Ähnlich wie GAMBARAN FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT AKSEPTOR KONTRASEPSI IMPLANT DI DESA WAWESA KECAMATAN BATALAIWORU KABUPATEN MUNA TAHUN 2015
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEKNIK MENYUSUI PADA BAYI DI W...Warnet Raha
Ähnlich wie GAMBARAN FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT AKSEPTOR KONTRASEPSI IMPLANT DI DESA WAWESA KECAMATAN BATALAIWORU KABUPATEN MUNA TAHUN 2015 (20)
GAMBARAN FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT AKSEPTOR KONTRASEPSI IMPLANT DI DESA WAWESA KECAMATAN BATALAIWORU KABUPATEN MUNA TAHUN 2015
1. GAMBARAN FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT
AKSEPTOR KONTRASEPSI IMPLANT DI DESA WAWESA
KECAMATAN BATALAIWORU KABUPATEN MUNA
TAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh:
Wa Ode Wahyuni
PSW.B.2013.IB.0043
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2016
2. LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat Akseptor Kontrasepsi
Implant di Desa Wawesa Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna
Tahun 2015
Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Wa Opi Faana, SST Fitria Ningsih, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
3. LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes (……………...……………..........)
2. Wa Opi Faana, SST (………………...……….........….)
3. Fitria Ningsih, SST (………………………..........…...)
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Wa Opi Faana, SST Fitria Ningsih, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
4. RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
Nama : Wa Ode Wahyuni
Tempat tanggal lahir : Karaano, 16 Maret 1994
Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Wirabuana, Desa Wawesa Kecamatan
Batalaiworu Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Lulus SD Negeri 17 Katobu : Tamat tahun 2007
2. Lulus SMP Negeri 8 Raha : Tamat tahun 2010
3. Lulus SMA Negeri 3 Raha : Tamat tahun 2013
4. Sejak Tahun 2013 Mengikuti Pendidikan di Program Studi D3 Kebidanan
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna sampai sekarang.
5. KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR
AAssssaallaammuu’’aallaaiikkuumm WWaarroohhmmaattuulllloohhii WWaabbaarrookkaattuuhh
Puji syukur kepada Sang Maha Pencipta Allah SWT, karena berkat rahmat
dan ridho-Nyalah sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Gamabaran Faktor-
Faktor Penyebab Rendahnya Minat Akseptor Kontrasepsi Implant di Desa Wawesa
Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna Tahun 2015” dapat selesai tepat waktu.
Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tiada henti penulis
haturkan kepada Ibu Wa Opi Faana, SST selaku Pembimbing I dan Ibu Fitria Ningsih,
SST selaku Pembimbing II atas kesediaannya baik berupa waktu, bimbingan,
motivasi, petunjuk, pengarahan dan dorongan baik moril maupun materil yang begitu
sangat berharga.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini dengan penuh kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite
Kabupaten Muna dan sekaligus sebagai penguji yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna, dan atas keikhlasan dan bimbingannya yang
sangat berharga dan tiada henti.
2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
3. Wa Ode Siti Asma, SST., M.Kes selaku pudir 1, atas bimbingan dan ilmu yang
diberikan selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna
4. Seluruh jajaran Dosen dan para Staf Akademi Kebidanan Paramata Raha yang
telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. 5. Orang tuaku Ayahanda La Ode Ndibone dan Ibunda Wa Mili yang paling
kucintai, Adik-adiku tersayang (Ayu, Nirma, dan ijong), Neneku yang paling
kucinta dan kusayangi Wa Ode Ngkolope yang telah memberikan segala
dukungan baik moril maupun material serta do’a restu dan kasih sayangnya yang
tidak pernah putus selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata
Raha hingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah tetap menjaga
orang-orang yang paling kucintai dalam balutan rahmat dan hidayah-Nya.
Tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang luput dari kesalahan dan
kekurangan. Penulis menyadari Karya Tulis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Olehnya itu, dengan penuh harapan dan keikhlasan penulis memohon saran dan kritik
kepada para pembaca, demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Wassalamu `alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Raha, Juli 2016
Penyusun
7. DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................... i
Lembar Persetujuan................................................................................................. ii
Lembar Pengesahan................................................................................................. iii
Riwayat Hidup................................................................................................. ....... iv
Kata Pengantar........................................................................................................ v
Daftar Isi ................................................................................................................. viii
Daftar Tabel......................................................................................................... ... x
Daftar Gambar......................................................................................................... xi
Daftar Lampiran....................................................................................................... xii
Intisari......................................................................................................... ............ xiii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Telaah Pustaka……………………………………………………… 7
B. Landasan Teori……………………………………………………… 21
C. Kerangka Konsep............................................................................... 22
D. Pertanyaan Penelitian......................................................................... 22
BAB III Metode Penelitian
A. Jenis Penelitan ................................................................................... 23
B. Subjek Penelitian ............................................................................. 23
C. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 24
D. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................... ..... 25
E. Definisi Operasional .......................................................................... 25
F. Instrumen Penelitian ......................................................................... 26
G. Analisis Data...................................................................................... 26
8. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil penelitian .................................................................................. 28
B. Pembahasan ....................................................................................... 32
BAB VI Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan........................................................................................ 36
B. Saran ................................................................................................ 36
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
9. DAFTAR TABEL
Tabel 1. Definisi Operasional .....................................…………………………… 25
Tabel 2. Jalannya penelitian ......................................…………………………… 27
Tabel 3. Distribusi Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya di Puskesmas
Batalaiworu Kecamatan Batalaiworu Tahun 2015................................... 30
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya
Akseptor Kontrasepsi Implant Di Desa Wawesa Kecamatan
Batalaiworu Kab. Muna Berdasasrkan
Pengetahuan.....................…………………………………….................. 31
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya
Akseptor Kontrasepsi Implant Di Desa Wawesa Kecamatan
Batalaiworu Kab. Muna Berdasasrkan
Ekonomi.....……………………………………...................................... 32
10. INTISARI
Wa Ode Wahyuni (2013.IB.0043) “Gambaran Faktor-Faktor Penyebab
Rendahnya Akseptor Kontrasepsi Implant Di Desa Wawesa Kecamatan
Batalaiworu Kab. Muna Tahun 2015” dibawah bimbingan Ibu Wa Opi Faana
dan Ibu Fitria Ningsih.
