SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 8
Downloaden Sie, um offline zu lesen
1
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 81 TAHUN 2005
TENTANG
BADAN KOORDINASI KEAMANAN LAUT
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa penegakan hukum dan keamanan di perairan Indonesia
dilaksanakan oleh berbagai instansi pemerintah sehingga perlu
dikoordinasikan agar berdaya guna dan berhasil guna;
b. bahwa Badan Koordinasi Keamanan Laut yang dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menhankam/Pangab,
Menteri Perhubungan, Menteri Keuangan, Menteri Kehakiman,
dan Jaksa Agung, Nomor : Kep/B/45/XII/1972,
S.K. 901/M/1972, Kep. 779/MK/III/12/1972, J.S. 8/72/1, dan
Kep. 085/J.A/12/1972, sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan hukum dan tata pemerintahan dewasa ini,
sehingga perlu pengaturan kembali;
c. bahwa sehubungan dengan hal-hal sebagaimana tersebut pada
huruf a dan huruf b, dan dalam rangka melaksanakan ketentuan
Pasal 23 ayat (3) dan Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, dipandang perlu menata
kembali Badan Koordinasi Keamanan Laut yang ditetapkan
dengan Peraturan Presiden;
2
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1), Pasal 10, dan Pasal 30 Undang-Undang Dasar
1945;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia (Lembaran Negara No. 73 Tahun 1996; Tambahan
Lembaran Negara No. 3647);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG BADAN KOORDINASI
KEAMANAN LAUT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan :
1. Wilayah Perairan Indonesia adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia beserta peraturan
perundangan-undangan lainnya, dan yang sesuai konvensi hukum internasional
yang berlaku;
2. Koordinasi keamanan laut adalah upaya untuk mempadukan kegiatan dan
operasi keamanan laut yang dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Kegiatan keamanan laut adalah segala upaya dan tindakan terencana yang
diselenggarakan secara rutin dan fungsional oleh masing-masing instansi sesuai
lingkup tugas pokok dan fungsinya dalam rangka penjagaan, pengawasan,
pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum, serta keselamatan pelayaran
dan pengamanan terhadap aktivitas masyarakat dan pemerintah di wilayah
perairan Indonesia;
4. Operasi keamanan laut adalah upaya dan tindakan terencana yang
diselenggarakan secara khusus dan untuk sasaran atau tujuan tertentu oleh
masing-masing instansi yang berwenang (operasi keamanan laut mandiri) dan
3
atau oleh dua atau lebih instansi secara bersama (operasi keamanan laut
bersama) dalam rangka penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan
pelanggaran hukum, serta keselamatan pelayaran dan pengamanan terhadap
aktivitas masyarakat dan pemerintah di wilayah perairan Indonesia.
BAB II
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 2
Badan Koordinasi Keamanan Laut, yang selanjutnya dalam Peraturan Presiden ini
disebut BAKORKAMLA, adalah lembaga non struktural yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Pasal 3
BAKORKAMLA mempunyai tugas mengkoordinasikan penyusunan kebijakan dan
pelaksanaan kegiatan operasi keamanan laut secara terpadu.
Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, BAKORKAMLA
menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan dan penetapan kebijakan umum di bidang keamanan laut;
b. Koordinasi kegiatan dan pelaksanaan tugas di bidang keamanan laut yang
meliputi kegiatan penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan
pelanggaran hukum serta pengamanan pelayaran dan pengamanan aktivitas
masyarakat dan pemerintah di wilayah perairan Indonesia;
c. Pemberian dukungan teknis dan administrasi di bidang keamanan laut secara
terpadu.
4
BAB III
ORGANISASI
Pasal 5
Susunan keanggotaan BAKORKAMLA terdiri dari :
a. Ketua : Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
b. Anggota : 1. Menteri Luar Negeri;
2. Menteri Dalam Negeri;
3. Menteri Pertahanan;
4. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
5. Menteri Keuangan;
6. Menteri Perhubungan;
7. Menteri Kelautan dan Perikanan;
8. Jaksa Agung Republik Indonesia;
9. Panglima Tentara Nasional Indonesia;
10. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
11. Kepala Badan Intelijen Negara;
12. Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut.
c. Sekretaris : Kepala Pelaksana Harian BAKORKAMLA.
merangkap Anggota
BAB IV
PELAKSANA HARIAN BAKORKAMLA
Pasal 6
(1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi BAKORKAMLA,
dibentuk Pelaksana Harian BAKORKAMLA.
