi akan bereaksi dengan antigen pada atau didekat
penyuntikan. Pelepasan limfokin akan menarik, mengaktifkan, dan
mempertahankan sel-sel makrofag pada tempat tersebut . Lisozim yang dilepas
oleh sel makrofag akan menimbulkan kerusakan jaringan. Edema dan fibrin
merupakan penyebab timbulnya reaksi tuberculin yang positif. Dermatitis kontak
merupakan hipersensitifitas tipe IV yang terjadi akibat kontak dengan allergen
seperti kosmetika, plester, obat-obat topical, bahan aditif obat dan racun tanaman.
Kontak primer akan menimbulkan sensititasi; kontak ulang menyebabkan reaksi
hipersensitivitas yang tersusun dari molekul dengan berat molekul rendah atau
hapten yang terikat dengan protein atau pembawa dan kemudian diproses oleh sel-
sel langerhans dalam kulit. Gejala yang terjadi mencakup keluhan gatal-gatal,
eritema, dan lesi yang menonjol.
TIPE I :
Reaksi Patofisiologi Tanda dan
Gejala
Contoh klinis
Anafilaktik (immediate,
atopik, IgE ,mediated,
reaginik)
Antibodi IgE
terikat dengan
sel-sel tertentu;
pengikatan
antigen
menyebabkan
pelepasan amina
vasoaktif dan
Sistemik :
angiodema;
hipotensi;
spasme
bronkus,GL
atau uterus
stridor
Lokal :
Asma ekstrinsik,
rinitis alergika
musimen,anafilaksis
sistemik,reaksi
terhadap beberapa
makananan dan
obat, beberapa
kasus urtikaria
i
Tipe II :
mediator lainya
yang
mengakibatkan
permeabilitas,
kontraksi otot
polos serta
eosinafil.
urtikaria ekzem infantilis.
Reaksi
Sitotoksik
(sitolitik,
sitotoksisitas
yang
tergantung
komplemen,
reaksi yang
menstimulasi
sel)
Patofisiologi
Antibody IgG atau IgM
terikat dgn antigen
eksogenus. Keadaan ini
dapat menyebabkan
pengaktifan komplemen
lewat C3 dengan
fagositosis atau
opsonisasi sel atau
pengaktifan system
komplemen yang penuh
dgn sitolisis/kerusakan
jaringan.
Tanda dan
Gejala
Bervariasi
menurut jenis
penyakit: dapat
mencakup
dispnea,
hemoptisis, panas.
Contoh klinis
Sindrom
Goodpasture,
anemia hemolitik
autoimun,
trombositopenia,
pemfigus,
pemfigoit,
anemia peniposa,
reaksi cangkokan
hiperakut pada
transplantasi
ginjal, reaksi
tranfusi, kelainan
hemolitik pada
bayi baru lahir,
bbrp reaksi obat.
i
Tipe III :
Reaksi Patofisiologi Tanda dan Gejala Contoh klinis
Kompleks
imun (
kompleks
solubel,
kompleks
toksik)
Kompleks antigen-
antibodi IgE atau
IgM Bertumpuk
dalam jaringan
tempat kompleks
tersebut
mengaktifkan
komplemen, Reaksi
ini di tandai oleh
infilitrasi leukosit
polimorfonuklear
dan pelepasan
enzim-enzim
proteolik lisosom
serta faktor
permeabilitas dalam
jaringan yang
menimbulkan reaksi
inflamasi yang akut.
Urtikaria; ruam
multiformis,skarlati
niformis atau
mobiliformis;adeno
pati ; nyeri sendi ;
panas ; sindrom
yang menyerupai
serum sickness.
Sistemik: serum
sickness akibat
serum, aobat atau
antigen virus
hepatitis ;
glomerulonefritis
akut; sistemik
lupus
eritematosus:
krioglobulinemia
lokal : reaksi
arthus.
i
Tipe IV :
Tanda dan gejala utama pada reaksi anafilaksis dapat digolongkan menjadi reaksi
sistemik yang ringan, sedang dan berat.
Ringan. Reaksi sistemik yang ringan terdiri atas rasa kesemutan serta
hangat pada bagian perifer dan dapat disertai dengan perasaan penuh dalam mulut
serta tenggorokan. Kongessti nasal , pembengkakan periobital, pruritus, bersin-
bersin dan mata yang berair.
Sedang. Reaksi sistemik yang sedang dapat mencakup salah satu gejala di
atas di samping flushing, rasa hangat, cemas dan gatal-gatal. Reaksi yang lebih
serius berupa bronkospasme dan edema saluran nafas atau laaring dengan dispnea
, batuk serta mengi.
Berat. Reaksi sistemik yang berat memiliki onset mendadak dengan tanda-
tanda serta gejala yang sama seperti diuraikan di atas dan berjalan dengan cepat
Reaksi
Lambat/dela
yed(seluler,
cell
mediated,
tipe-
tuberkulin)
Patofisiologi
Sel penyampai -
antigen akn
m’sampaikan
antigen kpd sel-
sel T dengan
adanya MHC.
Sel-sel T yg sdh
tersensititasi
m’lepaskan
limfokin yang
dilepaskan; dan
jaringan
disekitarnya
dirusak.
Tanda dan
gejala
Bervariasi
menurut jenis
penyakit; dapt
mencakup panas,
eritema, dan
gatal-gatal
Contoh klinis
Dermatitis kontak,
penyakit cangkokan –
versus – resipien (graff
– versus – host disease)
rejeksi allograft,
granuloma akibat
mikroorganisme
intraseluler, beberapa
sensitivitas obat,
tiroiditis hashimoto,
tuberculosis,
sarkadosis.
i
hingga terjadi bronkospasme, edema laring, dipsnea berat serta sianosis. Disfagia
(kesulitan bernafas), kram abdomen , vomitus, diare dan serangan kejang – kejang
dapat terjadi. Kadang-kadang timbul henti jantung.
Pengkajian pasien gangguan alergik umumnya mencakup pemerikasaan
darah, sedian apus sekresi tubuh, tes kulit dan RAST ( Radio Allergo Sorbent
Test). Hasil pemeriksaan darah laboratorium akan memberikan data-data suportif
untuk pelbagai kemungkinan diagnosis; kendati demikian, hasil laboratorium
bukan kriteria utama bagi penegakan diagnosis gangguan alergik.
