Studi pembangunan pltp cangar 2 x55 mw di kabupaten malang jawa timur dan rencana pembangunan unit 1
1. STUDI PEMBANGUNAN PLTP CANGAR 2X55 MW DI KABUPATEN MALANG JAWA
TIMUR
Selly Riansyah1, Ir. Ali Mokhtar, MT2
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Malang
Kampus 3 Jalan RayaTlogomas, Malang – 65144
Saat ini pemerintah tengah menggalakan
Abstrak
energi geotermal sebagai pengganti energi
Untuk meningkatkan kemakmuran rakyat
fosil untuk pembangkit tenaga listrik. Salah
melalui harga listrik yang ekonomis serta
satu daerah prospek tersebut berada dalam
implementasi dari visi kelistrikan Indonesia
wilayah Malang Raya yaitu : Kabupaten
tahun 2020 yaitu “peringatan 75 tahun
Malang dan Kota Batu
kemerdekaan dengan mewujudkan rasio
kelistrikan mencapai 100%” adalah salah satu
Data pada tahun 2012 terdapat 3 daerah
alasan mengapa dibangunnya pembangkit baru
prospek yaitu daerah Cangar (Cadangan 110
di beberapa wilayah di Indonesia.
Mwe), G. Arjuna – Welirang (cadangan 130
Mwe), dan Songgoriti – Kawi (Sumberdaya 25
Dari catatan PLN sepanjang 2012, BBM
Mwe). Sejalan dengan itu pertumbuhan
yang digunakan sebanyak 8,21 KL, batubara
penduduk khususnya di Kabupaten Malang
sebanyak 46,1 juta ton dan gas sebear 0,41
terus meningkat, seiring dengan meningkatnya
TCF. Dengan pembahasan PLTP Cangar maka
kebutuhan energi pemerintah harus segera
diharapkan dapat memberikan sumbangan
merencanakan pembangkit geothermal di
pemikiran dan informasi tentang kondisi
kedua daerah ini agar pemerintah pusat
supply dan demand energi listrik di Jawa-Bali
meningkatkan status kedua daerah ini sebagai
dapat diantisipasi sejak dini. Diharapkan PLTP
daerah WKP (Wilayah Kerja Pertambangan).
Cangar
dapat
menggantikan
beberapa
kebutuhan listrik distribusi jawa bali yang
masih menggunakan bahan bakar fosil.
1.2. Perumusan Masalah
Kata kunci : Geothermal, PLTP Cangar
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di daerah Malang Raya sendiri dikelilingi
oleh Gunung Api. Di daerah timur terdapat G.
bromo dan semeru. Sedangkan di Barat
dibatasi G. Arjuna dan Welirang. Beberapa
gunung
berapi
tersebut
menghasilkan
manifestasi panas bumi berupa uap dan air
panas. Mata air panas ini
kemudian
dimanfaatkan sebagai pemandian air panas,
salah satu yang terkenal yaitu wisata air panas
cangar dan air panas songgoriti. Energi
Geotermal di daerah Malang masih hanya
dimaksimalkan sebagai daerah wisata,
sedangkan untuk pembangkit listrik geotermal
belum dikembangkan.
Dari uraian tersebut, permasalahan yang
timbul sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi eksisting ketenaga
listrikan di Kabupaten Malang?
2. Bagaimana
peran
pemerintah
kabupaten, provinsi dan pusat dalam
pembangunan PLTP ini ?
3. Bagaimana peranan pembangunan
PLTP Cangar 2x55 MW dalam
mensuplai kebutuhan listrik di
Kabupaten Malang (distribusi JawaBali)?
4. Bagaimana analisa teknis dan
ekonomi pembangunan PLTP Cangar
2x55 MW?
5. Bagaimana dampak lingkungan dari
pembangunan PLTP Cangar 2x55
MW?
2. 6. Apakah PLTP Cangar 2x55 MW layak
dibangun (investasi)?
1.3. Batasan Masalah
1. Peramalan kebutuhan listrik yang akan
di kembangan secara jangka panjang
berdasarkan kebutuhan daya yang
semakin meningkat
2. Daerah yang dibahas dibatasi hanya
PLN wilayah Kabupaten Malang dan
kontribusinya terhadap distribusi
listrik Jawa-Bali
3. Dari sisi teknis menjelaskan mengenai
prinsip kerja PLTP, key plan, P & ID
raw water, Steam, Re Injection dan
sedikit membahas dampak lingkungan
dari dibangunnya PLTP.
1.4. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah
menganalisa kelayakan pembangunan PLTP di
Kecamatan Cangar 55 MW di Kabupaten
Malang dalam usaha pemenuhan kebutuhan
listrik di Jawa-Bali khususnya Kabupaten
Malang. Mengingat 23 persen penduduk jawa
masih belum medapatkan listrik, terutama di
daerah jawa bagian selatan.
1.5. Relevansi
Dari hasil pembahasan Pembangunan
PLTP Cangar 2x55 MW di Malang ini
diharapkan dapat memberikan masukan untuk
PLN. Pemerintah daerah ataupun pihak swasta
untuk memanfaatkan potensi panas bumi guna
mengatasi kebutuhan listrik saat ini dan yang
akan dating. Pemanfaatan panas bumi juga
dapat mengurangi penggunaan bahan bakar
fosil yang penggunaannya masih tinggi. Dari
catatan PLN sepanjang 2012, BBM yang
digunakan sebanyak 8,21 KL, batubara
sebanyak 46,1 juta ton dan gas sebear 0,41
TCF. Dengan pembahasan PLTP Cangar maka
diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan informasi tentang kondisi
supply dan demand energi listrik di Jawa-Bali
dapat diantisipasi sejak dini.
