Ringkasan dokumen ini memberikan informasi tentang pendekatan struktural dan kultural dalam melokalkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di desa. Secara struktural, SDGs dapat dilokalkan dengan mengintegrasikan agenda SDGs ke dalam dokumen perencanaan desa dan menyesuaikannya dengan kondisi desa. Sedangkan secara kultural, dilakukan dengan menginternalisasi nilai-nilai inti SDGs seperti tidak meninggalk
2. Localizing SDGs di DESA
Definisi Localizing
Process of taking into account konteks
lokal dalam pencapaian Agenda 2030, mulai
dari penetapan tujuan , sasaran, hingga
penentuan cara pelaksanaan dan
penggunaan indikator untuk mengukur dan
memantau kemajuan. (Global Taksforce of
Pelokalan SDGs:
• Bagaimana SDGs dapat
memberi kerangka kerja
untuk kebijakan
pembangunan daerah
• Bagaimana pemerintah
daerah dapat mendukung
pencapaian SDG melalui
tindakan dari bawah
ASPEK: STRUKTURAL &
KULTURAL
Buku SDGs Desa Gus Menteri :
Jembatan (guideline) dan akselerator
Pencapaian SDGs
3. Localizing mengacu pada proses adaptasi,
implementasi, dan pemantauan pelaksanaan
SDGs di tingkat lokal. Hampir semua SDGs memiliki
target yang bergantung pada kepedulian pemerintah
daerah (SDSN)
Planning and implementing the SDGs: Pelokalan SDGs mengacu
pada proses di mana pemerintah daerah menentukan, merencanakan, dan
menerapkan strategi untuk mencapai tujuan & target yang diadaptasi secara
lokal
PENGERTIAN LOCALIZING
LAINNYA
ASPEK PELOKALAN
SDGs
Internalisasi New Core Values of SDGs:
Monitoring SDG progress: Selain implementasi lokal, pemerintah daerah
dapat memantau kemajuan berbagai target SDGs.
4. • Leave no one behind: A core principle
of the 2030 Agenda is to leave no one behind.
SDG implementation will thus have to ensure
that development gains are equitably
distributed across all territories and
demographic groups. Localization recognizes
that different territories have different needs
and priorities that can be better achieved
through bottom-up approaches for
development planning, and context based
implementation strategies.
• Leave no place behind: SDG
localization advocates a territorial approach in
which local governments work with each other
and with other partners to define, plan and
implement the SDGs based on the unique local
context, resources, challenges and
opportunities of their territories;
• Access to development resources:
As the global development agenda of the next fifteen
years, the SDGs will direct financial and technical
resources from a range of international organizations,
institutions of development finance, development
cooperation agencies, NGOs and other stakeholders
that offer development support. Local governments
that integrate SDG targets in development planning
and implementation may have the benefits of
increased access to partnerships, finance, and
technical support for achieving the outcomes.
• A ‘Sustainable Development
Roadmap’ for mayors and local
leaders: For mayors and local leaders that are
committed to pursuing sustainable urban
development, the SDGs provide a roadmap with
concrete goals and targets that can help cities
become more sustainable..
KEUNTUNGAN
MELOKALKAN SDGs
5. PENDEKATAN STRUKTURAL
LOCALIZING SDGs DI DESA
• Mengintegrasikan agenda
SDGs ke dalam dokumen
perencanaan dengan
memodifikasi SDGs
berdasarkan kondisi
eksisting (asimilasi)
• Membuat hal
baru/menambahkan
sesuatu agar sesuai
dengan SDGs
ADAPTASI ADOPSI
• Menggunakan secara
utuh bagian SDGs ke
dalam kondisi yang ada
6. PENDEKATAN KULTURAL LOCALIZING
SDGs:
New Core Values in Development
Single-actor/platform ke multi-actor/platform
Single funding ke multi-funding
Left behind ke no one left behind
Ekslusi ke inklusi
Rational mind ke Wise mind
Outcome oriented ke Process oriented –
mewujudkan independent community –
sustainability livelihood
Logical action ke wise
action
7. ROADMAP LOCALIZING
SDGS DI DESA
1 2 3
5 4
AWARENE
SS-
RAISING
getting to
know the
SDGs at
Local level
ADVOCA
CY
including
a Local
perspecti
ve
in
national
SDG
strategies
IMPLEMENT
ATION
the SDGs go
local!
