2. تجوید الوضع
Nurul Fitriah, S.Psi.i
Editor: Siti Mahmudah, A.H
Desain cover dan Layout: Izzam Izzul Islami
Diterbitkan Oleh
PPJ JAMSU IZZUL ISLAMI
Jl. K.H Turmuzi Ikhsan no. 200 Bumiayu-Brebes-Jawa Tengah 52273
Telp (0289) 432974
www.ppjizzulislami.blogspot.com
88
PENUTUP
Tajwid Wadhih ini tak lain kami susun sebagai upaya
dalam melestarikan keilmuan agama, mencetak generasi-generasi
muda sebagai generasi yang alim, gemar membaca al-
Qur'an dengan bacaan yang baik (tartil), serta mampu
mengilhami setiap ayat yang disampaikan oleh Allah SWT
kepada umatb Muslim sekalian. Susunan praktis ini sengaja kami
cantumkan beberapa catatan tentang gambaran pesan global yang
tersirat maupun tersurat salam al-Qur'an. Semoga buku ini
mampu melahirkan generasi-generasi yang gencar memupuk
keilmuan agama, melahirkan amal baik bagi kita semua. Amin
3. Susunan
Huruf Hijaiyah
berarti Dia juga Al-Qadîr (Mahakuasa), Al-Qawiyy(Mahakuat),
Al-'Azîz (Mahaperkasa), Al-Hayy (Mahahidup) dan semua sifat
yang menunjukkan kekuatan-Nya. Allah juga menjadi sandaran
dan tempat bergantung bagi semua makhluk-Nya. Dialah yang
menciptakan semua makhluk-Nya (Al-Khâliq), menghidupkan
mereka (Al-Muhyî), memberikan rezeki kepada mereka (Ar-
Razzâq, Ar-Razîq) dan menolong hamba-Nya (An-Nâshir) serta
semua semua sifat lainnya yang menunjukkan bahwa Dia
menjadi sandaran dan tempat bergantung bagi seluruh hamba-
Nya. Dengan demikian, hanya kepada-Nyalah manusia
beribadah dan bermohon.
87
4. Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadhirat Allah Jalla al-
Jallaluh yang telah memberikan kekuatan sehingga kami dapat
menyelesaikan, Tajwid Wadhih (Tajwid Praktis) berdasarkan
kaidah Ilmu Tajwid dan atau tahsin al-ayat. Shalawat salam kami
haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, satu-satunya insan
terbaik yang fasih dalam melafadzkan huruf dhad ( ض). Satu-satunya
orang yang paling memahami isi dan kandungan ayat al-quran
secara sempurna. Semoga kita termasuk golongan umat
beliau yang beruntung. amin
Al-Qur'an ialah sebuah kitab suci umat Islam yang hanya
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang didalamnya
termuat kalam Ilahi, sarat dengan pedoman dan jalan
kesejahteraan bagi pengamalnya. Nilai-nilai dan pesan yang
disampaikan menuntun manusia untuk kembali pada fitrah
manusia yang murni, mengajarkan tentang haq dan bathil
sekaligus menerangkan tentang kedudukan manusia di bumi juga
derajat yang luhur dihadapan Allah SWT.
Kalamnya tersusun dengan bahasa arab, bernilai 10
pahala dalam setiap ayat yang dibaca, Dan hanya dengan kaidah
bacaan yang baik dan benar ketika melafadzkanlah,
kesempurnaan didapatkan oleh pembaca karena tidak merubah
asal makna dan kandungan ayat baik tersurat maupun tersirat.
Dan untuk mencapai bacaan yang baik dan benar agar terhindar
86
dibawa oleh para nabi, seperti Yahudi dan Nasrani. Kedua agama
itu pun dikotori hawa nafsu manusia sehingga terjatuh dalam
kesyirikan. Yahudi menyebut Uzair sebagai anak Allah. Nasrani
menyebut Isa sebagai anak Allah (lihat QS at-Taubah [9]: 30; al-
Maidah [5]: 72). Isa sendiri tidak pernah mengatakan perkataan
batil itu (lihat QS al-Maidah [5]: 116).
Dalam al-Quran cukup banyak ayat memberikan
bantahan atas kebatilan anggapan Tuhan lebih dari satu. Dalam
QS al-Anbiya' [21]: 22 ditegaskan, seandainya ada banyak tuhan
selain Allah, maka langit dan bumi akan binasa. Orang-orang
yang menganggap tuhan lebih dari satu, memiliki anak, atau
menyekutukan-Nya dengan yang lain telah diancam dengan
hukuman yang amat keras. Apabila mati dalam keadaan
demikian maka dosanya tidak akan diampuni (lihat QS al-Nisa
[4]: 48, 111). Surga diharamkan atas mereka. Neraka adalah
tempat kembali mereka di akhirat; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya (lihat QS al-Maidah [5]: 72-73).
Ketiga: kesempurnaan sifât Allah. Dalam surat ini
disebutkan bahwa Allah itu ash-shamad. Dalam al-Quran, kata
ini hanya disebut dalam surat ini. Jika dicermati, sifat ini
memiliki cakupan makna yang amat luas sekaligus
meniscayakan adanya sifat-sifat lainnya. Sebagaimana telah
dipaparkan, kata ini mengandung pengertian bahwa Dia adalah
as-sayyid tertinggi dan tidak ada yang lebih tinggi lagi. Artinya,
Dia memang Mahatinggi (Al-'Aliyy), Mahaagung (Al-'Azhîm)
dan semua sifat lainnya yang menunjukkan ketinggian-Nya.
Kata ash-shamad juga mengandung makna bahwa Dia tidak
memerlukan yang lain. Itu berarti, sebagaimana diterangkan az-
Zamakhsyari, Dia adalah Al-Ghaniyy (Mahakaya, tidak butuh
terhadap yang lain).20 Karena tidak membutuhkan yang lain,
5. dari adanya kesalahan dalam membaca tersebut dibutuhkanlah
suatu ilmu yang mengarah ke tujuan. Dalam kaidah ilmu Ushul
Fiqh disebutkan,
”ما لا یتم الواجب إلاّبه فھو واجب“
(sesuatu yang menjadi syarat kesempurnaan perkara
wajib, hukumnya juga wajib),
Seyogyanya bagi umat Muslim dan usaha mendapatkan
kesempurnaan dalam beribadah belajar Ilmu Tajwid menjadi
sangat penting. Karena yang dimaksud dengan ilmu tajwid ialah
suatu ilmu yang mempelajari tentang cara membaca al-qur'an
dengan baik dan benar baik dari segi sifatnya maupun makhraj
hurufnya yang akan membantu pembaca menuju tahsiniyah al-
Ayat. Pernyataan ini penulis sampaikan berdasarkan dasar
normative dalam al-Qur'an Q.S al-Muzammil (73): 4,
ورتل القرأن ترتیلا
Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad
saw agar membaca al-Quran secara seksama (tartil), yakni
secara pelan-pelan dengan bacaan yang fasih serta merasakan
arti dan maksud dari ayat-ayat yang dibac, sehingga berkesan di
hati. Perintah ini dilaksanakan oleh Nabi Saw. Dari Siti `Aisyah
beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW membaca al-
Qur'an dengan tartil, sehingga surah yang dibacanya menjadi
lebih lama.
Dalam hubungan ayat ini Abdullah bin Mugfil berkata:
رأیت رسول لله صلى لله علیه وسلم یوم فتح مكة على ناقته یقرأ سورة
الفتح فرجع في قراءته
“Aku melihat Rasulullah SAW pada hari penaklukan kota
Mekah, sedang menunggang unta, beliau membaca surah Al Fath
Tidak ada seorang pun di antara mereka kecuali mengajak pada
tauhid (lihat QS al-Anbiya' [21]: 25; asy-Syura [42]: 13).
Keesaan Allah juga ditegaskan dalam ayat: lam yalid walam
yûlad; bahwa Allah tidak memiliki anak; tidak pula menjadi anak
bagi selain-Nya; tidak ada pula yang diangkat dan dijadikan
sebagai anak-Nya (lihat QS al-Isra' [17]: 111; Yunus [10]: 68).
