Sidang Agung Buddha keempat diselenggarakan di Srilanka pada 400 tahun setelah Sang Buddha Gotama mangkat. Sidang ini berhasil secara resmi menulis ajaran-ajaran Buddha Gotama di daun-daun lontar yang kemudian dijadikan buku Tipitaka dalam bahasa Pali. Kitab Suci Tipitaka terdiri atas Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abhidhamma Pitaka.
3. Sangha-samaya pertama di Gua Satapana, di kota
Rajagaha (343 S.M.). Sidang ini dipimpin oleh Y.A.
Kassapa Thera. Sidang ini dihadiri oleh 500 orang
bhikkhu yang semuanya telah mencapai tingkat Arahat.
Sidang ini bertujuan menghimpun ajaran-ajaran
Buddha Gotama yang diberikan di tempat-tempat yang
berlainan, pada waktu-waktu yang berbeda dan kepada
orang-orang yang berlainan pula selama 45 tahun.
Dalam sidang tersebut Y.A. Upali Vinaya dan Y.A.
Ananda Sutta.
4. Sidang Agung kedua diselenggarakan di kota Vesali
lebih kurang 100 tahun kemudian (kira-kira 43 S.M.).
Sidang ini diadakan untuk membicarakan tuntutan
segolongan bhikkhu (golongan Mahasangika), yang
menghendaki agar beberapa paraturan tertentu dalam
Vinaya, yang dianggap terlalu keras, diubah atau
diperlunak. Dalam sidang ini golongan Mahasangika
memperoleh kekalahan dan sidang memutuskan untuk
tidak mengubah Vinaya yang sudah ada. Pimpinan
sidang ini adalah Y.A. Revata.
5. Lebih kurang 230 tahun setelah Sidang Agung pertama,
diselenggarakan Sidang Agung ketiga di ibu kota
kerajaan Asoka, yaitu Pataliputta. Sidang ini dipimpin
oleh Y.A. Tissa Moggaliputta dan bertujuan
menertibkan beberapa perbedaan pendapat yang
menyebabkan perpecahan di dalam Sangha.
Dalam Sidang Agung ketiga ini, ajaran Abhidhamma
diulang secara terperinci,
6. Sidang Agung keempat diselenggarakan di Srilanka
pada 400 tahun setelah Sang Buddha Gotama mangkat.
Sidang ini berhasil secara resmi menulis ajaran-ajaran
Buddha Gotama di daun-daun lontar yang kemudian
dijadikan buku Tipitaka dalam bahasa Pali. Kitab Suci
Tipitaka terdiri atas :
A. Vinaya Pitaka
B. Sutta Pitaka
C. Abhidhamma Pitaka
8. MAHA VIBHANGA
227 PATIMOKKHA SIKKHAPADA PERATURAN KE-BHIKKHUAN
Peraturan-peraturan ke-Bhikkhu-an yang ditentukan oleh Sang Buddha
(Sikkhapada) meliputi :
• Yang ada didalam Patimokkha.
• Yang tidak ada dalam Patimokkha.
Yang ada dalam Patimokkha meliputi:
• Empat Parajika.
• Tiga belas Sanghadisesa.
• Tiga puluh Nissaggiya-pacittiya.
• Dua Aniyata.
• Sembilan puluh dua Pacittiya.
• Empat Patidesaniya.
• Tujuh puluh lima Sekhiyavatta.
• Tujuh peraturan tersebut di atas meliputi 220 dan ditambah 7
Adhikarana Samatha, semuanya berjumlah 227 peraturan.
9. EMPAT PARAJIKA.
• Seorang Bhikkhu yang melakukan hubungan dengan
perempuan maka ia melakukan Parajika.
• Seorang Bhikkhu yang mengambil sesuatu yang belum
diberikan oleh yang mempunyai/pemilik, maka ia
melakukan Parajika.
• Seorang Bhikkhu yang secara sengaja membunuh
seorang manusia/ menyebabkan seorang manusia
terbunuh, maka ia melakukan Parajika.
• Seorang Bhikkhu yang menyombongkan
Uttarimanusadhamma (tingkatan perkembangan
bathin, yang lebih tinggi daripada tingkat manusia
biasa) yang sebenarnya belum dicapainya, melanggar
Parajika.
10. TIGA BELAS MACAM SANGHADISESA.
• Seorang bhikkhu yang terangsang birahinya,
mengucapkan kata-kata yang merayu dan tidak
sopan di hadapan seorang wanita, melakukan
Sanghadisesa.
