SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 5
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Seminar Nasional Pascasarjana XII, Surabaya 12 Juli 2012
ISBN No.
Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis
Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV
yang Digunakan pada Superheater Boiler
Achmad Arifin1
, Heru Santoso B.R2
, dan M. Noer Ilman2
Mahasiswa S2 Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta1
Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta2
J1. Graflka No.2, Yogyakarta 55281
Email : mas_achmad@yahoo.co.id
Abstrak
Instalasi superheater boiler pada PLTU memerlukan material dengan sifat mekanis yang stabil pada
temperatur dan tekanan tinggi, yaitu dioperasikan pada tekanan sekitar 17,90 MPa dengan temperatur
490o
C. Baja paduan Cr-Mo sesuai standar ASME dapat digunakan untuk keperluan tersebut. Baja
paduan Cr-Mo memiliki hardenability yang tinggi tetapi rentan terhadap hydrogen cracking, sehingga
harus dihindari pendinginan yang terlalu cepat. Upaya dilakukan dengan memberikan preheating
sebelum pengelasan.
Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh preheat pada perubahan struktur mikro dan sifat mekanis
yang berupa kekerasan, ketangguhan dan kekuatan tarik. Material superheater berupa pipa baja
paduan 12Cr1MoV dengan diameter 2,5 inch dan ketebalan 9,1 mm. Pengelasan menggunakan las
GTAW, filler ER80SG, arus 110 Ampere dan tegangan 15 Volt. Temperatur preheating digunakan :
150o
C, 200o
C, 250o
C dan tanpa preheat. Pengujian mekanis yang dilakukan : tarik, kekerasan mikro,
impak, dan analisa struktur mikro.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa preheat meningkatkan keuletan, ketangguhan dan kekuatan hasil
pengelasan. Preheat 250o
C menghasilkan sifat mekanis yang lebih baik, memiliki kekuatan tarik
tertinggi sebesar 531 MPa, harga Impak 73,16 Joule. Kekuatan tarik terendah pada preheat 150o
C
sebesar 482 MPa, harga impak 53,49 Joule. Rata-rata kekerasan tertinggi di logam las sebesar 293
VHN pada preheat 200o
C, sedangkan di daerah HAZ sebesar 266 VHN pada preheat 150o
C.
Kata kunci : Las GTAW, preheat, sifat mekanis, superheater, baja paduan
Abstract
Boiler superheated installation of power plant requires the materials which have stable mechanical
properties at high pressure, typically of 17.90 MPa and temperature of about 490o
C. Cr-Mo alloy
steel, according to ASME standards, can be used for that purpose. Cr-Mo alloy steel has high
hardenability but it is susceptible to hydrogen cracking, therefore, a high cooling rate should be
avoided. The effort to solve these problems is to provide preheating before welding.
The objectives of this research are to study the effect of preheat on the changes in microstructure and
mechanical properties such as hardness, toughness and tensile strength. The superheater material is in
the form of 12Cr1MoV alloy steel pipes with a diameter of 2.5 inch and a thickness of 9.1 mm.
Welding is using GTAW welding, filler ER80SG, 110A current and 15V voltage. Preheating
temperature used is 150o
C, 200o
C, 250o
C and without preheat. Mechanical testing performed is
tensile, micro hardness, impact, and microstructure analysis.
The testing results showed that the preheat increases ductility, toughness and strength of the welding.
Preheat 250o
C produces better mechanical properties and has the highest tensile strength of 531 MPa
and has the impact value of 73.16 Joules. The lowest tensile strength at preheat 150o
C is 482 MPa, the
impact value of 53.49 Joule. The average of the highest hardness in the weld metal is 293 VHN at the
preheat 200o
C, whereas in the HAZ area is 266 VHN at preheat 150o
C.
Keyword : GTAW, preheat, mechanical properties, superheated, alloy steel
1. Pendahuluan
Instalasi superheater boiler pada pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU) merupakan konstruksi
yang memerlukan material yang memiliki sifat
mekanis yang stabil pada kondisi temperatur dan
tekanan tinggi, yaitu dioperasikan pada tekanan
sekitar 17,90 MPa dengan temperatur 490o
C.
Baja paduan (alloy steel) Cr-Mo sesuai dengan
standar American Society of Mechanical
Engineering (ASME) dapat digunakan untuk
keperluan tersebut. Baja paduan Cr-Mo memiliki
hardenability yang tinggi dan rentan terhadap
hydrogen cracking, sehingga harus dihindari
pendinginan yang terlalu cepat pada proses
Seminar Nasional Pascasarjana XII, Surabaya 12 Juli 2012
ISBN No.
pengelasannya. Upaya yang dapat dilakukan
adalah memberikan pemanasan mula
(preheating) pada saat sebelum pengelasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh temperatur preheat pada perubahan
struktur mikro dan mengetahui perubahan sifat
mekanis khususnya kekerasan dan ketangguhan
pada hasil pengelasan (weld metal, HAZ dan
base metal) serta kekuatan tarik.
2. Landasan Teori
2.1. Siklus Thermal Pengelasan
Siklus thermal merupakan proses pemanasan dan
pendinginan pada daerah pengelasan. Selama
proses pengelasan berlangsung, logam las dan
daerah pengaruh panas akan mengalami
serangkaian siklus thermal yang berupa
pemanasan sampai mencapai temperatur
maksimum dan diikuti dengan pendinginan.
Bagian terpenting pada siklus thermal adalah
pendinginan karena sangat mempengaruhi
transformasi fasa yang berarti berpengaruh pada
struktur mikro di logam las dan daerah HAZ.
Faktor lain yang mempengaruhi siklus termal
adalah waktu pendinginan (cooling time), yaitu
waktu pendinginan adalah antara temperatur 800
ºC – 500 ºC. Struktur mikro dan sifat mekanik
dari HAZ sebagian besar tergantung pada
lamanya pendinginan tersebut. Lamanya waktu
pendinginan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 1 berikut (Messler,
1999) :
..… (1)
Besarnya laju pendinginan (cooling rate) dapat
dicari dengan menggunakan persamaan 2 berikut
ini (Messler, 1999):
…………………………(2)
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
mengatur laju pendinginan dengan
mengaplikasikan persamaan 1 dan 2 adalah
memberikan variasi harga T0 yang berupa
perlakuan preheat. Adanya perlakuan preheat
dengan temperatur yang berbeda akan
mempengaruhi laju pendinginan dari temperatur
800o
C sampai 500o
C.
Gambar 1 memperlihatkan bahwa dengan
parameter pengelasan (masukan panas dan
kecepatan pengelasan) yang sama, besarnya
temperatur preheat akan mempengaruhi lamanya
