1. Penyimpangan pada
Demokrasi Terpimpin
Pancasila diidentikkan dengan
Nasakom
Produk hukum yang setingkat
dengan undang-undang (UU)
ditetapkan dalam bentuk
penetapan presiden (penpres)
daripada persetujuan
MPRS mengangkat Soekarno
sebagai presiden seumur hidup
Presiden membubarkan DPR
hasil pemilu 1955
Presiden menyatakan perang
dengan Malaysia
Presiden menyatakan
Indonesia keluar dari PBB
Hak Budget tidak jalan
2. Penyimpangan Konstitusional
Pada Masa Orde Lama
Kekuasaan Presiden dijalankan
secara sewenang-wenang, hal ini
terjadi karena kekuasaan MPR,
DPR, dan DPA yang pada waktu
itu belum dibentuk oleh presiden.
MPRS menetapkan Oresiden
menjadi Presiden seumur hidup,
hal ini tidak sesuai dengan
ketentuan mengenai masa
jabatan Presiden.
DPR berada dibawah Presiden.
Pimpinan MA diberi status
menteri, hal ini merupakan
penyelewengan terhadap prinsip
bahwa kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang
merdeka.
3. 9 Faktor Penyebab
Runtuhnya Orde Lama
G 30/SPKI
Konflik di
tubuh internal AD
Devaluasi, Tingginya
inflasi dan Krisis
Moneter
Banyak rakyat dari
berbagai golongan
mengutuk PKI
Munculnya front
pancasila Angkatan ‘66
Demo oleh rakyat yang
menuntut Trituta
Tindakan reshuffle di
tubuh Kabinet Dwikora
Penurunan
kewibawaan dan
kepemimpinan
Presiden Soekarno
Sidang paripurna yang
tidak kunjung
menemukan titik temu
bagi permasalahan
yang ada
4. G30S/PKI
• Peristiwa G30S/PKI bermula pada tanggal
1 Oktober.
• Dimulai dengan kasus penculikan 7 jendral
yang terdiri dari anggota staff tentara oleh
sekelompok pasukan yang bergerak dari
Lapangan Udara menuju Jakarta daerah
selatan.
• Tiga dari tujuh jenderal tersebut
diantaranya telah dibunuh di rumah mereka
masing-masing, yakni Ahmad Yani, M.T.
Haryono dan D.I. Panjaitan.
• Sementara itu ketiga target lainya yaitu
Soeprapto, S.Parman dan Sutoyo ditangkap
secara hidup-hidup. Abdul Harris Nasution
yang menjadi target utama kelompok
pasukan tersebut, berhasil kabur setelah
berusaha untuk melompati dinding batas
kedubes Irak, namun puterinya menjadi
korban
• Jenazah korban peristiwa GSPKI ini di
masukkan ke dalam sumur yang dinamakan
Lubang Buaya
Monumen Palawan Revolusi
5. B. Di Yogyakarta
1) Kolonel Katamso D, Komandan Korem 072 Yogyakarta.
2) Letnan Kolonel Sugiyono M., Kepala Staf Korem 072
Yogyakarta.
A. Di Jakarta
1) Letjen Ahmad Yani, Men/Pangad.
2) Mayjen S.Parman, Asisten I Men/Pangad.
3) Mayjen R. Suprapto, Deputi II Men/Pangad.
4) Mayjen Haryono, M.T, Deputi III Men/Pangad.
5) Brigjen D.I. Panjaitan, Asisten IV Men/Pangad.
6) Brigjen Sutoyo S, Inspektur Kehakiman/Oditur Jendral TNI AD.
7) Lettu Piere Andreas Tendean, Ajudan Menko Hankam/ Kepala Staf
Angkatan Bersenjata.
8) Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun, Pengawal rumah Wakil P.M. II Dr. J.
Leimena.
Korban Keganasan PKI
6.
7. • Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo pada tanggal
19 Juni 1922.
• Beliau mendapatkan pendidikan formal di HIS (sekolah
setingkat SD), MULO (Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs/setingkat Sekolah Menengah Pertama)
dan AMS (Algemne Middelberge School/setingkat
Sekolah Menengah Atas).
• Ahmad Yani mengawali karir militernya dengan
mengikuti wajib militer oleh pemerintahan Belanda di
Malang. Ketika pendudukan Jepang, Ahmad Yani
gabung bersama PETA.
