SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 46
Advances in the Study of Acute
Acalculous Cholecystitis :
A Comprehensive
Review
Penyaji : Priska G. Sombolayuk
NIM : C045211009
Yantao Fu, Liwei Pang, Wanlin Dai , Shuodong Wu, Jing Kong,
Dig Dis 2022;40:468–478
Anatomi
• Liver
• Bile ducts
• Pancreas
• Duodenum
• Transverse
colon
Anatomi
•Fundus
•Body
•Infundibulum/Neck
•Cystic duct
• Spiral Valves of
Heister
Empedu
• 95% empedu direabsorpsi ke
dalam liver via portal vein
(enterohepatic circulation)
• 85-90% dalam ileum
terminal via active
transport
• 10-15% deconjugated
pada colon, absorbed
passively
• 5% eksresi pada tinja
• siklus 6-10x sehari
• 80% empedu tersimpan pada
GB pada kondisi berpuasa
Tujuan Jurnal
menyajikan pengetahuan
terkini mengenai
patogenesis, diagnosis,
dan pengobatan
Acalculous Akut
Cholecystitis (AAC)
Abstrak
• Kolesistitis akalkulus akut (AAC) dapat
didefinisikan sebagai penyakit radang akut
kandung empedu tanpa adanya batu empedu.
• Insidensi ditemukan 3-10% dari semua kasus nyeri
perut;
• Presentasi lebih rendah (6,3%) pada usia <50
tahun dan lebih tinggi (20,9%)pada usia lebih dari
50 tahun
• Presentasi kolesistitis akalkulus menyumbang 5-
10% dari total kejadian kolesistitis.
Abstrak
Gejala klinik :
• Nyeri perut kanan atas
• Positif Murphy’s sign
• Demam,
Patogenesis dari AAC:
Sifatnya complex dan multifactor, antara lain berupa
faktor anatomi dan fungsinya, ischemia gallbladder,
kelainan eksreksi empedu, cholestasis, and infeksi bakteri
sekunder.
Abstrak
Diagnosis:
1. Gejala klinik
2. Laboratorium
3. Radiologi (USG,Ctscan,MRCP,HIDA)
Treatmeant :
1. Konservatif treatmeant,
2. Cholecystectomy,
3. Percutaneous cholecystostomy (PC),
4. Placement of a lumen-apposing fully covered metal
stent(LAMS).
Type Acalcanous Kolesistitis Akut
Mekanis
Kimiawi
Bakteri
tekanan intralumen meningkat dan distensi
menyebabkan iskemi mukosa dan dinding
kandung empedu
Aktivitas fosfolipase memicu pelepasan
lesitin dan factor jaringan lokal
Disebabkan oleh Escherichia coli, Klebsiella
bacillus, Streptococcus spp, dan
Staphylococcus aureus yang ada dikandung
empedu
E
T
I
O
L
O
G
I
Luka bakar dan trauma
Pemberian obat
penenang dan analgetik
Hormon dan obat2an
tertentu
Gangguan
penggosongan
kandung
empedu
Meningkatkan
Viskositas
Empedu
Diabetes tipe II
dan penyakit
jantung
Metabolisme virus
dan parasit
Kolestasis
Cedera Iskemia-
Reperfusi
KOLESISTITIS
ACALCANOUS
Stenosis/Obstruksi/
Vasokontriksi A.
Gallbladder
Hipoperfusi
organ
Struktur
Anatomi
Abnormal dari
Sistem Saluran
Bilier
Infeksi bakteri
Patogenesis AAC
Teori Iskemia Kandung empedu-
Cedera reperfusi
Arteri kandung empedu adalah arteri terminal,
sehingga nekrosis iskemik pada dinding kandung
empedu sering terjadi akibat suplai darah yang
tidak mencukupi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1. Stress
2. Hipotensi
3. Obat-obatan vasoaktif
Patogenesis
AAC
Iskemia Kandung empedu- Cedera
reperfusi
Orlandoetal. Hakalaetal. Vakkalaetal.
berpendapatbahwa iskemik
gallbladder dancholestasis
menurunkanperfusi.
Iskemiajangka panjang
memicuphospholipase A2
dansuperoxide dismutase,
akanmeningkatkan
kandunganlipid peroxide,
yangakanmenyebabkan
cedera dannekrosis mukosa
gallbladder.
menggunakan
microangiography pada10
pasienbahwaada
perbedaansignifikan antara
ACC dan AAC, sehingga
mereka menyarankan
bahwa istilah AAC
seharusnyadiganti dengan
acuteischemiccholecystitis.
mengkonfirmasi hubungan
ischemia-cedera reperfusi
padagallbladder dan
mediator inflamasi.
Histopatologi menemukan
bahwaneutrophils,
mononuclear inflammatory
cells, andeosinophilic
granulocytes ditemukan
lebih sedikitpadaAAC
dibandingkan ACC.
Patogenesis
AAC
Kolestasis
 .
Patogenesis
AAC
• Puasa jangka panjang, nutrisi parenteral, obstruksi intestinal,
dehidrasi berat disebabkan karena luka bakar dan trauma yang
memicu kelainan eksresi empedu.
• Pemberian sedative dan analgetik (contohnya morphin) pada
pada intraoperative and postoperative dapat berefek pada
kontraksi pada gallbladder dan fungsi dari sphincter of Oddi,
sehingga memicu kolestasis
• Kolestasis dan konsentrasi empedu dapat menyebabkan
perubahan komposisi kimia empedu; konsentrasi garam
empedu yang tinggi dapat merangsang selaput lendir kandung
empedu, menyebabkan kerusakan dan meningkatkan risiko
perforasi dan gangren kandung empedu.
Kolestasis Patogenesis
AAC
• Studi sebelumnya melaporkan bahwa hormone (estrogen and
progesterone) dan obat terkait( kontrasepsi oral, tiasid,
ceftriaxone, octreotic, eritromycin, ampicillin, sunitinib,
sorafenib, and alemtuzumab) menghambat diastole dan
kontraksi otot halul kandung empedu yang menyebabkan
cholestasis.
• Metabolisme abnormal lipid disebabkan oleh diabetes type II
dan penyakit jantung, meningkatkan vikositas empedu, yang
memicu cholestasis.
• Metabolisme virus dan parasite, seperti Epstein-Barr virus,
hepatitis A virus, hepatitis E virus, Clonorchis sinensis,
giardia, and Echinococcus species, akan menginvasi dinding
pada kadung empedu atau sel epitel bilier, memicu kolestasis
INFEKSI BAKTERI
Bakterinormalnya tidakadadi kandungempedu
Invasivebakterimemicuinfeksi retrogradedanumumnya disebabkanbakterigram
negatif (seperti E. coli, K. bacillus, Salmonella spp, Brucellosis, Vibriocholerae, and
Leptospira)danbeberapabakterigrampositif (seperti Enterococcus faecalis,and
Staphylococcus Fusariumspp, andLactococcusspp.)
Karenastrukturdanfungsi normal darisphincter Oddi, bakteriusus tidakdapatdengan
mudah masukdalamsistem empedudanmenyebabkaninfeksi.
Penggunaanyang tidakperlu padaanalgetikopiod padaoperasi gastrointestinal,
cederadanspasme darisphingterOddidapatmemicuresikoinfeksi.