a. Pemberian obat Epineprin
Indikasi : Pengobatan anafilaksis berupa bronkospasme akut atau eksaserbasi
asthma yang berat.
Kontraindikasi : Epinefrin jangan disuntikkan ke dalam jari tangan, ibu jari,
hidung, dan genitalia, dapat menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi
vasokonstriksi pembuluh kapiler. Epinefrin, terutama bila diberikan IV,
kontraindikasi mutlak pada syok selain syok anafilaksi.
Gangguan kardiovaskuler yang kontraindikasi epinefrin misalnya syok hemoragi,
insufisiensi pembuluh koroner jantung, penyakit arteri koroner (mis., angina,
infark miokard akut) dilatasi jantung dan aritmia jantung (takikardi). Efek
epinefrin pada kardiovaskuler (mis., peningkatan kebutuhan oksigen miokard,
kronotropik, potensial proaritmia, dan vasoaktivitas) dapat memperparah kondisi
ini.
Efek Samping :
Kardiovaskuler : Angina, aritmia jantung, nyeri dada, flushing, hipertensi,
peningkatan kebutuhan oksigen, pallor, palpitasi, kematian mendadak, takikardi
(parenteral), vasokonstriksi, ektopi ventrikuler.
Mekanisme Kerja : Menstimulasi reseptor alfa-, beta1-, dan beta2-adrenergik yang
berefek relaksasi otot polos bronki, stimulasi jantung, dan dilatasi vaskulatur otot
skelet; dosis kecil berefek vasodilatasi melalui reseptor beta2-vaskuler; dosis
besar menyebabkan konstriksi otot polos vaskuler dan skelet.
i
b. Kortikosteroid
Mekanisme Kerja : menghambat kerja sel inflamasi, menghambat kebocoran
pembuluh darah kapiler, menurunkan produksi mukus.
Contoh obat : Hydrocortisone, Dexametason.
Cara Pakai : Inhalasi.
Efek Samping : atrofi (kerusakan kulit), dermatitis perioral (kuama sekitar bibir
yang gatal dan panas), infeksi.
Kontra Indikasi : Infeksi jamur sistemik, TB, kortikosteroid hipersensitivitas.
Prognosis respon anafilaksis secara umum tergolong baik, dengan rasio
mortalitas kurang dari 1 %. Akan tetapi, resiko kematian akibat respon anafilaksis
tetap tinggi dan akan meningkat pada penderita asma atau jika penanganan tidak
dilakukan secara tepat.
i
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Anafilaktik (cepat) merupakan suatu reaksi hipersensitivitas biasanya
tidak akan terjadi sesudah kontak pertama kali dengan sebuah antigen. Reaksi
terjadi pada kotak-ulang sesudah seseorang yang memiliki predisposisi
mengalami sensitisasi . Anafilaksis merupakan respon klinis terhadap suatu reaksi
imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1). Anafilaksis adalah repon berlebihan
system imun yang melibatkan seluruh tubuh. Tipe anfilaksia ada beberapa yaitu :
Local, reaksi anafilaksis local biasanya meliputi urtikaria serta angioedema pada
tempat kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi yang berat tetapi
jarang fatal. Sistemik, reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit
sesudah kontak dalam system organ berikut ini : kardiovaskuler, respiratorius,
gastrointestinal dan integument .
3.2 Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang
sifatnya membangun sangkat kami harapkan.
i
DAFTAR PUSTAKA
 Parker Steve, 2009. Ensiklopedia Tubuh Manusia : Jakarta : Erlangga, hal.
158
 Smeltzer C Suzanne dkk, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8, vol. 3 : Jakarta EGC, hal. 1754-1766
 Syarif Amir dr. SKM , SpFK, dkk, 2007. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5
: Jakarta : Gaya Baru, hal. 66, 817
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Anafilatik.
Makalah ini merupakan tugas Kelompok. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Dosen serta semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan
makalah ini, sehingga akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis juga mohon kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Raha, November 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anaflatik........................................................................................... 3
2.2 Nodus Linfa........................................................................................................ 4
2.3 Produksi Anti Bodi............................................................................................ 4
2.4 rekasi alergi tinjauan fisiologi............................................................................ 8
2.5 tipe-tipe reaksi anafilaksis..................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1Kesimpulan.......................................................................................................16
3.2 Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
LAMPIRAN
i
TUGAS : KELOMPOK
MAKALAH
TIPE I ANAFILAKTIK (CEPAT)
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK I
1. RARI FATIMA
2. HARTINA
3. INDA NIRWANA
4. DEWI KUSUMA NINGSIH
5. WA ODE WAHYUNI
6. MARIANI
7. JUMIRA
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2013

