SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 7
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Produksi : Gending Tarumanagara (GETAR)
Pimpinan Produksi : Tantan Sugandi S.Pd.
Pendukung : 45 orang dalang muda.
Sinden : 10 orang
Penari : 15 orang
Pengrawit & Perkusi : 22 orang
Iringan Gamelan : Gending Tarumanagara.
Sekelumit tentang Wayang Ringkang
Dari Rampak Dalang ke Wayang Ringkang.
Arti dari Rampak Dalang: Rampak adalah Gerak atau suara yang dilakukan secara
serempak atau sama-sama dengan pelakunya lebih dari satu orang. Sedangkan Dalang
adalah suatu profesi manusia yang berkecimpung dalam pertunjukan wayang sebagai
pelaku atau yang memainkan wayang, atau orang yang melakukan nasehat suri tauladan
ngudal piulang, atau orang yang memberikan penerangan pada penonton lewat
pertunjukan wayang.
Istilah rampak dalang populer dalam dunia pertunjukan sejak sebelum tahun 70-
an.Sedangkan pelaksanaan kegiatan rampak dalang sudah dilaksanakan sejak zaman
kejayaan dalang kasepuhan R.U. Partasuanda. Pada saat itu beliau menamakanpertunjukan
wayang moderen. Bentuk panggung wayang moderen memiliki panggung yang khas, yaitu;
dalang yang memainkan wayang yang biasanya oleh satu orang, menjadi 3 sampai 5 orang
dalang, Sedangkan dalangnya tidak kelihatan atau bersembunyi di balik layar, di dalam
panggung khusus. Pengrawit dan dalang berpisah. Dimana pengrawit berada di depan
dengan posisi membelakangi penonton dan berhadapan dengan dalang, atau panggung
wayang yang dibuat mirip panggung sandiwara atau teater, bahkan panggung pengrawit
ada yang berbantuk leter V, artinya pengrawit dapat melihat penonton dan dapat pula
melihat dalang. Ada pula panggung pengrawit dengan Dalang atau wayang berdampingan.
Pada tanggal 09 Maret 2011 Tantan Sugandi mengembangkan lagi Rampak Dalang
ditambah dengan Wayang Orang yang selanjutnya dinamakan Wayang Ringkang, dimana
penari wayang orang, penari jaipong, penyanyi rampak sekarmasuk ke dalam kemasan
tersebut. Maka mulai saat itulah Wayang Ringkang lahir.
Deskripsi Wayang Ringkang
Wayang Ringkang adalah bentuk pergelaran Wayang Golek yang dimainkan oleh dalang
kolosal (20-40 orang) dalang, yang berkolaburasi dengan materi seni lain seperti; Rampak
Kendang/Rampak Jimbe, Rampak Sekar, Tari dan Wayang Orang. Panjang jagat (arena
permainan wayang)sekitar 8 m sapai 12m, dan tinggi 160cm.Diiringi oleh 2(dua) set
gamelan Pelog dan Salendro, sebagai musik pengiring, ilustrasi dan aksen. Lakon yang
dibawakan harus yang bersifat kolosal .
Embrio Wayang Ringkang dibuat oleh TantanSugandi sekitar bulan Maret 2007, kala itu
masih belum menemukan nama yang tepat atau yang pas dengan bentuk pergelaran
tersebut. Yaitu media atau properti yang digunakan adalah wayang dengan dalang kolosal,
sikap dalang berdiri, ada unsur wayang orang, ada sinden yang banyak dll. Istilah Wayang
Ringkang ini sebenarnya sudah lama dipakai, dan dipopulerkan ketika ada sebuah kesenian
yang memadukan antara wayang golek kolosal dengan wayang orang.
Wayang Ringkang dipentaskan mula-mula pada acara pembukaan Bandung Wayang
Festival BWF 2011 di Bale Pare Kota Baru Parahyangan, dengan membawakan lakon
Kingkilaban di Alengkadirja.
Pada tanggal 14 Juli 2011 Wayang Ringkang dipentaskandi Hotel Sangrila Surabaya Jawa
Timur dalam rangka Duta Seni Pelajar se-Jawa Bali dan Lampung dengan membawakan
lakon Alengka Runtag.