Infeksisistemikpadapasiensepsis, yangmemicu AAC melalu hematogen.
Patogenesis
AAC
Struktur Anatomi Abnormal dari Sistem
Saluran Bilier
Kelainan perkembangan kongenital pada saluran empedu menyebabkan
gangguan pengosongan empedu karena faktor seperti leher kandung empedu
yang memanjang, torsi kandung empedu, kista empedu, dan stenosis diameter
duktus.
Kandung empedu memiliki fungsi motorik, dengan 20-30% pengosongan pada
interval 1 sampai 2 jam selama keadaan puasa dan 70-80% pengosongan setelah
stimulasi oleh cholecystokinin selama asupan makanan.
Interaksi antara kontraksi kandung empedu dan relaksasi memiliki peran
penting dalam mendorong garam empedu ke dalam sirkulasi enterohepatic.
Patogenesis
AAC
Patogenesis AAC
• Faktor resiko lainnya
• Faktor terkait seperti diabetes melitus, hipertensi
arteri, aterosklerosis, vaskulitis, stroke, dan
imunodefisiensi (seperti lupus eritematosus sistemik,
sindrom aktivasi makrofag, dan sindrom
imunodefisiensi didapat) dapat meningkatkan risiko
AAC .
• Kullmann et al. menunjukkan bahwa faktor saraf juga
dapat menyebabkan AAC; setiap faktor yang
mengurangi tonus vagal dapat menyebabkan terjadinya
AAC atau dapat menjadi faktor penyebab timbulnya
kolesistitis
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan
Penunjang
1. Nyeri perut kanan
atas yang
persisten atau
intermiten,
2. Demam yang tidak
dapat dijelaskan,
yang umumnya
disertai dengan
tanda penyakit
saluran cerna yang
tidak spesifik,
seperti mual,
muntah, dan sakit
kuning.
1. nyeri epigastrik
kanan,
2. massa epigastrium
kanan teraba,
3. tanda Murphy
positif (+),
4. iritasi peritoneal
(nyeri perut total,
nyeri rebound, dan
ketegangan otot)
1. Laboratorium
2. Ultrasound
3. Ct Scan Abdomen
4. MRCP
5. HIDA
Laboratorium
1. Leukosit, neutrofil, dan kadar protein Creaktif
mungkin lebih tinggi dari normal
2. Peningkatan aminotransferase, dapat disertai dengan
peningkatan ringan hingga sedang pada tingkat
bilirubin
3. Sedikit peningkatan amilase darah (mencapai 1000
unit/dL atau lebih)
4. Ekstraksi cairan empedu; dan kultur darah positif.
Ultrasound
• Merupakan pemeriksaan yang simpel dan
metode efektif yang dapat dilakukan
bedside ke pasien.
• Pilihan pertama radiologi untuk diagnostik
AAC.
• Spesifisitas berkisar antara 30% dan 100%;
• Sensitivitas juga berkisar antara 30% dan
100%.
Kriteria diagnostik pada USG :
Tanda Murphy's ultrasonik
positif (tekanan yang
diberikan, menggunakan
probe, pada area kandung
empedu menyebabkan rasa
sakit)
Tidak ada batu di
kantong empedu
pembesaran kandung empedu
(panjang diameter >8 cm dan
diameter melintang >5 cm)
penebalan dinding
kandung empedu (dinding
kandung empedu >3,5 mm,
bermanifestasi sebagai
“bilateral " atau tanda
"dinding ganda")
adanya efusi
peritoneum dan
ekstraksi cairan
seperti empedu,
Echo pada dinding
kandung empedu
Bile (bile sludge)
Ultrasonographic signs of AAC-
A) Absence of gallstones and enlargement
B-C) Wall thickening > 3 mm
D) Doppler signa increase doppler
E) Pericholecystic fluid/fat alteration
CT
 Pilihan pemeriksaan untuk mengeliminasi Differential
Diagnosis
 Merupakan pilihan untuk konfirmasi diagnosis pada pasien
dengan suspek AAC namun hasil usg negative.
 Meningkatkan sensitifitas dan spesifitas diagnosis jika
dilakukan bersamaan dengan usg abdomen
 Kriteria diagnostic antara lain tidak ditemukan batu pada
kandung empedu atau ductus cystikus,pericholecystic fat
stranding dengan atau tanpa pericholecystic fluid, gambaran
gangrene cholecystitis (gambaran dinding empedu tidak jelas
disertai defek), perforasi kandung empedu.
CT
MRCP (Magnetic Resonance
Colangiopancreatography)
• MRCP menggunakan prinsip hidrografi resonansi
magnetik, tanpa agen kontras.
• Memungkinkan pencitraan sistem saluran pankreas
empedu dan sederhana, non-invasif, dan aman.
• Dapat memberikan dasar klinis yang penting untuk
diagnosis AAC, karena anatomi bilier yang abnormal.
• Shiryajev dkk. juga melaporkan kasus sindrom Mirizzi
rumit dengan AAC dan didiagnosis menggunakan MRCP.
ERCP( Endoscope Retrograde
Cholangiipancreotography)
• dapat digunakan untuk
mendiagnosis dan mengobati
AAC
• lebih invasif dan menantang
dibandingkan dengan MRCP, dan
lebih terkait dengan
pankreatitis,
• Untuk pasien dengan kelainan
anatomi bilier yang menjalani
operasi gastroduodenal, ERCP
seringkali memiliki keterbatasan
HIDA (Hepatobiliary Dynamic
Imaging)
• Cholescintigraphy: Injection of Tc99 labeled
hydroxyl iminodiacetic acid
• HIDA→hepatocytes→secreted into bile →biliary
tract
• Pemeriksaan yang dapat memvisualisasi struktur
morphologi dan fungsional dari hati dan kandung
empedu. Pada kondisi normal,kandung empedu,
CBD, dan small intestine tampak dalam 60 minute.
• Memiliki spesifitas sekitar 38%-100%, dan
sensitifitas sekitar 67%-100%.
HIDA
Rim sign
*Sphincter, ↙CBD
Normal HIDA
Positive HIDA
HIDA
• False positives pada pasien puasa lama,
menerima nutrisi parental, penggunaan
morpin dan severe liver disease
• False negative sangat rendah hanya
sekitar 1%.
• Merupakan pemeriksaan yang tidak
dibutuhkan pada pasien dengan
obstruksi pada ductus cysticus atau
gallbladder neck.
Patologi Anatomi
• ACC menyebabkan nekrosis jaringan
kandung empedu, akibat gangguan
sirkulasi darah.
• Epitel mukosa dari dinding kandung
empedu mengalami degenerasi dan
nekrotik, membentuk ulkus erosif
multipel, dengan banyak neutrofil
dan sel inflamasi lainnya.
PILIHAN TERAPI AAC
Menurut Pedoman Tokyo 2018, strategi pengobatan yang
efektif, yang didasarkan pada tingkat keparahan, dipilih
dengan menilai faktor risiko, seperti faktor prediktif, skor
Indeks Komorbiditas Charlson, dan American Society of
Anesthesiologists-status fisik skor.
PROGNOSIS AAC
