SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 16
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Prosedur Perencanaan Kegiatan Bimbingan Klasikal
Oleh: Sunawan, Ph.D.
a. Menetapkan Topik Kegiatan Bimbingan Klasikal
Topik kegiatan bimbingan klasikal diangkat dari hasil asesmen kebutuhan
dengan mempertimbangkan Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik
(Ditjen PMPTK, 2007). Hasil asesmen kebutuhan dan Standar Kompetensi
Kemandirian Peserta Didik merupakan dua sumber pertimbangan yang perlu dibuat
secara simultan dalam rangka menetapkan topik bimbingan klasikal. Artinya, topik
bimbingan klasikal merupakan jawaban atas kebutuhan siswa dan sekaligus upaya
untuk memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensi kemandirian yang
merupakan tujuan besar dari pelayanan bimbingan konseling di sekolah. Proses
penyusunan topik dapat dijelaskan dalam contoh yang disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Contoh pemilihan topik
Data asesmen
kebutuhan
1) Sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungan/ situasi
baru (70%; DCM*)
)
2) Mudah merasa
tersinggung dan marah (65%;
DCM)
3) Tidak toleran dalam
pergaulan (45%; DCM)
4) Mudah berprasangka
buruk dengan teman (50%;
DCM)
Topik bimbingan
klasikal:
Begaul Sehat dengan
Penuh Toleransi
Standar Kompetensi
Kemandirian Peserta
Didik**)
Mengekspresikan perasaan
dengan cara-cara yang bebas,
terbuka dan tidak
menimbulkan konflik
Keterangan:
*) Data dari DCM hanya gambaran umum untuk memudahkan penyampaian
konsep **) SKKPD pada siswa SMA
Tabel 1 menunjukkan bagaimana data atau hasil asesmen kebutuhan dengan
Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik saling terkait guna menentukan
topik bimbingan klasikal. Dengan pertimbangan hasil asesmen kebutuhan dan
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Standar Komeptensi Kemandirian Peserta Didik pada tabel 1, maka lingkup dari
topik “Bergaul Sehat dengan Penuh Toleransi” mencakup: 1) Urgensi dan strategi
memahami orang lain (empati); dan 2) Menghargai perbedaan.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Bimbingan Klasikal
Format RPL Bimbingan Klasikal secara spesifik telah disajikan dalam
Panduan Operasional Penyelengaraan Bimbingan Konseling (lihat Ditjen GTIK,
2016(a)(b)(c)). Sebagai pengingat, kotak 1 menunjukkan format RPL Bimbingan
Klasikal.
Kotak 1. Format RPL bimbingan klasikal
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ………………….
KEGIATAN BIMBINGAN KLASIKAL
SEMESTER …….. TAHUN PELAJARAN ……….
A Topik Layanan
B Bidang Layanan
C Fungsi Layanan
D Tujuan Umum
E Tujuan Khusus
F Sasaran Layanan
G Materi Layanan
H Waktu (menit)
I Sumber
J Metode/Teknik
K Media/Alat
L Pelaksanaan
M Evaluasi
1. Evaluasi Proses
2. Evaluasi Hasil
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Apabila Kotak 1 dicermati lebih lanjut maka dapat komponen dalam RPL
bimbingan klasikal dapat dikategorikan ke dalam dua hal, yakni komponen inti dan
komponen penunjang. Mengikuti lingkup perencanaan kurikulum, maka komponen
inti dalam RPL bimbingan kelompok meliputi: 1) tujuan (umum dan khusus); 2)
materi, termasuk sumber atau refensi yang dirujuk; 3) metode/teknik, termasuk
tahapan pelaksanaan; 4) media/alat; dan 5) evaluasi (proses dan hasil). Ketika
kelima komponen ini dapat diisi oleh konselor maka sebenarnya konselor telah
memiliki konsep yang utuh tentang kegiatan bimbingan klasikal yang hendak
dilaksanakan. Oleh karena itu, perubahan format apapun tentang RPL bimbingan
klasikal akan selalu ada kelima komponen tersebut. Kompetensi konselor yang
bagus dan memadai untuk menyusun kelima komponen perencanaan ini membuat
dia tidak akan bingung dalam membuat perencanaan bimbingan klasikal apabila
terjadi perubahan format atau kurikulum pelayanan bimbingan konseling.
Selanjutnya yang penting untuk diisi adalah komponen pendukung yang
menegaskan teknik pelaksanaan. Dalam Pedoman Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan Konseling (Ditjen GTIK, 2016(a)(b)(c)) disebutkan bahwa komponen
penunjang ini meliputi: 1) topik; 2) bidang layanan; 3) fungsi layanan; 4) sasaran;
dan 5) waktu. Topik dibuat dengan mempertimbangkan hasil asesmen kebutuhan
dan Standar Kompetensi Peserta Didik (Ditjen PMPTK, 2007). Bidang dan fungsi
layanan diisi dengan bidang dan fungsi layanan yang relevan dengan topik yang
akan disampaikan dalam kegiatan bimbingan klasikal. Sasaran diisi dengan kelas
yang akan diberi kegiatan bimbingan klasikal. Waktu diisi dengan tanggal dan
durasi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan bimbingan klasikal.
Pokok bahasan selanjutnya mengkaji tentang komponen inti dari RPL.
Melalui pembehasan ini lima komponen ini RPL diharapkan para konselor mampu
membuat perencanaan bimbingan klasikal yang memadai, dan sekaligus
menyelenggarakan kegiatan bimbingan klasikal secara inovatif dan menjawab
kebutuhan siswa.
1) Merancang tujuan bimbingan klasikal
Tujuan bimbingan klasikal (instructional objectives) dapat didefinisikan
sebagai intensi konselor yang terkait dengan pertumbuhan atau perubahan pada
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
siswa yang diharapkan dari bimbingan klasikal (Arends, 2007). Tujuan merupakan
komponen yang paling mendasar dalam perencanaan kurikulum bimbingan klasikal
karena dia memandu arah yang hendak dicapai dari kegiatan bimbingan klasikal.
Setidaknya terdapat tiga format pernyataan tujuan instruksional yang popular saat
ini, yakni format Mager untuk tujuan behavioral dan format Gronlund yang tidak
terlalu spesifik dibandingkan dengan tujuan behavioral, serta format taksonomi
yang lebih memperhatikan proses berpikir siswa (lihat Arends, 2007; Burden &
Byrd, 1999). Namun, karena dalam format RPL dalam Pedoman Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan Konseling (Ditjen GTIK, 2016(a)(b)(c)), yang
membedakan tujuan menjadi tujuan umum dan khusus, lebih cenderung
menggunakan format taksonomi, maka pembahasan ini diarahkan untuk
memaparkan format menyatakan tujuan bimbingan klasikal dengan format
taksonomi.
Gambar 1 Mengklasifikasi tujuan dari taksonomi
Dalam merumuskan tujuan dalam format taksnomi terdapat tiga komponen
yang diperlukan, yakni: subjek, kata kerja, dan kata benda. Subjek adalah individu
Tujuan Khusus: Siswa mampu mendemonstrasikan perilaku menghargai
perbedaan (toleransi) dalam pergaulan sehari-hari
Kata Kerja:
Mendemonstrasikan
Kata Benda: Perilaku
menghargai perbedaan
(toleransi) dalam pergaulan
sehari-hari
Dimensi Proses Kognitif:
Mendemonstrasikan
Topik: Bergaul Sehat dengan Penuh Toleransi
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
yang menjadi sasaran dalam kegiatan bimbingan klasikal; dalam hal ini adalah
siswa. Kata kerja mendiskripsikan proses kognitif atau afektif atau psikomotor yang
diharapkan terjadi pada siswa sebagai sasaran kegiatan bimbingan klasikal. Kata
benda digunakan untuk memaparkan objek atau informasi yang hendak dipelajari
siswa dalam kegiatan bimbingan klasikal. Gambar 1 menunjukkan contoh
pernyataan tujuan.
Agar dalam merumuskan proses kognitif, afektif maupun psikomotor dapat
didiskripsikan secara akurat, maka kata kerja yang digunakan disesuaikan dengan
sistem taksonomi tertentu. Taksonomi merupakan adalah sistem klasifikasi atau
sarana yang membantu menata dan menunjukkan hubungan-hubungan di antara
berbagai objek dan ide (Arends, 2007). Sebagian besar tujuan yang disasar dalam
pembelajaran maupun bimbingan klasikal adalah ranah kognitif. Anderson dan
Krathwohl (2001) merevisi taksonomi kognitif Bloom ke dalam klasifikasi sebagai