Lakon yang dibawakan oleh Wayang Ringkangyang sifatnya kolosal, contohnya beberapa
lakon yang telah dipentaskan adalah : Sokasrana Lena, Halilintar, Handaru Sumpah
Arjuna, Salya Gugur, Bilawa Bela, Sumpah Sang Jodipati, Samagaha di Kurusetra, Rama
Tambak, Arjuna Wijaya, Karna Tanding, Jabang Tutuka,Kingkilaban, Indrajit Gugur,
Alengka Runtag, Gatotkaca Sewu/Purnama di langit Indraprahasta, Sang Naga Baruna,
Setelah Wayang Ringkang terus menerus dipromosikan lewat Ivent-ivent tertentu baik
oleh pemerintah maupun swasta, kini Wayang Ringkang semakin diminati oleh para
apresiator terutama di kalangan remaja .
Kini Wayang Ringkang dan Tantan Sugandi sebagai kreator Wayang Ringkang mendapat
pengakuan dari Museum Wayang Jakarta melalui surat keputusan No 26/-071.92
tertanggal 20 Maret 2014.
Pada tanggal 03 Pebruari 2015 di akui dalam Inseklopedi wayang dunia.
Latar belakang terjadinya Wayang Ringkang
- Berawal dari sebuah pemahaman, bahwa seni pewayangan adalah merupakan
gambaran dinamika kehidupan manusia yang kental dengan Simbolis, Pilosofis,
Magis, Religis. Maka sangat menarik untuk dikembangkan menjadi sebuah garapan
yang apresiatif di masyarakat.
- Sebuah Kreatifitas dan merupakan suatu bentuk jawaban atas tantangan Inovasi
masa kini untuk diwariskan ke generasi yang akan datang dengan modal rekayasa
bahan jadi/ kesenian yang sudah ada (seni pedalangan).
- Dorongan rasa jenuh, tetapi harus bertanggungjawab pada warisan karuhun, maka
dibuatlah bumbu racikan baru dalam koridor kreatifitas, walaupun mungkin masih
jauh dari sempurna .
- Sebagai media pewarisan keterampilan budaya/kesenian kepada begerasi penerus.
- Sebagai alternatif pilihan materi hiburan bagi masyarakat.
Inovasi Dalam Wayang Ringkang
1. Dari dalang tunggal menjadi kolosal.
Biasanya Wayang Golek Sunda klasik, ketika melakukan pementasan,dibawakan
oleh satu orang dalang dengan durasi semalam suntuk atau kurang lebih 6 jam. Di
dalam pertunjukan Wayang Ringkang Ki Tantan Sugandi menambahnya menjadi 20
samapai 40 orang dalang adalah muridnya sendiri. Dimana dalang-dalang itu dibagi
peran masing-masing memainkan tokoh wayang yang berbeda, sesuai tokoh
dalam lakon yang dibutuhkan.Dalam praktek pertunjukan Wayang Ringkang,
dalang-dalang itu saling merespon, saling bekerjasama memainkan wayang dalam
satu lakon yang sama dengan panduan sekenario. Namun durasi menjadi bisa lebih
singkat dan padat. Durasi pertujukan Wayang Ringkang dari 1 jam sampai 3 jam
bahkan bisa lebih singkat lagi, tetapi lakon tetap tersajikan dengan sempurna.
2. Ukuran panjang Jagat (arena permainan Wayang) dari 150 cm menjadi 1.200
cm
Jagat (arena permainan Wayang) di dalam pertunjukan Wayang Golek Sunda klasik
dengan ukuran -+ satu depa atau kira-kira 150 cm dengan tinggi 75 cm. Akan tetapi
di dalam seting pertinjukan Wayang Ringkang ditambah panjangnya menjadi 1.200
cm atau 12 meter dan tinggi 160 cm, maka otomatis panggung harus lebar -+ 13
meter, untuk menampung kira-kira 40 orang dalang dan jagat yang panjang 12 m.
3. Pengrawit dari belakang dalang pindah ke depan dalang.
Posisi duduk pengrawit/pemusik dalam pertunjukan Wayang Golek Sunda klasik
ditempatkan di belakang dalang yang sama-sama menghadap ke penonton serta
baik dalang maupun pengrawit dan pesinden nampak jelas terlihat oleh penonton.