waktu pendinginan. Garis putus-putus P, Q dan
R menunjukkan fenomena tersebut.
Gambar 1. Siklus Thermal Pengelasan (Wiryosumarto, 2008)
2.2. Perlakuan Preheat
Preheat adalah panas yang diberikan kepada
logam yang akan dilas. Pada multipass weld
definisi preheat temperatur adalah temperatur
sesaat sebelum pengelasan pada pass (celah)
selanjutnya dimulai. Pada multipass weld disebut
juga sebagai interpass temperature. (AWS, 1996)
Ada empat alasan utama untuk memanfaatkan
perlakuan preheat (Funderburk, 1997) :
a. memperlambat laju pendinginan pada logam
las dan logam dasar, sehingga menghasilkan
struktur logam lebih ulet yang memiliki
ketahanan terhadap retak yang lebih besar,
b. memungkinkan hidrogen dapat terdifusi
keluar sehingga mengurangi potensi retak,
c. mengurangi tegangan sisa dalam logam las
dan pada daerah HAZ,
d. mengurangi resiko patah getas dan
meningkatkan ketangguhan logam las
Laju pendinginan setelah pengelasan dipengaruhi
oleh besarnya temperatur preheat, dimana
temperatur preheat yang lebih tinggi
menyebabkan pendinginan menjadi lebih lama
dan kekerasan mikrostruktur menjadi lebih
rendah. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar 2.
.
Gambar 2. Pengaruh laju pendinginan terhadap
pembentukan struktur mikro (Callister, 2001)
Preheat dapat dilakukan pada keseluruhan benda
kerja atau hanya pada daerah di sekitar
sambungan saja. Panas harus diberikan pada
bidang yang cukup lebar, sehingga temperatur
daerah pengelasan tidak akan turun di bawah
syarat preheat minimum selama pengelasan
berlangsung. AWS D1.1 merekomendasikan
jarak pemanas yang digunakan setidaknya sama
Seminar Nasional Pascasarjana XII, Surabaya 12 Juli 2012
ISBN No.
dengan ketebalan material yang dilas, namun
tidak boleh kurang dari 3 inci (75 mm) dari salah
satu sisi sambungan las pada preheating lokal.
2.3. Struktur Mikro Las
Pada proses pengelasan, transformasi γ (austenit)
menjadi α (ferit) merupakan tahap yang paling
krusial karena struktur mikro logam las yang
berarti juga sifat-sifat mekanisnya sangat
ditentukan pada tahap ini. Diantara faktor-faktor
yang mempengaruhi transformasi γ (austenit)
menjadi α (ferit) adalah masukan panas (heat
input), komposisi kimia logam las, kecepatan
pendinginan dari temperatur 800o
C – 500o
C,
Logam las merupakan daerah yang mengalami
perubahan fasa menjadi cair, sedangkan daerah
terpengaruh panas atau HAZ merupakan daerah
logam induk yang mengalami perubahan struktur
mikro karena panas tetapi tidak sampai mencair.
Daerah HAZ terdiri dari butir kasar, butir halus
dan daerah transformasi sebagian.
Menurut Abson dan Pargeter (1986), struktur
mikro pada logam las biasanya terdiri dari dua
atau lebih fasa berikut ini :
a. Ferit batas butir (grain boundary ferrite),
terbentuk pertama kali pada transformasi γ -
α, biasanya terbentuk sepanjang batas
austenit pada temperatur 1000°C – 650 °C.
b. Ferrite Widmanstatten, jika temperaturnya
lebih rendah maka akan terbentuk ferit
Widmanstatten. Struktur mikro ini terbentuk
pada temperatur 750°C – 650°C disepanjang
batas butir austenit. Ferit widmanstatten
mempunyai ukuran besar dengan orientasi
arah yang hampir sama sehingga
memudahkan terjadinya perambatan retak.
c. Ferrite Acicular, berbentuk intragranular
dengan ukuran yang kecil dan mempunyai
orientasi arah yang acak. Biasannya acicular
ferit terbentuk sekitar temperatur 650o
C dan
mempunyai ketangguhan paling tinggi.
d. Bainit, merupakan ferit yang tumbuh dari
batas butir austenit dan terbentuk pada
temperatur 500o
C. Bainit mempunyai
kekerasan yang lebih tinggi dibanding ferit,
tetapi lebih rendah dari pada martensit.
e. Martensit, akan terbentuk bila proses
pengelasan dengan pendinginan yang sangat
cepat, struktur ini mempunyai sifat sangat
keras dan getas sehingga ketangguhannya
rendah.
Penambahan unsur paduan pada logam las
menyebabkan struktur mikro cenderung
berbentuk bainit dengan sedikit ferit batas butir,
kedua macam struktur mikro tersebut juga dapat
terbentuk jika ukuran butir austenitnya besar.
Nilai yang semakin besar (waktu pendinginan
semakin lama) akan meningkatkan ukuran ferit
batas butir (grain boundary ferrite), selain itu
waktu pendinginan yang lama akan
menyebabkan struktur mikro yang paling banyak
terbentuk adalah feritte Widmanstatten.
Kandungan oksigen yang besar juga akan
menyebabkan terbentuknya ferrite
Widmanstatten dan ferit batas butir dengan
ukuran yang besar.
3. Metode Penelitian
3.1. Proses Pengelasan
Tahap awal penelitian ini adalah melakukan
pengelasan dengan metode GTAW pada pipa
baja paduan 12Cr1MoV dengan diameter 2,5
inch dan tebal 9,1 mm, alur las dibuat single V
groove dengan sudut 600
. Pengelasan dilakukan
pada beberapa layer sampai memenuhi ketebalan
pipa, seperti yang terlihat pada detail sambungan
las gambar 3.
Gambar 3. Detail Sambungan Las
Besar voltase dan arus dibuat masing-masing
dibuat 15 volt dan 110 A sedangkan filler
ER80SG, polaritas DC positif. Temperatur
preheat yang digunakan : 150o
C, 200o
C, 250o
C
dan tanpa preheat
3.2. Analisa Struktur Mikro
Pengujian dilaksanakan dengan menggunakan
mikroskop optik logam Olympus dan cairan etsa
yang digunakan berupa larutan nital (95%
propanol + 5% HNO3 ).
3.3. Uji Kekerasan Mikro
Pengujian dilakukan dengan metode vickers
microhardness untuk mengetahui distribusi
kekerasan hasil sambungan las dan daerah
pengaruh panas (HAZ).
3.4. Uji Impak
Pengujian dilakukan dengan mengunakan mesin
charpy, dan mengacu pada standar ASTM E23-
02a dengan takikan pada daerah logam las
seperti pada Gambar 4. Pengujian ini bertujuan
untuk mengetahui ketangguhan logam las
terhadap beban mendadak (kejut).
Gambar 4. Specimen Uji Impak (ASTM E23-02a)
Seminar Nasional Pascasarjana XII, Surabaya 12 Juli 2012
ISBN No.
3.5. Uji Tarik
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
kekuatan tarik statis masing-masing hasil
pengelasan dengan variasi temperatur preheat.
Pengujian tarik dilakukan pada arah tranversal
dari sambungan las, spesimen uji tarik berbentuk
pelat yang diperoleh dari pipa yang dibelah
dengan ukuran merujuk pada standar JIS Z 2201
spesimen no 12.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Komposisi Kimia
Tabel 1: Komposisi kimia logam induk, filler dan logam las
Material C Si Mn Cr Ni Mo V
Pipa 12Cr1MoV 0,12 0,26 0,56 0,99 0,01 0,32 0,18
