SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 19
Downloaden Sie, um offline zu lesen
i
SAMPAH METROPOLITAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
Nama : Vika Sarastya Prastiwi
NIM : 1311010057
Prodi : Ekonomi Pembangunan
Mata Kuliah : Perencanaan Regional
Tanggal Pengumpulan : 21 Januari 2017
Tanda tangan :
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................II
RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 1
B. STUDI LITERATUR........................................................................................................... 3
C. PEMBAHASAN.................................................................................................................. 6
D. REKOMENDASI KEBIJAKAN ....................................................................................... 11
E. KESIMPULAN.................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 15
LAMPIRAN.................................................................................................................................. 16
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sampah merupakan masalah lingkungan yang banyak dihadapi oleh kota-kota besar
seperti Jakarta. Jakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk terbesar di Indonesia.
Hal tersebut tentu tidak terlepas dari sampah yang dihasilkan oleh aktivitas masyarakatnya.
Volume sampah Jakarta hampir mencapai 6000 ton per hari. Namun belum ditangani
secara efektif, dimana sebesar 11% sampah belum terangkut akibat kekurangan armada truk
sampah, selain itu kesadaran masyarakat terhadap lingkungan masihlah rendah. Masalah
sampah di Jakarta saat ini belum ditangani dengan efektif oleh permerintah, masyarakat dan
pihak-pihak terkait.
Ketidakefektifan pengelolaan sampah Jakarta menyebabkan dampak terhadap
lingkungan maupun perekonomian. Secara ilmiah sampah dapat berkontribusi terhadap
pemanasan global. Sampah-sampah organik yang tidak diolah menghasilkan CH4 atau gas
metan. Gas metan merupakan salah satu gas rumah kaca yang memiliki potensi merusak 20-
30 kali lipat dibandingkan gas CO2. Dampak pemansan global telah dirasakan oleh Jakarta,
terjadinya banjir rob di Jakarta Utara yang disebabkan meluapnya permukaan air laut serta
menurunnya produktivitas perikanan tangkap di Pulau Seribu.
Penanganan sampah di Jakarta dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya
adalah pemanfaatan sampah sebagai energi alternatif. Cara tersebut dapat dilakukan dengan
sistem Zero to Landfill yang memerlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, yaitu
dengan membiasakan memilah sampah yang dihasilkan.
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan
penduduk telah menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Salah satu masalah
lingkungan adalah sampah, setiap kegiatan manusia selalu menghasilkan sampah. Sampah
menjadi salah satu masalah lingkungan yang banyak dihadapi oleh negara-negara
berkembang seperti Indonesia.
Permasalahan sampah khususnya di Indonesia harus mendapat perhatian lebih.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat yang berperilaku
buruk terhadap lingkungan. Permasalahannya adalah meskipun telah disediakan tempat
sampah, akan tetapi masyarakat tetap saja membuag sampah sembarangan. Pemandangan
ini kerap ditemui di wilayah perkotaan seperi Jakarta.
Volume sampah di Jakarta terus meningkat. Produksi sampah Jakarta pada tahun
2014 mencapai 6.000 ton per harinya (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015a).
Sampah-sampah tersebut berasal dari berbagai sumber baik dari sampah domestik atau
pemukiman, sampah pasar, industri, komersil, non komersil, sampah jalan dan sampah
saluran. Sumber sampah terbesar adalah sampah domestik atau pemukiman sebesar
4.951,98 m3
/ hari namun belum dikelola dengan baik oleh pemerintah maupun
masyarakat.
2
Kesadaran masyarakat akan sampah masih rendah. Hal tersebut terlihat dari
kebiasaan membuang sampah sembarangan. Lemahnya regulasi mengenai larangan
membuang sampah membuat masyarakat belum bisa meninggalkan kebiasaan lamanya.
Faktanya gunungan sampah banyak ditemui di kolong jembatan dan sungai-sungai.
Sebagian besar sampah-sampah tersebut adalah sampah yang berasal dari rumah tangga.
Pengelolaan sampah dalam rumah tangga idealnya harus dipilah terlebih dahulu
sebelum dibuang. Sampah yang mudah membusuk dan tidak membusuk harus
dipisahkan. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses pengelolaan sampah pada
tahap berikutnya. Namun kesadaran masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga
sangatlah rendah. Tercermin dari indikator perilaku perduli lingkungan hidup tahun
2014, 88,65% rumah tangga di Jakarta tidak memilah sampah (Badan Pusat Statistik
2014). Sampah yang tidak diolah dengan baik akan berdampak buruk terhadap
lingkungan.
Secara ilmiah sampah yang tidak diolah dapat berkontribusi terhadap pemanasan
global. Sampah-sampah yang tidak diolah akan menghasilkan gas CH4 atau gas metan.
Gas metan (CH4) merupakan salah satu gas yang digolongkan dalam gas rumah kaca. Gas
metan ini berpotensi merusak lapisan atsmofer 20-30 lipat lebih kuat dari karbondioksida
(CO2) (Sudarman 2010).
Kota metropolitan seperti Jakarta masih menyimpan masalah pengelolaan sampah.
Oleh karenanya laporan ini untuk melihat bagaimana peran serta masyatakat, pemerintah
dan institusi terkait mengenai masalah sampah di Jakarta? Dengan adanya regulasi
mengenai larangan membuang sampah sembaragan melalui Peraturan Daerah DKI
Jakarta Nomor 3 Tahun 2013. Apakah dengan regulasi tersebut dapat mengurangi
kebiasaan buruk masyarakat? Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah mengetahui
dampak ketidakefisienan pengelolaan sampah Jakarta terhadap lingkungan.
Struktur penulisan laporan ini pada bagian satu membahas mengenai latar belakang,
bagian dua membahas megenai studi literatur, bagian tiga pembahasan, bagian empat
rekomedasi kebijakan dan bagian lima adalah kesimpulan.
3
B. STUDI LITERATUR
1. Perubahan Iklim
Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam pola cuaca selama bertahun-
tahun. Perubahan dalam keadaan iklim yang dapat diidentifikasi dan yang
berlangsung selama jangka waktu yang panjang, biasanya dekade atau lebih. Hal ini
dapat disebabkan secara langsung atau tidak langsung dari kegiatan manusia yang
mengubah komposisi atmosfer global. (IPCC 2007)
2. Gas-Gas Rumah
Terdapat beberapa gas rumah kaca, seperti karbondioksida, metan, CFC dan
lain sebagainya. Gas-gas tersebut dihasilkan dari kegiatan-kegiatan manusia. Berikut
adalah pengertian gas-gas rumah kaca serta penyebabnya.
a. Metana ( CH4 )
Gas Metana merupakan salah satu gas rumah kaca utama yang memiliki GWP
(Global Warming Potential) sekitar 28 kali CO2. Gas ini banyak dihasilkan dari
dekomposisi bahan organik secara anaerobik, misalnya sawah, penimbunan
sampah organik dan kotoran mahluk hidup.
b. Karbondioksida (CO2 )
Karbondioksida merupaka salah satu gas rumah kaca utama dan dijadikan
referensi gas rumah kaca yang lain dalam menentukan Indek GWP, sehingga
GWP-nya = 1. Karbondioksida ini banyak dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar fosil, biomassa dan alih guna lahan.
c. Klorofluorokarbon ( CFC )
Klorofluorokarbon ( CFC ) adalah senyawa kimia yang dikembangkan sebagai
alternatif bahan kimia yang lebih berbahaya dalam berbagai aplikasi. CFC
memiliki GWP sekitar 6630 kali CO2. CFC ini dihasilkan dari pendingin ruangan
atau AC (Air Conditioner), kulkas dan aerosol pada penyemprot rambut,
pengharum, dan pembasmi serangga.
d. Dinitrogen oksida ( N2O )
Dinitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan
terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen
oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Gas
rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran
berflourinasi dihasilan dari peleburan aluminium.
4
e. Sulfur oksida (SO)
Sulfur oksida (SO) terutama disebabkan oleh dua komoponen gas yang tidak
berwarna, yaitu sulfur oksida (S02) dan sulfur trioksida (S03). Keduanya disebut
sebagai SOx. Sulfur oksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak
terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak
reaktif. Sebagian besar emisi Nox yang dihasilkan manusia berasal dari
pembakaran arang, minyak, gas alam, dan bensin.
f. Nitrogen oksida (NO)
Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer yang
terdiri atas gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen oksida (N02). Walaupun bentuk
nitrogen oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini paling banyak ditemui sebagai
polutan udara.
Dampak gas-gas rumah kaca terhadap pemanasan global sangat bervariasai,
jumlah konsentrasi yang sama setiap gas rumah kaca pun memberikan dampak
yang berbeda. Untuk mempermudah dan membandingkan dampak tiap-tiap gas
rumah kaca maka digunakan maka digunakan nilai metrix gas rumah kaca untuk
mengetahui potensi pemanasan global dan potensi kenaikan temperaturnya.
Tabel 2.1 Nilai Metrix Gas Rumah Kaca
Greenhouse
Gas
Global Warming Potential Global Temperature Potential
Cumulative
forcing over 20
years
Cumulative
forcing over 100
years
Temperature
change after 20
years
Temperature
change after
100 years
CO2 1 1 1 1
CH4 84 28 67 4
N2O 26 256 277 234
CF4 4880 6630 5270 8040
HFC-152a 506 138 174 19
Sumber : (IPCC 2015)
Catatan : Potensi Pemanasan Global (GWP) nilai-nilai telah diperbarui dalam laporan IPCC berturut-
turut; nilai-nilai AR5 GWP100 berbeda dari yang diadopsi pada Protokol Kyoto periode pertama yang
berasal dari Laporan Penilaian Kedua IPCC (SAR). Perhatikan bahwa untuk konsistensi, emisi CO2
ekuivalen diberikan di tempat lain. Untuk perbandingan emisi menggunakan nilai SAR dan AR5 GWP
untuk 100 tahun pada tahun 2010.
3. Pengertian Sampah (Republik Indonesia 2008)
UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa
kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat
berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang
dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
5
4. Fakta Sampah dalam Mendukung Pemanasan Global
Meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer yang disebabkan oleh
kegiatan manusia di berbagai sektor seperi energi, kehutanan, pertanian, peternakan
dan sampah. Manusia dalam setiap kegiatannya hampir selalu menghasilkan sampah.
Sampah memiliki pengaruh yang besar untuk emisi gas rumah kaca yaitu: gas
methane (CH4). Metan merupakan gas yang terbentuk dari proses dekomposisi
anaerob sampah organik. Sebagai salah satu penyumbang gas rumah kaca metan
memiliki efek 20 – 30 kali lipat bila dibandingkan dengan gas CO2. Sumbangan pada
sektor sampah terhadap pemanasan global terjadi pada TPA dengan sistem open
dumping .
Metan diemisikan dari TPA sebagai hasil dekomposisi anaerobik sampah
organik. Metan yang terbentuk berpindah secara datar dan tegak yang akhirnya ke
atmosfer. TPA adalah sumber metan antropogenik (anthropogenic = kegiatan
manusia) dan memberikan sumbangan secara global sebanyak 20 – 60 Tg (tetragram)
metan per tahun. Sampah organik yang terurai secara anerobik akan menghasilkan: 50
– 60% CH4; 35–45% CO2 dan 0–5% gas rumah kaca lainnya. Metan berada di
atmosfer dalam jangka waktu 7–10 tahun dan dapat meningkatkan suhu sekitar 1,30
C.
Total produksi tergantung kepada komposisi sampah yang secara teori bahwa