Sedangkan di dalam pertunjukan Wayang Ringkang posisi duduk para pengrawit
dipindahkan ke bagian depan panggung. antara dalang dan pengrawit disekat oleh
Jagat wayang yang membentang dari sisi kanan ke sisi kiri yang panjangnya 12 m
dan tinggi 160 cm. Maka hanya pengrawit dan sinden yang bisa terlihat oleh
penonton. Dalang tidak terlihat oleh penonton.
4. Dari posisi duduk menjadi berdiri
Dalang Wayang Golek purwa gagrag Sunda klasik, ketika memainkan wayang
biasanya dalam posisi duduk bersila menghadap ke jagat wayang membelakangi
pengrawit/pemusik. Sedangkan posisi dalang dalam pertujukan Wayang Ringkang
dirubah menjadi posisi berdiri. Sehingga sikap dalang dalam memainkan dan
menarikan wayang bisa sambil berjalan bahkan apabila dibutuhkan bisa sambil
berlari. Sudah barang tentu pola lantai sangat dibutuhkan agar tidak bertabrakan.
5. Keluar atau muncul wayang satupersatu menjadi kolosal.
Teknik muncul wayang dalam pergelaran Wayang Golek Sunda klasik cenderung
satu demi satu karena keterbatasan tangan dalang. Apabila wayang dalam suatu
adegan harus keluar lima maka akan terjadi lima kali muncul dan akan memakan
watu yang cukup lama. Teknik muncul yang digarap pada Wayang Ringkang cukup
epektif, wayang bisa muncul secara rampak( bersama-sama) dalam satu waktu
terutama pada adegan kolosal. Wayang Ringkang bisa memunculkan wayang 40
sampai 60 wayang pada satu waktu yang bersamaan misalnya ketika adegan yang
kolosal seperti pada adegan perang Bharata Yuda, Rama Tambak dan adegan-
adegan lain. Dengan demikian epektifitas waktu dapat dicapai sesuai kebutuhan
konsef pertunjukan masa kini yang singkat dan padat.
6. Pola tabuhan gending.
Gending dalam Wayang Ringkang relatif bervariasi, tidak hanya gending buhun saja
termasuk pola tabuh juga banyak perubahan sebagai inovatif dan kreatifitas. Alat
musik dalam gending Wayang Ringkang banyak penambahan selain gamelan pelog
dan salendroditambahkan pula alat musik lain dan beberapa perkusi seperti set
Drum, simbal, markis, genjring, bedug, kecapi, kentongan, kendang pencak, terompet,
saxophone dll.
Fungsi gending di dalam Wayang Ringkang adalah: Selain dari sebagai pengiring
berfungsi pula sebagai penegas aksen gerak wayang, sebagai ilustrasi mempertebal
suasana dan sebagai penyambung atau jembatan dari adegan ke adengan.
7. Bahasa sebagai pengantar ceritera
Bahasa yang dipergunakan dalam dialog Wayang Ringkang adalah bahasa Nasional
(Indonesia), bahkan dalam dialog tertentu ada yang memakai bahasa Inggris. Akan
tetapi kawen suluk dan renggan masih mempergunakan bahasa Sunda dan Kawi.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam Wayang Ringkang sebagai pengantar ceritera
sangat epektif sehingga ceritera yang dibawakan dengan mudah dicerna oleh setiap
kalangan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
8. Tata Teknik Pentas
Seting panggung pertunjukan Wayang Ringkang sangat jauh berbeda dengan seting
panggung wayang purwa Sunda klasik. Selain ari jagat wayang yang sangat panjang,
dalang nya yang sangat banyak, pengrawit yang berpisah dengan dalang, unsur
desain skeneri pun sangat berbeda. Tata teknik pentas, artistik dekorasi dibuat
sedemikian rupa. Mulai dari penataan lighting sistim, suond sistim teknologi
multimedia sampai pada bloking alat ditata rapih dan menarik.
9. Pemakaian property yang gemerlap
Penggunaan property dalam pertunjukan Wayang Ringkang merupakan bagian
penting dan sangat dipertahankan. Karena property adalah sebagai ornamentasi
pertunjukan serta menjadi aura estetis yang luar biasa. Pertunjukan Wayang
Ringkang kemungkinan tidak bernyawa apabila dijauhkan dengan property.
10.Ada penari wayang orang.