berikut:
a) Mengingat (remember) adalah mengambil informasi yang relevan dari
memori jangka panjang (long term memory).
b) Memahami (understanding/comprehension) adalah mengkonstruksikan
makna dari berbagai pesan yang dibahas dalam kegiatan instruksional atau
bimbingan klasikal.
c) Menerapkan (apply) adalah melaksanakan atau menggunakan suatu
prosedur.
d) Menganalisis (analyze) adalah menguraikan materi menjadi bagian-bagian
konstituen atau menentukan pola hubungan satu bagian dengan bagian yang
lain.
e) Mengevaluasi (evaluate) adalah membuat penilaian (judgement)
berdasarkan suatu kriteria tertentu.
f) Menciptakan (create) adalah menyatukan berbagai elemen untuk
membentuk suatu pola atau struktur tertentu.
Setiap klasifikasi proses kognitif di atas memiliki sub-proses kognitif. Kotak
2 menunjukkan jenis-jenis sub-proses kognitif dan contoh bentuk kata kerjanya.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Kotak 2a. Daftar kata kerja ranah kognitif
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Kotak 2b. Lanjutan daftar kata kerja ranah kognitif
Di samping ranah kognitif, terdapat pula ranah afektif dan psikomotor yang
terkadang dapat dijadikan tujuan dalam bimbingan klasikal. Contoh bentuk kata
kerja dari ranah afektif dan psikomotor disajikan dalam Kotak 3. Adapun taksonomi
konsep Bloom (dalam Arends, 2007) dalam ranah afektif dan psikomotor adalah
sebagai berikut:
a) Ranah afektif, meliputi:
(1) Menerima (receiving) adalah menyadari atau memperhatikan sesuatu di
lingkungan.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
(2) Merespon (responding) adalah menunjukkan (perform) perilaku baru
sebagai bentuk hasil dari pengalaman dan respon terhadap pengalaman.
(3) Menghargai (valuing) adalah menunjukkan keterlibatan multak atau
komitmen yang tinggi terhadap pengalaman tertentu.
(4) Organisasi (organization) adalah mengintegrasikan nilai baru dan
memberikan nilai tersebut tempat yang layak dalam sistem prioritas.
(5) Karakterisasi menurut nilai (characterization by value) adalah bertindak
secara konsisten menurut nilainya dan memiliki komitmen yang tinggi
terhadap pengalaman yang telah dipelajari.
Kotak 3 Ranah afektif dan psikomotor serta contoh kata kerjanya
b) Ranah psikomotif, meliputi:
(1) Meniru adalah tindakan yang terjadi di luar kesadaran atau kehendak
sebagai respon terhadap stimulus tertentu.
(2) Manipulasi adalah pola gerakan bawaan yang terbentuk dari kombinasi
bermacam-macam gerak reflex.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
(3) Presisi adalah penerjemahan stimulus yang diterima melalui indera
(sense) menjadi gerakan yang tepat sebagaimana yang diinginkan.
(4) Artikulasi adalah pengembangan gerakan-gerakan yang lebih kompleks
yang memenuhi tingkat efisiensi tertentu.
(5) Naturalisasi adalah kemampuan untuk berkomunikasi melalui garakan
tubuh.
Kotak 4. Daftar kata kerja ranah psikomotorik
Penyusunan tujuan bimbingan klasikal dilaksanakan dalam tiga tahapan,
yakni: 1) merumuskan tujuan umum; 2) melakukan analisis instruksional; dan 3)
merumuskan tujuan khusus. Tahap pertama, perumusan tujuan umum. Tujuan
umum dirumuskan secara tidak terlalu spesifik atau presisi dalam membimbing atau
menuntut konselor dalam penyiapan bimbingan klasikal atau mengukur perubahan
yang diharapkan. Di samping itu, tujuan umum diharapkan berada pada level
taksonomi yang tertinggi, dan selanjutnya tujuan khusus berada pada taksonomi di
bawahnya. Oleh karena itu, secara umum, jumlah pernyataaan tujuan khusus
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
biasanya lebih banyak atau minimal sama dengan jumlah pernyataan tujuan umum.
Sebaliknya, apabila jumlah tujuan umum lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah tujuan khusus, maka hal itu mengindikasikan terdapat kekeliruan dalam
merumuskan tujuan bimbingan kelompok. Hal ini dikarenakan dalam
merencanakan tujuan konselor gagal dalam menerjemahkan tujuan umum ke dalam
tujuan-tujuan bimbingan klasikal yang lebih spesifik dan bersifat memandu arah
perubahan pada diri siswa yang diharapkan dari kegiatan bimbingan klasikal.
Tahap kedua, melakukan analisis instruksional. Kegiatan analisis
instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus
yang tersusun secara logis dan sistematis. Melalui analisis instruksional, tujuan
umum diterjemahkan dalam unit-unit tujuan khusus yang tersusun secara logis dan
sistematis sehingga memandu konselor dalam mencapai arah perubahan pada diri
siswa yang diharapkan. Manfaat melakukan analisis instruksional adalah: 1)
mengindentifikasi semua kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik,
2) menentukan urutan pelaksanaan bimbingan klasikal; dan 3) menentukan titik
awal proses bimbingan klasikal. Terdapat empat macam struktur dalam membuat
analisis instruksional, yaitu struktur hirarkis, prosedural, pengelompokkan dan
kombinasi. Berikut ini penjelasan setiap jenis struktur tersebut.
a) Struktur hirarkikal adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa
salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai yang lain. Contoh:
b) Struktur prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan
satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi persyaratan
bagi yang lain. Contoh teknik pesan saya (I-messages), “Saya merasa
diperlakukan tidak adil (perasaan) karena teman-teman kelompok belajar
Mengidentifikasi ciri-ciri individu yang percaya
diri
Menjelaskan definisi kepercayaan diri
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
meminta saya mengerjakan sebagian besar tugas (perilaku) sebab saya berpikir
kita bisa membagi tugas secara lebih proporsional (konsekuensi).” Berikut ini
bentuk strukturnya:
c) Struktur kelompok merupakan struktur yang tidak seperti prosedural dan
hirarkis tetapi masih dalam satu kesatuan/kelompok. Contoh struktur dari
materi penetapan arah karir.
d) Struktur kombinasi merupakan struktur yang tersusun atas kombinasi dari
ketiga jenis struktur sebelumnya.
Tahap ketiga, merumuskan tujuan khusus. Tujuan khusus dirumuskan untuk
mengklarifikasi dan memperjelas apa yang hendak atau diharapkan akan dipelajari
siswa dari kegiatan bimbingan klasikal. Tujuan khusus dirumuskan secara
sistematis sesuai dengan hasil analisis instruksional. Kotak 5 menunjukkan contoh
mengembangkan tujuan umum, analisis instruksional, dan tujuan khusus.
2) Menetapkan materi bimbingan klasikal
Guna mencapai tujuan bimbingan klasikal, maka konselor perlu merancang
dan menyusun materi atau bahan ajar. Pada hakekatnya materi bimbingan klasikal
merupakan konten yang dipelajari dan dibahas selama bimbingan klasikal agar
siswa dapat belajar dan mengalami proses kognitif, afektif atau psikomotor yang
diharapkan.
Dasar penyusunan bahan ajar adalah tujuan bimbingan klasikal, khususnya
tujuan khusus. Artinya, sebelum menetapkan bahan ajar, konselor terlebih dahulu
Menyebutkan
Perilaku
Menyebutkan
perasaan
Menyebutkan
Konsekuensi
Memutuskan rencana karir
Mengidentifikasi potensi diri Menangkap informasi dunia kerja
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
menetapkan topik-topik bimbingan klasikal sesuai dengan tujuan khusus yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sederhananya, setiap tujuan khusus setidaknya menjadi
satu topik atau pokok bahasan dalam materi atau bahan ajar. Setelah topik atau
pokok bahasan ditetapkan, maka konselor perlu memutuskan format bahan ajak
yang akan dipakai.
Terdapat tujuh urutan (sequence) dalam mengembangkan materi bimbingan
klasikal, yaitu:
a) Sekuens kronologis adalah pengaturan urutan bahan ajar berdasarkan urutan
