Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
SIFAT UJUB.pdf
1. Hati yang telah ditawan oleh nafs al-ammarah akan
menimbulkan pelbagai sifat-sifat madhmumah dan ianya
mendorong insan untuk memiliki akhlak-akhlak yang keji.
Keadaan yang sebegini telah dikenali sebagai fenomena penyakit
rohani insan. Menurut al-Muhasibi komponen-komponen
negatif yang berada dalam diri insan ini perlu disingkirkan dari
jiwa kerana ianya merupakan maksiat batin yang boleh
merosakkan diri sendiri atau orang lain disekelilingnya sehingga
membawa mudarat kepada kehidupan, fikiran dan jiwa (al-
Muhasibi 2003:84).
Terdapat lima jenis penyakit jiwa yang menjadi punca utama
dalam mendorong insan untuk terjerumus ke dalam dosa dan
noda ialah: riyak, ujub, takbur, terperdaya, hasad dan marah.
2. Riya, sum’ah, ujub dan takabur
adalah sifat-sifat tercela yang
hampir memiliki kesamaan, dan
sifat-sifat tersebut harus kita jauhi
3. • Pengertian riya’ Menurut Istilah bermaksud melakukan ibadah dengan niat supaya
ingin dipuji manusia, dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT
• Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul Baari berkata: “Riya’ ialah
menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku
amalan itu”.
• Menurut Imam Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan
memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
• Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal kebaikan
bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara
memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapat pujian atau
penghargaan, dengan harapan agar orang lain memberikan penghormatan padanya.
1. MEMAHAMI RIYA’ DAN UJUB
4. JENIS-JENIS RIYA’
• 1. Riya’ kholish yaitu melakukan ibadah semata- mata hanya untuk
mendapatkan pujian dari manusia.
•2. Riya’ syirik iaitu melakukan perbuatan kerana niat menjalankan perintah
Allah, dan juga kerana untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan
keduanya bercampur.
5. CONTOH-CONTOH RIYA’
• Riya’ dalam masalah agama dengan penampilan jasmani, misalnya memperlihatkan
badan yang kurus dan pucat agar disangka banyak puasa dan solat tahajud •
• Riya’ dalam penampilan tubuh dan pakaian, misalnya memakai jubah agar
disangka orang yang soleh atau memperlihatkan tanda hitam di dahi agar disangka
rajin solat •
• Riya’ dalam perkataan, misalnya orang yang selalu bicara keagamaan agar disangka
ahli agama •
• Riya’ dalam perbuatan, misalnya orang yang sengaja memperbanyak solat sunat di
hadapan orang banyak agar disangka orang yang soleh •
• Riya’ dalam persahabatan, misalnya orang yang sengaja mengikuti ustaz ke
manapun beliau pergi agar disangka ia termasuk orang alim • “Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang yang solat, yaitu orang- orang yang lalai dari shalatnya, yang
berbuat kerana riya” (Al Maa’uun 4-6)
6. “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang solat, iaitu orang-
orang yang lalai dari solatnya, yang
berbuat kerana riya”
(Al Ma’un 4-6)
َنيِِّل َ
صُمْلِل ٌلْيَوَف
(
٤
)
َُونها َس ْمِِالِت َ
ص ْنَع ُْ
ُه َينِ ذ
اَّل
(
٥
)
َونُءاَرُي ُْ
ُه َينِ ذ
اَّل
(
٦
)
7. MEMAHAMI SIFAT UJUB
• Ujub adalah sifat mengagumi diri sendiri, dimana ketika kita merasa bahwa diri kita
memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain. •
• Ibnul Mubarok pernah berkata, “Perasaan ‘ujub adalah ketika engkau merasa bahwa
dirimu memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.” •
• Imam Al Ghazali menuturkan, “Perasaan ‘ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu
kurnia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada
Allah.”
8. PERBEZAAN RIYA’ DAN UJUB
• Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan pelajaran berharga mengenai perbezaan
antara riya’ dan ujub (takjub akan diri sendiri). Beliau rahimahullah menjelaskan,
bahwa betapa seringnya riya’ dan ujub saling bergandingan.