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakitModul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakitpjj_kemenkes
 
Kel 3 halusinasi
Kel 3 halusinasiKel 3 halusinasi
Kel 3 halusinasiIrwan Syah
 
Sop peemberian insulin
Sop peemberian insulinSop peemberian insulin
Sop peemberian insulinDasuki Suke
 
Infeksi Nosokomial
Infeksi NosokomialInfeksi Nosokomial
Infeksi NosokomialHetty Astri
 
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhPPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhNida Chofiya
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Kampus-Sakinah
 
Askep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaAskep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaSri Nala
 
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes MelitusGlukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes MelitusRinii Alfiiah
 
Biologi reproduksi dan sistem imun
Biologi reproduksi dan sistem imunBiologi reproduksi dan sistem imun
Biologi reproduksi dan sistem imunimas lusyani
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)KANDA IZUL
 
Sistem Pencernaan
Sistem PencernaanSistem Pencernaan
Sistem PencernaanHetty Astri
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensiNirma Syari Vutry
 

Was ist angesagt? (20)

Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakitModul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
 
Kel 3 halusinasi
Kel 3 halusinasiKel 3 halusinasi
Kel 3 halusinasi
 
Sop peemberian insulin
Sop peemberian insulinSop peemberian insulin
Sop peemberian insulin
 
Infeksi Nosokomial
Infeksi NosokomialInfeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial
 
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhPPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Askep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaAskep Retinoblastoma
Askep Retinoblastoma
 
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes MelitusGlukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
 
Biologi reproduksi dan sistem imun
Biologi reproduksi dan sistem imunBiologi reproduksi dan sistem imun
Biologi reproduksi dan sistem imun
 
Lupus eritematosus sistemik d&t gunadi
Lupus eritematosus sistemik d&t gunadiLupus eritematosus sistemik d&t gunadi
Lupus eritematosus sistemik d&t gunadi
 
Asuhan keperawatan jiwa
Asuhan keperawatan jiwa Asuhan keperawatan jiwa
Asuhan keperawatan jiwa
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 
Pembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMBPembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMB
 
Makalah Biolistrik
Makalah BiolistrikMakalah Biolistrik
Makalah Biolistrik
 
Autoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan HipersensitivitasAutoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan Hipersensitivitas
 
Sistem Pencernaan
Sistem PencernaanSistem Pencernaan
Sistem Pencernaan
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
 
Asuhan keperawatan pada sistem imunitas
Asuhan keperawatan pada sistem imunitasAsuhan keperawatan pada sistem imunitas
Asuhan keperawatan pada sistem imunitas
 
Santi askep dm
Santi askep dmSanti askep dm
Santi askep dm
 

Andere mochten auch

Photoshop CC (2014) et la 3D
Photoshop CC (2014) et la 3DPhotoshop CC (2014) et la 3D
Photoshop CC (2014) et la 3DStéphane Baril
 
Présentation Photoshope
Présentation PhotoshopePrésentation Photoshope
Présentation PhotoshopeYoucef Redjem
 
Cours d'initiation à Photoshop
Cours d'initiation à PhotoshopCours d'initiation à Photoshop
Cours d'initiation à Photoshopaymenli
 
Initiation photoshop partie1
Initiation photoshop partie1Initiation photoshop partie1
Initiation photoshop partie1OneIDlille
 
Formation photoshop débutant
Formation photoshop débutantFormation photoshop débutant
Formation photoshop débutantQuentin Coray
 

Andere mochten auch (6)

Photoshop CC (2014) et la 3D
Photoshop CC (2014) et la 3DPhotoshop CC (2014) et la 3D
Photoshop CC (2014) et la 3D
 
Présentation Photoshope
Présentation PhotoshopePrésentation Photoshope
Présentation Photoshope
 
Cours d'initiation à Photoshop
Cours d'initiation à PhotoshopCours d'initiation à Photoshop
Cours d'initiation à Photoshop
 
Initiation photoshop partie1
Initiation photoshop partie1Initiation photoshop partie1
Initiation photoshop partie1
 
Formation photoshop débutant
Formation photoshop débutantFormation photoshop débutant
Formation photoshop débutant
 
Photoshop
Photoshop Photoshop
Photoshop
 

Ähnlich wie Makalah anafilaktif (20)

Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah imunoglobin fitri andriani
Makalah imunoglobin fitri andrianiMakalah imunoglobin fitri andriani
Makalah imunoglobin fitri andriani
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Aplikasi imun
Aplikasi imunAplikasi imun
Aplikasi imun
 
Aplikasi imun
Aplikasi imunAplikasi imun
Aplikasi imun
 
Sistem imun akper
Sistem imun akperSistem imun akper
Sistem imun akper
 
Anatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imunAnatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imun
 
Imunologi das12
Imunologi das12Imunologi das12
Imunologi das12
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Makalah imunoglobin fitri andriani
Makalah imunoglobin fitri andrianiMakalah imunoglobin fitri andriani
Makalah imunoglobin fitri andriani
 
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuhBab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
 

Mehr von Warnet Raha

Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanWarnet Raha
 
Warnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet Raha
 
Surat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselSurat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselWarnet Raha
 
Silsilah keluarga
Silsilah keluargaSilsilah keluarga
Silsilah keluargaWarnet Raha
 
Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Warnet Raha
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohWarnet Raha
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaWarnet Raha
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Warnet Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramataWarnet Raha
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Warnet Raha
 
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaPengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaWarnet Raha
 
Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Warnet Raha
 

Mehr von Warnet Raha (20)

Serune kale
Serune kaleSerune kale
Serune kale
 
Alat musik
Alat musikAlat musik
Alat musik
 
Septian
SeptianSeptian
Septian
 
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
 
Perihal
PerihalPerihal
Perihal
 
Warnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet vast raha
Warnet vast raha
 
Surat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselSurat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorsel
 
Silsilah keluarga
Silsilah keluargaSilsilah keluarga
Silsilah keluarga
 
Ipink
IpinkIpink
Ipink
 
Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umroh
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerja
 