(2) Pelaksana Harian BAKORKAMLA dipimpin oleh Kepala Pelaksana Harian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua BAKORKAMLA.
(3) Pelaksana Harian BAKORKAMLA mempunyai tugas memberikan dukungan
teknis dan administrasi kepada BAKORKAMLA dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
5
Pasal 7
Pelaksana Harian BAKORKAMLA terdiri dari :
a. Tim Koordinasi Keamanan Laut disebut Tim KORKAMLA;
b. Sekretariat Pelaksana Harian BAKORKAMLA;
c. Pusat;
Pasal 8
(1) TIM KOMKAMLA dibentuk oleh Ketua BAKORKAMLA .
(2) TIM KORKAMLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Kepala
Pelaksana Harian BAKORKAMLA dengan anggota pejabat eselon I atau
sederajat yang secara fungsional mewakili Instansi Pemerintah Anggota
BAKORKAMLA dan Instansi/Lembaga Pemerintah Lainnya yang dipandang
perlu.
(3) TIM KORKAMLA mempunyai tugas:
a. menyiapkan rancangan kebijakan umum tentang keamanan laut;
b. merancang, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan koordinasi kegiatan
keamanan laut.
Pasal 9
(1) Sekretariat Pelaksana Harian BAKORKAMLA dipimpin oleh Sekretaris
Pelaksana Harian.
(2) Sekretariat Pelaksana Harian BAKORKAMLA mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan administrasi BAKORKAMLA
(3) Sekretariat Pelaksana Harian BAKORKAMLA sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga ) Bagian dan masing-
masing Bagian terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga ) Sub Bagian
Pasal 10
(1) Pusat dipimpin oleh Kepala Pusat.
(2) Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan dan pemberian dukungan teknis
(3) Jumlah Pusat DI LINGKUNGAN Pelaksana Harian paling banyak 3 (tiga) Pusat.
6
(4) Masing-masing Pusat terdiri dari Subbagian Tata Usaha dan paling banyak 4
(empat) Bidang, dan masing-masing Bidang terdiri dari sebanyak-banyaknya 3
(tiga) Subbidang.
Pasal 11
(1) Dalam rangka pelaksanaan tugas, dapat dibentuk Satuan Tugas Koordinasi
Keamanan Laut, yang selanjutnya disebut SATGAS KORKAMLA.
(2) SATGAS KORKAMLA bersifat adhoc yang dibentuk untuk melaksanakan tugas
tertentu dalam rangka operasi bersama keamanan laut.
BAB V
TATA KERJA
Pasal 12
Sistem dan prosedur umum untuk koordinasi kegiatan dan operasi keamanan laut
dalam penyelenggaraan tugas BAKORKAMLA ditetapkan dengan Keputusan Ketua
BAKORKAMLA.
Pasal 13
(1) BAKORKAMLA mengadakan rapat koordinasi secara berkala sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan atau sewaktu-waktu sesuai dengan
kebutuhan.
(2) Jika dipandang perlu, BAKORKAMLA dapat mengikutsertakan Menteri
dan/atau Pejabat lain yang terkait dalam rapat-rapat koordinasi yang
diselenggarakan BAKORKAMLA.
Pasal 14
Ketua BAKORKAMLA melaporkan hasil pelaksana tugas dan fungsi
BAKORKAMLA kepada Presiden secara berkala atau sewaktu-waktu jika dipandang
perlu.
7
BAB VI
KEPANGKATAN, PENGANGKATAN,
DAN PEMBERHENTIAN
Pasal 15
a. Kepala Pelaksana Harian BAKORKAMLA adalah jabatan struktural eselon I.a.
b. Sekretaris Pelaksana Harian BAKORKAMLA dan Kepala Pusat adalah jabatan
struktural eselon II.a.
c. Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan struktural eselon III.a.
d. Kepala Subbagian dan Kepala Subbidang adalah jabatan struktural eselon IV.a.
Pasal 16
(1) Kepala Pelaksana Harian BAKORKAMLA diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden atas usul Ketua BAKORKAMLA.
(2) Pejabat eselon II ke bawah dan pejabat lainnya di lingkungan BAKORKAMLA
diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Pelaksana Harian BAKORKAMLA.
BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 17
Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi BAKORKAMLA
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber-sumber
lainnya yang sah.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 18
Rincian tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Pelaksana Harian BAKORKAMLA
ditetapkan dengan Keputusan Ketua BAKORKAMLA setelah terlebih dahulu
mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang
pendayagunaan aparatur negara.
8
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19
(1) Segala ketentuan mengenai koordinasi keamanan laut masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diubah dan/atau diganti dengan
peraturan baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, segala ketentuan mengenai
koordinasi keamanan laut yang bertentangan dengan Peraturan Presiden ini,
dinyatakan tidak berlaku.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan : di Jakarta
Pada tanggal : 29 Desember 2005
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR.H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum,
Lambock V. Nahattands