Latar Belakang : Berdasarkan data yang didapat pada tahun 2015 jumlah PUS Desa
Wawesa 263 jiwa, dengan akseptor aktif 140 jiwa dengan rincian masing-masing
peremetode kontrasepsi, suntik sebanyak 57 (40,71%), pil 56 (40%), implant 2
(1,42%), kondom 5 (3,57%), IUD 1 (0,71%), MOW 0, MOP 0.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab rendahnya
minat akseptor kontrasepsi implant di Desa Wawesa, Kec.Batalaiworu, Kab. Muna
Tahun 2015, berdasarkan pengetahuan, dan Pendapatan.
Metode Penelitian : Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, untuk
mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab rendahnya minat akseptor kontrasepsi
implant di Desa Wawesa Kecamatan Batalaiworu Kab. Muna Tahun 2015.
Hasil Penelitian : Jumlah akseptor KB yang tidak menggunakan kontrasepsi implant
berjumlah 58 orang, Akseptor yang tidak menggunakan kontrasepsi implant dengan
pengetahuan baik sebanyak 22 orang (38%), akseptor KB tidak menggunakan
kontrasepsi implant dengan pengetahuan cukup sebanyak 25 orang (43%) dan
akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi implant dengan pengetahuan kurang
sebanyak 11 orang (19%), Adapun akseptor dengan penghasilan cukup sebanyak 18
orang (31%), dan akseptor dengan penghasialan kurang sebanyak 40 orang (69%).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka peneliti dapat
menyimpulkan, Akseptor KB tidak memilih implant sebaagai alat kontrasepsi
berdasarkan tingkat pengetahuan dari 58 responden presentase terbanyak adalah ibu
dengan berpengetahuan cukup sebanyak 25 orang (43%) dan berdasarkan pendapatan,
akseptor KB dengan penghasialan kurang sebanyak 40 orang (69%).
Kata kunci : Rendahnya akseptor kontrasepsi Implant
Daftar pustaka : 14 (2006-2016)
11. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) penggunaan alat kontrasepsi
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan objek - objek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri, dan untuk menentukan jumlah anak dalam keluarga. Semakin banyak penduduk
yang berpartisipasi dalam program Keluga Berencana pertumbuhan pendudukya
(KB), maka angka kenaikan laju pertumbuhan penduduk yang berlebihan akan bisa
ditekan (BPS Sulawesi Tenggara, 2015).
Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi Implant di seluruh
dunia masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil, kondom dan Intra Uterine Devices
(IUD), terutama di negara – negara berkembang. Persentase penggunaan alat
kontrasepsi suntik yaitu 35,3%, pil 30,5%, IUD 15,2%, sedangkan Implant dibawah
10% yaitu 7,3%, dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7%. Pada saat ini
diperkirakan memakai IUD/AKDR, 30% terdapat di Cina, 13% di Eropa, 5% di
Amerika Serikat, 6,7% di negara – negara berkemabang lainnya. Dinegara Association
Of Southeast Asian Nations (ASEAN) sendiri, Indonesia memiliki jumlah penduduk
terpadat pertama dengan jumlah penduduk sekitar 255 juta jiwa atau sekitar 3,5% dari
keseluruhan jumlah penduduk dunia, di susul oleh negara Filipina memiliki sekitar
12. 102,5 juta jumlah penduduk. Serta negara terpadat ke tiga adalah negara Vietnam
dengan 90,7 juta jiwa (Safrina 2012)
Usia subur seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun, oleh karena itu untuk
mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih
diprioritaskan untuk menggunakan alat/metode KB. Cakupan peserta KB Baru dan
KB Aktif pada profil kesehatan 2013, jumlah PUS di seluruh Indonesia mencapai
44.738.378 orang dengan jumlah peserta KB Baru 8.647.024 orang (19,33%), dan
jumlah peserta KB Aktif 33.713.115 orang (75,36%). Persentase peserta KB Aktif
menurut metode kontrasepsi di Indonesia IUD 11,03%, Medis Operatif Wanita
(MOW) 3,53%,Medis Operatif Pria (MOP) 0,68%, Implan 8,26%, Kondom 2,50%,
Suntik 47,19%, Pil 26,81% (Depkes RI, 2013).
Hasil survey peserta KB aktif di Indonesia Tahun 2015 menunjukan kontrasepsi
suntik masih menjadi pilihan utama pada Pasangan Usia Subur ( PUS) dengan
presentase sebanyak (53,80%), di susul oleh kontrasepsi pil (28,30%), implant (21,99
%), IUD ( 6,79%), MOW (5,59 %), kondom (3,69%), dan MOP (0,49%) (BKKBN,
2015).
Berdasarkan data yang di dapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Sulawesi Tenggara dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode 2010-2015 rata-
rata sebesar 2,18%, sedangkan antara tahun 2015-2020 turun sebesar 1,97 pertahun.
Untuk PUS adalah sebanyak 431.255 jiwa dari akseptor aktif tercatat sebanyak
324.069 peserta yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebanyak (38,87%), pil
sebanyak (35,61%), implan sebanyak (14,02%), kondom sebanyak (5,91%), IUD
13. sebanyak (2,89%), MOW sebanyak (2,16%), MOP sebanyak (0,50%) (BPS Sulawesi
Tenggara, 2015).
Hasil pencapaian KB aktif tahun 2015 untuk jumlah PUS diwilayah Kabupaten
Muna adalah sebanyak 29.999 jiwa, yang menjadi peserta KB aktif tercatat sebanyak
17.087 peserta dengan rincian masing-masing permetode kontrasepsi, pil sebanyak
7.916 (46,32%), suntik sebanyak 6.559 (38,38%), implan sebanyak 1.174 (6,87%),
kondom sebanyak 748 (4,37%), IUD sebanyak 421 ( 2,46%), MOW sebanyak 157
(0,91%), MOP sebanyak 112(0,65%) (BKKBN Kabupaten Muna, 2015).
Hasil pencapaian KB aktif pada tahun 2015 untuk jumlah PUS dikecamatan
batalaiworu adalah sebanyak 1.386 jiwa, yang menjadi peserta KB aktif tercatat
sebanyak 780 jiwa peserta dengan rincian masing-masing permetode kontrasepsi, pil
sebanyak 589 (75,51%), suntik sebanyak 281 (36,02%), implan sebanyak 80 (10,25%)
, kondom sebanyak 10 (1,28%), IUD sebanyak 25 ( 3,20%), MOW sebanyak 0 , MOP
sebanyak 1 (0,12%) (BKKBN Kabupaten Muna, 2015).