• Seorang Bhikkhu yang terangsang nafsu birahinya
menyentuh tubuh seorang wanita, melakukan
Sanghadisesa.
• Seorang Bhikkhu yang memainkan peranan
sebagai tukang mencarikan jodoh yang membuat
seorang pria dan seorang wanita menjadi suami
istri, melakukan Sanghadisesa.
11. DUA ANIYATA.
• Jika seorang Bhikkhu duduk dengan seorang
wanita di suatu tempat yang terpencil (dimana
mereka mengira tak dapat terlihat) dan seorang
umat biasa yang dapat dipercaya mengatakan
Bhikkhu tersebut telah melakukan Parajika,
Sanghadisesa atau Pacittiya dan bhikkhu tersebut
membenarkan pernyataan tersebut, maka hal
tersebut harus diselesaikan sesuai dengan
pelanggaran yang telah dilakukan menurut
golongan pelanggaran peraturan yang telah
disebutkan oleh umat awam tadi.
12. TIGA PULUH NISAGGIYA PACITTIYA.
Terbagi atas tiga kelompok yang masing-masing terdiri atas 10
peraturan.
KELOMPOK PERTAMA : CIVARAVAGGA – Mengenai Jubah.
• Seorang Bhikkhu diperbolehkan menyimpan jubah baru/ekstra
paling lama sepuluh hari, jika menyimpan jubah tersebut lebih dari
sepuluh hari, maka ia melakukan pelanggaran Nissaggiya Pacittiya.
• Jika seorang Bhikkhu terpisahkan dari jubah utamanya selama 1
malam, kecuali telah memperoleh izin dari Sangha, maka ia
melakukan Nissaggiya Pacittiya.
• Jika kain yang dimiliki seorang Bhikkhu untuk membuat sebuah
jubah tidaklah cukup, dan jika ia mengharap kain tambahan lagi, dia
boleh menyimpan kain yang dimilikinya itu satu bulan lamanya, jika
ia menyimpan kain tersebut lebih dari satu bulan, sekalipun ia
masih berharap kain tambahan, dia tetap melakukan Nissaggiya
Pacittiya.
13. KELOMPOK KE DUA: KOSIYAVAGGA – Mengenai Kain Sutra.
• Jika seorang Bhikkhu menerima sebuah permadani yang terbuat
dari bulu domba (wol) yang bercampur dengan kain sutra, maka ia
melakukan Nisaggiya Pacittiya.
• Jika seorang Bhikkhu menerima permadani yang keseluruhannya
terbuat dari wol berwarna hitam, maka ia melakukan Nissagiya
Pacittiya.
• Jika seorang Bhikkhu akan membuat sebuah permadani (kain untuk
duduk bersila) yang baru, dia harus mempergunakan sebagian wol
putih sebagian wol merah dan dua bagian wol hitam. Dan jika ia
mempergunakan lebih dari dua bagian wol hitam, maka ia
melakukan Nisaggiya Pacittiya.
• Seorang Bhikkhu yang telah menerima sebuah permadani baru
harus mempergunakannya selama enam tahun, apabila ia memakai
permadani tersebut lebih dari enam tahun, maka ia melakukan
Nisaggiya Pacittiya.
14. KELOMPOK KE TIGA : PATTAVAGGA – Mengenai Mangkok/bowl/Pata.
• Sebuah mangkok yang disimpan oleh seorang Bhikkhu, di samping
mangkok yang telah ditetapkannya, untuk dipergunakan selama
hidup (di adhittana) disebut bowl atau mangkok extra, seorang
Bhikkhu dapat menyimpannya selama 10 hari, dan bila ia
menyimpannya lebih dari 10 hari, maka ia melakukan Nisaggiya
Pacittiya.
• Jika seorang Bhikkhu memiliki sebuah mangkok yang telah retak,
dan tak perlu diperbaiki lagi dengan keseluruhan retak yang
lebarnya kurang dari 10 jari, kemudian dia meminta sebuah
mangkok yang baru dari seorang umat biasa yang tak mempunyai
hubungan keluarga dengannya dan belum memberikan Pivarana,
maka ia melakukan Nisaggiya Pacittiya.
