Dokumen tersebut membahas tentang teori ekonomi makro khususnya mengenai ekonomi empat sektor. Ringkasannya adalah:
1. Ekonomi empat sektor adalah model ekonomi yang mempertimbangkan empat sektor yaitu rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan sektor luar negeri.
2. Model ini menganalisis hubungan antara penawaran agregat, permintaan agregat, tabungan, investasi, pajak, ekspor, dan
1. TEORI EKONOMI MAKRO
3.3. EKONOMI EMPAT SEKTOR
A = C + I + G + (X–M ) ( Aggregate Demand )
Y = C + S +T ( Aggregate Supply )
A = Y
I + G + X = S + T + M
3.3.1. Marginal, Average Propensity to Consume, Save, Tax & Import
Y = C + S + T + M Y = C + S + T + M
∆Y = ∆C + ∆S + ∆T + ∆M Yn = Cn + Sn + Tn + Mn
∆Y/∆Y = ∆C/∆Y + ∆S/∆Y + ∆T/∆Y + ∆M/∆Y Yn/Yn = Cn/Yn + Sn/Yn + Tn/Yn + Mn/Yn
1 = MPC + MPS + MPT + MPM 1 = APCn + APSn + APTn + APMn
MPC + MPS + MPT + MPM = 1
Atau: 1 – MPC = MPS + MPT + MPM
APCn + APSn + APTn + APMn = 1
Atau: 1 – APCn = APSn + APTn + APMn
3.3.2. Fungsi Konsumsi, Tabungan, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Pajak, Ekspor,
Impor dan Perubahan Pendapatan
A = C + I + G + (X–M)
Y = C + S +T
A = Y
I + G + X = S + T + M
A = C +I+G + (X–M)
= C(Yd) + I + G + (X–M)
= [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]}
dimana: C = C (Yd) = C + c Yd
M = M (Y) = M + m Y ,M = 0
A = C + I + G + (X –M )
Yd = Y – T , T = t Y
C = 12.500
I = 5.000
G = 5.250
X = 3.500
M = 0
c = MPC = 0,75
t = MPT = 0,1
m = MPM = 0,0
1|Page
2. TEORI EKONOMI MAKRO
A A=Y
A = 26.250 + 0,625 Y C=
12.500 + 0,75 Y
C = C(Yd)–T(Y)-M(Y)
= 12.500 + 0,625Y
70.000
65.000 1/[1- c (1 - c) - m ]. ∆Ā
52.250 ∆C
50.000
∆Y
26.250
12.500
0
50.000 70.000 Y
S
S +T+M = -12.500 + 0,375 Y
S = -12.500 + 0,25 Y
13.750 I+G+X
6.250 I=I
5.000 ∆Y ∆S
2|Page
3. TEORI EKONOMI MAKRO
0 50.000 70.000 Y
-12.500
= [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]}
= A + c Yd – m Y
= A + c ( Y – T ) – mY
= A + c ( Y – t Y ) – m Y
= A + c ( 1 – t ) Y – m Y
= A + [ c ( 1 – t ) – m ] Y
= 26.250 + [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] Y
= 26.250 + 0,625 Y
I + G + X = S + T + M
= S (Yd) + t Y + m Y
= [ Yd – C (Yd)] + t Y + m Y
= Yd – [C + cYd ] + t Y + m Y
= –C + ( 1 – c ) Yd + t Y + m Y
= –C + ( 1 – c ) ( Y – T ) + t Y + m Y
= –C + ( 1 – c ) ( Y – tY ) + t Y + m Y
= –C + ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y + m Y
= –C + 1 ( 1 – t ) Y – c ( 1 – t ) Y + t Y + m Y
= –C + Y – t Y – c Y + ct Y + t Y + m Y
= –C + Y – c Y + ct Y + m Y
= –C + ( 1 – c + ct + m ) Y
= –C + {1 – [ c ( 1 – t ) – m ]} Y
= – 12.500 + {1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} Y
= – 12.500 + 0,375 Y
∆C Cn – Cn-1 65.000 – 50.000 15.000
c = MPC = = = = = 0,75
∆Y Yn – Yn-1 70.000 – 50.000 20.000
∆S Sn – Sn-1 ∆C
s = MPS = = = 1 - MPC = 1 – = 1 – 0,75 = 0,25
∆Y Yn – Yn-1 ∆Y
c ( 1 – t ) = MPC ( 1 – MPT ) = 0,75 ( 1 – 0,1 ) = 0,675
1 – c ( 1 – t ) = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 )] = 1 – 0,675 = 0,325