85
Keesaan Allah
d i s e b u t k a n d a l a m
firman-Nya: walam
yakun lahu kuffuw[an]
ahad; bahwa tidak ada
yang sama, serupa,
sejenis, setara atau
sebanding dengan-
Nya. Dia berbeda
d e n g a n s e m u a
makhluk-Nya (QS al-
Syura [42]: 11).
Perkara tauhid
ini merupakan perkara
paling mendasar yang
harus diimani oleh
setiap manusia. Siapa
pun yang menganggap tuhan lebih dari satu, memiliki anak atau
ada yang setara dengan-Nya, maka dia telah terjatuh dalam
kekufuran dan kesyirikan. Jika dicermati, semua agama selain
Islam dalam konsep ketuhanannya telah terjatuh dalam kesalahan
mendasar ini. Di antara agama itu ada yang menganggap selain
Allah sebagai tuhan, tuhan lebih dari satu, atau ada makhluk yang
setara dengan-Nya; tidak terkecuali agama yang sebelumnya
6. di mana bacaan itu beliau melakukan tarji' (bacaan lambat dengan
merasakan artinya)”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam Kitab fathul Bayan diterangkan membaca al-
Qu'ran secara tartil mengandung hikmah yaitu terbukanya
kesempatan untuk memperhatikan isi ayat-ayat yang dibaca dan
di waktu menyebut nama Allah si pembaca akan merasa
kemahaagungan-Nya. Ketika tiba pada ayat yang mengandung
janji, pembaca akan timbul harapan-harapan, demikian juga
ketika membaca ayat ancaman, pembaca akan merasa cemas.
Sebaliknya yakni membaca al-Qur'an secara tergesa-gesa
atau dengan lagu yang baik tetapi tidak memahami artinya
adalah suatu indikasi bahwa si pembaca tidak memperhatikan isi
ayat yang dikandung oleh ayat-ayat yang dibacanya.
Demikianlah sedikit pengantar tentang Tajwid Wadhih
(Tajwid Praktis) Semoga niat suci penulis dalam upaya
memenuhi kewajiban menyampaikan, mengamalkan al-Qur'an
diridhoi oleh Allah yang Merajai seluruh alam—menjadi amal
ibadah yang tak ada hentinya mengiri langkah kami. Jazakallah
khoirul jaza' saya khususkan kepada orang yang paling special,
pasangan hidupku yang telah mencurahkan tenaganya dalam
menyelesaikan tugas mulia ini. Kepada orang tua yang tak
pernah lelah mengasihi dan segenap mu'allim yang telah
berkenan menyampaikan ilmunya. Semoga rahmat allah selalu
meliputi. Kritik dan Saran kami harapkan demi kesempurnaan
penyusunan buku panduan belajar al-Qur'an yang ringkas ini.
Bumiayu, 21 September 2014
Penulis
84
menyebut-Nya dengan nama yang telah diberitakan-Nya, yakni:
Allah, Ar-Rahmân, atau al-asmâ' al-husnâ lainnya. Manusia
tidak boleh memanggil-Nya dengan nama lain yang dibuat
sendiri (QS Yusuf [12]: 40).
Menurut Prof.Dr.Quraisy Shihab pengarang Tafsir al-
Misbah menuturkan bahwa disebut sebagai surat al-Ikhlas karena
didalamnya menjelaskan tentang kemurnian Allah. Dipandang
dari kata al-Ikhlas sendiri mempunyai arti murni. Artinya dalam
Surat ini Allah menengaskan kepada kita bahwa kemurnian
manusia dalam menyembah Allah harus semurni-murninya,
menghilangkan semua perasaan kepada selain Allah.
Memurnikan hati hanya untuk menyembah Allah, la ma'bud la
maqshud la mahbub illa billah yakni tiada yang disembah, tiada
yang dimaksud, tiada yang dicintai kecuali Allah SWT.
Sedangkan Ahad sendiri yang menjelaskan bahwa Allah itu Esa.
Esa terbagi menjadi 4 yaitu Esa dalam dzat, Esa dalam sifat dan
Esa dalam perbuatan. keEsaan 4 ini harus melahirkan keEsaan
dalam beribadah, yakni niat beribadah hanya kepada Allah bukan
yang lain.
Dari segi jumlah ayat, surat ini tergolong singkat,
hanya terdiri empat ayat. Kendati begitu, kandungan isinya amat
padat. Keimanan kepada Allah SWT yang menjadi perkara
mendasar dalam Islam dijelaskan amat gamblang. Tidak
mengherankan jika Rasulullah saw. menyebut surat ini setara
dengan tsuluts al-Quran (sepertiga al-Quran).
Kedua: tawhîdul-Lâh atau (pengesaan terhadap Allah).
Secara tegas dalam surat ini disebutkan bahwa Allah SWT itu
Ahad. Dia hanya satu, bukan dua, tiga, atau lebih sebagaimana
yang lazim diklaim oleh kaum kafir. Perkara ini amat banyak
diberitakan dalam ayat al-Quran. Bahkan perkara ini
didakwahkan oleh semua nabi dan rasul yang diutus Allah SWT.
7. DDaaffttaarr IIssii
83
BAB I
PENGERTIAN
BAB II
KEBIASAAN UMUM YANG PERLU DIPERBAIKI
I. YANG TIDAK SEMPURNA
A. KEBIASAAN UMUM YANG SALAH
2. KETIKA MEMBACA HURUF SUKUN SUARA SERING MANTUL
3. TIDAK KONSISTEN DALAM MEMBACA MAD 2 HARAKAT
4. TERGESA-GESA SEWAKTU MEMBACA
BAB III
MAKHRAJ DAN SIFAT HURUF
1.MAKHRAJ HURUF
2. SIFAT HURUF
BAB IV
PERBAIKAN BACAAN
A.HUKUM BACAAN NUN MATI DAN TANWIN
B.HUKUM BACAAN MIM MATI
C.HUKUM BACAAN NUN SYIDDAH DAN MIM SYIDDAH
D.HUKUM BACAAN IDGHAM
E.HUKUM BACAAN TAFKHIM
F.HUKUM BACAAN LAM TA'RIF DAN LAM FIIL
G.HUKUM BACAAN MAD
BAB V
ISTILAH-ISTILAH DALAM AL-QUR'AN
1. HAMZAH QATHA' dan HAMZAH WASHAL
2 .WAQAF DAN WASHAL
BAB V
GHARAIB
BAB VI
SURAT PENDEK DAN KANDUNGANNYA
kaidah-kaidah ilmu tauhid. Atas dasar inilah surat Al Ikhlash
menyamai sepertiga Al-Qur'an.
Kandungan Surat Al-Ikhlas
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Rabb
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak
dan tiada pula diperanakkan, Dan tiada seorangpun yang setara
dengan-Nya.”(QS. Al-Ikhlas: 1-4)
Dalam surat ini terdapat pelajaran penting. Setidaknya
ada tiga perkara penting yang perlu ditandaskan kembali.
Pertama: asmâ' (nama) Tuhan yang patut disembah.
Sebagaimana telah diungkap, surat ini turun sebagai jawaban atas
pertanyaan kaum musyrik mengenai Tuhan yang disembah
Rasulullah saw. Ditegaskan dalam surat ini bahwa Huwal-Lâh
(Dia adalah Allah). Allah adalah nama Zat Pencipta alam semesta
ini. Menurut al-Biqa', nama ini—yakni Allah—menunjuk semua
sifat kesempurnaan: al-Jalâl wa al-Jamâl. Nama ini juga
mencakup seluruh makna al-asmâ' al-husnâ.19 Bahwa nama
Rabb al-'âlamîn adalah
Allah, amat banyak
disebut dalam al-Quran.
Dengan nama itu pula
manusia diperintahkan
untuk memanggil dan
berdoa kepada-Nya (QS
al-Isra' [17]: 110).
