ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEMALA KEMPA DAYA
1. LAPORAN TUGAS AKHIR
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK
KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE
PT. GEMALA KEMPA DAYA
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Tugas Akhir Pada Program
Strata Satu (S-1) Jurusan Tehnik Industri
Disusun Oleh :
Nama : Amrin
NIM : 2011220021
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2015
2. i
Abstrak
PT. Gemala Kempa Daya adalah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif
Under Body dengan produk utamanya adalah Chasis parts dan komponen sub assy
pendukung yang disupply ke customer utama diantaranya adalah Hino, Mitsubishi,
Nissan, Toyota dan IGP, baik lokal maupun ekspor. Dengan semakin ketatnya
persaingan industri otomotif, maka perusahaan ingin menerapkan efisiensi disegala
sektor operasional perusahaan termasuk menyeimbangkan proses. Metode yang dipakai
untuk program ini adalah dengan line balancing.
Langkah yang digunakan untuk mencapai efisiensi adalah menganalisa waktu
proses per stasiun kerja, mengatur beban kerja per stasiun kerja, menganalisa indikator
balancing serta analisa terhadap investasi (Play back Period, NPV & IRR) yang
dibutuhkan sebagai akibat dari balancing proses. Proses analisa ini didasari oleh
beberapa teori diantaranya teori tentang Waktu Baku, teori Line Balancing, teori
Analisis investasi serta Robot welding.
Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapat beberapa hasil diantaranya
adalah naiknya efisiensi sebesar 81,9 %, berkurangnya jumlah stasiun kerja dari 3
stasiun kerja menjadi 2 stasiun kerja, manpower dari 3 orang menjadi 2 orang, serta
kapasitas produksi meningkat dari 3023 menjadi 3759 pcs per hari. Adapun hasil
analisis investasi menunjukkan beberapa indikator kelayakan investasi, diantaranya
Payback Period 2,8 tahun, Net Present Value (NPV) sebesar Rp 411.337.967,- (NPV >
0) , dan internal rate of return (IRR) adalah 75,29%.
Line balancing dengan pengaturan elemen kerja, beban kerja dan equipment
serta penambahan satu unit mesin Arc Robot Welding perlu direalisasikan di Line WRE
mengingat pencapaian efisisensi yang tinggi dan meningkatnya kapasitas produksi.
Kata kunci
Waktu Baku, Line Balancing, Investasi, Payback Period, NPV, IRR
3. JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
“ Analisis Line Balancing untuk kesimbangn proses produksi di Line
WRE PT. Gemala Kempa Daya” ini telah disetujui dan memenuhi
persyaratan untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Strata-1 (S-1)
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Darma Persada.
Jakarta,
Dosen Pembimbing
Ir. Jamaludin Purba, MT
4. JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : AMRIN
Nomor Induk Mahasiswa : 2011220021
Program Studi : Tehnik Industri
Fakultas : Teknologi Industri
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi saya adalah ASLI yang dibuat
berdasarkan prosedur penulisan ilmiah.
Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia menanggung apabila
pernyataan ini tidak benar.
Jakarta, September 2015
Penulis
( AMRIN )
5. JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa :
Nama : AMRIN
Nomor Induk Mahasiswa : 2011220021
Jurusan : Tehnik Industri
Universitas : Universitas Darma Persada
Judul Skripsi : Analisis Line Balancing untuk keseimbangan
proses produksi di Line WRE
PT. Gemala Kempa Daya.
Adalah benar telah melakukan penelitian Tugas Akhir di PT. Gemala
Kempa Daya yang beralamat di Jalan Pegangsaan Dua Blok A1, KM 1,6
Kelapa Gading Jakarta Utara.
Jakarta, September 2015
Plat Division Head PT.
Gemala Kempa Daya
( Dwi Koentjoro )
6. JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
“Analisis Line Balancing untuk keseimbagan proses produksi di Line WRE
PT. Gemala Kempa Daya”
Yang disusun Oleh :
Nama : AMRIN
NIM : 2011220021
Telah diperiksa, diuji dan disetujui sebagai syarat untuk memperoleh
Strata-1 (S-1) Jurusan Tehnik Industri, Fakultas Tehnik, Universitas
Darma Persada.
Jakarta, September 2015
Ketua Jurusan Teknik
Industri
Ir. Jamaludin Purba, MT
7. ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh,
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang
Maha kuasa atas segala sesuatu sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang kita
harapkan syafa’atnya di hari akhir kelak.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan kurikulum
Strata 1 (S1) pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri di Universitas
Darma Persada, dengan judul “Analisis Line Balancing untuk keseimbangan
proses produksi di PT Gemala Kempa Daya”
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Ir. Jamaludin Purba MT, selaku dosen pembimbing dan selaku
Ketua Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Darma
Persada yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis
selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan lapaoran dengan
baik.
2. Bapak Dwi Koentjoro selaku Plant Division Head PT. Gemala Kempa
Daya yang telah memberikan kesempatan melakukan Tugas Akhir di
PT. Gemala Kempa Daya..
8. iii
3. Seluruh karyawan PT. Gemala Kempa Daya, khususnya operator dan
Engineering di line WRE yang telah banyak membantu penulis selama
Tugas Akhir.
4. Kedua orang tua serta temanteman tercinta, yang telah memberikan
banyak dukungan baik moril maupun materil.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini , oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima
guna kemajuan penulis dan kita bersama. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih.
Jakarta, Agustus 2015
( Amrin )
9. iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................... 2
1.3 Pembatasan masalah................................................... 3
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................... 3
1.4.1 Tujuan penelitian................................................. 3
1.4.2 Manfaat penelitian............................................... 4
1.5 Metodelogi Penelitian................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan ................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Time and Motion Study.................................. .............. 7
2.1.1 Persiapan Awal Uji Time and Motion Study......... 8
2.1.2 Elemental Breakdown (Pembagian Operasi
Menjadi ElemenElemen Kerja). ........................ 10
2.1.3 Pengamatan dan Pengukuran ………………….. 10
10. v
2.1.4 Rating performance …….. .................................. 14
2.1.5 Uji Kecukupan Data …….................................... 14
2.1.6 Waktu Baku ……................................................. 19
2.2 Line Balancing.............................................................. 23
2.2.1 Langkah Pemecahan Line Balancing.................. 24
2.2.2 IstilahIstilah Line Balancing ............................... 25
2.2.3 Analisis Line Balancing …………………............. 29
2.3 Investasi....................................................................... 33
2.3.1 Studi Kelayakan Proyek...................................... 33
2.3.2 Aspek Teknis........................................................ 33
2.3.2.1 Letak Lokasi............................................. 33
2.3.2.2 Kapasitas Produksi.................................. 35
2.3.2.2 Teknologi.................................................. 36
2.3.3 Aspek Finansial ………………………………....... 37
2.3.3.1 Investasi................................................... 37
2.3.3.2 Aliran Kas................................................. 37
2.3.3.3 Depresiasi................................................. 39
2.3.3.4 Inflasi......................................................... 40
2.3.4 Konsep Analisa Ekonomi Teknik………………..... 40
2.3.4.1 Klasifikasi Dan Struktur Biaya Produksi.... 21
2.3.4.2 Minimum Attractive Rate of Return
(MARR)……………………………………... 42
2.3.4.3 Metode Payback Period............................. 43
11. vi
2.3.4.4 Metode Present Value (PV)....................... 44
2.3.4.5 Metode Internal Rate Of Return (IRR)....... 46
2.3.5 Bank Indonesia (BI) Rate …………..…………....... 48
2.4 ROBOT INDUSTRI .............................................................. 48
2.4.1 Geometri Robot.............…………..…………..... 52
2.4.1.1 Geometri Robot dan Istilahistilahnya .... 52
2.4.1.2 Joint dan Link......................................... 53
2.4.1.3 Tipetipe Joint ........................................ 53
2.4.1.4 Robot Konfigurasi ................................. 54
2.4.1.5 Spesifikasi Teknis yang Lain................ 57
2.4.2 Sistem Kontrol................................................ 60
2.4.2.1 Jenis Robot Kontrol.............................. 60
2.4.2.2 Bagianbagian pada Robot Kontrol ...... 61
2.4.3 Sensor ........................................................... 62
2.4.4 Arc Welding Robot ......................................... 63
2.4.4.1 Gambaran Umum Arc Welding Robot... 83
2.4.4.2 Bagian penyusun dan cara kerja Arc
Welding Robot …….…......................... 66
2.4.4.3 Bagianbagian Manipulator …….…….. 67
BAB III METODELOGI PEMECAHAN MASALAH
3.1 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH.......................... 68
3.1.1 Studi Pustakan dan Studi Lapangan............ 68
12. vii
3.1.2 Perumusan dan Tujuan Penelitian .............. 68
3.1.3 Identifikasi Masalah .................................... 69
3.1.4 Pengumpulan Data...................................... 70
3.1.5 Pengolahan Data......................................... 70
3.1.6 Kesimpulan dan Saran ................................ 71
3.2 KERANGKA PEMECAHAN MASALAH ....................... 71
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 DATA UMUM PERUSAHAAN ..................................... 78
4.1.1 Sejarah Singkat PT. Gemala Kempa Daya.......... 78
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ................................... 78
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ................................... 79
4.1.4 Struktur Orgnisasi Perusahaan........................... 81
4.2 Produksi Line WRE...................................................... 79
4.2.1 Urutan Proses Line WRE……………………….... 88
4.3 Pengolahan Data Line Balancing................................. 89
4.3.1 Waktu proses sebelum Balancing ……………….. 89
4.3.2 Beban kerja per operator (manpower)...…………. 96
4.3.3 Indikator Line Balancing...…………………………. 97
4.3.4 Waktu proses setelah Balancing...……………….. 99
4.3.5 Beban kerja per operator (manpower)...…………. 106
4.3.6 Indikator Line Balancing...…………………………. 107
4.3.7 Alternatif Line Balancing tanpa pembelian Mesin.. 109
13. viii
4.3.8 Beban kerja per operator (manpower) tanpa
penambahan mesin………………………………….. 111
4.3.9 Indikator Line Balancing Tanpa Penambahan
Mesin………………………………………………….. 113
4.4 Pengolahan Data Investasi.......................................... 114
4.4.1 Perhitungan biaya pembelian mesin dan
saving cost manpower ........................................ 114
4.4.2 Proyeksi Aliran Arus Kas...…………………………. 118
4.4.3 Perhitungn Play Back Period...….………………… 119
4.4.4 Perhitungn Net Present Value (NPV)..…………… 120
4.4.5 Perhitungn Internal Rate of Return (IRR)..………… 121
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisa Line Balancing................................................... 123
5.1.1 Data Penjualan Produk....................................... 123
5.1.2 Analisa Waktu Baku dan Kapasitas Produksi ..... 126
5.1.3 Analisa Beban Operator...................................... 128
5.1.4 Analisa Indikator Line Balancing......................... 129
5.2 Analisa Investasi.......................................................... 131
5.2.1 Analisa Play Back Period.................................... 131
14. ix
5.2.2 Analisa Net Present Value (NPV) ....................... 131
5.2.3 Analisa Internal Rate Of Return (IRR)……………… 132
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.................................................................. 133
6.2 Saran ........................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
15. x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Performance Rating Metode Westing House.................. 17
Tabel 2.2 Jumlah Pengukuran yang Diperlukan (N’)...................... 19
Tabel 2.3 Besarnya Kelonggaran Waktu........................................ 22
Tabel 4.1 Stasiun kerja dan jumlah manpower .............................. 89
Tabel 4.2 Waktu kerja per stasiun kerja......................................... 90
Tabel 4.3 Waktu proses stasiun kerja A......................................... 91
Tabel 4.4 Rekapitulasi Waktu Proses Stasiun Kerja Line WRE..... 94
Tabel 4.5 Kapasitas Produksi sebelum line Balancing................... 95
Tabel 4.6 Mapping man power line WRE....................................... 96
Tabel 4.7 Stasiun kerja dan jumlah manpower .............................. 99
Tabel 4.8 Waktu Proses line WRE Setelah Balancing.................... 100
Tabel 4.9 Waktu proses Stasiun Kerja A (Setelah balancing)........ 101
Tabel 4.10 Waktu Proses Stasiun Kerja A (Setelah balancing) ....... 104
Tabel 4.11 Kapasitas Produksi Setelah Line Balancing................... 105
Tabel 4.12 Beban man power line WRE Setelah Balancing ............ 106
Tabel 4.13 Waktu Proses Tanpa Penambahan Mesin Baru ............ 110
Tabel 4.14 Kapasitas Produksi Tanpa Penambahan Mesin............. 111
Tabel 4.15 Beban Operator Tanpa Penambahan Mesin.................. 112
Tabel 4.16 Perkiraan jumlah investasi ............................................. 115
Tabel 4.17 Perkiraan jumlah consumable (pemakaian listrik) .......... 116
16. xi
Tabel 4.18 Perkiraan Jumlah Electric consumable Pertahun,
Berdasarkan Tingkat Inflasi............................................ 116
Tabel 4.19 Pengurangan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pada Line WRE.............................................................. 117
Tabel 4.20 Manpower saving cost dalam waktu 5 tahun.................. 117
Tabel 4.21 Pengurangan Biaya consumable ................................... 117
Tabel 4.22 Perkiraan saving cost consumable selama 5 tahun ....... 118
Tabel 4.23 Tabel. 4.18 Total Biaya Pengeluaran............................. 118
Tabel 4.24 Proyeksi Aliran Arus Kas................................................ 118
Tabel 4.25 Perhitungan Play Back Periode....................................... 120
Tabel 4.26 Perhitungan Net Present Value....................................... 120
Tabel 4.27 Ratarata Aliran Kas........................................................ 121
Tabel 5.1 Data penjualan Frame Assy Model FETD
tahun 2014...................................................................... 123
Tabel 5.2 Perbandingan waktu proses line WRE........................... 126
Tabel 5.3 Perbandingan Kapasitas Produksi................................. 127
Tabel 5.4 Perbandingan Indikator Balancing................................... 129
Tabel 5.5 Analisa Play Back Periode............................................... 131
17. xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Robot welding dengan 6 derajat kebebasan................. 53
Gambar 2.2 Sistem koordinat kartesian............................................ 54
Gambar 2.3 Sistem koordinat Silinder .............................................. 55
Gambar 2.4 Sistem koordinat Polar.................................................. 55
Gambar 2.5 Sistem sumbu SCARA.................................................. 56
Gambar 2.6 Sistem sumbu SCARA.................................................. 56
Gambar 2.7 Arc Welding Robot Tipe Almega AX – V6 ..................... 63
Gambar 2.8 Skema Arc Weding Robot............................................. 64
Gambar 2.9 Skema alur Interface..................................................... 65
Gambar 2.10 Diagram State Arc Welding Robot ................................ 66
Gambar 2.11 Flow chart arc welding robot 1 cycle process................ 66
Gambar 2.12 Manipulator ................................................................... 67
Gambar 3.1 Kerangka pemecahan masalah .................................... 62
Gambar 4.1 Produkproduk PT Gemala Kempa Daya..................... 80
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan................................... 81
Gambar 4.3 Grafik Uji keseragaman data Stasiun Kerja A............... 93
Gambar 4.4 Diagram Precedence sebelum Line Balancing ............. 95
Gambar 4.5 Grafik Yamazumi / beban kerja MP line WRE ............. 97
Gambar 4.6 Grafik Uji keseragaman data Stasiun Kerja A
setelah perbaikan ......................................................... 103
18. xiii
Gambar 4.7 Diagram Precedence setelah Line Balancing ............... 105
Gambar 4.8 Grafik Yamazumi / beban kerja MP line WRE setelah
perbaikan....................................................................... 107
Gambar 4.9 Precedene Diagram line WRE tanpa Penambahan
Mesin............................................................................ 110
Gambar 4.10 Grafik Beban Manpower Tanpa Penambahan Mesin di Line
WRE.............................................................................. 112
Gambar 4.11 Grafik Aliran Kas........................................................... 119
Gambar 5.1 Grafik penjualan bulan Januari 2014 - Desember 2014
(pola data horisontal).................................................... 124
19. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Sektor industri di Indonesia sedang berkembang, dan dengan
semakin berkembangnya sektor industri tersebut merangsang hampir semua
perusahaan otomotif untuk senantiasa berinovasi dalam proses produksinya.