• Prestasi Ahmad Yani di bidang militer cukup
mengagumkan. Diawali dengan menahan Agresi
Militer pertama dan kedua Belanda, dilanjutkan
dengan mengalahkan pemberontak DI/TII, Operasi
Trikora di Papua Barat dan Operasi Dwikora
menghadapi konfrontasi dengan Malaysia. Ketika
menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat,
Ahmad Yani menolak usul PKI yang menginginkan
pembentukan Angkatan Kelima yaitu dipersenjatainya
buruh dan tani. Sehingga Ahmad Yani menjadi target
penculikan dan pembunuhan PKI dalam Gerakan 30
September.
• Wafat di Lubang Buaya Jakarta, 1 Oktober 1965 pada
umur 43 tahun.
Jendral A. Yani
8. Letnan Jenderal Anumerta
Suprapto
• Lahir di Purwokerto pada tanggal 2 Juni
1920.
• Letnan Jenderal Suprapto menyelesaikan
pendidikan formalnya di MULO dan AMS
Yogyakarta.
• Suprapto sering berpindah tugas. Mulai di
Semarang sebagai Kepala Staf Tentara dan
Teritorial (T&T) IV/ Diponegoro, ditarik ke
Jakarta sebagai Staff Angkatan Darat dan
kembali lagi ke Kementerian Pertahanan.
Setelah pemberontakan Permesta
(Perdjuangan Rakjat Semesta) padam,
Suprapto bermarkas di Medan
sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Darat
untuk wilayah Sumatera.
• Suprapto merupakan salah satu Perwira
Tinggi yang menolak D. N. Aidit ketika
berpendapat membentuk Angkatan Kelima.
Sehingga pada dini hari tanggal 1 Oktober
1965, Suprapto pun menjadi salah satu
korban penculikan dan pembunuhan PKI.
• Wafat di Lubang buaya Jakarta, 1 Oktober
1965 pada umur 45 tahun.
9. Letnan Jenderal Anumerta
M. T. Haryono
• Letnan Jenderal M. T. Haryono lahir di Surabaya
pada tanggal 20 Januari 1924.
• Ayahnya seorang asisten wedana di Gresik.
Haryono mendapatkan pendidikan formal
di ELS (setingkat Sekolah Dasar), HBS (setingkat
Sekolah Menengah Umum) dan Ika Dai Gakko
(Sekolah Kedokteran masa pendudukan
Jepang) di Jakarta, namun berhenti di tengah
jalan.
• Ketika di Jakarta, Haryono bersama pemuda
lain berjuang mempertahankan kemerdekaan.
Dilanjutkan gabung ke TKR (Tentara Keamanan
Rakyat). Pada peristiwa Gerakan 30 September,
Letnan Jenderal M. T. Haryono menjadi salah
satu korban kebiadaban PKI.
• Jenderal bintang tiga ini sangat cerdas.
Haryono fasih beberapa bahasa asing yaitu
Belanda, Inggris dan Jerman. Sehingga Haryono
sering menjadi perwira penyambung lidah
dalam setiap perundingan. Termasuk ketika
KMB (Konferensi Meja Bundar), Haryono hadir
sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia.
• Wafat di Lubang Buaya Jakarta, 1 Oktober 1965
pada umur 41 tahun.
10. Letnan Jenderal Anumerta
Siswondo Parman• Parman yang lahir pada tanggal 4 Agustus
1918 di Wonosobo mendapatkan
pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas. Parman pun masuk ke
Sekolah Tinggi Kedokteran, namun tidak
sampai mendapatkan gelar dokter akibat
Jepang telah menduduki wilayah
Indonesia.
• Letnan Jenderal Siswondo Parman diculik
dan dibunuh PKI karena menolak usul D.
N. Aidit tentang angkatan lima, yaitu
dipersenjatainya buruh dan tani atau
disebut Angkatan Kelima. Terlebih lagi
bahwa Parman merupakan tentara
intelijen yang tahu tentang gerak-gerik
PKI.
• Wafat di Lubang Buaya Jakarta, 1 Oktober
1965 pada umur 47 tahun.
• Beliau dimakamkan di TMP Kalibata,
Jakarta
11. Mayor Jenderal Anumerta
D. I. Pandjaitan
• Mayor Jenderal D. I. Pandjaitan lahir di Balige, Sumatera
Utara pada tanggal 19 Juni 1925.
• Ketika Jepang tiba di Indonesia, Pandjaitan mengikuti
latihan Gyugun dan ditugaskan menjadi anggota Gyugun
di Pekanbaru.
• Setelah kemerdekaan, Pandjaitan bersama pemuda
lainnya membentuk TKR.