setiap kilogram sampah dapat memproduksi 0,5 m3
gas metan, sumbangannya
terhadap pemanasan global sebanyak 15%. Diperkirakan 1 ton sampah padat dapat
menghasilkan 50 kg gas methane. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat,
diperkirakan pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan per hari mencapai 500 kg atau
190.000 ton/tahun. (Sudarman 2010)
5. Fakta Dampak Pemanasan Global Terhadap Perekonomian
Pemanasan global secara tidak langsung akan berdampak terhadap
perekonomian. Penelitian (Perdana 2015) menunjukkan bahwa ada beberapa gejala
perubahan iklim yang mempengaruhi kegiatan produksi nelayan tangkap di pesisir
utara Kota Semarang antara lain adalah : curah hujan, kecepatan angin, dan
gelombang. Dampak dari perubahan iklim terhadap masyarakat nelayan tangkap di
pesisir utara Kota Semarang adalah perubahan volume hasil tangkapan setiap bulan
dan perubahan jumlah bulan melaut. Dampak kerugian ekonomi dari perubahan iklim
terhadap masyarakat nelayan tangkap di pesisir utara Kota Semarang adalah adanya
bulan tidak melaut bagi nelayan yang membuat nelayan tidak mempunyai
penghasilan.
6
C. PEMBAHASAN
Jakarta merupakan ibu kota negara Republik Indonesia. Ibu kota negara ini
merupakan salah satu kota metropolitan, kota pemerintahan dan perekonomian di
Indonesia. Jakarta menjadi kota dengan penduduk terpadat di Indonesia. Pada tahun 2015
jumlah penduduk DKI Jakarta sebesar 10.177,9 ribu jiwa, dengan kepadatan penduduk
15.367 jiwa/Km2
. Artinya setiap 1 Km2
atau 100 Ha dihuni oleh 15.367 jiwa, hal tersebut
tentunya tidak terlepas dari masalah sampah yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat.
1. Fakta Sampah Jakarta
Sampah di Jakarta secara umum terdiri dari sampah organik dan anorganik. Pada
tahun 2011 komposisi sampah Jakarta 53,75% terdiri dari sampah organik dan
45,26% sampah anorganik. Sampah kertas dan sampah plastik merupakan komposisi
sampah anorganik terbesar. Pada tahun 2011 sampah kertas Jakarta sebesar 14,92%
dan sampah plastik 14.02%. Presentase sampah kertas pada tahun 2011 mengalami
penurunan dibandingkan pada tahun 2005 dimana presentase sampah kertas sebesar
20,57%. Tahun 2011 sampah organik menurun meskipun tidak signifikan. Data tahun
2005 presentase sampah organik Jakarta sebesar 55,37%, menurun 1,6% pada tahun
2011 menjadi 53,75%.
Tabel 2.1
Data Komposisi Sampah Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2005 dan 2011 (Dalam Persen )
Komposisi 2005 2011
Organik 55,37 53,75
Anorganik 44,64 46,26
Kertas 20,57 14,92
Plastik 13,25 14,02
Kayu 0,07 0,87
Kain/tekstil 0,61 1,11
Karet/kulit/tiruan kulit 0,19 0,52
Logam/metal 1,06 1,82
Gelas/kaca 1,91 2,45
Sampah bongkaran 0,81 0,01
Sampah B3 1,52 0,56
Lain-lain 4,65 9,98
Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah
7
Produksi sampah Jakarta mencapai 5.824.05 Ton/hari. Secara kumulatif tahun
2014 produksi sampah Jakarta mencapai 2.096.658,25 (Lihat Tabel 2.2) yang
bersumber dari beberapa suku dinas di Jakarta serta sumber-sumber sampah lain
seperti sampah pasar, pesisir pantai dan lain-lain. Jakarta Barat merupakan wilayah
penghasil sampah terbesar bila dibandingkan dengan wilayah lainnya ( Lihat Tabel
2.3). Sebanyak 1.528,03 ton sampah diproduksi per harinya. Namun sampah tersebut
belum ditangani secara maksimal.
Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Jakarta belum ditangani secara
maksimal. Data Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2014 mencatat produksi
sampah sebesar 5.597,87 ton/hari dengan jumlah terangkut sebesar 4.986,31 ton
(Lihat Tabel 2.3). Artinya sebesar 11% sampah Jakarta belum terangkut atau belum
tertangani dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya armada pengangkut
sampah serta pengangkutan sampah yang belum dilakukan secara rutin.
Grafik 2.1
Presentase Sampah Terangkut dan Tidak Terangkut Perhari Tahun 2011
Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah
Armada pengangkut sampah Jakarta tahun 2011 sebanyak 848. Namun armada
pengangkut sampah tersebut belum beroperasi secara maksimal. Data Dinas
Kebersihan 2013 dari total 732 kendaraan truk pengangkut sampah, sekitar 506 truk
berusia 10-30 tahun. Kekurangan truk pengangkut merupakan imbas model
pengelolaan sampah beberapa tahun lalu.
Terangkut
89%
Sisa
Residual
11%
8
Tabel 2.4
Jumlah Armada Truk Pengangkut Sampah
Tahun 2011
Suku Dinas Jumlah Armada
Jakarta Selatan 138
Jakarta Timur 164
Jakarta Pusat 152
Jakarta Barat 177
Jakarta Utara 142
DKI Jakarta 75
Total 848
Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah
Kekurangan armada pengangkut sampah ini terjadi karena penanganan lebih
memberi porsi besar kepada swasta. Akibatnya pemerintah bergantung pada swasta.
Karena model pengelolaan sampah tersebut tidak mengupayakan peremajaan armada
truk yang dimiliki. Awal tahun 2014 Pemprov DKI Jakarta melakukan pemutusan
kontrak kerja dengan swasta, namun hal ini justru membuat semakin berkurangnya
armada pengangkut sampah.
Sejak masa kontrak swasta berakhir tahun 2014. Produksi sampah cenderung
meningkat namun armada pengangkut sampah justru berkurang karena truk-truk
swasta tidak beroperasi lagi. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan penambahan
armada pengangkut sampah. Tahun 2013 Pemprov DKI melakukan penambahan
sebesar 92 truk dan tahun 2014 melakukan pengadaan truk sampah sebanyak 149
truk. Selain masalah armada pengangkut sampah, masalah lain adalah kapasitas
tempat penampungan (depo) sampah.
Kapasitas tempat penampungan sementara sampah (TPS) di Jakarta terbatas.
Tahun 2013 total terdapat 7.707 Rukun Warga (RW), sedangkan jumlah TPS hanya
191. Akibatnya seringkali terjadi penumpukan sampah yang menggunung di TPS-
TPS tersebut dengan rata-rata 140 ton sampah per TPS. Selain itu, konsep
pembangunan TPS tersebut tidak sesuai standar karena tidak ada buffer zone,
pengolahan lindi/licid, serta tidak ada penyemprot bau. Saat ini Dinas Kebersihan
tengah mengupayakan menambah jumlah TPS. Namun, terkendala lahan yang akan
digunakan.
2. Peran Masyarakat dan Pihak Terkait dalam Pengelolaan Sampah Jakarta
Permasalahan sampah Jakarta perlu mendapat perhatian dari beberapa pihak.
Saat ini permasalahan sampah masih dibebankan kepada pemerintah. Sampah yang
dihasilkan oleh rumah tangga sebagian besar belum bisa terangkut sepenuhnya oleh
9
petugas kebersihan. Untuk itu diperlukan peran serta dari masyarakat dalam
mengatasi masalah sampah dengan berperilaku pro lingkungan.
Peran serta masyarakat dalam mengurangi sampah yang dihasilkan dapat
dilakukan dengan memilahnya terlebih dahulu. Pengelolaan sampah dalam rumah
tangga idealnya harus dipilah terlebih dahulu sebelum dibuang. Hal tersebut
dilakukan untuk memudahkan proses pengelolaan sampah pada tahap berikutnya.
Namun kesadaran masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga sangatlah
rendah. Tercermin dari indikator perilaku perduli lingkungan hidup tahun 2014,
88,65% rumah tangga di Jakarta tidak memilah sampah rumah tangganya (Badan
Pusat Statistik 2014). Sedangkan 3,39% rumah tangga memilah sampahnya lalu
dimanfaatkan dan sisanya 7,95% rumah tangga memilah sampahnya lalu di buang
(Lihat Grafik 2.2). Tingginya presentase rumah tangga yang tidak memilah sampah
ini memiliki beberapa alasan.
Terdapat beberapa alasan masyarakat tidak memilah sampah rumah tangganya.
Alasan utama adalah malas, tidak tahu, tidak ada gunanya, tidak ada fasilitas dan
tidak ada peraturan. Berdasarkan data indikator perilaku perduli lingkungan hidup
tahun 2014, 51,95 % masyarakat Jakarta tidak memilah sampah rumah tangganya
karena malas atau tidak ada waktu (Badan Pusat Statistik 2014). Keadaan ini
mendorong masyarakat untuk langsung membuang sampahnya, bahkan banyak
masyarakat yang membuang sampah sembarangan.
3. Regulasi Pengelolaan Sampah Jakarta terhadap Perilaku Masyarakat
Kesadaran masyarakat Jakarta terhadap permasalahan sampah masih rendah.
Meskipun telah disediakan tempat sampah namun sebagian besar masyarakat malas
membuang sampah pada tempatnya. Akibatnya masyarakat masih membuang
sampahnya secara sembarangan. Regulasi yang berkaitan dengan masalah sampah di
Jakarta cukup banyak. Namun aturan yang ada tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
Regulasi larangan membuang sampah sembarangan diterbitkan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta melalui Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013.
Namun regulasi tersebut tidak mengubah kebiasaan buruk masyarakat. Perda tersebut
menyebutkan bahwa setiap orang dengan sengaja atau terbukti membuang sampah di
sungai, taman atau tempat umum dikenakan denda Rp 500.000,00 (Lima ratus ribu
rupiah). Namun hal tersebut masih dilanggar oleh masyarakat, buktinya sampah-
sampah masih saja tertumpuk di kolong jembatan, selokan bahkan sungai-sungai.
10
Akibatnya terjadi banjir disetiap musim hujan tiba. Selain itu sampah-sampah yang
tertumpuk menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal tersebut di sebabkan karena masih
rendahnya kesadaran masyarakat serta belum ada pengawasan yang dilakukan oleh
dinas terkait.
4. Dampak Ketidakefektifan Pengelolaan Sampah Jakarta terhadap Lingkungan
Saat ini pengelolaan sampah Jakarta dipusatkan di Tempat Pembuangan Sampah
Terpadu (TPST) Bantargebang. TPST Bantargebang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat
dengan luas 110,3 Ha. Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang
menampung sampah yang berasal dari DKI Jakarta (lima zona pembuangan) dan
sampah yang berasal dari Kota Bekasi (satu zona pembuangan). Sampah yang masuk
ke TPST Bantargebang, belum dikelola secara efektif.
Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Kebersihan belum efektif dalam
melakukan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST)
Bantargebang. Teknologi pengelolaan sampah modern, ramah lingkungan dan
peralatan yang ada saat ini masih jauh dari harapan ideal. Minimnya alat berat
membuat pengelolaan sampah menjadi terhambat. Jumlah armada pengangkut
sampah Jakarta yang masuk ke TPST Bantargebang mencapai ratusan jumlahnya,
namun tidak seimbang dengan jumlah alat berat yang hanya 20 unit. Sampah yang
berasal dari Jakarta yang masuk ke TPST Bantargebang mencapai 6.500 ton (Tahun
2016). Selain penumpukan sampah di TPST Bantargebang, penumpukan sampah juga
terjadi di TPS-TPS lain di Jakarta.
Penumpukan sampah yang terjadi di TPST Bantargebang dan TPS-TPS lain di
Jakarta menyebabkan sampah organik yang tertimbun mengalami dekomposisi secara
anaerobik, proses itu menghasilkan gas methana (CH4). Gas methana (CH4) yang
dihasilkan pada timbunan sampah telah menyumbang 20-30 kali lebih besar daripada
karbon dioksida (CO2) yang merupakan pembentuk emisi gas rumah kaca.
Sampah menghasilkan gas metana (CH4) dengan komposisi rata-rata tiap 1 ton
sampah padat menghasilkan 50 kg gas metan. Artinya jika Jakarta menghasilkan
sampah 6.000 ton per hari dengan komposisi sampah organik sebesar 53%, maka
dari sektor sampah dapat menghasilkan gas metan sebesar 159 ton per hari atau
Jakarta menghasilkan gas metan 58.035 ton per tahun (Tabel 2.5). Gas metan akan
berada di atmosfer dalam jangka waktu sekitar 7-10 tahun dan dapat meningkatkan
suhu sekitar 1,3° Celsius per tahun. Salah satu dampak pemanasan global adalah
berdampak terhadap kenaikan permukaan air laut.
11
Tabel 2.5
Perhitungan Gas Metan dari Sampah Jakarta