Salim 2
Salim 2Salim 2
Salim 2
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaPengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
 
Jurnal ella
Jurnal ellaJurnal ella
Jurnal ella
 
Penelitian
PenelitianPenelitian
Penelitian
 
Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4
 

Kürzlich hochgeladen

PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFFPMJ604FIKRIRIANDRA
 
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MININGDATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MININGYudaPerwira5
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfjeffrisovana999
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANDevonneDillaElFachri
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptxAbidinMaulana
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTYudaPerwira5
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfPemdes Wonoyoso
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAmasqiqu340
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptmuhammadarsyad77
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptEndangNingsih7
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshDosenBernard
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesiasdn4mangkujayan
 

Kürzlich hochgeladen (17)

PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MININGDATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 

Makalah anafilaktif

  • 1. i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh manusia terancam oleh sejumlah unsur penginvasi yang potensial baik alergen maupun mikroorganisme yang secara terus-menerus mengancam pertahanan permukaan tubuh. Sesudah sistem pertahanan tertembus, mikroorganisme akan bersaing dengan tubuh untuk mendapatkan nutrien dan jika hal ini dibiarkan berkembang tanpa dihalangi, mikroorganisme tersebut akan mengganggu sistem enzim serta menghancurkan jaringan tubuh yang penting. Untuk memberikan perlindungan terhadap unsur penginvasi ini, tubuh dilengkapi oleh sistem pertahanan yang rumit. Garis pertama pertahanan tersebut terdiri atas sel- sel epitel yang membungkus kulit dan membentuk dinding pelapis saluran napas, cerna dan kemih. Struktur serta kesinambungan permukaan ini dan resistensinya terhadap penetrasi merupakan penangkalan awal untuk menghalangi para penyerang. Salah satu mekanisme pertahanan tubuh yang paling efektif adalah kemampuannya untuk melengkapi diri sendiri dengan pelbagai senjata (antibodi) yang secara individual didesain agar sesuai dengan setiap penyerang yang baru, yaitu protein spesifik yang disebut antigen. Antibodi bereaksi dengan antigen lewat sejumlah cara : 1. dengan menyalut permukaannya jika antigen tersebut berupa substansi tertentu, 2. dengan menetralkannya jika antigen tersebut toksik, dan 3. dengan mengendapkannya dari larutan jika antigen tersebut terlarutkan. Antibodi akan mempersiapkan antigen untuk mengalami proses yang dilakukan oleh sel-sel fagosit dari darah dan jaringan tubuh.
  • 2. i Bila antigen merupakan zat asing yang sejati, tubuh akan dilindungi terhadap atigen tersebut ; jika tidak , dapat terjadi imunopatologi. Kalau keadaan ini terjadi, respons imun yang dalam keadaan normal bersifat protektif akan mengakibatkan gangguan fungsi dalam sistem kekebalan tersebut. Kelainan hipersensitivitas (alergi) merupakan keadaan dimana tubuh menghasilkan respons yang tidak tepat atau yang berlebihan terhadap antigen spesifik 2.2 Tujuan Untuk mengetahui materi Tipe I Anafilatik (cepat)
  • 3. i BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Anaflatik (cepat) merupakan suatu reaksi hipersensitivitas biasanya tidak akan terjadi sesudah kontak pertama kali dengan sebuah antigen. Reaksi terjadi pada kontak-ulang sesudah seseorang yang memiliki predisposisi mengalami sensitisasi. Sensititasi memulai respon humoral atau pembentukan antibodi. Untuk menambah pemahaman mengenai imunopatogenesis penyakit, reaksi hipersensitivitas telah diklasifikasikan oleh Gell dan Comombs menjadi empat tipe reaksi yang spesifik. Sebagian besar alergi dikenali sebagai reaksi hipersensitifitas tipe I atau tipe IV. Pengertian anafilaksis Anafilaksis merupakan respon klinis terhadap suatu reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1). Anafilaksis adalah repon berlebihan system imun yang melibatkan seluruh tubuh. Pelepasan histamine menyebabkan penurunan tekanan darah (syok) dan penyempitan saluran udara. Anafilaksis mematikan jika tidak ditangani segera. Gejala yang mungkin timbul adalah ruam merah, gatal, benjol, yang disebut urtikaria, pembengkakan pada wajah (angioedema) , serta kehilangan kesadaran. System pertahanan tubuh yang mampu beradaptasi ini terpusaat pada sel darah putih khusus, yaitu limfosit. Sel ini bereaksi terhadap serangan berbagai macam mikroorganisme. Rumitnya system ini bertujuan untuk menciptakan kekebalan , yaitu setelah serangan pertama, tubuh menjadi terlindung atau resisten terhadap serangan dari jenis mikroorganismeyang sama.