Berdasarkan data yang didapat pada tahun 2015 jumlah PUS Desa Wawesa
263 jiwa, dengan akseptor aktif 140 jiwa dengan rincian masing-masing peremetode
kontrasepsi, suntik sebanyak 57 (40,71%), pil 56 (40%), implant 2 (1,42%), kondom 5
(3,57%), IUD 1 (0,71%), MOW 0, MOP 0 (Puskesmas Batalaiworu, 2015).
Sebenarnya Implant efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun. Tingkat
kegagalan lebih sedikit dibanding IUD. Sementara alat KB berupa pil dan suntikan
sifatnya jangka pendek dan kerap gagal, jika dipasang dengan benar, metode
kontrasepsi ini memiliki efektivitas sampai 99 persen dengan tingkat kegagalan hanya
0,05 dari 100 wanita yang memakainya. Adapun salah satu alat kontrasepsi yang
14. digerakkan pemerintah untuk metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah
implant. Beberapa faktor penyebab kurangnya minat PUS menggunakan MKJP dapat
ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi,
segi penyampaian konseling maupun Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan
hambatan budaya (Manuaba, 2009).
Sasaran pembangunan Millenium Development Goals (MDG) 2015 yakni
mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) dengan
salah satu program untuk menurunkan AKI dan menekan angka pertumbuhan
penduduk dalam mewujudkan suatu program Keluarga Berencana (KB). Target
MDGS 2015, yakni 110 per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih perlu
diturunkan lagi (Yanti, 2013).
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS ) yang berorientasi pada catur warga.
Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga berencana mandiri artinya
masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui KB lingkaran biru dan
lingkaran emas dan mengarahkan pada pelayanan Metode Kontrasepsi Efektif ( MKE
) yang meliputi AKDR, suntikan KB, susuk KB, dan Kontap (Manuaba, 2009).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
“Gambaran Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Minat Akseptor Kontrasepsi Implant
di Desa Wawesa Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna Tahun 2015”.
15. B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti dapat merumuskan
masalah, yaitu “Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi rendahnya minat
akseptor kontrasepsi Implant di Desa Wawesa Kecamatan Batalaiworu Kabupaten
Muna Tahun 2015”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab rendahnya minat
akseptor kontrasepsi implant di Desa Wawesa Kecamatan Batalaiworu Kabupaten
Muna Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat
Akseptor Kontrasepsi Implant berdasarkan Pengetahuan Desa Wawesa
Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna Tahun 2015.
b. Untuk mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat
Akseptor Kontrasepsi Implant berdasarkan Pendapatan di Desa Wawesa,
Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Tenaga kesehatan
a. Sebagai bahan masukan dan sumber pemikiran bagi tenaga kesehatan yang
berada di Desa Wawesa Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna Tahun 2015.
b. Untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang keuntungan dan kerugian serta
informasi lainnya dari Implant kepada PUS.
16. 2. Bagi responden
Sebagai masukan dan dapat memberikan pengetahuan bagi PUS untuk mengetahui
tentang kontrasepsi Implant.
3. Bagi peneliti
Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan serta menerapkan ilmu pengetahuan
tentang Kontrasepsi Implant yang sudah didapat selama perkuliahan di pendidikan
Akademi Kebidanan Paramata Raha.
17. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Keluarga Berencana
a. Pengertian keluarga berencana
Menurut WHO Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk :
1) Mendapatkan objektif-objektif tertentu
2) Menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan
3) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
4) Mengatur interval di antara kelahiran
5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri
6) Menetukan jumlah anak dalam keluarga
7) Program Keluarga Berencana ( KB ) adalah bagian yang terpadu
(integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk
menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya
penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan
kemampuan produksi nasional (Depkes, 2012).
18. b. Tujuan Keluarga Berencana
1) Tujuan Umum
Pemberian dukungan dan pemantapan gagasan KB yaitu dihayatinya
Norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS).
2) Tujuan Khusus
a) Untuk meningkatkan minat PUS untuk menggunakan alat kotrasepsi
Implant
b) Untuk meningkatkan pengetahuan PUS terhadap penggunaan alat
kotrasepsi Implant
c. Pengertian Akseptor KB
Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007).
Akseptor KB adalah pasangan usia subur (PUS) yang salah seorang dari
padanya menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi dengan tujuan
untuk pencegahan kehamilan baik melalui program maupun non program.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001) dalam setiawan
dan saryono (2010) Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti
dan melaksanakan program keluarga berencana. (Anonim, 2013)
2. Pasangan Usia Subur (PUS)
Pasangan Usia Subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-
laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan
usia subur yang berstatus janda atau cerai (Anonim, 2012).
19. PUS bukan peserta KB terdiri dari
a. Ingin anak segera adalah pasangan usia subur yang sedang tidak
menggunakan salah satu alat atau cara kontrasepsi dan masih menginginkan
anak dengan batas waktu kurang dari dua tahun.
b. Ingin ditunda adalah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan
salah satu alat atau cara kontrasepsi dan menginginkan kelahiran anak
ditunda dengan batas waktu dua tahun lebih.
c. Tidak ingin anak lagi adalah pasangan usia subur yang sedang tidak
menggunakan salah satu alat atau cara kontrasepsi dan tidak ingin anak lagi.
3. Kontrasepsi
a. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha – usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat
permanen yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan
pada pria vasektomi (Sarwono, 2008).
b. Efektifitas Kontrasepsi
Menurut Sarwono (2008 ), efektifitas ( daya guna ) suatu cara
kontrasepsi, dapat dinilai pada 2 tingkat yakni :
1) Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diingini,
apabila cara tersebut digunakan terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk
yang diberikan.
20. 2) Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara
kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi
oleh beberapa factor-faktor seperti pemakaian tidak hati-hati, kurang taat
pada peraturan, dan sebagainya.
c. Jenis - Jenis Metode Kontrasepsi
1) Metode sederhana
a). Kondom
Mengandung spermisida sehingga spermatozoa mengalami kematian
sebelum bertemu ovum (Varney, dkk, 2007).
b). Pantang berkala
Metode ini memperhitungkan masa subur wanita yang berkaitan erat
dengan siklus menstruasi. Prinsipnya pasangan tidak melakukan
hubungan seksual saat masa subur istri sehingga tidak terjadi
kehamilan. Untuk meningkatkan keefektifan metode pantang berkala
diperlukan kerja sama suami istri yang ketat, siklus menstruasi yang
teratur, dan perhitungan yang ketat (Manuaba, dkk, 2009).
c). Senggama terputus
Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum
terjadinya ejakulasi (Sarwono, 2011)
d). Spermisida
Agens kontrasepsi ini terdiri dari suatu bahan kimia yang mampu
menghancurkan spermatozoa, dimasukan kesuatu bahan yang secara
kimia tidak aktif (Cunningham, 2006).