• Bila seorang Bhikkhu telah menerima secara langsung dengan
tangannya, salah satu dari lima macam obat-obatan …. (ghee)
mentega, minyak, madu dan sirup boleh menyimpannya untuk
dipergunakan, paling lama 7 hari, jika dia menyimpannya lebih dari
7 hari, maka ia melakukan Nisaggiya Pacittiya.
15. SEMBILAN PULUH DUA PACITTIYA.
• Dibagi menjadi (9) kelompok.
• KELOMPOK PERTAMA : MUSAVADAVAGGA – Mengenai perkataan yang
tidak benar.
• KELOMPOK KE DUA : BHUTAGAMAGGA – Mengenai Tumbuh-tumbuhan.
• KELOMPOK KE TIGA : OVADAVAGGA – Kelompok mengenai cara
mengajar.
• KELOMPOK KE EMPAT : BHOJANAVAGGA – mengenai makanan
• KELOMPOK KE LIMA : ACELAKAVAGGA – Mengenai petapa telanjang.
• KELOMPOK KE ENAM : SURAPANAVAGGA – mengenai minuman keras.
• KELOMPOK KE TUJUH : SAPPANAVAGGA – Mengenai makhluk-makhluk
Hidup.
• KELOMPOK KE DELAPAN : SAHADHAMMIKAVAGGA – Mengenai hal yang
sesuai dengan Dhamma
• KELOMPOK KE SEMBILAN: RATANAVAGGA – Mengenai kekayaan.
16. EMPAT PATIDESANIYA.
• Jika seorang Bhikkhu menerima makanan dengan secara langsung dengan
tangannya sendiri dari seorang Bhikkhuni yang tak mempunyai hubungan
kekeluargaan dengannya, maka ia melakukan Patidesaniya.
• Jika sekelompok Bhikkhu sedang makan makanan di suatu tempat di mana
mereka diundang, kemudian seorang Bhikkhuni muncul dan
memerintahkan memindahkan makanan itu dari tempat ke tempat lain,
maka ia harus memerintahkan pada Bhikkhuni tersebut untuk
menghentikan tindakan itu. Bila mereka tak melakukan hal ini, maka ia
melakukan Patidesaniya.
• Jika seorang Bhikkhu yang tidak sakit dan juga tidak diundang menerima
makanan dari satu keluarga yang dianggap oleh Sangha sebagai SEKHA
(telah mencapai tingkat kesucian tertentu)/ariya, tapi masih di bawah
latihan dan makan makanan yang diberikan, maka ia melakukan
Patidesaniya.
• Jika seorang Bhikkhu tinggal di suatu hutan lebat dan ia tidak sakit dan ia
tak menerima makanan dengan tangannya sendiri dari seseorang
pembantunya dan memakannya tanpa memberitahukan dahulu bahwa ia
akan datang dan tanpa terlebih dahulu si pembantu tersebut, mengetahui
keadaan tempatnya, maka ia melakukan Patidesaniya.
17. 75 SEKHIYA VATTA – peraturan untuk melatih diri.
• Latihan yang harus dilaksanakan oleh para
Bhikkhu untuk melatih diri disebut Sekhiya –
vatta.
Sekhiya vatta ini terdiri dari 4 kelompok.
Kelompok pertama disebut Saruppa – mengenai
sikap tingkah laku yang tepat.
Kelompok kedua disebut Bhojanapatisamyuta –
mengenai makanan.
Kelompok ketiga disebut Dhammadesana-
patisamyuta – mengenai cara mengajarkan
Dhamma.
Kelompok keempat disebut Pakinnaka –
mengenai berbagai peraturan.
18. 7 ADHIKARANA SAMATHA
Adhikarana Samatha adalah sidang Sangha yang
harus dihadiri sekurang-kurangnya oleh 20
orang Bhikkhu, untuk mengadili/memutuskan
kesalahan/ pelanggaran yang telah dilakukan
oleh seorang Bhikkhu, atau dengan pembacaan
pengumuman resmi oleh Sangha.
20. 1. Digha Nikaya
Pembagian khotbah-khotbah panjang disusun dalam tiga vagga atau
rangkaian.
• SILAKANDHA-VAGGA
(Rangkaian ini berisikan hal mengenai tata susila. Dalam
setiap bagiannya dimasukkan tulisan yang dikenal sebagai
Sila, daftar berbagai jenis perbuatan susila).