Pemunculan para penari dalam Wayang Ringkang bukan hanya ornamentasi atau
pelengkap semata, tetapi merupakan salahsatu kewajiban. Karena seperti yang telah
dibahas di atas bahwa Wayang Ringkang adalah kolaborasi antara pergelaran
wayang golek dengan wayang orang.
Tema lakon:
“Kesatuan dan persatuan sebagai modal utama untuk mempertahankan keutuhan negara.
Keamanan dan ketertiban sebagai sarat utama dalam kesetabilan ekonomi yang kerta
raharja “
Lakon : Sang Naga Bharuna.
Sinopsis:
Sebuah upacara besar akan di gelar oleh Para Pandawa yaitu memberi penghargaan
kepada para kesatria muda, ialah Gatotkaca Anterja Jakatawan Japintulu. Namun terganggu
oleh datangnya pasukan raksasa pimpinan Lodrakencana dari Gilingwesi. Pertempuran
pun terjadi berkecamuk. Akan tetapi para Pandawa serta para ksatria tidak bisa menumpas
kejahatan para Raksasa. Akhirnya Ki Semar Badranaya dibantu oleh Sri Kresna melalui
Jakatawan sebagai kesatria bahari memanggil penguasa samudra Sang Naga Bharuna. Maka
Kresna membagi tugas Gatotkaca membuat kekuatan barisan dirgantara, Anterja dibantu
kepala bayangkara Abimanyu dan masyarakat amarta membuat kekuatan wilayah darat
serta Jakatawan dibantu oleh kekuatan Sang Naga Bharuna penguasa samudramengepung
para pemberontak dan semua para raksasa pemberontak dapat ditumpas dengan seksama.

Weitere ähnliche Inhalte

Andere mochten auch (7)

Pagelaran wayang ringkang 24 april 2015
Pagelaran wayang ringkang 24 april 2015Pagelaran wayang ringkang 24 april 2015
Pagelaran wayang ringkang 24 april 2015
 
nơi nào dịch vụ giúp việc cho người nước ngoài đảm bảo hcm
nơi nào dịch vụ giúp việc cho người nước ngoài đảm bảo hcmnơi nào dịch vụ giúp việc cho người nước ngoài đảm bảo hcm
nơi nào dịch vụ giúp việc cho người nước ngoài đảm bảo hcm
 
Need an office
Need an office Need an office
Need an office
 
Data Virtualisatie... kan het datawarehouse nu weg?
Data Virtualisatie... kan het datawarehouse nu weg?Data Virtualisatie... kan het datawarehouse nu weg?
Data Virtualisatie... kan het datawarehouse nu weg?
 
Top 8 finance clerk resume samples
Top 8 finance clerk resume samplesTop 8 finance clerk resume samples
Top 8 finance clerk resume samples
 
Comprensione e Memoria
Comprensione e MemoriaComprensione e Memoria
Comprensione e Memoria
 
Uu no. 28 thn 2014
Uu no. 28 thn 2014Uu no. 28 thn 2014
Uu no. 28 thn 2014
 

Pagelaran wayang ringkang 45 dalang

  • 1. Produksi : Gending Tarumanagara (GETAR) Pimpinan Produksi : Tantan Sugandi S.Pd. Pendukung : 45 orang dalang muda. Sinden : 10 orang Penari : 15 orang Pengrawit & Perkusi : 22 orang Iringan Gamelan : Gending Tarumanagara. Sekelumit tentang Wayang Ringkang Dari Rampak Dalang ke Wayang Ringkang. Arti dari Rampak Dalang: Rampak adalah Gerak atau suara yang dilakukan secara serempak atau sama-sama dengan pelakunya lebih dari satu orang. Sedangkan Dalang adalah suatu profesi manusia yang berkecimpung dalam pertunjukan wayang sebagai pelaku atau yang memainkan wayang, atau orang yang melakukan nasehat suri tauladan ngudal piulang, atau orang yang memberikan penerangan pada penonton lewat pertunjukan wayang. Istilah rampak dalang populer dalam dunia pertunjukan sejak sebelum tahun 70- an.Sedangkan pelaksanaan kegiatan rampak dalang sudah dilaksanakan sejak zaman kejayaan dalang kasepuhan R.U. Partasuanda. Pada saat itu beliau menamakanpertunjukan wayang moderen. Bentuk panggung wayang moderen memiliki panggung yang khas, yaitu; dalang yang memainkan wayang yang biasanya oleh satu orang, menjadi 3 sampai 5 orang dalang, Sedangkan dalangnya tidak kelihatan atau bersembunyi di balik layar, di dalam panggung khusus. Pengrawit dan dalang berpisah. Dimana pengrawit berada di depan dengan posisi membelakangi penonton dan berhadapan dengan dalang, atau panggung wayang yang dibuat mirip panggung sandiwara atau teater, bahkan panggung pengrawit ada yang berbantuk leter V, artinya pengrawit dapat melihat penonton dan dapat pula melihat dalang. Ada pula panggung pengrawit dengan Dalang atau wayang berdampingan.