Oleh karena itu,
manusia hanya boleh BAB VII
PENUTUP
8. BAB I
PENGERTIAN
Penjelasan tentang ilmu Tajwid bersumber dari perintah
Allah dalam Q.S al-Muzammil (73):4 yang dibacakan oleh
Rasulullah kepaa para Sahabat, kemudian salah satu diantaranya
menanyakan maksud firman ini kepada Khalifah'Ali bin Abi
Thalib yang berbunyi:
ورتل القرأن ترتیلا
Beliau menjawab bahwa yang dimaksud dengan kata tartil adalah
tajwiidul huruuf wa ma'rifatil wuquuf yang berarti membaca
huruf-hurufnya dengan bagus (sesuai dengan makhraj dan shifat)
dan tahu tempat-tempat waqaf. Selama ini memang belum
ditemukan musnad tentang perkataan beliau mengenai hal di atas,
dan kisah ini hanya terdapat dalam kitab tajwid. Akan tetapi para
ulama' bersepakat bahwa yang dimaksud dengan tartil adalah
tajwiidul huruuf wa ma'rifatil wuquuf.
Hal ini menunjukkan bahwa pembacaan al-Qur'an
dan mundur, manakala hamba lupa akan Rabbnya maka setan
akan maju, namun tatkala insan memohon perlindungan pada-
Nya maka setan akan mundur. Gangguan sebagaimana muncul
dari setan dari kalangan jin, juga muncul dari setan dari kalangan
manusia.
Surat al-Ikhlas
Kedudukan Surat Al Ikhlas
Diriwiyatkan dalam shahih Al Bukhari dari shahabat Abu
Sa'id Al-Khudri RA, beliau berkata: “Ada seorang shahabat
Rasul shalallahu 'alaihi wasallam mendengar tetangganya
membaca berulang-ulang:
قُلْ هُوَ للهُ اَحَدٌ
Kemudian di pagi harinya dia menemui Nabi Saw dan
menceritakan tentang perbuatan tetangganya tersebut. Seakan-akan
shahabat ini menganggap ringan kedudukan surat ini. Maka
Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لُ ثُلُثَ الْقُرْآنِوَالَّذِي نَفْسي بِیَدِهِ إِنَّهُ لَتَعْدِ
“Demi jiwaku yang ada ditangan-Nya. Sesungguhnya surat Al
Ikhlas benar-benar menyamai sepertiga Al-Qur'an.” (H.R Al-
Bukhari)
Para ulama' telah menjelaskan sebab kenapa surat Al
Ikhlash ini menyamai sepertiga Al Qur'an. Karena di dalam Al
Qur'an mengandung tiga pokok yang paling mendasar yaitu;
Tauhid, Kisah-kisah rasul dan umatnya, Hukum-hukum syari'at.
Sedangkan surat Al Ikhlas ini, mengandung pokok-pokok dan
1 82
9. bukanlah suatu ilmu hasil dari Ijtihad (fatwa) para ulama' yang
diolah berdasarkan dalil-dalil dari al-Qur'an dan Sunnah, tetapi
pembacaan al-Qur'an adalah suatu yang Taufiqi (diambil terus)
melalui riwayat dari sumbernya yang asli, yaitu sebutan dan
bacaan Rasulullah SAW. Para sahabat r.a adalah orang-orang
yang amanah dalam mewariskan bacaan ini kepada generasi umat
Islam selanjutnya. Mereka tidak akan menambah atau
mengurangi apa yang telah mereka pelajari itu, karena rasa takut
mereka yang tinggi kepada Allah SWT dan begitulah juga
generasi setelah mereka. Walau bagaimanapun, apa yang dikira
sebagai penulisan ilmu Tajwid yang paling awal ialah apabila
bermulanya kesadaran perlunya Mushaf Utsmaniah yang ditulis
oleh Sayyidina Utsman itu diletakkan titik-titik kemudiannya,
baris-baris bagi setiap huruf dan perkataannya. Gerakan ini telah
diketuai oleh Abu Aswad Ad-Duali dan Al-Khalil bin Ahmad Al-
Farahidi. Apabila pada masa itu Khalifah umat Islam memikul
tugas untuk berbuat demikian ketika umat Islam mulai
melakukan-kesalahan dalam bacaan.
Ini karena semasa Sayyidina Utsman menyiapkan
Mushaf al-Qur'an dalam enam atau tujuh buah itu. beliau telah
membiarkannya tanpa titik-titik huruf dan baris-barisnya karena
memberi keluasan kepada para sahabat dan tabi'in pada masa itu
untuk membacanya sebagaimana yang mereka telah ambil dari
Rasulullah SAW sesuai dengan Lahjah (dialek) bangsa Arab yang
bermacam-macam. Tetapi setelah berkembang luasnya agama
Islam ke seluruh tanah Arab serta jatuhnya Roma dan Parsi ke
tangan umat Islam pada tahun 1 dan 2 Hijriah, bahasa Arab mulai
bercampur dengan bahasa penduduk-penduduk yang ditaklukkan
umat Islam. Ini telah menyebabkan berlakunya kesalahan yang
banyak dalam penggunaan bahasa Arab dan begitu juga
ini adalah salah satu wujud kesempurnaan agama Islam.
Kejahatan begitu banyak pada zaman kita ini, sementara banyak
umat Islam yang tidak tahu bagaimana cara melindungi diri
darinya. Adapun yang sudah tahu banyak yang lalai, dan yang
membacanya banyak yang tidak menghayati. Semua ini adalah
bentuk kekurangan dalam beragama. Andai umat Islam
memahami,mengamalkan dan menghayati sunnah ini, niscaya
mereka terselamatkan dari berbagai kejahatan.
Tafsir Surat an-Nas
1. Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang
memelihara dan menguasai) manusia.
2. raja manusia.
3. sembahan manusia.
4. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa
bersembunyi,
5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada
manusia,
6. dari (golongan) jin dan manusia.
Surat ini mengandung permohonan perlindungan kepada
Rabb para manusia, Penguasa dan Sesembahan mereka, dari
kejahatan setan yang merupakan sumber segala kejahatan. Di
antara bentuk kejahatannya: ia mengganggu hati manusia,
keburukan ia hiasi sehingga menjadi nampak indah, sehingga
manusia bersemangat untuk melakukannya. Sebaliknya ia
menjadikan manusia malas untuk melakukan kebaikan dan
menggambarkannya tidak sesuai dengan bentuk aslinya.
Dalam melakukan misinya tersebut setan terkadang maju
81 2
10. pembacaan al-Qur'an. Maka al-Qur'an Mushaf Utsmaniah telah
diusahakan untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam
membacanya dengan penambahan baris dan titik pada huruf-hurufnya
bagi karangan ilmu qira'at yang paling awal sepakat,
yang diketahui oleh para penyelidik ialah apa yang telah
dihimpun oleh Abu 'Ubaid Al-Qasim Ibnu Salam dalam kitabnya
"Al-Qira'at" pada kurun ke-3 Hijriah.
Akan tetapi ada yang mengatakan, apa yang telah disusun
oleh Abu 'Umar Hafs Ad-Duri dalam ilmu Qira'at adalah lebih
awal. Pada kurun ke-4 Hijriah pula, lahir Ibnu Mujahid Al-
Baghdadi dengan karangannya "Kitabus Sab'ah", dimana beliau
adalah orang yang mula-mula mengasingkan qira'at kepada tujuh
imam bersesuaian dengan tujuh perbedaan dan Mushaf
Utsmaniah yang berjumlah tujuh naskah. Kesemuanya pada
masa itu karangan ilmu tajwid yang paling awal, barangkali
tulisan Abu Mazahim Al-Haqani dalam bentuk qasidah (puisi)
menghembus pada tali-tali.
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Dan dari kejahatan orang dengki apabila ia dengki.”
Dengki (hasad) adalah membenci nikmat Allah atas orang lain
dan menginginkan hilangnya nikmat itu darinya. Yang dimaksud
dengan 'apabila ia dengki' adalah jika ia menunjukkan
kedengkian yang ada di hatinya dan karenanya terbawa untuk
membahayakan orang yang lain. Kondisi yang demikianlah
yang membahayakan orang lain. Orang yang hasad akan
menempuh cara yang bisa ditempuh untuk mewujudkan
keinginannya. Hasad juga bisa menimbulkan mata jahat ('ain)
yang bisa membahayakan sasaran kedengkiannya. Pandangan
mata dengkinya bisa mengakibatkan orang sakit, gila, bahkan
meninggal. Barang yang dilihatnya juga bisa rusak atau tidak
berfungsi. Karenanya, kitapun berlindung kepada Allah dari
keburukan ini secara khusus.