• Brahmajala-sutta. “Jala Brahma”. Sang Buddha
bersabda bahwa beliau mendapat penghormatan
bukan semata-mata karena kesusilaan, melainkan
karena kebijaksanaan yang mendalam yang beliau
temukan dan nyatakan. Beliau memberikan sebuah
daftar berisi enam puluh dua bentuk spekulasi
mengenai dunia dan pribadi dari guru-guru lain.
21. MAHA – VAGGA
• Mahapadana-sutta. Penjelasan Sang Buddha mengenai
enam orang Buddha yang sebelumnya dan beliau
sendiri, mengenai masa-masa mereka muncul, kasta,
susunan keluarga, jangka kehidupan, pohon Bodhi,
siswa-siswa utama, jumlah pertemuan, pengikut, ayah,
ibu, dan kota dengan sebuah khotbah kedua mengenai
Buddha Vipassi dari saat meninggalkan surga Tusita
hingga saat permulaan memberi pelajaran.
• Mahanidana-sutta. Mengenai rantai sebab musabab
yang bergantungan dan teori-teori tentang jiwa.
22. PATIKA – VAGGA
• Patika-sutta. Cerita mengenai seorang siswa yang mengikuti guru lain, karena Sang
Buddha tidak menunjukkan kegaiban maupun menerangkan asal mula benda-
benda. Selama percakapan, Sang Buddha menerangkan kedua hal tersebut.
Udumbarikasihanada-sutta. Perbincangan antara Sang Buddha dengan pertapa
Nigrodha di Taman Ratu Udumbarika mengenai dua macam cara bertapa.
Cakkavattisihanada-sutta. Cerita tentang raja dunia dengan berbagai tingkat
penyelewengan moral dan pemulihannya serta ramalan tentang Buddha Metteyya
yang akan datang. PATIKA – VAGGA
• Patika-sutta. Cerita mengenai seorang siswa yang mengikuti guru lain, karena Sang
Buddha tidak menunjukkan kegaiban maupun menerangkan asal mula benda-
benda. Selama percakapan, Sang Buddha menerangkan kedua hal tersebut.
• Udumbarikasihanada-sutta. Perbincangan antara Sang Buddha dengan pertapa
Nigrodha di Taman Ratu Udumbarika mengenai dua macam cara bertapa.
• Cakkavattisihanada-sutta. Cerita tentang raja dunia dengan berbagai tingkat
penyelewengan moral dan pemulihannya serta ramalan tentang Buddha Metteyya
yang akan datang.
23. 2. Majjhima Nikaya
Ini merupakan khotbah-khotbah berukuran
sedang. Disusun dalam lima belas vagga dan
secara kasar digolongkan menurut pokok-
pokoknya. Beberapa di antaranya dinamakan
dari sutta pertama. Keempat dan kelima ialah
dua “pasangan”. Selanjutnya pelajaran untuk
para perumah-tangga, bhikkhu, pertapa kelana,
raja-raja dan lain-lain.
24. 3. Samyutta Nikaya
Rangkaian sutta yang “dikelompokkan” atau
“dihubungkan” yang berhubungan dengan suatu
doktrin khusus maupun yang mengembangkan
kepribadian tertentu. Ada 56 samyutta yang
terbagi dalam lima vagga memuat 2.889 sutta.
25. 4. Anguttara Nikaya
Dalam Anguttara Nikaya, pembagiannya benar-
benar merupakan pembagian menurut nomor.
Ada sebelas kelompok yang diklasifikasikan
(nipata); pokok pembahasan yang pertama
merupakan bagian-bagian tunggal, yang diikuti
oleh kelompok-kelompok dua dan seterusnya
sampai kelompok sebelas. Tiap nipata dibagi
dalam vagga-vagga yang masing-masing
memuat sepuluh sutta atau lebih, yang
seluruhnya berjumlah 2.308 sutta.
29. Menurut Samyutta Nikaya III:47,yang
disebut makhluk adalah Panca
Khanda.Sang Buddha mengatakan
bahwa panca khanda itulah
dukkha.Jadi,selama seseorang
masih memiliki panca khanda,maka
selama itu pula ia akan menderita.
Pancakhanda akan lenyap secara
total bila Anupadisesa Nibbana telah
tercapai.
30. Hubungan Abhidhamma dengan
Pancakhandha
Pancakhandha: Abhidhamma:
1.Rupakhandha =Rupa 28
2.Vedanakhandha =Vedana cetasika I
3.Sannakhandha =Sanna Cetasika 1
4.Sankharakhandha = Cetasika 50
5.Vinnanakhandha = Citta 89-121