  • 4. i 2.2 Nodus limfa Nodus(kelenjar) limfa sangat penting bagi system pertahanan tubuh. Mereka menghasilkan dan menyimpan sel imun (limfosit) yang melindungi tubuh dari penyakit. Nadus limfa tersebar diseluh tubuh dan juga terpusat dalam kumpulan. Stiap nodus merupakan massa jaringan limfatik yang terbagi menjadi beberapa bagian oleh sekta jaringan ikat yang disebut tuberkula. Cairan limfa dari sebagian besar jaringan atau organ mengalir ke dalam satu nodus limfa atau lebih, untuk disaring dan dibersihkan, sebelum dialirkan ke aliran vena. Beberapa limfatik (pembuluh) kecil membawa limfa ke nodus, dan sebuah pembuluh limfa yang lebih besar mengedarkannya. Pembuluh limfa memiliki katub untuk memastikan arah aliran cairan limfa tetap ke satu arah. Nodus limfa memiliki besar diameter yag berbeda dari 1 sampai 25 mm, walaupun mereka dapat membengka di masa infeksi atau sakit. Dilapisi oleh kapsul jaringan ikat, mereka mengandung sinus, tempat sel draah putih pengembara , yaitu makrofag, memakan bakteri, juga benda asing lain dan kotoran. 2.3 Produksi antibodi · Sel B dan Imunoglobulin Sel B atau lemposit B di program untuk memproduksi satu antibodi yang spesifik, kalau sebuah sel B menemukan sebuah antigen spesifik, sel tersebut akan menstimulasi produksi sel-sel plasma. Sel-sel plasma merupakan tempat produksi antibodi. Respons mekanisme ini terhadap sebuah antigen berupa pelimpahan ke luar antibodi dengan tujuan untuk menghancurkan dan menghilangkan antigen. Antibodi yang dibentuk oleh limfosit dan sel plasma sebagai respos terhadap situasi sitimulus imonugenik merupakan sekelompok protein yang dinamakan imunoglobulin.
  • 5. i · Kelas – Kelas Imunoglobulin Ada lima kelas imunoglobulin yang diberi simbol sebagai berikut: IgE dan IgD, IgM dan IgA. Antibodi kelas IgM, IgG dan IgA dengan baik. Fungsi ini mencakup netralisasi toksin serta virus, dan presipitasi , aglutinasi serta liris bakteri dan bahan seluler lainnya. Kadar IgE meninggi pada gangguan alergik dan sebagian infeksi parasit, sel – sel yang memproduksi IgE terletak dalam mukosa respiratorius dan instestinal. Dua atau lebih molekul IgE akan meningkatkan dirinya dengan alergi dan memicu sel – sel mast atau basofil untuk melepaskan histamin, serotonin, kinin, SRS-A (slow-reacing substance of anaphilaxis) dan faktor neutrofil semua mediator ini menimbulkan raksi alergi kulit, asma dan hay fever. Penggabungan antibodi/antigen. Antibodi bergabung dengan antigen melalui suatu cara yang sangat istimewa dan digambarkan seperti anak kunci yang pas dengan lubang kuncinya. · Sel – Sel T Sel – sel T atau limfosit T, yaitu sekunder limfosit yang memiliki peranan utama dalam sistem imun, membantu sel B atau limfosit untuk memproduksi antibodi, Sel T bekerja dengan mensekresikan substansi yang dikenal sebagai limfokin; limfokin membantu respon imun dengan mendorong pertumbuhan sel, meningkatkan aktifitas sel, mengarahkan pengaliran aktivitas sel, menghancurkan sel target dan menstimulasi sel-sel makrofag. Makrofag akan mencerna antigen dan menyerahkan antigen tersebut kepada sel-sel T; sel –sel ini memulai respon imun dan membantu pengeluaran sel serta debris lainnya. Antigen Protein lengkap . Antigen protein lengkap, seperti bulu binatang, tepung sari (pollen) dan serum (istilah imunitas humoral mengacu pada substansi, termasuk antibodi. Yang terutama beredar dalam serum dan cairan limfe / getah bening) Substansi dengan Berat – Molekul Rendah, substansi dengan berat – molekul rendah, seperti obat –obatan, berfungsi sebagai hapten ( antigen yang tidak lengkap) yang terikat dengan jaringan atau protein serum untuk memproduksi sebuaj kompleks pembawa yang memulai respons antibodi.
  • 6. i Produksi antibodi IgE yang spesifik antigen memerlukan komunikasi aktif antara sel –sel makrofag, sel –sel T dan B . sensitisasi alergen dimulai ketika trointestinal atau kulit. Makrofag memproses antigen dan ruhi oleh sel T untuk mencapai maturitas menjadi sel palsma yang mensintesis seta mensekresikan antibodi imunoglobulin IgE yang spesifik –Antigen · Mediator Kimia Ketika terjadi stimulasi sel-sel mast oleh antigen, suatu mediator kimia yang kuat akan dilepaskan dan mediator ini menimbulkan rangkaian kejadian fisiologik yang mengakibatkan berbagai gejala hipersensitivitas-cepat ada dau tipe mediator kimia: mediator primer yang sebelumnya dibentuk dan ditemukan dalam sel-sel mast atau basofil, dan mediator sekunder yang merupakan prekursor inaktir yang terbentuk atau yang dilepas sebagai reaksi terhadap mediator primer. Meditor primer dan sekunder yang paling prevalen. Mediator Primer Histamin : Histamin memainkan peranan yang penting dalam mengatur respons imun, Efek fisiologik histamin terhadap oragan – oragan penting mencakup (1) kontraksi otot polos bronkus yang menimbulkan gejala mengi serta bronkospasme,(2) dilatasi venula kecil dan kontriksi pembuluh darah yang besar sehingga terjadi eritema, edema serta urtikaria, Faktor kemotaktik Eosinofil pada reaksi Anafilaksis ( ECF-A;Eosinophil Chemotactic Factor Of Anaphylasis) . Faktor kemo taktil ini dibentuk sebelumnya dalam sel-sel dan kemudian dilepaskan melalui proses degrenalisasi untuk menghambat kerja leukotrien serta histamin. Leukotrien : Leukotrien merupakan mediator kimia yang memulai respon inflamasi, yang menimbulkan spasme bronkiolus yang terus menerus. Bradikinin : Bradikinin menyebabkan kontarksi otot polos bronkus dan pembuluh darah. Substansi ini meningkatkan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan edema bradikinin menstimulasi serabut sel saraf dan menimbulkan rasa nyeri.