Ada juga orang dengki yang hanya menyimpan kedengkiannya
dalam hati, sehingga ia sendiri gundah dan sakit hati, tapi tidak
membahayakan orang lain, sebagaimana dikatakan Umar bin
Abdil Aziz: “Saya tidak melihat orang zhalim yang lebih mirip
dengan orang terzhalimi daripada orang yang dengki.”
Jadi, untuk melindungi diri dari semua kejahatan kita harus
menggantungkan hati kita dan berlindung hanya kepada Allah
Yang Maha Kuasa, dan membiasakan diri membaca dzikir yang
telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal
3 80
11. ilmu tajwid pada akhir kurun ke-3 Hijriah adalah yang terulung.
Selepas itu lahirlah para ulama yang tampil memelihara
kedua ilmu ini dengan karangan-karangan mereka dari masa ke
masa seperti Abu 'Amr Ad-Dani dengan kitabnya At-Taysir,
Imam Asy-Syatibi Tahani dengan kitabnya "Hirzul Amani wa
Wajhut Tahani" yang menjadi tonggak kepada karangan-karangan
tokoh-tokoh lain yang sezaman dan yang setelah
mereka. Tetapi yang jelas dari karangan-karangan mereka ialah
ilmu tajwid dan ilmu qira'at senantiasa bergandengan, ditulis
dalam satu kitab tanpa dipisahkan pembahasannya, penulisan ini
juga diajarkan kepada murid-murid mereka. Kemudian lahir pula
seorang tokoh yang amat penting dalam ilmu tajwid dan qira'at
yaitu Imam (ulama) yang lebih terkenal dengan nama Ibnul Jazari
dengan karangan beliau yang masyhur yaitu "An-Nasyr",
"Toyyibatun Nasyr" dan "Ad-Durratul Mudhiyyah" yang
mengatakan ilmu qira'at adalah sepuluh sebagai pelengkap bagi
apa yang telah dinyatakan Imam Asy-Syatibi dalam kitabnya
"Hirzul Amani" sebagai qira'at tujuh. Imam Al-Jazari juga telah
mengarang karangan yang berasingan bagi ilmu tajwid dalam
kitabnya "At-Tamhid" dan puisi beliau yang lebih terkenal
dengan nama "Matan Al-Jazariah". Imam Al-Jazari telah
mewariskan karangan-karangannya yang begitu banyak berserta
bacaannya, yang kemudian menjadi ikutan dan panduan bagi
karangan-karangan ilmu tajwid dan qira'at serta bacaan al-Qur'an
hingga hari ini.
Menurut bahasa Tajwid dari asal kata جوّد یجوّد تجویـدا arti
menurut bahasa adalah menjadikan baik. Menurut istilah tajwid
ialah membaca huruf menurut makhrojnya serta
menyempurnakan haq dan mustahaqnya. Haq yaitu Sifat-sifat
huruf yang tetap. Seperti : Jahr, Rokhowah, Isti'la' dan lain-lain
berikut; karena sering terjadi dan kejahatan berlebih yang ada
padanya. Di samping itu, ketiga hal yang disebut khusus berikut
ini juga merupakan hal-hal yang samar dan tidak tampak,
sehingga lebih sulit dihindari.
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
“Dan dari kejahatan malam apabila telah masuk dalam
kegelapan.”
Kata ghasiq berarti malam, berasal dari kata ghasaq yang berarti
kegelapan. Kata kerja waqaba mengandung makna masuk dan
penuh, artinya sudah masuk dalam gelap gulita.
Kita berlindung dari kejahatan malam secara khusus, karena
kejahatan lebih banyak terjadi di malam hari. Banyak penjahat
yang memilih melakukan aksinya di malam hari. Demikian pula
arwah jahat dan binatang-binatang yang berbahaya. Di samping
itu, menghindari bahaya juga lebih sulit dilakukan pada waktu
malam.
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَات فِي الْعُقَدِ
“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang
menghembus pada tali-tali ikatan.”
Para tukang sihir biasa membaca mantra dan jampi-jampi,
kemudian mereka tiupkan pada tali-tali yang di ikat. Inilah yang
di maksud dengan ruqyah syirik. Sihir merupakan salah satu dosa
dan kejahatan terbesar, karena disamping syirik, ia juga samara
dan bisa mencelakakan manusia di dunia dan akhirat. Karenanya
kita berlindung secara khusus kepada Allah dari kejahatan ini.
Penyebutan wanita tukang sihir dalam bentuk muannats
(feminin) dikarenakan jenis sihir ini yang paling banyak
melakukannya adalah wanita. Dalam riwayat tentang sihir Labid
bin al-A'sham yang ditujukan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam juga disebutkan bahwa puteri-puteri Labid yang
79 4
12. sedangkan Mustahaq yaitu Sifat yang timbul dari sifat yang tetap,
seperti tafkhim timbul dari Isti'la' dan lain-lain.
Tujuan belajar ilmu tajwid tidak hanya untuk dihafal dan
dipelajari qo'idah-qo'idahnya, lebih dari itu hal yang paling
pokok ketika belajar ilmu tajwid yaitu mempraktekkan qo'idah-qo'idah
tersebut ketika membaca al-Qur'an. Hukum mempelajari
Ilmu Tajwid adalah Fardlu Kifayah. Adapun mengamalkan
Tajwid adalah Fardlu Ain bagi setiap Muslim. Semua hal yang
berhubungan dengan aktifitas al-Qur'an baik membaca,
mendengarkan, dan atau menghafalkan al-Qur'an tercatat
sebagai Ibadah dihadapan Allah.
Abdullah bin Mas'ud r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah
Saw bersabda, “Sesiapa yang membaca satu huruf daripada
kitab Allah swt maka untuknya diberi satu hasanah (kebaikan)
sebagai ganjaran bagi huruf itu dan satu hasanah adalah sama
dengan sepuluh pahala. Aku tidak berkata (alif,lam,mim)
sebagai satu huruf tetapi (alif) adalah satu huruf, (lam) adalah
satu huruf dan (mim) adalah satu huruf.” (H.R.Turmudzi)
Rasulullah bersabda : "Orang yang paling baik di antara
kamu ialah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya
kepada orang lain." (HR. Bukhori)
Sebelum mulai mempelajari ilmu tajwid sebaiknya kita
mengetahui lebih dahulu bahwa setiap ilmu ada sepuluh asas yg
menjadi dasar pemikiran kita. Berikutnya dikemukakan 10 asas
Ilmu Tajwid :
1. Pengertian tajwid menurut bahasa : Memperelokkan
sesuatu. Menurut istilah ilmu tajwid : Melafazkan setiap
huruf dari makhrajnya yang betul serta memenuhi hak-hak
setiap huruf.
2. Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah Fardhu Kifayah
terdetik dalam benak orang saat mendengar kata al-falaq. Ia
disebut demikian karena seolah-olah terbelah dari waktu malam.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk berlindung
(isti'adzah) kepada Allah semata. Isti'adzah termasuk ibadah,
karenanya tidak boleh dilakukan kepada selain Allah. Dia yang
mampu menghilangkan kegelapan yang pekat dari seluruh alam
raya di waktu subuh tentu mampu untuk melindungi para peminta
perlindungan dari semua yang ditakutkan.
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“Dari kejahatan apa-apa yang telah Dia ciptakan.”
Ayat yang pendek ini mengandung isti'adzah dari kejahatan
semua makhluk. Al-Hasan Al-Bashri berkata : “Jahannam dan
iblis beserta keturunannya termasuk apa yang telah Dia
ciptakan.” Kejahatan diri kita sendiri juga termasuk di dalamnya,
bahkan ia yang pertama kali masuk dalam keumuman kata ini,
sebagaimana dijelaskan Syaikh al-'Utsaimin. Hanya Allah yang
bisa memberikan
perlindungan dari
semua kejahatan,
k a r e n a s e m u a
makhluk di bawah
kekuasaanNya.