Filler ER80SG 0,08 0,65 1,25 1,25 -- 0,5 0,25
Logam Las 0,07 0,79 1,33 1,19 0,06 0,56 --
Hasil pengujian komposisi kimia pada daerah
logam las menunjukkan bahwa terjadi
peningkatkan presentase pada unsur Si, Mn, Cr
dan Mo dibandingkan dengan komposisi kimia
logam induk.
4.2. Struktur Mikro Las
Gambar 5 menunjukkan struktur makro dan
mikro sambungan las dengan perlakuan tanpa
preheat.
Gambar 5. Struktur Mikro Pengelasan Tanpa Preheat, a)
Logam Induk, b) HAZ Halus, c) HAZ Kasar, d) Batas Las,
e)Logam Las
Perbedaan struktur mikro seperti yang
ditunjukkan pada gambar 5 di atas akibat adanya
pengaruh siklus thermal selama proses
pengelasan, khususnya pada proses transformasi
γ (austenit) menjadi α (ferit) pada interval
temperatur 800o
C-500o
C. Panas yang tinggi saat
pengelasan menyebabkan terjadinya daerah HAZ
yang terdiri dari butir kasar akibat pertumbuhan
butir (grain growth) dan butir halus akibat
rekristalisasi butir austenit sehingga terjadi
terjadi perubahan struktur mikro dan sifat
mekanik.
Gambar 6 menunjukkan struktur mikro pada
daerah logam las pada semua parameter preheat.
Temperatur preheat yang semakin tinggi
menyebabkan bentuk butiran yang lebih besar
dan memanjang dengan orientasi acak. Sehingga
akan memiliki sifat mekanis yang lebih baik
yaitu memiliki nilai kekerasan yang lebih rendah
kekuatan dan ketangguhan yang lebih tinggi
Gambar 6. Struktur Mikro pada Daerah Logam Las
4.3. Hasil Uji Kekerasan
Distribusi kekerasan pada sambungan las
meliputi logam las, HAZ kasar, HAZ halus dan
logam induk seperti terlihat pada Gambar 7 di
bawah ini.
Gambar 7 Distribusi Kekerasan Micro Vickers
Nilai kekerasan pada daerah logam las
menunjukkan lebih tinggi daripada daerah HAZ
maupun logam induk. Hal ini disebabkan oleh
adanya peningkatan kadar unsur paduan
khususnya Cr dan Mn. Selain itu, adanya
perbedaan kekerasan ini disebabkan karena
perbedaan struktur mikro yang terbentuk selama
proses transformasi γ→α pada interval suhu 800-
500o
C.
Tabel 2: Harga Kekerasan Rata-rata
Sambungan
Las
Kekerasan Rata-rata dalam VHN
(kg/mm2
)
TP P150 P200 P250
Logam Las 268.68 274.47 293.00 267.13
HAZ Kasar 245.80 265.69 238.43 245.95
HAZ Halus 184.65 227.53 182.78 219.70
Logam Induk 146.94 173.20 163.31 168.27
Perbedaan temperatur preheat menyebabkan
perbedaan nilai kekerasan pada masing-masing
parameter, dikarenakan laju pendinginan pada
interval temperatur 800-500o
C juga mengalami
perbedaan. Rata-rata kekerasan tertinggi pada
Seminar Nasional Pascasarjana XII, Surabaya 12 Juli 2012
ISBN No.
daerah logam las terjadi pada preheat 200o
C
sebesar 293 kg/mm2
, sedangkan rata-rata
kekerasan tertinggi pada daerah HAZ terjadi
pada preheat 150o
C sebesar 266 kg/mm2
.
4.4. Hasil Uji Impak
Gambar 8 memperlihatkan hasil uji ketangguhan
impak pada sambungan las semua parameter
preheat dan logam induk.
Gambar 8. Harga Impak pada Logam Las
Hasil pengujian impak menunjukkan bahwa
meningkatnya temperatur preheat diikuti dengan
meningkatkan harga impak logam las yang
artinya semakin tinggi temperatur preheat akan
meningkatkan keuletan dan ketangguhan
sambungan las. Harga impak tertinggi dimiliki
oleh preheat 250o
C sebesar 73,2 Joule, namun
demikian masih lebih rendah dibanding harga
impak logam induk, hal ini menunjukkan bahwa
logam las lebih getas bila dibanding logam
induk. Logam yang lebih getas memiliki nilai
kekerasan yang lebih tinggi, sehingga sesuai
dengan hasil uji kekerasan yang menunjukkan
pada logam las memiliki nilai kekerasan lebih
tinggi.
4.5. Hasil Uji Tarik
Gambar 9. Kekuatan tarik dan tegangan luluh
Hasil pengujian tarik seperti terlihat pada
Gambar 9. Daerah putus terjadi pada daerah
HAZ pada semua parameter preheat, hal ini
menunjukkan bahwa daerah terlemah / kritis
pada sambungan las adalah daerah HAZ.
Kekuatan tertinggi dimiliki oleh hasil pengelasan
dengan preheat 250o
C yaitu tegangan tarik
sebesar 531 MPa dan tegangan luluh sebesar dan
390 MPa. Kekuatan tersebut lebih rendah
daripada hasil pengujian pada logam induk yaitu
hanya sebesar 90%, sehingga pada aplikasi
perhitungan kekuatan struktur hal ini harus
menjadi perhatian demi keamanan pada saat
struktur dipergunakan.
5. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan :
a. Perbedaan temperatur preheat menyebabkan
ukuran butir struktur mikro yang berbeda
sehingga akan menghasilkan sifat berbeda.
b. Preheat 250o
C memiliki sifat mekanis yang
lebih baik dari pada parameter preheat yang
lain, dengan kekuatan tarik sebesar 531 MPa,
harga impak 73,2 Joule dan rata-rata
kekerasan pada logam las 267,13 kg/mm2
.
c. Hasil pegujian menunjukkan sifat mekanis
logam induk masih lebih baik daripada hasil
pengelasan pada semua parameter preheat.
6. Saran
Data hasil pengujian mekanis menujukkan
bahwa semakin tinggi temperatur preheat akan
memperbaiki sifat mekanis yang ditujukkan
dengan ketangguhan dan kekuatan yang semakin
tinggi, sehingga perlu dilakukan penelitian
lanjutan dengan variasi temperatur preheat yang
lebih tinggi dari 250o
C untuk mengetahui batas
temperatur preheat yang dapat menghasilkan
sifat mekanis yang optimal.
7. Daftar Pustaka
Abson,D.J. dan Pargeter,R.J., 1986, Factors
Influencing Strength, Microstructure and
Toughness of as Deposited Manual Metal Arc
Welds Suitable for C-Mn Steel Fabrications,
International Metal Reviews, vol.31, No.4, 141-
193
ASME Committee, 2010, ASME Boiler and
Pressure Vessel Code I : Ruler for Construction
of Power Boiler, 2010 Edition, New York,
USA.
ASTM Committee, 2003, E23-02a Standard Test
Methods for Notched Bar Impact Testing of
Metallic Materials, ASTM Standards Volume
03, New York, USA
AWS, 1996, ANSI/AWS D1.1-96, Structural
Welding Code: Steel, The American Welding
Society.
Callister, Jr., & William, D., 2001, Fundamentals of
Materials Science and Engineering, 5 ed., John
Wiley & Sons, Inc., New York.
Funderburk, R. S., 1997, “Fundamentals of Preheat,
Welding Innovation Vol. XIV No.2
JIS, 1973, Metallic Materials, Japanese
International Standar.
Messler, Robert W., 1999. Principles of welding,
Processes, Physics, Chemistry and Metallurgy.
A Wiley-Interscience Publication. New York.
Wiryosumarto, H. dan Okumura, T., 2008,
Teknologi Pengelasan Logam, PT Pradnya
Paramita, Jakarta.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Struktur Baja
Struktur BajaStruktur Baja
Struktur BajaTianPs27
 