• Studi awal telah menunjukkan bahwa angka kematian pasca operasi di
AAC berkisar antara 9% sampai 75%, secara signifikan lebih tinggi dari
kolesistitis kalkulus
• Tingkat kematian bervariasi tergantung pada penyakit yang
mendasarinya dan lebih mungkin disebabkan oleh lesi sistem organ
bersamaan daripada komplikasi hepatobilier.
• Chung dkk. melakukan studi retrospektif pada 57 pasien dengan AAC.
 Gejala sembuh dalam 4 hari pada 53 dari 57 (93%) pasien.
 Angka kematian di rumah sakit adalah 21% (11/57),
 kolesistektomi elektif dilakukan pada 31% (18/57).
 Tatalaksana nonoperatif (28/57). 28 pasien ini ditindaklanjuti selama rata-rata 32 bulan,
dan kolesistitis berulang terjadi pada 2 orang(7%).
Terapi AAC
Diagnosis segera
mungkin dan
optimalisasi
keadaan sistemik
Tidak
memungkinkan
operasi
Memungkinkan
operasi
Terapi konservatif berupa
puasa, dekompresi
gastrointestinal,
antibiotic, maintenance
elektrolit, koreksi
asidosis/alkalosis,
simptomatik treatmeant,
dan tatalaksana awal
Tidak memungkinkan operasi
Memungkinkan operasi
Perawatan Konservatif
• Untuk pasien yang didiagnosis dini, dengan kondisi sistem
yang lebih baik dan penyakit stadium ringan, perawatan
konservatif merupakan terapi awal.
• Karena infeksi saluran empedu terutama disebabkan oleh
bakteri Gram-negatif, cephalosporin generasi ketiga dan
aminoglikosida biasanya digunakan.
• Jika perawatan konservatif tidak meringankan atau
bahkan memperburuk kondisi pasien, perawatan bedah
yang menentukan harus dilakukan untuk meminimalkan
risiko gangren dan perforasi kandung empedu.
Kolesistektomi
• Penelitian sebelumnya
telah menunjukkan bahwa
pengobatan yang lebih
disukai untuk pasien AAC
adalah kolesistektomi
• Gangren kandung empedu
dan tertanamnya hati
membuat eksisi hati sulit
dalam kasus ini,
kolesistektomi parsial
dapat dilakukan.
• Warna, jumlah, dan sifat
cairan yang dikeluarkan
harus diamati dan dicatat.
Laparoscopic
•Retraction and dissection of Triangle of
Calot prior to Gallbladder removal from
fossa
•CD may be clipped, sutured, tied, stapled
•Triangle of calot
•Borders: CHD, cystic duct, liver edge
•Contents: Cystic artery, node of Calot
Drainase
• Untuk pasien dalam kondisi kritis yang tidak dapat
mentolerir anestesi dan pembedahan, PC yang
dipandu ultrasound adalah pilihan.
• Kateter PC ditempatkan melalui hati ,juga dikenal
sebagai percutaneous transhepatic gallbladder
drainage [PTGD]) dan perut.
• Menempatkan kateter PC melalui perut dapat dengan
mudah menyebabkan kebocoran empedu, dan
pembentukan saluran sinus fibrosa, dibandingkan
dengan PTGD.
PC (Percutaneous cholecystostomy)
1. dapat dengan cepat menghilangkan tekanan di kantong
empedu, dengan efek menguntungkan pada drainase dan
penurunan peradangan,
2. dikaitkan dengan trauma yang lebih sedikit dan
komplikasi anestesi yang lebih sedikit dibandingkan
untuk pembedahan,
3. memiliki waktu operasi yang singkat, pemulihan yang
cepat, dan insidensi komplikasi pasca operasi yang
rendah, dan
4. dapat digunakan sebagai pengobatan tunggal
PC
• bahwa setelah memasang selang PC selama 4 hari, 235 pasien
(86,7%) mengalami perbaikan gejala dan hasil laboratorium,
hanya 6 pasien (2%) yang memiliki komplikasi.
Balmadrid et al.
• menyimpulkan bahwa tabung PC harus diangkat, jika angiography
kandung empedu (yang dilakukan setelah 1 minggu, ketika gejala dan
hasil laboratorium membaik) menunjukkan saluran empedu yang halus
dan jalan masuk yang mulus dari agen kontras ke dalam duodenum.
Noh et al.
LAMS (Placement of a lumen-
apposing fully covered metal stent)
• Endoscopic transpapillary gallbladder drainage under ERCP (mencakup
endoscopic nasogallbladder drainage and gallbladder stenting and
endoscopic ultrasound guided gallbladder drainage) telah dilaporkan
sebagai alternatif pilihan prosedur drainage pada pasien dengan AAC.
• LAMS ditempatkan di antara duodenum atau antrum gaster dan kantong
empedu selama endoskopik. Kedua sisi stent masing-masing dipasang
pada saluran pencernaan dan kantong empedu, untuk membuat jalur
yang aman untuk drainase internal.
• Sangat cocok untuk pasien dengan kantong empedu yang membesar
dan sulit diterapi dengan operasi langsung dan mudah terjadi perforasi
duodenum atau gaster.
• Bisa menjadi terapi paliatif untuk pasien yang tidak dapat mentolerir
pembedahan atau mereka yang memiliki harapan hidup pendek.
• Studi lain menemukan bahwa LAMS memiliki skor nyeri yang lebih
rendah, rawat inap yang lebih pendek, dan intervensi berulang yang
lebih sedikit, bila dibandingkan dengan PC.
DRAINAGE
KESIMPULAN
• Patogenesis AAC kompleks, termasuk struktur anatomi sistem
saluran empedu yang abnormal, kolestasis, cedera iskemia
reperfusi kandung empedu, infeksi bakteri, dan faktor risiko
lainnya.
• AAC harus didiagnosis secara dini dan akurat sehingga penyakit
primer dapat dikontrol secara aktif, dan pengobatan
pendukung simtomatik dapat diberikan.
• Strategi bedah yang paling efektif dilaporkan dalam Pedoman
Tokyo 2018.
• Teknik drainase, seperti PTGBD, drainase kandung empedu
transpapillary endoskopi, drainase naso-kandung empedu
endoskopi, stenting kandung empedu endoskopi, drainase
kandung empedu yang dipandu USG endoskopi, dan kanulasi
yang dipandu kawat dengan sphincterotome untuk kanulasi
saluran empedu selektif, adalah strategi yang efektif untuk
AAC yang parah.
KELEBIHAN JURNAL
Artikel ini telah meringkas kemajuan terbaru
dalam penelitian AAC secara komprehensif, dan
laporan kami dapat membantu memperkuat
pemahaman dokter tentang AAC, mencapai
diagnosis dini, dan dengan cepat memilih
pengobatan yang paling efektif, yang akan
berperan dalam penelitian AAC di masa depan.
“
”
TERIMA KASIH
13-01-2023