  • 2. Pada tanggal 09 Maret 2011 Tantan Sugandi mengembangkan lagi Rampak Dalang ditambah dengan Wayang Orang yang selanjutnya dinamakan Wayang Ringkang, dimana penari wayang orang, penari jaipong, penyanyi rampak sekarmasuk ke dalam kemasan tersebut. Maka mulai saat itulah Wayang Ringkang lahir. Deskripsi Wayang Ringkang Wayang Ringkang adalah bentuk pergelaran Wayang Golek yang dimainkan oleh dalang kolosal (20-40 orang) dalang, yang berkolaburasi dengan materi seni lain seperti; Rampak Kendang/Rampak Jimbe, Rampak Sekar, Tari dan Wayang Orang. Panjang jagat (arena permainan wayang)sekitar 8 m sapai 12m, dan tinggi 160cm.Diiringi oleh 2(dua) set gamelan Pelog dan Salendro, sebagai musik pengiring, ilustrasi dan aksen. Lakon yang dibawakan harus yang bersifat kolosal . Embrio Wayang Ringkang dibuat oleh TantanSugandi sekitar bulan Maret 2007, kala itu masih belum menemukan nama yang tepat atau yang pas dengan bentuk pergelaran tersebut. Yaitu media atau properti yang digunakan adalah wayang dengan dalang kolosal, sikap dalang berdiri, ada unsur wayang orang, ada sinden yang banyak dll. Istilah Wayang Ringkang ini sebenarnya sudah lama dipakai, dan dipopulerkan ketika ada sebuah kesenian yang memadukan antara wayang golek kolosal dengan wayang orang. Wayang Ringkang dipentaskan mula-mula pada acara pembukaan Bandung Wayang Festival BWF 2011 di Bale Pare Kota Baru Parahyangan, dengan membawakan lakon Kingkilaban di Alengkadirja. Pada tanggal 14 Juli 2011 Wayang Ringkang dipentaskandi Hotel Sangrila Surabaya Jawa Timur dalam rangka Duta Seni Pelajar se-Jawa Bali dan Lampung dengan membawakan lakon Alengka Runtag. Lakon yang dibawakan oleh Wayang Ringkangyang sifatnya kolosal, contohnya beberapa lakon yang telah dipentaskan adalah : Sokasrana Lena, Halilintar, Handaru Sumpah Arjuna, Salya Gugur, Bilawa Bela, Sumpah Sang Jodipati, Samagaha di Kurusetra, Rama Tambak, Arjuna Wijaya, Karna Tanding, Jabang Tutuka,Kingkilaban, Indrajit Gugur, Alengka Runtag, Gatotkaca Sewu/Purnama di langit Indraprahasta, Sang Naga Baruna, Setelah Wayang Ringkang terus menerus dipromosikan lewat Ivent-ivent tertentu baik oleh pemerintah maupun swasta, kini Wayang Ringkang semakin diminati oleh para apresiator terutama di kalangan remaja . Kini Wayang Ringkang dan Tantan Sugandi sebagai kreator Wayang Ringkang mendapat pengakuan dari Museum Wayang Jakarta melalui surat keputusan No 26/-071.92 tertanggal 20 Maret 2014. Pada tanggal 03 Pebruari 2015 di akui dalam Inseklopedi wayang dunia.