2. TEORI PENUNJANG
2.1. Panas Bumi Arjuno-Welirang
Secara singkat panas bumi didefinisikan
sebagai panas yang berasal dari dalam bumi.
Sedangkan energi panas bumi adalah energi
yang ditimbulkan oleh panas tersebut. Panas
bumi menghasilkan energi yang bersih
(dari polusi) dan berkesinambungan atau
dapat diperbarui. Sumberdaya energi panas
bumi dapat ditemukan pada air dan batuan
panas di dekat permukaan bumi sampai
beberapa kilometer di bawah
permukaan. Bahkan jauh lebih dalam lagi
sampai pada sumber panas yang ekstrim dari
batuan yang mencair atau magma. Untuk
menangkap panas bumi tersebut harus
dilakukan pemboran sumur seperti yang
dilakukan pada sumur
produksi
minyakbumi. Sumur tersebut menangkap
air tanah yang terpanaskan, kemudian uap
dan air panas dipisahkan. Uap air panas
dibersihkan dan dialirkan untuk memutar
turbin. Air panas yang telah dipisahkan
dimasukkan kembali ke dalam reservoir
melalui sumur injeksi yang dapat membantu
untuk menimbulkan lagi sumber uap.
Listrik tenaga panas bumi adalah listrik
yang dihasilkan dari panas bumi. Panas
bumi dapat menghasilkan listrik yang
reliabel dan hampir tidak mengeluarkan gas
rumah kaca. Panas bumi sebagaimana
didefinisikan dalam Undang-undang Nomor
27 Tahun 2003 tentang Panas bumi, adalah
sumber energi panas yang terkandung di
dalam air panas, uap air dan batuan bersama
mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik semuanya tidak dapat dipisahkan
dalam suatu sistem panas bumi dan untuk
pemanfaatannya
diperlukan
proses
penambangan. Panas bumi mengalir secara
kontinyu dari dalam bumi menuju ke
permukaan yang manifestasinya dapat berupa:
gunung berapi, mata air panas, dan geyser.
Manifestasi panas bumi erat kaitannya
dengan struktur berupa rekahan-rekahan
batuan, sesar atau bidang kontak antar jenis
3. batuan. Struktur adalah bidang lemah yang
mengontrol kelurusan yang terlihat dari atas
permukaan. Mempelajari pola sesar dan zona
rekahan dapat memandu indikasi daerah suatu
reservoir panas bumi. Fluida panas yang
mengalir terutama melalui zona rekahan dan
sesar berinteraksi dengan batuan sekitar dan
memperlihatkan pola kelurusan. Potensi panas
bumi yang ada di cangar merupakan
manivestasi dari gunung Welirang dimana
terdapat pola kelurusan pada batuannya.
Gambar 1 : Model konsep prospek panas
bumi cangar pada pegunungan ArjunoWelirang.
2.2. Sistem Kerja PLTP
Pada dasarnya prinsip kerja PLTP dan
PLTU hampir sama
yaitu dengan
memanfaatkan uap panas untuk memutar
turbin.
Perut bumi ternyata menyimpan
potensi listrik yang sangat besar. Interaksi
panas yang dihasilkan magma dan kandungan
air diantara lapiran batuan membentuk
reservoir uap alami yang dapat digunakan
untuk
menggerakkan
turbin
dan
membangkitkan listrik dari generator. Dari
50.000 MW potensinya di seluruh dunia,
sekitar 40% berada di Indonesia. Tidak
berbeda dengan pembangkit listrik lainnya
yang bertenaga uap, gas, diesel pembangkit
listrik
tenaga
panas
bumi
(PLTP)
menggunakan tekanan uap air untuk
menggerakkan turbin. Hanya saja uap air yang
dibutuhkan sudah diperoleh langsung dari
perut bumi. Ada tiga macam teknologi
pembangkit listrik tenaga panas bumi yaitu dry
steam, flash steam, dan binary cycle.
2.2.1.
PLTP sistem
dry steam mengambil
sumber uap panas dari bawah permukaan.
Sistem ini dipakai jika fluida yang dikeluarkan
melalui sumur produksi berupa fasa uap. Uap
tersebut yang langsung dimanfaatkan untuk
memutar turbin dan kemudian turbin akan
mengubah energi panas bumi menjadi energi
gerak yang akan memutar generator untuk
menghasilkan energi listrik. Sisa panas yang
datang dari production well dialirkan kembali
ke dalam reservoir melalui injection well.
2.2.2. Flash Steam Power Plants
Panas bumi yang berupa fluida misalnya
air panas alam (hot spring) di atas suhu 1750 C
dapat digunakan sebagai sumber pembangkit
Flash Steam Power Plants. Fluida panas
tersebut dialir-kan kedalam tangki flash yang
tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap
panas secara cepat. Uap panas yang disebut
dengan flash inilah yang menggerakkan turbin
untuk meng-aktifkan generator yang kemudian
menghasilkan listrik. Sisa panas yang tidak
terpakai masuk kembali ke dalam reservoir
melalui injection well.
2.2.3.
