Pernikahan dalam agama Islam dijelaskan dalam 3 kalimat. Pernikahan merupakan ikatan antara laki-laki dan perempuan yang sah secara agama dengan syarat-syarat tertentu seperti kesepakatan, saksi, dan mahar. Dokumen ini juga membahas berbagai aturan pernikahan seperti larangan, talak, li'an, ila', dan khulu'.
2. DEFINISI PERNIKAHAN
Pernikahan atau nikah artinya adalah
terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain
juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah)
yang mengharuskan perhubungan antara
sepasang manusia yang diucapkan oleh
kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan
ke pernikahan, sesuai peraturan yang
diwajibkan oleh Islam.
3. Dalil-dalil Perintah Pernikahan Dalam Al Quran dan
Sunnah Nabi
Islam memerintahkan ummatnya untuk menikah. Anjuran ini tercantum dalam Al
Quran dan Sunnah Nabi Sallalahu Alaihi Wasallam sebagai berikut :
QS. Ar. Ruum (30):21
QS. Adz Dzariyaat (51):49
QS. Yaa Siin (36):36
QS. An Nahl (16):72]
QS. At Taubah (9):71
QS. An Nisaa (4):1
QS. An Nuur (24):26
QS. Fathir (35):11
QS. Asy Syuro (42):11
4. Hukum Pernikahan
Hukum pernikahan bersifat kondisional, artinya
berubah menurut situasi dan kondisi seseorang
dan lingkungannya.
Jaiz
Sunat
Wajib
Makruh
Haram
6. Pernikahan Yang Diharamkan
Perempuan yang diharamkan
menikah oleh laki-laki :
Ibu susuan
Nenek dari saudara ibu
susuan
Saudara perempuan susuan
Anak perempuan kepada
saudara susuan laki-laki atau
perempuan
Sepupu dari ibu susuan atau
bapak susuan
Perempuan muhrim bagi laki-laki
karena persemendaan ialah:
Ibu mertua
Ibu tiri
Nenek tiri
Menantu perempuan
Anak tiri perempuan dan
keturunannya
Adik ipar perempuan dan
keturunannya
Sepupu dari saudara istri
Anak saudara perempuan dari istri
dan keturunannya
7. Talak & Rujuk
Talak
• Pengertian Talak
Menurut Ulama mazhab Hanafi dan Hanbali
mengatakan bahwa talak adalah pelepasan ikatan
perkawinan secara langsung untuk masa yang akan datang
dengan lafal yang khusus.
Menurut mazhab Syafi'i, talak adalah pelepasan akad
nikah dengan lafal talak atau yang semakna dengan itu.
Menurut ulama Maliki, talak adalah suatu sifat hukum
yang menyebabkan gugurnya kehalalan hubungan suami
istri.
8. Talak & Rujuk
Pembagian Talak :
• Dari segi cara suami menjatuhkan
• Dilihat dari segi boleh tidaknya suami rujuk dengan
istrinya, maka talak dibagi menjadi dua, yaitu talak raj'i
dan talak ba'in.
9. Talak & Rujuk
Talak Raj'i: Talak yang dijatuhkan suami kepada
istrinya (talak 1 dan 2) yang belum habis masa
iddahnya. Dalam hal ini suami boleh rujuk pada
istrinya kapan saja selama masa iddah istri belum
habis.
Talak Ba'in: Talak yang dijatuhkan suami pada
istrinya yang telah habis masa iddahnya. Dalam hal
ini, talak ba'in terbagi lagi pada 2 yaitu: talak ba'in
sughra dan talak ba'in kubra.
10. Li’an
Pengertial Li’an
Li’an adalah mashdar dari kata kerja la’ana,
yulaa’inu, li’aanan terambil dari kata alla’nu yang
berarti kutukan, jauh atau laknat.
11. Li’an
Tata cara li’an adalah sebagai berikut:
Suami bersumpah empat kali dengan kata tuduhan zina dan atau
pengingkaran anak tersebut diikuti sumpah kelima dengan kata-kata laknat
Allah atas dirinya apabila tuduhan dan atau pengingkaran tersebut dusta.
Istri menolak tuduhan dan atau pengingkaran tersebut dengan sumpah
empat kali dengan kata tuduhan dan atau pengingkaran tersebut tidak
benar, diikuti dengan sumpah yang kelima dengan kata-kata murka Allah
atas dirinya bila tuduhan dan atau pengingkaran tersebut benar. Sumpahnya
adalah : “Aku bersaksi dengan nama Allah bahwa tuduhanku terhadap
istriku bahwa dia berzina adalah benar dan sesungguhnya anak ini yang
dikandungnya adalah hasil perzinaan, bukan dari saya. ”Sumpah ini
dilakukan empat kali dan sesudah itu hakim memberi nasehat kepadanya,
kalau sekiranya sumpah yang telah diucapkannya itu dusta hendaklah
dicabut kembali. Apabila dia tidak mencabut sumpahnya maka sumpah yang
kelima adalah: “…………..dan saya bersedia menerima laknat Allah apabila
aku
12. Li’an
Dasar hukum li’an
Dasar hukum pengaturan li’an bagi suami yang menuduh istrinya yang
berbuat zina adalah firman Allah surat An-Nur : 6 sebagai berikut :
Artinya : “Dan orang-orang yang menuduh istrinya berzina, padahal
mereka tidak ada mempunyai saksi selain diri mereka sendiri, maka
persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah,
bahwa sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar”.