Salah satu bentuk inovasi yang dilakukan adalah dengan penerapan
penggunaan sumber daya manusia (operator) yang diganti mengunakan
robot. Robot dapat beroperasi dengan tidak mengenal waktu, medan dan
dalam situasi dan kondisi apapun. Sebagai contoh perusahaan yang
menggunakan tehnologi ini adalah PT. Gemala Kempa Daya (GKD).
PT. Gemala Kempa Daya (GKD) adalah sebuah perusahaan otomotif
yang bergerak dibidang komponen utama kendaraan truk kategori II (Small)
dan kategori III (medium). Out put (hasil proses) produksi perusahaan ini
akan dikirim ke Customer ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) seperti
HINO, MITSUBISHI, NISSAN, dan ISUZU. Selain itu juga melakukan ekspor
keluar negeri seperti Malaysia, Thailand dan beberapa Negara di Timur
Tengah.
Jangkauan pengiriman hasil produksi yang luas dan banyaknya varian
produk yang dihasilkan, maka semakin kompleks pulalah permasalahan
20. 2
produksi yang dihadapi oleh perusahaan. Tidak hanya masalah produksi
yang muncul tetapi problematika eksternal pun juga menjadi suatu
permasalahan yang harus disikapi. Sebagai contoh munculnya beberapa
competitor industry otomotif sejenis yang menawarkan beberapa keunggulan
kualitas dan harga yang sangat mempengaruhi masa depan perusahaan jika
tidak ada langkah konkret yang ditempuh.
Persoalan produksi sangat didominasi oleh ongkos produksi yang
akan bermuara pada meningginya harga jual per unit yang akan dilempar ke
pasar / customer. Ongkos produksi tersebut tidak terlepas dari biaya tenaga
kerja langsung (DL-Dirrect Labour) dalam proses produksi yang ditentukan
oleh banyaknya tenaga kerja yang menjalankan produksi.
Pemanfaatan tehnologi modern yang berbasis system otomatis
tersebut adalah solusi yang diharapkan dapat memberikan jawaban atas
tantangan masa depan. Beberapa diantaranya adalah proses produksi
dengan menggunakan Arc Welding Robot, yang dikenal memiliki kehandalan
untuk beroperasi maksimal.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang ada didapatkan perumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimana analisis beban kerja pada line WRE serta alternative
solusi untuk menyeimbangkan beban kerja.
21. 3
2. Seberapa besar pengaruh penambahan mesin Arc robot welding
terhadap tenaga kerja dan equipment (consumable cost)
3. Bagaimana analisa terhadap kelayakan investasi penambahan
mesin Arc Welding Robot di line WRE
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan perlu adanya
pembatasan masalah agar tujuan penelitian menjadi lebih terarah, yaitu :
1) Penelitian dilakukan di PT Gemala Kempa Daya, pada jalur
Welding Robot E (WRE)
2) Data yang digunakan dari bulan Januari s/d Desember 2014
3) Tidak membahas dari sisi safety and environment.
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT
1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut:
1) Untuk meyeimbangkan beban kerja pada line WRE
2) Untuk menganalisa pengaruh penambahan mesin Arc robot
welding pada line WRE terhadap keseimbangan proses
produksi.
22. 4
3) Untuk menilai kelayakan investasi ditinjau dari aspek
ekonomi apakah layak untuk diteruskan atau tidak.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui secara umum perhitungan waktu proses
produksi dan keseimbagan proses
2) Mengetahui pengaruh investasi mesin terhadap biaya
produksi
3) Menambah pengetahuan secara luas dan aplikatif
tentang ilmu keseimbangan proses dan analisis
kelayakan investasi
1.5 METODOLOGI PENELITIAN
Untuk menganalisa dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan
permasalahan yang ada, penulis melakukan penelitian dengan pengumpulan
data, yaitu :
1) Studi lapangan
Melakukan penelitian lapangan, yaitu merupakan pengamatan
secara langsung di perusahaan khususnya dibagian produksi dan
23. 5
Engineering terhadap kebutuhan produksi, kapasitas produksi, dan
data yang sesuai dengan topik permasalahan atau penelitian
dilakukan dengan penelitian langsung.
2) Studi pustaka
Melakukan studi literatur tentang kualitas investasi serta data yang
ada kaitannya dengan topik permasalahan.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah pembahasan, maka penulisan laporan
Tugas Akhir dibagi menjadi 6 (enam) bab yang saling berkaitan satu
sama lain :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang
penelitian, perumusan masalah, pembatasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan tentang teori penganggaran
modal, biaya rata-rata, penyusutan, pajak, metode
penilaian investasi, investasi dan penilaian investasi ,
24. 6
investasi dan tujuan investasi, serta pengertian mesin
dan jenis mesin dan teori indeks kapabilitas proses
yang akan digunakan dalam mengolah dan
menganalisa data.
BAB III : METODELOGI PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang tahap-tahap pemecahan
masalah yang dilakukan dalam penelitian ini.
BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini berisikan sejarah singkat perusahaan,
struktur organisasi serta produk atau hasil produksi PT.
Gemala Kempa Daya, data waktu proses dan investasi.
BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menyajikan analisa data dari hasil
perhitungan line balancing dan investasi berupa nilai
NPV, Play Back Period dan IRR
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dan saran
yang didapat dari hasil analisa.
25. 7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Time and Motion Study
Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan
waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata
dan terlatih) baik dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam
kondisi dan tempo kerja yang normal.
Menurut Marvin E. Mundel, istilah time and motion itu sendiri dapat
diartikan atas dua hal, yaitu:
a)Motion study.
Aspek motion study terdiri dari deskripsi, analisis sistematis dan
pengembangan metode kerja dalam menentukan bahan baku, desain
output, proses, alat kerja, tempat kerja, dan perlengkapan untuk setiap
langkah dalam suatu proses, aktivitas manusia yang mengerjakan setiap
aktivitas itu sendiri. Tujuan metode motion study adalah untuk menentukan
atau mendesain metode kerja yang sesuai untuk menyelesaikan sebuah
aktivitas.
b).Time study.
Aspek utama time study terdiri atas keragaman prosedur
untuk menentukan lama waktu yang dibutuhkan dengan standar
pengukuran waktu yang ditetapkan, untuk setiap aktivitas yang melibatkan
manusia, mesin atau kombinasi aktivitas (Ciptani, 2008)
26. 8
Menurut Yuliarto (2009),time and motion study dapat didefinisikan
sebagai suatu pendekatan yang mengarahkan engineering dalam memilih
suatu metode yang berkaitan dalam merancang sebuah stasiun kerja
yang diinginkan baik itu oleh si perancang maupun bagi pihak
perusahaan.
Wignjosoebroto (1995) menjelaskan bahwatime and motion study adalah
sebuah pembelajaran sistematis dari sistem kerja dengan tujuan
mengembangkan sistem dan metode yang lebih baik,
menstandarkan sistem dan standar, menentukan standar waktu dan
melatih operator.
Terdapat dua macam teknik pengukuran time and motion study, yaitu:
a) Pengukuran waktu secara langsung.
Cara pengukurannya dilaksanakan secara langsung yaitu dengan
mengamati secara langsung pekerjaan yang dilakukan oleh operator dan
mencatat waktu yang diperlukan oleh operator dalam melakukan
pekerjaannya dengan terlebih dahulu membagi operasi kerja menjadi
elemen-elemen kerja yang sedetail mungkin dengan syarat masih bisa
diamati dan diukur. Cara pengukuran langsung ini dapat menggunakan
metode jam henti (Stopwatch Time Study) dansampling kerja (Work
Sampling).
b). Pengukuran waktu secara tidak langsung.
Cara pengukurannya dengan melakukan penghitungan waktu kerja
dimana pengamat tidak berada di tempat pekerjaan yang diukur. Cara
pengukuran tidak langsung ini dengan menggunakan data waktu baku
8
7
27. 9
(Standard Data) dan data waktu gerakan (Predetermined Time System).
Kriteria-kriteria yang harus terpenuhi pada aktivitas pengukuran time and
motion study adalah aktivitas tersebut harus dilaksanakan secara
repetitive dan uniform, isi atau macam pekerjaan tersebut harus homogen,
hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik
secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang
berlangsung dan pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan
teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung
waktu bakunya (Wignjosoebroto, 1995).
Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka dalam melaksanakan
pengukuran time and motion study harus mempertimbangkan banyak
faktor antara lain kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah siklus kerja
yang diukur.
2.1.1 Persiapan Awal Uji Time and Motion Study.
Persiapan awal uji time and motion study bertujuan untuk mempelajari
kondisi dan metode kerja kemudian melakukan langkah perbaikan serta
membakukannya. Pembakuan kondisi dan metode kerja ini dikenal
dengan istilah studi gerakan (motion study). Selain mempersiapkan
kondisi dan metode kerja diperlukan juga langkah dalam memilih operator
yang akan melakukan pekerjaan yang akan diukur. Operator yang
dipilih hendaknya memiliki skill normal sehingga setelah didapatkan
waktu baku dapat diikuti oleh rata-rata operator lain (Wignjosoebroto,
1995).
28. 10
Peralatan utama yang digunakan dalam uji time and motion study adalah
jam henti (Stopwatch), selainstopwatch, alat pendukung pengukuran kerja
yaitu lembar pengamatan yang berfungsi untuk mencatat segala
informasi yang berkaitan dengan operasi kerja yang diukur.
2.1.2. Elemental Breakdown (Pembagian Operasi Menjadi
Elemen-Elemen Kerja).