Setelah memohon
p e r l i n d u n g a n
secara umum dari
semua kejahatan,
kita berlindung
kepada Allah dari
beberapa hal secara
khusus pada ayat
5 78
13. dan mengamalkannya yakni membaca Al-Quran dengan
bertajwid adalah Fardhu Ain bagi setiap muslimin dan
muslimat yang mukallaf.
3. Tumpuan perbincangannya : Pada kalimah-kalimah Al-
Qur'an.
4. Kelebihannya : Ia adalah semulia mulia ilmu karena ia
langsung berkaitan dengan kitab Allah (Al-Qur'an).
5. Penyusunnya : Imam-Imam Qira'at
6. Faedahnya : Mencapai kejayaan dan kebahagiaan serta
mendapat rahmat dan keridhaan Allah di dunia dan
akhirat, Insya-Allah.
7. Dalilnya : Dari Kitab Al-Qur'an dan Hadis Nabi SAW
8. Nama Ilmu : Ilmu Tajwid
9. Masalah yang diperbincangkan : Mengenai kaedah-kaedah
dan cara-cara bacaannya secara keseluruhan yang
memberi pengertian hukum-hukum cabangan.
10. Matlamatnya : Memelihara lidah
daripada kesalahan membaca ayat-a
y a t s u c i A l - Q u r a n k e t i k a
membacanya, membaca sej
a j a r d e n g a n
penurunannya yang
sebenarnya dari Allah
SWT.
bab: at-Ta'awwudz wa ar-Ruqyah Fi al-Mardla, h.943)
2. Ketika Akan Tidur
Salah satunya telah disebutkan ketika membahas
mengenai keutamaannya di atas. Hadits lainnya adalah
sebagaimana terdapat di dalam Shahih al-Bukhary dari 'Aisyah
رضي لله عنھا:
Bahwasanya bila Nabi صلي لله علیه وسلم ., beranjak ke tempat
tidurnya (untuk tidur) setiap malamnya beliau mengumpulkan
kedua telapak tangannya kemudian [meniupnya- meludah kecil]
lalu membaca 'Qul huwallaahu Ahad, Qul `A'uudzu birabbil
falaq dan Qul `A'uudzu birabbinnaas,' kemudian membasuh
dengan kedua telapak tangannya bagian badan yang mampu
disapunya, dimulai dari atas kepala, wajah, bagian badan
selanjutnya. Beliau melakukan hal itu hingga tiga kali. (Shahih
al-Bukhari)
Surat ini mengandung al-Isti'aadzah (minta perlindungan)
dari semua kejahatan baik secara umum maupun khusus,
berlindung (kembali) kepada Allah dan berlindung dengan
naungan rahmat-Nya dari segala keburukan serta berpegang
teguh dengannya dari kejahatan semua makhluk-Nya.
Tafsir Surat al-Falaq
قُل أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (Penguasa) waktu
Subuh.”
Dalam bahasa Arab, al-falaq berarti sesuatu yang terbelah
atau terpisah. Yang dimaksud dengan al-falaq dalam ayat ini
adalah waktu subuh, karena makna inilah yang pertama kali
77 6
14. al-Albani)
Kedua surat ini disunatkan dibaca setiap selesai shalat wajib.
Dalam hadits lain, 'Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu
meriwayatkan,
(( أَمَرَنِي رَسُولُ للهَِّ صَلَّى للهَُّ عَلَیْه وَسَلَّم أَن أَقْرَأ بِالْمُعَوِّذَاتِ دُبُر كُلِّ صَلاَةٍ))
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan saya
untuk membaca al-Mu'awwidzat tiap selesai shalat.” (HR. Abu
Dawud, dihukumi shahih oleh al-Albani)
Disunatkan juga membacanya sebelum dan sesudah tidur,
sebagaimana disebutkan dalam hadits 'Uqbah yang lain:
(( یا عُقْبَة ! اِقْرَأ بِھِمَا كُلَّمَا نِمْتَ وَقُمْتَ، مَا سَأَلَ سَائِلٌ وَلاَ اِسْتَعَاذ مُسْتَعِیْذ بِمِثْلِھِمَا))
“Wahai 'Uqbah, bacalah keduanya setiap kamu tidur dan bangun.
Tidaklah seseorang bisa meminta atau berlindung dengan seperti
keduanya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah, dihukumi hasan
oleh al-Albani)
Hadits-hadits shahih juga menjelaskan bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam menganjurkan membacanya pada dzikir pagi
dan sore. Beliau juga membacanya saat meruqyah diri beliau saat
sakit dan disengat kalajengking. Demikian juga malaikat yang
meruqyah beliau saat disihir Labid bin al-A'sham.
Kapan Surat Ini Dibaca?
1. Ketika Mengeluhkan Sesuatu Yang Sakit
Hal ini berdasarkan riwayat Malik dengan sanadnya dari
'Aisyah رضي لله عنھـا : bahwasanya bila Rasulullah صلـي لله علیـه
وسلم ., mengeluhkan rasa sakit, beliau membacakan untuk dirinya
dengan al-Mu'awwidzatain (Surat al-Falaq dan an-Naas) dan
meludah kecil, namun tatkala rasa sakitnya semakin parah, maka
aku pun membacakan untuknya dan menyapunya dengan kedua
tangannya karena berharap ada keberkahannya. (al-Muwaththa`,
7 76
15. BAB II
KEBIASAAN UMUM
YANG PERLU DIPERBAIKI
I. YANG TIDAK SEMPURNA
A. KEBIASAAN UMUM YANG SALAH :
Vokal A – I – U yang tidak jelas, karena mulut kurang
dibuka ketika membaca Al-Qur'an.
► CARA MENGATASINYA :
Vokal harus sempurna, yaitu :
Membuka mulut dengan sempurna ketika membaca
huruf berharakat fathah
Menurunkan bibir bawah ketika membaca huruf
berharakat kasrah
Memonyongkan bibir dengan sempurna ketika
membaca huruf berharakat dhammah
di awal dan di akhirat, dalam perkara agama maupun dunia.
Kedua: “dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita”.
al-ghasiq artinya: malam. Idza waqab artinya : paling gelap dan
masuk ke dalam segalanya, tempat hidup ruh yang jahat.
Ketiga: “dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang
menghembus pada buhul-buhul”. Ini merupakan sihir yang
paling jelek. Naffasat artinya: wanita, yaitu ruh dan jiwa, karena
pengaruh sihir hanyalah bagi jiwa yang buruk.
Keempat: “dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”. Ini
mencakup iblis dan bala tentaranya karena mereka paling hasad
kepada anak-anak Adam. “Bila ia dengki” maksudnya karena
orang yang dengki jika kedengkian terhadap saudaranya
disembunyikan dan hanya berbuat baik tidak akan mencelakakan
orang lain.
Keutamaan al-Mu'awwidzatain
Dalam Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari 'Uqbah bin
'Amir radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda,
(( أَلَم تَر آیَاتٍ أُنْزِلَت اللَّیْلَة لَم یُر مِثْلُھُن قَطُّ؟))
“Tahukah engkau ayat-ayat yang telah diturunkan malam ini,
tidak pernah ada yang menyerupainya sama sekali? Kemudian
beliau mengatakan:
قُل أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَق وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Sedangkan at-Tirmidzi, an-Nasa'i dan Ibnu Majah meriwayatkan
dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu hadits berikut,
((كَانَ رَسُولُ للهَّــِ صَلَّى للهَّــُ عَلَیْهِ وَسَلَّمَ یَتَعَوَّذ مِنْ عَیْنِ الْجَانِّ وَعَیْنِ الإــِنْسِ, فَلَمَّا نَزَلَتْ
الْمُعَوِّذَتَان أَخَذ بِھِمَا, وَتَرَكَ مَا سِوَى ذَلِكَ))
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berlindung dari mata
jahat jin dan manusia. Ketika turun al-Mu'awwidzatain, beliau
memakainya dan meninggalkan yang lain. (dihukumi shahih oleh
75 8
16. 2. KETIKA MEMBACA HURUF SUKUN SUARA
SERING MANTUL
۞ KEBIASAAN UMUM YANG SALAH :
Pantulan suara sering terjadi karena ketika mengucapkan
huruf sukun tergesa-gesa, sehingga
makhraj terlepas sebelum mengucapkan huruf berikutnya.