  • 3. Latar belakang terjadinya Wayang Ringkang - Berawal dari sebuah pemahaman, bahwa seni pewayangan adalah merupakan gambaran dinamika kehidupan manusia yang kental dengan Simbolis, Pilosofis, Magis, Religis. Maka sangat menarik untuk dikembangkan menjadi sebuah garapan yang apresiatif di masyarakat. - Sebuah Kreatifitas dan merupakan suatu bentuk jawaban atas tantangan Inovasi masa kini untuk diwariskan ke generasi yang akan datang dengan modal rekayasa bahan jadi/ kesenian yang sudah ada (seni pedalangan). - Dorongan rasa jenuh, tetapi harus bertanggungjawab pada warisan karuhun, maka dibuatlah bumbu racikan baru dalam koridor kreatifitas, walaupun mungkin masih jauh dari sempurna . - Sebagai media pewarisan keterampilan budaya/kesenian kepada begerasi penerus. - Sebagai alternatif pilihan materi hiburan bagi masyarakat. Inovasi Dalam Wayang Ringkang 1. Dari dalang tunggal menjadi kolosal. Biasanya Wayang Golek Sunda klasik, ketika melakukan pementasan,dibawakan oleh satu orang dalang dengan durasi semalam suntuk atau kurang lebih 6 jam. Di dalam pertunjukan Wayang Ringkang Ki Tantan Sugandi menambahnya menjadi 20 samapai 40 orang dalang adalah muridnya sendiri. Dimana dalang-dalang itu dibagi peran masing-masing memainkan tokoh wayang yang berbeda, sesuai tokoh dalam lakon yang dibutuhkan.Dalam praktek pertunjukan Wayang Ringkang, dalang-dalang itu saling merespon, saling bekerjasama memainkan wayang dalam satu lakon yang sama dengan panduan sekenario. Namun durasi menjadi bisa lebih singkat dan padat. Durasi pertujukan Wayang Ringkang dari 1 jam sampai 3 jam bahkan bisa lebih singkat lagi, tetapi lakon tetap tersajikan dengan sempurna.
  • 4. 2. Ukuran panjang Jagat (arena permainan Wayang) dari 150 cm menjadi 1.200 cm Jagat (arena permainan Wayang) di dalam pertunjukan Wayang Golek Sunda klasik dengan ukuran -+ satu depa atau kira-kira 150 cm dengan tinggi 75 cm. Akan tetapi di dalam seting pertinjukan Wayang Ringkang ditambah panjangnya menjadi 1.200 cm atau 12 meter dan tinggi 160 cm, maka otomatis panggung harus lebar -+ 13 meter, untuk menampung kira-kira 40 orang dalang dan jagat yang panjang 12 m. 3. Pengrawit dari belakang dalang pindah ke depan dalang. Posisi duduk pengrawit/pemusik dalam pertunjukan Wayang Golek Sunda klasik ditempatkan di belakang dalang yang sama-sama menghadap ke penonton serta baik dalang maupun pengrawit dan pesinden nampak jelas terlihat oleh penonton. Sedangkan di dalam pertunjukan Wayang Ringkang posisi duduk para pengrawit dipindahkan ke bagian depan panggung. antara dalang dan pengrawit disekat oleh Jagat wayang yang membentang dari sisi kanan ke sisi kiri yang panjangnya 12 m dan tinggi 160 cm. Maka hanya pengrawit dan sinden yang bisa terlihat oleh penonton. Dalang tidak terlihat oleh penonton.
  • 5. 4. Dari posisi duduk menjadi berdiri Dalang Wayang Golek purwa gagrag Sunda klasik, ketika memainkan wayang biasanya dalam posisi duduk bersila menghadap ke jagat wayang membelakangi pengrawit/pemusik. Sedangkan posisi dalang dalam pertujukan Wayang Ringkang dirubah menjadi posisi berdiri. Sehingga sikap dalang dalam memainkan dan menarikan wayang bisa sambil berjalan bahkan apabila dibutuhkan bisa sambil berlari. Sudah barang tentu pola lantai sangat dibutuhkan agar tidak bertabrakan. 5. Keluar atau muncul wayang satupersatu menjadi kolosal. Teknik muncul wayang dalam pergelaran Wayang Golek Sunda klasik cenderung satu demi satu karena keterbatasan tangan dalang. Apabila wayang dalam suatu adegan harus keluar lima maka akan terjadi lima kali muncul dan akan memakan watu yang cukup lama. Teknik muncul yang digarap pada Wayang Ringkang cukup epektif, wayang bisa muncul secara rampak( bersama-sama) dalam satu waktu terutama pada adegan kolosal. Wayang Ringkang bisa memunculkan wayang 40 sampai 60 wayang pada satu waktu yang bersamaan misalnya ketika adegan yang kolosal seperti pada adegan perang Bharata Yuda, Rama Tambak dan adegan- adegan lain. Dengan demikian epektifitas waktu dapat dicapai sesuai kebutuhan konsef pertunjukan masa kini yang singkat dan padat. 6. Pola tabuhan gending. Gending dalam Wayang Ringkang relatif bervariasi, tidak hanya gending buhun saja termasuk pola tabuh juga banyak perubahan sebagai inovatif dan kreatifitas. Alat musik dalam gending Wayang Ringkang banyak penambahan selain gamelan pelog dan salendroditambahkan pula alat musik lain dan beberapa perkusi seperti set Drum, simbal, markis, genjring, bedug, kecapi, kentongan, kendang pencak, terompet, saxophone dll. Fungsi gending di dalam Wayang Ringkang adalah: Selain dari sebagai pengiring berfungsi pula sebagai penegas aksen gerak wayang, sebagai ilustrasi mempertebal suasana dan sebagai penyambung atau jembatan dari adegan ke adengan.