• Karirnya di TKR terus naik, mulai dari komandan batalyon,
kemudian menjadi Komandan Pendidikan Divisi
IX/Banteng di Bukittinggi,Kepala Staf Umum IV (Supplay)
Komandemen Tentara Sumatera dan menjadi Pimpinan
Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI) dan yang terakhir adalah Asisten IV
Menteri/Pangldad
• Ketika menjabat Asisten IV Men/Pangad, beliau mencatat
prestasi tersendiri atas keberhasilannya membongkar
rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina
(RRC) untuk PKI. Dari situ diketahui bahwa senjata-senjata
tersebut dimasukkan ke dalam peti-peti bahan bangunan
yang akan dipakai dalam pembangunan gedung Conefo
(Conference of the New Emerging Forces). Senjata-
senjata itu diperlukan PKI yang sedang giatnya
mengadakan persiapan melancarkan pemberontakan.
• Wafat di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 pada
umur 40 tahun)
• Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata
12. Mayor Jenderal Anumerta
Sutoyo Siswomiharjo
• Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo lahir
di Kebumen pada tanggal 28 Agustus 1922.
• Beliau menyelesaikan belajar formalnya
sebelum Jepang menduduki Indonesia.
• Pada tahun 1945, Sutoyo gabung militer
sebagai Polisi Tentara Keamanan Rakyat
yang merupakan cikal bakal Polisi Militer.
Awal karir Sutoyo di Polisi Militer yaitu
sebagai ajudan Kolonel Gatot Soebroto,
Komandan Polisi Militer. Karirnya terus naik
hingga dipercaya menjadi inspektur
kehakiman/jaksa militer utama.
• Dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Sutoyo
diculik oleh PKI dan dibawa ke markas
mereka di Lubang Buaya. Di sana Sutoyo
dibunuh dan tubuhnya dibuang ke sumur
tak terpakai.
• Wafat di Lubang Buaya Jakarta, 1 Oktober
1965 pada umur 43 tahun.
• Jasadnya ditemukan pada 4 Oktober dan
dimakamkan pada hari berikutnya
13. Kapten CZI
Anumerta Pierre Tendean
• Kapten Pierre Tendean merupakan
ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution
yang lahir pada tanggal 21 Februari 1939.
• Tendean mengawali karir militernya
menjadi intelijen. Ditugaskan sebagai
mata-mata ke Malaysia sehubungan
dengan konfrontasi antara Indonesia
dengan Malaysia.
• Pada peristiwa G30S, Pierre yang
disangka Jenderal A. H. Nasution
ditangkap dan dibawa oleh PKI ke Lubang
Buaya. Disana Pierre dibunuh dan
dimasukan ke sumur tak terpakai
bersama 6 Perwira Tinggi Angkatan Darat
lainnya. Pierre pun dianugerahi Pahlawan
Revolusi.
• Wafat 1 Oktober 1965 pada umur 26
tahun di lubang buaya
14. • Kedudukan Presiden Ir. Soekarno dan TNI
AD semakin kuat setelah dikeluarkannya
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959.
• Era demokrasi terpimpin, Presiden
memegang kekuasaan mutlak untuk
membentuk front politik yang mampu
menopang kekuasaannya.
• Di sinilah Bung Karno dan PKI membangun
kerja sama yang saling menguntungkan.
• Sementara itu, TNI AD pun semakin ambil
bagian dalam kancah politik setelah
dijalankannya doktrin kekaryaan (cikal bakal
dwifungsi ABRI). Jenderal A.H. Nasution
membentuk badan-badan kerja sama
tentara dan sipil untuk mengimbangi
manuver politik Bung Karno. PKI telah
menggunakan kedekatannya dengan Bung
Karno untuk menyusun kekuatan. Konflik
elite terjadi antara TNI AD, PKI, dan Bung
Karno.
Konflik Internal di Tubuh AD
Sejak peristiwa G30SPKI, kondisi
politik dan keamanan negara
Indonesia menjadi sangat kacau. Hal
ini diperburuk dengan adanya konflik
yang sejak lama ada di dalam kubu
internal AD
15. Devaluasi, Inflasi dan Krisis Moneter
• Dalam Lingkup perekonomian,
Inflasi yang kala itu menembus
hingga ke level 600% membuat
keadaan semakin buruk.
• Upaya pemerintah untuk
melaksanakan Teknik devaluasi
Uang Rupiah serta dengan
mencoba menaikkan harga dari
bahan bakar (BBM) malah
semakin memperparah dan
menimbulkan huru-hara dan
ketidak-stabilan Moneter yang
membuat keresahan di dalam
kehidupan masyarakat.
