Dokumen tersebut membahas tentang kritik ideologi dan ilmu pengetahuan oleh Jürgen Habermas. Habermas mengkritik pandangan bahwa ilmu pengetahuan telah menjadi ideologi dan tidak lagi memberikan manfaat bagi masyarakat. Ia membedakan ilmu-ilmu empiris-analitis dan ilmu-ilmu historis-hermeneutis. Kritik ideologi berusaha membebaskan masyarakat dari ideologi melalui dialog emansipatoris.
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
1. KRITIK IDEOLOGI DAN KRITIK
ILMU PENGETAHUAN
Nama Kelompok :
Chaca Aelysa (21510004)
Puspa Indah (21510008)
Ameliya Defi L. (21510013)
Rahilda Aulia (21510014)
Nabiilah Aditya (21510019)
Chamdatul Chusnaa (21510022)
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2. Pengertian
Pengetahuan, ilmu pengerahuan dan ideologi merupakan tiga hal yang saling bertautan dan
ketiganya terkait pada praxis kehidupan sosial manusia. Pengetahuan (Erkenntnis)
merupakan aktivitas, proses, kemampuan dan bentuk kesadaran manusiawi, sedangkan
ilmu pengetahuan (Wissenschaft) merupakan salah satu bentuk pengetahuan yang
direfleksikan secara metodis. Bilamana pengetahuan dan ilmu pengetahuan membeku
menjadi delusi atau kesadaran palsu yang merintangi praxis sosial manusia untuk
merealisasikan kebaikan, kebenaran, kebahagiaan dan kebebasannya, maka keduanya
berubah menjadi "ideologis". Teori kritis berkepentingan untuk membebaskan sekaligus
menyembuhkan masyarakat yang mendekam dalam kungkungan ideologi itu melalui kritik
ideologi.
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
3. Titik tolak kritikan Habermas terhadap ilmu pengetahuan berawal dari pandangan jika ilmu pengetahuan telah
mengalami krisis sebagai ilmu pengetahuan, dan bahwa dalam kesulitan hidup dewasa ini, ternyata ilmu
pengetahuan tidak memberikan nasehat apa-apa kepada masyarakat, artinya ilmu pengetahuan sepanjang dari
praktek hidup sehari-hari.
Habermas menjelaskan perbedaan ilmu-ilmu empiris-analitis dan ilmu-ilmu historis-hermeneutis. Dalam
Knowledge and Human Interest, Habermas memaksudkan ilmu-ilmu empiris-analitis sebagai ilmu-ilmu alam
dan ilmu-ilmu historis-hermeneutis sebagai ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan. Apel memperinci lebih lanjut apa
yang dimasukkan ke dalam kategori "ilmu-ilmu sosial" itu, yaitu "ilmu-ilmu perilaku" yang bersifat kuasi-
fisikalistis, "teori-teori sistem" yang bersifat kuasi biologis, Geisteswissenschaften atau ilmu-ilmu historis-
hermeneutis, dan ilmu-ilmu sosial his- toriko-kritis, seperti kritik sosiologis atas pranata dan ideologi serta
psikoanalisis. Apel terutama menyoroti aspek ontologis dari objek ilmu itu, maka ilmu-ilmu kritis dapat dicakup
dalam ilmu-ilmu sosial juga karena meneliti masyarakat. Dalam uraian ini saya lebih memaksudkan pengertian
kedua ilmu itu, yang diberikan Habermas, yakni dengan menyendirikan uraian tentang ilmu-ilmu kritis.
Kritik-Ilmu Pengetahuan
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
4. Kedua, ilmu-ilmu ini harus mengandaikan bahwa keteraturan alam bukanlah norma moral yang boleh atau
tidak boleh diikuti secara teologi, melainkan merupakan hukum yang mengatur obyek-obyek alamiah atas
dasar keniscayaan sebab-akibat.
Ilmu-lmu kritis tidak hanya mendeskripsikan norma atau struktur sosial, melainkan memberi insight atau
pencerahan demi proses pembentukan diri masyarakat. Sebagai ilmu emansipatoris, ilmu-ilmu kritis
berusaha memperlihatkan watak idiologis hasi-hasil kedua tipe ilmu lainnya bila keduanya dalam konteks
kehidupan masyarakat telah menghambat praxis kehidupan manusia. Dalam arti ini, ilmu-ilmu kritis
merupakan kritik idilogi.