  • 6. 7. Bahasa sebagai pengantar ceritera Bahasa yang dipergunakan dalam dialog Wayang Ringkang adalah bahasa Nasional (Indonesia), bahkan dalam dialog tertentu ada yang memakai bahasa Inggris. Akan tetapi kawen suluk dan renggan masih mempergunakan bahasa Sunda dan Kawi. Penggunaan bahasa Indonesia dalam Wayang Ringkang sebagai pengantar ceritera sangat epektif sehingga ceritera yang dibawakan dengan mudah dicerna oleh setiap kalangan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa 8. Tata Teknik Pentas Seting panggung pertunjukan Wayang Ringkang sangat jauh berbeda dengan seting panggung wayang purwa Sunda klasik. Selain ari jagat wayang yang sangat panjang, dalang nya yang sangat banyak, pengrawit yang berpisah dengan dalang, unsur desain skeneri pun sangat berbeda. Tata teknik pentas, artistik dekorasi dibuat sedemikian rupa. Mulai dari penataan lighting sistim, suond sistim teknologi multimedia sampai pada bloking alat ditata rapih dan menarik.
  • 7. 9. Pemakaian property yang gemerlap Penggunaan property dalam pertunjukan Wayang Ringkang merupakan bagian penting dan sangat dipertahankan. Karena property adalah sebagai ornamentasi pertunjukan serta menjadi aura estetis yang luar biasa. Pertunjukan Wayang Ringkang kemungkinan tidak bernyawa apabila dijauhkan dengan property. 10.Ada penari wayang orang. Pemunculan para penari dalam Wayang Ringkang bukan hanya ornamentasi atau pelengkap semata, tetapi merupakan salahsatu kewajiban. Karena seperti yang telah dibahas di atas bahwa Wayang Ringkang adalah kolaborasi antara pergelaran wayang golek dengan wayang orang. Tema lakon: “Kesatuan dan persatuan sebagai modal utama untuk mempertahankan keutuhan negara. Keamanan dan ketertiban sebagai sarat utama dalam kesetabilan ekonomi yang kerta raharja “ Lakon : Sang Naga Bharuna. Sinopsis: Sebuah upacara besar akan di gelar oleh Para Pandawa yaitu memberi penghargaan kepada para kesatria muda, ialah Gatotkaca Anterja Jakatawan Japintulu. Namun terganggu oleh datangnya pasukan raksasa pimpinan Lodrakencana dari Gilingwesi. Pertempuran pun terjadi berkecamuk. Akan tetapi para Pandawa serta para ksatria tidak bisa menumpas kejahatan para Raksasa. Akhirnya Ki Semar Badranaya dibantu oleh Sri Kresna melalui Jakatawan sebagai kesatria bahari memanggil penguasa samudra Sang Naga Bharuna. Maka Kresna membagi tugas Gatotkaca membuat kekuatan barisan dirgantara, Anterja dibantu kepala bayangkara Abimanyu dan masyarakat amarta membuat kekuatan wilayah darat serta Jakatawan dibantu oleh kekuatan Sang Naga Bharuna penguasa samudramengepung para pemberontak dan semua para raksasa pemberontak dapat ditumpas dengan seksama.