16.
17. Front Pancasila dan Aksi Angkatan ‘66
Angkatan 66 berjuang tidak dengan senapan,
tapi dengan “keberanian, kecerdasan,
kesadaran politik, motif yang murni”. Dengan
semua itu Angkatan 66 “memberi arah baru
pada sejarah nasional Indonesia”.
Penamaan Angkatan 66 itu sendiri, diusulkan
oleh Jenderal Abdul Harris Nasution kepada
KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia)
yang baru saja dibubarkan oleh KOGAM
(Komandan Ganyang Malaysia) 26 Februari
1966. Kendati sejarah tentang peranan
Angkatan 66, telah menjadi bagian dari arsip
yang berdebu sejalan berlalunya waktu, tetap
saja harus dicatat bahwa generasi muda
yang bergerak waktu itu adalah kelompok
paling konseptual selain tokoh-tokoh
kemerdekaan tahun 1945 sepanjang sejarah
republik ini.
18. Tritura
Hari itu, para demonstran
mendatangi DPR-GR dan
mengajukan Tritura yang isinya:
1. pembubaran PKI,
2. pembubaran kabinet dari
unsur-unsur G 30 S/PKI
3. penurunan harga.
Pada tanggal 26 Oktober 1965
berbagai kesatuan aksi front
pancasila seperti KAMI, KAPI,
KAGI, KASI, dan lainnya
mengadakan demonsrasi yang
menyuarakan Tri Tuntutan Rakyat
(Tritura)
Tritura disampaikan pada
tanggal 10 Januari 1966.
19. • Pada tanggal 23 Februari 1966 kembali terjadi
demonstrasi.
• Pada tanggal 24 Februari 1966 gugur seorang
mahasiswa yang bernama Arif Rahman
Hakim.
• Arif R.H. dijadikan Pahlawan Ampera.
• Presiden Sukarno merombak kabinet
Dwikora menjadi kabinet Dwikora yang
Disempurnakan.
• Oleh mahasiswa, susunan kabinet yang baru
ditentang karena terdapat banyak pendukung
G 30 S/PKI yang duduk dalam kabinet.
Karenanya, mahasiswa memberikannya nama
sebagai kabinet Gestapu (Gerakan September
Tiga Puluh). Kondisi perpolitikan Indonesia
semakin kacau saja. Para mahasiswa yang masih
sangat membenci PKI terus menuntut akan
pembersihan pemerintahan dari segala atribut
PKI.
Tritura
20. Resuffle Kabinet Dwikora
• Pada tanggal 15 januari
1966 diadakan sidang
paripurna Kabinet Dwikora
di Istana Bogor.
• Pada tanggal 21 Februari
1966, Presiden Soekarno
mengumumkan perubahan
kabinet yang dinamakan
kabinet dwikora II
• Perubahan itu tidak
memuaskan hati rakyat,
karena banyak tokoh yang
diduga terlibat dalam
G30S/PKI masih bercokol
didalam kabinet baru yang
terkenal dengan sebutan
Kabinet Seratus Menteri.
21. Penurunan Kewibawaan dan Kepemimpinan Presiden Soekarno
Terjadi penurunan kewibawaan serta
kekuasaan yang dipegang oleh
Presiden Soekarno setelah sejumlah
upaya dalam melaksanakan keadilan
terhadap para tokoh PKI tidak berhasil
secara tuntas walaupun telah
dibentuk sebuah Mahkamah Militer
Luar Biasa dikenal sebagai Mahmilub.
• Kesehatan Presiden Soekarno mujlai menurun sejak Agustus 1965, saat ginjal kirinya mengalami
masalah.
• Dikeluarkan komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta
Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati yang berisi :
1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Ir. Soekarno semakin
memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada
jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno hingga saat
meninggalnya.
22. Buntunya Sidang Paripurna
• Tidak ditemukannya titik temu atas berbagai masalah yang sedang hangat bergejolak
di tengah masyarakat melalui Sidang Paripurna yang diselenggarakan oleh Kabinet sia-
sia tidak berhasil menemukan solusinya.
• Maka, Presiden menempuh dikeluarkannya surat berupa perintah lebih dikenal
dengan SUPERSEMAR dari Presiden Soekarno kepada Letjen. Soeharto guna langkah
terbaik untuk mengatasi kekacauan yang terjadi di dalam negeri pada masa Orde
Lama sebagai jalan terakhir.