waktu. Bentuk sekuen ini banyak diterapkan dalam menyusun bahan ajar untuk
mata pelajaran sejarah, seperti dalam menyajikan materi tentang sejarah
kemerdekaan Republik Indonesia yang mana pokok bahasannya diurutkan
dengan runtutan waktu.
b) Sekuens kausal adalah pengaturan urutan bahan ajar yang dimulai dari sebab
(pendahulu) dari suatu peristiwa tertentu menuju ke dampak (kemudian).
Sebagai contoh, untuk mengajarkan perilaku asertif maka urutan bahan
didahului dengan pokok bahasan “Bentuk perilaku asertif” lalu diikuti pokok
bahasan “manfaat atau keuntungan berperilaku asertif”
c) Sekuens struktural adalah pengaturan urutan bahan ajar berdasarkan atas alur
struktur tertentu. Contoh: untuk mengajarkan konsep keterbukaan dan
kesadaran diri dari perspektif Johari Window, maka pokok bahasan bimbingan
klasikal diurutkan sesuai dengan struktur teori Johari Window yang dimulai
dengan (1) area keterbukaan, (2) area buta, (3) area tersembuyi, dan (4) area
yang tidak dikehaui.
d) Sekuens logis dan psikologis. Sekuens logis adalah pengaturan urutan bahan
ajar yang dimulai dari bagian terkecil menuju keseluruhan, sedangkan sekuens
psikologis adalah pengaturan urutan bahan ajar yang dimulai dari keseluruhan
menuju bagian yang kecil. Contohnya dalam mengajarkan keterampilan asertif;
dalam sekuens logis, pokok bahasan dimulai dengan pokok bahasan tentang
unsur-unsur keterampilan asertif kemudian diakhiri dengan pembahasan
tentang bentuk utuh keterampilan asertif. Sementara dalam sekuens psikologis,
pengajaran keterampilan asertif dimulai dengan bentuk utuh keterampilan
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
asertif kemudian diikuti dengan pembahasan setiap komponen atau unsur dari
keterampilan asertif.
e) Sekuens spiral adalah pengaturan urutan bahan ajar yang dimulai dari topik
yang populer dan sederhana kemudian dilanjutkan pada topik yang lebih dalam
dan kompleks. Contoh, untuk mengajarkan siswa mengembangkan konsep diri
positif, maka pokok bahasan diawali dengan pembahasan profil siswa dengan
konsep diri positif dan negatif, kemudian analisis dan refleksi konsep diri yang
berkembang, dan dilanjutkan dengan strategi pengembangan konsep diri positif.
f) Rangkaian dari belakang (bacward chaining) adalah pengaturan urutan sekuens
bahan ajar yang dimulai dari langkah terakhir dan menuju ke awal/bagian
depan. Sebagai contoh, untuk mengajarkan peningkatan kepercayaan diri maka
siswa diajak untuk mendemonstrasikan scenario tentang kepercayaan diri yang
kuat dan lemah
g) Sekuens berdasarkan hirarki belajar adalah pengurutan sekuens bahan ajar yang
dimulai dari bahan yang membutuhkan pemikiran/belajar yang sederhana
(misal pengetahuan) menuju kepada bahan yang membutuhkan bahan/belajar
yang lebih kompleks (misal evaluasi). Sebagai contoh, untuk mengajarkan
siswa meningkatkan kepercayaan diri, maka pembahasan pertama mengenai
sosiodrama tentang penerapan strategi pengembangan kepercayaan diri,
kemudian secara berturut-turut diikuti dengan pembahasan tentang strategi
peningkatan kepercaaan diri, pentingnya kepercayaan diri, dan diakhiri dengan
pembahasan tentang konsep dasar kepercayaan diri.
Terdapat beberapa sumber yang dapat digunakan untuk mengembangkan
materi bimbingan klasikal, yaitu:
a) Buku teks, bermanfaat untuk membantu perencanaan bimbingan klasikal dengan:
(a) memberikan suatu organisasi atau struktur dari suatu bahasan, (b)
memberikan pokok bahasan yang dapat berguna untuk menentukan isi bahasan,
(c) memberikan kegiatan dan strategi pengajaran yang dianjurkan, dan (d)
memberikan informasi mengenai bacaan lanjut, media, dan sumber pemngajaran
lain.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
b) Bahan-bahan sumber (resource materials), seperti koran, buku suplementer,
jurnal, pamflet, brosur, dan lain-lain. Bahan-bahan ini memberikan informasi
faktual yang bermanfaat untuk meningkatkan relevansi dan kesalingterkaitan
antara materi bimbingan klasikal dengan kehidupan sehari-hari.
c) Buku kerja, suatu buku yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan. Biasanya suplemen dari buku teks. Buku kerja sangat
bermanfaat bagi siswa untuk memfasilitasi mereka mendalami materi bimbingan
klasikal.
d) Sekolah, yakni perpustakaan sekolah. Pusat referensi akademik dan non-
akademik yang dapat dimanfaatkan konselor untuk mengembangkan materi dan
mendorong siswa melakukan pendalaman terhadap materi bimbingan klasikal.
e) Komunitas, meliputi studi lapangan (field trip), mengunjungi pembicara dari
masyarakat (resource speakers), bahan instruksional dan sumber dari komunitas,
seperti musium, poliklinik, dan lain-lain
f) Bahan yang gratis atau murah yang tersedia di masyarakat (internet), seperti
pamflet, brisur, film, dan lain-lain.
g) Materi yang dibuat sendiri (sebelumnya)
3) Merancang metode dan tahapan bimbingan klasikal
Perencanaan metide dan tahapan bimbingan klasikal memberi panduan
kepada konselor dalam menyelenggarakan dan mengorganisir proses bimbingan
klasikal. Perencanaan metode dan tahapan bimbingan klasikal secara khusus akan
dibahas dalam Kegiatan Belajar atau Modul 2 (KB 2).
4) Menetapkan media bimbingan klasikal
Media memiliki peran penting dalam kegiatan bimbingan klasikal karena
media merupakan penjembatan bagi kesenjangan (gap) komunikasi antara konselor
dengan siswa dalam melaksanakan bimbingan klasikal. Pembahasan mengenai
media akan dibahas dalam Kegiatan Belajar atau Modul 3 (KB 3).
5) Merancang metode evaluasi
Evaluasi dalam RPL dilakukan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan
bimbingan klasikal. Isu evaluasi dalam RPL secara khusus dikaji dalam pokok
bahasan berikutnya dari Kegiatan Belajar 1.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Kotak 5 Contoh Pengembangan Tujuan
1. Topik yang direkomendasikan dari asesmen kebutuhan (lihat Tabel 1):
“Bergaul Sehat dengan Penuh Toleransi”
2. Tujuan umum:
“Siswa mampu mengembangkan toleransi dalam pergaulannya”
3. Analisis instruksional:
4. Tujuan khusus:
a. Siswa mampu menjelaskan definisi toleransi
b. Siswa mampu mengidentifikasi manfaat toleransi dalam pergaulan
c. Siswa mampu menerapkan strategi pengembangan toleransi
d. Siswa mampu menelaah penerapan toleransi dalam pergaulan nyata
5. Sub pokok bahasan:
a. Definisi Toleransi
b. Manfaat Toleransi dalam Pergaulan
c. Strategi Pengembangan Toleransi
d. Penerapan Toleransi dalam Pergaulan Nyata
Menelaah penggunaan toleransi
Mengembangkan toleransi
Mewujudkan sikap toleran Menerapkan perilaku
toleransi
Mengidentifikasi manfaat toleransi
Mendefinisikan toleransi
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Daftar Pustaka
Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.
New York, NY: Longman.
Arends, R.I. 2007. Learning to Teach (7th
ed.). Diterjemahkan oleh H.P. Soetjipto
& S.M. Soetjipto. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Burdin, P.R., & Byrd, D.M. 1999. Methods for Effective Teaching. Boston: Allyn
and Bacon.
Ditjen GTIK. 2016(a). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen GTIK. 2016(b). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen GTIK. 2016(a). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen PMPTK. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Ditjen PMPTK Depkdiknas RI.
Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Sukmadinata, N.S. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung
Penerbit Remaja Rosdakarya.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Rpl Bidang Pribadi
Rpl Bidang PribadiRpl Bidang Pribadi
Rpl Bidang PribadiAfy Luna
 