Produksi sampah organik per hari Gas metan yang dihasilkan
6.000 ton
53 % x 6.000 = 3.180 ton
3.180 ton x 50 kg = 159 ton / hari
atau 159 x 365 hari = 58.035 ton / tahun
Kenaikan permukaan air laut telah dirasakan di Jakarta. Jakarta Utara berada di
kawasan yang lebih rendah dibandingkan permukaan air laut. Akibatnya ketika
musim hujan air laut semakin tinggi dan menyebabkan terjadinya banjir rob (tidal
flood). Selain bencana banjir pemanasan global secara tidak langsung berdampak
terhadap perekonomian.
Secara tidak langsung pemanasan global berdampak kepada perekonomian .
Dampak pemanasan global salah satunya adalah naiknya suhu air laut. Kenaikan suhu
air laut mengakibatkan rusaknya terumbu karang . Hal tersebut berdampak pada
masyarakat pesisir. Dampak lainnya yaitu meningkatnya suhu permukaan air laut,
yang akan berpengaruh terhadap produktivitas perikanan.
Tabel 2.6
Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya
Tahun 2012-2014
Tahun
Perikanan
Tangkap
Perikanan Budidaya
Total
Laut Tambak Kolam
2012 1.786 774 - - 2.560
2013 1.555 822 - - 2.377
2014 - - - - -
Sumber : (Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu 2015)
Produksi perikanan di Kepulauan Seribu cenderung menurun. Produksi ikan
tangkap Kepulauan Seribu 2013 menurun 7,15% dari produksi ikan tahun
sebelumnya. Produksi ikan pada 2012 sebesar 2.560 ton menurun menjadi 2.377 ton
pada tahun 2013. Penurunan terjadi pada produksi ikan tangkap sebesar 12,9%.
D. REKOMENDASI KEBIJAKAN
1. Penambahan Lokasi TPA dengan Sistem Sanitary Landfill
Saat ini pembuangan akhir sampah Jakarta dipusatkan di TPST Bantar Gebang
yang berada di Bekasi, Jawa Barat. TPST Bantar Gebang ini sudah beroperasi dengan
sistem sanitary landfill. Timbunan sampah di TPST Bantar Gebang ditutup dan
dipasang pipa di atasnya. Tujuannya adalah untuk menangkap gas metan yang
12
dihasilkan oleh sampah. Proses degradasi anaerob (tanpa oksigen) akan menghasilkan
gas metan. Gas metan ini kemudian dialirkan ke mesin untuk perolehan listrik. Saat
ini TPST Bantar Gebang telah menghasilkan listrik 1220 - 2000 kW. Di Indonesia
hanya terdapat dua lokasi yang memiliki alat ini yaitu di TPST Bantar Gebang dan di
Bali.
2. Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga Sebagai Energi Mandiri.
Sampah-sampah organik dapat digunakan sebagai energi alternatif yaitu biogas.
Sampah organik dapat menghasilkan gas yang mudah terbakar. Pembuatan biogas
dari sampah orgnaik rumah tangga ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi
ketergantungan pada bahan bakar yang disediakan oleh pemerintah. Biogas timbul
dari hasil proses fermentasi sampah organik rumah tangga oleh bakteri anaerob yang
hidup tanpa udara. Biogas antara lain terdiri dari: Metana sebesar 60%,
karbondioksida 38%, dan 2% O2, H2, N2 dan H2S. Biogas ini dapat terbakar seperti
gas elpiji, bahkan dalam skala besar bisa digunakan sebagai pembangkit tenaga
listrik.
3. Pengolahan Sampah dengan Sistem Zero to Landfill
Konsep zero to landfill diterapkan di Kota Devon, Inggris. Pengelolaan
sampah dengan konsep ini mewajibkan setiap warga membuang sampah sesuai
dengan klasifikasinya. Pengelolaan sampah dibedakan menjadi dua kategori utama
yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik dikirim ke insenerator untuk
dibakar. Pembakaran ini menghasilkan sumber energi panas untuk pemenuhan
kebutuhan sumber daya lainnya. Sampah anorganik dikirim ke landfill untuk didaur
ulang. Konsep zero to landfill ini membuat sampah yang sampai ke landfill adalah
sampah yang siap didaur ulang. Warga Inggris juga dilarang menimbun sampah di
tanah, membakar sampah di kebun dan membuang sampah di sungai. Konsep ini
terbukti efektif untuk mengurangi pencemaran udara dan zat berbahaya akibat
penimbunan sampah organik yang membusuk. Pemerintah Inggris mengelontorkan
dana tinggi untuk membangun pusat pengelolaan sampah bukan penganggkutannya.
Dengan konsep zero to landfill membuat tidak banyak sampah yang harus diangkut,
hanya sampah yang siap didaur ulang.
13
4. Gerakan Pilah Sampah
Perilaku memilah sampah perlu diterapkan di Jakarta. Karena hal tersebut akan
memudahkan proses sampah pada tahap berikutnya. Di Jepang perilaku memilah
sampah telah berhasil diterapkan. Perilaku ini tidak muncul dalam waktu yang
singkat.
Keperdulian masyarakat Jepang terhadap lingkungan yang telah menjadi gaya
hidup, tidak muncul dalam waktu yang singkat. Perilaku perduli lingkungan
diterapkan di Jepang akibat tragedi minamata yang terjadi pada tahun 1956 yang
terjadi akibat tingginya konsumsi merkuri dari limbah merkuri. Sejak tragedi tersebut
kampanye besar-besaran untuk menanamkan cinta lingkungan digalakan. Misi
kampanye ini mengajak masyarakat untuk tidak membuang sesuatu yang masih dapat
digunakan sehingga meminimalisir sampah. Di Kamiktsu sampah dipilah hingga 34
jenis agar mudah didaur ulang sehingga tidak ada sisa yang terbuang. Selain itu di
Jepang terdapat jadwal yang mengatur jenis sampah apa yang dapat dibuang. Petugas
akan mengambil sampah setiap hari sesuai dengan jadwal dan jenis sampahnya. Jika
sampah yang dibuang tidak sesuai dengan peraturan maka sampah tidak akan
diangkut. Sampah mungkin dianggap racun bagi lingkungan, tetapi apabila sampah
dapat difungsikan kembali dengan cara pengolahan kembali tentunya akan
menguntungkan bagi kehidupan seperti apa yang dilakukan oleh pabrik pembakar
sampah di Maishima.
E. KESIMPULAN
Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia. Sebagai kota dengan jumlah
kepadatan penduduk terbesar di Indonesia. Kota Jakarta tidak terlepas dari masalah
sampah yang dihasilkan oleh masyarakatnya setiap hari.
Sampah merupakan salah satu masalah yang belum terurai di Jakarta. Produksi
sampah Jakarta hampir mencapai 6000 ton/hari. Setiap harinya terdapat 11 % sampah
yang belum terangkut akibat kekurangan armada pengangkut sampah, selain itu perilaku
masyarakat Jakarta terhadap lingkungan sangatlah rendah. Meskipun telah disediakan
tempat sampah dan regulasi larangan membuang sampah sembarangan, namun
masyarakat belum meninggalkan kebiasaan buruknya, hal in terjadi akibat tidak ada
pengawasan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait.
Banyaknya tumpukan sampah yang belum tertangani menyebabkan masalah yang
berdampak buruk terhadap lingkungan maupun perekonomian. Dampak yang telah
14
dirasakan oleh Jakarta adalah peningkatan suhu air laut yang menyebabkan banjir rob dan
penurunan produktivitas perikanan. Penanganan sampah saat ini masih dibebankan
kepada pemerintah.
Penanganan sampah di Jakarta seharusnya menjadi tanggungjawab semua pihak.
Salah satu pengelolaan sampah yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan sampah
menjadi energi alternatif, dengan salah satu cara yang dapat diterapkan yaitu sitem Zero
to Landfill. Pengolahan sampah ini memisahkan antara sampah organik dan anorganik.
Sampah organik akan diproses di insenerator yang selanjutnya akan menghasilkan energi
alternatif, sedangkan sampah anorganik akan didaur ulang. Hal tersebut memerlukan
sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Peran masyarakat sangat dibutuhkan yaitu
untuk memilah sampah yang telah dihasilkan untuk memudahkan proses selanjutnya.
Menumbuhkan kesadaran cinta lingkungan serta memupuk rasa malu membuang sampah
sembarangan. Sehingga sampah bukan lagi menjadi masalah namun dapat memberikan
nilai ekonomis bagi kehidupan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2014. Indikator Perilaku Lingkungan Hidup 2014, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu, 2015. Kepulauan Seribu Dalam Angka 2015,
Kepulauan Seribu.
Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, 2015a. Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Jumlah
Tonase Sampah Tahun 2014. Available at: http://data.jakarta.go.id [Accessed October
15, 2016].
Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, 2015b. Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Komposisi
Sampah Tahun 2005 dan 2011. Available at: http://data.jakarta.go.id [Accessed October
15, 2016].
IPCC, 2007. Intergovernmental Panel on Climate Change. Climate Change 2007 : Synthesis
Report. Available at: https://www.ipcc.ch [Accessed October 21, 2016].
IPCC, 2015. Intergovernmental Panel on Climate Change. Climate Change 2014 Synthesis
Report. Available at: https://www.ipcc.ch [Accessed October 22, 2016].
Perdana, T.A., 2015. Dampak Pemanasan Global Terhadap Nelayan Tangkap ( Studi Empiris
di Pesisir Utara Kota Semarang ). Universitas Diponegoro.
Republik Indonesia, 2008. Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
Jakarta.
Sudarman, 2010. Meminimalkan Daya Dukung Sampah Terhadap Pemanasan Global.
Profesional, 8(1), pp.51–59.
16
LAMPIRAN
Tabel 2.2
Jumlah Tonase Sampah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
Sumber Sampah Tonase Sampah
Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat 93.184,48
Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara 87.680,74
Suku Dinas Kebersihan Jakarta Barat 76.131,83
Suku Dinas Kebersihan Jakarta Selatan 149.768,42
Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur 186.537,92
Swakelola Dinas Kebersihan 641.999,10
SPA Sunter 121.814,22
Bidang P & PK 11.134,02
UPK Badan Air, Taman & Jalur Hijau 65.103,52
UPK Pantai & Pesisir 1.626,50
Kendaraan Bantuan 5 Wilayah Jakarta 90.070,32
Swasta Umum 38.044,00
Asosiasi Jakarta Bersih 29.123,10
Sampah Pasar 22.235,60
Kendaraan Sewa Sarana Wilayah 482.204,48
TOTAL 2.096.658,25
Produksi Perhari 5.824,05
Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah
Tabel 2.3
Jumlah Produksi Sampah dan yang Terangkut Perhari
Menurut Kota administrasi Tahun 2011 (Ton)
Nama Kota Produksi Terangkut Sisa Residual
Jakarta Selatan 742,81 739,95 2,86
Jakarta Timur 1.487,23 1097,4 389,83
Jakarta Pusat 780,53 774,4 6,13
Jakarta Barat 1.503,94 1.363,14 140,8
Jakarta Utara 996,65 994,75 1,9
Pesisir Pantai dan Pantai 86,71 16,67 70,4
Jumlah 5.597,87 4.986,31 611,92
Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah
17
Grafik 2.2
Persentase Rumah Tangga dengan Perilaku Pemilahan Sampah Mudah Membusuk dan
Tidak Mudah Membusuk Menurut Provinsi
Sumber : (Badan Pusat Statistik 2014)
20,37
16,15
15,17
11,78
11,28
10,95
9,63
8,39
7,66
7,61
7,59
7,3
6,88
6,83
5,84
5,63
5,62
5,59
5,26
4,92
4,8
4,68
4,2
4,02
3,96
3,88
3,48
3,39
3,28
3,26
3,08
2,73
1,84
8,75
7,45
11,45
10,49
20,1
11,36
11,09
7,68
7,1
7,36
4,1
16,53
9,93
8,43
11,27
10,2
16,62
13,94
9,44
14,86
20,98
8,25
23,81
10,46
9,56
12,71
11,89
10,9
7,95
7,48
7,88
9,22
11,49
6,34
10,09
72,18
72,4
74,33
68,11
77,36
77,96
82,69
84,51
84,98
88,29
75,87
82,77
84,69
81,9
83,96
77,75
80,43
84,98
79,88
74,1
86,95
71,51
85,34
86,42
83,33
84,23
85,62
88,65
89,24
88,85
87,7
85,78
91,82
81,16
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Nusa Tenggara Timur
DI Yogyakarta
Bali
Sulawesi Selatan
Jawa Barat
Jawa Tengah
Banten
Jawa Timur
Sumatera Utara
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Tengah
Aceh
Lampung
Papua
Riau
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
Sulawesi Tengah
Papua Barat
Sumatera Barat
Sulawesi Utara
Maluku
Kepulauan Bangka Belitung
Kalimantan Selatan
Kepulauan Riau
Gorontalo
DKI Jakarta
Bengkulu
Jambi
Sumatera Selatan
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Indonesia
Dipilah dimanfaatkan Dipilah kemudian dibuang Tidak Dipilah