Sebelum melakukan uji time and motion study, perlu terlebih dahulu untuk
membagi operasi menjadi elemen-elemen kerja yang lebih terperinci. Oleh
karena itu, ada tiga aturan yang perlu diketahui dan dilakukan, yaitu:
a) Elemen-elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin, akan
tetapi masih memungkinkan untuk diukur secara teliti.
b) Handling time seperti loading dan unloading harus dipisahkan dari
machining time. Handling ini terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan secara manual oleh operator dan aktivitas pengukuran kerja
mutlak berkonsentrasi disini karena selanjutnya akan berkaitan dengan
masalah performance rating.
c) Elemen-elemen kerja yang konstan dan elemen kerja variabel
harus dipisahkan. Elemen kerja yang konstan adalah elemen-elemen yang
bebas dari pengaruh ukuran, berat, panjang ataupun bentuk dari benda
kerja yang dibuat (Universitas Kristen Petra, 2009).
2.1.3. Pengamatan dan Pengukuran.
Ada tiga metode yang digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja
dengan menggunakan stopwatch, yaitu pengukuran waktu secara terus
29. 11
menerus (continuous timing), pengukuran waktu secara berulang-ulang
(repetitive timing atau metode snap back) dan pengukuran waktu secara
penjumlahan (accumulative timing).
Pada pengukuran waktu secara terus menerus (continuous timing), maka
pengamat kerja akan menekan tombol stopwatch pada saat elemen kerja
pertama dimulai, dan membiarkan jam henti berjalan terus-menerus
sampai periode atau siklus kerja selesai. Waktu yang dipakai sebenarnya
merupakan waktu dari masing-masing elemen kerja yang diperoleh dari
pengurangan pada saat pengukuran waktu selesai dilakukan.
Untuk pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing atau
metode snap back), jarum penunjukstopwatch akan selalu dikembalikan
ke posisi nol pada setiap akhir elemen kerja yang diukur. Setelah
pencatatan pengukuran dilakukan, maka tombol ditekan lagi dan segera
melakukan pengukuran untuk elemen berikutnya.
Selanjutnya, pengukuran secara akumulatif akan menggunakan dua atau
tiga stopwatch yang akan bekerja secara bergantian. Metode ini
memberikan keuntungan dalam hal pembacaan data akan lebih mudah
dan lebih teliti karena jarum stopwatch tidak dalam keadaan bergerak
pada kondisi tersebut.
2.1.4. Rating Performance.
Performance rating merupakan konsep bekerja wajar dimana operator
bekerja secara normal yaitu jika seorang operator yang dianggap
berpengalaman ini bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan,
menguasai cara bekerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan
30. 12
dalam menjalankan pekerjaannya. Nilai performance rating yaitu:
a) P = 1 atau P = 100 % berarti normal
b) P < 1 atau P < 100 % berarti lambat
c) P > 1 atau P > 100 % berarti cepat
Banyak cara atau metode yang dapat digunakan dalam menentukan
performance rating yaitu metode Shumand, Bedaux dan sintesa, Synthetic
Rating, obyektif dan Westing House. Dalam metode Shumand, pengukur
diberi patokan untuk menilai performance kerja operator menurut
kelas-kelas superfast, fast +, fast -, excellent dan seterusnya.
Metode Westing House mempertimbangkan 4 faktor dalam
mengevaluasi performance (kinerja) operator yaitu keterampilan (skill),
kondisi (condition), konsistensi (consistency). Keterampilan atauskill
didefinisikan sebagai kecakapan dalam mengerjakan metode yang
diberikan dan lebih lanjut berhubungan dengan pengalaman, ditunjukkan
dengan koordinasi yang baik antara pikiran dan tangan. Latihan dapat
meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai tingkat tertentu saja.
Secara psikologis, keterampilan merupakan kemampuan untuk
pekerjaan yang bersangkutan. Keterampilan dapat menurun yaitu bila
telah terlampui lama tidak menangani pekerjaan tersebut, kelelahan yang
berlebihan dan pengaruh lingkungan. Klasifikasi dari kelas keterampilan
dibagi menjadi 6 kelas dengan ciri-ciri dari setiap kelas yang dikemukakan
berikut ini:
Super skill:
a) Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
31. 13
b) Bekerja dengan sempurna.
c) Tampak seperti telah terlatih dengan baik.
d) Gerakannya halus tapi sangat cepat sehingga sulit sekali untuk
diikuti.
e) Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen pekerjaan
lainnya
f) tidak terlampau terlihat karena lancar.
g) Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan
merencanakan
h) tentang apa yang akan dikerjakan (sudah sangat otomatis).
Excellent skill:
a) Percaya pada diri sendiri.
b) Tampak cocok dengan pekerjaannya.
c) Terlihat terlatih dengan baik
d) d. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan
e) pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan.
f) Menggunakan peralatan dengan baik.
g) Gerakan kerjanya beserta urutan-uratannya tanpa kesalahan.
Good skill:
a) Kualitas hasil baik.
b) Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerjaan lain yang
keterampilannya lebih rendah.
c) Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
d) Gerakan terkoordinasi dengan baik.
32. 14
e) Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan
f) pada umumnya.
g) Tidak memerlukan banyak pengawasan.
Average skill:
a) Gerakannya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
b) Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang direncanakan.
c) Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk
beluk pekerjaannya.
d) Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.
e) Bekerjanya secara teliti.
f) Secara keseluruhan cukup memuaskan.
Fair skill:
a) Tampak terlatih tapi belum cukup baik.
b) Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum memulai
pekerjaannya.
c) Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup sehingga
mengetahui apa yang harus dilakukannya tetapi tampak tidak selalu
yakin.
d) Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.
e) Sepertinya tidak cocok dengan pekerjaannya, tetapi telah
ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama.
f) Jika tidak bekerja secara sungguh-sungguh, outputnya akan
sangat rendah.
Poor skill:
33. 15
a) Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran.
b) Gerakan kaku.
c) Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.
d) Tidak adanya kepercayaan diri.
e) Sering melakukan kesalahan.
f) Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.
Usaha atau effort menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif.
Hal ini ditunjukkan oleh kecepatan pada tingkat kemampuan yang dimiliki
dan dapat dikontrol pada tingkat yang tinggi oleh operator. Untuk usaha
atau effort ini, metode Westing House membagi atas beberapa kelas
dengan ciri masing-masing sebagai berikut:
Excessive effort:
a) Kecepatan sangat berlebihan.
b) Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat
membahayakan kesehatan.
c) Kecepatan yang ditimbulkan tidak dapat dipertahankan sepanjang
hari.
Excellent effort:
a) Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.
b) Gerakan yang lebih “ekonomis” dari operator yang lain.
c) Penuh perhatian pada pekerjaan.
d) Banyak memberi saran.
e) Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.
f) Bekerja secara sistematis.
34. 16
Good effort:
a) Bekerjanya berirama.
b) Waktu untuk menganggur sangat sedikit, kadang-kadang tidak ada.
c. Kecepatan baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
c) Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.
d) Penuh perhatian pada pekerjaan.
Average effort:
a) Tidak sebaikgood effort, tetapi lebih baik dari poor effort.
b) Bekerja dengan stabil.
c) Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya.
d)Set up dilaksanakan dengan baik.
e) Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.
Fair effort:
a) Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.
b) Kurang sungguh-sungguh.
c) Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.
d) Gerakan tidak terencana.
e) Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
f) Terlampau hati-hati.
Poor effort:
a) Membuang-buang waktu.
b) Tidak memperlihatkan adanya minat bekerja.
c) Tidak mau menerima saran.
d) Malas dan lambat bekerja.
35. 17
e)Set up kerjanya tidak baik.
Untuk faktor kondisi (condition) merupakan prosedurperformance rating
yang berakibat pada operator bukan pada operasi. Kondisi kerja
(condition) adalah kondisi fisik lingkungan kerja seperti keadaan
pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan.
Tabel 2.1. Performance Rating Metode Westing House
SKILL EFFORT
Kelas Kod Nilai Kela Kode Nilai
Super skill
Excellent Good
Average
Fair
Poor
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D E1
E2
F1
F2
+ 0.15
+ 0.13
+ 0.11
+ 0.08
+ 0.06
+ 0.03
0.00
- 0.05
- 0.10
- 0.16
- 0.22
Excessive
effort
Excellent
Good Average
Fair
Poor
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D E1
E2
F1
F2
+ 0.13
+ 0.12
+ 0.10
+ 0.08
+ 0.05
+ 0.02
0.00
- 0.04
- 0.08
- 0.12
- 0.17
CONDITION CONSISTENCY
Kelas Kod Nilai Kela Kode Nilai
36. 18
Ideal
Excellent Good
Average Fair
Poor
A
B
C
D
E
F
+ 0.06
+ 0.04
+ 0.02
0.00
- 0.03
- 0.07
Perfect
Excellent
Good Average
Fair
Poor
A
B C D E
F
+ 0.04
+ 0.03
+ 0.01
0.00
- 0.02
- 0.04
2.1.5. Uji Kecukupan Data.
Aktivitas time and motion study pada dasarnya merupakan proses
sampling, sehingga semakin besar jumlah siklus kerja yang diamati, maka
akan mendekati kebenaran terhadap waktu yang diperoleh. Hal ini
disebabkan, walaupun untuk pekerjaan yang sama operator bekerja pada
kecepatan normal jarang sekali dapat diselesaikan dalam waktu yang
sama persis. Semakin besar perbedaan dari data waktu pengukuran
akan menyebabkan jumlah siklus kerja yang diamati atau diukur
semakin besar agar dapat diperoleh ketelitian yang dikehendaki.
Menurut Wignjosoebroto (1995) untuk menetapkan jumlah observasi yang
seharusnya dibuat maka harus diputuskan terlebih dahulu berapa tingkat
kepercayaan (Confidence Level) dan derajat ketelitian (Degree of
Accuracy) untuk ujitime and motion study, didalam aktivitas pengukuran
kerja biasanya akan diambil 95% confidence level dan 5% degree of
accurancy. Hal ini berarti bahwa sekurang-kurangnya 95 data dari 100
data dari waktu yang diukur untuk suatu elemen kerja akan memiliki
penyimpangan tidak lebih dari 5%. Rumus untuk mencari jumlah data
yang diperlukan yaitu:
37. 19
Keterangan:
N’ = Pengukuran yang harus dilaksanakan
N = Pengukuran yang telah dilaksanakan
K = Tingkat keyakinan
S = Tingkat ketelitian
Xi 2 = Kuadrat jumlah data waktu pengukuran
Xi = Jumlah data tiap pengukuran
Xi 2 = Penjumlahan dari kuadrat data tiap pengukuran
Bila N’ < N maka data pengukuran pendahuluan dianggap cukup.
Bila N’ > N maka dikatakan data tidak mencukupi sehingga perlu
dilakukan pencarian derajat ketelitian baru yang sesuai dengan jumlah
data yang diambil.
Tabel 2.2. Jumlah Pengukuran yang Diperlukan (N’) untuk 95%
Convidence Level dan 5% Degree of Accuracy
R/ X
Data dari
sample R/ X
Data dari
sample R/ X
Data dari
sample
39. 21
diperlukan terutama untuk:
a. Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja).
b. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan atau pekerja.
c. Penjadwalan produksi dan penganggaran.
d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan
atau
pekerja yang berprestasi.
e. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang
pekerja.
Sebelum menetapkan waktu baku, dicari terlebih dahulu:
a. Waktu siklus rata-rata (Ws)
Waktu siklus rata-rata adalah waktu penyelesaian dari suatu elemen
kerja (Yuliarto, 2009).
Penetapan waktu siklus rata-rata adalah sebagai berikut:
Keterangan:
X = Waktu rata-rata pengukuran
Xi = Jumlah waktu pengukuran
N = Banyaknya data pengukuran
40. 22
b. Waktu normal (Wn)
Waktu normal atau normal time adalah waktu yang diperlukan untuk
seorang operator yang terlatih untuk memiliki keterampilan rata-rata untuk
melaksanakan suatu aktivitas dibawah kondisi dan tempo kerja
normal (Adi,2009).
Waktu normal adalah waktu siklus yang telah dikalikan dengan
penyesuaian si operator (Yuliarto, 2009).
Wn = Ws x P
Keterangan:
Ws = waktu siklus rata-rata
P = Performance Rating
c. Kelonggaran (L atau Allowance)
Kelonggaran (Allowance) menurut Adi (2009) adalah sejumlah waktu yang
harus ditambahkan dalam waktu normal (normal time) untuk
mengantisipasi terhadap kebutuhan-kebutuhan waktu guna melepaskan
lelah (fatique), kebutuhan- kebutuhan yang bersifat pribadi (personal
needs) dan kondisi-kondisi menunggu atau menganggur baik yang bisa
dihindarkan ataupun tidak bisa dihindarkan (avoidable or unavoidable
delays).