Binary Cycle Power Plants
(BCPP)
Pada BCPP air panas atau uap panas yang
berasal dari sumur produksi (production well)
tidak pernah menyentuh turbin. Air panas
bumi digunakan untuk memanaskan apa yang
disebut dengan fluida kerja pada
heat
exchanger. Fluida kerja kemudian menjadi
panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap
yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu
dialirkan untuk memutar turbin dan
selanjutnya menggerakkan genera-tor untuk
menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas
yang dihasilkan di heat exchanger inilah yang
disebut sebagai secondary (binary) fluid. Sisa
panas yang tidak terpakai masuk kembali ke
reservoir melalui injection well. Binary Cycle
Power Plants ini sebetulnya merupakan sistem
tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke
atmosfer.
Dry Steam Power Plants
2.3. Biaya Pembangkitan Tenaga Listrik
4. Biaya pembangkitan total tanpa biaya
eksternal merupakan penjumlahan dari biaya
modal, biaya bahan bakar, biaya operasional
dan perawatan, serta biaya lingkungan.
Biaya Pembangkitan = biaya modal + biaya
bahan bakar + biaya
M & O + biaya
lingkungan
Sedangkan untuk harga jual energi
listriknya,
Harga jual = biaya pembagkitan + biaya
transmisi + pajak prosen + keuntungan prosen
2.3.1. Biaya modal (capital cost)
Biaya modal pertahun adalah biaya
investasi
pembangunan pembangkit tenaga listrik yang
dipengaruhi oleh faktor suku bunga dengan
faktor penyusutan
2.4. Metode Peramalan Kebutuhan Listrik
Peramalan kebutuhan listrik adalah untuk
mengetahui akan kebutuhan listrik di tahun
yang akan dating dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain dengan metode
regresi dan metode DKL 3.01.
2.4.1.
Metode Regresi
Dalam Metode Regresi Linier Berganda
diperlukan faktor/parameter yang akan
dijadikan acuan dalam perhitungan. Dalam
peramalan kebutuhan energi listrik parameterparameter yang dipakai adalh sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk (X1)
2. Jumlah konsumsi (X2)
3. Produk Domestik Regional Bruto
(X3)
4. Jumlah industri (X4)
5. Energi listrik terjual (Y)
2.3.2. Biaya bahan bakar (fuel cost)
Biaya operasi ini merupakan biaya yang
hanya dikeluarkan apabila pusat pembangkit
dioperasikan untuk membangkitkan tenaga
listrik. Biaya operasi inimerupakan biaya
pembelian uap panas bumi dan minyak
pelumas
Data tersebut dapat dinyatakan dalam
matrik dengan menggunakan rumus
2.3.3.
..................................(2.2)
Biaya
operasional
dan
pemeliharaan
Biaya ini harus tetap dikeluarkan
meskipun
peralatan-peralatan di pusat pembangkit tidak
sedang beroperasi. Biaya O & M ini
merupakan biaya untuk perawatan pusat
pembangkit, dan juga biaya tenaga kerja yang
mengoperasikan
dan
merawat
pusat
pembangkit.
2.3.4. Biaya Lingkungan
Yang dimaksud biaya lingkungan dalam
pembangunan
PLTP
adalah
biaya
pemeliharaan lingkungan. Seperti alat
pengurangan emisi, pengolahan limbah oli,
menjaga kuantitas dan kualitas air tanah.
Y
=
X
+
..............................................(2.1)
Nilai
e
dicari melalui persamaan
Matriks Y akan dapat dihitung dengan
memasukkan nilai pada persamaan 2.2.
Yi = 0 +
.......(2.3)
2.4.2.
1x1i +
2x2i +.....+
kxki
Metode DKL 3.01
Metode DKL 3 merupakan metode
menghitung peramalan kebutuhan listrik tiap
pelanggan dengan memperhitungkan rasio
elektrifikasi tiap pelanggan. Metode tersebut
paling banyak digunakan oleh PLN.
2.4.2.1. Sektor Rumah Tangga
5. Untuk menghitung peramalan kebutuhan
energi listrik sektor rumah tangga maka
dipergunakan beberapa persamaan berikut ini:
Gt = tingkat pertumbuhan konsumsi energi
listrik pelanggan rumah tangga pada tahun
t (%)
......................................(2.4)
KSt = konsumsi spesifik pelanggan rumah
tangga baru tahun t (Wh).
dimana :
Pt
= jumlah penduduk pada tahun t
(jiwa) Pt-1 = jumlah penduduk pada tahun
t-1
(jiwa)
It = tingkat pertumbuhan penduduk (%)
pada tahun t
2.4.2.2. Sektor Komersil
Untuk menghitung peramalan kebutuhan
energi listrik sektor komersil maka
dipergunakan beberapa persamaam berikut ini:
....................................(2.8)
dimana :
………….....................(2.5)
dimana :
Pel.Rt = jumlah pelanggan rumah tangga
pada tahun t (jiwa)
REt = rasio elektrifikasi pada tahun t (%)
Ht
= jumlah rumah tangga pada tahun t
…………….…...(2.6)
dimana:
Pel.R = penambahan pelanggan rumah
tangga baru pada tahun t (jiwa)
Pel.Rt
(jiwa)
= jumlah pelanggan pada tahun t
Pel.Rt-1 = jumlah pelanggan pada tahun
t-1 (jiwa)
Pel.Kt =jumlah pelanggan komersil pada
tahun t (jiwa)
RPK
= rasio pelanggan komersil (%)
Pel.Rt = jumlah pelanggan rumah tangga
pada tahun t (jiwa)
......................................(2.9)
dimana :
EKt
= konsumsi energi listrik pelanggan
komersil tahun t (jiwa)
EKt-1=konsumsi energi listrik
komersil tahun t-1 (Wh)
pelanggan
Gt =tingkat pertumbuhan konsumsi energi
listrik pelanggan komersil pada tahun t (%).