► CARA MENGATASINYA :
Lidah/bibir ditekan dengan lembut ke langit-langit,
kemudian dilepaskan dari makhrajnya bersamaan dengan
pengucapan huruf berikutnya.
3. TIDAK KONSISTEN DALAM MEMBACA MAD 2
HARAKAT
۞ KEBIASAAN UMUM
YANG SALAH :
Membaca 2 (dua) harakat
sering terlalu pendek
atau terlalu panjang. Hal
ini terjadi karena :
Perhatian lebih besar
terhadap lagu, sehingga
p a n j a n g / p e n d e k n y a
kurang diperhatikan
Ragu-ragu terhadap
huruf yang akan dibaca
berikutnya, sehingga
memanjangkan huruf
sebelumnya.
SURAT AL-FALAQ DAN AN-NAS
Surat al-Falaq dan an-Nas juga disebut al-Mu'awwidzatain.
karena keduanya mengandung ta'widz atau perlindungan. Surat
al-Falaq terdiri dari lima ayat dan tergolong makkiyyah, begitu
pula dengan surat an-Nas, surat yang terdiri dari 6 ayat ini juga
tergolong makkiyyah. Disebut demikian karena keduanya
mengandung ta'widz (perlindungan). Keduanya termasuk surat
yang utama dalam Al-Qur'an. Keutamaan surat al-Falaq selalu
disebut bersamaan dengan surat an-Nas.
Makna a'udzu ialah berpegang teguh dan waspada. Kalimat
ini mengandung permohonan “perlindungan kepada sesuatu”
dan “perlindungan dari sesuatu”.
“Perlindungan kepada sesuatu” ialah kepada Allah saja,
Penguasa Subuh yang kepada-Nyalah kita berlindung. Allah
menjelaskan seputar meminta perlindungan kepada makhluk
hanya akan manambahkan dosa dan kesalahan, yaitu
menjadikannya thagut. Allah berfirman:
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di
antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan”. [QS. Al-Jin:6]
Al-Falaq ialah tanda putih pada waktu subuh, yaitu jika
berpisah dari waktu malam. Hal ini menunjukkan keesaan dan
keagungan Allah
Al-Musta'iz, yang memohon perlindungan, ialah Rasulullah
صلي لله علیه وســلم dan siapa saja siapa mengikutinya hingga hari
kebangkitan.
Adapun “perlindungan dari sesuatu” ada 4 macam :
Pertama: “dari kejahatan makhluk-Nya” mencakup kejahatan
9 74
17. ► CARA MENGATASINYA :
Ayun suara, untuk huruf yang mempunyai 2 harakat atau
mad (dibaca panjang dengan mengayunkan suara)
4. TERGESA-GESA SEWAKTU MEMBACA
۞ KEBIASAAN UMUM YANG SALAH :
Dalam membaca bacaan ghunnah, iqlab, ikhfa', ikhfa'
syafawi (semua hukum bacaan kecuali hukum bacaan
idzhar) tidak ditahan secara lebih lama, tergesa-tergesa
secara langsung melantunkan bacaan berikutnya.
Sehingga cara membacanyapun menjadi salah menurut
kaidah ilmu tajwid.
► CARA MENGATASINYA :
Tahan suara lebih lama, ketika menemukan hukum
bacaan tersebut.
[Sebagian ulama qira'at menetapkan dengan cara
membuka/menutup 3 (tiga) jari yang tidak terlalu cepat
dan tidak terlalu lambat]
73 10
18. Allah memiliki rahmat yang berlaku umum untuk seluruh
makhluk tanpa terkecuali, sedangkan الـرَّحِیْم artinya Allah
memiliki rahmat yang diberikan khusus bagi orang yang beriman
saja. Namun, pendapat ini terbantahkan dengan surat AlHajj ayat
65 :
إِن للهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِیْم
“Sesungguhnya Allah terhadap manusia adalah sangat pengasih
lagi penyayang “(Q.S AlHajj : 65)
Dalam ayat ini Allah menyebutkan NamaNya dalam bentuk : رَحِیْم
untuk menyebutkan kasih sayangNya pada seluruh manusia
secara umum, bukan hanya orang yang beriman saja. Sehingga
penafsiran yang lebih tepat untuk dua Nama Allah tersebut adalah
seperti yang dijelaskan oleh Syaikh al-Utsaimin di atas.
Allah memiliki sifat rahmat yang luas, yang meliputi segala
sesuatu sebagaimana dalam firmanNya :
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“ Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu” (Q.S Al-A'raaf : 156)
Allah Subhaanahu WaTa'ala adalah Yang Paling bersifat rahmat/
kasih sayang di antara segala sesuatu yang memiliki kasih sayang
(rahmat). Jika seluruh kasih sayang makhluk dikumpulkan,
sedikitpun tidak bisa mendekati besarnya kasih sayang (rahmat)
Allah. Sebagaimana disebutkan dalam firmanNya :
خَیْرٌ حَافِظًا وَّهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِیْنَ ُ فَا
“ Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Yang
paling Penyayang di antara seluruh penyayang “ (Q.S Yusuf :64)
11 72
19. BAB III
MAKHRAJ DAN SIFAT HURUF
1. MAKHRAJ HURUF
Makhraj huruf atau dalam bahasa indonesia disebut sebagai
tempat keluarnya huruf terbagi menjadi 5 tempat,
a. Rongga Mulut ( (الجوف
Yang keluar dari rongga mulut adalah huruf-huruf mad,
yaitu : و ي أ
b. Tenggorokan ( (الحلق
Huruf yang keluar dari tenggorokan atas : ( (خ غ
Huruf yang keluar dari tenggorokan tengah : ( (ع ح
Huruf yang keluar dari tenggorokan bawah : ( (ه ء
c. Lidah ( (السان
1. Pangkal Lidah
Menyentuh langit-langit belakang (dibaca bulat) : ق
Di depan makhraj huruf ق, dengan menurunkan
pangkal lidah (dibaca pecah) : ك
2. Tengah Lidah
Menyentuh langit-langit tengah : ج ش ي
(catatan : ج jangan dibaca becek)
3. Lidah Terdekat
“ Berkata Fir'aun : Apakah رَبِّ اْلــعَالَمِیْنَ itu? (Musa) berkata :
Tuhan seluruh langit-langit dan bumi dan yang ada di antara
keduanya, jika kalian memang meyakininya “(Q.S Asy-Syu'araa
: 23)
الرَّحْمنِ الرَّحِیْمِ
Kata الرَّحْمنِ dan الـرَّحِیْمِ dalam bahasa Indonesia sering diartikan :
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Terjemahan ini
tidaklah salah, karena memang dalam bahasa Arab keduanya
memiliki makna : ذُوالرَّحْمَة )Yang Memiliki Sifat 'rahmat'). Sifat
'rahmat' tersebut bisa diartikan kasih sayang sehingga
penggunaan 'Maha Pengasih' sinonim dengan 'Maha Penyayang'.
Namun, sebenarnya di dalam dua kata ini terkandung makna
yang lebih khusus, mendalam, dan memiliki karakteristik
masing-masing.