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx

Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colonarie setyawan
 
Refarat Volvulus Sigmoid
Refarat Volvulus Sigmoid Refarat Volvulus Sigmoid
Refarat Volvulus Sigmoid Rindang Abas
 
Kelainan genetik perkembangan sistem digestif
Kelainan genetik perkembangan sistem digestifKelainan genetik perkembangan sistem digestif
Kelainan genetik perkembangan sistem digestifMitayani Mitayani
 
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docx
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docxPenyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docx
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docxSitiAmaliaPratiwi1
 
Manajemen bedah cholelithiasis
Manajemen bedah cholelithiasisManajemen bedah cholelithiasis
Manajemen bedah cholelithiasisagungwahyudi709
 
304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsissuser37779f
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTANindi Yulianti
 
Penyakit batu empedu
Penyakit batu empeduPenyakit batu empedu
Penyakit batu empedufikri asyura
 
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptxPPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptxNurRohmahTriaRomadho
 
divertikulum meckel (1).pptx
divertikulum meckel (1).pptxdivertikulum meckel (1).pptx
divertikulum meckel (1).pptxFazar4
 
Obstruksi Usus Mekanis PPT.pptx
Obstruksi Usus Mekanis PPT.pptxObstruksi Usus Mekanis PPT.pptx
Obstruksi Usus Mekanis PPT.pptxZaraMedicare
 
pdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdfpdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdfJieFebHot
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllAgnes Putri
 