Menurut Universitas Kristen Petra (2009) dalam menghitung waktu baku
perlu memasukkan allowance ke dalam perhitungan waktu baku,
allowance dalam waktu kerja dibedakan menjadi 3 macam:
1. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi (personal allowance),
kelonggaran waktu yang diberikan untuk personal needs ditujukan untuk
41. 23
kebutuhan yang bersifat pribadi seperti untuk makan, minum, ke kamar
mandi, dan lain-lain. Kelonggaran ini biasanya berkisar antara 0-2.5 %
untuk pria dan 2-5 % untuk wanita.
2. Kelonggaran waktu untuk melepaskan lelah (Fatique allowance),
allowance ini diberikan untuk pekerja mengembalikan kondisi akibat
kelelahan dalam bekerja baik kelelahan fisik dan mental.
3. Keterlambatan waktu untuk keterlambatan yang tidak terduga
(unavoidable delay allowance).
Tabel 2.3. Besarnya Kelonggaran Waktu
No. Keterangan
Pria
(%)
Wanita
(%)
1
2
3
4
5
6
7
8
Tenaga yang dikeluarkan
Sikap kerja Gerakan kerja
Kelelahan mata
Keadaan temperatur tempat
Keadaan atmosfir
Keadaan lingkungan yang baik
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Kelonggaran untuk pribadi yang
diabaikan
3
0.5
0
2
4
0
0
1.25
3
0.5
0
2
4
0
0
3.5
Jumlah Kelonggaran 15.75 18
Sumber : Buku Pedoman Praktikum Semester II, 2007.
Untuk menetapkan Waktu baku (Wb) adalah sebagai berikut:
Wb = Wn + LX
Dengan
Sehingga Waktu baku dapat dihitung dengan cara:
42. 24
Keterangan:
Wnv = Waktu normal
L = Kelonggaran
X s = Besarnya kelonggaran setiap tenaga kerja berdasarkan jenis
kelamin
2.2. Line Balancing
Menurut Gaspersz (2004), line balancing merupakan
penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly
line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station dan
meminimumkan total harga idle time pada semua stasiun untuk tingkat
output tertentu. Dalam penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu per
unit produk yang dispesifikasikan untuk setiap tugas dan hubungan
sekuensial harus dipertimbangkan.
Menurut Purnomo (2004),line balancing merupakan sekelompok
orang atau mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit
suatu produk yang diberikan kepada masing-masing sumber daya secara
seimbang dalam setiap lintasan produksi, sehingga dicapai efisiensi kerja
yang tinggi di setiap stasiun kerja. Line balancing adalah suatu
penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang
saling berkaitan dalam satu lintasan atau lini produksi. Stasiun kerja
tersebut memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dan stasiun
43. 25
kerja. Fungsi dari Line balancing adalah membuat suatu lintasan yang
seimbang. Tujuan pokok dari penyeimbangan lintasan adalah
meminimumkan waktu menganggur (idle time) pada lintasan yang
ditentukan oleh operasi yang paling lambat (Baroto, 2002).
Manajemen industridalam menyelesaikan masalah line
balancing harus mengetahui tentang metode kerja, peralatan-
peralatan, mesin-mesin, dan personil yang digunakan dalam proses
kerja. Data yang diperlukan adalah informasi tentang waktu yang
dibutuhkan untuk setiap assembly line dan precedence relationship.
Aktivitas-aktivitas yang merupakan susunan dan urutan dari berbagai
tugas yang perlu dilakukan, manajemen industri perlu menetapkan
tingkat produksi per hari yang disesuaikan dengan tingkat permintaan
total, kemudian membaginya ke dalam waktu produktif yang tersedia
per hari. Hasil ini adalah cycle time yang merupakan waktu dari
produk yang tersedia pada setiap stasiun kerja (work station)
(Baroto, 2002).
2.2.1 Langkah Pemecahan Line Balancing
Menurut Gaspersz (2004), terdapat sejumlah langkah
pemecahan masalah line balancing.
Berikut ini merupakan langkah-langkah pemecahan masalah adalah
sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi tugas-tugas individual atau aktivitas yang
44. 26
akan dilakukan.
b. Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
setiap tugas itu.
c. Menetapkan precedence constraints, jika ada yang berkaitan
dengan setiap tugas itu.
d. Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan.
e. Menentukan waktu total yang tersedia untuk memproduksi
output.
f. Menghitung cycle timeyang dibutuhkan, misalnya: waktu
diantara penyelesaian produk yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan output yang diinginkan dalam batas toleransi
dari waktu (batas waktu yang yang diijinkan).
g. Memberikan tugas-tugas kepada pekerja atau mesin.
h. Menetapkan minimum banyaknya stasiun kerja (work stasion)
yang dibutuhkan untuk memproduksi output yang diinginkan.
i. Menilai efektifitas dan efisiensi dari solusi.
j. Mencari terobosan-terobosan untuk perbaiki proses
terus- menerus (continous process improvement).
2.2.2. Istilah-Istilah Line Balancing
Ada beberapa istilah yang lazim digunakan dalam line
balancing. Berikut adalah istilah-istilah yang dimaksud (Baroto, 2002):
1. Precedence diagram
Precedence diagram digunakan sebelum melangkah pada
penyelesaian menggunakan metode keseimbangan lintasan.
45. 27
Precedence diagram sebenarnya merupakan gambaran secara
grafis dari urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi
kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan pengontrolan dan
perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya, adapun tanda yang
dipakai dalam precedence diagram adalah sebagai berikut:
a. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk
mempermudah identifikasi asli dari suatu proses operasi.
b. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses
operasi. Hal ini operasi yang ada di pangkal panah berarti
mendahului operasi kerja yang ada pada ujung anak panah.
c. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang
diperlukan untuk menyelesaikan setiap proses operasi.
2. Assemble Product
Assemble Product adalah produk yang melewati urutan
work station dimana, setiap work station memberkan proses
tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada perakitan
akhir.
3. Waktu menunggu (Idle Time)
Dimana operator atau pekerja menunggu untuk
melakukan proses kerja ataupun kegiatan operasi yang
selanjutnya akan dikerjakan. Selisih atau perbedaan antara
Cycle time (CT) danStasiun Time (ST), atau CT dikurangi
Stasiun Time (ST).
46. 28
Keterangan: n = Jumlah stasiun kerja
Ws = Waktu stasiun kerja terbesar.
Wi = Waktu sebenarnya pada stasiun kerja.
i = 1,2,3,…,n.
4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay)
Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan
lintasan yang dihasilkan dari waktu mengganggur sebenarnya
yang disebabkan karena pengalokasian yang kurang sempurna
diantara stasiun-stasiun kerja. Balance delay dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan: D = Balance delay (%). C = Waktu siklus.
N = Jumlah stasiun kerja.
∑ti = Jumlah semua waktu operasi.
ti = Waktu operasi.
5. Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi tiap
stasiun kerja (Wi) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar (Ws).
47. 29
6. Line efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja
dibagi dengan siklus dikalikan jumlah stasiun kerja atau
jumlah efisiensi stasiun kerja dibagi jumlah stasiun kerja.
Line efficiency dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan: STi = Waktu stasiun kerja dari ke-i.
K = Jumlah stasiun kerja.
CT = Waktu siklus.
7. Work Station merupakan tempat pada lini perakitan
dimana proses perakitan dilakukan. Setelah menentukan
interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja yang
efisien dapat ditetapkan dengan rumus:
Keterangan: ti = Waktu operasi (elemen).
C = Waktu siklus stasiun kerja.
Kmin = Jumlah stasiun kerja minimal.
8. Smoothes index (SI) adalah suatu indeks yang menunjukkan
kelancaran relatif dari penyeimbangan lini perakitan tertentu.
48. 30
Keterangan: STmaks = Maksimum waktu di stasiun
Sti = Waktu stasiun di stasiun kerja ke-i.
2.2.3. Analisis Line Balancing
Perhitungan line balancing menggunakan dua metode yang
berbeda, yaitu metode kilbridge dan metode Ranked Positional Weight
(RPW). Metode kilbridge yaitu dilakukan berdasarkan
pengelompokkan elemen kerja ke dalam tingkat hubungan yang sama.
Metode Ranked Positional Weight (RPW), yaitu dilakukan dengan
menentukan jumlah stasiun kerja minimal dan melakukan pengalokasian
berdasarkan bobot yang dimiliki. Perhitungan yang dilakukan dengan
menggunakan metode ini antara lain yaitu menentukan waktu siklus,
jumlah stasiun kerja minimal yang ada, efisiensi lini, balance delay, dan
smoothness index.
Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan dalam
perhitungan kilbirdge ini dapat diketahui dari banyaknya stasiun kerja
dalam pembuatan lemari tas terdiri atas empat stasiun kerja. Masing-
masing stasiun kerja tersebut memiliki tingkat efesiensi kerja yang cukup
bervariatif dikarenakan dalam pembuatan lemari tas ini memiliki waktu
perakitan yang berbeda-beda dari perakitan ke satu sampai dengan
perakitan ke enam. Hasil yang didapat untuk waktu efesiensi pekerjaan
dalam dalam persentase waktu efesiensi lini, balance delay, dan
smoothnes index cukup baik dalam melakukan sebuah perakitan.
Masing-masing nilai tersebut akan menentukan banyaknya perumusan
atau pemecahan masalah untuk metode kilbirdge. Kata lain metode ini
49. 31
merupakan metode terbaik yang digunakan karena pada penerapan
line balancing ini mengumpulkan suatu pemasalahan yang terjadi
pada perakitan lemari tas, sehingga dalam pemecahan masalah yang
terjadi dapat dikembangkan dari masalah yang sudah dipecahkan
sehingga akan didapat dari solusi pemecahannya. Hasil untuk
efesiensi lini, yaitu 89,29% menyatakan bahwa rasio dalam membuat
rangkaian kegiatan perakitan dalam stasiun kerja memiliki persentase
yang cukup baik dan sebaliknya jika persentase kurang dari 89,29%
menyatakan efesiensi lini kurang baik. Hasil yang didapat pada balance
delay yaitu 10,71% menyatakan bahwa dalam mengatur kegiatan
perakitan pekerjaan di dalam stasiun kerja sebesar 10,71% tidak merata
sedangkan dalam smoothness index hasil yang didapat adalah 1,98
menit. Hal tersebut menyatakan bahwa dalam melakukan perakitan
lemari tas ini waktu yang relatif baik 1,98 dengan kata lain dari hasil
masing-masing perakitan lemari tas.
Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan dalam
perhitungan ranked positional weigth ini dapat diketahui dari banyaknya
stasiun kerja dalam pembuatan lemari tas terdiri atas empat stasiun
kerja. Masing-masing stasiun kerja tersebut memiliki tingkat efesiensi
kerja yang cukup bervariatif dikarenakan dalam pembuatan lemari tas ini
memiliki waktu perakitan yang berbeda-beda dari perakitan ke satu
sampai dengan perakitan ke enam. Hasil yang didapat untuk waktu
efesiensi pekerjaan dalam dalam persentase waktu efesiensi lini, balance
delay dan smoothnes index cukup baik dalam melakukan sebuah
50. 32
perakitan. Hasil untuk efesiensi lini yaitu, 89,29% menyatakan bahwa
rasio dalam membuat rangkaian kegiatan perakitan dalam stasiun kerja
memiliki persentase yang cukup baik dan sebaliknya jika persentase
kurang dari 89,29% menyatakan efesiensi lini kurang baik. Hasil yang
didapat pada balance delay yaitu, 10,71% menyatakan bahwa dalam
mengatur kegiatan perakitan pekerjaan di dalam stasiun kerja
sebesar 10,71% tidak merata sedangkan dalam smoothness index
hasil yang didapat adalah 1,98 menit. Hal tersebut menyatakan bahwa
dalam melakukan perakitan lemari tas ini waktu yang relatif baik 1,98
dengan kata lain dari hasil masing-masing perakitan lemari tas.
Perbandingan ini akan menentukan banyaknya barang yang akan
diproduksi sehingga dalam melakukan produksi lemari tas dapat
diketahui. Syarat yang diketahui yaitu, lintasan, hari kerja dan waktu kerja
dapat diketahui terlebih dahulu.
Metode Kilbrige & Wester dilakukan suatu perhitungan dalam
kapasitas untuk metode ini dengan lintasan yang diinginkan suatu
perusahaan adalah 1 lintasan dengan 1 shift. Shift yang ditentukan 1
tersebut untuk waktu produksi pembuatan lemari tas ini dalam waktu
satu tahun ialah 298 hari dengan waktu 8 jam sehari. Metode ini
memperkerjakan 16 operator dengan kapasitas produksi, yaitu 6502
unit/tahun. Berdasarkan hasil yang didapat dalam metode Kilbrige &
Wester adalah 6502 unit/tahun. Hasil tersebut masih belum mampu
memenuhi kebutuhan produksi yang telah ditentukan sehingga bila
ingin memenuhi kebutuhan tersebut maka dilakukan waktu lembur dalam
51. 33
mencapai target yang ditentukan. Hasil yang dibutuhkan dalam agregat
adalah 6515 maka bila dari menggunakan metode Kilbrige & Wester
yang berjumlah 6502 maka hasil tersebut masih membutuhkan 13 unit
produk lemari tas untuk menutupi kekurangan yang terjadi pada
perakitan atau pembuatan lemari tas ini.