• Perlu diketahui bahwa riya’ bererti menyekutukan atau menyandingkan dengan
makhluk. Sedangkan ujub bererti menyandingkan dengan jiwa yang lemah. Ujub ini
adalah keadaan orang-orang yang sombong.
Orang yang berbuat riya’ tidak merealisasikan firman Allah Ta’ala,
ُدُبْعَن َاكَّيإ
“Hanya kepada-Mu lah kami menyembah.” (QS. Al Fatihah: 4)
Sedangkan orang yang merasa ujub pada diri sendiri tidak merealisasikan firman
Allah Ta’ala,
ُينِعَتْسَن َاكَّيِإَو
“Hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan.” (QS. Al Fatihah: 4)
9. Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah,
ُدُبْعَن ََّاكيإ
“Hanya kepada-Mu lah kami menyembah”, maka ia akan terlepas dari riya’
(karena ia akan beribadah pada Allah semata).
Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah,
ُينِعَتْسَن ََّاكيِإ َو
“Hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan”, ia akan terlepas dari
sifat ujub (takjub pada diri sendiri).
10. Dalam hadits yang ma’ruf disebutkan,
ٌاتَكِلْهُم ٌث َ
َلَث
:
ِهِسْفَنِب ِءْرَمْلا ُابَجْعِإَو ٌعَبَّتُم ىًوَهَو ٌعاَطُم ٌّحُش
Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan:
(1) sifat pelik yang ditaati
(2) hawa nafsu yang diikuti,
(3) kekaguman seseorang pada dirinya sendiri”
(HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath, 5/328. Dihasankan Al Albani dalam Shahiihul
Jami’ no. 3045 ).
Pada asalnya, manusia memiliki kecenderungan ingin dipuji dan takut dicela. Hal ini
menyebabkan riya’ menjadi sangat samar dan tersembunyi. Terkadang, seorang merasa
telah beramal ikhlas kerana Allah, namun ternyata secara tidak sedar dia telah
terjerumus kedalam penyakit riya’.
11. 2. PENYEBAB RIYA’ DAN UJUB
1. Faktor Keturunan
Ada anak membesar dalam asuhan sesuah rumahtangga yang memiliki kesenangan riya’
dan ujub. Dia hanya meniru dan menceritakan sahaja tetapi lama-kelamaan wabak ini
mengakar dalam jiwanya. Oleh yang demikian, sangatlah penting agama menjadi asas
dalam perkahwinan.
Sabda Rasulullah SAW :
“Pilihlah perempuan yang beragama nescaya engkau akan beruntung, dan apabila
datang kepada kalian orang yang kalian terima akhlak dan agamanya maka nikahkanlah
dia”.
12. 2. Teman yang buruk
Ada sahabat yang kelakuannya hanya riya’ dan ujub lalu sahabat seorang lagi
mengikutinya. Apatah lagi jika ia memiliki keperibadian yang lemah akan mudah
terpengaruh oleh orang lain. Lama-kelamaan penyakit ini semakin teguh dan menjadi
sifat keperibadiannya.
Oleh itu, sangat penting memiliki persabatan yang baik, menghormati syariat dan
mengerjakannya.
3. Tidak mengenal Allah secara hakiki
Perasaan riya’ dan ujub akan hadir apabila sesorang itu merasakan kelebihan yanga
ada padanya adalah hasil usahanya sendiri dan mengenepikan kekuasaan Allah
sebagai pencipta.
13. 4. Keinginan terhadap pangkat dan kedudukan
Keinginan untuk menjadi terkenal atas sebab pangkat dan kedudukan sering
mendorong seseorang itu untuk riya’ atau ujub. Orang yang berjawatan percaya
kepadanya dan mengangkatnya pada kedudukan yang terhormat.