Batu Staghorn.pptx
Batu Staghorn.pptxBatu Staghorn.pptx
Batu Staghorn.pptxVandyIkra1
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllAgnes Putri
 
3. AKUT ABDOMEN.pptx
3. AKUT ABDOMEN.pptx3. AKUT ABDOMEN.pptx
3. AKUT ABDOMEN.pptxsetiaji6
 

Ähnlich wie Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx (20)

Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
 
Benign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasiaBenign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasia
 
Refarat Volvulus Sigmoid
Refarat Volvulus Sigmoid Refarat Volvulus Sigmoid
Refarat Volvulus Sigmoid
 
Kelainan genetik perkembangan sistem digestif
Kelainan genetik perkembangan sistem digestifKelainan genetik perkembangan sistem digestif
Kelainan genetik perkembangan sistem digestif
 
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docx
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docxPenyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docx
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docx
 
Manajemen bedah cholelithiasis
Manajemen bedah cholelithiasisManajemen bedah cholelithiasis
Manajemen bedah cholelithiasis
 
Koledokolitiasis
KoledokolitiasisKoledokolitiasis
Koledokolitiasis
 
304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
 
Penyakit batu empedu
Penyakit batu empeduPenyakit batu empedu
Penyakit batu empedu
 
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptxPPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
 
divertikulum meckel (1).pptx
divertikulum meckel (1).pptxdivertikulum meckel (1).pptx
divertikulum meckel (1).pptx
 
Obstruksi Usus Mekanis PPT.pptx
Obstruksi Usus Mekanis PPT.pptxObstruksi Usus Mekanis PPT.pptx
Obstruksi Usus Mekanis PPT.pptx
 
pdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdfpdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdf
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lll
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Batu Staghorn.pptx
Batu Staghorn.pptxBatu Staghorn.pptx
Batu Staghorn.pptx
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lll
 
3. AKUT ABDOMEN.pptx
3. AKUT ABDOMEN.pptx3. AKUT ABDOMEN.pptx
3. AKUT ABDOMEN.pptx
 
Askep batu empedu
Askep batu empeduAskep batu empedu
Askep batu empedu
 

Kürzlich hochgeladen

konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptxAyu Rahayu
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 

Kürzlich hochgeladen (20)

konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 

Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx

  • 1. Advances in the Study of Acute Acalculous Cholecystitis : A Comprehensive Review Penyaji : Priska G. Sombolayuk NIM : C045211009 Yantao Fu, Liwei Pang, Wanlin Dai , Shuodong Wu, Jing Kong, Dig Dis 2022;40:468–478
  • 2. Anatomi • Liver • Bile ducts • Pancreas • Duodenum • Transverse colon
  • 4. Empedu • 95% empedu direabsorpsi ke dalam liver via portal vein (enterohepatic circulation) • 85-90% dalam ileum terminal via active transport • 10-15% deconjugated pada colon, absorbed passively • 5% eksresi pada tinja • siklus 6-10x sehari • 80% empedu tersimpan pada GB pada kondisi berpuasa
  • 5. Tujuan Jurnal menyajikan pengetahuan terkini mengenai patogenesis, diagnosis, dan pengobatan Acalculous Akut Cholecystitis (AAC)
  • 6. Abstrak • Kolesistitis akalkulus akut (AAC) dapat didefinisikan sebagai penyakit radang akut kandung empedu tanpa adanya batu empedu. • Insidensi ditemukan 3-10% dari semua kasus nyeri perut; • Presentasi lebih rendah (6,3%) pada usia <50 tahun dan lebih tinggi (20,9%)pada usia lebih dari 50 tahun • Presentasi kolesistitis akalkulus menyumbang 5- 10% dari total kejadian kolesistitis.
  • 7. Abstrak Gejala klinik : • Nyeri perut kanan atas • Positif Murphy’s sign • Demam, Patogenesis dari AAC: Sifatnya complex dan multifactor, antara lain berupa faktor anatomi dan fungsinya, ischemia gallbladder, kelainan eksreksi empedu, cholestasis, and infeksi bakteri sekunder.
  • 8. Abstrak Diagnosis: 1. Gejala klinik 2. Laboratorium 3. Radiologi (USG,Ctscan,MRCP,HIDA) Treatmeant : 1. Konservatif treatmeant, 2. Cholecystectomy, 3. Percutaneous cholecystostomy (PC), 4. Placement of a lumen-apposing fully covered metal stent(LAMS).
  • 9. Type Acalcanous Kolesistitis Akut Mekanis Kimiawi Bakteri tekanan intralumen meningkat dan distensi menyebabkan iskemi mukosa dan dinding kandung empedu Aktivitas fosfolipase memicu pelepasan lesitin dan factor jaringan lokal Disebabkan oleh Escherichia coli, Klebsiella bacillus, Streptococcus spp, dan Staphylococcus aureus yang ada dikandung empedu E T I O L O G I
  • 10. Luka bakar dan trauma Pemberian obat penenang dan analgetik Hormon dan obat2an tertentu Gangguan penggosongan kandung empedu Meningkatkan Viskositas Empedu Diabetes tipe II dan penyakit jantung Metabolisme virus dan parasit Kolestasis Cedera Iskemia- Reperfusi KOLESISTITIS ACALCANOUS Stenosis/Obstruksi/ Vasokontriksi A. Gallbladder Hipoperfusi organ Struktur Anatomi Abnormal dari Sistem Saluran Bilier Infeksi bakteri Patogenesis AAC
  • 11. Teori Iskemia Kandung empedu- Cedera reperfusi Arteri kandung empedu adalah arteri terminal, sehingga nekrosis iskemik pada dinding kandung empedu sering terjadi akibat suplai darah yang tidak mencukupi. Faktor-faktor yang mempengaruhi : 1. Stress 2. Hipotensi 3. Obat-obatan vasoaktif Patogenesis AAC
  • 12. Iskemia Kandung empedu- Cedera reperfusi Orlandoetal. Hakalaetal. Vakkalaetal. berpendapatbahwa iskemik gallbladder dancholestasis menurunkanperfusi. Iskemiajangka panjang memicuphospholipase A2 dansuperoxide dismutase, akanmeningkatkan kandunganlipid peroxide, yangakanmenyebabkan cedera dannekrosis mukosa gallbladder. menggunakan microangiography pada10 pasienbahwaada perbedaansignifikan antara ACC dan AAC, sehingga mereka menyarankan bahwa istilah AAC seharusnyadiganti dengan acuteischemiccholecystitis. mengkonfirmasi hubungan ischemia-cedera reperfusi padagallbladder dan mediator inflamasi. Histopatologi menemukan bahwaneutrophils, mononuclear inflammatory cells, andeosinophilic granulocytes ditemukan lebih sedikitpadaAAC dibandingkan ACC. Patogenesis AAC
  • 13. Kolestasis  . Patogenesis AAC • Puasa jangka panjang, nutrisi parenteral, obstruksi intestinal, dehidrasi berat disebabkan karena luka bakar dan trauma yang memicu kelainan eksresi empedu. • Pemberian sedative dan analgetik (contohnya morphin) pada pada intraoperative and postoperative dapat berefek pada kontraksi pada gallbladder dan fungsi dari sphincter of Oddi, sehingga memicu kolestasis • Kolestasis dan konsentrasi empedu dapat menyebabkan perubahan komposisi kimia empedu; konsentrasi garam empedu yang tinggi dapat merangsang selaput lendir kandung empedu, menyebabkan kerusakan dan meningkatkan risiko perforasi dan gangren kandung empedu.
  • 14. Kolestasis Patogenesis AAC • Studi sebelumnya melaporkan bahwa hormone (estrogen and progesterone) dan obat terkait( kontrasepsi oral, tiasid, ceftriaxone, octreotic, eritromycin, ampicillin, sunitinib, sorafenib, and alemtuzumab) menghambat diastole dan kontraksi otot halul kandung empedu yang menyebabkan cholestasis. • Metabolisme abnormal lipid disebabkan oleh diabetes type II dan penyakit jantung, meningkatkan vikositas empedu, yang memicu cholestasis. • Metabolisme virus dan parasite, seperti Epstein-Barr virus, hepatitis A virus, hepatitis E virus, Clonorchis sinensis, giardia, and Echinococcus species, akan menginvasi dinding pada kadung empedu atau sel epitel bilier, memicu kolestasis
  • 15. INFEKSI BAKTERI Bakterinormalnya tidakadadi kandungempedu Invasivebakterimemicuinfeksi retrogradedanumumnya disebabkanbakterigram negatif (seperti E. coli, K. bacillus, Salmonella spp, Brucellosis, Vibriocholerae, and Leptospira)danbeberapabakterigrampositif (seperti Enterococcus faecalis,and Staphylococcus Fusariumspp, andLactococcusspp.) Karenastrukturdanfungsi normal darisphincter Oddi, bakteriusus tidakdapatdengan mudah masukdalamsistem empedudanmenyebabkaninfeksi. Penggunaanyang tidakperlu padaanalgetikopiod padaoperasi gastrointestinal, cederadanspasme darisphingterOddidapatmemicuresikoinfeksi. Infeksisistemikpadapasiensepsis, yangmemicu AAC melalu hematogen. Patogenesis AAC