File4433938146f4f
File4433938146f4fFile4433938146f4f
File4433938146f4fHandry J
 
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinyaM Arif
 
Contoh proposal PKM-P
Contoh proposal PKM-PContoh proposal PKM-P
Contoh proposal PKM-PMahros Darsin
 
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Delsandy Ramaputra
 
Surface hardening
Surface hardeningSurface hardening
Surface hardeningMn Hidayat
 
Desain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailingDesain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailingrhtrusli
 
Mig welding indonesia
Mig welding indonesiaMig welding indonesia
Mig welding indonesiaNur Ilham
 
6.paper m 008
6.paper m 0086.paper m 008
6.paper m 008Wo Joyo
 

Was ist angesagt? (20)

Struktur Baja
Struktur BajaStruktur Baja
Struktur Baja
 
Makalah perlakuan panas
Makalah perlakuan panas Makalah perlakuan panas
Makalah perlakuan panas
 
File4433938146f4f
File4433938146f4fFile4433938146f4f
File4433938146f4f
 
2712100102-Paper
2712100102-Paper2712100102-Paper
2712100102-Paper
 
Weldability al alloy 1100
Weldability al alloy 1100Weldability al alloy 1100
Weldability al alloy 1100
 
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
 
Contoh proposal PKM-P
Contoh proposal PKM-PContoh proposal PKM-P
Contoh proposal PKM-P
 
Heat treatment
Heat treatment Heat treatment
Heat treatment
 
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
 
Pp 3 seleksi bahan mesin dan bangunan
Pp 3 seleksi bahan mesin dan bangunanPp 3 seleksi bahan mesin dan bangunan
Pp 3 seleksi bahan mesin dan bangunan
 
Surface hardening
Surface hardeningSurface hardening
Surface hardening
 
Bab ii ok
Bab ii okBab ii ok
Bab ii ok
 
02. apa itu annealing
02. apa itu annealing02. apa itu annealing
02. apa itu annealing
 
Desain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailingDesain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailing
 
tbb presentasi
tbb presentasitbb presentasi
tbb presentasi
 
Mig welding indonesia
Mig welding indonesiaMig welding indonesia
Mig welding indonesia
 
Bab%20 ii
Bab%20 iiBab%20 ii
Bab%20 ii
 
Baja
BajaBaja
Baja
 
Heat Treatment
Heat TreatmentHeat Treatment
Heat Treatment
 
6.paper m 008
6.paper m 0086.paper m 008
6.paper m 008
 

Ähnlich wie pengaruh preheat

member,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdf
member,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdfmember,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdf
member,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdfLukmanulHakim157577
 
Heat affected zone & heat treatmen tx
Heat affected zone & heat treatmen txHeat affected zone & heat treatmen tx
Heat affected zone & heat treatmen txbinsar pakpahan
 
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...Alen Pepa
 
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...Alen Pepa
 
1. pengecoran logam
1. pengecoran logam1. pengecoran logam
1. pengecoran logamRavi Pratama
 