2.4.2.3. Sektor Publik
........(2.7)
dimana :
ERt = konsumsi energi listrik pelanggan
rumah tangga tahun t (jiwa)
ERt-1 = konsumsi energi listrik pelanggan
rumah tangga tahun t-1 (jiwa)
Untuk menghitung peramalan kebutuhan
energi listrik sector publik maka dipergunakan
beberapa persamaan berikut ini:
....................................(2.10)
Dimana :
Pel.Pt = jumlah pelanggan publik pada tahun
t
RPP = rasio pelanggan publik (%)
6. Pel.Rt
pada
= jumlah pelanggan rumah tangga
tahun t (jiwa)
..................................(2.11)
dimana :
EPt = konsumsi energi listrik pelanggan
publik tahun t (Wh)
EPt-1 = konsumsi energi listrik pelanggan
publik tahun t-1 (Wh)
Gt = tingkat pertumbuhan konsumsi energi
listrik pelanggan publik pada tahun t (%)
2.4.2.4. Sektor Industri
Untuk menghitung peramalan kebutuhan
energi listrik
sektor industri maka
dipergunakan beberapa persamaan berikut ini:
................................(2.12)
dimana :
Pel.It = jumlah pelanggan industri pada tahun
t Pel.It-1 = jumlah pelanggan industri pada
tahun t-1
Gt = pertumbuhan PDRB sektor industri (%)
metode penilaian proyek investasi, yaitu :
2.5.1. Net Present Value (NPV)
NPV adalah nilai sekarang dari
keseluruhan
Discounted Cash Flow atau gambaran ongkos
total atau pendapatan total proyek dilihat
dengan
nilai sekarang (nilai pada awal proyek).
Secara matematik rumus NPV dapat ditulis
sebagai berikut :
..............................(2.14)
dimana :
k = Discount rate yang digunakan
COF = Cash ou tflow/Investasi
CIFt = Cash in flow pada periode t
N = Periode terakhir cash flow diharapkan
2.5.2. Return of Investment (ROI)
ROI adalah laba atas investasi. ROI
adalah
rasio uang yang diperoleh atau hilang pada
suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang
yang diinvestasikan. ROI dapat dirumuskan
dengan persamaan:
......................(2.16)
..................................(2.13)
.................................(2.17)
Dimana:
dimana :
e1 = elastisitas pelanggan terhadap sektor
industri (%)
EIt = konsumsi energi listrik pelanggan
industri tahun t (Wh)
EIt-1= konsumsi energi listrik pelanggan
industri tahun t-1 (Wh)
2.5. Analisa Ekonomi
Sebelum suatu proyek dilaksanakan perlu
dilakukan analisa dari investasi tersebut
sehingga akan diketahui kelayakan suatu
proyek dilihat dari sisi ekonomi investasi. Ada
beberapa
2.5.3. Benefit-Cost Ratio (BCR)
Benefit-Cost
Ratio
adalah
rasio
perbandingan
antara
pemasukan
total
sepanjang waktu operasi pembangkit dengan
biaya investasi awal. Dirumuskan dalam
persamaan:
7. ....................................(2.18)
2.5.4. Payback Period (PP)
Payback Period adalah lama waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan dana
investasi.
Dirumuskan dalam persamaan:
......................................(2.19)
dimana:
Investment Cost = Biaya Investasi
Annual CIF = Pemasukan per tahun
Investasi yang ideal adalah investasi dengan
payback periode terpendek.
3. Jawa Timur dan Kabupaten
Malang
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di
bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibukota
terletak di Surabaya. Luas wilayahnya 47.922
km², dan jumlah penduduknya 37.476.757
jiwa (2010). Jawa Timur memiliki wilayah
terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan
memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di
Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur
berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat
Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta
Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa
Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau
Bawean, Pulau Kangean serta sejumlah pulaupulau kecil di Laut Jawa dan Samudera
Hindia(Pulau Sempu dan Nusa Barung).
Jawa Timur dikenal sebagai pusat
Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi,
yakni berkontribusi 14,85% terhadap Produk
Domestik Bruto nasional.
Kabupaten Malang adalah sebuah
kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2008, Kota Kepanjen ditetapkan
sebagai ibukota Kabupaten Malang yang baru.
Kota Kepanjen saat ini sedang berbenah diri
agar nantinya layak sebagai ibu kota
kabupaten.
Kabupaten ini berbatasan langsung dengan
Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto,
Kota Batu, dan Kabupaten Pasuruan di utara,
Kabupaten Lumajang di timur, Samudra
Hindia di selatan, serta Kabupaten Blitar dan
Kabupaten Kediri di barat.
3.1. Kondisi Kelistrikan Jawa Timur
Besarnya kebutuhan masyarakat akan
listrik di daerah Jawa Timur, yang mencapai
7.695,87 MW, ternyata tidak diimbangi
dengan ketersediaan pasokan listrik oleh PLN
distribusi jawa timur, yang hanya mampu
memasok daya sebesar 11.800 kW. Dari data
tersebut, PLN Distribusi Jawa Timur
mengalami defisit yang cukup besar. Oleh
karena itu kebutuhan daya
listrik dipasok dari pihak swasta.