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Identifikasi polutan padat
Identifikasi polutan padatIdentifikasi polutan padat
Identifikasi polutan padat
Agus Aktawan
 
Bab V. Masalah Lingkungan (B)
Bab V. Masalah Lingkungan (B)Bab V. Masalah Lingkungan (B)
Bab V. Masalah Lingkungan (B)
Universitas PGRI
 
Pipib untuk-emisi-karbon
Pipib untuk-emisi-karbonPipib untuk-emisi-karbon
Pipib untuk-emisi-karbon
Daud Sutrisno
 
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industriMakalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
Agus Adipura
 

Was ist angesagt? (20)

Makalah hukum lingkungan
Makalah hukum lingkunganMakalah hukum lingkungan
Makalah hukum lingkungan
 
Teknis konstruksi sistem pengelolaan persampahan
Teknis konstruksi sistem pengelolaan persampahanTeknis konstruksi sistem pengelolaan persampahan
Teknis konstruksi sistem pengelolaan persampahan
 
Cara menjaga lingkungan hidup
Cara menjaga lingkungan hidupCara menjaga lingkungan hidup
Cara menjaga lingkungan hidup
 
Identifikasi polutan padat
Identifikasi polutan padatIdentifikasi polutan padat
Identifikasi polutan padat
 
Makalah pencemaran lingkungan
Makalah pencemaran lingkunganMakalah pencemaran lingkungan
Makalah pencemaran lingkungan
 
Bab V. Masalah Lingkungan (B)
Bab V. Masalah Lingkungan (B)Bab V. Masalah Lingkungan (B)
Bab V. Masalah Lingkungan (B)
 
Dampak lumpur lapindo terhadap kegiatan sosial ekonomi
Dampak lumpur lapindo terhadap kegiatan sosial ekonomiDampak lumpur lapindo terhadap kegiatan sosial ekonomi
Dampak lumpur lapindo terhadap kegiatan sosial ekonomi
 
Makalah pencemaran lingkungan
Makalah pencemaran lingkunganMakalah pencemaran lingkungan
Makalah pencemaran lingkungan
 
Presentasi Makalah Pencemaran Lingkungan
Presentasi Makalah Pencemaran LingkunganPresentasi Makalah Pencemaran Lingkungan
Presentasi Makalah Pencemaran Lingkungan
 
Permen lh
Permen lhPermen lh
Permen lh
 
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2
 
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-SampahUndang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
 
PERAN HUTAN INDONESIA DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL DAN GLOBAL
PERAN HUTAN INDONESIA DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL DAN GLOBALPERAN HUTAN INDONESIA DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL DAN GLOBAL
PERAN HUTAN INDONESIA DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL DAN GLOBAL
 
Presentasi CDM_Ilmu Lingkungan_DEC 2017
Presentasi CDM_Ilmu Lingkungan_DEC 2017Presentasi CDM_Ilmu Lingkungan_DEC 2017
Presentasi CDM_Ilmu Lingkungan_DEC 2017
 
Pencemaran ~ kerusakan lingkungan
Pencemaran ~ kerusakan lingkunganPencemaran ~ kerusakan lingkungan
Pencemaran ~ kerusakan lingkungan
 
Materi fisika bab 9 klas xi
Materi fisika  bab 9 klas xiMateri fisika  bab 9 klas xi
Materi fisika bab 9 klas xi
 
Pipib untuk-emisi-karbon
Pipib untuk-emisi-karbonPipib untuk-emisi-karbon
Pipib untuk-emisi-karbon
 