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-trSerdadu Syahrul
 
23 maradu (2)
23 maradu (2)23 maradu (2)
23 maradu (2)Alen Pepa
 
PPT_RESENSI.pptx
PPT_RESENSI.pptxPPT_RESENSI.pptx
PPT_RESENSI.pptxMAliS7
 
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdfPENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdfRahma750999
 
Ht of martensitic stainless steels
Ht of martensitic stainless steelsHt of martensitic stainless steels
Ht of martensitic stainless steelsEgi Maulana
 
Jurnal Tentang Mesin 2
Jurnal Tentang Mesin 2Jurnal Tentang Mesin 2
Jurnal Tentang Mesin 2Alen Pepa
 
SEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptxSEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptxRizkiCahBaegh
 
3. MMAW BAJA PADUAN.pptx
3. MMAW BAJA PADUAN.pptx3. MMAW BAJA PADUAN.pptx
3. MMAW BAJA PADUAN.pptxElkaFaizal2
 
Continous coolling transformation
Continous coolling transformationContinous coolling transformation
Continous coolling transformationTeddy Miko
 
pengetahuan material jack.pptx
pengetahuan material jack.pptxpengetahuan material jack.pptx
pengetahuan material jack.pptximandarajat
 
Analisa las listrik dan asitilin
Analisa las listrik dan asitilinAnalisa las listrik dan asitilin
Analisa las listrik dan asitilinYusuf Saputra
 

Ähnlich wie pengaruh preheat (20)

Proses perlakuanpanas
Proses perlakuanpanasProses perlakuanpanas
Proses perlakuanpanas
 
member,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdf
member,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdfmember,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdf
member,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdf
 
Heat affected zone & heat treatmen tx
Heat affected zone & heat treatmen txHeat affected zone & heat treatmen tx
Heat affected zone & heat treatmen tx
 
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
 
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
 
1. pengecoran logam
1. pengecoran logam1. pengecoran logam
1. pengecoran logam
 
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
 
23 maradu (2)
23 maradu (2)23 maradu (2)
23 maradu (2)
 
23 maradu
23 maradu23 maradu
23 maradu
 
PPT_RESENSI.pptx
PPT_RESENSI.pptxPPT_RESENSI.pptx
PPT_RESENSI.pptx
 
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdfPENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
 
Ht of martensitic stainless steels
Ht of martensitic stainless steelsHt of martensitic stainless steels
Ht of martensitic stainless steels
 
Jurnal Tentang Mesin 2
Jurnal Tentang Mesin 2Jurnal Tentang Mesin 2
Jurnal Tentang Mesin 2
 
SEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptxSEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptx
 
3. MMAW BAJA PADUAN.pptx
3. MMAW BAJA PADUAN.pptx3. MMAW BAJA PADUAN.pptx
3. MMAW BAJA PADUAN.pptx
 
Perlakuan panas
Perlakuan panasPerlakuan panas
Perlakuan panas
 
Continous coolling transformation
Continous coolling transformationContinous coolling transformation
Continous coolling transformation
 
pengetahuan material jack.pptx
pengetahuan material jack.pptxpengetahuan material jack.pptx
pengetahuan material jack.pptx
 
Analisa las listrik dan asitilin
Analisa las listrik dan asitilinAnalisa las listrik dan asitilin
Analisa las listrik dan asitilin
 
Modul las
Modul lasModul las
Modul las
 

Kürzlich hochgeladen

Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.pptKalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.pptAchmadDwitamaKarisma
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfIftitahKartika
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptxilanarespatinovitari1
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxAndimarini2
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptxVinaAmelia23
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdffitriAnnisa54
 
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturBahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturAhmadAffandi36
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptDellaEkaPutri2
 
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptxPPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptxssuserdfcb68
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxarifyudianto3
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptarifyudianto3
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxyoodika046
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxMuhamadIrfan190120
 
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPusatKeteknikanKehut
 
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdfGambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdfYoyokSuwiknyo
 
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdfGambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdfYoyokSuwiknyo
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...rororasiputra
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxArisatrianingsih
 

Kürzlich hochgeladen (19)

Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.pptKalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturBahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptxPPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
 
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
 
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdfGambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
 
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdfGambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 