8. Bahkan defisit daya listrik PLN untuk
kawasan Jawa-Bali mencapai 600 sampai
2.000 MW. Defisit daya listrik tersebut
disebabkan pertumbuhan beban yang cukup
meningkat akibat pelanggan rumah tangga
dan industri yang beralih ke PLN sehubungan
dengan naiknya harga BBM. Selain itu,
memasuki musim kemarau saat ini,
ketersedian air di waduk besar seperti
Saguling dan Cirata terbatas. Sehingga mesin
pembangkit tidak bisa beroperasi pada beban
penuh selama 24 jam. Akhirnya, PLTA hanya
dioperasikan di malam hari.
Tabel
Perkembangan Daya Tersambung (MVA)
Menurut Area Distribusi Jawa Timur
Untuk mengatasi defisit daya listrik, PLN
melakukan pengaturan kebutuhan pasokan dan
pengamanan ketersediaan pasokan listrik. Dari
sisi konsumen PLN melakukan pengaturan
daya, dengan mengimbau masyarakat terutama
industri untuk mengurangi pemakaian listrik.
Tidak hanya itu saja, termasuk imbauan ke
Pemda untuk mengurangi PJU dan lampulampu reklame. Sedangkan di sisi pasokan,
PLN mempercepat pemeliharaan pembangkit
dan security of supply dengan menjaga
keamanan pasokan batu bara dan BBM.
4. Analisa Data
Penyebab
defisit
lainnya
adanya
pemeliharaan pembangkit yang jadwalnya
dilakukan tahun 2009 dipercepat tahun ini.
Sebab tahun 2009 memasuki jadwal Pemilu
Presiden. Defisit daya juga dikarenakan
kejadian insidentil, seperti krisis suplai batu
bara ke PLTA Cilacap.
Tabel
Perkembangan Listrik Terjual (MWh)
Menurut Area Distribusi Jawa Timur
9. Kondisi Eksisting dan Ketenaga Listrikan Propinsi Jawa Timur
Analisa Ketersediaan Energi dan Ketenagalistrikan Propinsi Jawa Timur
Analisa Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Jawa TImur
Analisa Peramalan Konsumsi Energi Listrik Propinsi Jawa Timur
Analisa Teknis dan Ekonomi Pembangunan PLTP Cangar 2x55 MW
Potensi Energi dan Ketenaga Listrikan dari Tinjauan Kondisi Nasional,
Jawa-Bali
4.1. Analisa Ketesediaan Panasbumi Cangar
Temperatur reservoir berkisar antara 190
sampai 230 °C, dan ini diketahui dari
kandungan
NA-K-Ca
pada
air
geothermometer. Estimasi temperature ini
akan lebih tinggi jika terdapat data gas.
Reservoir
dimungkinkan
terdiri
dari
seperempat batuan vulkanik sebagai sebuah
hasil dari hubungan stratigraphic berdasarkan
pada lithology permukaan. Kandungan sulfur
yang tinggi mengindikasikan cairan pada
reservoir bersifat asam yang dihasilkan dari
magma aktif.
4.2. Kebutuhan Energi Listrik Jawa Timur
(Distribusi Jawa-Bali)
Analisa Hubungan Energi dan Ketenagalistrikan denga IPM
Dampak Lingkungan Pembangunan PLTP Cangar 2x55 MW
Dampak Lingkungan Pembangunan PLTP Cangar 2x55 MW
Gambar 4.1
Analisis Bab 4
Jika kita urai tentang pola kelistrikan yang
kita miliki saat ini, bahwa beberapa sistem
pembangkit kita masih menggunakan bahan
bakar fosil (Batubara). Dalam waktu yang
bersamaan
pembangunan
sistem
ketenagalistrikan
sedang
dibangun
di
Kalimantan dimana diversivikasi bahan bakar
minyak ke batu bara. Sebagian sudah
menggunakan PLTA dan beberapa PLTP
sedang dikerjakan yang sesuai jadwal akan
selesai pada tahun 2014. Berdasarkan data
listrik nasional sekitar 29,3 GW daya
terpasang 86% atau sekitar 25,3 GW masih
berasal dari pembangkit tenaga fosil dan hanya
3.94 GW yang memakai energi terbarukan.
Pembangunan PLTP dimaksudkan untuk
mengurangi penggunaan bahan bakar fosil,
sehingga bahan bakar fosil dapat di hemat
untuk kebutuhan mendatang dn kebutuhan
untuk pembangkit di luar pulau jawa yang
mulai beralih dari penggunaan bahan bakar
minyak.
Kebutuhan listrik di Jamali terdiri dari
Distribusi Bali, Distribusi Jawa Timur,
Distribusi Jawa Tengah-Jogya, Distribusi Jawa
Barat-Banten dan Distribusi Jawa BaratTangerang. Total kebutuhan listrik dari 5
wilayah distribusi tersebut jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan kebutuhan listrik pada
wilayah lainnya di Indonesia, yaitu sekitar
80% dari total kebutuhan listrik nasional pada
tahun 2003. Hal ini sangat beralasan
mengingat Jamali merupakan pusat dari segala
kegiatan, namun pemakaian listriknya masih
tergolong kurang efisien.