  • 7. i Serotonin : Serotonin dilepas pada terjadi agregasi trombosit dan menyebabkan kontraksi otot polos bronkus . Prostaglandin : Prostaglandin menimbulkan kontaraksi otot polos di samping vasodilatasi dan peningkatan permabilitas poembuluh darah. Demam dan nyeri yang terjadi pada inflamasi disebabkan sebagian oleh prostagalandin. · Alergi Alergi merupakan reseptor sistem imun yang tidak tepat dan kerapkali membahayakan terhadap substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi marupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen dan antibodi. Kalau tubuh diinvasi oleh antigen yang biasanya berupa protein yang dikenali tubuh sebagai benda asing. Maka akan terjadi serangkaian peristiwa dengan tujuan untuk membuat penginvasi tersebut tidak berbahaya, menghancurkanya dan kemudian membebaskan tubuh darinya, kalau limfosit tereaksi terhadap antigen, kerapkali antibodi dihasilkan, reaksi alergi umum akan terjadi ketika sistem imun pada seseorang yang rentan bereaksi secara agresif terhadap suatu substansi yang normalanya tidak berbahaya (misal : debu, tepung sari gulma) produksi mediator kimia pada reaksi alergi dapat menimbulkan gejala yang dapat membawa kematian. Sistem imun tersusun dari banyak sel serta orang dan substansi yang disekresikan oleh sel -sel serta oragan-organ ini. Berbagai bagaian sistem imun ini harus bekerja bersama untuk memastikan pertahanan yang memadai terhadap para penginvasi (yaitu : virus, bakteri, substansi asing lainya) tanpa menghancurkan jaringan-jaringan tubuh sendiri lewat reaksi yang terlampau agresif.
  • 8. i 2.4 Reaksi Alergi Tinjauan Fisiologik Alergen memicu sel B untuk membuat antibodi IgE yang akan terikat dengan sel mast. Kalau alergen yang sama muncul kembali, alergen ini akan terikat dengan IgE dan memicu sel mast untuk melepaskan zat-zat kimianya. Pemicu terjadinya Hipersensitivits Anafilaksis adalah : — Gigitan serangga — Makanan yang memicu alergi — Obat-obatan 2.5 Tipe- tipe reaksi anafilaksis : Local . Reaksi anafilaksis local biasanya meliputi urikaria serta angioedema pada tempaat kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi yang berat tetapi jarang fatal. Sistemik . Reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit sesudah kotak dalam system organ berikut ini : kardiovaskuler, respiratorius, gastrointestinal dan integument. Tipe I : Hipersensitivitas Anafilaktik Keadaan ini merupakan hipersentivitas anafilaktif seketika dengan reaksi yang dimulai dalam tempo beberapa menit sesudah terjadi kontak dengan antigen. Kalau mediator kimia terus dilepaskan, reaksi lambat dapat berlanjut sampai 24 jam. Reaksi ini diantari oleh antigen IgE (reagin) dan bukan oleh antibodi IgG atau IgM. Hipersensitifitas tipe I memerlukan kontak sebelumnya dengan antigen yang spesifik sehingga terjadi produksi antibodi IgE oleh sel-sel plasma. Proses ini berlangsung dalam kelenjar limfe tempat sel-sel T helper membantu menggalakkan reaksi ini. Antibodi IgE akan terikat dengan reseptor membran pada sel-sel mast yang di jumpai dalam jaringan ikat basofil. Pada saat terjadi kontak ulang, antigen akan terikat dengan antibodi IgE didekat dan pengikatan ini mengaktifkan reaksi seluler yang memicu proses degranulasi serta pelepasan mediator kimia (histamin, leukotrien dan ECF-A (eosinophil chemotaric factor of anaphylaxis). Mediator kimia primer bertanggung jawab atas pelbagai gejala
  • 9. i hipersentivitas tipe I karena efeknya pada kulit, paru-paru dan traktus gastointestinal. Penyakit atopik Respons hipersensifitas tipe I mengakibatkan penyakit atopik ( alergi ) yang mengenai 10% hingga 20% dari populasi penduduk di A.S. Faktor genetik memainkan peranan dalam kerentanan terhadap penyakit ini. Gangguan yang di tandai oleh sifat atopik adalah anifilaksis, rinokonjungtivitas alergik, dermatitis atopik, Urtikaria serta angioedema, alergi gastroinstestinal dan asma. Tipe II : Hipersensitivitas Sitotoksik Hipersensitifitas tipe II meliputi pengikatan antibody IgG atau IgM dengan antigen yang terikat sel. Akibat pengikatan antigen-antibodi berupa pengaktifan rantai komplemen dan destruksi sel yang men jadi tempat antigen terikat. Reaksi hipersensitifitas tipe II terlibat dalam penyakit miastenia gravis di mana tubuh secara keliru menghasilkan antibody terhadap reseptor normal ujung saraf. Anemia hemolitik imun karena obat, kelainan hemolitik Rh pada bayi baru lahir dan reaksi tranfusi darah yang tidak kompatibel merupakan contoh hipersensitivitas tipe II yang menimbulkan destrusi sel darah merah. Tipe III : Hipersensitivitas Kompleks Imun Kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat denagan antibodi dan dibersihkan dari dalam sirkulasi darah lewat kerja fagosistik. Kalau kompleks ini bertumpuk dalam jaringan atau endotelium vaskuler, terdapat dua buah faktor yang turut menimbulkan ciderah, yaituh: peningkatan jumlah kompleks imun yang beredar dan adanya amina vasosktif . sebagai akibatnya terjadi peningkatan pemeabilitas vaskuler dan cederah jaringan. Persendihan dan ginjal merupakan organ yang terutama rentan terhadap tipe cederah ini. Hipersensivitas III berkaitan dengan sistematik lupus eritematotus, artritis rematoit, serum sickness, tipe tertentu nefritis dan beberapa tipe endokarditis bakterialis.