c ( 1 – t ) – m = MPC ( 1 – MPT ) – MPM = 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 = 0,625
3|Page
4. TEORI EKONOMI MAKRO
1 – [ c ( 1 – t ) – m ] = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) – MPM ] = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]
= 1 – 0,625 = 0,375
1 1
∆Y = α ∆I = ( I2 – I1 ) = ( 13.750 – 6.250 ) = 20.000
1– [c(1– t)–m] 0,375
3.3.3. Macro Economic Model: Circular Flow of Income
Pembayaran Pendapatan
Rp 70.000
Jasa-jasa Faktor
RT Perusahaan
(Pendapatan) (Produksi)
Rp 59.500 Rp 70.000
Barang2 dan Jasa2
Belanja Konsumsi
Rp 56.250
Tabungan Investasi Yang
Rp 3.250 Pasar Modal Direncanakan
Rp 5.000
Kebj. Moneter
Pajak Pengeluaran
Rp 7.000 Pemerintah Pemerintah
Rp 5.250
Kebj. Fiskal
Impor Ekspor
Rp 3.500 Luar Negeri Rp 3.500
4|Page
5. TEORI EKONOMI MAKRO
Kebj. Neraca
Pembayaran
Ekonomi Empat Sektor yang dikenal juga dengan ekonomi terbuka, adalah kajian
ekonomi sektoral yang paling sempurna. Kata-kata ekonomi terbuka yang dibubuhkan pada
ekonomi empat sektor, bukan berarti kondisi-kondisi lainnya seperti: BEP, Ekonomi Dua Sektor
dan Ekonomi Tiga Sektor merupakan ekonomi tertutup. Kesemua kondisi ekonomi sektoral yang
dikaji didalam aktivitas ekonomi adalah ekonomi yang bersifat terbuka. Secara sadar atau tidak
disadari telah banyak bergeming dalam buku-buku paket ekonomi makro yang terbit sampai
pada pasca ordebaru dengan istilah ekonomi tertutup sederhana yang dimaksudkan pada
ekonomi dua sektor, hingga telah membawa kearah pengertian yang keliru bagi pembaca bahkan
mahasiswa tingkat persiapan atau mereka yang kurang jeli. Mereka mengartikan ekonomi dua
sektor tersebut sebagai ekonomi tertutup alias tidak adanya hubungan dagang dengan luar negeri,
kiprah ekonomi nasional bergerak seolah-olah atas kekuatan ekonomi dalam negeri (domestik)
semata. Sedangkan ekonomi tiga sektor juga diartikan sebagai ekonomi tertutup yang lebih luas
dari sekedar sederhana, alasan luasnya dengan adanya sektor pemerintah dalam aktivitas
ekonomi nasional. Terakhir diperkuat kekeliruan tersebut dengan munculnya ekonomi yang
bersifat terbuka yang dimaksudkan pada ekonomi empat sektor.
Untuk menetralisisr kearah yang seharusnya dapat dilihat apakah suatu negara tersebut
merupakan ekonomi terbuka atau tertutup dapat dilihat apakah suatu negara tersebut mempunyai
suatu pencatatan tertentu sepereti neraca pembayaran atau tidak. Contoh yang paling dekat sekali
adalah diterapkan pada ekonomi Indonesia, yang barangkali semua kita sudah mengatahui secara
pasti, bahwa kondisi ekonomi Indonesia adalah bersifat terbuka. Ciri-ciri ekonomi terbuka
adalah adanya hubungan dagang dengan luar negeri, dan pada Neraca Pembayaran ( Balance of
Payment ) karena adanya sisi arus perdagangan luar negeri maka disisi lainnya terdapat arus
modal laur negeri, yang berarti terdapatnya suatu kondisi apakah neraca pembayaran surplus atau
defisit.