Pada tahun 2003, total kebutuhan listrik di
Jamali sebesar 69,96 TWh dan selama kurun
waktu 17 tahun (2003-2020) diperkirakan
tumbuh sebesar 6% per tahun sedikit lebih
rendah dari rata-rata Indonesia, sehingga pada
tahun 2020 total kebutuhan listrik di Jamali
menjadi 203,19 TWh.
Peningkatan
pertumbuhan kebutuhan listrik terbesar di
Jamali berasal dari sektor rumah tangga, hal
tersebut
dipicu
dengan
membaiknya
perekonomian di Jawa, walaupun laju
pertumbuhan kebutuhan listrik sektor rumah
tangga tersebut sudah mempertimbangkan
efisiensi penggunaan listrik dan kenaikan tarif.
Sekitar sepertiga dari total kebutuhan listrik
Jamali berasal dari Distribusi Jawa Barat dan
10. Banten, mengingat pusat industri besar berada
di wilayah ini.
Besarnya proyeksi kebutuhan listrik di
Jamali dari tahun 2003 s.d. 2020 ditunjukkan
pada Grafik 1, sedangkan pangsa kebutuhan
listrik per distribusi di wilayah Jamali
ditunjukkan pada Grafik 3. Dari Grafik 2
nampak bahwa kebutuhan listrik di Jawa
didominasi oleh sektor industri, disusul sektor
rumah tangga, usaha, dan umum.
Gambar 4.2
Flow diagram metode peramalan
kebutuhan energi listrik
4.2.1. Analisa Perkiraan Kebutuhan
Energi Listrik dengan Metode
Regresi
Dengan menggunakan analisa regresi
didapatkan jumlah kebutuhan energi listrik
Jawa dimana Malang masuk dalam jalur
distribusi Jawa-Bali.
Grafik 1 : Proyeksi Kebutuhan Listrik di Jawa
Per Sekor Tahun 2003 s.d. 2020
4.2.2. Analisa
Perkiraan
Kebutuhan
Energi
Listrik
menggunakan
Metode DKL 3.0
Metode DKL adalah metode untuk
meramalkan kebutuhan tenaga listrik secara
sektoral atau per kelompok konsumen .
Dimana metodologi yang di gunakan metode
ini
adalah
menggabungkan
antara
kecenderungan ekonometri dan analitis.
Parameter-parameter yang yang digunakan
sebagai pendekatan untuk menghitung
kebutuhan listrik adalah sebagai berikut:
• Pelanggan Rumah Tangga
• Pelanggan Bisnis
• Pelanggan Industri
• Pelanggan Sosial.
Sehingga
dari
parameter-parameter
tersebut
dapat untuk mencari konsumsi energi per
kelompok pelanggan sehinggga total dari
energi konsumsi tiap-tiap sektor di dapatkan
energi konsumsi total. Di harapkan dengan
peramalan ini diketahui energi konsumsi yang
natinya
dapat
memprediksi
kapasitas
pembangkit yang akan di bangun serta
mempermudah
untuk
penjadwalan
pembangkit. Metode DKL 3.01 ini
menggunakan pendekatan yang memadukan
analisa data statistik penjualan tenaga listrik
dan
pertumbuhan
ekonomi
yang
dipresentasikan dengan Product Domestic
Regional Brutto (PDRB).
Tabel
Total Peramalan Kebutuhan Energi Listrik
Propinsi Jawa Timur
4.5. Analisa PLTP Cangar
4.5.1. Aspek Teknis
Tata letak komponen PLTP Cangar 2x55
MW yaitu :
1. Administration Building
2. Water Utility
11. 3. Raw Water Tank 1200 m3
4. Treated Water Tank 500 m3
5. Guard House
6. Workshop & Ware House
7. Generator Transformer
8. Power House
9. Gas Extraction System
10. Condenser Installation Area
11. Cooling Tower
Gambar 4.4 : Skema perjalanan uap
12. Rock Muffler
13. Re-Injection Pump House
14. Condensate Drain Pond
15. Car Parking
16. Atmospheric Flash Tank
17. Transmission Tower
18. Demister
19. 150KV Gantry
Gambar 4.4
Tata Letak PLTP
Adapun rencana tata letak komponen
PLTP Cangar 2x55 MW terlihat pada gambar
4.4. sedangkan titik-titik sumur uap (steam
well) dan sumur injeksi (reinjection well)
belum ada karena belum ada kegiatan
explorasi di projek cangar. Serta belum di
dapatkan sumber raw water di daerah tersebut.
Tetapi menurut data kementrian ESDM ada
banyak sumber air di daerah tersebut. P & ID
secara umum dapat dilihat pada beberapa
gambar dibawah ini.
Gambar 4.5 Urutan perjalanan uap PLTP
Cangar
Dari uap yang menggerakan turbin akan
menghasilkan keluaran listrik pada generator
sebesar 55 MW. Sebagian listrik akan
digunakan pada sistem Power Plan meliputi
pompa, penerangan dan equipment power
house.
4.6. Aspek Ekonomi
Biaya total pembangkitan energi listrik
merupakan penjumlahan dari biaya modal,
biaya uap serta biaya operasi dan perawatan.
Karenanya
dalam
perhitungan
biaya
pembangkitan energi listrik, harus dihitung
satu persatu dari ketiga biaya diatas.
Perencanaan pembangunan PLTP Cangar
dengan kapasitas total 110 MW, diasumsikan
dengan capacity factor / faktor kapasitas 85 %.