5. Menginginkan sesuatu yang ada di tangan orang lain.
Keinginan terhadap sesuatu yang dimiliki oleh orang lain dan dambaan terhadap
dunia, kadang-kadang mendorong seseorang untuk membuat riya’ atau ujub. Ini agar
orang yang percaya kepadanya sehingga mereka memberikan sesuatu yang dapat
memenuhi keinginannya
Sabda Rasulullah saw:
“Barangsiapa yang berperang hanya untuk mendapatkan harta rampasan, maka ia
akan mendapatkan apa yang diniatkan”
14. 6. Menginginkan sesuatu yang ada di tangan orang lain.
Keinginan terhadap sesuatu yang dimiliki oleh orang lain dan dambaan terhadap
dunia, kadang-kadang mendorong seseorang untuk membuat riya’ atau ujub. Ini agar
orang yang percaya kepadanya sehingga mereka memberikan sesuatu yang dapat
memenuhi keinginannya
Sabda Rasulullah saw:
“Barangsiapa yang berperang hanya untuk mendapatkan harta rampasan, maka ia
akan mendapatkan apa yang diniatkan”
7. Ketakjuban orang yang mengetahui amal-amalnya
Ketakjuban orang kepada diri dan amal yang dilakukannya, kadang-kadang
membangkitkan sifat riya’ dan ujub agar ketakjuban itu semakin bertambah. Untuk
melindungi manusia daripada penyakit ini, Islam melarang menampakkan ketakjuban
kepada seseorang. Kalaupun harus dilakukan, lakukanlah dengan berhati-hati.
Misalnya, “Saya kira Si Fulan ini begini, tetapi Allahlah yang lebih tahu segalanya, saya
tidak memperakuinya siapapun di hadapan Allah”
16. TANDA-TANDA UJUB
1. Tidak mahu mendengar nasihat dan tidak memerlukan arahan dan Bimbingan dari orang lain.
2. Suka mendengar aib dan kekurangan orang lain, terutamanya orang itu adalah saingannya.
3. Menolak kebenaran dan merasa tinggi diri daripada orang yang menyampaikan kebenaran.
4. Meremehkan orang lain dan meringankan keperkuan orang lain.
5. Tidak mahu meminta nasihat atau pendapat orang yang lebih ilmu daripadanya.
6. Merasa diri sudah banyak mengerjakan ketaatan dan ibadah kepada Allah.
7. Sombong dengan ilmu yang dimiliki dan menjadikan ilmunya sebagai bahan debat.
8. Bangga diri dengan nasab dan kedudukan serta meremehkan nasab dan kedudukan orang lain.
9. Meremehkan ilmu dan orang soleh.
10. Tidak mahu mengambil ilmu dari ulama’.
11. Bangga dengan kecantikkan penampilan diri sendiri.
12. Terus menerus melakukan kesalahan dan kesilapan.
13. Bersandar kepada amalan yang dilakukan dan merasa ia sudah sampai kepada darjat yang
sempurna.
14. Ingin selalu tampil di khalayak ramai.
17. 1. Terhalang dari Hidayah dan Taufiq Allah
Hidayah Allah SWT adalah anugerah Allah yang dikaruniakan-Nya kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.
Ini hak prerogatif Allah. Ia tidak bisa dipaksa untuk menghampiri kita atau orang-orang tertentu. Kita bisa
berdoa agar mendapat hidayah, namun terserah Allah apakah menurunkan hidayah-Nya atau tidak.
Namun demikian, Allah telah membuat ketetapan di dalam Al-Qur’an bahwa hidayah itu akan diberikan kepada
orang-orang yang ikhlas.
… dan Ia memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada-Nya) (QS. As-Syura : 13)
…dan Ia menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya (QS. Ar-Ra’d : 27)
Seseorang yang riya dan ujub pada dasarnya telah merobek keikhlasan dan menyimpang dari kebenaran.
Karenanya prasyarat untuk mendapatkan hidayah dan taufiq dari Allah telah hilang darinya. Meskipun tahu
banyak ilmu, orang seperti ini akan sulit mengamalkannya. Ini dampak buruk riya’ dan sum’ah:
…Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. As-Shaf : 5)
4. PENGARUH RIYA’ DAN UJUB
18. 2. Batal Amalnya
Pengaruh riya‘ boleh mengakibatkan batal amalan seseorang.Sesungguhnya salah satu
dari syarat diterimanya amal adalah ikhlas. Seperti firman-Nya dalam QS. Al-Bayyinah ayat
5.