Metode Bobot Posisi (Ranked Positional Weigth) mendapatkan
kecepatan operasi terlambat adalah operasi 3 sebesar 6,42 menit
sehingga dijadikan waktu siklus pada metode ini. Jika kecepatan operasi
yang terlambat dijadikan kecepatan lintasan, produk yang dihasilkan
hanya sebesar 1629, karena seperempat dari lintasan yang diinginkan.
Perusahaan diinginkan harus membuat 1 lintasan dengan 1 shift.
Metode ini memperkerjakan 16 operator dengan kapasitas produksi
sebesar 6502 unit per tahun. Hasil ini masih belum mampu memenuhi
kebutuhan produksi yang telah ditentukan sehingga bila ingin
memenuhi kebutuhan tersebut maka dilakukan waktu lembur dalam
mencapai target yang ditentukan. Hasil yang dibutuhkan dalam
agregat adalah 6515 maka bila menggunakan metode Bobot Posisi
(Ranked Positional Weigth) yang berjumlah 6502 maka hasil tersebut
masih membutuhkan 13 unit produk lemari tas untuk menutupi
kekurangan yang terjadi pada perakitan.
52. 34
2.3. Investasi
2.3.1 Studi Kelayakan Proyek
Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan
untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau
tidak. Dan penilaian tersebut mencakup berbagai aspek dan
membutuhkan pertimbangan tertentu untuk memutuskannya. Selain
untuk menilai layak atau tidaknya proyek tersebut, studi kelayakan ini
juga bertujuan untuk mempelajari kelangsungan dari proyek yang akan
dijalankan. Mungkin saja proyek yang dinilai itu ternyata layak, tetapi
bisa saja kelangsungan dari proyek tersebut ternyata kurang
memuaskan, atau jauh dari harapan.
2.3.2 Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkaitan dengan
proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya
setelah proyek tersebut dibangun. Pengkajian aspek teknis di dalam
studi kelayakan bertujuan untuk memberikan batasan dan parameter
teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. Selain itu aspek
teknis sangat berpengaruh terhadap perkiraan biaya dan jadwal dari
proyek.
2.3.2.1 Letak Lokasi
Penetapan lokasi industri merupakan hal yang sangat
penting dalam proses perancangan pembuatan industri itu
sendiri.
53. 35
Ada beberapa hal utama yang harus diperhatikan dalam
penentuan lokasi industri yaitu identifikasi daerah, lokasi atau site,
dan faktor pendukung atau penunjang.
Hal-hal yang berkaitan dengan identifikasi daerah adalah
faktor-faktor sumber bahan baku, area pemasaran dan
tersedianya tenaga kerja. Suatu industri memerlukan bahan baku
yang nantinya akan diproses menjadi produk, untuk sampai ke
area industri bahan baku tersebut perlu diangkut dari sumbernya.
Dan setiap perusahaan industri akan berusaha menjaga agar
suplai bahan baku tersebut dapat berkesinambungan, dengan
harga yang layak dan transportasi rendah. Oleh karena itu, salah
satu pertimbangan dalam memilih lokasi industri adalah dekat
dengan sumber bahan baku. Berbagai macam industri juga
banyak yang memilih tempat fasilitas produksinya di dekat area
pemasaran, dengan tujuan untuk memperpendek jaringan
distribusi produk sehingga cepat sampai ke tangan konsumen.
Untuk ketersediaan tenaga kerja juga menjadi hal yang sangat
penting karena tenaga kerja inilah yang nantinya akan
mengoperasikan fasilitas-fasilitas produksi dari industri tersebut.
Faktor lokasi atau site berkaitan dengan sarana
penghubung, listrik, transportasi, dan jarak dengan pusat kegiatan
kota. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka timbul
kecenderungan dalam memilih lokasi, yaitu mengarah ke pinggir
kota, daerah indstri eksklusif, dan resource based.
54. 36
Proyek-proyek pembangunan industri yang cenderung
memilih lokasi pinggiran kota biasanya dikarenakan oleh
harga tanah yang umumnya lebih rendah dan upah untuk
tenaga kerja yang cenderung juga lebih rendah.
Daerah industri eksklusif adalah suatu daerah yang disiapkan
oleh pihak pemerintah atau swasta untuk menampung
fasilitas-fasilitas produksi yang akan didirikan. Di daerah ini
pada umumnya disediakan infrastruktur dan keperluan utility
untuk menunjang kegiatan industri tersebut.
Untuk industri yang bersifat resource based yaitu mengarah
ke penggunaan resource yang tersedia seperti kekayaan
alam, maka industri ini cenderung memilih lokasi yang dekat
dengan sumber daya yang bersangkutan.
Faktor pendukung atau penunjang seperti penyediaan air,
listrik dan pembuangan limbah juga memiliki peranan penting
dalam penentuan lokasi industri. Jika semakin dekat dengan
sumber penunjang tersebut akan dapat mengurangi biaya
pertama investasi, seperti pada halnya dekat dengan sumber
bahan baku.
2.3.2.2 Kapasitas Produksi
Ukuran besar dari kapasitas produksi merupakan hal yang
penting sebagai masukan perhitungan aspek finansial dan aspek
ekonomi pada studi kelayakan proyek. Kapasitas produksi
tersebut juga nantinya akan memberikan batasan yang dapat
55. 37
ditampung oleh alat atau fasilitas produksi. Oleh karena itu, dalam
menentukan kapasitas bahan mentah dan ongkos produksi
sebelum sampai kepada penentuan angka kapasitas, dalam
kalangan industri dibedakan antara kapasitas desain dengan
kapasitas efektif.
Kapasitas desain adalah maksimum output yang dapat
dicapai oleh suatu fasilitas produksi menurut perhitungan
rancangan dari desain engineering. Sedangkan kapasitas efektif
adalah ukuran kapasitas output setelah memasukkan parameter-
parameter seperti faktor service, maintenance, dan kondisi-
kondisi lainnya yang dihadapi ketika fasilitas produksi terebut
beroperasi.
Perencanaan kapasitas produksi meliputi pertimbangan
jangka waktu dari proyek, bisa jangka panjang ataupun jangka
pendek. Untuk jangka panjang berhubungan dengan tingkat
perkiraan produksi jangka panjang, sedangkan untuk jangka
pendek memperhitungkan perubahan produksi sewaktu-waktu
seperti fluktuasi permintaan pasar, ketersediaan bahan mentah
atau raw material, dan lain-lain.
2.3.2.3 Teknologi
Untuk memilih teknologi industri yang tepat, harus dilakukan
analisa terhadap kebutuhan produksi. Sekali keputusan tentang
pemilihan teknologi tersebut dipastikan, maka keputusan tersebut
akan berpengaruh terhadap penentuan denah lokasi, peralatan
56. 38
penunjang, jenis perawatan dan perbaikan yang nantinya akan
dibutuhkan beserta proyeksi biayanya dan lain-lain.
2.3.3 Aspek Finansial
Untuk menanamkan investasi yang layak bagi sebuah proyek,
maka perlu dilakukan studi kelayakan yang berkaitan dengan aspek
finansial. Pada aspek finansial ini dilakukan analisis untuk mengetahui
berapa besarnya investasi yang diperlukan, selain itu kebutuhan akan
modal operasional kerja juga menjadi salah satu pertimbangan yang
penting. Pada aspek ini juga mengkaji tentang pengaruh indikator
ekonomi makro terhadap kelayakan keuangan proyek, baik itu aliran
kas masuk maupun aliran kas keluar, dan salah satu dari indikator
tersebut adalah inflasi.
2.3.3.1 Investasi
Investasi adalah suatu kebutuhan modal yang nantinya akan
digunakan untuk menjalankan suatu proyek atau mendirikan
bidang usaha tertentu. Istilah modal tersebut mengacu pada
kekayaan dalam bentuk uang, ataupun barang yang dapat
digunakan untuk menghasilkan lebih banyak kekayaan. Tujuan
ditanamkannya suatu investasi adalah untuk memperoleh
manfaat dimasa mendatang baik itu berupa manfaat keuangan
maupun bukan keuangan ataupun kedua-duanya.
2.3.3.2 Aliran Kas
Aliran kas adalah bagian dari laporan keuangan suatu
perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang
57. 39
menunjukan aliran masuk dan keluar uang tunai (kas)
perusahaan (Iman Soeharto, 1999, p407).
Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat
dibagi menjadi tiga kelompok (Iman Soeharto, 1999, p408), yaitu:
Aliran kas awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran kas yang
berkaitan dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi.
Aliran kas operasional (Operational Cash Flow) merupakan
aliran kas yang berkaitan dengan operasional proyek.
Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas
yang berkaitan dengan nilai sisa proyek seperti sisa modal
kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan peralatan proyek.
Dalam menyusun aliran kas proyek diperlukan untuk
memperhatikan hal-hal berikut:
Prinsip Aliran Kas
Yaitu dengan menyusun aliran kas masuk dan aliran kas
keluar secara sistematis.
Aliran Kas Inkremental (Incremental)
Adalah aliran kas proyek apabila hanya memperhitungkan
arus dana masuk dan keluar yang terdapat kaitannya dengan
proyek yang bersangkutan.
Aliran Kas Diperhitungkan Setelah Pajak
Adalah keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya
investasi di perhitungkan setelah kewajiban pajak.
Incidental Effect
58. 40
Dengan memperhitungkan pengaruh diadakannya proyek
baru atau proyek yang akan dijalankan terhadap laba
perusahaan.
Opportunity Cost
Yaitu kemungkinan memperoleh tingkat keuntungan yang
diterima dari penggunaan alternatif terbaik suatu asset.
Bunga Utang
Untuk mengevaluasi kelayakan proyek, dipisahkan antara
keputusan investasi dengan keputusan pendanaan.
2.3.3.3 Depresiasi
Depresiasi pada dasarnya adalah penurunan nilai suatu
properti atau aset karena waktu pemakaian, dan dampak yang
ditimbulkan dari depresiasi ini adalah pengurangan jumlah
penghasilan yang dikenakan pajak dan penurunan kemampuan
fungsi kerja aset tersebut (I Nyoman Pujawan, 2003, 186).
Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung
depresiasi adalah metode garis lurus atau straight line method.
Pada metode ini memberikan kemungkinan untuk menyusutkan
nilai suatu aset pada laju konstan selama periode penyusutan
berlangsung.
AD = + ( − )
Keterangan:
59. 41
AD = Arus depresiasi
P = Biaya awal atau nilai investasi
S = Nilai sisa
n = Usia ekonomis
2.3.3.4 Inflasi
Adalah kenaikan harga-harga barang, jasa, atau faktor-
faktor penunjang produksi secara umum dan meluas. Dengan
adanya inflasi tersebut maka daya beli uang akan semakin
rendah dari waktu ke waktu. Secara umum inflasi terbagi atas tiga
kategori yang berbeda, yaitu inflasi yang diakibatkan permintaan,
inflasi yang diakibatkan oleh dorongan ongkos dan inflasi
struktural.
Inflasi karena tekanan permintaan terjadi karena terlalu
banyak uang untuk jumlah barang yang sedikit, dengan kata
lain penawaran tidak mampu memenuhi permintaan sehingga
harga-harga barang akan naik.
Untuk inflasi yang diakibatkan oleh dorongan ongkos terjadi
karena naiknya ongkos-ongkos yang dibutuhkan untuk
memproduksi barang atau jasa, seperti naiknya ongkos
pekerja.
Sedangkan untuk struktural terjadi karena pergeseran
permintaan dari satu produk industri ke produk industri
lainnya.
2.3.4 Konsep Analisa Ekonomi Teknik
60. 42
Secara umum analisis ekonomi teknik bisa dikatakan sebagai
analisis ekonomi dari investasi teknik, dan untuk menganalisis
investasi teknik ini membutuhkan pengetahuan tentang aspek teknis
serta aspek kinerja ekonomi. Terdapat dua sudut pandang yang
berbeda dalam pengambilan keputusan pada ekonomi teknik, yaitu
sudut pandang ekuntansi dan sudut pandang ekonomi teknik. Sudut
pandang akuntan lebih berkaitan kepada penyajian dan analisa
performansi keuangan yang telah terjadi pada periode yang telah
lewat, sedangkan sudut pandang ekonomi teknik akan banyak terlibat
dalam proses estimasi aliran kas masa mendatang dan juga
memberikan gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan
dihadapi seandainya variabel-variabel pengambilan keputusan
berubah dari satu kondisi ke kondisi lain.
2.3.4.1 Klasifikasi Dan Struktur Biaya Produksi
Agar bisa melakukan analisa dan evaluasi altrnatif-alternatif
yang berkaitan dengan suatu proyek, maka diperlukan
kemampuan untuk bisa mengidentifikasikan jenis dan macam-
macam biaya yang diperlukan atau yang akan dikeluarkan.