pengaruh preheat

  • 1. Seminar Nasional Pascasarjana XII, Surabaya 12 Juli 2012 ISBN No. Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler Achmad Arifin1 , Heru Santoso B.R2 , dan M. Noer Ilman2 Mahasiswa S2 Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta1 Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta2 J1. Graflka No.2, Yogyakarta 55281 Email : mas_achmad@yahoo.co.id Abstrak Instalasi superheater boiler pada PLTU memerlukan material dengan sifat mekanis yang stabil pada temperatur dan tekanan tinggi, yaitu dioperasikan pada tekanan sekitar 17,90 MPa dengan temperatur 490o C. Baja paduan Cr-Mo sesuai standar ASME dapat digunakan untuk keperluan tersebut. Baja paduan Cr-Mo memiliki hardenability yang tinggi tetapi rentan terhadap hydrogen cracking, sehingga harus dihindari pendinginan yang terlalu cepat. Upaya dilakukan dengan memberikan preheating sebelum pengelasan. Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh preheat pada perubahan struktur mikro dan sifat mekanis yang berupa kekerasan, ketangguhan dan kekuatan tarik. Material superheater berupa pipa baja paduan 12Cr1MoV dengan diameter 2,5 inch dan ketebalan 9,1 mm. Pengelasan menggunakan las GTAW, filler ER80SG, arus 110 Ampere dan tegangan 15 Volt. Temperatur preheating digunakan : 150o C, 200o C, 250o C dan tanpa preheat. Pengujian mekanis yang dilakukan : tarik, kekerasan mikro, impak, dan analisa struktur mikro. Hasil pengujian menunjukkan bahwa preheat meningkatkan keuletan, ketangguhan dan kekuatan hasil pengelasan. Preheat 250o C menghasilkan sifat mekanis yang lebih baik, memiliki kekuatan tarik tertinggi sebesar 531 MPa, harga Impak 73,16 Joule. Kekuatan tarik terendah pada preheat 150o C sebesar 482 MPa, harga impak 53,49 Joule. Rata-rata kekerasan tertinggi di logam las sebesar 293 VHN pada preheat 200o C, sedangkan di daerah HAZ sebesar 266 VHN pada preheat 150o C. Kata kunci : Las GTAW, preheat, sifat mekanis, superheater, baja paduan Abstract Boiler superheated installation of power plant requires the materials which have stable mechanical properties at high pressure, typically of 17.90 MPa and temperature of about 490o C. Cr-Mo alloy steel, according to ASME standards, can be used for that purpose. Cr-Mo alloy steel has high hardenability but it is susceptible to hydrogen cracking, therefore, a high cooling rate should be avoided. The effort to solve these problems is to provide preheating before welding. The objectives of this research are to study the effect of preheat on the changes in microstructure and mechanical properties such as hardness, toughness and tensile strength. The superheater material is in the form of 12Cr1MoV alloy steel pipes with a diameter of 2.5 inch and a thickness of 9.1 mm. Welding is using GTAW welding, filler ER80SG, 110A current and 15V voltage. Preheating temperature used is 150o C, 200o C, 250o C and without preheat. Mechanical testing performed is tensile, micro hardness, impact, and microstructure analysis. The testing results showed that the preheat increases ductility, toughness and strength of the welding. Preheat 250o C produces better mechanical properties and has the highest tensile strength of 531 MPa and has the impact value of 73.16 Joules. The lowest tensile strength at preheat 150o C is 482 MPa, the impact value of 53.49 Joule. The average of the highest hardness in the weld metal is 293 VHN at the preheat 200o C, whereas in the HAZ area is 266 VHN at preheat 150o C. Keyword : GTAW, preheat, mechanical properties, superheated, alloy steel 1. Pendahuluan Instalasi superheater boiler pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) merupakan konstruksi yang memerlukan material yang memiliki sifat mekanis yang stabil pada kondisi temperatur dan tekanan tinggi, yaitu dioperasikan pada tekanan sekitar 17,90 MPa dengan temperatur 490o C. Baja paduan (alloy steel) Cr-Mo sesuai dengan standar American Society of Mechanical Engineering (ASME) dapat digunakan untuk keperluan tersebut. Baja paduan Cr-Mo memiliki hardenability yang tinggi dan rentan terhadap hydrogen cracking, sehingga harus dihindari pendinginan yang terlalu cepat pada proses
  • 2. Seminar Nasional Pascasarjana XII, Surabaya 12 Juli 2012 ISBN No. pengelasannya. Upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pemanasan mula (preheating) pada saat sebelum pengelasan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh temperatur preheat pada perubahan struktur mikro dan mengetahui perubahan sifat mekanis khususnya kekerasan dan ketangguhan pada hasil pengelasan (weld metal, HAZ dan base metal) serta kekuatan tarik. 2. Landasan Teori 2.1. Siklus Thermal Pengelasan Siklus thermal merupakan proses pemanasan dan pendinginan pada daerah pengelasan. Selama proses pengelasan berlangsung, logam las dan daerah pengaruh panas akan mengalami serangkaian siklus thermal yang berupa pemanasan sampai mencapai temperatur maksimum dan diikuti dengan pendinginan. Bagian terpenting pada siklus thermal adalah pendinginan karena sangat mempengaruhi transformasi fasa yang berarti berpengaruh pada struktur mikro di logam las dan daerah HAZ. Faktor lain yang mempengaruhi siklus termal adalah waktu pendinginan (cooling time), yaitu waktu pendinginan adalah antara temperatur 800 ºC – 500 ºC. Struktur mikro dan sifat mekanik dari HAZ sebagian besar tergantung pada lamanya pendinginan tersebut. Lamanya waktu pendinginan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 1 berikut (Messler, 1999) : ..