PROSEDUR PENYUSUNAN PROGRAM BK KOMPREHENSIF
PROSEDUR PENYUSUNAN PROGRAM BK KOMPREHENSIFPROSEDUR PENYUSUNAN PROGRAM BK KOMPREHENSIF
PROSEDUR PENYUSUNAN PROGRAM BK KOMPREHENSIFMuslikahfipunnes
 
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)aji ali mabruri
 
RPL BK Kesulitan Belajar Siswa
RPL BK Kesulitan Belajar SiswaRPL BK Kesulitan Belajar Siswa
RPL BK Kesulitan Belajar SiswaNengAyu2
 
Rpl kemampuan menyelesaikan konflik
Rpl kemampuan menyelesaikan konflikRpl kemampuan menyelesaikan konflik
Rpl kemampuan menyelesaikan konflikSun Ndary
 
RPL Meningkatkan Disiplin Diri
RPL Meningkatkan Disiplin DiriRPL Meningkatkan Disiplin Diri
RPL Meningkatkan Disiplin DiriSun Ndary
 
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikalPertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisissafutri nurhidayah
 
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOKCONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOKNur Arifaizal Basri
 
Bentuk bentuk layanan bimbingan dan konseling
Bentuk bentuk layanan bimbingan dan konselingBentuk bentuk layanan bimbingan dan konseling
Bentuk bentuk layanan bimbingan dan konselingZakki Nurul Amin
 
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...yayuzuliantini25
 
8. program bimbingan dan konseling di sekolah
8. program bimbingan dan konseling di sekolah8. program bimbingan dan konseling di sekolah
8. program bimbingan dan konseling di sekolahkomisariatimmbpp
 

Was ist angesagt? (20)

Rpl Bidang Pribadi
Rpl Bidang PribadiRpl Bidang Pribadi
Rpl Bidang Pribadi
 
PROSEDUR PENYUSUNAN PROGRAM BK KOMPREHENSIF
PROSEDUR PENYUSUNAN PROGRAM BK KOMPREHENSIFPROSEDUR PENYUSUNAN PROGRAM BK KOMPREHENSIF
PROSEDUR PENYUSUNAN PROGRAM BK KOMPREHENSIF
 
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
 
Rpl melawan bullying
Rpl melawan bullyingRpl melawan bullying
Rpl melawan bullying
 
AUM PTSDL
AUM PTSDLAUM PTSDL
AUM PTSDL
 
RPL BK Kesulitan Belajar Siswa
RPL BK Kesulitan Belajar SiswaRPL BK Kesulitan Belajar Siswa
RPL BK Kesulitan Belajar Siswa
 
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
 
Contoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompokContoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompok
 
PENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITAPENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITA
 
Rpl kemampuan menyelesaikan konflik
Rpl kemampuan menyelesaikan konflikRpl kemampuan menyelesaikan konflik
Rpl kemampuan menyelesaikan konflik
 
RPL Meningkatkan Disiplin Diri
RPL Meningkatkan Disiplin DiriRPL Meningkatkan Disiplin Diri
RPL Meningkatkan Disiplin Diri
 
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikalPertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
 
contoh RPL K13
contoh RPL K13contoh RPL K13
contoh RPL K13
 
Tes Minat jabatan
Tes Minat jabatanTes Minat jabatan
Tes Minat jabatan
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
 
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOKCONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
 
Bentuk bentuk layanan bimbingan dan konseling
Bentuk bentuk layanan bimbingan dan konselingBentuk bentuk layanan bimbingan dan konseling
Bentuk bentuk layanan bimbingan dan konseling
 
Analisis intruksional
Analisis intruksionalAnalisis intruksional
Analisis intruksional
 
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
 
8. program bimbingan dan konseling di sekolah
8. program bimbingan dan konseling di sekolah8. program bimbingan dan konseling di sekolah
8. program bimbingan dan konseling di sekolah
 

Ähnlich wie Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal

Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikalMetode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 
PTK modul 3 (merancang PTK)
PTK modul 3 (merancang PTK)PTK modul 3 (merancang PTK)
PTK modul 3 (merancang PTK)Srinah Yanti
 
LK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS 2 LESTARI.docx
LK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS 2 LESTARI.docxLK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS 2 LESTARI.docx
LK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS 2 LESTARI.docxZaffZha
 
LK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS (2).docx
LK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS (2).docxLK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS (2).docx
LK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS (2).docxcicilia41
 
MODUL 5 PKR.pptx
MODUL 5 PKR.pptxMODUL 5 PKR.pptx
MODUL 5 PKR.pptxVianChovic
 
LK 2.3 Rencana Aksi-suandi.kirim besok.docx
LK 2.3 Rencana Aksi-suandi.kirim besok.docxLK 2.3 Rencana Aksi-suandi.kirim besok.docx
LK 2.3 Rencana Aksi-suandi.kirim besok.docxAgungBudiHarjanto
 
Handout Pelatihan Penyusunan Proposal PTK
Handout Pelatihan Penyusunan Proposal PTKHandout Pelatihan Penyusunan Proposal PTK
Handout Pelatihan Penyusunan Proposal PTKEsti Widiawati
 
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docxLK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docxokaygafario
 
673705492-LK-2-3-Rencana-Aksi didalam melakukan sebuah aktivitas.docx
673705492-LK-2-3-Rencana-Aksi didalam melakukan sebuah aktivitas.docx673705492-LK-2-3-Rencana-Aksi didalam melakukan sebuah aktivitas.docx
673705492-LK-2-3-Rencana-Aksi didalam melakukan sebuah aktivitas.docxibnu320257
 
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docxLK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docxHasanCkp
 
Model ipa terpadu smp rev
Model  ipa terpadu smp revModel  ipa terpadu smp rev
Model ipa terpadu smp revAsep Hidayat
 
KAJIAN STANDAR ISI PKN.pptx
KAJIAN STANDAR ISI PKN.pptxKAJIAN STANDAR ISI PKN.pptx
KAJIAN STANDAR ISI PKN.pptxAinKain
 
Prangkat Adm Bahasa Inggris Xi 2009 2010
Prangkat  Adm Bahasa Inggris Xi 2009 2010Prangkat  Adm Bahasa Inggris Xi 2009 2010
Prangkat Adm Bahasa Inggris Xi 2009 2010sman 2 mataram
 