Biaya awal (first cost) adalah biaya yang harus dikeluarkan
pada awal sebelum kegiatan produksi diselenggarakan. Biaya
awal ini cenderung besar dan memiliki nilai strategis yang
mencakup dimensi waktu jangka panjang (long-term). Untuk
memperoleh kembali biaya tersebut bisa dilakukan melalui biaya
61. 43
penyusutan yang besarnya akan tergantung pada metode
perhitungan depresiasi yang diterapkan. Biaya awal dikeluarkan
hanya sekali saja untuk setiap aset yang ditamankan. Sedangkan
biaya operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan secara
rutin untuk mendukung proses industri.
Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan karena
terkait secara langsung dengan suatu proses produksi tertentu
atau hasil dari output produksi. Sedangkan untuk biaya tidak
langsung adalah biaya yang dikeluarkan tetapi biaya tersebut
tidak terkait atau tidak diidentifikasikan dengan proses produksi
ataupun output dari produk.
Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan dan
jumlah biaya tersebut tidak berubah atau tetap tanpa terkait oleh
besar kecilnya proses produksi. Sedangkan biaya variabel adalah
biaya yang dikeluarkan dan besar kecilnya biaya tersebut
terpengaruh oleh proses produksi.
2.3.4.2 Minimum Attractive Rate of Return (MARR)
Adalah suatu nilai minimal dari tingkat pengembalian bunga
yang diinginkan oleh investor. Dengan kata lain apabila suatu
investasi menghasilkan bunga atau tingkat pengembalian yang
lebih kecil dari MARR ini maka investasi tersebut dinilai tidak
ekonomis atau tidak layak untuk dikerjakan.
62. 44
Ada beberapa cara yang disarankan untuk menetapkan
besarnya MARR, yaitu:
Tambahkan suatu persentase tetap pada ongkos modal (cost
of capital) perusahaan.
Nilai rata-rata tingkat pengembalian selama 5 tahun yang lalu
digunakan sebagai MARR tahun sekarang.
Gunakan MARR yang berbeda untuk perencanaan yang
berbeda dari investasi awal.
Gunakan MARR yang berbeda pada investasi baru dan
investasi yang berupa proyek perbaikan ongkos.
Gunakan rata-rata tingkat pengembalian modal para pemilik
saham untuk semua perusahaan pada kelompok industri yang
sama.
Besarnya MARR dipengaruhi oleh ketersediaan modal,
ketersediaan kesempatan investasi, kondisi bisnis, tingkat inflasi,
ongkos modal perusahaan, peraturan pajak, peraturan
pemerintah, tingkat keberanian menanggung resiko bagi
pengambil keputusan, tingkat resiko atau ketidakpastian yang
dihadapi dan berbagai hal lainnya.
2.3.4.3 Metode Payback Period
Adalah suatu metode analisa kelayakan investasi untuk
menilai persoalan kelayakan investasi tersebut menurut jangka
waktu pemilihan modal yang diinvestasikan, dan biasanya
dinyatakan dalam satuan tahun untuk pengembalian investasi
63. 45
tersebut. Ada dua macam acuan yang digunakan untuk
menghitung jangka waktu pengembalian investasi tersebut, yaitu
metode arus kumulatif dan metode arus rata-rata.
Metode arus kumulatif digunakan jika aliran kas proyek tidak
seragam atau berubah-ubah. Dalam hal ini digunakan rumus
sebagai berikut.
Payback Period = ( − 1) [ + ∑ A ]
Keterangan:
Cf = Biaya pertama
An = Aliran kas pada tahun n
n = Tahun pengembalian ditambah 1
Sedangkan metode arus rata-rata digunakan jika aliran kas
proyek sama besarnya dari tahun ke tahun selama usia ekonomis
proyek. Dan untuk perhitungan rumusnya adalah sebagai berikut.
Payback Period =
Keterangan:
Cf = Biaya pertama
A = Aliran kas bersih (neto) per tahun
Untuk kriteria kelayakan dari metode ini adalah:
Proyek dikatakan layak jika jangka waktu pengembalian
investasi lebih pendek dari umur ekonomis proyek.
Proyek dikatakan tidak layak jika jangka waktu pengembalian
investasi lebih lama dari umur ekonomis proyek.
64. 46
2.3.4.4 Metode Present Value (PV)
Adalah suatu metode kelayakan investasi yang
menyelaraskan nilai yang akan datang menjadi nilai sekarang
dengan melalui pemotongan aliran kas menggunakan faktor
pengurang (diskonto) pada tingkat biaya modal tertentu yang
diperhitungkan. Apabila aliran kas tidak seragam dari periode ke
periode berikutnya, maka digunakan rumus berikut untuk
menghitungnya.
PVt = At (1 + i)-t
Keterangan:
PVt = Nilai sekarang dari aliran kas periode ke -t
At = Aliran kas nominal pada periode ke -t
i = Tingkat bunga yang diperhitungkan
t = Periode 1,2,…, n
Sedangkan perhitungan untuk nilai sekarang total adalah
sebagai berikut.
TPV = ( )
Keterangan:
TPV = Nilai sekarang total
(1 + )
= Nilai Sekarang aliran kas A setiap periode
ke -t
Lalu untuk perhitungan net present value (NPV) adalah
sebagai berikut.
NPV = -Io + TPV
65. 47
Keterangan:
NPV = Net present value
Io = Nilai sekarang investasi inisial
TPV = Nilai sekarang total
Kriteria kelayakan dari metode net present value (NPV) ini
adalah sebagai berikut.
Proyek layak jika net present value bertanda positif (NPV > 0)
Proyek tidak layak jika net present value bertanda negatif
(NPV < 0)
Kelebihan dari metode net present value ini adalah sebagai
berikut.
Memasukkan faktor nilai waktu dari uang.
Mempertimbangkan semua aliran kas proyek.
Mengukur besaran absolute dan bukan relatif, sehingga
mudah mengikuti kontribusinya terhadap usaha peningkatan
kekayaan perusahaan atau pemegang saham.
2.3.4.5 Metode Internal Rate Of Return (IRR)
Adalah suatu metode perhitungan aliran pengembalian
internal dengan menghitung jumlah NPV aliran kas masuk sama
dengan NPV aliran kas keluar dalam waktu tertentu (Syamsuddin,
2009:460)..
( )
(1 + )
−
( )
(1 + )
66. 48
Keterangan:
(C)t = Aliran kas masuk pada tahun t
(Co)t = Aliran kas keluar pada tahun t
i = Arus pengembalian (diskon)
n = Tahun
Karena aliran kas keluar proyek umumnya merupakan biaya
pertama (Cf) maka persamaan diatas dapat disederhanakan
menjadi:
(C)
(1 + )
− (C ) = 0
Sementara itu untuk mendapatkan nilai IRR dengan
menggunakan rumus interpolasi sebagai berikut.
IRR = % +
∆
∆
+ ( % − %)
Keterangan:
p% = Persen tingkat bunga yang lebih kecil daripada
perkiraan IRR
q% = Persen tingkat bunga yang lebih besar dari pada IRR
Δ1 = Faktor diskon kumulatif untuk p% pada n yang sesuai
dikurangi dengan masa pemulihan modal.
Δ2 = Faktor diskon kumulatif untuk p% pada n yang sesuai
dikurangi dengan faktor diskon kumulatif untuk q%
pada n yang sesuai.
Kriteria kelayakan untuk metode IRR ini adalah dengan
membandingkan antara hasil i dari IRR dengan i dari MARR.
Apabila i IRR lebih besar atau sama dengan i MARR, maka
67. 49
proyek tersebut dapat diterima, atau layak, namun jika tidak maka
proyek tersebut kemungkinan tidak layak untuk dijalankan.
2.3.5 Bank Indonesia (BI) Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia
dan diumumkan kepada publik.
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap
Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi
moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas
(liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran
operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB
O/ N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti
oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku
bunga kredit perbankan.
(http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Penjelasan+BI+Rate/)
2.4. ROBOT INDUSTRI
Perkembangan robot tidak lepas dari perkembangan pada
bidang lain, misalnya teknologi computer media online, servo
mekanisme, dll. Robot adalah perlengkapan yang berfungsi untuk
68. 50
menggantikan atau membantu pekerjaan manusia yang berat dan teliti.
Dari buku “Robotic An Introduction” karya Douglas R. Malcolm Jr.
telah dijelaskan bahwa robot industri dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan, yang masing- masing memiliki karakteristik unik, yaitu :
1) Low-Technology Robots
2) Medium-Technology Robots
3) High Technology Robots
1). Robot teknologi rendah (Low-Technology Robots)
Robot teknologi rendah (Low-Technology Robots) digunakan
dalam lingkungan industri untuk pekerjaaan seperti mesin pemasang &
pelepas, penangganan material, operasi pengepressan dan operasi
perakitan sederhana.
Karakteristik Robot teknologi rendah :
a) Siku, memiliki 2 sampai dengan 4 pergerakan siku dan biasanya
robot teknologi rendah merupakan robot non servo.
b) Beban kerja, beban kerja untuk jenis robot teknologi rendah
berkisar 3 sampai dengan 13,6 kg.
c) Waktu siklus, adalah waktu yang perlukan sebuah robot untuk
bergerak dari satu posisi ke posisi berikutnya. Dimana waktu siklus
ini tergntung atas 2 faktor yaitu : beban kerja dan panjang lengan
manipulator. Robot teknologi rendah biasanya memiliki waktu siklus
yang cukup tinggi yaitu : 5 sampai dengan 10 Sekon.
69. 51
d) Ketelitian, adalah seberapa dekat sebuah robot dapat
menggerakan manipulatornya sesuai dengan titik yang telah
diprogramkannya. Erat hubungannya dengan ketelitian yaitu
keseragaman. Keseragaman menggambarkan seberapa sering
sebuah robot melakukan program yang sama, mengulangi
gerakannya pada titik yang telah diberikan. Baik ketelitian dan
keseragaman sangat penting dalam sistem operasi berbagai robot.
Untuk robot teknologi rendah ketelitiannya berkisar 0,050 sampai
dengan 0,025 mm.
e) Aktuasi, adalah metode pergerakan siku suatu robot. Aktuasi dapat
dicapai dengan menggunakan pneumatic, hidrolik, maupun elektrik.
Untuk robot yang berteknologi rendah biasanya menggunakan
motor listrik karena harganya murah dan operasinya mudah
dikendalikan.
2). Robot teknologi menengah (Medium-Technology Robots)
Robot teknologi menengah umumnya digunakan untuk pekerjaaan
mengambil dan meletakan dan mesin pemasang & pelepas. Robot
teknologi menengah memiliki kerumitan yang lebih tinggi.
Karakteristik Robot teknologi menengah :
a) Siku, Robot teknologi menengah memiliki jumlah siku yang lebih
banyak dibandingkan dengan robot teknologi rendah dan memiliki
batere kerja yang lebih besar. Lengan robot ini juga memiliki
kekuatan manuver yang lebih untuk memanipulasi. Siku Robot
70. 52
teknologi menengah berjumlah 5 sampai dengan 6 pergerakan
siku.
b) Beban kerja, beban kerja untuk jenis robot teknologi menengah
berkisar 68 sampai dengan 150 kg. Dengan bertambahnya
kemampuan beban kerja maka robot ini mampu menggantikan
pekerja dalam situasi dimana mengangkat bagian yang berat
secara konstan ketika diperlukan.
c) Waktu siklus, Robot teknologi menengah memiliki waktu siklus yaitu
: dalam pergerakan siku sepanjang 25 sampai dengan 65 dapat
ditempuh dalam waktu 1,0 Second. Semakin tinggi kompleksitas
pekerjaan dan makin berat beban kerja yang diberikan maka makin
bersar pula nilai waktu siklus yang diperoleh.
d) Ketelitian, dengan bertambahnya jumlah siku akan juga
berpengaruh dengan meningkatnya ketelitian. Untuk robot teknologi
menengah ketelitiannya berkisar 0,2 sampai dengan 1,3 mm.
e) Aktuasi, Untuk robot yang berteknologi menengah digerakkan oleh
2 tipe motor yaitu: listrik atau hidrolik. Alasan menggunakan 2 tipe
motor karena beban kerja yang berat.
3). Robot teknologi tinggi (High Technology Robots)
Robot teknologi rendah (High Technology Robots) digunakan
dalam lingkungan industri untuk pekerjaaan yang kompleksitasnya tinggi.
Karakteristik Robot teknologi tinggi :
71. 53
a) Siku, memiliki 8 sampai dengan 10 pergerakan siku dan biasanya
robot teknologi tinggi memiliki jenis pekerjaan yang komplek dan
manuver gerakan yang beragam.
b) Beban kerja, beban kerja untuk jenis robot teknologi tinggi berkisar
150 sampai dengan 250 kg.
c) Waktu siklus, karena bertambahnya gerakan dan kompleksitas
kerja yang tinggi maka Waktu siklus untuk robot teknologi tinggi
berkisar : 10 sampai dengan 25 Second.
d) Ketelitian, dengan bertambahnya jumlah siku akan juga
berpengaruh dengan meningkatnya ketelitian. Untuk robot teknologi
tinggi ketelitiannya berkisar 1,5 sampai dengan 3,0 mm.
e) Aktuasi, Untuk robot yang berteknologi tinggi biasanya digerakkan
oleh 3 tipe aktuator motor yaitu: listrik, hidrolik dan pneumatik.