  • 16. Struktur Anatomi Abnormal dari Sistem Saluran Bilier Kelainan perkembangan kongenital pada saluran empedu menyebabkan gangguan pengosongan empedu karena faktor seperti leher kandung empedu yang memanjang, torsi kandung empedu, kista empedu, dan stenosis diameter duktus. Kandung empedu memiliki fungsi motorik, dengan 20-30% pengosongan pada interval 1 sampai 2 jam selama keadaan puasa dan 70-80% pengosongan setelah stimulasi oleh cholecystokinin selama asupan makanan. Interaksi antara kontraksi kandung empedu dan relaksasi memiliki peran penting dalam mendorong garam empedu ke dalam sirkulasi enterohepatic. Patogenesis AAC
  • 17. Patogenesis AAC • Faktor resiko lainnya • Faktor terkait seperti diabetes melitus, hipertensi arteri, aterosklerosis, vaskulitis, stroke, dan imunodefisiensi (seperti lupus eritematosus sistemik, sindrom aktivasi makrofag, dan sindrom imunodefisiensi didapat) dapat meningkatkan risiko AAC . • Kullmann et al. menunjukkan bahwa faktor saraf juga dapat menyebabkan AAC; setiap faktor yang mengurangi tonus vagal dapat menyebabkan terjadinya AAC atau dapat menjadi faktor penyebab timbulnya kolesistitis
  • 18. Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan Penunjang 1. Nyeri perut kanan atas yang persisten atau intermiten, 2. Demam yang tidak dapat dijelaskan, yang umumnya disertai dengan tanda penyakit saluran cerna yang tidak spesifik, seperti mual, muntah, dan sakit kuning. 1. nyeri epigastrik kanan, 2. massa epigastrium kanan teraba, 3. tanda Murphy positif (+), 4. iritasi peritoneal (nyeri perut total, nyeri rebound, dan ketegangan otot) 1. Laboratorium 2. Ultrasound 3. Ct Scan Abdomen 4. MRCP 5. HIDA
  • 19. Laboratorium 1. Leukosit, neutrofil, dan kadar protein Creaktif mungkin lebih tinggi dari normal 2. Peningkatan aminotransferase, dapat disertai dengan peningkatan ringan hingga sedang pada tingkat bilirubin 3. Sedikit peningkatan amilase darah (mencapai 1000 unit/dL atau lebih) 4. Ekstraksi cairan empedu; dan kultur darah positif.
  • 20. Ultrasound • Merupakan pemeriksaan yang simpel dan metode efektif yang dapat dilakukan bedside ke pasien. • Pilihan pertama radiologi untuk diagnostik AAC. • Spesifisitas berkisar antara 30% dan 100%; • Sensitivitas juga berkisar antara 30% dan 100%.
  • 21. Kriteria diagnostik pada USG : Tanda Murphy's ultrasonik positif (tekanan yang diberikan, menggunakan probe, pada area kandung empedu menyebabkan rasa sakit) Tidak ada batu di kantong empedu pembesaran kandung empedu (panjang diameter >8 cm dan diameter melintang >5 cm) penebalan dinding kandung empedu (dinding kandung empedu >3,5 mm, bermanifestasi sebagai “bilateral " atau tanda "dinding ganda") adanya efusi peritoneum dan ekstraksi cairan seperti empedu, Echo pada dinding kandung empedu Bile (bile sludge)
  • 22. Ultrasonographic signs of AAC- A) Absence of gallstones and enlargement B-C) Wall thickening > 3 mm D) Doppler signa increase doppler E) Pericholecystic fluid/fat alteration
  • 23. CT  Pilihan pemeriksaan untuk mengeliminasi Differential Diagnosis  Merupakan pilihan untuk konfirmasi diagnosis pada pasien dengan suspek AAC namun hasil usg negative.  Meningkatkan sensitifitas dan spesifitas diagnosis jika dilakukan bersamaan dengan usg abdomen  Kriteria diagnostic antara lain tidak ditemukan batu pada kandung empedu atau ductus cystikus,pericholecystic fat stranding dengan atau tanpa pericholecystic fluid, gambaran gangrene cholecystitis (gambaran dinding empedu tidak jelas disertai defek), perforasi kandung empedu.
  • 24. CT
  • 25. MRCP (Magnetic Resonance Colangiopancreatography) • MRCP menggunakan prinsip hidrografi resonansi magnetik, tanpa agen kontras. • Memungkinkan pencitraan sistem saluran pankreas empedu dan sederhana, non-invasif, dan aman. • Dapat memberikan dasar klinis yang penting untuk diagnosis AAC, karena anatomi bilier yang abnormal. • Shiryajev dkk. juga melaporkan kasus sindrom Mirizzi rumit dengan AAC dan didiagnosis menggunakan MRCP.
  • 26. ERCP( Endoscope Retrograde Cholangiipancreotography) • dapat digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati AAC • lebih invasif dan menantang dibandingkan dengan MRCP, dan lebih terkait dengan pankreatitis, • Untuk pasien dengan kelainan anatomi bilier yang menjalani operasi gastroduodenal, ERCP seringkali memiliki keterbatasan
  • 27. HIDA (Hepatobiliary Dynamic Imaging) • Cholescintigraphy: Injection of Tc99 labeled hydroxyl iminodiacetic acid • HIDA→hepatocytes→secreted into bile →biliary tract • Pemeriksaan yang dapat memvisualisasi struktur morphologi dan fungsional dari hati dan kandung empedu. Pada kondisi normal,kandung empedu, CBD, dan small intestine tampak dalam 60 minute. • Memiliki spesifitas sekitar 38%-100%, dan sensitifitas sekitar 67%-100%.
  • 29.
  • 30. HIDA • False positives pada pasien puasa lama, menerima nutrisi parental, penggunaan morpin dan severe liver disease • False negative sangat rendah hanya sekitar 1%. • Merupakan pemeriksaan yang tidak dibutuhkan pada pasien dengan obstruksi pada ductus cysticus atau gallbladder neck.
  • 31. Patologi Anatomi • ACC menyebabkan nekrosis jaringan kandung empedu, akibat gangguan sirkulasi darah. • Epitel mukosa dari dinding kandung empedu mengalami degenerasi dan nekrotik, membentuk ulkus erosif multipel, dengan banyak neutrofil dan sel inflamasi lainnya.
  • 32. PILIHAN TERAPI AAC Menurut Pedoman Tokyo 2018, strategi pengobatan yang efektif, yang didasarkan pada tingkat keparahan, dipilih dengan menilai faktor risiko, seperti faktor prediktif, skor Indeks Komorbiditas Charlson, dan American Society of Anesthesiologists-status fisik skor.