… (1) Besarnya laju pendinginan (cooling rate) dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2 berikut ini (Messler, 1999): …………………………(2) Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatur laju pendinginan dengan mengaplikasikan persamaan 1 dan 2 adalah memberikan variasi harga T0 yang berupa perlakuan preheat. Adanya perlakuan preheat dengan temperatur yang berbeda akan mempengaruhi laju pendinginan dari temperatur 800o C sampai 500o C. Gambar 1 memperlihatkan bahwa dengan parameter pengelasan (masukan panas dan kecepatan pengelasan) yang sama, besarnya temperatur preheat akan mempengaruhi lamanya waktu pendinginan. Garis putus-putus P, Q dan R menunjukkan fenomena tersebut. Gambar 1. Siklus Thermal Pengelasan (Wiryosumarto, 2008) 2.2. Perlakuan Preheat Preheat adalah panas yang diberikan kepada logam yang akan dilas. Pada multipass weld definisi preheat temperatur adalah temperatur sesaat sebelum pengelasan pada pass (celah) selanjutnya dimulai. Pada multipass weld disebut juga sebagai interpass temperature. (AWS, 1996) Ada empat alasan utama untuk memanfaatkan perlakuan preheat (Funderburk, 1997) : a. memperlambat laju pendinginan pada logam las dan logam dasar, sehingga menghasilkan struktur logam lebih ulet yang memiliki ketahanan terhadap retak yang lebih besar, b. memungkinkan hidrogen dapat terdifusi keluar sehingga mengurangi potensi retak, c. mengurangi tegangan sisa dalam logam las dan pada daerah HAZ, d. mengurangi resiko patah getas dan meningkatkan ketangguhan logam las Laju pendinginan setelah pengelasan dipengaruhi oleh besarnya temperatur preheat, dimana temperatur preheat yang lebih tinggi menyebabkan pendinginan menjadi lebih lama dan kekerasan mikrostruktur menjadi lebih rendah. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar 2. . Gambar 2. Pengaruh laju pendinginan terhadap pembentukan struktur mikro (Callister, 2001) Preheat dapat dilakukan pada keseluruhan benda kerja atau hanya pada daerah di sekitar sambungan saja. Panas harus diberikan pada bidang yang cukup lebar, sehingga temperatur daerah pengelasan tidak akan turun di bawah syarat preheat minimum selama pengelasan berlangsung. AWS D1.1 merekomendasikan jarak pemanas yang digunakan setidaknya sama
  • 3. Seminar Nasional Pascasarjana XII, Surabaya 12 Juli 2012 ISBN No. dengan ketebalan material yang dilas, namun tidak boleh kurang dari 3 inci (75 mm) dari salah satu sisi sambungan las pada preheating lokal. 2.3. Struktur Mikro Las Pada proses pengelasan, transformasi γ (austenit) menjadi α (ferit) merupakan tahap yang paling krusial karena struktur mikro logam las yang berarti juga sifat-sifat mekanisnya sangat ditentukan pada tahap ini. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi γ (austenit) menjadi α (ferit) adalah masukan panas (heat input), komposisi kimia logam las, kecepatan pendinginan dari temperatur 800o C – 500o C, Logam las merupakan daerah yang mengalami perubahan fasa menjadi cair, sedangkan daerah terpengaruh panas atau HAZ merupakan daerah logam induk yang mengalami perubahan struktur mikro karena panas tetapi tidak sampai mencair. Daerah HAZ terdiri dari butir kasar, butir halus dan daerah transformasi sebagian. Menurut Abson dan Pargeter (1986), struktur mikro pada logam las biasanya terdiri dari dua atau lebih fasa berikut ini : a. Ferit batas butir (grain boundary ferrite), terbentuk pertama kali pada transformasi γ - α, biasanya terbentuk sepanjang batas austenit pada temperatur 1000°C – 650 °C. b. Ferrite Widmanstatten, jika temperaturnya lebih rendah maka akan terbentuk ferit Widmanstatten. Struktur mikro ini terbentuk pada temperatur 750°C – 650°C disepanjang batas butir austenit. Ferit widmanstatten mempunyai ukuran besar dengan orientasi arah yang hampir sama sehingga memudahkan terjadinya perambatan retak. c. Ferrite Acicular, berbentuk intragranular dengan ukuran yang kecil dan mempunyai orientasi arah yang acak. Biasannya acicular ferit terbentuk sekitar temperatur 650o C dan mempunyai ketangguhan paling tinggi. d. Bainit, merupakan ferit yang tumbuh dari batas butir austenit dan terbentuk pada temperatur 500o C. Bainit mempunyai kekerasan yang lebih tinggi dibanding ferit, tetapi lebih rendah dari pada martensit. e. Martensit, akan terbentuk bila proses pengelasan dengan pendinginan yang sangat cepat, struktur ini mempunyai sifat sangat keras dan getas sehingga ketangguhannya rendah. Penambahan unsur paduan pada logam las menyebabkan struktur mikro cenderung berbentuk bainit dengan sedikit ferit batas butir, kedua macam struktur mikro tersebut juga dapat terbentuk jika ukuran butir austenitnya besar. Nilai yang semakin besar (waktu pendinginan semakin lama) akan meningkatkan ukuran ferit batas butir (grain boundary ferrite), selain itu waktu pendinginan yang lama akan menyebabkan struktur mikro yang paling banyak terbentuk adalah feritte Widmanstatten. Kandungan oksigen yang besar juga akan menyebabkan terbentuknya ferrite Widmanstatten dan ferit batas butir dengan ukuran yang besar. 3. Metode Penelitian 3.1. Proses Pengelasan Tahap awal penelitian ini adalah melakukan pengelasan dengan metode GTAW pada pipa baja paduan 12Cr1MoV dengan diameter 2,5 inch dan tebal 9,1 mm, alur las dibuat single V groove dengan sudut 600 . Pengelasan dilakukan pada beberapa layer sampai memenuhi ketebalan pipa, seperti yang terlihat pada detail sambungan las gambar 3. Gambar 3. Detail Sambungan Las Besar voltase dan arus dibuat masing-masing dibuat 15 volt dan 110 A sedangkan filler ER80SG, polaritas DC positif. Temperatur preheat yang digunakan : 150o C, 200o C, 250o C dan tanpa preheat 3.2. Analisa Struktur Mikro Pengujian dilaksanakan dengan menggunakan mikroskop optik logam Olympus dan cairan etsa yang digunakan berupa larutan nital (95% propanol + 5% HNO3 ). 3.3. Uji Kekerasan Mikro Pengujian dilakukan dengan metode vickers microhardness untuk mengetahui distribusi kekerasan hasil sambungan las dan daerah pengaruh panas (HAZ). 3.4. Uji Impak Pengujian dilakukan dengan mengunakan mesin charpy, dan mengacu pada standar ASTM E23- 02a dengan takikan pada daerah logam las seperti pada Gambar 4. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ketangguhan logam las terhadap beban mendadak (kejut). Gambar 4. Specimen Uji Impak (ASTM E23-02a)