MONITORING
evaluating and
learning from
our experiences
WHERE DO WE
GO FROM HERE?
8. ASET
SDGs DESA: MEWUJUDKAN
DESA MANDIRIKONT
EKS
AKSE
S
OUTC
OME
STRA
TEGI
Robert Chambers
The Dead
Capital
The liquid
Capital
Sustainability
Livelihood
9. GOOD PRACTICE: Desa Igirmanak Wonosobo
Cita-Cita menjadi Desa Wisata Lestari (Permakultur)
PEMBAGIAN ZONA WILAYAH
PEMBANGUNAN
A. Zona Kawiwitan: Kawasan penyambutan kedatangan
wisatawan, luas 388 m2
B. Zona Sekeco: Kawasan pemusatan manajemen
pengelolaan wisata permakultur, budaya, parkir,
penginapan. Perencanaan: lapangan parkir dengan daya
tampung 23 mobil dan 30 motor, lobby, restoran, kantor
pengelolaan wisata, dan guest house,
C. Zona Kahuripan: Kawasan percontohan penerapan
siklus hidup yang organik . Direncanakan sebagai
kawasan taman, warung, pengelolaan sampah berbasis
konsep permakultur. Kawasan terbagi menjadi dua
bagian yakni sisi utara sebagai kawasan pengelolaan
kompos dan sisi selatan sebagai taman organik. Sudah
10. PENGELOLAAN DESA WISATA BERKELANJUTAN
PEMANFAATAN EKONOMI UNTUK MASYARAKAT LOKAL
PELESTARIAN BUDAYA BAGI MASYARAKAT DAN PENGUNJUNG
PELESTARIAN LINGKUNGAN
• Risiko Lingkungan
• Perlindungan Lingkungan
Sensitif
• Perlindungan Alam Liar (Flora
dan Fauna
• Konservasi Energi
• Pengelolaan Air
• Keamanan air
• Kualitas Air
• Lembah cair
• Mengurangi limbah padat
• Perlindungan Atraksi Wisata
• Pengelolaan Pengunjung
• Perilaku Pengunjung
• Perlindungan Pengunjung
• Interpretarsi Tapak
• Perlindungan Kekayaan
Intelektual
• Perlindungan Atraksi Wisata
• Peluang Kerja untuk
Masyarakat Lokal
• Partisipasi Masyarakat
• Opini Masyarakat
Lokal
• Akses Bagi
Masyarakat Lokal
• Fungsi edukasi sadar
wisata
• Pencegahan Eksploitasi
• Dukungan untuk masyarakat
• Mendukung Pengusaha Lokal &
Perdagangan Adil
• Strategi Destinasi
Berkelanjutan
• Organisasi manjemen
destinasi
• Monitoring
• Pengelolaan Pariwisata Musiman
• Adaptasi terhadap perubahan iklim
• Inventarisasi Aset dan Atraksi
Pariwisata
• Pentauran
perencanaan
• Akses Untuk Semua
• Kepuasan
pengunjung
RUANG LINGKUP PENANGANAN MENUJU
DESA WISATA LESTARI
11. Lesson Learned Igirmanak
• Localizing memerlukan pengintegrasian
agenda SDGs ke dalam dokumen
perencanaan di desa, & internalisasi core
values SDGs;
• Kontribusi desa dalam pencapaian SDGs
sebaiknya di level program, sehingga
memerlukan metadata indikator SDGs Desa
di level program/keg;
• SDGs Desa perlu diarahkan sebagai
pengungkit lahirnya desa mandiri. Setiap