  • 33. PROGNOSIS AAC • Studi awal telah menunjukkan bahwa angka kematian pasca operasi di AAC berkisar antara 9% sampai 75%, secara signifikan lebih tinggi dari kolesistitis kalkulus • Tingkat kematian bervariasi tergantung pada penyakit yang mendasarinya dan lebih mungkin disebabkan oleh lesi sistem organ bersamaan daripada komplikasi hepatobilier. • Chung dkk. melakukan studi retrospektif pada 57 pasien dengan AAC.  Gejala sembuh dalam 4 hari pada 53 dari 57 (93%) pasien.  Angka kematian di rumah sakit adalah 21% (11/57),  kolesistektomi elektif dilakukan pada 31% (18/57).  Tatalaksana nonoperatif (28/57). 28 pasien ini ditindaklanjuti selama rata-rata 32 bulan, dan kolesistitis berulang terjadi pada 2 orang(7%).
  • 34. Terapi AAC Diagnosis segera mungkin dan optimalisasi keadaan sistemik Tidak memungkinkan operasi Memungkinkan operasi Terapi konservatif berupa puasa, dekompresi gastrointestinal, antibiotic, maintenance elektrolit, koreksi asidosis/alkalosis, simptomatik treatmeant, dan tatalaksana awal
  • 36. Perawatan Konservatif • Untuk pasien yang didiagnosis dini, dengan kondisi sistem yang lebih baik dan penyakit stadium ringan, perawatan konservatif merupakan terapi awal. • Karena infeksi saluran empedu terutama disebabkan oleh bakteri Gram-negatif, cephalosporin generasi ketiga dan aminoglikosida biasanya digunakan. • Jika perawatan konservatif tidak meringankan atau bahkan memperburuk kondisi pasien, perawatan bedah yang menentukan harus dilakukan untuk meminimalkan risiko gangren dan perforasi kandung empedu.
  • 37. Kolesistektomi • Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengobatan yang lebih disukai untuk pasien AAC adalah kolesistektomi • Gangren kandung empedu dan tertanamnya hati membuat eksisi hati sulit dalam kasus ini, kolesistektomi parsial dapat dilakukan. • Warna, jumlah, dan sifat cairan yang dikeluarkan harus diamati dan dicatat.
  • 38. Laparoscopic •Retraction and dissection of Triangle of Calot prior to Gallbladder removal from fossa •CD may be clipped, sutured, tied, stapled •Triangle of calot •Borders: CHD, cystic duct, liver edge •Contents: Cystic artery, node of Calot
  • 39. Drainase • Untuk pasien dalam kondisi kritis yang tidak dapat mentolerir anestesi dan pembedahan, PC yang dipandu ultrasound adalah pilihan. • Kateter PC ditempatkan melalui hati ,juga dikenal sebagai percutaneous transhepatic gallbladder drainage [PTGD]) dan perut. • Menempatkan kateter PC melalui perut dapat dengan mudah menyebabkan kebocoran empedu, dan pembentukan saluran sinus fibrosa, dibandingkan dengan PTGD.
  • 40. PC (Percutaneous cholecystostomy) 1. dapat dengan cepat menghilangkan tekanan di kantong empedu, dengan efek menguntungkan pada drainase dan penurunan peradangan, 2. dikaitkan dengan trauma yang lebih sedikit dan komplikasi anestesi yang lebih sedikit dibandingkan untuk pembedahan, 3. memiliki waktu operasi yang singkat, pemulihan yang cepat, dan insidensi komplikasi pasca operasi yang rendah, dan 4. dapat digunakan sebagai pengobatan tunggal
  • 41. PC • bahwa setelah memasang selang PC selama 4 hari, 235 pasien (86,7%) mengalami perbaikan gejala dan hasil laboratorium, hanya 6 pasien (2%) yang memiliki komplikasi. Balmadrid et al. • menyimpulkan bahwa tabung PC harus diangkat, jika angiography kandung empedu (yang dilakukan setelah 1 minggu, ketika gejala dan hasil laboratorium membaik) menunjukkan saluran empedu yang halus dan jalan masuk yang mulus dari agen kontras ke dalam duodenum. Noh et al.
  • 42. LAMS (Placement of a lumen- apposing fully covered metal stent) • Endoscopic transpapillary gallbladder drainage under ERCP (mencakup endoscopic nasogallbladder drainage and gallbladder stenting and endoscopic ultrasound guided gallbladder drainage) telah dilaporkan sebagai alternatif pilihan prosedur drainage pada pasien dengan AAC. • LAMS ditempatkan di antara duodenum atau antrum gaster dan kantong empedu selama endoskopik. Kedua sisi stent masing-masing dipasang pada saluran pencernaan dan kantong empedu, untuk membuat jalur yang aman untuk drainase internal. • Sangat cocok untuk pasien dengan kantong empedu yang membesar dan sulit diterapi dengan operasi langsung dan mudah terjadi perforasi duodenum atau gaster. • Bisa menjadi terapi paliatif untuk pasien yang tidak dapat mentolerir pembedahan atau mereka yang memiliki harapan hidup pendek. • Studi lain menemukan bahwa LAMS memiliki skor nyeri yang lebih rendah, rawat inap yang lebih pendek, dan intervensi berulang yang lebih sedikit, bila dibandingkan dengan PC.
  • 44. KESIMPULAN • Patogenesis AAC kompleks, termasuk struktur anatomi sistem saluran empedu yang abnormal, kolestasis, cedera iskemia reperfusi kandung empedu, infeksi bakteri, dan faktor risiko lainnya. • AAC harus didiagnosis secara dini dan akurat sehingga penyakit primer dapat dikontrol secara aktif, dan pengobatan pendukung simtomatik dapat diberikan. • Strategi bedah yang paling efektif dilaporkan dalam Pedoman Tokyo 2018. • Teknik drainase, seperti PTGBD, drainase kandung empedu transpapillary endoskopi, drainase naso-kandung empedu endoskopi, stenting kandung empedu endoskopi, drainase kandung empedu yang dipandu USG endoskopi, dan kanulasi yang dipandu kawat dengan sphincterotome untuk kanulasi saluran empedu selektif, adalah strategi yang efektif untuk AAC yang parah.
  • 45. KELEBIHAN JURNAL Artikel ini telah meringkas kemajuan terbaru dalam penelitian AAC secara komprehensif, dan laporan kami dapat membantu memperkuat pemahaman dokter tentang AAC, mencapai diagnosis dini, dan dengan cepat memilih pengobatan yang paling efektif, yang akan berperan dalam penelitian AAC di masa depan.

Hinweis der Redaktion

  1. Rim sign-increased uptake in liver surrounding GB (fossa), but no uptake in GB itself due to increased inflammation in this area