Jika seseorang melakukan ibadah atau amal shalih namun dilandasi dengan riya’ atau
sum’ah maka amal itu akan menjadi sia-sia. Tidak diterima Allah SWT.
Lalu Kami hadapkan amal yang mereka kerjakan, kemudian Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang beterbangan. (QS. Al-Furqan : 23)
Dalam hadits qudsi Allah berfirman:
Aku adalah yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang beramal untuk-Ku
dengan menyekutukan selain-ku,maka aku bebas dari dia dan dia Aku serahkan kepada
sekutunya itu.(HR.Ibnu Majah dan Ahmad)
19. 3. Mendapat Azab di Akhirat
Amal-amal yang banyak disangka membuat masuk surga, justru menyeret manusia ke
neraka ketika amal-amal itu dibangun di atas riya. Seperti hadits shahih yang
diriwayatkan Imam Muslim bahwa di pengadilan akhirat nanti ada 3 orang yang diadili
pertama kali; orang yang mati syahid, orang alim yang mengajarkan ilmunya, dan orang
kaya yang dermawan. Ketiganya menyangka akan masuk surga. Ini tercermin dari
jawabannya saat ditanya tentang apa yang dilakukan dengan nikmat-nikmat itu. Tapi
rupanya, Allah menilai berbeda dari persangkaan ketiga orang itu sebab mereka
melakukannya karena riya’ dan sum’ah. Lalu Allah memerintahkan malaikat untuk
menyeret mereka ke neraka.
20. 4. Aibnya akan terbuka baik di dunia maupun di akhirat
Orang yang riya’ ingin mendapatkan pujian, penghormatan, atau kedudukan dari orang
lain. Namun seringkali Allah justru membuka aib orang seperti itu di dunia sehingga
terbongkarlah kebusukannya.
Adapun di akhirat nanti, tidak ada rahasia yang bisa disembunyikan saat yaumul hisab,
saat pengadilan Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yang berlaku sum’ah, maka ia akan dibalas Allah dengan sum’ah (dibuka
aibnya) pula.”
5. Menderita Kesempitan dan Kegelisahan
Orang yang riya’ atau ujub akan dilanda kegelisahan dalam hidupnya. Ia berada dalam dua
kesempitan. Merasa sempit karena khawatir niatnya terbongkar, dan merasa sempit saat
niatnya tidak tercapai. Berbeda dengan orang ikhlas yang sejak awal melakukan amal telah
mendapatkan ketenangan karena Allah-lah yang melihat dan akan membalas amalnya
meskipun tidak ada orang lain yang tahu
21. 5. PENGARUH RIYA’ DAN UJUB TERHADAP PERJUANGAN ISLAM
5.1 Sukar menerima pandangan orang lain sekalipun hatinya merasakan pandangan
orang itu lebih baik daripadanya. Apatah lagi kalau pandangan itu datang daripada orang
yang lebih rendah daripadanya sama ada rendah umur, pangkat atau lain-lain lagi;
5.2 Mudah marah atau emosional. Apabila berlaku perbincangan dua hala, mereka cepat
tersinggung atau cepat naik darah kalau ada orang tersilap atau tersalah; memilih kawan.