13. Li’an
Kafarah Li’an
Sesuai dengan firman Allah SWT:
Artinya : “Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang
baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi
maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera dan
janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka
itulah orang-orang yang fasik.”(An-Nur : 4).
14. Li’an
Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh li’an diantaranya :
Hukuman jatuh pada keduanya (suami dan istri).
Masing-masing suami dan istri haram untuk bersenang-senang dengan
pasangannya disebabkan karena li’an, bahkan sebelum adanya tafriq
(pemisahan) qadi terhadap keduanya.
Terjadi firqah (perceraian) antara keduanya sesuai dengan kesepakatan
fuqaha.
Apabila li’an dikibatkan karena tidak mengakui status anak maka garis
keturunan sang anak tidak dapat dihubungkan dengan sang suami, tapi
dihubungkan dengan ibunya.
15. Ila’
Pengertian Ila’
Menurut bahasa, Ila’ adalah sumpah semata-mata
(mutlak). Dikatakan, ala-yuli-ila’ ketika seseorang
bersumpah, baik bersumpah untuk tidak mendekati
istrinya ataupun yang lain. Sedangkan menurut istilah
syariat, ila’ adalah sumpah suami untuk tidak mendekati
istrinya selama empat bulan, baik berupa sumpah kepada
Allah ataupun mengantungkan adanya tindakan mendekati
si istri pada perbuatan yang sulit dilaksanakan oleh jiwa
manusia.
16. Ila’
Dasar Hukum Ila’ :
Allah SWT berfirman
ق ََلَط ِهْيَلَع ُعَقَي ََلَو َءيِفَي ْوَأ َقِلَطُي ىَّتَح َفِقُوِرُه ْشَ ْاْل ُةَعَبْرَ ْاْل ْتَضَم اَذِإ
َفَوقُي ىَّتَح
Artinya ; “Kepada orang-orang yang mengila’ istrinya diberi
tangguh bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada
istrinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Dan jikalau mereka berazam (bertetap hati untuk) talak,
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Tahu.” (Q.S.Al-Baqarah : 226-227).
17. Ila’
Ucapan ila’ itu terbagi menjadi dua macam :
1. Ucapan yang sharih adalah ucapan yang menunjukkan kepada tujuan tanpa ada
kemungkinan kepada sesuatu yang lain. Contohnya: “Demi Allah, aku tidak akan
berhubungan badan denganmu”.
2. Ucapan kinayah adalah ucapan yang mengandung makna lain. Seperti : “Aku
tidak akan menyelimutimu”, “Aku tidak akan masuk kepadamu”, dan “Aku tidak
akan menyatukan kepalamu dengan kepalaku”. Contoh-contoh ucapan seperti ini
tidak dapat menjadi ila’, kecuali dengan adanya niat. Seandainya suami mengaku,
bahwa dirinya menghendaki makna selain bersetubuh maka ucapannya itu
dibenarkan dalam pengadilan.
3. Muddah (masa), yaitu masa ila’ adalah 4 bulan atau lebih.
4. Suami.
5. Istri.
18. Ila’
Kaffarah yang harus dibayar untuk menebus ila’ adalah:
1. Memberikan makan kepada sepuluh orang miskin, atau
2. Memberikan pakaian kepada sepuluh orang miskin, atau
3. Memerdekakan seorang budak
4. Apabila tidak mampu melaksanakan salah satu dari
ketiga alternatif di atas, kaffarahnya adalah berpuasa
selama tiga hari.
19. Khulu’
Pengertian Khulu’
Menurut bahasa khulu’ yaitu berasal dari khala’ ats-tsauba idzaa
azzalaba ( خلعالثوب ) yang artinya melepaskan pakaian; karena isteri
adalah pakaian suami dan suami adalah pakaian isteri.
Menurut istilah yaitu permintaan cerai yang diajukan oleh istri
terhadap suami denan memberikan ganti rugi sebagai tebusan,yakni
istri memisahkan dirinya dari suaminya dangan memberikan ganti
rugi kepadanya.
Khulu di perbolehkan oleh Allah bahkan ada yang mewajibkannya
ketika keduanya (suami-istri) atau salah satu dari keduanya
(suami/istri) khawatir tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah
dengan dalil QS. Al-Baqoroh ayat 229.