14. analisa dampak lingkungan proyek
14. analisa dampak lingkungan proyek14. analisa dampak lingkungan proyek
14. analisa dampak lingkungan proyek
 
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industriMakalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
 
Mengurangi Daya Dukung Sampah Penghasil Gas Metana Terhadap Pemanasan Global
Mengurangi Daya Dukung Sampah Penghasil Gas Metana Terhadap Pemanasan GlobalMengurangi Daya Dukung Sampah Penghasil Gas Metana Terhadap Pemanasan Global
Mengurangi Daya Dukung Sampah Penghasil Gas Metana Terhadap Pemanasan Global
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (6)

Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesiaStatus lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
 
2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitas
2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitas2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitas
2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitas
 
Studio 2 (Studio Perencanaan)
Studio 2 (Studio Perencanaan)Studio 2 (Studio Perencanaan)
Studio 2 (Studio Perencanaan)
 
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
 
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2
 
LinkedIn Publisher Offerings - InShare / LinkedIn Today - Jan 2013
LinkedIn Publisher Offerings - InShare / LinkedIn Today - Jan 2013LinkedIn Publisher Offerings - InShare / LinkedIn Today - Jan 2013
LinkedIn Publisher Offerings - InShare / LinkedIn Today - Jan 2013
 

Ähnlich wie Sampah metropolitan terhadap perubahan iklim

Makalah tentang limbah pabrik
Makalah tentang limbah pabrikMakalah tentang limbah pabrik
Makalah tentang limbah pabrik
ayu larissa
 
Buku Putih Redd Draf I 10 Jun 08
Buku Putih Redd Draf I 10 Jun 08Buku Putih Redd Draf I 10 Jun 08
Buku Putih Redd Draf I 10 Jun 08
People Power
 
Pencemaran alam internet
Pencemaran alam internetPencemaran alam internet
Pencemaran alam internet
sakura rena
 
Peran serta masyarakat dalam penanganan
Peran serta masyarakat dalam penangananPeran serta masyarakat dalam penanganan
Peran serta masyarakat dalam penanganan
muhsyahdam
 

Ähnlich wie Sampah metropolitan terhadap perubahan iklim (20)

Makalah tentang limbah pabrik
Makalah tentang limbah pabrikMakalah tentang limbah pabrik
Makalah tentang limbah pabrik
 
E folio Pembangunan Alam Sekitar (kumpulan 7)
E folio Pembangunan Alam Sekitar (kumpulan 7)E folio Pembangunan Alam Sekitar (kumpulan 7)
E folio Pembangunan Alam Sekitar (kumpulan 7)
 
Makalah_59 Makalah i toksikologi pertanian
Makalah_59 Makalah i toksikologi pertanian Makalah_59 Makalah i toksikologi pertanian
Makalah_59 Makalah i toksikologi pertanian
 
Contoh pkm gt_2015
Contoh pkm gt_2015Contoh pkm gt_2015
Contoh pkm gt_2015
 
Materi fisika bab 9 klas xi
Materi fisika  bab 9 klas xiMateri fisika  bab 9 klas xi
Materi fisika bab 9 klas xi
 
Pemanasan Global rpp
Pemanasan Global rppPemanasan Global rpp
Pemanasan Global rpp
 
tugas bilogi ICT lindawati
tugas bilogi ICT lindawatitugas bilogi ICT lindawati
tugas bilogi ICT lindawati
 
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptxPPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
 
Makalah emisi gas buang
Makalah emisi gas buangMakalah emisi gas buang
Makalah emisi gas buang
 
Knalpot Plasma
Knalpot PlasmaKnalpot Plasma
Knalpot Plasma
 
PENGANTAR PENGETAHUAN LINGKUNGAN
PENGANTAR PENGETAHUAN LINGKUNGANPENGANTAR PENGETAHUAN LINGKUNGAN
PENGANTAR PENGETAHUAN LINGKUNGAN
 
Sutami Suparmin Paper Mawapres Teknik Unhas 2018
Sutami Suparmin Paper Mawapres Teknik Unhas 2018Sutami Suparmin Paper Mawapres Teknik Unhas 2018
Sutami Suparmin Paper Mawapres Teknik Unhas 2018
 
Buku Putih Redd Draf I 10 Jun 08
Buku Putih Redd Draf I 10 Jun 08Buku Putih Redd Draf I 10 Jun 08
Buku Putih Redd Draf I 10 Jun 08
 
KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAMKESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
 
Limbah
LimbahLimbah
Limbah
 
Pencemaran alam internet
Pencemaran alam internetPencemaran alam internet
Pencemaran alam internet
 
Peran serta masyarakat dalam penanganan
Peran serta masyarakat dalam penangananPeran serta masyarakat dalam penanganan
Peran serta masyarakat dalam penanganan
 
Buku carbon isi
Buku carbon isiBuku carbon isi
Buku carbon isi
 
asas-asas pengetahuan lingkungan
asas-asas pengetahuan lingkunganasas-asas pengetahuan lingkungan
asas-asas pengetahuan lingkungan
 
143740305 kesehatan-lingkungan
143740305 kesehatan-lingkungan143740305 kesehatan-lingkungan
143740305 kesehatan-lingkungan
 