21. 2 ) Metode Efektif
a).Kontrasepsi hormonal
(1) Kontrasepsi hormonal pil
Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan estrogenic (lebih
dominan estrogen) atau progesterogenik (dominan progesterone),
melalui penilaian menstruasi. (Murtiastutik, 2008)
(2) Kontrasepsi hormonal suntikan
Tingginya minat pemakai suntikan Keluarga Berencana (KB) oleh
karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan
dapat dipakai pada pasca persalinan.
(3) Kontrasepsi hormonal susuk (Implant)
Metode ini mudah digunakan, murah, dan aman, setiap kapsul susuk
KB mengandung 36 mg Levonorgestrel yang akan dikeluarkan setiap
harinya sebanyak 80 mg. (Varney, dkk, 2007).
b). Kontrasepsi mekanis
(1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Belum diketahui jelas cara kerjanya, tetapi cara kerjanya bersifat
lokal.
3 ) Metode Modern
a). Kontrasepsi mantap wanita ( Tubektomi )
Kontrasepsi mantap wanita merupakan metode KB yang paling efektif,
murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi.
b). Kontrasepsi mantap pria ( Tubektomi )
22. Merupakan tindakan operasi ringan, murah, aman, dan mempunyai arti
demografis yang tinggi, artinya dengan operasi ini banyak kelahiran
dapat dihindari (Manuaba, 2009)
4). Implant
a). Defenisi Implant
Implant adalah kontrasepsi jenis lain yang bersifat hormonal, dan
dimasukan kebawah kulit. Ada beberapa jenis implant yang biasa
dipakai di Indonesia adalah norplant. Implant merupakan salah satu
metode kontrasepsi yang efektif berjangka 2-5 tahun (Anonim, 2015).
b). Jenis Implan
Jenis Implant antara lain, yaitu :
(1). Norplant
Terdiri dari enam batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4cm diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonogestrel
dengan lama kerja lima tahun.
(2). Jadena dan indoplant
Terdiri dua batang silastik lembut berongga dengan panjang 4,3
cm, diameter 2,5 mm, berisi 75 mg levonorgestrel dengan lama
kerja tiga tahun.
(3). Implanon
Terdiri satu batang silastik lembut berongga dengan panjang kira-
kira 4,0 cm, diameter 2 mm, berisi 68 mg 3-keto-desogestrel
dengan lama kerja tiga tahun (Meilani, dkk, 2010).
23. c). Keuntungan Implant
(1) Daya guna tinggi.
(2) Cepat bekerja 24 jam setelah pemasangan.
(3) Perlindungan jangka panjang.
(4) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
(5) Tidak memerlukan periksa dalam.
(6) Bebas dari pengaruh estrogen.
(7) Tidak mengganggu proses senggama.
(8) Tidak mempengaruhi ASI.
(9) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
(10)Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan (Meilani, dkk, 2010).
d). Kerugian kontrasepsi Implant
(1) Dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak (spotting), meningkatnya jumlah darah haid
(hipermenorhea), dan amenorhea.
(2) Keluhan nyeri kepala.
(3) Peningkatan / penurunan berat badan.
(4) Nyeri payudara.
(5) Perasaan mual.
(6) Pusing / sakit kepala.
(7) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
(8) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan.
24. (9) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular
seksual termasuk AIDS.
(10)Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian implant ini
sesuai dengan keiginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk
pencabutan.
(11)Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat TBC
(rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
(Meilani, dkk, 2010).
e). Wanita yang boleh menggunakan Implant
(1) Usia reproduksi.
(2) Telah memiliki anak atau belum.
(3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
(5) Paska keguguran.
(6) Tidak mengiginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi.
(7) Riwayat kehamilan ektopik.
(8) Tekanan darah <180 / 110 mmHg, dngan masalah pembekuan
darah, atau anemia bulan sabit (sickle cell).
(9) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen.
(10) Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil (Meilani, dkk, 2010).
25. f).Yang tidak boleh menggunakan Implant
(1) Hamil atau diduga hamil
(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
(3) Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudar.
(4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
(5) Mioma uterus dan kanker payudara
(6) Gangguan toleransi glukosa (Meilani, dkk, 2010).
g). Waktu pemasangan
(1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai ke-7. Bila insersi
setelah hari ke-7 akseptor tidak boleh berhubungan seks atau
gunakan kontrasepsi lain selama 24 jam setelah insersi.
(2) Dapat dilakukan setiap saat asal diyakini tidak hamil.
(3) Bila akseptor tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat asal
diyakini tidak hamil, jangan hubungan seks atau gunakan
kontrasepsi lain selama 24 jam setelah insersi.
(4) Bila setelah 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi
dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh tidak perlu
kontrasepsi lain.
(5) Bila akseptor menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin ganti
implant, insersi dapat di lakukan setiap saat tapi di yakini tidak
hamil atau klien menggunakan menggunakan kontrasepsi
terdahulu dengan benar.
26. (6) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah non hormonal (kecuali
AKDR) dan klien ingin mengganti dengan implant, dapat
diinersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien tidak melakukan
hubungan seks selama 24 jam atau gunakan metode kontrasepsi
lain selam 24 jam setelah insersi.
(7) Pasca keguguran implant dapat segera diinersikan (Meilani, dkk,
2010).
h). Yang perlu diperhatikan jika menggunakan kontrasepsi Implant
(1) Daerah inersi harus di biarkan bersih dan kering selama 48 jam
pertama. Hal ini bertujuan mencegah infeksi pada luka insisi.
(2) Perlu di jelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih,
pembengkakan atau lebam pada daerah insisi. Hal ini tidak perlu
dikhawatirkan.
(3) Pekerjaan rutin harian tetap di kerjakan namun hindari benturan,
gesekan atau penekanan pada daerah insersi.
(4) Jika di pasang balutan penekan (hemostatis) jangan di buka
selama 48 jam, sedangkan plester dibiarkan hingga lukanya
sembuh (biasanya lima hari)
(5) Setelah lika sembuh daerah tersebut dapat disentuh dan di cuci
dengan tekanan yang wajar.
(6) Bila ditemukan tanda-tanda infeksi seperti demam, bengkak, atau
bila terdapat rasa sakit yang menetap selama beberapa hari segera
kembali ke klinik (Niken Meilani, Dkk, 2010).