Suka berkawan hanya dengan orang yang sama taraf dengannya;
5.3 Memandang hina pada golongan bawahan. Dalam perbahasan atau perbincangan,
selalunya dia suka meninggikan suara atau menguatkan suara lebih daripada yang
diperlukan; Dalam pergaulan dia suka kata-katanya didengari, diambil perhatian dan
diikuti. Sebaliknya di pihaknya sendiri, susah untuk mendengar cakap atau nasihat orang
lain serta tidak prihatin dengan cakap orang. Apatah lagi untuk mengikut cakap orang lain;
22. 5.4. Dalam pergaulannya, dia saja yang menguasai perbincangan dan tidak suka memberi
peluang kepada orang lain bercakap. Kalau ada orang lain bercakap, dia suka memotong
percakapan orang itu;
5.5. Kalau jadi pemimpin, dia memimpin dengan kasar dan keras terhadap pengikut-
pengikutnya atau orang bawahannya. Ia membuat arahan tanpa timbang rasa dan tidak ada
perikemanusiaan. Kalau dia menjadi pengikut, susah pula untuk patuh pada pemimpinnya;
susah hendak memberi kemaafan kepada orang yang tersilap dengannya. Bahkan ditengking-
tengking, diherdik, dikata-kata atau dihina-hina. Di belakangnya diumpat-umpat;
5.6. Kalau dia yang bersalah, susah dan berat hendak minta maaf. Rasa jatuh wibawa apabila
merendah diri meminta maaf. Bahkan dia tidak mengaku bersalah;
5.7. Dia suka dihormati. Tersinggung kalau tidak dihormati tetapi dia sendiri susah atau berat
untuk menghormati orang lain;
5.8. Mudah berdendam dengan orang lain terutamanya apabila orang itu tersilap.
23. IKHLAS (niat yang betul dan tulus kerana Allah swt) adalah rahsia antara seorang pejuang
dengan tuhannya. Ia juga adalah sumber utama untuk mendapatkan nusrah (pertolongan
dan kemenangan) daripada Allah swt.
Niat perjuangan yang betul merupakan akhlak pejuang. Malah ia berfungsi sebagai anti
virus. Membunuh virus yang terhasil dari sifat mazmuumah (negatif) seperti:
Riya’ (berjuang untuk diperlihatkan kepada awam bahawa ia rajin, berani dll)
Ujub (bangga diri dan rasa hebat kerana banyak menyumbang dan berkorban untuk
jamaah)
Hubbu Riyaasah (kemaruk jawatan atau kedudukan sehingga mendorong lobi-melobi,
politik cantas, fitnah dll)
24. Tanpa ikhlas atau niat yang betul dalam perjuangan ini, biarpun hebat
pengaruh, publisiti yang berjaya dicapai, ia akan memulangkan mudharat
besar kepada diri dan jamaah. Paling minima, hilang keberkatan dan
kelazatan berjuang, selanjutnya ia mengheret jamaah dalam konflik
dalaman dan kemuncaknya ialah Allah swt membatalkan jadual
kemenangan.
25. Ikhlas (niat perjuangan yang betul):
• Nawaitu yang jelas.
اَمَّنِإ
ُلاَمْعَ ْ
اْل
ِتَّايِالنِب
اَمَّنِإ َو
ِلُكِل
ئ ِ
رْام
اَم
ى ََون
ْنَمَف
َْتناَك
ُهُت َرْجِه
ىَلِإ
هللا
و
رسوله
فهجر
ته
إلى
هللا
و
رسوله
و
من
كانت
هجرته
اَيْنُدل
اَهُبي ِ
صُي
ْوَأ
ىَلِإ
ةَأ َرْام
اَهُحِكْنَي
ُهُت َرْجِهَف
ىَلِإ
اَم
َرَجَاه
ِهْيَلِإ
Dari Umar Al Khattab Rha : Aku telah mendengar Rasulullah saw berkata:
Sesungguhnya amalan itu bergantung kepada niat. Sesungguhnya ganjaran bagi setiap orang, bergantung
kepada apa niatnya. Maka barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan RasulNya saw, maka hijrahnya kerana
Allah dan RasulNya. Maka barangsiapa yang berhijrah kerana dunia yang ingin diperolehinya atau perempuan
yang ingin dikahwininya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahkan. (Riwayat Imam Bukhari dan
Muslim)
• Tidak bermain alasan.