PERANGKAT PEMBELAJARAN KURMER.pptx
PERANGKAT PEMBELAJARAN KURMER.pptxPERANGKAT PEMBELAJARAN KURMER.pptx
PERANGKAT PEMBELAJARAN KURMER.pptxAhmadSkundaSudafirma
 
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docxLK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docxYohanisWeni1
 
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0hasansanung
 

Ähnlich wie Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal (20)

5. Program Tahunan
5. Program Tahunan5. Program Tahunan
5. Program Tahunan
 
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikalMetode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
 
CP, TP, ATP, & Modul ajar.pptx
CP, TP, ATP, & Modul ajar.pptxCP, TP, ATP, & Modul ajar.pptx
CP, TP, ATP, & Modul ajar.pptx
 
PTK modul 3 (merancang PTK)
PTK modul 3 (merancang PTK)PTK modul 3 (merancang PTK)
PTK modul 3 (merancang PTK)
 
LK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS 2 LESTARI.docx
LK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS 2 LESTARI.docxLK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS 2 LESTARI.docx
LK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS 2 LESTARI.docx
 
LK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS (2).docx
LK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS (2).docxLK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS (2).docx
LK 2.3 Rencana Aksi SIKLUS (2).docx
 
MODUL 5 PKR.pptx
MODUL 5 PKR.pptxMODUL 5 PKR.pptx
MODUL 5 PKR.pptx
 
LK 2.3 Rencana Aksi-suandi.kirim besok.docx
LK 2.3 Rencana Aksi-suandi.kirim besok.docxLK 2.3 Rencana Aksi-suandi.kirim besok.docx
LK 2.3 Rencana Aksi-suandi.kirim besok.docx
 
Handout Pelatihan Penyusunan Proposal PTK
Handout Pelatihan Penyusunan Proposal PTKHandout Pelatihan Penyusunan Proposal PTK
Handout Pelatihan Penyusunan Proposal PTK
 
LK 2.3 Rencana Aksi (1).pdf
LK 2.3 Rencana Aksi (1).pdfLK 2.3 Rencana Aksi (1).pdf
LK 2.3 Rencana Aksi (1).pdf
 
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docxLK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
 
LK 2.3 Rencana Aksi (1).docx
LK 2.3 Rencana Aksi (1).docxLK 2.3 Rencana Aksi (1).docx
LK 2.3 Rencana Aksi (1).docx
 
673705492-LK-2-3-Rencana-Aksi didalam melakukan sebuah aktivitas.docx
673705492-LK-2-3-Rencana-Aksi didalam melakukan sebuah aktivitas.docx673705492-LK-2-3-Rencana-Aksi didalam melakukan sebuah aktivitas.docx
673705492-LK-2-3-Rencana-Aksi didalam melakukan sebuah aktivitas.docx
 
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docxLK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
 
Model ipa terpadu smp rev
Model  ipa terpadu smp revModel  ipa terpadu smp rev
Model ipa terpadu smp rev
 
KAJIAN STANDAR ISI PKN.pptx
KAJIAN STANDAR ISI PKN.pptxKAJIAN STANDAR ISI PKN.pptx
KAJIAN STANDAR ISI PKN.pptx
 
Prangkat Adm Bahasa Inggris Xi 2009 2010
Prangkat  Adm Bahasa Inggris Xi 2009 2010Prangkat  Adm Bahasa Inggris Xi 2009 2010
Prangkat Adm Bahasa Inggris Xi 2009 2010
 
PERANGKAT PEMBELAJARAN KURMER.pptx
PERANGKAT PEMBELAJARAN KURMER.pptxPERANGKAT PEMBELAJARAN KURMER.pptx
PERANGKAT PEMBELAJARAN KURMER.pptx
 
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docxLK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
 
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
 

Mehr von Sunawan Sunawan

Tugas kegiatan belajar 4
Tugas kegiatan belajar 4Tugas kegiatan belajar 4
Tugas kegiatan belajar 4Sunawan Sunawan
 
Tugas kegiatan belajar 3
Tugas kegiatan belajar 3Tugas kegiatan belajar 3
Tugas kegiatan belajar 3Sunawan Sunawan
 
Konsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasKonsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasSunawan Sunawan
 
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelasHal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelasSunawan Sunawan
 
Tugas kegiatan belajar 2
Tugas kegiatan belajar 2Tugas kegiatan belajar 2
Tugas kegiatan belajar 2Sunawan Sunawan
 
Tugas kegiatan belajar 1
Tugas kegiatan belajar 1Tugas kegiatan belajar 1
Tugas kegiatan belajar 1Sunawan Sunawan
 
Tahapan dalam memilih media
Tahapan dalam memilih mediaTahapan dalam memilih media
Tahapan dalam memilih mediaSunawan Sunawan
 
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelasPendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelasSunawan Sunawan
 
Metode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsungMetode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsungSunawan Sunawan
 
Metode pengajaran konstruktivistik
Metode pengajaran konstruktivistikMetode pengajaran konstruktivistik
Metode pengajaran konstruktivistikSunawan Sunawan
 
Metode pengajaran kelompok
Metode pengajaran kelompokMetode pengajaran kelompok
Metode pengajaran kelompokSunawan Sunawan
 
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikalKonsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docxKonsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docxSunawan Sunawan
 
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikalKonsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 
Konsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasKonsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasSunawan Sunawan
 
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 

Mehr von Sunawan Sunawan (20)

Tugas kegiatan belajar 4
Tugas kegiatan belajar 4Tugas kegiatan belajar 4
Tugas kegiatan belajar 4
 
Tugas kegiatan belajar 3
Tugas kegiatan belajar 3Tugas kegiatan belajar 3
Tugas kegiatan belajar 3
 
Konsep dasar media
Konsep dasar mediaKonsep dasar media
Konsep dasar media
 
Konsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasKonsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelas
 
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
 
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelasHal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
 
Tugas kegiatan belajar 2
Tugas kegiatan belajar 2Tugas kegiatan belajar 2
Tugas kegiatan belajar 2
 
Tugas kegiatan belajar 1
Tugas kegiatan belajar 1Tugas kegiatan belajar 1
Tugas kegiatan belajar 1
 
Tahapan dalam memilih media
Tahapan dalam memilih mediaTahapan dalam memilih media
Tahapan dalam memilih media
 
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelasPendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas
 
Metode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsungMetode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsung
 
Metode pengajaran konstruktivistik
Metode pengajaran konstruktivistikMetode pengajaran konstruktivistik
Metode pengajaran konstruktivistik
 
Metode pengajaran kelompok
Metode pengajaran kelompokMetode pengajaran kelompok
Metode pengajaran kelompok
 
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikalKonsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
 
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docxKonsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
 
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikalKonsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikal
 
Konsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasKonsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelas
 
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
 
Format format media
Format format mediaFormat format media
Format format media
 
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
 

Kürzlich hochgeladen

KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxHaryKharismaSuhud
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 

Kürzlich hochgeladen (20)

KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 

Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal

  • 1. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 Prosedur Perencanaan Kegiatan Bimbingan Klasikal Oleh: Sunawan, Ph.D. a. Menetapkan Topik Kegiatan Bimbingan Klasikal Topik kegiatan bimbingan klasikal diangkat dari hasil asesmen kebutuhan dengan mempertimbangkan Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (Ditjen PMPTK, 2007). Hasil asesmen kebutuhan dan Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik merupakan dua sumber pertimbangan yang perlu dibuat secara simultan dalam rangka menetapkan topik bimbingan klasikal. Artinya, topik bimbingan klasikal merupakan jawaban atas kebutuhan siswa dan sekaligus upaya untuk memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensi kemandirian yang merupakan tujuan besar dari pelayanan bimbingan konseling di sekolah. Proses penyusunan topik dapat dijelaskan dalam contoh yang disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Contoh pemilihan topik Data asesmen kebutuhan 1) Sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan/ situasi baru (70%; DCM*) ) 2) Mudah merasa tersinggung dan marah (65%; DCM) 3) Tidak toleran dalam pergaulan (45%; DCM) 4) Mudah berprasangka buruk dengan teman (50%; DCM) Topik bimbingan klasikal: Begaul Sehat dengan Penuh Toleransi Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik**) Mengekspresikan perasaan dengan cara-cara yang bebas, terbuka dan tidak menimbulkan konflik Keterangan: *) Data dari DCM hanya gambaran umum untuk memudahkan penyampaian konsep **) SKKPD pada siswa SMA Tabel 1 menunjukkan bagaimana data atau hasil asesmen kebutuhan dengan Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik saling terkait guna menentukan topik bimbingan klasikal. Dengan pertimbangan hasil asesmen kebutuhan dan
  • 2. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 Standar Komeptensi Kemandirian Peserta Didik pada tabel 1, maka lingkup dari topik “Bergaul Sehat dengan Penuh Toleransi” mencakup: 1) Urgensi dan strategi memahami orang lain (empati); dan 2) Menghargai perbedaan. b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Bimbingan Klasikal Format RPL Bimbingan Klasikal secara spesifik telah disajikan dalam Panduan Operasional Penyelengaraan Bimbingan Konseling (lihat Ditjen GTIK, 2016(a)(b)(c)). Sebagai pengingat, kotak 1 menunjukkan format RPL Bimbingan Klasikal. Kotak 1. Format RPL bimbingan klasikal RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN …………………. KEGIATAN BIMBINGAN KLASIKAL SEMESTER …….. TAHUN PELAJARAN ………. A Topik Layanan B Bidang Layanan C Fungsi Layanan D Tujuan Umum E Tujuan Khusus F Sasaran Layanan G Materi Layanan H Waktu (menit) I Sumber J Metode/Teknik K Media/Alat L Pelaksanaan M Evaluasi 1. Evaluasi Proses 2. Evaluasi Hasil .…………., …………………. Mengetahui: Guru BK/Konselor, Kepala Sekolah, ……………………………… …………………………………..
  • 3. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 Apabila Kotak 1 dicermati lebih lanjut maka dapat komponen dalam RPL bimbingan klasikal dapat dikategorikan ke dalam dua hal, yakni komponen inti dan komponen penunjang. Mengikuti lingkup perencanaan kurikulum, maka komponen inti dalam RPL bimbingan kelompok meliputi: 1) tujuan (umum dan khusus); 2) materi, termasuk sumber atau refensi yang dirujuk; 3) metode/teknik, termasuk tahapan pelaksanaan; 4) media/alat; dan 5) evaluasi (proses dan hasil). Ketika kelima komponen ini dapat diisi oleh konselor maka sebenarnya konselor telah memiliki konsep yang utuh tentang kegiatan bimbingan klasikal yang hendak dilaksanakan. Oleh karena itu, perubahan format apapun tentang RPL bimbingan klasikal akan selalu ada kelima komponen tersebut. Kompetensi konselor yang bagus dan memadai untuk menyusun kelima komponen perencanaan ini membuat dia tidak akan bingung dalam membuat perencanaan bimbingan klasikal apabila terjadi perubahan format atau kurikulum pelayanan bimbingan konseling. Selanjutnya yang penting untuk diisi adalah komponen pendukung yang menegaskan teknik pelaksanaan. Dalam Pedoman Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Konseling (Ditjen GTIK, 2016(a)(b)(c)) disebutkan bahwa komponen penunjang ini meliputi: 1) topik; 2) bidang layanan; 3) fungsi layanan; 4) sasaran; dan 5) waktu. Topik dibuat dengan mempertimbangkan hasil asesmen kebutuhan dan Standar Kompetensi Peserta Didik (Ditjen PMPTK, 2007). Bidang dan fungsi layanan diisi dengan bidang dan fungsi layanan yang relevan dengan topik yang akan disampaikan dalam kegiatan bimbingan klasikal. Sasaran diisi dengan kelas yang akan diberi kegiatan bimbingan klasikal. Waktu diisi dengan tanggal dan durasi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan bimbingan klasikal. Pokok bahasan selanjutnya mengkaji tentang komponen inti dari RPL. Melalui pembehasan ini lima komponen ini RPL diharapkan para konselor mampu membuat perencanaan bimbingan klasikal yang memadai, dan sekaligus menyelenggarakan kegiatan bimbingan klasikal secara inovatif dan menjawab kebutuhan siswa. 1) Merancang tujuan bimbingan klasikal Tujuan bimbingan klasikal (instructional objectives) dapat didefinisikan sebagai intensi konselor yang terkait dengan pertumbuhan atau perubahan pada
  • 4. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 siswa yang diharapkan dari bimbingan klasikal (Arends, 2007). Tujuan merupakan komponen yang paling mendasar dalam perencanaan kurikulum bimbingan klasikal karena dia memandu arah yang hendak dicapai dari kegiatan bimbingan klasikal. Setidaknya terdapat tiga format pernyataan tujuan instruksional yang popular saat ini, yakni format Mager untuk tujuan behavioral dan format Gronlund yang tidak terlalu spesifik dibandingkan dengan tujuan behavioral, serta format taksonomi yang lebih memperhatikan proses berpikir siswa (lihat Arends, 2007; Burden & Byrd, 1999). Namun, karena dalam format RPL dalam Pedoman Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Konseling (Ditjen GTIK, 2016(a)(b)(c)), yang membedakan tujuan menjadi tujuan umum dan khusus, lebih cenderung menggunakan format taksonomi, maka pembahasan ini diarahkan untuk memaparkan format menyatakan tujuan bimbingan klasikal dengan format taksonomi. Gambar 1 Mengklasifikasi tujuan dari taksonomi Dalam merumuskan tujuan dalam format taksnomi terdapat tiga komponen yang diperlukan, yakni: subjek, kata kerja, dan kata benda. Subjek adalah individu Tujuan Khusus: Siswa mampu mendemonstrasikan perilaku menghargai perbedaan (toleransi) dalam pergaulan sehari-hari Kata Kerja: Mendemonstrasikan Kata Benda: Perilaku menghargai perbedaan (toleransi) dalam pergaulan sehari-hari Dimensi Proses Kognitif: Mendemonstrasikan Topik: Bergaul Sehat dengan Penuh Toleransi