27. i). Indikasi penghentian kontrasepsi
(1) Dipastikan hamil sementara wanita tidak ingin mengakhiri
kehamilannya.
(2) Penyakit hati akut.
(3) Peningkatan tekanan darah yang menetap dan bermakna yang
memerlukan terapi.
(4) Efek samping yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien.
(5) Menginginkan untuk hamil kembali.
(6) Apabila kontrasepsi tidak lagi dibutuhkan.
(7) Apabila sudah mencapai menopause (Glasier, 2006).
4. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Akseptor Implant
b. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “ tahu” dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penggindraan terjadi
melalui pasca indra penglihatan, pandangan, penciuman rasa dan raba sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tingkat
seseorang (over behavior). Pembagian pengetahuan menurut Arikunto (2010)
dikategorikan sebagai :
1) Baik : Bila responden mampu menjawab pertanyaan benar sebanyak 76-
100%
2) Cukup : Bila responden mampu menjawab pertanyaan benar sebanyak 56-
75%
28. 3) Kurang : Bila responden mampu menjawab pertanyaan benar sebanyak
≤55%
Tingkatan pengetahuan yang termasuk kedalam domain kognitif ada 6, yakni
1) Tahu ( know )
Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali materi yang pernah
dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang
telah diterima
2) Memahami ( comprehension )
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikannya secara luas.
3) Aplikasi ( application )
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
4) Analisis ( analysis )
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut.
5) Sintesis ( synthesis )
Diartikan sebagai kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-
bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi ( evaluation )
Diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
29. e. Pendapatan
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini
disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan
akseptor harus menyediakan dana yang ada sesuai dengan yang diperlukan.
Dengan penghasilan yang memadai, masyarakat lebih cenderung untuk
memperhatikan penggunaan alat kontrasepsi yang lebih baik dan ekonomis.
Dengan demikian ekonomi merupakan faktor penting yang paling menentukan
keberhasilan program keluarga berencana, dengan adanya uang masyarakat akan
menggunakan alat kontrasepsi, tanpa uang mereka tidak akan mengadakan dan
menggunakan alat kontrasepsi yang diinginkan. (Manuaba, 2009).
Untuk menentukan cukup tidaknya penghasilan suatu keluarga dapat
dilihat pada pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita untuk kab. Muna dapat
mengacu pada Upah Minimum Regional (UMR) Sulawesi Tenggara. Untuk
UMR Sulawesi Tenggara adalah 1.850.000/bulan.
B. Landasan Teori
Keluarga sebagai kelompok sumber daya manusia terkecil yang mempunyai
ikatan batinia dan lahiria dimana merupakan pengembangan sasaran dalam
mengupayakan terwujudnya visi Keluarga Berencana Nasional. Untuk membantu
masyarakat dalam mencapai perwujudan konsep norma keliarga kecil bahagia dan
sejahtera telah dirancang pola dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional pemakai
kontrasepsi apapun yang di gunakan secara benar dan berkelanjutan adalah lebih baik
dari pada tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun diharapkan pada resiko
30. terjadinya kehamillan yang biasa membahayakan kondisi ibu dan bayi yang terlalu
sering melahirkan.
Pasangan Usia Subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-
laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia
subur yang berstatus janda atau cerai.
Implant adalah kontrasepsi jenis lain yang bersifat hormonal, dan dimasukan
kebawah kulit. Ada beberapa jenis implant yang biasa dipakai di Indonesia adalah
norplant Implant merupakan salah satu metode kontrasepsi yang efektif berjangka 2-5
tahun.
Pemilihan kontrasepsi yang aman bagi seorang ibu sangat diharapka agar dalam
pemakaian ibu senantiasa merasa nyaman dan tanpa adanya gangguan. Pengetahuan
seorang ibu akan mempengaruhi pemilihan kontrasepsi yang di kehendaki. Salah
satunya adalah faktor pengetahuan. Karena pengetahuan seorang ibu berasal dari
pengalaman tertentu yang pernah dialami dan di peroleh dari hasil belajar secara
formal dan non formal ataupun dari media. Dengan pengetahuan yang baik diharapkan
ibu dapat memilih kontrasepsi yang aman bagi dirinya misalanya kontrasepsi Implant.
Tingkat Pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini
disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan
akseptor harus menyediakan dana yang ada sesuai dengan yang diperlukan. Karna
ekonomi ibu tidak bisa mendapatkan alat kontrasepsi yang aman bagi dirinya karena
keterbatasan biaya.
31. C. Kerangka Konsep
Keterangan :
Variabel independen
Variabel dependen
D. Pertanyaan Peneliti
1. Apakah pengetahuan merupakan faktor-faktor penyebab rendahnya minat akseptor
kontrasepsi implant ?
2. Apakah pendapatan merupakan faktor-faktor penyebab rendahnya minat akseptor
kontrasepsi implant ?
Pengetahuan
Rendahnya
kontrasepsi
Implant
Pendapatan
32. BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yakni untuk mengetahui gambaran faktor-
faktor penyebab rendahnya akseptor implant di Desa Wawesa Kecamatan
Batalaiworu Kabupaten Muna Tahun 2015.
B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PUS yang menggunakan alat
Kontrasepsi hormonal selain yang menggunakan Implant 137 orang di Desa
Wawesa Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna Tahun 2015.
2. Sampel
Penarikan sampel yaitu PUS yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal selain
implant dengan jumlah sampel sebanyak 58 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling dan penentuan besar sampel
menggunakan rumus :
n =
.
n =
.( , )
n = 58
33. Keterangan :
n : Sampel yang diteliti
N : Jumlah populasi
d : tingkat kepercayaan (0,1)
Sampel menggunakan kriteria inklusi dan kriteria esklusi.
Kriteria inklusi : Ibu menggunakan pil, suntik, dan ibu yang diketemukan pada
saat penelitian.
Kriteria eksklusi : Jika ibu tidak menggunakan pil, suntik, dan ibu tidak diketemukan
pada saat penelitian.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Adapun lokasi yang dipilih peneliti menjadi tempat untuk mengumpulkan
data responden adalah di Desa Wawesa Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna
Tahun 2015, dengan alasan memenuhi sampel dan mempunyai data yang
memenuhi syarat yang diperlukan sehingga lebih memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data serta untuk mendukung penulis dalam menyusun laporan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Waktu Peneliti
Penelitian ini dimulai pada Juli - Agustus 2016, yang dimulai dari
pengajuan judul, penulusuran pustaka, konsultasi dengan dosen pembimbing,
melakukan survei penelitian, pelaksanaan penelitian hingga hasil penelitian dan
menyusun laporan Karya Tulis Ilmiah (KTI).