Indicative Cost untuk pembangunan PLTP
adalah
1. Identification & Bidding (3-6 bulan) =
≤ $1 M
2. Exploration (1-2 tahun) = ≤ $40 M
12. 3. Development (3-4 tahun) = ≤ $400 M
Total waktu yang dibutuhkan adalah 16
tahun sampai dengan pengoperasian PLTP
dengan life time antara 30-40 tahun dengan
perawatan berkala.
Tabel 4.6
Biaya Pembangkitan Energi Listrik
PLTP Cangar
Perhitungan
Biaya Pembangkitan (US$/KW)
Umur Operasi (Th)
Kapasitas (KW)
Biaya uap (US$/kWh)
Biaya . O & M (cent$/kWh)
Biaya Modal (US$/kWh)
Total Cost (US$/kWh)
Suku Bunga
6%
8%
4009.09 4009.09
30
30
110000 110000
0.489
0.489
0.0058
0.0058
66.81
66.81
0.0494
0.0494
4.6.1. Analisa Harga Jual PLTP Cangar
(Pricing)
Harga jual listrik sebuah PLTP didapatkan
dari tiga faktor modal yaitu
1. Natural Resources
2. Financial Term Condition
3. Technical Term Condition
Harga jual listrik PLTP Cangar yaitu
sebesar 4.94 cent US$/kWh atau RP 568.8,00
(kurs 11.515 / dolar us). Harga t
4.6.2. Analisa Kelayakan Investasi
Untuk menghitung semua variable dalam
analisa ekonomi, terlebih dahulu dihitung total
energi output PLTP Cangar dalam 1 tahun.
Diasumsikan
faktor
kapasitas
(CF)
pembangkit sebesar 0.85 dan semua energi
tersebut terpakai sepanjang tahun.
KWHoutput
= Daya Terpasang x Faktor
Kapasitas x 8760
= 110 x 0,85 x 8760
= 702.051.430 kWh/tahun
Jumlah pendapatan pertahun / cash inflow
(CIF) dapat dihitung dari KWHoutput dan selisih
Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan biaya
pembangkitan (BP) atau dengan kata lain
keuntungan penjualan (KP). Pembangkit ini
direncanakan akan dihubungkan dengan
saluran tinggi 150 KV.
Untuk suku bunga 6% keuntungan
penjualan yang didapat selama 30 tahun yaitu
sebesar
4.6.2.1. Net Present Value
Metode Net Present Value (NPV) ini
menghitung jumlah nilai sekarang dengan
menggunakan Discount Rate tertentu dan
kemudian
membandingkannya
dengan
investasi awal (Initial Invesment). Selisih
disebut NPV. Apabila NPV tersebut positif,
maka usulan investasi diterima, dan apabila
negatif ditolak.
4.6.2.2. Return On Invesment
Return On Invesment adalah kemampuan
pembangkit untuk mengenbalikan dana
investasi
dalam
meghasilkan
tingkat
keuntungan yang digunakan untuk menutup
investasi yang dikeluarkan.
Dengan mengolah data-data yang telah
diketahui maka didapatkan ROI PLTP Cangar
untuk suku bunga 6% dan cash in Rp.
423.286.464.587.04 / tahun sedangkan untuk
suku bunga 9% medapat cash flow per tahun
sebesar 435.266.270.188.56 / tahun.
4.6.2.3. Benefit-Cost Ratio (BCR)
Benefit-Cost
Ratio
adalah
rasio
perbandingan
antara
pemasukan
total
sepanjang waktu operasi pembangkit dengan
investasi awal.
Dengan mengolah data-data yang telah
diketahui maka didapatkan BCR PLTP Cangar
untuk suku bunga 6% mengalami kenaikan
sekitar 12% tiap tahunnya dan nilai BCR
setelah pembangkit beroperasi selama 30
tahun adalah 2166% sedangkan unutk suku
bunga 9% BCR mengalami kenaikan sebesar
13. 12% tiap tahunnya dan nilai BCR selama 30
tahun yaitu 2160%.
4.6.2.4. Payback Period
Payback Periode adalah lama waktu yang
dibutuhkan agar nilai investasi yang
diinvestasikan dapat kembali dengan utuh.
Setelah mengolah data-data yang diketahui
maka lama waktu Payback Periode dengan
suku bunga 6% adalah 8.1 tahun dan dengan
sukubunga 9% adalah 8.4 tahun.
4.6.2.5. Analisa perhitungan BPP setelah
pembangunan PLTU
Perhitungan biaya pokok penyediaan
tenaga listrik (BPP) setelah pengoperasian
PLTP Cangar 110 MW ini diharapkan
mengalami penurunan harga dimana saar ini
BPP untuk tingkat Tegangan Tinggi (TT)
sistem Jawa-Bali TDL paling tinggi yaitu Rp.
1300/KWh.
4.7. Aspek Sosial
Propinsi Kalimantan Timur berada pada
posisi ke-2 tingkat IPM dari 33 propinsi yang
ada di Indonesia. Nilai IPMnya sebesar 74,5%
dan reduksi Shorfallnya sebesar 1,92. Nilai
IPM Kalimantan Timur lebih besar dari nilai
IPM Indonesia.
IPM dan Shortfall dipengaruhi oleh 3
index, yaitu index angka harapan hidup, angka
melek huruf dan index pendapatan sektor riil
yang telah disesuaikan. Pembangunan dan
pengoperasian PLTU Tanah Grogot dapat
menambah pasokan listrik Kalimantan Timur.