  • 5. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 yang menjadi sasaran dalam kegiatan bimbingan klasikal; dalam hal ini adalah siswa. Kata kerja mendiskripsikan proses kognitif atau afektif atau psikomotor yang diharapkan terjadi pada siswa sebagai sasaran kegiatan bimbingan klasikal. Kata benda digunakan untuk memaparkan objek atau informasi yang hendak dipelajari siswa dalam kegiatan bimbingan klasikal. Gambar 1 menunjukkan contoh pernyataan tujuan. Agar dalam merumuskan proses kognitif, afektif maupun psikomotor dapat didiskripsikan secara akurat, maka kata kerja yang digunakan disesuaikan dengan sistem taksonomi tertentu. Taksonomi merupakan adalah sistem klasifikasi atau sarana yang membantu menata dan menunjukkan hubungan-hubungan di antara berbagai objek dan ide (Arends, 2007). Sebagian besar tujuan yang disasar dalam pembelajaran maupun bimbingan klasikal adalah ranah kognitif. Anderson dan Krathwohl (2001) merevisi taksonomi kognitif Bloom ke dalam klasifikasi sebagai berikut: a) Mengingat (remember) adalah mengambil informasi yang relevan dari memori jangka panjang (long term memory). b) Memahami (understanding/comprehension) adalah mengkonstruksikan makna dari berbagai pesan yang dibahas dalam kegiatan instruksional atau bimbingan klasikal. c) Menerapkan (apply) adalah melaksanakan atau menggunakan suatu prosedur. d) Menganalisis (analyze) adalah menguraikan materi menjadi bagian-bagian konstituen atau menentukan pola hubungan satu bagian dengan bagian yang lain. e) Mengevaluasi (evaluate) adalah membuat penilaian (judgement) berdasarkan suatu kriteria tertentu. f) Menciptakan (create) adalah menyatukan berbagai elemen untuk membentuk suatu pola atau struktur tertentu. Setiap klasifikasi proses kognitif di atas memiliki sub-proses kognitif. Kotak 2 menunjukkan jenis-jenis sub-proses kognitif dan contoh bentuk kata kerjanya.
  • 6. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 Kotak 2a. Daftar kata kerja ranah kognitif
  • 7. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 Kotak 2b. Lanjutan daftar kata kerja ranah kognitif Di samping ranah kognitif, terdapat pula ranah afektif dan psikomotor yang terkadang dapat dijadikan tujuan dalam bimbingan klasikal. Contoh bentuk kata kerja dari ranah afektif dan psikomotor disajikan dalam Kotak 3. Adapun taksonomi konsep Bloom (dalam Arends, 2007) dalam ranah afektif dan psikomotor adalah sebagai berikut: a) Ranah afektif, meliputi: (1) Menerima (receiving) adalah menyadari atau memperhatikan sesuatu di lingkungan.
  • 8. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 (2) Merespon (responding) adalah menunjukkan (perform) perilaku baru sebagai bentuk hasil dari pengalaman dan respon terhadap pengalaman. (3) Menghargai (valuing) adalah menunjukkan keterlibatan multak atau komitmen yang tinggi terhadap pengalaman tertentu. (4) Organisasi (organization) adalah mengintegrasikan nilai baru dan memberikan nilai tersebut tempat yang layak dalam sistem prioritas. (5) Karakterisasi menurut nilai (characterization by value) adalah bertindak secara konsisten menurut nilainya dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengalaman yang telah dipelajari. Kotak 3 Ranah afektif dan psikomotor serta contoh kata kerjanya b) Ranah psikomotif, meliputi: (1) Meniru adalah tindakan yang terjadi di luar kesadaran atau kehendak sebagai respon terhadap stimulus tertentu. (2) Manipulasi adalah pola gerakan bawaan yang terbentuk dari kombinasi bermacam-macam gerak reflex.
  • 9. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 (3) Presisi adalah penerjemahan stimulus yang diterima melalui indera (sense) menjadi gerakan yang tepat sebagaimana yang diinginkan. (4) Artikulasi adalah pengembangan gerakan-gerakan yang lebih kompleks yang memenuhi tingkat efisiensi tertentu. (5) Naturalisasi adalah kemampuan untuk berkomunikasi melalui garakan tubuh. Kotak 4. Daftar kata kerja ranah psikomotorik Penyusunan tujuan bimbingan klasikal dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni: 1) merumuskan tujuan umum; 2) melakukan analisis instruksional; dan 3) merumuskan tujuan khusus. Tahap pertama, perumusan tujuan umum. Tujuan umum dirumuskan secara tidak terlalu spesifik atau presisi dalam membimbing atau menuntut konselor dalam penyiapan bimbingan klasikal atau mengukur perubahan yang diharapkan. Di samping itu, tujuan umum diharapkan berada pada level taksonomi yang tertinggi, dan selanjutnya tujuan khusus berada pada taksonomi di bawahnya. Oleh karena itu, secara umum, jumlah pernyataaan tujuan khusus
  • 10. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 biasanya lebih banyak atau minimal sama dengan jumlah pernyataan tujuan umum. Sebaliknya, apabila jumlah tujuan umum lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tujuan khusus, maka hal itu mengindikasikan terdapat kekeliruan dalam merumuskan tujuan bimbingan kelompok. Hal ini dikarenakan dalam merencanakan tujuan konselor gagal dalam menerjemahkan tujuan umum ke dalam tujuan-tujuan bimbingan klasikal yang lebih spesifik dan bersifat memandu arah perubahan pada diri siswa yang diharapkan dari kegiatan bimbingan klasikal. Tahap kedua, melakukan analisis instruksional. Kegiatan analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Melalui analisis instruksional, tujuan umum diterjemahkan dalam unit-unit tujuan khusus yang tersusun secara logis dan sistematis sehingga memandu konselor dalam mencapai arah perubahan pada diri siswa yang diharapkan. Manfaat melakukan analisis instruksional adalah: 1) mengindentifikasi semua kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik, 2) menentukan urutan pelaksanaan bimbingan klasikal; dan 3) menentukan titik awal proses bimbingan klasikal. Terdapat empat macam struktur dalam membuat analisis instruksional, yaitu struktur hirarkis, prosedural, pengelompokkan dan kombinasi. Berikut ini penjelasan setiap jenis struktur tersebut. a) Struktur hirarkikal adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai yang lain. Contoh: b) Struktur prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi persyaratan bagi yang lain. Contoh teknik pesan saya (I-messages), “Saya merasa diperlakukan tidak adil (perasaan) karena teman-teman kelompok belajar Mengidentifikasi ciri-ciri individu yang percaya diri Menjelaskan definisi kepercayaan diri
  • 11. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 meminta saya mengerjakan sebagian besar tugas (perilaku) sebab saya berpikir kita bisa membagi tugas secara lebih proporsional (konsekuensi).” Berikut ini bentuk strukturnya: c) Struktur kelompok merupakan struktur yang tidak seperti prosedural dan hirarkis tetapi masih dalam satu kesatuan/kelompok. Contoh struktur dari materi penetapan arah karir. d) Struktur kombinasi merupakan struktur yang tersusun atas kombinasi dari ketiga jenis struktur sebelumnya. Tahap ketiga, merumuskan tujuan khusus. Tujuan khusus dirumuskan untuk mengklarifikasi dan memperjelas apa yang hendak atau diharapkan akan dipelajari siswa dari kegiatan bimbingan klasikal. Tujuan khusus dirumuskan secara sistematis sesuai dengan hasil analisis instruksional. Kotak 5 menunjukkan contoh mengembangkan tujuan umum, analisis instruksional, dan tujuan khusus. 2) Menetapkan materi bimbingan klasikal Guna mencapai tujuan bimbingan klasikal, maka konselor perlu merancang dan menyusun materi atau bahan ajar. Pada hakekatnya materi bimbingan klasikal merupakan konten yang dipelajari dan dibahas selama bimbingan klasikal agar siswa dapat belajar dan mengalami proses kognitif, afektif atau psikomotor yang diharapkan. Dasar penyusunan bahan ajar adalah tujuan bimbingan klasikal, khususnya tujuan khusus. Artinya, sebelum menetapkan bahan ajar, konselor terlebih dahulu Menyebutkan Perilaku Menyebutkan perasaan Menyebutkan Konsekuensi Memutuskan rencana karir Mengidentifikasi potensi diri Menangkap informasi dunia kerja