34. D. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain,
pengetahuan dan pendapatan.
2. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel bebas.
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah rendahnya akseptor implant.
E. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati.
Tabel.1
Defenisi operasional dan kriteria objektif
No Variabel Defenisi
Operasional
Kriteria Obyektif Alat
Ukur
Skala
Dependen
1 Rendahnya
akseptor
implant
Responden
tidak
menggunakan
kontrasepsi
implant
Ya: bila akseptor menggunakan
alat kontrasepsi lain selain
implant
Tidak: akseptor menggunakan alat
kontrasepsi implant
Kuisioner Nominal
Independen
2 Pengetahuan Kemampuan
responden
dalam
menjawab
pertanyaan
1) Baik : Bila responden mampu
menjawab pertanyaan
benar sebanyak 65-
100%
2) Cukup : Bila responden mampu
menjawab pertanyaan
benar sebanyak 56-75%
3) Kurang : Bila responden mampu
menjawab pertannyaan
benar
4) ≤55%
Kuisioner Nominal
3 Pendapatan Penghasilan
responden yang
mempengaruhi
pemilihan alat
kontrasepsi
Cukup : Bila penghasilan
≥ Rp. 1.850.000
Kurang : Bila penghasilan
< Rp. 1.850.000
Kuisioner Nominal
35. F. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah format pengumpulan data
yaitu kuesioner.
G. Analisis Data
Untuk menghitung besarnya persentase tingkat pengetahuan dan ekonomi PUS
dari seluruh akseptor KB.
Digunakan rumus :
= 100%
Keterangan :
f : Frekuensi variabel yang diketahui
n : Jumlah sampel
k : Konstanta (100%)
P : Persentase hasil yang dicapai
36. H. Jalannya Penelitian
Tabel 2
Jalannya Penelitian
No Uraian kegiatan
Jadwal Kegiatan ( Bulan )
Juli Agustus
I II III IV I II
1 Persiapan (pembuatan proposal
penelitian)
2 Presentase proposal
3 Pelaksanaan penelitian (pengumpulan
data)
4 Pengolahan data (analisis data)
5 Penyusunan Laporan
6 Presentase/Seminar hasil
.
37. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1) Letak Geografi
Puskesmas Batalaiworu merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan,
yang berada di Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna, tepatnya di Desa
Wakorambu dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan Lasalepa
b. Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kecamatan Katobu
c. Sebelah Barat: berbatasan dengan Kecamatan Watopute
d. Sebelah Timur: berbatasan dengan Selat Buton
Sedangkan secara geografis, Puskesmas Batalaiworu berada pada
040
411
43011
Lintang Selatan dan 1220
421
14911
Bujur Timur. Puskesmas
Batalaiworu berada pada ketinggian 100 meter diatas permukaan laut dan
Puskesmas Batalaiworu mempunyai luas wilayah sebesar 22,72 Km2
.
a. Demografis
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Batalaiworu pada tahun
2015 sebanyak 12.891 jiwa, yang terdiri dari 6.216 jiwa laki – laki dan 6.675
jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk rata–rata 568 jiwa per Km2
.
38. b. Sarana Pelayanan dan Tenaga Kesehatan
1) Sarana Pelayanan
Puskesmas Batalaiworu mempunyai 4 sarana kesehatan, terdiri dari 1 buah
Puskesmas yang terletak di Desa Wakorambu, 2 buah Puskesmas Pembantu
yang terletak di Desa Wawesa dan Kelurahan Laiworu, 4 buah BPS yang
terletak di Desa Wakorambu, Jalan Kartika dan Jalan Lumba-lumba.
Pelayanan yang tersedia di Puskesmas Batalaiworu diantaranya Unit gawat
darurat (UGD), rawat jalan (3 poli), ruang laboratorium, dan farmasi.
Wilayah kerja Puskesmas Batalaiworu meliputi Desa Wakorambu, Desa
Wawesa, Kelurahan Laiworu dan Kelurahan Sidodadi
2) Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Batalaiworu
sebanyak 47 orang. Lebih rinci dapat terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Distribusi Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya di Puskesmas
Batalaiworu Kecamatan Batalaiworu Tahun 2015
No Jenis Ketenagaan Tahun 2015
1. Dokter Umum 1
2. Dokter Gigi 1
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat 6
4. Apoteker 1
5. Perawat 16
6. Perawat Gigi 1
7. Bidan 15
8. Petugas Sanitasi 1
9. Petugas Gizi 3
10. Pengemudi 1
11. Cleaning Service 1
Jumlah 47
Sumber : Data Sekunder, 2016.
39. B. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan pada bulan Juli – Agustus 2016
di Desa Wawesa Kecamatan Batalaiworu Kab. Muna wilayah kerja Puskesmas
Batalaiworu mengenai Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat
Akseptor Kontrasepsi Implant di Desa Wawesa Kecamatan Batalaiworu Kab. Muna
Tahun 2015, maka diperoleh hasil penelitian berdasarkan pengetahuan, dan
Pendapatan.
Hasil penelitian akan di sajikan dalam beberapa tabel distribusi disertai dengan
narasi atau penjelasan tabel yang terdiri dari analisis univariat sebagai berikut
1. Pengetahuan
Hasil penelitian mengenai faktor penyebab rendahnya akseptor kontrasepsi
implant berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat
Akseptor Kontrasepsi Implant di DesaWawesa Kecamatan Batalaiworu Kab.
Muna Tahun 2015
NO Pengetahuan
Jumlah
F (orang) Persentase (%)
1 Baik (responden menjawab
sebanyak 75-100 %)
22 38
2 Cukup ( responden
menjawab sebanyak 56-
75%)
25 43
3 Kurang ( responden
menjawab ≤55%)
11 19
Jumlah 58 100
Sumber : data primer
Dari tabel 4 diketahui bahwa jumlah akseptor KB yang tidak menggunakan
kontrasepsi implant berjumlah 58 orang, adapun akseptor yang tidak menggunakan
kontrasepsi implant dengan pengetahuan baik sebanyak 22 orang (38%) , akseptor
40. KB tidak menggunakan kontrasepsi implant dengan pengetahuan cukup sebanyak
25 orang (43%) dan akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi implant dengan
pengetahuan kurang sebanyak 11 orang (19%).