  • 10. i Tipe IV : Hipersensitivitas Tipe-Lambat Reaksi ini, yang juga dikenal sebagai hipersensitifitas seluler, terjadi 24 hingga 72 jam sesudah kontak dengan allergen. Hipersensitivitas tipe IV diantarai oleh makrofag dan sel-sel T yang sudah tersensitisasi. Contoh reaksi ini adalah efek penyuntikan intradermal antigen tuberculin atau PPD (purified protein derivative). Sel-sel T yang tersensitisasi akan bereaksi dengan antigen pada atau didekat penyuntikan. Pelepasan limfokin akan menarik, mengaktifkan, dan mempertahankan sel-sel makrofag pada tempat tersebut . Lisozim yang dilepas oleh sel makrofag akan menimbulkan kerusakan jaringan. Edema dan fibrin merupakan penyebab timbulnya reaksi tuberculin yang positif. Dermatitis kontak merupakan hipersensitifitas tipe IV yang terjadi akibat kontak dengan allergen seperti kosmetika, plester, obat-obat topical, bahan aditif obat dan racun tanaman. Kontak primer akan menimbulkan sensititasi; kontak ulang menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang tersusun dari molekul dengan berat molekul rendah atau hapten yang terikat dengan protein atau pembawa dan kemudian diproses oleh sel- sel langerhans dalam kulit. Gejala yang terjadi mencakup keluhan gatal-gatal, eritema, dan lesi yang menonjol. TIPE I : Reaksi Patofisiologi Tanda dan Gejala Contoh klinis Anafilaktik (immediate, atopik, IgE ,mediated, reaginik) Antibodi IgE terikat dengan sel-sel tertentu; pengikatan antigen menyebabkan pelepasan amina vasoaktif dan Sistemik : angiodema; hipotensi; spasme bronkus,GL atau uterus stridor Lokal : Asma ekstrinsik, rinitis alergika musimen,anafilaksis sistemik,reaksi terhadap beberapa makananan dan obat, beberapa kasus urtikaria
  • 11. i Tipe II : mediator lainya yang mengakibatkan permeabilitas, kontraksi otot polos serta eosinafil. urtikaria ekzem infantilis. Reaksi Sitotoksik (sitolitik, sitotoksisitas yang tergantung komplemen, reaksi yang menstimulasi sel) Patofisiologi Antibody IgG atau IgM terikat dgn antigen eksogenus. Keadaan ini dapat menyebabkan pengaktifan komplemen lewat C3 dengan fagositosis atau opsonisasi sel atau pengaktifan system komplemen yang penuh dgn sitolisis/kerusakan jaringan. Tanda dan Gejala Bervariasi menurut jenis penyakit: dapat mencakup dispnea, hemoptisis, panas. Contoh klinis Sindrom Goodpasture, anemia hemolitik autoimun, trombositopenia, pemfigus, pemfigoit, anemia peniposa, reaksi cangkokan hiperakut pada transplantasi ginjal, reaksi tranfusi, kelainan hemolitik pada bayi baru lahir, bbrp reaksi obat.
  • 12. i Tipe III : Reaksi Patofisiologi Tanda dan Gejala Contoh klinis Kompleks imun ( kompleks solubel, kompleks toksik) Kompleks antigen- antibodi IgE atau IgM Bertumpuk dalam jaringan tempat kompleks tersebut mengaktifkan komplemen, Reaksi ini di tandai oleh infilitrasi leukosit polimorfonuklear dan pelepasan enzim-enzim proteolik lisosom serta faktor permeabilitas dalam jaringan yang menimbulkan reaksi inflamasi yang akut. Urtikaria; ruam multiformis,skarlati niformis atau mobiliformis;adeno pati ; nyeri sendi ; panas ; sindrom yang menyerupai serum sickness. Sistemik: serum sickness akibat serum, aobat atau antigen virus hepatitis ; glomerulonefritis akut; sistemik lupus eritematosus: krioglobulinemia lokal : reaksi arthus.
  • 13. i Tipe IV : Tanda dan gejala utama pada reaksi anafilaksis dapat digolongkan menjadi reaksi sistemik yang ringan, sedang dan berat. Ringan. Reaksi sistemik yang ringan terdiri atas rasa kesemutan serta hangat pada bagian perifer dan dapat disertai dengan perasaan penuh dalam mulut serta tenggorokan. Kongessti nasal , pembengkakan periobital, pruritus, bersin- bersin dan mata yang berair. Sedang. Reaksi sistemik yang sedang dapat mencakup salah satu gejala di atas di samping flushing, rasa hangat, cemas dan gatal-gatal. Reaksi yang lebih serius berupa bronkospasme dan edema saluran nafas atau laaring dengan dispnea , batuk serta mengi. Berat. Reaksi sistemik yang berat memiliki onset mendadak dengan tanda- tanda serta gejala yang sama seperti diuraikan di atas dan berjalan dengan cepat Reaksi Lambat/dela yed(seluler, cell mediated, tipe- tuberkulin) Patofisiologi Sel penyampai - antigen akn m’sampaikan antigen kpd sel- sel T dengan adanya MHC. Sel-sel T yg sdh tersensititasi m’lepaskan limfokin yang dilepaskan; dan jaringan disekitarnya dirusak. Tanda dan gejala Bervariasi menurut jenis penyakit; dapt mencakup panas, eritema, dan gatal-gatal Contoh klinis Dermatitis kontak, penyakit cangkokan – versus – resipien (graff – versus – host disease) rejeksi allograft, granuloma akibat mikroorganisme intraseluler, beberapa sensitivitas obat, tiroiditis hashimoto, tuberculosis, sarkadosis.