Gagasan Habermas di atas tentang hakekat manusia memiliki tiga kepentingan, yaitu kepentingan teknis,
kepentingan praktis, dan kepentingan emansipatoris sangat relevan dengan kondisi pada era globalisasi
sekarang ini. Manusia tidak boleh berdiam diri dalam ketidakjelasan, ketidakpastian, dan dalam
kebingungan. Ia harus mencari, menggali, memahami, menelaah, dan mengimplementasikan segala
kemampuannya, kekuatannya, dan gagasannya dalam mengekspresikan dirinya. Ia harus selalu mencari dan
mencari terus sampai menemukan idealitasnya tanpa terbelenggu oleh berbagai teori dan praktek yang
usang.
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
5. Kritik Ideologi
Habermas membedakan dua macam sintesis yang dipahami Marx, yaitu sintesis melalui kerja dan
sintesisi melalui perjuangan kelas. Keduanya penting untuk kritik idiologi. Ricoeur berpendapat
bahwa dengan konsep Marxis-Kantian ini Habermas telah meletakkan kategori antropologis
sekaligus epistemologis bagi kritik ideologi. Hubungan dialektis kedua kategori itu bersifat kritis
karena menghubungkan kehendak manusiawi dengan pengetahuannya. Konsep yang mampu
menampung hubungan itu adalah "kepentingan" rasio. Dalam bahasa Latin, kepentingan adalah
inter-ese yaitu berada di antara kutub empiris dan transendental Kurub empiris berkaitan dengan
kondisi sosiohistoris manusia konkret sebagai spesies yang bernaluri dan berkehendak, sedangkan
kutub transendental bersangkutan dengan pengetahuannya yang bersifat normatif dan ideal Kritik
ideologi bekerja dalam dua tataran ini untuk mencari pertautan dialektis keduanya, yaitu manakala
pemikiran masyarakat membeku pada salah satu kutub.
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
6. Pembekuan pemikiran terjadi karena subjek tidak menyadari kepentingan sesungguhnya dari rasio,
yaitu kepentingan untuk membebaskan diri dari alam atau dari hambatan sosial yang "seperti alam". Di
sini, kritik ideologi berusaha menjernihkan kembali kepentingan eman- sipatoris itu berdasarkan
dorongan kepentingan itu sendiri. Sintesis kedua, melalui perjuangan kelas merupakan sumbangan Marx
dalam menjelaskan bagaimana kritik ideologi dalam paradigma komunikasi itu berlangsung. Perjuangan
kelas itu pertama-tama bukan soal kekuasaan satu kelas atas kelas lain, melainkan terlebih soal
pengenalan. Pengenalan antar manusia tidak diperoleh melalui paradigma kerja, melainkan melalui
komunikasi. Idilogi sebagai komunikasi yang membusuk dikenali melalui dialog-dialog emansipatoris.
Pengenalan adalah bentuk perjuangan, maka perjuangan kelas tak lain adalah usaha untuk mengenali
idiologi lawan dialog.
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
7. Teori kritik ideolgi yang dikemukakan Habermas tampaknya sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sesuatu kebekuan dapat dilakukan atau
disembuhkan dengan kritik idiologi. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa apabila terjadi kebuntuan
berpikir hendaklah berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi persoalan yang dihadapi
setidak-tidaknya dapat dikomunikasikan dengan alam sekitar, meskipun alam itu tidak banyak
memberikan sumbangsihnya tetapi setidak-tidanya kita sudah melepaskan beban yang menghimpit
pemikiran atau ruang gerak kita.
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
8. PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
Yang dikritik oleh Habermas : Paradigma Deterministik ala Marxian yang kemudian diubah ke
paradigma komunikasi dimana konsep pemikiran Habermas cenderung ke arah fenomenologi,
deskriptif atau lebih tepatnya Ordinary Language. Habermas dalam teorinya menggunakan
pendekatan ganda yakni apa yang dinamakan “sistem” dengan semua yang ada di dunia
masyrakat (Culture, kominkasi dll) sehingga kemungkinan konflik minim atau bahkan tidak
mungkin.
Habermas dalam teorinya mengambil alih konsep “ emansipasi “ milik immanuel Kant dan
memberikan pengertian baru yakni masyarakat yang dewasa ialah masyarkat yang mampu
mengorganisasi dirinya sendiri.
Kritik Ideologi dan ilmu pengetahuan :mengacu pada kenyataan bahwa di Soviet dimana marxian
dr ilmu pengetahuan bergeser menjadi ideologi yg mereka beri nama Sosialis. Membuat banyak
pemikir merasa miris dan perlu mengembalikan semangat marxian pd posisi yg seharusnya
yakni sbg ilmu analisis. Gerakan ini di pelopori pleh mahzab Frankfrut ; Neo Marxisme