3. Pendapataan
Hasil penelitian mengenai faktor penyebab rendahnya akseptor kontrasepsi
implant berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Gambaran Faktor-Faktor Penyebab rendahnya minat
akseptor kontrasepsi Implant di Desa Wawesa Kecamatan Batalaiworu
Kab. Muna Tahun 2015
NO Pendapatan
Jumlah
Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Penghasilan
≤ 1.850.000/Bulan
18 31
2 Penghasilan
<1.850.000/Bulan
40 69
Jumlah 58 100
Sumber: Data primer
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah akseptor KB yang tidak
menggunakan kontrasepsi implant berjumlah 58 orang. Adapun akseptor dengan
pendapatan cukup sebanyak 18 orang (31%), dan akseptor dengan pendapatan
kurang sebanyak 40 orang (69%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
penghasilan untuk Desa Wawesa berada di bawah Upah Minimum Regional
(UMR).
41. C. Pembahasan
1. Faktor Penyebab Rendahnya Minat Akseptor Kontrasepsi Implant Berdasarkan
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “ tahu” dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penggindraan terjadi melalui
pasca indra penglihatan, pandangan, penciuman rasa dan raba sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tingkat seseorang
(over behavior).
Menurut teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2010) pengetahuan di
pengaruhi oleh faktor pendidikan dan umur. Semakin tinggi pendidikan maka ia
akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru
tersebut. Pendidikan yang lebih tinggi berarti mempunyai wawasan dan
pengamalan yang lebih luas, lebih mudah memahami informasi yang diterima.
Umur dapat dikaitkan dengan pengalaman, semakin tua umur maka semakin
banyak pengalaman yang didapat dan semakin banyak pula informasi yang
diperoleh.
Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil bahwa dari 58 responden sebagian
besar dengan pengetahuan cukup yaitu 25 responden (43%). Penyebab akseptor
yang berpengetahuan cukup tidak menggunakan implant dapat disebabkan karena
beberapa hal, pertama kurangnya konseling yang dilakukan tenaga kesehatan pada
calon akseptor baru tentang kontrasepsi implant, tenaga kesehatan cenderung hanya
memberikan konseling tentang kontrasepsi yang akan dipilih oleh akseptor baru
42. tersebut. Kedua minimnya sumber informasi tentang implant karena informasi
mengenai implant merupakan salah satu sumber informasi yang susah didapatkan
sehingga akseptor cenderung mencari informasi dari lingkungan sekitar yang yang
menghasilkan presepsi salah tentang implant. Serta sebagian masyarakat
mempercayai mitos bahwa implant dapat berpindah tempat, sehingga mereka lebih
memilih kontrasepsi lain karena mengikuti riwayat kontrasepsi terdahulu.
Ada beberapa akseptor percaya bahwa kontrasepsi yang dipilih yaitu pil dan
suntik sangatlah efektif dibanding dengan kontrasepsi implant. Akseptor juga tidak
mengetahui tentang pengembalian kesuburan, lebih mempercayai bahwa apabila
menggunakan implant waktu pengembalian kesuburan implant sangat lama.
Adapun penelitian yang saya lakukan sejalan dengan penelitian Ermi
Witasano, Tahun 2013 dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepi di
Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia Tahun 2013 di dapatkan bahwa
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 146 pasangan usia subur (PUS). Hasil
penelitian diperoleh responden lebih banyak berpengetahuan cukup yaitu sebanyak
56,8%.
Untuk itu kepada petugas kesehatan diharapkan lebih meningkatakan lagi
cara pemberian penyuluhan dan konseling kepada pasangan usia subur tentang alat
kontrasepsi jangka panjang khususnya kontrasepsi implant harus tepat dan benar.
43. 2. Faktor Penyebab Rendahnya Minat Akseptor Kontrasepsi Implant Berdasarkan
Pendapatan
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini
disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan
akseptor harus menyediakan dana yang ada sesuai dengan yang diperlukan.
Dengan penghasilan yang memadai, masyarakat lebih cenderung untuk
memperhatikan penggunaan alat kontrasepsi yang lebih baik dan ekonomis.
Dengan demikian Pendapatan merupakan faktor penting yang paling menentukan
keberhasilan program keluarga berencana, dengan adanya uang masyarakat akan
menggunakan alat kontrasepsi, tanpa uang mereka tidak akan mengadakan dan
menggunakan alat kontrasepsi yang diinginkan. (Manuaba, 2009).
Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 58 responden, lebih banyak yang
berpendapatan kurang dibanding dengan berpendapatan cukup sebanyak 40 orang
(69%), hal ini dapat di simpulkan bahwa mayoritas penghasilan responden sangat
rendah yaitu sebanyak 40 responden (69%). Responden pada tingkat pendapatan
tinggi akan lebih mudah menerima dan mengikuti program ini dan akan memilih
metode kontrasepsi yang efektif, sebaliknya orang dengan penghasilan rendah akan
sangat sulit ikut dalam program KB, akseptor menanggung sendiri biaya yang akan
dikenakan bila dia menggunakan salah satu alat kontrasepsi. Olehnya itu
penghasilan memiliki pengaruh tehadap keikutsertaan dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
44. Adapun penelitian yang saya lakukan tidak sejalan dengan penelitian Ermi
Witasano, Tahun 2013, dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepi di
Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia Tahun 2013, di dapatkan
bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 146 pasangan usia subur (PUS).
Hasil penelitian diperoleh paling banyak responden yang memiliki pendapatan
rendah yaitu sebanyak 47,3%. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor
ekonomi tidak mempengaruhi rendahnya minat ibu memilih implant sebagai alat
kontrasepsinya.
Untuk itu petugas ksesehatan diharapkan dalam pemberikan informasi,
penyuluhan atau konseling kepada pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi
jangka panjang khususnya kontrasepsi implant harus tepat dan benar, dan kepada
petugas kesehatan agar bekerja sama dengan BKKBN.
45. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang “Faktor-faktor Penyebab
Rendahnya Minat Akseptor Kontrasepsi Implant di Desa Wawesa Kecamatan
Batalaiworu Kabupaten Muna Tahun 2015 maka peneliti dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
1. Distribusi frekuensi faktor penyebab rendahnya minat akseptor kontrasepsi implant
berdasarkan pengetahuan, mayoritas akseptor KB ibu dengan pengetahuan cukup
sebanyak 25 orang (43%).
2. Distribusi frekuensi faktor penyebab rendahnya minat akseptor kontrasepsi implant
berdasarkan pendapatan, mayoritas akseptor KB dengan penghasialan kurang
sebanyak 40 orang (69%) berada dibawah UMR .
