1) Emisi gas buang dari kendaraan bermotor merupakan kontributor utama polusi udara di kota-kota besar dan berdampak buruk pada kesehatan manusia.
2) Solusi yang ditawarkan antara lain peraturan emisi yang lebih ketat, pengembangan kendaraan hijau, dan peningkatan kesadaran masyarakat.
3) Dokumen ini membahas dampak polusi udara dari emisi kendaraan beserta solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi pol
2. LATAR BELAKANG
Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat
memprihatinkan. Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala
resikonya telah dipublikasikan, termasuk resiko kanker darah. Namun, jarang disadari
entah berapa ribu warga kota yang meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran
pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru akibat polusi udara kota.
Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber
polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap
industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya
dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll.
3. RUMUSAN MASALAH
1. Apa sajakah dampak emisi gas buang bagi kelangsungan hidup makhluk hidup
di bumi?
2. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi emisi gas buang?
4. TUJUAN
1. Mengetahui dampak polusi udara bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di
bumi.
2. Menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi emisi gas buang.
5. EMISI GAS BUANG
Emisi dari pelayaran internasional telah mempengaruhi komposisi kimia atmosfir secara
signifikan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap iklim di bumi. Seperti diketahui, emisi
gas buang dari cerobong asap kapal mesin mengandung CO2, NO2, SOx, CO, hidrokarbon
dan partikel-partikel berat lainnya. Gas buang ini bereaksi dengan udara dan menimbulkkan
reaksi kimia yang lambat laun berpengaruh terhadap komposisi kimia atmosfir bumi.
Perubahan ini menimbulkan efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan
temperatur udara meningkat. NO2, CO dan hidro karbon dari cerobong kapal ditengarai
memiliki kontribusi terhadap rusaknya lapisan ozon paling bawah (ground level ozon) yang
membahayakan kesehatan manusia dan tumbuh-tumbuhan di bumi.
6. PENYEBAB EMISI GAS BUANG
Pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya temperatur rata-rata di
seluruh permukaan bumi yang disebabkan karena akumulasi panas di atmosfer yang
disebabkan oleh efek rumah kaca. Efek rumah kaca ialah fenomena menghangatnya
bumi karena radiasi sinar matahari dari permukaan bumi dipantulkan kembali ke
angkasa yang terperangkap oleh "selimut" dari gas-gas CO2 (karbon dioksida), CH4
(metana), N2O(nitrogen dioksida), PFCS (perfluorokarbon), HFCS (hidrofluorokarbon),
dan SF6(sulfurheksafluorida). Hubungan perubahan iklim, efek rumah kaca, dan
pemanasan global adalah efek rumah kaca menyebabkan terjadinya pemanasan global
yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Hubungan di antara ketiganya adalah
hubungan sebab-akibat.
8. DAMPAK EMISI GAS BUANG
Terjadinya kemacetan lalu lintas akan memperbesar emisi gas karbonmonoksida
(CO) karena terjadi pembakaran yang tidak sempurna, hingga hampir 6 kali bila lalu
lintas tidak mengalami kemacetan. Paparan tersebut yang memberikan beban kepada
masyarakat di sekitar jalan, baik pemukim, pengasong, polisi lalu litas, maupun pekerja
di pinggir jalan, karena mereka menghirup karbonmonoksida (CO) setiap harinya.
Gangguan sesak napas, pusing-pusing, kehilangan kesadaran hingga penurunan
tingkat kecerdasan merupakan dampak langsung paparan bahan pencemar terhadap
tubuh manusia. Masyarakat yang memiliki risiko paling tinggi adalah mereka yang
memiliki aktivitas tinggi di sekitar jalan (pedagang kaki lima, polisi, pemukim di sekitar
jalan, dan sopir). Kelompok masyarakat tersebut memiliki kerentanan tinggi dari
paparan gas karbon monoksida (CO).
9. SOLUSI EMISI GAS BUANG
1. Peraturan yang lebih ketat akan emisi gas buang kendaraan pun diluncurkan guna
menciptakan dunia yang sehat. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia
telah mengeluarkan beberapa regulasi dalam hal ini keputusan menteri yang
berkaitan tentang baku mutu emisi di tanah air. Berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-35/MENLH/10/1993 tentang ambang batas
emisi gas buang kendaraan bermotor, kandungan CO pada mobil ditentukan
maksimum 4,5 persen dan 3.000 ppm untuk HC (hidrokarbon) Pada prinsipnya,
setiap pembakaran kendaraan akan menghasilkan CO2 (sebagai sampah) dan O2
terpakai (sebagai pembakar).
2. Kendaraan yang menggunakan mesin EFI juga mampu mengoreksi emisi gas
buang dengan perangkat EGR (exhaust gas recyrculating). Selain penemuan
terbaru pada sistem pembakaran, saat ini pula dikembangkan sarana transportasi
mobil hibrida yang hemat energi. Lahirnya konsep mobil hibrida bertujuan untuk
mengendalikan laju penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang menghasilkan
gas CO2.
10. DATA DAN HASIL PENGAMATAN
Pencemar Sumber Keterangan
Karbon monoksida (CO) Buangan kendaraan bermotor;
beberapa proses industri
Standar kesehatan: 10 mg/m3 (9
ppm)
Sulfur dioksida (SO2) Panas dan fasilitas pembangkit
listrik
Standar kesehatan: 80 ug/m3
(0.03 ppm)
Partikulat Matter Buangan kendaraan bermotor;
beberapa proses industri
Standar kesehatan: 50 ug/m3
selama 1 tahun; 150 ug/m3
Nitrogen dioksida (NO3) Buangan kendaraan bermotor;
panas dan fasilitas
Standar kesehatan: 100 pg/m3
(0.05 ppm) selama 1 jam
Ozon (O3) Terbentuk di atmosfir Standar kesehatan: 235 ug/m3
(0.12 ppm) selama 1 jam
11. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa asap kendaraan bermotor memiliki pengaruh yang cukup
besar terhadap kesehatan masyarakat. Namun, pengaruh dari pencemaran/polusi
udara khususnya akibat kendaraan bermotor tidak sepenuhnya dapat dibuktikan
karena sulit dipahami dan bersifat kumulatif.
12. SARAN
1. Pemerintah hendaknya lebih serius memperhatikan tentang pengendalian
pencemaran udara terutama dengan lebih intensif melakukan pemeriksaan
gas buang (uji emisi) kendaraan bermotor baik untuk roda dua maupun
roda empat (pribadi maupun dinas) dan mensosialisasikan pentingnya
perawatan kendaraan bermotor.
2. Pemerintah sebaiknya menetapkan Hari Bebas Kendaraan Bermotor
(HBKB) yang pernah dilaksanakan di Jakarta dimana seluruh lapisan
masyarakat tanpa terkecuali hanya diperbolehkan menggunakan sepeda.
3. Masyarakat hendaknya memiliki prinsip hemat dalam mengonsumsi
kendaraan bermotor dengan mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan
menggunakan kendaraan umum.
4. Kepada semua masyarakat yang berkompeten agar menciptakan bahan
bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti CNG (Compressed
Natural Gas), LPG, dan minyak nabati.