  • 14. i hingga terjadi bronkospasme, edema laring, dipsnea berat serta sianosis. Disfagia (kesulitan bernafas), kram abdomen , vomitus, diare dan serangan kejang – kejang dapat terjadi. Kadang-kadang timbul henti jantung. Pengkajian pasien gangguan alergik umumnya mencakup pemerikasaan darah, sedian apus sekresi tubuh, tes kulit dan RAST ( Radio Allergo Sorbent Test). Hasil pemeriksaan darah laboratorium akan memberikan data-data suportif untuk pelbagai kemungkinan diagnosis; kendati demikian, hasil laboratorium bukan kriteria utama bagi penegakan diagnosis gangguan alergik. a. Pemberian obat Epineprin Indikasi : Pengobatan anafilaksis berupa bronkospasme akut atau eksaserbasi asthma yang berat. Kontraindikasi : Epinefrin jangan disuntikkan ke dalam jari tangan, ibu jari, hidung, dan genitalia, dapat menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi vasokonstriksi pembuluh kapiler. Epinefrin, terutama bila diberikan IV, kontraindikasi mutlak pada syok selain syok anafilaksi. Gangguan kardiovaskuler yang kontraindikasi epinefrin misalnya syok hemoragi, insufisiensi pembuluh koroner jantung, penyakit arteri koroner (mis., angina, infark miokard akut) dilatasi jantung dan aritmia jantung (takikardi). Efek epinefrin pada kardiovaskuler (mis., peningkatan kebutuhan oksigen miokard, kronotropik, potensial proaritmia, dan vasoaktivitas) dapat memperparah kondisi ini. Efek Samping : Kardiovaskuler : Angina, aritmia jantung, nyeri dada, flushing, hipertensi, peningkatan kebutuhan oksigen, pallor, palpitasi, kematian mendadak, takikardi (parenteral), vasokonstriksi, ektopi ventrikuler. Mekanisme Kerja : Menstimulasi reseptor alfa-, beta1-, dan beta2-adrenergik yang berefek relaksasi otot polos bronki, stimulasi jantung, dan dilatasi vaskulatur otot skelet; dosis kecil berefek vasodilatasi melalui reseptor beta2-vaskuler; dosis besar menyebabkan konstriksi otot polos vaskuler dan skelet.
  • 15. i b. Kortikosteroid Mekanisme Kerja : menghambat kerja sel inflamasi, menghambat kebocoran pembuluh darah kapiler, menurunkan produksi mukus. Contoh obat : Hydrocortisone, Dexametason. Cara Pakai : Inhalasi. Efek Samping : atrofi (kerusakan kulit), dermatitis perioral (kuama sekitar bibir yang gatal dan panas), infeksi. Kontra Indikasi : Infeksi jamur sistemik, TB, kortikosteroid hipersensitivitas. Prognosis respon anafilaksis secara umum tergolong baik, dengan rasio mortalitas kurang dari 1 %. Akan tetapi, resiko kematian akibat respon anafilaksis tetap tinggi dan akan meningkat pada penderita asma atau jika penanganan tidak dilakukan secara tepat.
  • 16. i BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Anafilaktik (cepat) merupakan suatu reaksi hipersensitivitas biasanya tidak akan terjadi sesudah kontak pertama kali dengan sebuah antigen. Reaksi terjadi pada kotak-ulang sesudah seseorang yang memiliki predisposisi mengalami sensitisasi . Anafilaksis merupakan respon klinis terhadap suatu reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1). Anafilaksis adalah repon berlebihan system imun yang melibatkan seluruh tubuh. Tipe anfilaksia ada beberapa yaitu : Local, reaksi anafilaksis local biasanya meliputi urtikaria serta angioedema pada tempat kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi yang berat tetapi jarang fatal. Sistemik, reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit sesudah kontak dalam system organ berikut ini : kardiovaskuler, respiratorius, gastrointestinal dan integument . 3.2 Saran Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya membangun sangkat kami harapkan.
  • 17. i DAFTAR PUSTAKA  Parker Steve, 2009. Ensiklopedia Tubuh Manusia : Jakarta : Erlangga, hal. 158  Smeltzer C Suzanne dkk, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, vol. 3 : Jakarta EGC, hal. 1754-1766  Syarif Amir dr. SKM , SpFK, dkk, 2007. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5 : Jakarta : Gaya Baru, hal. 66, 817
  • 18. i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Anafilatik. Makalah ini merupakan tugas Kelompok. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen serta semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Penulis juga mohon kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Raha, November 2013 Penulis
  • 19. i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1 1.2 Tujuan................................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Anaflatik........................................................................................... 3 2.2 Nodus Linfa........................................................................................................ 4 2.3 Produksi Anti Bodi............................................................................................ 4 2.4 rekasi alergi tinjauan fisiologi............................................................................ 8 2.5 tipe-tipe reaksi anafilaksis..................................................................................8 BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan.......................................................................................................16 3.2 Saran................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17 LAMPIRAN
  • 20. i TUGAS : KELOMPOK MAKALAH TIPE I ANAFILAKTIK (CEPAT) DI SUSUN OLEH: KELOMPOK I 1. RARI FATIMA 2. HARTINA 3. INDA NIRWANA 4. DEWI KUSUMA NINGSIH 5. WA ODE WAHYUNI 6. MARIANI 7. JUMIRA YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2013