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan di wilayah kerja puskesmas batalaiworu
Bagi tenaga kesehatan yang ada wilayah kerja puskesmas batalaiworu agar dapat
memberikan informasi atau penyuluhan yang lebih baik lagi kepada masyarakat
tentang alat kontrasepsi jangka panjang khususnya tentang alat kontrasepsi
Implant.
2. Bagi Responden
Bagi para PUS yang menggunakan alat kontrasepsi di Desa Wawesa agar dapat
mencari informasi tentang pemakaian alat kontrasepsi Implant, agar PUS lebih
mengerti dan mengetahui semua informasi tentang Implant.
46. 3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang Implant, agar dapat meneliti
faktor-faktor lain yang menjadi penyebab rendahnya akseptor kontrasepsi implant
dan dapat menjadi bahan perbandingan dalam penelitianya serta dapat memperluas
aspek yang diteliti, sehingga dapat diketahui faktor penyebab rendahnya minat
aksepstor kontrasepsi implant.
47. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2012) http://www.trendilmu.com>Home>Pendidikan, diakses tanggal 15
Juli 2012
, (2013) http://http:infoseputarkebidanan-zuri.blogs, diakses tanggal 24 Juli
2016
, (2015) http://worldhealh-bokepzz.blogspot.com, diakses tanggal 21 Juli
2016
BKKBN. 2015 .Perhitungan Alkon Program KKBPK. Jakarta: BKKBN.
BPS Kabupaten Muna. 2015 . Kabupaten Muna dalam Angka. Kabupaten Muna.
BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. 2015. Sulawesi Tenggara dalam Angka. Sulawesi
Tenggara.
Cunningham Gary F. 2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Glasier Anna, Ailsa Gebbie. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta : EGC
Mustiastutik Dwi. 2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya : Airlangga
University Press
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
Niken meilani, dkk. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Fitramaya
Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
. 2011. Ilmu Kandungan. Yogyakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
Sulistyaningsih. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Verney Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
48. Lampiran 2
MASTER TABEL HASIL PENELITIAN
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT
AKSEPTOR KONTRASEPSI IMPLANT DI DESA WAWESA KECAMATAN
BATALAIWORU KABUPATEN MUNA
TAHUN 2015
NO INISIAL PENDIDIKAN PENGETAHUAN PENDAPATAN
BAIK CUKUP KURANG CUKUP KURANG
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Ny.U TDK SEKOLA √ √
2 Ny. P SMA √ √
3 Ny. L SMP √ √
4 Ny. H SMP √ √
5 Ny. S SMP √ √
6 Ny. N SMP √ √
7 Ny. M TDK SEKOLA √ √
8 Ny. N S1 √ √
9 Ny. A SMA √ √
10 Ny. E SMP √ √
11 Ny. R SMP √ √
12 Ny. F SMA √ √
13 Ny. O SMP √ √
14 Ny.Y SD √ √
15 Ny.W S1 √ √
16 Ny.A SMP √ √
17 Ny. E SMP √ √
18 Ny. S SD √ √
19 Ny.A SMA √ √
20 Ny. L SMP √ √
21 Ny. M SD √ √
22 Ny. H SMA √ √
23 Ny. S SMA √ √
24 Ny. F SMA √ √
25 Ny. W SMP √ √
26 Ny. H SD √ √
27 Ny. U SMP √ √
28 Ny. A SMA √ √
29 Ny. N SMP √ √
30 Ny. A SMP √ √
49. NO INISIAL PENDNDIKAN PENGETAHUAN EKONOMI
BAIK CUKUP KURANG CUKUP KURANG
31 Ny. A SD √ √
32 Ny.P SMP √ √
33 Ny.A SD √ √
34 Ny. Y SI √ √
35 Ny. S SMA √ √
36 Ny. M SMA √ √
37 Ny. H SMA √ √
38 Ny. H SMA √ √
39 Ny. E SMP √ √
40 Ny. H SMA √ √
41 Ny. H SI √ √
42 Ny. S SMA √ √
43 Ny. D SMA √ √
44 Ny. M SMA √ √
45 Ny. H SD √ √
46 Ny. I SMP √ √
47 Ny. P SMA √ √
48 Ny. T SMA √ √
49 Ny. N SMA √ √
50 Ny. S SMA √ √
51 Ny. L SMP √ √
52 Ny. H SMA √ √
53 Ny. D SMP √ √
54 Ny. N SMA √ √
55 Ny. I SMA √ √
56 Ny. W SMA √ √
57 Ny. B SMA √ √
58 Ny. A S1 √ √
TOTAL 22 25 11 18 40
50. Lampiran 1
LEMBAR KUESIONER
Petunjuk Pengisian Kuesioner :
1. Tulislah tanggal pengisian sesuai dengan tanggal ibu mengisi kuesioner
2. Nomor responden di isi oleh peneliti
3. Beri tanda ceklist pada jawaban yang anda anggap paling benar.
4. Bila ada pengisian kuesioner kurang jelas, ibu dapat bertanya pada peneliti
Nama:
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan:
KB yang sedang digunakan : Pil Implant
Suntik Kondom
IUD MOW
MOP
Tanggal :
Nomor respondon :
51. A. Pengetahuan
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi
implant?
2 Apakah ibu mengetahui tentang kontrasepsi implant ?
3. Apakah ibu tahu tentang cara penggunaan alat
kontrasepsi implant ?
4. Apakah benar alat kontrasepsi implant dipasang
dibawah kulit ?
5. Apakah ibu mengetahui keuntungan dan kerugian alat
kontrasepsi implant ?
6. Apakah benar keuntunga implant tidak mempengaruhi
pengeluaran ASI ?
7. Apakah efektifitas tinggi merupakan keuntungan dari
implant ?
8. Apakah implant harus dipasanng oleh petugas ?
9. Apakah gangguan haid merupakan salah satu dari efek
samping kontrasepsi implant ?
10. Apakah benar untuk mendapatkan alat kontrasepsi
implan harus melalui PLKB ?
11. Apakah perubahan berat badan (menjadi gemuk atau
kurus) merupakan salah satu efek samping dari
implant ?
12. Apakah implant dapat di pasang sendiri ?
13. Apakah implant merupakan alat kontrasepsi jangka
penjang?
14. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang KB?
15. Apakah ibu pernah mendengarkan informasi tentang
impalant ?
52. B. Pendapatan
II. Pilihlah dari dua jawaban berikut sesuai dengan keadaan ibu.!
1. Pendapatan keluarga sesuai UMR
a. UMR = ≥ 1.850.000
b. UMR = < 1.850.000