D i j e l a s k a n o l e h
Syaikh Muhammad
I b n S h o l i h a l -
Utsaimin bahwa :
الرَّحْمـنِ artinya adalah
' Ya n g M e m i l i k i
rahmat yang luas',
s edangkan الـــرَّحِیْمِ
adalah 'Yang Mampu
menjadikan rahmat /
k a s i h s a y a n g N y a
sampai/ menjangkau
hambaNya'. Sebagian
ulama' menyatakan
bahwa : الرَّحْمنِ artinya
71 12
20. Menyentuh langit-langit depan : ل
Di belakang makhraj huruf ,ن : ل
Di belakang makhraj huruf ن, dengan memasukkan
punggung lidah : ر
4. Ujung Lidah
Menyentuh gusi dua gigi seri atas : ط د ت
(catatan : طdibaca tebal/pangkal lidah diangkat)
Menyentuh dinding dua gigi seri atas : ظ ذ ث
(catatan : ظ dibaca tebal/pangkal lidah diangkat)
· Hampir menyentuh gigi seri bawah : ص س ز
(catatan : صdibaca tebal/pangkal lidah diangkat)
5. Dua Sisi Lidah
Menyentuh gigi geraham atas : ض
d. Dua Bibir ( (الشفتان
Merapatkan dua bibir : م ب
Memonyongkan dua bibir و
Menyentuhkan ujung gigi seri atas dengan bibir bawah
bagian dalam : ف
dalam hadits:
عَنْ عَائِشَةَ أُم اْلــــمُؤْمِنِیْن رَضِيَ للهُ عَنْھَا قَالَتْ كَانَ الـــــنَّبِيُّ صَلَّى للهُ عَلَیْه وَسَلَّمَ إِذَا أَتَاه ـِ الَّذِي بِنِعْمَتِه تَتِم الصَّالِحَاتِ وَإِذَا أَتَاه اْلأَمْرُ یَكْرَهُهُ قَالَ اْلـحَمْدُ ِ اْلأَمْرُ یَسُرُّهُ قَالَ اْلحَمْد
عَلَى كُلِّ حَالٍ
“ Dari 'Aisyah Ummul Mu'minin – semoga Allah meridlai beliau
– beliau berkata : Adalah Rasulullah shollallaahu 'alaihi wasallam
jika ditimpa keadaan yang menyenangkan,
beliau berkata : ــِ الَّذِي بِنِعْمَتِه تَتِم الــصَّالِحَاتِ اْلـحَمْد (Segala puji bagi
Allah yang dengan kenikmatan (dari)Nya kebaikan-kebaikan
menjadi sempurna). Sedangkan jika beliau ditimpa sesuatu yang
tidak disenanginya, beliau mengucapkan : ــِ عَلَى كُلِّ حَالٍ اْلـحَمْدُ
(Segala puji bagi Allah dalam segenap keadaan)”(H.R Al-Hakim
dalam Al-Mustadraknya dan Ibnu Majah dalam Sunannya).
Allah dipuji dalam seluruh tahapan kehidupan, baik di dunia
maupun di akhirat. Sebagaimana dalam FirmanNya :
وَهُوَ للهُ لاَ إِله إِلاَّ هُوَ لَه اْلحَمْد فِي اْلأُوْلَى وَاْلآخِرَةِ وَلَه اْلحُكْم وَإِلَیْه تُرْجَعُوْنَ
“ Dan Dialah Allah Yang tidak ada sesembahan yang haq kecuali
Dia, bagiNya pujian di dunia dan di akhirat, dan hanya
milikNyalah keputusan hukum, dan kepadaNya kalian semua
akan dikembalikan “(Q.S Al-Qoshos : 70)
Allah adalah : رَبِّ اْلعَالَمِیْنَ , yaitu Pencipta, Penguasa, dan Pengatur
bagi seluruh semesta alam, segala sesuatu yang ada di bumi dan
di langit serta di antara keduanya, di masa dulu, saat ini, dan untuk
keseluruhan waktu. Sebagaimana juga Allah berfirman dalam
ayat yang lain ketika menceritakan percakapan antara Fir'aun dan
Nabi Musa :
قَال فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ اْلعَالَمِیْن . قَالَ رَبُّ السَّموَاتِ وَاْلأَرْضِ وَ مَا بَیْنَھُمَا إِن كُنْتُم مُوْقِنِیْنَ
13 70
21. Arti istilah : Pengucapan huruf yang tidak disertai
keluar/mengalirnya nafas
Hurufnya : 18 huruf, selain huruf Hams
a.2. Syiddah ( الشّدة ) Rakhawah ( (الرّخاوة
► Syiddah ( (الشّدة
Arti bahasa : Kuat
Arti istilah : Pengucapan huruf dengan suara tertahan/tertekan,
karena sangat
tergantung kepada makhrajnya
Hurufnya : 16 huruf
ح س خ ظ ش ه ز ص ع ث ف ذ و ء ي ض
► Rakhawah ( (الرّخاوة
Arti bahasa : Lemah
Arti istilah : Pengucapan huruf yang disertai terlepasnya suara
dengan bebas,
karena tidak terlalu tergantung kepada makhrajnya
Hurufnya : 20 huruf, selain huruf Syiddah
a.3. Isti'la' ( إستعلاء ) Istifaal ( (إستفا ل
► Isti'la' ( (إستعلاء
Arti bahasa : Terangkat
Arti istilah : Pengucapan huruf yang disertai terangkatnya
pangkal lidah ke atas
langit-langit
Hurufnya : 7 huruf
) ظ ط غ ض خ ص ق) خص ضغط قظ
· Istifaal ( (إستفا ل
Arti bahasa : Menurun
Arti istilah : Pengucapan huruf yang disertai turunnyanya
pangkal lidah dari
langit-langit
Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wasallam dibandingkan kalian “
(H.R AnNasaa'I dan Ibnu Khuzaimah)
Rincian Makna :
بِسْمِ للهِ الرَّحْمنِ الرَّحِیْمِ
Dengan Menyebut Nama Allah = بِسْم للهِ
Yang Maha Pengasih = الرَّحْمنِ
Yang Maha Penyayang = الرَّحِیْمِ
رَبِّ اْلعَالَمِیْنَ ِ الْحَمْد
Segala pujian = الْحَمْد
untuk Allah = ِ
(Tuhan )Pencipta, Penguasa, Pengatur= رَبِّ
seluruh alam semesta = اْلعَالَمِیْن
Segala pujian hanyalah
milik Allah dan hanya
pantas dikembalikan
kepada Allah, Pemilik
s e g a l a S i f a t
kesempurnaan. Allah
terpuji pada seluruh Sifat
d a n s e l u r u h
perbuatanNya. IA dipuji
dalam segenap keadaan.
S e b a g a i m a n a
Rasululullah senantiasa
memuji Allah baik
dalam keadaan gembira
atau susah. Disebutkan
69 14
22. e. Rongga Hidung ( (الخیشوم
· Setiap yang ber-ghunnah/dengung
2. SIFAT HURUF
Tujuan mempelajari sifat huruf adalah agar huruf yang
keluar dari mulut kita semakin sesuai dengan keaslian huruf-huruf
al-Qur'an. Huruf yang sudah tepat makhrajnya belum
tentu
benar sifatnya.
Sifat huruf dalam al-Qur'an secara umum dibagi 2, yaitu :
a. Sifat huruf yang memiliki lawan
b. Sifat huruf yang tidak memiliki lawan
a. Sifat huruf yang memiliki lawan
Sifat huruf yang memiliki lawan dibagi menjadi 5 macam,
yaitu :
a.1. Dari Segi Nafas ( (الجھر الھمس
a.2. Dari Segi Suara ( (الرّخاوة الشّدة
a.3. Dari Posisi Pangkal Lidah ( (إستفا ل إستعلاء
a.4. Dari Menutup-tidaknya Lidah ke Langit-langit ( إطباق
(إنفتاح
a.5. Dari Susah-mudahnya Huruf Dikeluarkan ( (إصمات إذلاق
a.1. Hams ( الھمس ) Jahr ( (الجھر
► Hams ( (الھمس
Arti bahasa : Samar
Arti istilah : Pengucapan huruf yang disertai
keluar/mengalirnya nafas
Hurufnya : 10 huruf
turunkan atas beliau 'bismillaahirrohmaanirrohiim' (H.R Abu
Dawud dalam Sunannya, dan Ibnu Katsir menyebutkan dalam
tafsirnya bahwa sanad hadits ini shohih)
Hadits Qudsi tersebut di atas juga dijadikan dalil oleh
para Ulama' yang berpendapat bahwa bacaan basmalah
(bismillaahirrohmaanirrohiim) bukanlah termasuk dari
AlFatihah. Nampak dari hadits qudsi di atas bahwa permulaan
bacaan tersebut (dialog antara pembaca al-Fatihah dengan Allah)
adalah: رَبِّ اْلعَالَمِیْن ِ الْحَمْد , bukan dimulai dengan basmalah.