Firman Allah swt:
َ
ل
َكُنِذْأَتْسَي
َِينذَّال
َونُنِمْؤُي
ِ َّ
اَللِب
ِم ْوَيْال َو
ِ
ر ِخ ْ
اْل
نَأ
ُوادِهاَجُي
ْمِهِلا َوْمَأِب
ْمِهِسُفنَأ َو
َو
ُ َّ
َللا
يمِلَع
َينِقَّتُمْالِب
26. a). Sentiasa mengingatkan diri sendiri tentang perkara yang diperintahkan
Allah dan juga sering menyucikan hati dengan melakukan ibadat-ibadat
khusus seperti zikir dan membesarkan kekuasaan Allah.
b). Mengawasi diri agar sentiasa takut akan kemurkaan Allah. Dengan ini akan
membawa diri agar sentiasa berwaspada dalam melakukan perkara yang
boleh mengheret kepada dosa dan seksaan Allah pada hari akhirat kelak.
c). Berwaspada terhadap perkara-perkara yang boleh menghapuskan pahala
amalan yang dilakukan akibat riya’.
6. CARA MENGUBATI RIYA’ DAN UJUB
CARA MENGUBATI RIYA’
27. d). Menanamkan di dalam diri bahawa melakukan sesuatu perkara kerana
manusia sehingga membawa kemurkaan Allah itu patut dijauhkan.
e). Sentiasa mengawasi diri daripada lalai terhadap ujian dan nikmat yang
dikurniakan Allah untuk menghampirkan diri kepada Allah.
f). Ikhlaskan diri dalam setiap amalan yang dilakukan. Apabila berasa suka
dipuji dan diberi penghargaan setiap kali membuat sesuatu perkara yang
baik dan berasa terhina apabila ditegur, maka inilah tanda wujudnya sifat
riya’.
28. a). Menyedari bahwa amal soleh yang dilakukan kerana taufik dan kurnia
Allah SWT.
b). Menyedari bahawa banyak ahli ibadah lain yang lebih banyak meraih
pahala daripada diri kita. Bersikaplah rendah hati, jangan terpedaya
dengan amal soleh anda yang banyak. Orang hidup belumlah aman dari
fitnah. Tetapi bersyukurlah kepada Allah yang telah memberi anda taufik,
menjadikannya indah di hati anda, serta membuat anda membenci
kefasikan dan kemaksiatan. Lalu dia juga menjadikan anda termasuk dalam
golongan orang-orang yang meniti jalan lurus.
CARA MENGUBATI UJUB
29. c). Menyedari secara mendalam bahwa walau kita telah meraih pahala
yang banyak, kita tetap akan merasa sedikit pada Hari Kiamat, kerana
besarnya ketakutan pada hari itu dan terbukanya hakikat bahwa kita tidak
beribadah kepada-Nya dengan ibadah yang sebenar-benarnya.
d). Jangan terlalu percaya diri dengan banyaknya amal Anda, kerana kita
tidak dapat memastikan apakah semua itu diterima atau ditolak.
30. e). Sentiasa mengingati bahawa segala suatu di alam ini berjalan sesuai
dengan qadha’ dan qadar.
Firman Allah SWT :
ْمُكِسُفْنَا ْٓيِف َ
ل َو ِ
ض ْرَ ْ
ال ىِف ةَبْي ِ
صُّم ْنِم َابَصَا ٓاَم
َهَا َْربَّن ْنَا ِلْبَق ْنِم بٰتِك ْيِف َّ
لِا
ٰذ َّنِاۗ ا
ْريِسَي ِ ه
َللا ىَلَع َكِل
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri,
semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.
(Al-Hadid:22)
31. 7. PENUTUP
Rasulullah saw yang kita kenal mempunyai kelebihan dan kemuliaan yang
tak terhingga tetap memanggil para pengikutnya dengan “ *sahabat* ”
yang Ertinya berupaya mengajarkan kepada umatnya bahawa semua
orang sama di hadapan Allah kecuali mereka yang tinggi taqwanya.
Ini menjadi pelajaran penting buat kita untuk selalu menjaga hati kita ,
dari perasaan riya’ dan ujub.
Semoga kita semua menjadi insan yang pandai menjaga hati, menjaga
amal ibadah agar mendapatkan penilaian terbaik dihadapan Allah, dan
menjadi Sahabat Rasulullah di hari akhirat nanti, insyaAllah, Amin.