Sampah metropolitan terhadap perubahan iklim

  • 1. i SAMPAH METROPOLITAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM Nama : Vika Sarastya Prastiwi NIM : 1311010057 Prodi : Ekonomi Pembangunan Mata Kuliah : Perencanaan Regional Tanggal Pengumpulan : 21 Januari 2017 Tanda tangan :
  • 2. ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI...................................................................................................................................II RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 1 B. STUDI LITERATUR........................................................................................................... 3 C. PEMBAHASAN.................................................................................................................. 6 D. REKOMENDASI KEBIJAKAN ....................................................................................... 11 E. KESIMPULAN.................................................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 15 LAMPIRAN.................................................................................................................................. 16
  • 3. 1 RINGKASAN EKSEKUTIF Sampah merupakan masalah lingkungan yang banyak dihadapi oleh kota-kota besar seperti Jakarta. Jakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk terbesar di Indonesia. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari sampah yang dihasilkan oleh aktivitas masyarakatnya. Volume sampah Jakarta hampir mencapai 6000 ton per hari. Namun belum ditangani secara efektif, dimana sebesar 11% sampah belum terangkut akibat kekurangan armada truk sampah, selain itu kesadaran masyarakat terhadap lingkungan masihlah rendah. Masalah sampah di Jakarta saat ini belum ditangani dengan efektif oleh permerintah, masyarakat dan pihak-pihak terkait. Ketidakefektifan pengelolaan sampah Jakarta menyebabkan dampak terhadap lingkungan maupun perekonomian. Secara ilmiah sampah dapat berkontribusi terhadap pemanasan global. Sampah-sampah organik yang tidak diolah menghasilkan CH4 atau gas metan. Gas metan merupakan salah satu gas rumah kaca yang memiliki potensi merusak 20- 30 kali lipat dibandingkan gas CO2. Dampak pemansan global telah dirasakan oleh Jakarta, terjadinya banjir rob di Jakarta Utara yang disebabkan meluapnya permukaan air laut serta menurunnya produktivitas perikanan tangkap di Pulau Seribu. Penanganan sampah di Jakarta dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah pemanfaatan sampah sebagai energi alternatif. Cara tersebut dapat dilakukan dengan sistem Zero to Landfill yang memerlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, yaitu dengan membiasakan memilah sampah yang dihasilkan. A. LATAR BELAKANG Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk telah menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Salah satu masalah lingkungan adalah sampah, setiap kegiatan manusia selalu menghasilkan sampah. Sampah menjadi salah satu masalah lingkungan yang banyak dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia. Permasalahan sampah khususnya di Indonesia harus mendapat perhatian lebih. Tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat yang berperilaku buruk terhadap lingkungan. Permasalahannya adalah meskipun telah disediakan tempat sampah, akan tetapi masyarakat tetap saja membuag sampah sembarangan. Pemandangan ini kerap ditemui di wilayah perkotaan seperi Jakarta. Volume sampah di Jakarta terus meningkat. Produksi sampah Jakarta pada tahun 2014 mencapai 6.000 ton per harinya (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015a). Sampah-sampah tersebut berasal dari berbagai sumber baik dari sampah domestik atau pemukiman, sampah pasar, industri, komersil, non komersil, sampah jalan dan sampah saluran. Sumber sampah terbesar adalah sampah domestik atau pemukiman sebesar 4.951,98 m3 / hari namun belum dikelola dengan baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
  • 4. 2 Kesadaran masyarakat akan sampah masih rendah. Hal tersebut terlihat dari kebiasaan membuang sampah sembarangan. Lemahnya regulasi mengenai larangan membuang sampah membuat masyarakat belum bisa meninggalkan kebiasaan lamanya. Faktanya gunungan sampah banyak ditemui di kolong jembatan dan sungai-sungai. Sebagian besar sampah-sampah tersebut adalah sampah yang berasal dari rumah tangga. Pengelolaan sampah dalam rumah tangga idealnya harus dipilah terlebih dahulu sebelum dibuang. Sampah yang mudah membusuk dan tidak membusuk harus dipisahkan. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses pengelolaan sampah pada tahap berikutnya. Namun kesadaran masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga sangatlah rendah. Tercermin dari indikator perilaku perduli lingkungan hidup tahun 2014, 88,65% rumah tangga di Jakarta tidak memilah sampah (Badan Pusat Statistik 2014). Sampah yang tidak diolah dengan baik akan berdampak buruk terhadap lingkungan. Secara ilmiah sampah yang tidak diolah dapat berkontribusi terhadap pemanasan global. Sampah-sampah yang tidak diolah akan menghasilkan gas CH4 atau gas metan. Gas metan (CH4) merupakan salah satu gas yang digolongkan dalam gas rumah kaca. Gas metan ini berpotensi merusak lapisan atsmofer 20-30 lipat lebih kuat dari karbondioksida (CO2) (Sudarman 2010). Kota metropolitan seperti Jakarta masih menyimpan masalah pengelolaan sampah. Oleh karenanya laporan ini untuk melihat bagaimana peran serta masyatakat, pemerintah dan institusi terkait mengenai masalah sampah di Jakarta? Dengan adanya regulasi mengenai larangan membuang sampah sembaragan melalui Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013. Apakah dengan regulasi tersebut dapat mengurangi kebiasaan buruk masyarakat? Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak ketidakefisienan pengelolaan sampah Jakarta terhadap lingkungan. Struktur penulisan laporan ini pada bagian satu membahas mengenai latar belakang, bagian dua membahas megenai studi literatur, bagian tiga pembahasan, bagian empat rekomedasi kebijakan dan bagian lima adalah kesimpulan.
  • 5. 3 B. STUDI LITERATUR 1. Perubahan Iklim Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam pola cuaca selama bertahun- tahun. Perubahan dalam keadaan iklim yang dapat diidentifikasi dan yang berlangsung selama jangka waktu yang panjang, biasanya dekade atau lebih. Hal ini dapat disebabkan secara langsung atau tidak langsung dari kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global. (IPCC 2007) 2. Gas-Gas Rumah Terdapat beberapa gas rumah kaca, seperti karbondioksida, metan, CFC dan lain sebagainya. Gas-gas tersebut dihasilkan dari kegiatan-kegiatan manusia. Berikut adalah pengertian gas-gas rumah kaca serta penyebabnya. a. Metana ( CH4 ) Gas Metana merupakan salah satu gas rumah kaca utama yang memiliki GWP (Global Warming Potential) sekitar 28 kali CO2. Gas ini banyak dihasilkan dari dekomposisi bahan organik secara anaerobik, misalnya sawah, penimbunan sampah organik dan kotoran mahluk hidup. b. Karbondioksida (CO2 ) Karbondioksida merupaka salah satu gas rumah kaca utama dan dijadikan referensi gas rumah kaca yang lain dalam menentukan Indek GWP, sehingga GWP-nya = 1. Karbondioksida ini banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, biomassa dan alih guna lahan. c. Klorofluorokarbon ( CFC ) Klorofluorokarbon ( CFC ) adalah senyawa kimia yang dikembangkan sebagai alternatif bahan kimia yang lebih berbahaya dalam berbagai aplikasi. CFC memiliki GWP sekitar 6630 kali CO2. CFC ini dihasilkan dari pendingin ruangan atau AC (Air Conditioner), kulkas dan aerosol pada penyemprot rambut, pengharum, dan pembasmi serangga. d. Dinitrogen oksida ( N2O ) Dinitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilan dari peleburan aluminium.
  • 6. 4 e. Sulfur oksida (SO) Sulfur oksida (SO) terutama disebabkan oleh dua komoponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur oksida (S02) dan sulfur trioksida (S03). Keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur oksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Sebagian besar emisi Nox yang dihasilkan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas alam, dan bensin. f. Nitrogen oksida (NO) Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer yang terdiri atas gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen oksida (N02). Walaupun bentuk nitrogen oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini paling banyak ditemui sebagai polutan udara. Dampak gas-gas rumah kaca terhadap pemanasan global sangat bervariasai, jumlah konsentrasi yang sama setiap gas rumah kaca pun memberikan dampak yang berbeda. Untuk mempermudah dan membandingkan dampak tiap-tiap gas rumah kaca maka digunakan maka digunakan nilai metrix gas rumah kaca untuk mengetahui potensi pemanasan global dan potensi kenaikan temperaturnya. Tabel 2.1 Nilai Metrix Gas Rumah Kaca Greenhouse Gas Global Warming Potential Global Temperature Potential Cumulative forcing over 20 years Cumulative forcing over 100 years Temperature change after 20 years Temperature change after 100 years CO2 1 1 1 1 CH4 84 28 67 4 N2O 26 256 277 234 CF4 4880 6630 5270 8040 HFC-152a 506 138 174 19 Sumber : (IPCC 2015) Catatan : Potensi Pemanasan Global (GWP) nilai-nilai telah diperbarui dalam laporan IPCC berturut- turut; nilai-nilai AR5 GWP100 berbeda dari yang diadopsi pada Protokol Kyoto periode pertama yang berasal dari Laporan Penilaian Kedua IPCC (SAR). Perhatikan bahwa untuk konsistensi, emisi CO2 ekuivalen diberikan di tempat lain. Untuk perbandingan emisi menggunakan nilai SAR dan AR5 GWP untuk 100 tahun pada tahun 2010. 3. Pengertian Sampah (Republik Indonesia 2008) UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
  • 7. 5 4. Fakta Sampah dalam Mendukung Pemanasan Global Meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer yang disebabkan oleh kegiatan manusia di berbagai sektor seperi energi, kehutanan, pertanian, peternakan dan sampah. Manusia dalam setiap kegiatannya hampir selalu menghasilkan sampah. Sampah memiliki pengaruh yang besar untuk emisi gas rumah kaca yaitu: gas methane (CH4). Metan merupakan gas yang terbentuk dari proses dekomposisi anaerob sampah organik. Sebagai salah satu penyumbang gas rumah kaca metan memiliki efek 20 – 30 kali lipat bila dibandingkan dengan gas CO2. Sumbangan pada sektor sampah terhadap pemanasan global terjadi pada TPA dengan sistem open dumping . Metan diemisikan dari TPA sebagai hasil dekomposisi anaerobik sampah organik. Metan yang terbentuk berpindah secara datar dan tegak yang akhirnya ke atmosfer. TPA adalah sumber metan antropogenik (anthropogenic = kegiatan manusia) dan memberikan sumbangan secara global sebanyak 20 – 60 Tg (tetragram) metan per tahun. Sampah organik yang terurai secara anerobik akan menghasilkan: 50 – 60% CH4; 35–45% CO2 dan 0–5% gas rumah kaca lainnya. Metan berada di atmosfer dalam jangka waktu 7–10 tahun dan dapat meningkatkan suhu sekitar 1,30 C. Total produksi tergantung kepada komposisi sampah yang secara teori bahwa setiap kilogram sampah dapat memproduksi 0,5 m3 gas metan, sumbangannya terhadap pemanasan global sebanyak 15%. Diperkirakan 1 ton sampah padat dapat menghasilkan 50 kg gas methane. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, diperkirakan pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan per hari mencapai 500 kg atau 190.000 ton/tahun. (Sudarman 2010) 5. Fakta Dampak Pemanasan Global Terhadap Perekonomian Pemanasan global secara tidak langsung akan berdampak terhadap perekonomian. Penelitian (Perdana 2015) menunjukkan bahwa ada beberapa gejala perubahan iklim yang mempengaruhi kegiatan produksi nelayan tangkap di pesisir utara Kota Semarang antara lain adalah : curah hujan, kecepatan angin, dan gelombang. Dampak dari perubahan iklim terhadap masyarakat nelayan tangkap di pesisir utara Kota Semarang adalah perubahan volume hasil tangkapan setiap bulan dan perubahan jumlah bulan melaut. Dampak kerugian ekonomi dari perubahan iklim terhadap masyarakat nelayan tangkap di pesisir utara Kota Semarang adalah adanya bulan tidak melaut bagi nelayan yang membuat nelayan tidak mempunyai penghasilan.