Namun, walaupun seandainya kita mengikuti pendapat
ulama' yang menyatakan bahwa basmalah bukan termasuk
AlFatihah, dalam sholat sebelum membacanya tetap kita baca
basmalah, karena Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wasallam juga
membaca basmalah dalam sholat. Sebagaimana disebutkan
dalam hadits Nu'aim al-Mujmiri ketika menerangkan sholat Abu
Hurairah :
صَلَّیْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَیْرَةَ رَضِيَ للهُ عَنْهُ فَقَرَأ بِسْمِ للهِ الرَّحْمـنِ الــرَّحِیْم ثُم قَرَأ بِأُم اْلــقُرْآنِ
حَتَّى بَلَغ وَلاـَ الـضَّالِّیْنَ فَقَالَ امِیْن وَقَالَ الـنَّاسُ امِیْن وَیَقُوْلُ كُلَّمَا سَجَدَ للهُ أَكْبَر فَإِذَا قَامَ مِنَ
اْلــجُلُوْسِ قَالَ للهُ أَكْبَر وَیَقُوْلُ إِذَا سَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِیَدِه إِنِّي لأــَشْبَھَكُمْ صَلاــَةً بِرَسُوْلِ للهِ
صَلَّى للهُ عَلَیْه وَسَلَّمَ
“Aku sholat di belakang Abu Hurairah – semoga Allah
meridlainya- dia membaca bismillaahirrohmaanirrohiim
kemudian membaca Ummul Qur'an (AlFatihah) sampai pada
bacaan : وَلاَ الـضَّالِّیْنَ , kemudian mengucapkan : Aamiin, orang-orang
(makmum) juga mengucapkan : Aamiin, kemudian setiap
akan sujud membaca : Allaahu akbar, ketika bangkit dari duduk
membaca : Allaahu akbar, dan ketika selesai salam beliau
berkata : “ Demi Dzat Yang jiwaku berada di TanganNya,
sesungguhnya aku paling menyerupai sholatnya dengan
ت ث ح خ س ش ص ف ه ك
► Jahr ( (الجھر
Arti bahasa : Jelas
15 68
23. Hurufnya : 21 huruf, selain huruf Isti'la'
a.4. Ithbaq ( إطباق ) Infitah ( (إنفتاح
► Ithbaq ( (إطباق
Arti bahasa : Lengket
Arti istilah : Pengucapan huruf dalam keadaan bertemunya
lidah dengan langit-langit
(menutup langit-langit)
Hurufnya :
ص ض ط ظ
► Infitah ( (إنفتاح
Arti bahasa : Terpisah
Arti istilah : Pengucapan huruf dalam disertai menjauhnya
lidah dari langit-langit
(terbuka dari langit-langit)
Hurufnya : 24 huruf, selain huruf Ithbaq
a.5. Idzlaq ( إذلاق ) Ishmaat ( (إصمات
► Idzlaq ( (إذلاق
Arti bahasa : Bagian lancip lidah
Arti istilah : Pengucapan huruf yang keluarnya mudah, karena
makhrajnya dari ujung
lidah dan bibir
Hurufnya : 6 huruf
ب ر ف ل م ن
► Ishmaat ( (إصمات
Arti bahasa : Tertahan
Arti istilah : Pengucapan huruf yang keluarnya tertahan/susah
Hurufnya : 22 huruf, selain huruf Idzlaq
b. Sifat huruf yang tidak memiliki lawan
Sifat huruf yang tidak memiliki lawan dibagi menjadi 7
macam, yaitu :
ayat surat AnNaml, yaitu ketika Nabi Sulaiman mengirim surat
pada Ratu Balqis, di dalamnya terkandung basmalah. Hal ini
terdapat dalam Surat AnNaml ayat 30 :
إِنَّه مِنْ سُلَیْمَانَ وَإِنَّه بِسْمِ للهِ الرَّحْمنِ الرَّحِیْمِ
Artinya : “ Dan sesungguhnya (surat itu) berasal dari Sulaiman
dan sesungguhnya (terdapat tulisan) Dengan Nama Allah Yang
Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Sebagian Ulama' menyatakan bahwa basmalah hanyalah
merupakan bagian permulaan tiap surat sebagai pemisah antar
surat, kecuali surat AtTaubah. Dalil yang menunjukkan bahwa ia
merupakan pemisah antar surat adalah hadits :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي للهُ عَنْھُمَا أَنَّ رَسُوْلَ للهِ صَلَّى للهُ عَلَیْه وَسَلَّمَ كَانَ لاـــَ یَعْرِفُ فَصْلَ
السُّوْرَةِ حَتَّى یُنْزَل عَلَیْه بِسْم للهِ الرَّحْمنِ الرَّحِیْمِ
Dari Ibnu Abbas – Radliyallaahu 'anhuma – bahwasanya
Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wa sallam sebelumnya tidak
mengetahui pemisah antar surat (dalam AlQuran) sampai (Allah)
67 16
24. b.1. Shafiir
b.2. Qalqalah
b.3. Liin
b.4. Inhiraf
b.5. Takrir
b.6. Tafasyi
b.7. Istithalah
b.1. Shafiir ( (الصّفیر
Arti bahasa : Suara mirip burung
Arti istilah : Tambahan suara yang keluar dari dua bibir
Hurufnya : 3 huruf ( (ز س ص
ص : Suara tambahannya menyerupai suara angsa
س : Suara tambahannya menyerupai suara belalang
ز : Suara tambahannya menyerupai suara lebah.
b.2. Qalqalah ( (قلقلة
قلقلة
قطب جد (ق -ط- ب- ج- د)
قلقلة صغرى
Apabila huruf qolqolah
berada ditengah-tengah
huruf yang lain, huruf
qolqolah berharakat
sukun dan cara
membacanya
memantul tipis Contoh:
صدْرك
قلقلة كبرى
Apabila huruf
qolqolah berada
diakhir kalimat, dan
diwaqafkan
(berhenti) cara
membacanya
memantul tebal.
Contoh:
قل هولله أحد
“ Aku membagi AsSholaah (AlFatihah) antara Aku dengan
hambaKu menjadi 2 bagian dan bagi hambaKu ia mendapatkan
yang ia minta. Jika seorang hamba mengucap :
رَبِّ اْلعَالَمِیْنَ ِ الْحَمْدُ Allah berfirman : ' HambaKu telah memujiKu'.
Jika seorang hamba mengucapkan : الرَّحْمنِ الرَّحِیْمِ , Allah berfirman
: ' HambaKu telah memujiKu. Jika hambaKu mengucapkan : مَالِكِ
یَوْمِ الدِّیْنِ , Allah berfirman : 'HambaKu telah mengagungkan Aku ',
dan kemudian Ia berkata selanjutnya : “HambaKu telah
menyerahkan (urusannya) padaKu. Jika seorang hamba
mengatakan : إ Allah menjawab : In
adalah antara diriKu dan hambaKu, hambaKu akan mendapatkan
yang ia minta. Jika seorang hamba mengatakan :
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِیْم صِرَاطَ الَّذِیْن أَنْعَمْت عَلَیْھِم غَیْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَیْھِم وَلاَ الضَّالِّیْنَ
Allah menjawab : Ini adalah untuk hambaKu, dan baginya apa
yang ia minta (H.R Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban
dalam Shohihnya, AtTirmidzi dalam Sunannya) Allah menjawab
ucapan seseorang dengan kalimat : “hambaKu telah memujiKu”
pada saat diucapkan ـِ رَبِّ اْلــعَالَمِیْنَ الْحَمْدُ dan الرَّحْمــنِ الــرَّحِیْمِ . Dua
kalimat tersebut mengandung pujian bagi Allah, namun ada
sedikit perbedaan. Pada kalimat yang pertama : رَبِّ اْلعَالَمِیْنَ ِ الْحَمْدُ
( segala puji bagi Allah) pujian bagi Allah karena kebaikan
perbuatan, sedangkan pada kalimat yang kedua : الرَّحْمـنِ الـرَّحِیْمِ
)Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) selain mengandung
pujian karena kebaikan perbuatan juga karena kesempurnaan
SifatNya.
Para Ulama' berbeda pendapat tentang apakah basmalah
termasuk dalam surat Al Fatihah atau tidak. Hal yang menjadi
k e s e p a k a t a n a d a l a h b a h w a b a s m a l a h
(bismillaahirrohmaanirohiim) merupakan bagian dari salah satu
17 66