Secara Gradual kembali diartikan maksud-maksud tersembunyi dalam ekonomi sektoral
tersebut. Ekonomi sektoral yang terdiri dari empat kondisi berikut: Subsistance Level atau BEP,
Ekonomi Dua Sektor, Ekonomi Tiga Sektor dan Ekonomi Empat Sektor kesemuanya merupakan
ekonomi yang bersifat terbuka. Maksud yang paling utama sekali diasumsikan dari keempat
kondisi ekonomi tersebut adalah “melakukan pembilahan-pembilahan analisis ekonomi mulai
dari yang paling sederhana sekali sampai kepada kondisi yang paling sempurna atau terperinci
sekali, antara lain:
1. Kondisi ekonomi yang bersifat Subsistance Level atau BEP adalah aktivitas ekonomi
nasional yang bersifat terbuka, dimana terdapatnya kondisi ekonomi bahwa total konsumsi
atau konsumsi nasional sama besar dengan pendapatan nasional. Kalau diartikan menurut
definisi ekonom modern J.M Keynes yang sangat terkenal itu bahwa “Tabungan adalah
pendapatan yang tidak dikonsumsi”, sehingga kondisi ekonomi Subsistance level atau BEP
yang diartikan kedalam “expenditure side” dimana seluruh pendapatan digunakan untuk
konsumsi semata. Dengan demikian berarti, bahwa Pada tingkat pendapatan Break-Even
besarnya Saving sama dengan Nol ( S = 0 ). Sebagaimana yang telah dicontohkan semula,
5|Page
6. TEORI EKONOMI MAKRO
bahwa sektor Rumah Tangga berpenghasilan Rp 50.000,- dari hasil penjualan faktor produksi
(Land, Capital, Labour, Entrepreneour) dan keseluruhannya atau sebesar Rp 50.000,- juga
digunakan sebagai belanja konsumsi atau tidak terdapatnya suatu kebocoran, yaitu “berupa
bagian dari Pendapatan Nasional yang tersisa sebagai tabungan dan perincian lanjutan
sebagainya.
2. Kondisi Ekonomi: Dua Sektor, Tiga Sektor dan Empat Sektor masing-masing adalah
aktivitas ekonomi nasional yang bersifat terbuka, dimana kalau diartikan kedalam
“expenditure side” dimana tidak seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi semata
sebagaimana halnya kondisi ekonomi Subsistance. Pada hakekatnya untuk ketiga aktivitas
ekonomi yang ada terdapatanya suatu kebocoran pada pada tingkat yang berbeda-beda dari
sejumlah pendapatan nasional yang sama. Asumsi ekonomi dua sektor dilatar belakangi dari
hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital, Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar
Rp 70.000,- dan bagiannya sebesar Rp 5.000,- berperan sebagai Tabungan (saving) atau
Investasi (Investment), yang berarti pengeluaran konsumsi adalah sebesar Rp 65.000,-.
Sementara itu pada asumsi ekonomi tiga sektor, dimana dari hasil penjualan faktor produksi
(Land, Capital, Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- tersebut diperinci
masing-masing sebagai konsumsi serta Investasi dan pengeluaran pemerintah masing-masing
sebesar Rp 59.750,- dan Rp 10.250,-. Terakhir asumsi yang melatarbelakangi ekonomi
empat sektor dimana dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital, Labour,
Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- tersebut diperinci masing-masing sebagai
konsumsi serta Investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor masing-masing sebesar Rp
56.250,- dan Rp 13.750,- .
Didalam analisa ekonomi sektoral atau yang dimaksudkan secara khusus untuk ekonomi empat
sektor sebagaimana yang terlihat pada Macroeconomic’s Model “Circular Flow of Income”
segala sesuatu yang menyangkut dengan aktivitas ekonomi nasional merupakan analisa yang
sangat komplek, antara lain: Segenap Pasar (Pasar barang, pasar uang, pasar modal dan pasar
luar negeri) dan segenap Kebijaksanaan Makroekonomi (Kebijasanaan Fiskal, Kebijaksanaan
Moneter dan Kebijaksanaan Perdagangan Luar Negeri) yang ada dalam ekonomi telah berkiprah
secara bersamaan.