  • 8. 6 C. PEMBAHASAN Jakarta merupakan ibu kota negara Republik Indonesia. Ibu kota negara ini merupakan salah satu kota metropolitan, kota pemerintahan dan perekonomian di Indonesia. Jakarta menjadi kota dengan penduduk terpadat di Indonesia. Pada tahun 2015 jumlah penduduk DKI Jakarta sebesar 10.177,9 ribu jiwa, dengan kepadatan penduduk 15.367 jiwa/Km2 . Artinya setiap 1 Km2 atau 100 Ha dihuni oleh 15.367 jiwa, hal tersebut tentunya tidak terlepas dari masalah sampah yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat. 1. Fakta Sampah Jakarta Sampah di Jakarta secara umum terdiri dari sampah organik dan anorganik. Pada tahun 2011 komposisi sampah Jakarta 53,75% terdiri dari sampah organik dan 45,26% sampah anorganik. Sampah kertas dan sampah plastik merupakan komposisi sampah anorganik terbesar. Pada tahun 2011 sampah kertas Jakarta sebesar 14,92% dan sampah plastik 14.02%. Presentase sampah kertas pada tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2005 dimana presentase sampah kertas sebesar 20,57%. Tahun 2011 sampah organik menurun meskipun tidak signifikan. Data tahun 2005 presentase sampah organik Jakarta sebesar 55,37%, menurun 1,6% pada tahun 2011 menjadi 53,75%. Tabel 2.1 Data Komposisi Sampah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005 dan 2011 (Dalam Persen ) Komposisi 2005 2011 Organik 55,37 53,75 Anorganik 44,64 46,26 Kertas 20,57 14,92 Plastik 13,25 14,02 Kayu 0,07 0,87 Kain/tekstil 0,61 1,11 Karet/kulit/tiruan kulit 0,19 0,52 Logam/metal 1,06 1,82 Gelas/kaca 1,91 2,45 Sampah bongkaran 0,81 0,01 Sampah B3 1,52 0,56 Lain-lain 4,65 9,98 Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah
  • 9. 7 Produksi sampah Jakarta mencapai 5.824.05 Ton/hari. Secara kumulatif tahun 2014 produksi sampah Jakarta mencapai 2.096.658,25 (Lihat Tabel 2.2) yang bersumber dari beberapa suku dinas di Jakarta serta sumber-sumber sampah lain seperti sampah pasar, pesisir pantai dan lain-lain. Jakarta Barat merupakan wilayah penghasil sampah terbesar bila dibandingkan dengan wilayah lainnya ( Lihat Tabel 2.3). Sebanyak 1.528,03 ton sampah diproduksi per harinya. Namun sampah tersebut belum ditangani secara maksimal. Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Jakarta belum ditangani secara maksimal. Data Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2014 mencatat produksi sampah sebesar 5.597,87 ton/hari dengan jumlah terangkut sebesar 4.986,31 ton (Lihat Tabel 2.3). Artinya sebesar 11% sampah Jakarta belum terangkut atau belum tertangani dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya armada pengangkut sampah serta pengangkutan sampah yang belum dilakukan secara rutin. Grafik 2.1 Presentase Sampah Terangkut dan Tidak Terangkut Perhari Tahun 2011 Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah Armada pengangkut sampah Jakarta tahun 2011 sebanyak 848. Namun armada pengangkut sampah tersebut belum beroperasi secara maksimal. Data Dinas Kebersihan 2013 dari total 732 kendaraan truk pengangkut sampah, sekitar 506 truk berusia 10-30 tahun. Kekurangan truk pengangkut merupakan imbas model pengelolaan sampah beberapa tahun lalu. Terangkut 89% Sisa Residual 11%
  • 10. 8 Tabel 2.4 Jumlah Armada Truk Pengangkut Sampah Tahun 2011 Suku Dinas Jumlah Armada Jakarta Selatan 138 Jakarta Timur 164 Jakarta Pusat 152 Jakarta Barat 177 Jakarta Utara 142 DKI Jakarta 75 Total 848 Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah Kekurangan armada pengangkut sampah ini terjadi karena penanganan lebih memberi porsi besar kepada swasta. Akibatnya pemerintah bergantung pada swasta. Karena model pengelolaan sampah tersebut tidak mengupayakan peremajaan armada truk yang dimiliki. Awal tahun 2014 Pemprov DKI Jakarta melakukan pemutusan kontrak kerja dengan swasta, namun hal ini justru membuat semakin berkurangnya armada pengangkut sampah. Sejak masa kontrak swasta berakhir tahun 2014. Produksi sampah cenderung meningkat namun armada pengangkut sampah justru berkurang karena truk-truk swasta tidak beroperasi lagi. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan penambahan armada pengangkut sampah. Tahun 2013 Pemprov DKI melakukan penambahan sebesar 92 truk dan tahun 2014 melakukan pengadaan truk sampah sebanyak 149 truk. Selain masalah armada pengangkut sampah, masalah lain adalah kapasitas tempat penampungan (depo) sampah. Kapasitas tempat penampungan sementara sampah (TPS) di Jakarta terbatas. Tahun 2013 total terdapat 7.707 Rukun Warga (RW), sedangkan jumlah TPS hanya 191. Akibatnya seringkali terjadi penumpukan sampah yang menggunung di TPS- TPS tersebut dengan rata-rata 140 ton sampah per TPS. Selain itu, konsep pembangunan TPS tersebut tidak sesuai standar karena tidak ada buffer zone, pengolahan lindi/licid, serta tidak ada penyemprot bau. Saat ini Dinas Kebersihan tengah mengupayakan menambah jumlah TPS. Namun, terkendala lahan yang akan digunakan. 2. Peran Masyarakat dan Pihak Terkait dalam Pengelolaan Sampah Jakarta Permasalahan sampah Jakarta perlu mendapat perhatian dari beberapa pihak. Saat ini permasalahan sampah masih dibebankan kepada pemerintah. Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga sebagian besar belum bisa terangkut sepenuhnya oleh
  • 11. 9 petugas kebersihan. Untuk itu diperlukan peran serta dari masyarakat dalam mengatasi masalah sampah dengan berperilaku pro lingkungan. Peran serta masyarakat dalam mengurangi sampah yang dihasilkan dapat dilakukan dengan memilahnya terlebih dahulu. Pengelolaan sampah dalam rumah tangga idealnya harus dipilah terlebih dahulu sebelum dibuang. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses pengelolaan sampah pada tahap berikutnya. Namun kesadaran masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga sangatlah rendah. Tercermin dari indikator perilaku perduli lingkungan hidup tahun 2014, 88,65% rumah tangga di Jakarta tidak memilah sampah rumah tangganya (Badan Pusat Statistik 2014). Sedangkan 3,39% rumah tangga memilah sampahnya lalu dimanfaatkan dan sisanya 7,95% rumah tangga memilah sampahnya lalu di buang (Lihat Grafik 2.2). Tingginya presentase rumah tangga yang tidak memilah sampah ini memiliki beberapa alasan. Terdapat beberapa alasan masyarakat tidak memilah sampah rumah tangganya. Alasan utama adalah malas, tidak tahu, tidak ada gunanya, tidak ada fasilitas dan tidak ada peraturan. Berdasarkan data indikator perilaku perduli lingkungan hidup tahun 2014, 51,95 % masyarakat Jakarta tidak memilah sampah rumah tangganya karena malas atau tidak ada waktu (Badan Pusat Statistik 2014). Keadaan ini mendorong masyarakat untuk langsung membuang sampahnya, bahkan banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan. 3. Regulasi Pengelolaan Sampah Jakarta terhadap Perilaku Masyarakat Kesadaran masyarakat Jakarta terhadap permasalahan sampah masih rendah. Meskipun telah disediakan tempat sampah namun sebagian besar masyarakat malas membuang sampah pada tempatnya. Akibatnya masyarakat masih membuang sampahnya secara sembarangan. Regulasi yang berkaitan dengan masalah sampah di Jakarta cukup banyak. Namun aturan yang ada tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Regulasi larangan membuang sampah sembarangan diterbitkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013. Namun regulasi tersebut tidak mengubah kebiasaan buruk masyarakat. Perda tersebut menyebutkan bahwa setiap orang dengan sengaja atau terbukti membuang sampah di sungai, taman atau tempat umum dikenakan denda Rp 500.000,00 (Lima ratus ribu rupiah). Namun hal tersebut masih dilanggar oleh masyarakat, buktinya sampah- sampah masih saja tertumpuk di kolong jembatan, selokan bahkan sungai-sungai.
  • 12. 10 Akibatnya terjadi banjir disetiap musim hujan tiba. Selain itu sampah-sampah yang tertumpuk menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal tersebut di sebabkan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat serta belum ada pengawasan yang dilakukan oleh dinas terkait. 4. Dampak Ketidakefektifan Pengelolaan Sampah Jakarta terhadap Lingkungan Saat ini pengelolaan sampah Jakarta dipusatkan di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. TPST Bantargebang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat dengan luas 110,3 Ha. Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang menampung sampah yang berasal dari DKI Jakarta (lima zona pembuangan) dan sampah yang berasal dari Kota Bekasi (satu zona pembuangan). Sampah yang masuk ke TPST Bantargebang, belum dikelola secara efektif. Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Kebersihan belum efektif dalam melakukan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Teknologi pengelolaan sampah modern, ramah lingkungan dan peralatan yang ada saat ini masih jauh dari harapan ideal. Minimnya alat berat membuat pengelolaan sampah menjadi terhambat. Jumlah armada pengangkut sampah Jakarta yang masuk ke TPST Bantargebang mencapai ratusan jumlahnya, namun tidak seimbang dengan jumlah alat berat yang hanya 20 unit. Sampah yang berasal dari Jakarta yang masuk ke TPST Bantargebang mencapai 6.500 ton (Tahun 2016). Selain penumpukan sampah di TPST Bantargebang, penumpukan sampah juga terjadi di TPS-TPS lain di Jakarta. Penumpukan sampah yang terjadi di TPST Bantargebang dan TPS-TPS lain di Jakarta menyebabkan sampah organik yang tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerobik, proses itu menghasilkan gas methana (CH4). Gas methana (CH4) yang dihasilkan pada timbunan sampah telah menyumbang 20-30 kali lebih besar daripada karbon dioksida (CO2) yang merupakan pembentuk emisi gas rumah kaca. Sampah menghasilkan gas metana (CH4) dengan komposisi rata-rata tiap 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metan. Artinya jika Jakarta menghasilkan sampah 6.000 ton per hari dengan komposisi sampah organik sebesar 53%, maka dari sektor sampah dapat menghasilkan gas metan sebesar 159 ton per hari atau Jakarta menghasilkan gas metan 58.035 ton per tahun (Tabel 2.5). Gas metan akan berada di atmosfer dalam jangka waktu sekitar 7-10 tahun dan dapat meningkatkan suhu sekitar 1,3° Celsius per tahun. Salah satu dampak pemanasan global adalah berdampak terhadap kenaikan permukaan air laut.