  • 12. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 menetapkan topik-topik bimbingan klasikal sesuai dengan tujuan khusus yang telah ditetapkan sebelumnya. Sederhananya, setiap tujuan khusus setidaknya menjadi satu topik atau pokok bahasan dalam materi atau bahan ajar. Setelah topik atau pokok bahasan ditetapkan, maka konselor perlu memutuskan format bahan ajak yang akan dipakai. Terdapat tujuh urutan (sequence) dalam mengembangkan materi bimbingan klasikal, yaitu: a) Sekuens kronologis adalah pengaturan urutan bahan ajar berdasarkan urutan waktu. Bentuk sekuen ini banyak diterapkan dalam menyusun bahan ajar untuk mata pelajaran sejarah, seperti dalam menyajikan materi tentang sejarah kemerdekaan Republik Indonesia yang mana pokok bahasannya diurutkan dengan runtutan waktu. b) Sekuens kausal adalah pengaturan urutan bahan ajar yang dimulai dari sebab (pendahulu) dari suatu peristiwa tertentu menuju ke dampak (kemudian). Sebagai contoh, untuk mengajarkan perilaku asertif maka urutan bahan didahului dengan pokok bahasan “Bentuk perilaku asertif” lalu diikuti pokok bahasan “manfaat atau keuntungan berperilaku asertif” c) Sekuens struktural adalah pengaturan urutan bahan ajar berdasarkan atas alur struktur tertentu. Contoh: untuk mengajarkan konsep keterbukaan dan kesadaran diri dari perspektif Johari Window, maka pokok bahasan bimbingan klasikal diurutkan sesuai dengan struktur teori Johari Window yang dimulai dengan (1) area keterbukaan, (2) area buta, (3) area tersembuyi, dan (4) area yang tidak dikehaui. d) Sekuens logis dan psikologis. Sekuens logis adalah pengaturan urutan bahan ajar yang dimulai dari bagian terkecil menuju keseluruhan, sedangkan sekuens psikologis adalah pengaturan urutan bahan ajar yang dimulai dari keseluruhan menuju bagian yang kecil. Contohnya dalam mengajarkan keterampilan asertif; dalam sekuens logis, pokok bahasan dimulai dengan pokok bahasan tentang unsur-unsur keterampilan asertif kemudian diakhiri dengan pembahasan tentang bentuk utuh keterampilan asertif. Sementara dalam sekuens psikologis, pengajaran keterampilan asertif dimulai dengan bentuk utuh keterampilan
  • 13. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 asertif kemudian diikuti dengan pembahasan setiap komponen atau unsur dari keterampilan asertif. e) Sekuens spiral adalah pengaturan urutan bahan ajar yang dimulai dari topik yang populer dan sederhana kemudian dilanjutkan pada topik yang lebih dalam dan kompleks. Contoh, untuk mengajarkan siswa mengembangkan konsep diri positif, maka pokok bahasan diawali dengan pembahasan profil siswa dengan konsep diri positif dan negatif, kemudian analisis dan refleksi konsep diri yang berkembang, dan dilanjutkan dengan strategi pengembangan konsep diri positif. f) Rangkaian dari belakang (bacward chaining) adalah pengaturan urutan sekuens bahan ajar yang dimulai dari langkah terakhir dan menuju ke awal/bagian depan. Sebagai contoh, untuk mengajarkan peningkatan kepercayaan diri maka siswa diajak untuk mendemonstrasikan scenario tentang kepercayaan diri yang kuat dan lemah g) Sekuens berdasarkan hirarki belajar adalah pengurutan sekuens bahan ajar yang dimulai dari bahan yang membutuhkan pemikiran/belajar yang sederhana (misal pengetahuan) menuju kepada bahan yang membutuhkan bahan/belajar yang lebih kompleks (misal evaluasi). Sebagai contoh, untuk mengajarkan siswa meningkatkan kepercayaan diri, maka pembahasan pertama mengenai sosiodrama tentang penerapan strategi pengembangan kepercayaan diri, kemudian secara berturut-turut diikuti dengan pembahasan tentang strategi peningkatan kepercaaan diri, pentingnya kepercayaan diri, dan diakhiri dengan pembahasan tentang konsep dasar kepercayaan diri. Terdapat beberapa sumber yang dapat digunakan untuk mengembangkan materi bimbingan klasikal, yaitu: a) Buku teks, bermanfaat untuk membantu perencanaan bimbingan klasikal dengan: (a) memberikan suatu organisasi atau struktur dari suatu bahasan, (b) memberikan pokok bahasan yang dapat berguna untuk menentukan isi bahasan, (c) memberikan kegiatan dan strategi pengajaran yang dianjurkan, dan (d) memberikan informasi mengenai bacaan lanjut, media, dan sumber pemngajaran lain.
  • 14. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 b) Bahan-bahan sumber (resource materials), seperti koran, buku suplementer, jurnal, pamflet, brosur, dan lain-lain. Bahan-bahan ini memberikan informasi faktual yang bermanfaat untuk meningkatkan relevansi dan kesalingterkaitan antara materi bimbingan klasikal dengan kehidupan sehari-hari. c) Buku kerja, suatu buku yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. Biasanya suplemen dari buku teks. Buku kerja sangat bermanfaat bagi siswa untuk memfasilitasi mereka mendalami materi bimbingan klasikal. d) Sekolah, yakni perpustakaan sekolah. Pusat referensi akademik dan non- akademik yang dapat dimanfaatkan konselor untuk mengembangkan materi dan mendorong siswa melakukan pendalaman terhadap materi bimbingan klasikal. e) Komunitas, meliputi studi lapangan (field trip), mengunjungi pembicara dari masyarakat (resource speakers), bahan instruksional dan sumber dari komunitas, seperti musium, poliklinik, dan lain-lain f) Bahan yang gratis atau murah yang tersedia di masyarakat (internet), seperti pamflet, brisur, film, dan lain-lain. g) Materi yang dibuat sendiri (sebelumnya) 3) Merancang metode dan tahapan bimbingan klasikal Perencanaan metide dan tahapan bimbingan klasikal memberi panduan kepada konselor dalam menyelenggarakan dan mengorganisir proses bimbingan klasikal. Perencanaan metode dan tahapan bimbingan klasikal secara khusus akan dibahas dalam Kegiatan Belajar atau Modul 2 (KB 2). 4) Menetapkan media bimbingan klasikal Media memiliki peran penting dalam kegiatan bimbingan klasikal karena media merupakan penjembatan bagi kesenjangan (gap) komunikasi antara konselor dengan siswa dalam melaksanakan bimbingan klasikal. Pembahasan mengenai media akan dibahas dalam Kegiatan Belajar atau Modul 3 (KB 3). 5) Merancang metode evaluasi Evaluasi dalam RPL dilakukan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan bimbingan klasikal. Isu evaluasi dalam RPL secara khusus dikaji dalam pokok bahasan berikutnya dari Kegiatan Belajar 1.
  • 15. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 Kotak 5 Contoh Pengembangan Tujuan 1. Topik yang direkomendasikan dari asesmen kebutuhan (lihat Tabel 1): “Bergaul Sehat dengan Penuh Toleransi” 2. Tujuan umum: “Siswa mampu mengembangkan toleransi dalam pergaulannya” 3. Analisis instruksional: 4. Tujuan khusus: a. Siswa mampu menjelaskan definisi toleransi b. Siswa mampu mengidentifikasi manfaat toleransi dalam pergaulan c. Siswa mampu menerapkan strategi pengembangan toleransi d. Siswa mampu menelaah penerapan toleransi dalam pergaulan nyata 5. Sub pokok bahasan: a. Definisi Toleransi b. Manfaat Toleransi dalam Pergaulan c. Strategi Pengembangan Toleransi d. Penerapan Toleransi dalam Pergaulan Nyata Menelaah penggunaan toleransi Mengembangkan toleransi Mewujudkan sikap toleran Menerapkan perilaku toleransi Mengidentifikasi manfaat toleransi Mendefinisikan toleransi
  • 16. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 Daftar Pustaka Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York, NY: Longman. Arends, R.I. 2007. Learning to Teach (7th ed.). Diterjemahkan oleh H.P. Soetjipto & S.M. Soetjipto. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Burdin, P.R., & Byrd, D.M. 1999. Methods for Effective Teaching. Boston: Allyn and Bacon. Ditjen GTIK. 2016(a). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Ditjen GTIK Kemendikbud RI. Ditjen GTIK. 2016(b). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: Ditjen GTIK Kemendikbud RI. Ditjen GTIK. 2016(a). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Ditjen GTIK Kemendikbud RI. Ditjen PMPTK. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Ditjen PMPTK Depkdiknas RI. Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Sukmadinata, N.S. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung Penerbit Remaja Rosdakarya.