Kalau persoalan ekonomi empat sektor ini dikembalikan kepada definisi ekonom modern
J.M Keynes bahwa “Tabungan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi”. Untuk analisa
ekonomi dua sektor tampak definisi ini sangat cocok sekali, sedangkan untuk ekonomi tiga
sektor telah tegaskan “bahwa tidak ada mekanisme pasar modal yang bergerak dengan
sendirinya yang perlu menyamakan tabungan dan investasi”. Hal ini menyatakan bahwa
adanya ruangan untuk kekuatan dari luar yang akan semakin mempengaruhi pasar itu sedemikian
rupa sehingga semakin tidak samanya tabungan dan penanaman modal (investasi) pada tingkat
output dan pendapatan. Kekuatan-kekuatan dari luar pada ekonomi empat sektor dalam hal ini
adalah Kebijaksanaan Fiskal, Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan Perdagangan luar
negeri. Dari kedua gagasan ini dapat diprediksikan bahwa dalam analisa ekonomi sektoral,
khususnya ekonomi empat sektor terdapatnya semacam kecenderungan pola pengeluaran
konsumsi yang semakin menurun diimbangi oleh masing-masing pola pengeluaran Investasi,
pengeluaran investasi plus pengeluaran pemerintah dan pengeluaran investasi plus pengeluaran
6|Page
7. TEORI EKONOMI MAKRO
pemerintah plus pengeluaran untuk ekspor yang cenderung semakin meningkat. Secara berurut
mulai dari ekonomi dua sektor, ekonomi tiga sektor dan ekonomi empat sektor, pola konsumsi
masing-masing: Rp 65.000,- menjadi Rp 59.750,- dan menjadi Rp 56.250,- yang diimbangi oleh
masing-masing: Rp 5.000,- menjadi Rp 10.250,- dan menjadi Rp 13.750,- sebagaimana yang
dapat dilihat baik pada tabel, kurva dan atau circular flow of income ekonomi empat sektor.
A A=Y
A = 26.250 + 0,625 Y C=
12.500 + 0,75 Y
C = C(Yd) – T(Y)
= 12.500 + 0,625Y
70.000
65.000 1/[1- c (1 – c) – m ]. ∆Ā
56.250 ∆C
50.000
∆Y
26.250
12.500
0
50.000 70.000 Y
S
7|Page
8. TEORI EKONOMI MAKRO
S + T + M = -12.500 + 0,375 Y
S = -12.500 + 0,25 Y
13.750 I+G
6.250 I=I
5.000 ∆Y ∆S
0
50.000 70.000 Y
-12.500
3.3.4. Pendapatan Nasional Equilibrium
A = C + I + G + (X–M )
Y = C + S +T
A = Y
I + G + X = S + T + M
A = C +I+G + (X–M)
= C(Yd) + I + G + ( X – M )
= [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]}
= A + c Yd – m Y
= A + c ( Y – T ) – mY
= A + c ( Y – t Y ) – m Y
= A + c ( 1 – t ) Y – m Y
= A + [ c ( 1 – t ) – m ] Y
= 26.250 + [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] Y
= 26.250 + 0,625 Y
C + I + G + (X – M ) = Yd – cYd + t Y + m Y
atau I + G + X = S + T + M
= S (Yd) + t Y + (M + m Y )
= [ Yd – C (Yd)] + t Y + (M + m Y )
= Yd – [C + cYd ] + t Y + (M + m Y )
C + I + G + ( X –M ) = Yd – cYd + t Y + m Y
A = Yd – cYd + t Y + m Y
8|Page
9. TEORI EKONOMI MAKRO
A = ( 1 – c ) Yd + t Y + m Y
= (1– c)(Y– T)+ tY + mY
= ( 1 – c ) ( Y – tY ) + t Y + m Y
= (1– c)(1– t)Y + tY + mY
= 1(1– t)Y – c (1–t )Y + tY + mY
= Y – t Y – c Y + ct Y + t Y + m Y
= Y – c Y + ct Y + m Y
= ( 1 – c + ct + m ) Y
= {1 – [ c ( 1 – t ) – m ]} Y
= {1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} Y
= 0,375 Y
{1 – [c ( 1 – t ) – m ]} Y = A
1
Y = A
{1 – [c ( 1 – t ) – m ]}
1
= ( 26.250 )
{1 – [0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]}
1
= ( 26.250 )
0,325
= 70.000
3.3.5. Multiplier (α)
∆Y 1 1 1
α = = = = = 2,667
∆I 1– [c(1–t) – m] 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] 0,375
7.3.3.6. Perubahan Pendapatan (∆Y)
∆Y = α ∆I
= α ( I 2 – I1 )
= 2,667 ( 13.750 – 6.250 )
= 20.000
9|Page