  • 13. 11 Tabel 2.5 Perhitungan Gas Metan dari Sampah Jakarta Produksi sampah organik per hari Gas metan yang dihasilkan 6.000 ton 53 % x 6.000 = 3.180 ton 3.180 ton x 50 kg = 159 ton / hari atau 159 x 365 hari = 58.035 ton / tahun Kenaikan permukaan air laut telah dirasakan di Jakarta. Jakarta Utara berada di kawasan yang lebih rendah dibandingkan permukaan air laut. Akibatnya ketika musim hujan air laut semakin tinggi dan menyebabkan terjadinya banjir rob (tidal flood). Selain bencana banjir pemanasan global secara tidak langsung berdampak terhadap perekonomian. Secara tidak langsung pemanasan global berdampak kepada perekonomian . Dampak pemanasan global salah satunya adalah naiknya suhu air laut. Kenaikan suhu air laut mengakibatkan rusaknya terumbu karang . Hal tersebut berdampak pada masyarakat pesisir. Dampak lainnya yaitu meningkatnya suhu permukaan air laut, yang akan berpengaruh terhadap produktivitas perikanan. Tabel 2.6 Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya Tahun 2012-2014 Tahun Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Laut Tambak Kolam 2012 1.786 774 - - 2.560 2013 1.555 822 - - 2.377 2014 - - - - - Sumber : (Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu 2015) Produksi perikanan di Kepulauan Seribu cenderung menurun. Produksi ikan tangkap Kepulauan Seribu 2013 menurun 7,15% dari produksi ikan tahun sebelumnya. Produksi ikan pada 2012 sebesar 2.560 ton menurun menjadi 2.377 ton pada tahun 2013. Penurunan terjadi pada produksi ikan tangkap sebesar 12,9%. D. REKOMENDASI KEBIJAKAN 1. Penambahan Lokasi TPA dengan Sistem Sanitary Landfill Saat ini pembuangan akhir sampah Jakarta dipusatkan di TPST Bantar Gebang yang berada di Bekasi, Jawa Barat. TPST Bantar Gebang ini sudah beroperasi dengan sistem sanitary landfill. Timbunan sampah di TPST Bantar Gebang ditutup dan dipasang pipa di atasnya. Tujuannya adalah untuk menangkap gas metan yang
  • 14. 12 dihasilkan oleh sampah. Proses degradasi anaerob (tanpa oksigen) akan menghasilkan gas metan. Gas metan ini kemudian dialirkan ke mesin untuk perolehan listrik. Saat ini TPST Bantar Gebang telah menghasilkan listrik 1220 - 2000 kW. Di Indonesia hanya terdapat dua lokasi yang memiliki alat ini yaitu di TPST Bantar Gebang dan di Bali. 2. Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga Sebagai Energi Mandiri. Sampah-sampah organik dapat digunakan sebagai energi alternatif yaitu biogas. Sampah organik dapat menghasilkan gas yang mudah terbakar. Pembuatan biogas dari sampah orgnaik rumah tangga ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar yang disediakan oleh pemerintah. Biogas timbul dari hasil proses fermentasi sampah organik rumah tangga oleh bakteri anaerob yang hidup tanpa udara. Biogas antara lain terdiri dari: Metana sebesar 60%, karbondioksida 38%, dan 2% O2, H2, N2 dan H2S. Biogas ini dapat terbakar seperti gas elpiji, bahkan dalam skala besar bisa digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. 3. Pengolahan Sampah dengan Sistem Zero to Landfill Konsep zero to landfill diterapkan di Kota Devon, Inggris. Pengelolaan sampah dengan konsep ini mewajibkan setiap warga membuang sampah sesuai dengan klasifikasinya. Pengelolaan sampah dibedakan menjadi dua kategori utama yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik dikirim ke insenerator untuk dibakar. Pembakaran ini menghasilkan sumber energi panas untuk pemenuhan kebutuhan sumber daya lainnya. Sampah anorganik dikirim ke landfill untuk didaur ulang. Konsep zero to landfill ini membuat sampah yang sampai ke landfill adalah sampah yang siap didaur ulang. Warga Inggris juga dilarang menimbun sampah di tanah, membakar sampah di kebun dan membuang sampah di sungai. Konsep ini terbukti efektif untuk mengurangi pencemaran udara dan zat berbahaya akibat penimbunan sampah organik yang membusuk. Pemerintah Inggris mengelontorkan dana tinggi untuk membangun pusat pengelolaan sampah bukan penganggkutannya. Dengan konsep zero to landfill membuat tidak banyak sampah yang harus diangkut, hanya sampah yang siap didaur ulang.
  • 15. 13 4. Gerakan Pilah Sampah Perilaku memilah sampah perlu diterapkan di Jakarta. Karena hal tersebut akan memudahkan proses sampah pada tahap berikutnya. Di Jepang perilaku memilah sampah telah berhasil diterapkan. Perilaku ini tidak muncul dalam waktu yang singkat. Keperdulian masyarakat Jepang terhadap lingkungan yang telah menjadi gaya hidup, tidak muncul dalam waktu yang singkat. Perilaku perduli lingkungan diterapkan di Jepang akibat tragedi minamata yang terjadi pada tahun 1956 yang terjadi akibat tingginya konsumsi merkuri dari limbah merkuri. Sejak tragedi tersebut kampanye besar-besaran untuk menanamkan cinta lingkungan digalakan. Misi kampanye ini mengajak masyarakat untuk tidak membuang sesuatu yang masih dapat digunakan sehingga meminimalisir sampah. Di Kamiktsu sampah dipilah hingga 34 jenis agar mudah didaur ulang sehingga tidak ada sisa yang terbuang. Selain itu di Jepang terdapat jadwal yang mengatur jenis sampah apa yang dapat dibuang. Petugas akan mengambil sampah setiap hari sesuai dengan jadwal dan jenis sampahnya. Jika sampah yang dibuang tidak sesuai dengan peraturan maka sampah tidak akan diangkut. Sampah mungkin dianggap racun bagi lingkungan, tetapi apabila sampah dapat difungsikan kembali dengan cara pengolahan kembali tentunya akan menguntungkan bagi kehidupan seperti apa yang dilakukan oleh pabrik pembakar sampah di Maishima. E. KESIMPULAN Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia. Sebagai kota dengan jumlah kepadatan penduduk terbesar di Indonesia. Kota Jakarta tidak terlepas dari masalah sampah yang dihasilkan oleh masyarakatnya setiap hari. Sampah merupakan salah satu masalah yang belum terurai di Jakarta. Produksi sampah Jakarta hampir mencapai 6000 ton/hari. Setiap harinya terdapat 11 % sampah yang belum terangkut akibat kekurangan armada pengangkut sampah, selain itu perilaku masyarakat Jakarta terhadap lingkungan sangatlah rendah. Meskipun telah disediakan tempat sampah dan regulasi larangan membuang sampah sembarangan, namun masyarakat belum meninggalkan kebiasaan buruknya, hal in terjadi akibat tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Banyaknya tumpukan sampah yang belum tertangani menyebabkan masalah yang berdampak buruk terhadap lingkungan maupun perekonomian. Dampak yang telah
  • 16. 14 dirasakan oleh Jakarta adalah peningkatan suhu air laut yang menyebabkan banjir rob dan penurunan produktivitas perikanan. Penanganan sampah saat ini masih dibebankan kepada pemerintah. Penanganan sampah di Jakarta seharusnya menjadi tanggungjawab semua pihak. Salah satu pengelolaan sampah yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan sampah menjadi energi alternatif, dengan salah satu cara yang dapat diterapkan yaitu sitem Zero to Landfill. Pengolahan sampah ini memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Sampah organik akan diproses di insenerator yang selanjutnya akan menghasilkan energi alternatif, sedangkan sampah anorganik akan didaur ulang. Hal tersebut memerlukan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Peran masyarakat sangat dibutuhkan yaitu untuk memilah sampah yang telah dihasilkan untuk memudahkan proses selanjutnya. Menumbuhkan kesadaran cinta lingkungan serta memupuk rasa malu membuang sampah sembarangan. Sehingga sampah bukan lagi menjadi masalah namun dapat memberikan nilai ekonomis bagi kehidupan.
  • 17. 15 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2014. Indikator Perilaku Lingkungan Hidup 2014, Jakarta. Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu, 2015. Kepulauan Seribu Dalam Angka 2015, Kepulauan Seribu. Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, 2015a. Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Jumlah Tonase Sampah Tahun 2014. Available at: http://data.jakarta.go.id [Accessed October 15, 2016]. Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, 2015b. Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Komposisi Sampah Tahun 2005 dan 2011. Available at: http://data.jakarta.go.id [Accessed October 15, 2016]. IPCC, 2007. Intergovernmental Panel on Climate Change. Climate Change 2007 : Synthesis Report. Available at: https://www.ipcc.ch [Accessed October 21, 2016]. IPCC, 2015. Intergovernmental Panel on Climate Change. Climate Change 2014 Synthesis Report. Available at: https://www.ipcc.ch [Accessed October 22, 2016]. Perdana, T.A., 2015. Dampak Pemanasan Global Terhadap Nelayan Tangkap ( Studi Empiris di Pesisir Utara Kota Semarang ). Universitas Diponegoro. Republik Indonesia, 2008. Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta. Sudarman, 2010. Meminimalkan Daya Dukung Sampah Terhadap Pemanasan Global. Profesional, 8(1), pp.51–59.
  • 18. 16 LAMPIRAN Tabel 2.2 Jumlah Tonase Sampah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 Sumber Sampah Tonase Sampah Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat 93.184,48 Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara 87.680,74 Suku Dinas Kebersihan Jakarta Barat 76.131,83 Suku Dinas Kebersihan Jakarta Selatan 149.768,42 Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur 186.537,92 Swakelola Dinas Kebersihan 641.999,10 SPA Sunter 121.814,22 Bidang P & PK 11.134,02 UPK Badan Air, Taman & Jalur Hijau 65.103,52 UPK Pantai & Pesisir 1.626,50 Kendaraan Bantuan 5 Wilayah Jakarta 90.070,32 Swasta Umum 38.044,00 Asosiasi Jakarta Bersih 29.123,10 Sampah Pasar 22.235,60 Kendaraan Sewa Sarana Wilayah 482.204,48 TOTAL 2.096.658,25 Produksi Perhari 5.824,05 Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah Tabel 2.3 Jumlah Produksi Sampah dan yang Terangkut Perhari Menurut Kota administrasi Tahun 2011 (Ton) Nama Kota Produksi Terangkut Sisa Residual Jakarta Selatan 742,81 739,95 2,86 Jakarta Timur 1.487,23 1097,4 389,83 Jakarta Pusat 780,53 774,4 6,13 Jakarta Barat 1.503,94 1.363,14 140,8 Jakarta Utara 996,65 994,75 1,9 Pesisir Pantai dan Pantai 86,71 16,67 70,4 Jumlah 5.597,87 4.986,31 611,92 Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah
  • 19. 17 Grafik 2.2 Persentase Rumah Tangga dengan Perilaku Pemilahan Sampah Mudah Membusuk dan Tidak Mudah Membusuk Menurut Provinsi Sumber : (Badan Pusat Statistik 2014) 20,37 16,15 15,17 11,78 11,28 10,95 9,63 8,39 7,66 7,61 7,59 7,3 6,88 6,83 5,84 5,63 5,62 5,59 5,26 4,92 4,8 4,68 4,2 4,02 3,96 3,88 3,48 3,39 3,28 3,26 3,08 2,73 1,84 8,75 7,45 11,45 10,49 20,1 11,36 11,09 7,68 7,1 7,36 4,1 16,53 9,93 8,43 11,27 10,2 16,62 13,94 9,44 14,86 20,98 8,25 23,81 10,46 9,56 12,71 11,89 10,9 7,95 7,48 7,88 9,22 11,49 6,34 10,09 72,18 72,4 74,33 68,11 77,36 77,96 82,69 84,51 84,98 88,29 75,87 82,77 84,69 81,9 83,96 77,75 80,43 84,98 79,88 74,1 86,95 71,51 85,34 86,42 83,33 84,23 85,62 88,65 89,24 88,85 87,7 85,78 91,82 81,16 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Nusa Tenggara Timur DI Yogyakarta Bali Sulawesi Selatan Jawa Barat Jawa Tengah Banten Jawa Timur Sumatera Utara Nusa Tenggara Barat Kalimantan Tengah Aceh Lampung Papua Riau Sulawesi Tenggara Kalimantan Timur Kalimantan Barat Sulawesi Tengah Papua Barat Sumatera Barat Sulawesi Utara Maluku Kepulauan Bangka Belitung Kalimantan Selatan Kepulauan Riau Gorontalo DKI Jakarta Bengkulu Jambi Sumatera Selatan Sulawesi Barat Maluku Utara Indonesia Dipilah dimanfaatkan Dipilah kemudian dibuang Tidak Dipilah