  • 4. Seminar Nasional Pascasarjana XII, Surabaya 12 Juli 2012 ISBN No. 3.5. Uji Tarik Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik statis masing-masing hasil pengelasan dengan variasi temperatur preheat. Pengujian tarik dilakukan pada arah tranversal dari sambungan las, spesimen uji tarik berbentuk pelat yang diperoleh dari pipa yang dibelah dengan ukuran merujuk pada standar JIS Z 2201 spesimen no 12. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Komposisi Kimia Tabel 1: Komposisi kimia logam induk, filler dan logam las Material C Si Mn Cr Ni Mo V Pipa 12Cr1MoV 0,12 0,26 0,56 0,99 0,01 0,32 0,18 Filler ER80SG 0,08 0,65 1,25 1,25 -- 0,5 0,25 Logam Las 0,07 0,79 1,33 1,19 0,06 0,56 -- Hasil pengujian komposisi kimia pada daerah logam las menunjukkan bahwa terjadi peningkatkan presentase pada unsur Si, Mn, Cr dan Mo dibandingkan dengan komposisi kimia logam induk. 4.2. Struktur Mikro Las Gambar 5 menunjukkan struktur makro dan mikro sambungan las dengan perlakuan tanpa preheat. Gambar 5. Struktur Mikro Pengelasan Tanpa Preheat, a) Logam Induk, b) HAZ Halus, c) HAZ Kasar, d) Batas Las, e)Logam Las Perbedaan struktur mikro seperti yang ditunjukkan pada gambar 5 di atas akibat adanya pengaruh siklus thermal selama proses pengelasan, khususnya pada proses transformasi γ (austenit) menjadi α (ferit) pada interval temperatur 800o C-500o C. Panas yang tinggi saat pengelasan menyebabkan terjadinya daerah HAZ yang terdiri dari butir kasar akibat pertumbuhan butir (grain growth) dan butir halus akibat rekristalisasi butir austenit sehingga terjadi terjadi perubahan struktur mikro dan sifat mekanik. Gambar 6 menunjukkan struktur mikro pada daerah logam las pada semua parameter preheat. Temperatur preheat yang semakin tinggi menyebabkan bentuk butiran yang lebih besar dan memanjang dengan orientasi acak. Sehingga akan memiliki sifat mekanis yang lebih baik yaitu memiliki nilai kekerasan yang lebih rendah kekuatan dan ketangguhan yang lebih tinggi Gambar 6. Struktur Mikro pada Daerah Logam Las 4.3. Hasil Uji Kekerasan Distribusi kekerasan pada sambungan las meliputi logam las, HAZ kasar, HAZ halus dan logam induk seperti terlihat pada Gambar 7 di bawah ini. Gambar 7 Distribusi Kekerasan Micro Vickers Nilai kekerasan pada daerah logam las menunjukkan lebih tinggi daripada daerah HAZ maupun logam induk. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan kadar unsur paduan khususnya Cr dan Mn. Selain itu, adanya perbedaan kekerasan ini disebabkan karena perbedaan struktur mikro yang terbentuk selama proses transformasi γ→α pada interval suhu 800- 500o C. Tabel 2: Harga Kekerasan Rata-rata Sambungan Las Kekerasan Rata-rata dalam VHN (kg/mm2 ) TP P150 P200 P250 Logam Las 268.68 274.47 293.00 267.13 HAZ Kasar 245.80 265.69 238.43 245.95 HAZ Halus 184.65 227.53 182.78 219.70 Logam Induk 146.94 173.20 163.31 168.27 Perbedaan temperatur preheat menyebabkan perbedaan nilai kekerasan pada masing-masing parameter, dikarenakan laju pendinginan pada interval temperatur 800-500o C juga mengalami perbedaan. Rata-rata kekerasan tertinggi pada
  • 5. Seminar Nasional Pascasarjana XII, Surabaya 12 Juli 2012 ISBN No. daerah logam las terjadi pada preheat 200o C sebesar 293 kg/mm2 , sedangkan rata-rata kekerasan tertinggi pada daerah HAZ terjadi pada preheat 150o C sebesar 266 kg/mm2 . 4.4. Hasil Uji Impak Gambar 8 memperlihatkan hasil uji ketangguhan impak pada sambungan las semua parameter preheat dan logam induk. Gambar 8. Harga Impak pada Logam Las Hasil pengujian impak menunjukkan bahwa meningkatnya temperatur preheat diikuti dengan meningkatkan harga impak logam las yang artinya semakin tinggi temperatur preheat akan meningkatkan keuletan dan ketangguhan sambungan las. Harga impak tertinggi dimiliki oleh preheat 250o C sebesar 73,2 Joule, namun demikian masih lebih rendah dibanding harga impak logam induk, hal ini menunjukkan bahwa logam las lebih getas bila dibanding logam induk. Logam yang lebih getas memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi, sehingga sesuai dengan hasil uji kekerasan yang menunjukkan pada logam las memiliki nilai kekerasan lebih tinggi. 4.5. Hasil Uji Tarik Gambar 9. Kekuatan tarik dan tegangan luluh Hasil pengujian tarik seperti terlihat pada Gambar 9. Daerah putus terjadi pada daerah HAZ pada semua parameter preheat, hal ini menunjukkan bahwa daerah terlemah / kritis pada sambungan las adalah daerah HAZ. Kekuatan tertinggi dimiliki oleh hasil pengelasan dengan preheat 250o C yaitu tegangan tarik sebesar 531 MPa dan tegangan luluh sebesar dan 390 MPa. Kekuatan tersebut lebih rendah daripada hasil pengujian pada logam induk yaitu hanya sebesar 90%, sehingga pada aplikasi perhitungan kekuatan struktur hal ini harus menjadi perhatian demi keamanan pada saat struktur dipergunakan. 5. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan : a. Perbedaan temperatur preheat menyebabkan ukuran butir struktur mikro yang berbeda sehingga akan menghasilkan sifat berbeda. b. Preheat 250o C memiliki sifat mekanis yang lebih baik dari pada parameter preheat yang lain, dengan kekuatan tarik sebesar 531 MPa, harga impak 73,2 Joule dan rata-rata kekerasan pada logam las 267,13 kg/mm2 . c. Hasil pegujian menunjukkan sifat mekanis logam induk masih lebih baik daripada hasil pengelasan pada semua parameter preheat. 6. Saran Data hasil pengujian mekanis menujukkan bahwa semakin tinggi temperatur preheat akan memperbaiki sifat mekanis yang ditujukkan dengan ketangguhan dan kekuatan yang semakin tinggi, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan variasi temperatur preheat yang lebih tinggi dari 250o C untuk mengetahui batas temperatur preheat yang dapat menghasilkan sifat mekanis yang optimal. 7. Daftar Pustaka Abson,D.J. dan Pargeter,R.J., 1986, Factors Influencing Strength, Microstructure and Toughness of as Deposited Manual Metal Arc Welds Suitable for C-Mn Steel Fabrications, International Metal Reviews, vol.31, No.4, 141- 193 ASME Committee, 2010, ASME Boiler and Pressure Vessel Code I : Ruler for Construction of Power Boiler, 2010 Edition, New York, USA. ASTM Committee, 2003, E23-02a Standard Test Methods for Notched Bar Impact Testing of Metallic Materials, ASTM Standards Volume 03, New York, USA AWS, 1996, ANSI/AWS D1.1-96, Structural Welding Code: Steel, The American Welding Society. Callister, Jr., & William, D., 2001, Fundamentals of Materials Science and Engineering, 5 ed., John Wiley & Sons, Inc., New York. Funderburk, R. S., 1997, “Fundamentals of Preheat, Welding Innovation Vol. XIV No.2 JIS, 1973, Metallic Materials, Japanese International Standar. Messler, Robert W., 1999. Principles of welding, Processes, Physics, Chemistry and Metallurgy. A Wiley-Interscience Publication. New York. Wiryosumarto, H. dan Okumura, T., 2008, Teknologi Pengelasan Logam, PT Pradnya Paramita, Jakarta.