3. NOMOI (PLATO)
“Penyelenggaraan negara yang
adalah pemerintahan yang
didasarkan pada (pengaturan)
hukum yang baik”.
Buku ini ditulis sebagai
dampak dari pemerintahan
yang sangat absolut pada
masa itu.
4. POLITICA (ARISTOTELES)
“Suatu negara yang baik
adalah negara yang
diperintah dengan konstitusi
dan berdaulat hukum”.
Buku ini merupakan tulisan
Aristoteles untuk meneruskan
ide dari gurunya: Plato.
5. POLA HUBUNGAN NEGARA & INDIVIDU
• Faham Individualistik.
• Faham Sosialistik/Golongan/Kelas.
• Faham Integralistik.
6. POLA HUBUNGAN NEGARA & INDIVIDU
• Faham Individualistik
– Thomas Hobbes (Homo Homini
Lupus, Belum Omnum Contra
Omnes),
– John Locke (Status Naturalis),
– J.J. Rosseau (Contract Social),
– Kepentingan Individu.
7. POLA HUBUNGAN NEGARA & INDIVIDU
• Faham Sosialistik/Golongan/Kelas:
– Karl Marx, Engels, Lenin:
• Negara merupakan alat kaum
Kapitalis sehingga perlu dilakukan
revolusi.
• Lebih bertujuan untuk
menciptakan kemakmuran bagi
semua golongan dan dimulai
dengan kaum buruh (Proletar).
• Kepentingan Umum.
8. POLA HUBUNGAN NEGARA & INDIVIDU
• Faham Integralistik
– Adam Heinrich Muller, Spinoza, Hegel.
“Negara adalah susunan masyarakat yang
integral sehingga segala golongan, bagian,
dan anggotanya berhubungan erat satu
dengan yang lain dan merupakan satu
kesatuan yang organis”.
– Mendahulukan kepentingan umum tetapi
kepentingan individu tetap dihargai.
– Soepomo: Indonesia.
10. SISTEM HUKUM
• Continental Law (Modern Roman
Law):
– Wetmatigheid van het bestuur,
– Rechtmatigheid van het bestuur,
– Doelmatigheid van het bestuur.
• Government vs. People.
• Legalitas.
• Rechtsstaat.
• Legal Certainty.
11. SISTEM HUKUM
• Common Law:
– Habeas Corpus Act
(Due Process of Law),
– Rule of Law,
– Equality before the Law,
– Stare Decisis.
• Justice.
12. CIRI NEGARA HUKUM
COMMON LAW (A.V. Dicey)
• Supremacy of Law,
• Equality before the Law,
• Constitution base on Human
Rights.
13. CIRI NEGARA HUKUM
CONTINENTAL LAW (Frederic Julius Stahl)
• Pengakuan HAM,
• Pemisahan Kekuasaan,
• Pemerintahan berdasarkan UU,
• Peradilan Administrasi.
14. CIRI NEGARA HUKUM
International Congress of Jurist (ICJ)
• Adanya proteksi konstitutional,
• Adanya pengadilan yang bebas dan tidak
memihak,
• Adanya pemilihan umum yang bebas,
• Adanya kebebasan untuk menyatakan
pendapat dan berserikat,
• Adanya tugas oposisi,
• Adanya pendidikan civic.
15. CIRI NEGARA HUKUM MODERN
JIMLY ASSHIDDIQIE
1. Supremasi hukum (Supremacy of Law),
2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law),
3. Asas Legalitas (Due Process of Law),
4. Pembatasan Kekuasaan (Limited Government),
5. Organ-organ Eksekutif Independen (State Auxiliary
Institutions),
6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak (independent and
impartial judiciary),
7. Peradilan Tata Usaha Negara (Administrative Court),
8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court),
9. Perlindungan HAM (Human rights protection),
10. Negara Hukum Demokratis (Democratische Rechtsstaat),
11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara
(Welfare Rechtsstaat),
12. Transparansi dan Kontrol Sosial (Transparency and social
control)
16. PRINSIP NEGARA HUKUM IDEAL
M. TAHER AZHARY
1. Prinsip kekuasaan sebagai amanah,
2. Prinsip musyawarah,
3. Prinsip keadilan,
4. Prinsip persamaan,
5. Prinsip pengakuan dan perlindungan
HAM,
6. Prinsip peradilan bebas,
7. Prinsip perdamaian,
8. Prinsip kesejahteraan,
9. Prinsip ketaatan rakyat.
18. MACAM NEGARA HUKUM
• NEGARA HUKUM FORMAL
– Wetmatigheid van het Bestuur.
• NEGARA HUKUM MATERIIL
– Negara Hukum Formal + Freies
Ermessen/ Diskresionare.
20. RULE OF LAW JUSTICE
RECHTSSTAAT LEGAL CERTAINTY
CIRI:
SUPREMASI HUKUM
PERSAMAAN DI DEPAN HUKUM
KONSTITUSI BERDASARKAN PADA HAK ASASI MANUSIA
CIRI:
PENGAKUAN HAK ASASI MANUSIA
PEMISAHAN KEKUASAAN
PEMERINTAHAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
PERADILAN ADMINISTRASI
Legal Certainty vs. Justice
21. BALANCING LEGAL CERTAINTY & JUSTICE
• Putusan MK No. 013/PUU-I/2003
tertanggal 22 Juli 2004:
– Nilai keadilan tidak diperoleh dari
tingginya nilai kepastian hukum,
melainkan dari keseimbangan
perlindungan hukum atas korban dan
pelaku kejahatan;
– Semakin serius satu kejahatan, maka
semakin besar nilai Keadilan yang harus
dipertahankan lebih dari nilai kepastian
Hukum.