Hal ini menyebabkan pemadaman bergilir
dapat terhindarkan sehingga pekerjaan
penduduk
Kalimantan Timur
dapat
menggunakan energi listrik dengan tenang,
siswa-siswi dapat belajar dengan tenang pada
malam hari, proses penerimaan informasi
kesehatan , makanan bergizi dan sebagainya
melalui alat elektronik dapat terjadi, Industri
bekerja tanpa gangguan pemadaman sehingga
terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk
dan peningkatan PDRB. Hal ini berujung
pada kenaikan IPM dan reduksi shortfall.
4.8. Aspek Lingkungan
Prakiraan
dampak
penting
dalam
pembangunan PLTP Cangar ini. Upaya
pemantauan lingkungan untuk kegiatan
pembangunan PLTP ini prakiraan dampak
yang terjadi akan di tinjau dalam 4 (empat)
tahapan :
1. Tahap pengeboran sumur (drilling
wells)
2. Tahap Konstruksi
3. Tahap Operasional
4. Tahap Pasca Operasi
Pengelompokan yang baik dan benar
dengan memperhatikan perubahan lingkungan
dan sumber dampak yang terjadi, akan dapat
merendam dan menekan dampak negatif yang
mungkin terjadi bahkan mungkin dapat
merubah berbalik menjadi positif.
Secara
umum Upaya
Pengelolaan
Lingkungan ini adalah pengelolaan rencana
kegiatan yang akan membuat pengaruh
(dampak) terhadap lingkungan, mulai dari
tahap
kegiatan
Pengeboran/Explorasi,
konstruksi dan pasca konstruksi sehingga
dampak yang terjadi dapat ditekan seminimal
mungkin.
PLTP menggunakan steam yang berasal
dari batuan mineral di dalam tanah dimana
steam yang keluar dari sumur membawa
mineral dan noncondensable gas (gas yang
tidak dapat terkondensasi). NCG (Non
Condensable Gas) mengandung 95% CO2 dan
sisanya H2S, CH4, NH3.
Rata-rata emisi adalah 122 kg CO2 per
MWh. Emisi tersebut dapat dikurangi dengan
menggunakan emission-control system pada
sistem pembuangan uap. PLTP tidak
diharuskan membayar pajak emisi karbon
karena emisi yang dihasilkan dibawah base
line Potential Carbon Credit dari Protokol
Kyoto.
14. 4.9. Rencana Pengembangan Ketenaga
listrikan
Untuk menghadapi kondisi energi yang
sedemikian rupa, maka perlu ditetapkanlah
strategi pengoperasian sistem agar dapat
memenuhi kualitas pasokan sekalipun dalam
kondisi kurang baik. Strategi operasi sistem
Jawa-Bali didasarkan atas rencana kerja,
karakteristik sistem dan daerah krisisnya,
karakteristik pembangkitan dan pendukung
sistem interkoneksinya, rencana pemeliharaan
tahunan setiap unit pembangkit dan neraca
energi. Berdasarkan dasar tersebut dibuatlah
beberapa strategi operasi, berupa strategi
pembebanan
pembangkit
dan
strategi
pengaturan tegangan.
5. PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dan analisa, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Distribusi Jawa Bali mengalami
surplus energi sebesar 1.378 MW.
Dimana 86% dari daya terpasang
masih berasal dari pembangkit tenaga
fosil.
2. Jika projek PLTP Cangar ini dimulai
pada tahun 2017 maka sesuai dengan
pertumbuhan kebutuhan enegi JawaBali,
mengingat
waktu
yang
dibutuhkan mulai dari survey sampai
operasi sekitar 16 tahun.
3. PLTP menghasilkan emisi karbon
yang sangat kecil dibandingkan
pembangkit lain dan diharapkan
dijadikan pengganti pembangkit listrik
fosil yang menghasilkan emisi tinggi.
4. Biaya pembangkitan PLTP terhitung
besar sehingga diharapkan kerjasama
oleh pemerintah pusat dan daerah
untuk memulai proyek ini.
5.2. SARAN
Berkaitan dengan pembahasan Tugas
Makalah Kuliah Sistem Konversi Energi
ini ada beberapa saran yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Penambahan daya pada jaringan listrik
Jawa-Bali diharapkan diiringi oleh
pembangunan insfrastruktur Gantry
(Jaringan Listrik) ke daerah-daerah
pelosok mengingat masih 23%
penduduk
jawa
masih
belum
mendapatkan jaringan listrik PLN.
2. Pembangunan PLTP diharapkan akan
melepaskan ketergantungan terhadap
bahan bakar fosil. Diperlukan
pembangkit-pembangkit baru karena
efisiensi pembangkit yang sudah tua
akan semakin kecil, sehingga daya
mamounya semakin lama semakin
turun.
3. Segera dibangun pembangkit tenaga
panas
bumi
lain,
mengingat
kementrian ESDM sudah menerbitkan
KEMEN 2903 K/30/MEM/2013 yang
menederkan survey awal kepada PT
Hitay Renewable Energy untuk
melakukan survey awal.
4. Diharapkan kepada penerus bangsa
agar
dapat
bersaing
dalam
mengembangkan Negara ini, sehingga
pembangunan PLTP sepenuhnya dapat
dikerjakan oleh bangsa Indonesia.
Mengingat saat ini 70% pembangunan
PLTP dikerjakan oleh perusahaan
asing dan konsorsium asing sebagai
pemegang tender PLTP.