2.4.1 GEOMETRI ROBOT
2.4.1.1. Geometri Robot dan Istilah-Istilahnya
Degrees Of Freedom (DOF) adalah setiap titik sumbu gerakan
mekanik pada robot, tidak terhitung untuk End Effector.
Degrees Of Movement (DOM) adalah kebebasan / kemampuan untuk
melakukan sebauh gerakan.
Sebagai contoh, robot dengan 6 derajat kebebasan :
1) Base Rotation (dudukan untuk berputar)
2) Shoulder Flex (lengan atas / pundak)
72. 54
3) Elbow Flex (lengan bawah)
4) Wrist Pitch (pergelangan angguk)
5) Wrist Yaw (pergelangan sisi)
6) Wrist Roll (pergelangan putar)
Gambar 2.1 Robot welding dengan 6 deerajat kebebasan
2.4.1.2. Joint dan Link
Joint memungkinkan terjadinya gerakan pada dua bagian tubuh
robot, sedangkan Link menghubungkan tiap-tiap joint.
2.4.1.2.1. Tipe-tipe Joint
1) Linear Joint
2) Gerakan antara In & Out, link adalah gerakan linear (tipe L- joint).
3) Orthogonal Joint Ini juga Linear Joint. Tetapi antara In & Out, Link
nya saling tegak lurus (tipe O-Joint).
4) Rotational Joint
73. 55
5) Merupakan penghubung dimana perputaran terjadi tegak lurus
terhadap In & Out Link (tipe R-Joint).
6) Twisting Joint
7) Mengakibatkan gerakan berputar, tapi putaran pararel dengan In &
Oul Link (tipe T-Joint).
8) Revolving Joint
9) Input Link, pararel dengan axis perputaran dari joint. Output tegak
lurus dengan putaran.
2.4.1.3. Robot Konfigurasi
Dikarenakan robot mempunyai bermacam-macam bentuk dan ukuran,
sehingga memiliki beragam kemampuan gerakan. Secara fisik, ada
beberapa konfigurasi yang dapat dibentuk. Yaitu,
1) Konfigurasi Koordinat Kartesian
Sistem koordinat kartesian berbasis akan 3 sumbu atau bidang,
yaitu sumbu x, y dan z.
Gambar 2.2 Sistem koordinat kartesian
2) Konfigurasi Koordinat Silinder
74. 56
Sistem koordinat silinder memiliki 3 derajat kebebasan (DOF) atau
3 axis, yang terdiri dari θ (theta) mewakili sumbu putar, sumbuz
mewakili gerakan naik-turun serta sumbu R yang mewakili gerakan
memanjang atau memendek.
Gambar 2.3 Sistem koordinat Silinder
3) Konfigurasi Koordinat Polar
Konfigurasi koordinat polar/simetrikal juga memiliki 3 sumbu yaitu θ
(theta), β (beta), dan R. dikatakan system simetrikal karena ruang
gerakdari robot merupakan sphere (bola).
75. 57
Gambar 2.4 Sistem koordinat Polar
4) Sistem Koordinat Articulate
5) Sistem koordinat articulate didefinisikan dengan 3 sumbu, yakniθ
(theta), upper arm (w) dan elbow (U). Sumbu ini memberikan ke-
fleksibelan lebih besar.
Gambar 2.5 SCARA ( Selective Compliance Assembly Robot Arm)
6) Sistem sumbu yang mirip koordinat Articulate tetapi berbasis pada
gerakan horizontal. Memiliki kemampuan untuk “insektion”, salah
satu sistem sumbu yang mungkin dari SCARA adalah seperti pada
gambar di bawah ini.
76. 58
Gambar 2.6 Sistem sumbu SCARA
2.4.1.4. Spesifikasi Teknis Yang Lain
Sebagai tambahan konfigurasi fisik dari robot dan kemampuan gerak
dasar, ada beberapa sepesifikasi teknik yang lain dimana menjelaskan
tentang efesiensi dan efektivitas dalam unjuk kerja pada robot.
Beberapa spesifik teknik adalah sebagai berikut :
1)Work Volume (area kerja)
2)Precision Of Movement ( keakuratan gerak)
3)Speed Of Movement (kecepatan gerak)
4)Weight Carrying Capacity (daya angkat beban)
5) Type Of Drive System (jenis pengerak)
1) Work Volume
Arti kata Work Volume (area kerja) mengacu pada dimana robot itu
dapat bekerja. Secara teknis dapat dikatakan adalah dimana ujung bagian
masih digerakkan di bawah control.
Work Volume diperhitungkan dari :
a) Konfigurasi Fisik
b) Ukuran
c) Jangkauan Lengan
77. 59
d) Hubungan /Joint Manipulator
Fungsi mengetahui Work Volume :
a) Lay Out
b) Waktu Produksi
c) Area Kerja dan Safety
d) Program
2) Precision Of Movement
Ada tiga jenis kategori pada keakuratan gerakan dari ujung robot pada
suatu penerapan , yaitu :
1) Spatial Resolution
Dapat diartikan sebagai gerakan terkecil yang masih dapat dikontrol oleh
si pemrogram, sehingga spatial resolution adalah jumlah dari resolusi
control dengan ketidak akuratan mekanik.
2)Accuracy (akurasi)
adalah kemampuan dari ujung robot untuk mencapai titik yang dituju.
Dengan kata lain akurasi adalah setengah resolusi spatial.
3)Repeatability (pengulangan)
Adalah kemampuan dari ujung robot untuk mencapai titik yang
sebelumnya dikontrol. Repeatability umumnya lebih kecil dari akurasi.
3) Weight Carrying Capacity
Adalah kemampuan robot untuk memindahkan beban. Merupakan faktor
untuk berbagai macam keperluan, yaitu :
a) Jenis tugas
78. 60
b) Jenis barang
c) Produktivitas
4) Type Of Drive System
Ada tiga jenis dasar penggerak robot, yaitu :
a) Hydraulic
Menggunakan fluida / oli, kurang dalam segi kebersihan, beresiko
kebakaran.
b) Pneumatic
Menggunakan tekaanan udara merupakan jenis yang termurah,
terpraktis dan fixed points.
c) Electric
Yang dimaksud adalah motor listrik. Ada dua jenis motor, yaitu
motor DC dan motor stepper. Ciri khasnya adalah kecepatan.
d) Selain penggerak di atas, untuk mencapai presisi, kecepatan serta
gerakan yang diinginkan, robot selalu dilengkapi dengan gear dan
cam.
5) End Effectors
Memiliki tujuan untuk melaksanakan tugas tertentu. Faktor-faktor yang
penting dalam end effector adalah sebagai berikut :
a) Tugas
b) Design
c) Kontrol program
79. 61
d) Ukuran area kerja
e) Waktu siklus
f) Keselamatan kerja
2.4.2. SISTEM KONTROL
2.4.2.1. Jenis Robot Control
Ada beberapa jenis pengatur gerakan pada robot, diantaranya :
1) Limite Sequence Robot
Ciri – ciri :
- Paling sederhana
- Paling murah
- umumnya menggunakan driver pneumatic
- Operasinya Pick & Place
2) Point to Point
Ciri - ciri :
- Lebih canggih dari Limite Sequence Robot
- Menyimpan titik-titik dari langkah robot
- Menggunakan driver hydraulic
- Motor elektronik
3) Countouring
80. 62
Ciri – ciri : - Peningkatan Point to Point
- Speed & Countour
- Menggunakan driver hydraulic
4) Line Tracker
Ciri – ciri : - Untuk benda bergerak
- Sensor dan program
- Menggunakan driver hydraulic
5) Intelligent Robot
Ciri – ciri : - Dapat bereaksi dengan lingkungan
- Dapat mengambil keputusan
- Advance I/O
- Advance sensor
2.4.2.2. Bagian-Bagian Pada Kontrol Robot
Kontrol pada robot dapat dikelompokan dari level rendah, menengah
dan tinggi. Secara detail adalah sebagai berikut :
1) Low Technology Controllers
Mungkin dapat diprogram untuk praktis atau tidak praktis. Tidak ada
internal memory amp.
2) Medium Technology Controllers
Mempunyai 2 sampai 4 sumbu bergerak dan memiliki mikroprosesor serta
memori (terbatas). Tetapi I/O-nya terbatas, delay setiap gerakan serta
dapat diprogram jika kerja telah lengkap.
81. 63
3) High Technology Controllers
Memiliki memori yang besar serta punya mikroprosesor dan co-
mikroprosesor. Bermacam-macam I/O, re-program dalam waktu singkat.
Mempunyai sampai dengan 9 axis. Dalam kontrolernya ada 5 bagian
penting, yaitu Power Supply, Interface, Axis Drive Board, Option Boards
dan Mikroprosesor.
2.4.3. Sensor
Sensor pada robot industri ada dua kategori, yaitu :
1). Internal Sensor
Digunakan untuk mengontrol posisi, kecermatan dan lain-lain. Contohnya
adalah potensiometer, optical encoder.
2). External Sensor
Digunakan untuk mengontrol dan mengkoordinasi robot dengan
environment. Contohnya adalah switch sentuh, infra merah.
Menurut jenis dan fungsinya dapat dilihat beberapa tipe sensor di
bawah ini :
1) Kontak Sensor
Dapat digunakan untuk mendeteksi kontak atau gaya. Ada dua jenis yaitu
Touch Sensor dan Stress / Force Sensor.
1) Proximity Sensor
Jika jarak antara obyek dan sensor dekat. Misalnya untk mengetahui jarak
dari objek.
82. 64
2) Optical Sensor
Untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu barang.
3) Vision Sensor
Untuk mendefinisikan benda, alignment dan inspection.
4) Voice Sensor
Untuk mengenali jenis benda dan melakukan perintah lewat suara.
Dan masih banyak jenis-jenis sensor lainnya. Biasanya sensor
digunakan untuk pengukuran kondisi fisis, seperti temperature, tekanan,
aliran listrik dan lain-lain.
2.4.4. ARC WEDING ROBOT
2.4.4.1. Gambaran Umum Arc Welding Robot
Gambar 2.7 Arc Welding Robot Tipe Almega AX – V6
Dalam hal peng-install-an Arc Welding Robot pada dasarnya
telah diprogram untuk dapat langsung digunakan pada proses industri,
namun tidak menutup kemungkinan apabila pada pengaplikasiannya
83. 65
terdapat tambahan interface pendukung maka untuk kepentingan seperti
ini kita masih dapat meng-edit program yang sudah ada. Dengan
kemudahan robot ini telah didukung sistem PLC maka operator dapat
mengaksesnya cukup menggunakan diargam anak tangga (ladder
diagram). Sedangkan untuk penggunaan pada proses welding sendiri
kita tidak perlu lagi repot mengakses PLC nya, karena untuk
penggunaan kita hanya akan mengatur parameter-parameter
pengelasan seperti : koordinat jalur pengelasan, arus, tegangan,
kecepatan las, panjang kawat, tipe pengelasan maupun tipe gerakan robot
yang berhubungan dengan axis-axisnya. Semua inputan program dapat
diakses melalui alat bantu yang dinamakan teach pendant, dengan adanya
perangkat ini kita mampu untuk menuliskan program pengelasan
kemudian dapat disimpan untuk penggunaan lebih lanjut.
2.4.4.2. Bagian penyusun dan cara kerja Arc Welding Robot
Gambar 2.8 Skema Arc Weding Robot
Keterangan :
1. MANIPULATOR
2. CONTROL UNIT
84. 66
3. TEACH PENDANT
4. OPERATING BOX
5. CONTROL CABLE (manipulator – control unit)
6. WELDING POWER SUPPLY
7. CONTROL CABLE (control unit – WPS)
8. CO2/MAG WELDING TORCH
9. TORCH ATTACHED BRACKET
10. TORCH GAUGE ASSY
11. WIRE FEED UNIT
12. COAXIAL POWER CABLE
13. CABLE / HOUSE
14. GAS REGULATOR
15. CONDUIT WIRE
16. WIRE REEL STAND
Secara umum alur interface peripheral terhadap Kontroler robot adalah
sebagai berikut :
85. 67
Gambar 2.9 Skema alur Interface
Secara umum Alur keadaan arc welding robot dapat dilihat dari gambar
dalam bentuk diagram state dibawah ini:
Gambar 2.10 Diagram State Arc Welding Robot
Secara umum runtutan proses kerja arc welding robot dapat dilihat dari
gambar flow chart dibawah ini:
86. 68
Gambar 2.11 Flow chart arc welding robot 1 cycle process
2.4.4.3. Bagian – bagian Manipulator
1). MOTOR AXIS 1 s/d AXIS 6
Gambar 2.12 Manipulator
87. 69
Satu unit manipulator digerakan oleh 6 unit Servo Motor AC
dengan kecepatan dan jangkauan (working area) yang berbeda-beda.
Motor axis 1 s/d 4 satu sumbu dengan gear axis sedangkan motor axis
5 dan 6 dilengkapi dengan V-belt sebagai transmisi ke gear.
2). LIMIT SWITCH
Limit switch digunakan sebagai pembatas working area untuk axis 1.
3). INNER CABLE ASSY
Inner cable assy terdapat di dalam lengan manipulator dengan rute
dari bagian bawah sampai ke bagian atas manipulator. Inner cable assy
terdiri dari kabel daya dan kabel data.
4). WIRE FEEDER
Wire feeder merupakan bagian yang berfungsi sebagai pengumpan wire
dari wire drum sampai ke benda yang akan dilas.
88. 68
BAB III
METODELOGI PEMECAHAN MASALAH
3.1. LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
Adapun langkah-langkah pemecahan masalah dibuat, agar penelitian
dapat dipahami dan dimengerti dengan jelas yaitu sebagai berikut :
3.1.1. Studi Pustaka dan Studi Lapangan
1) Studi Pustaka
Studi ini dilakukan dengan mancari informasi-informasi yang di
perlukan memalui literature yang mendukung untuk kemudian di susun
menjadi landasan Teori di dalam Penyusunan Tugas Akhir ini
2) Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke
perusahaan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Penelitian
dilapangan dilaksanakan di PT. Gemala Kempa Daya, pada proses
produksi Line WRE.
3.1.2. Perumusan dan Tujuan Penelitian
Pada perumusan masalah, langkah awal yang harus dicari
dengan mengidentifikasi masalah guna mengetahui masalah yang
akan dibahas. Permasalahan yang diteliti di lapangan menyangkut
89. 69
proses produksi di line proses welding manual dan welding robot di PT
Gemala Kempa Daya.
3.1.3. Indentifikasi Masalah
Mengindentifikasi permasalahan yang ada pada perusahaan
mengenai kondisi beban kerja pada line WRE, dan seberapa besar pengaruh
operasi mesin Arc Welding Robot pada proses produksi dan mengidentifikasi
perlunya investasi mesin Arc Robot Welding baru.
Pengumpulan Data
Pada langkah ini penulis melakukan pengumpulan data umum dan
data penelitian :
1) Data Umum
Data umum adalah data yang tidak berhubungan langsung dengan
pengolahan data. Adapun data-data umum yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah sejarah perusahaan, struktur organisasi, visi dan
misi perusahaan.
2) Data penelitian
Data penelitian merupakan data yang akan digunakan dalam
pengolahan data nantinya, sehingga data yang dibutuhkan adalah
yang berhubungan dengan topik permasalahan.
Adapun data penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
90. 70
a) Data permintaan produk dalam satu tahun
b) Data waktu proses produksi pada line WRE
c) Data spesifikasi mesin, data manpower cost dll.
Data tersebut diperoleh dengan cara melihat data historis
mesin, mengamati keadaan sekarang dan wawancara langsung
dengan pihak terkait.
3.1.4. Pengolahan Data
Penelitian ini dilakukan berdasarkan data-data yang sudah
dikumpulkan dan mengikuti langkah pemecahan masalah yang telah
dibuat dengan :
1. Menentukan proyeksi order tahun berikutnya dan waktu proses yang
dibutuhkan serta analisa kebutuhan penambahan mesin arc robot
welding, dan menghitung keseimbangan lini pada proses
2. Menghitung nilai investasi pengadaan mesin welding robot mesin arc
welding robot dengan metode Play Back Period, NPV (Net Present
Value) dan IRR (Internal Rate of Return).
3. Berdasarkan hasil pengolahan data selanjutnya dilakukan analisa
berupa pembahasan hasil perhitungan nilai investasi (Playback Period,
NPV dan IRR).
91. 71
3.1.6 Kesimpulan dan Saran
Memberikan kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan serta
memberikan saran – saran yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja
perusahaan.
3.2. Kerangka pemecahan masalah
Sebagai dasar pemecahan permasalahan adalah sesuai bagan alir berikut :
Gambar 3.1 Kerangka pemecahan masalah
START
IDENTIFIKASI
MASALAH
STUDI PUSTAKASTUDI LAPANGAN
PERUMUSAN
MASALAH
PENGUMPULAN
DATA
PENCARIAN DATA
UMUM
PENCARIAN DATA
PENELITIAN
- SEJARAHPERUSAHAAN
- VISI PERUSAHAAN
- MISI PERUSAHAAN
- DATA WAKTU PROSES LINEWR-E
- DATA HARGA MESIN ARC ROBOT WELDING
- DATA BIAYA PERAWATAN, LISTRIK, DAN
BIAYA TERKAIT LAINNYA
MELAKUKAN
WAWANCARA
PIHAK TERKAIT
ANALISIS INVESTASI
- NILAI PLAYBACK PERIOD
- NILAI NPV
- NILAI IRR
KESIMPULAN
END
ANALISIS LINEBALANCING
- IDLE TIME
- BALANCE DELAY
- EFISIENSI STASIUN KERJA
- EFISIENSI LINE
- WORK STATION
- SMOOTHEST INDEX
ANALISIS LINE BALANCINGDI
LINE WRE
92. 78
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 DATA UMUM PERUSAHAAN
4.1.1Sejarah Singkat PT. Gemala Kempa Daya
PT. Gemala Kempa Daya berdiri pada tahun 1980 dengan Frame
Chassis dan Press Parts sebagai bisnis utamanya. Menjawab tantangan
pasar PT. GKD melengkapi sarana produksinya dengan mesin press
2000 ton dan 4000 ton . PT Gemala Kempa Daya merupakan perusahaan
penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan saat ini menempati areal
seluas 45.353 m2
, serta memperkerjakan sekitar 1400 tenaga kerja. PT
Gemala Kempa Daya bertekad menjadi produsen frame chassis dan
press parts dengan daya saing terbaik di wilayah global dan dunia.
Untuk lebih menajamkan bisnisnya dikancah industri otomotif PT GKD
telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008, ISO TS1649 dan ISO
14001 serta OHSAS 18001:2007.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
1) Visi Perusahaan
Adapun visi PT Gemala Kempa Daya adalah “ To be world
class outomotive frame chasis manufacturer with excellent
engineering competency” (Menjadi produsen frame chasis otomotif
kelas dunia dengan kompetensi Engineering yang unggul).
93. 79
2). Misi Perusahaan
Untuk mewujudkan visi perusahaan, maka PT.
Gemala Kempa Daya mempunyai misi sebagai berikut :
a. To provide uniq and innovative process solutions that deliver
best quality and value to our customer.
Memberikan secara khas dan solusi proses yang inovatif dan
pengiriman dengan mutu dan nilai terbaik untuk pelanggan
kami.
b. To provide best value to our stage holder.
Memberikan nilai terbaik untuk Stage Holder kami.
4.1.3 JENIS-JENIS PRODUK
Produk-poduk yang dipoduksi oleh PT. Gemala Kempa Daya
adalah Frame Chasis untuk kategori II dan kategori III, juga beberapa
komponen yang melekat pada body chasis tersebut. Selain itu, juga ada
beberapa hasil produk yang masuk dalam kategori non frame, misalnya
Backing Plate, Housing Upper Lower, dan Drum Brake dan komponen
press part lainnya.
PT Gemala Kempa Daya memiliki beberapa Customer yang
pendistribusiannya di dalam dan luar negeri diantaranya adalah:
1) PT Krama Yudha Berlian Motor - Mitsubishi
2) PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia - Toyota
3) PT Astra Nissan Diesel Indonesia - Nissan UD
4) PT Hino Motor Manufacturing Indonesia – Hino
94. 80
5) PT. Inti Ganda Perdana
6) PT. Akebono Brake Indonesia Jakarta
7) PT. Isuzu Astra Motor Indonesia
8) PT. Advicks Indonesia
9) Produk After market
Adapun produk yang dihasilkan oleh PT. Gemala Kempa Daya adalah
Frame Chasis dan komponennya, serta Dump Truck sebagai produk after
market.
Gambar 4.1 Produk-produk PT Gemala Kempa Daya
Dump Truck
95. 81
4.1.4.STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
Berikut ini adalah struktur organisasi PT. Gemala Kempa Daya
Bulan Agustus 2015 beserta Job description nya.
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan
96. 82
Job Description secara umum
Struktur organisasi di atas merupakan struktur organisasi secara
besaran sampai dengan level manajer (Department Head), sedangkan job
description dari level president director sampai operator secara umum
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. President director (Presiden Direktur)
Bertanggung jawab kepada pemegang saham (Owner), merumuskan dan
menetapkan visi dan misi perusahaan serta arah perusahaan baik dalam
jangka panjang, jangka menengah maupun jangka panjang, memegang
peranan penting dalam kemajuan dan kemunduran perusahaan.
2. Direktor (Direktur)
Bertanggung jawab kepada President Director, serta membuat perincian
pelaksanaan kebijaksanaan umum yang telah digariskan oleh President
Director bersama dengan pemegang saham (owner).
1) Mengawasi seluruh kegiatan yang ada di perusahaan agar
tetap berjalan.
2) Mengendalikan dan mengevaluasi proses produksi dan
kesinambungan setiap bagian pada lini produksi dan supporting
produksi.
3) Memberikan instruksi kerja kepada bawahannya terkait target
visi dan misi yang telah ditetapkan oleh top manajemen.
97. 83
3. Plant Division (Kepala Divisi Produksi)
Bertanggung jawab kepada Direktur, memberikan perintah kerja kepada
bawahan, terkait langkah-langkah taktis sesuai dengan arahan Direktur
dan top manajemen, serta mencari inovasi dalam operasional untuk
mencapai tujuan perusahaan.
1) Menanggapi laporan dari bagian produksi jika terjadi kerusakan
Mesin dan peralatan produksi.
2) Menjaga jalannya proses produksi sesuai dengan kebutuhan
produksi.
3) Bertanggung jawab terhadap kondisi suasana kerja dan
efisiensi kerja.
4) Membuat rancangan produk yang dipesan oleh pelanggan dan
menyesuaikan dengan kemampuan perusahaan.
4. Production Manager (Menejer Produksi)
Bertanggung jawab kepada Division head, meneruskan dan
mensukseskan KPI (Key Performance Indeks) Plant division, serta
mengimplementasikan rencana kerja yang sudah dibuat.
1) Bertanggung jawab terhadap proses produksi yang ada di
seluruh bagian produksi.
2) Bertanggung jawab terhadap pemenuhan pemesanan produksi
sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati.
98. 84
3) Bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu dan jumlah
produksi
4) Melakukan pengendalian atas catatan mutu
5) Bertanggung jawab atas seluruh perencanaan, pengendalian
dan pengawasan proses produksi di seluruh departemen
produksi.
5. Section Head (Kepala Seksi Produksi)
Bertanggung jawab kepada manajer produksi, mengatur dan memetakan
man power (tenaga kerja) produksi serta pengendalian terhadap jalannya
proses produksi
1) Bertanggung jawab atas prosedur kerja dan manual kerja.
2) Bertanggung jawab atas mutu dan jumlah produk yang dihasilkan
sesuai dengan permintaan customer.
3) Bertanggung jawab terhadap pendokumentasian yang baik dan
benar dari awal proses hingga akhir proses produksi.
4) Bertanggung jawab untuk melaksanakan prosedur mutu,
menyetujui dan mensahkan keputusan yang diambil atas produk
tidak sesuai mutu.
5) Melakukan proses produksi sesuai dengan planning produksi.
6) Mencapai target produksi.
6. Foreman (Mandor)
99. 85
Bertanggung jawab kepada Section Head produksi, mengatur dan
memetakan man power (tenaga kerja) produksi serta problem solving
pada lini produksi
1) Bertanggung jawab atas berjalannya prosedur kerja dan manual
kerja.
2) Bertanggung jawab atas jalannya produksi pada setiap shift kerja.
3) Bertanggung jawab terhadap pendokumentasian yang baik dan
benar dari awal proses hingga akhir proses produksi.
4) Bertanggung jawab untuk melaksanakan prosedur mutu,
menjalankan keputusan yang diambil atas produk tidak sesuai
mutu.
5) Melakukan proses produksi sesuai dengan planning produksi.
6) Mencapai target produksi.
6. Group Leader (Kepala Regu)
Bertanggung jawab kepada Foreman produksi, memimpin dan
mengontrol jalannya proses produksi pada setiap lini yang dipimpinnya.
1) Bertanggung jawab atas jalannya proses produksi
2) Bertanggung jawab atas kelengkapan tenaga kerja dan peralatan
yang dibutuhkan.
3) Bertanggung jawab terhadap pendokumentasian yang baik dan
benar dari awal proses hingga akhir proses produksi.