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pp 55 tahun_2010
Pp 55 tahun_2010Pp 55 tahun_2010
Pp 55 tahun_2010
Poho Lahar
 
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Nick Nick
 
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan hamPerpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Faizal Putra
 

Was ist angesagt? (17)

Pp 55 tahun_2010
Pp 55 tahun_2010Pp 55 tahun_2010
Pp 55 tahun_2010
 
Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019
Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019
Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019
 
Uu 39 Tahun 2008
Uu 39 Tahun 2008Uu 39 Tahun 2008
Uu 39 Tahun 2008
 
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga 1965 Jilid III
Buku Kelima Sidang Umum MPRS  Ketiga 1965 Jilid IIIBuku Kelima Sidang Umum MPRS  Ketiga 1965 Jilid III
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga 1965 Jilid III
 
Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Buku Kelima Djilid I-A
Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Buku Kelima Djilid I-ASidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Buku Kelima Djilid I-A
Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Buku Kelima Djilid I-A
 
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jilid V A
Buku Kelima Sidang Umum MPRS  Ketiga Tahun 1965 Jilid V ABuku Kelima Sidang Umum MPRS  Ketiga Tahun 1965 Jilid V A
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jilid V A
 
Risalah Sidang Umum I - Sidang Umum II Jilid kedua
Risalah Sidang Umum I - Sidang Umum II Jilid keduaRisalah Sidang Umum I - Sidang Umum II Jilid kedua
Risalah Sidang Umum I - Sidang Umum II Jilid kedua
 
Undang Undang No 9 Tahun 2010
Undang Undang No 9 Tahun 2010Undang Undang No 9 Tahun 2010
Undang Undang No 9 Tahun 2010
 
Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/...
Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/...Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/...
Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/...
 
Buku Kelima Sidang Umum 1965 Jilid III-B
Buku Kelima Sidang Umum 1965 Jilid III-BBuku Kelima Sidang Umum 1965 Jilid III-B
Buku Kelima Sidang Umum 1965 Jilid III-B
 
UU Nomor 17 Tahun 2003
UU Nomor 17 Tahun 2003UU Nomor 17 Tahun 2003
UU Nomor 17 Tahun 2003
 
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
 
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan hamPerpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
 
PP nomor 8 tahun 2022 1
PP nomor 8 tahun 2022 1PP nomor 8 tahun 2022 1
PP nomor 8 tahun 2022 1
 
Dasar Hukum Pengelolaan Aset
Dasar Hukum Pengelolaan AsetDasar Hukum Pengelolaan Aset
Dasar Hukum Pengelolaan Aset
 
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jilid I-B
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jilid I-BBuku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jilid I-B
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jilid I-B
 
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan NegaraUU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
 

Andere mochten auch (6)

Aula império 2012
Aula império 2012Aula império 2012
Aula império 2012
 
Feliz dia mamá bno
Feliz dia mamá bnoFeliz dia mamá bno
Feliz dia mamá bno
 
Brand works jm_pps 2003
Brand works jm_pps 2003Brand works jm_pps 2003
Brand works jm_pps 2003
 
Attirer les clients avec la mobilité
Attirer les clients avec la mobilitéAttirer les clients avec la mobilité
Attirer les clients avec la mobilité
 
Introducao A Base De Dados 1
Introducao A Base De Dados 1Introducao A Base De Dados 1
Introducao A Base De Dados 1
 
Maestria CurríCulum Gimeno
Maestria CurríCulum GimenoMaestria CurríCulum Gimeno
Maestria CurríCulum Gimeno
 

Ähnlich wie Perpres no81th2005 ttg bakorkamla

Perpres27 tahun 2020-2020
Perpres27 tahun 2020-2020Perpres27 tahun 2020-2020
Perpres27 tahun 2020-2020
nathanabigail
 
Ttg ketentuan pidana
Ttg ketentuan pidanaTtg ketentuan pidana
Ttg ketentuan pidana
Wahyu Yuns
 
Rancangan peraturan menteri perhubungan tentang rencana induk pelabuhan nasional
Rancangan peraturan menteri perhubungan tentang rencana induk pelabuhan nasionalRancangan peraturan menteri perhubungan tentang rencana induk pelabuhan nasional
Rancangan peraturan menteri perhubungan tentang rencana induk pelabuhan nasional
Indonesia Infrastructure Initiative
 
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrian
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrianPerpres47 2009 tentang pembentukan kementrian
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrian
Ridwan Usman
 
Kepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
Kepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga PemasyarakatanKepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
Kepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
mbabudik
 
Perpres nomor 52 tahun 2010
Perpres nomor 52 tahun 2010Perpres nomor 52 tahun 2010
Perpres nomor 52 tahun 2010
Sei Enim
 

Ähnlich wie Perpres no81th2005 ttg bakorkamla (20)

Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehatPmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
 
Km 65 tahun 2002
Km 65 tahun 2002Km 65 tahun 2002
Km 65 tahun 2002
 
Perpres27 tahun 2020-2020
Perpres27 tahun 2020-2020Perpres27 tahun 2020-2020
Perpres27 tahun 2020-2020
 
Ttg ketentuan pidana
Ttg ketentuan pidanaTtg ketentuan pidana
Ttg ketentuan pidana
 
Rancangan peraturan menteri perhubungan tentang rencana induk pelabuhan nasional
Rancangan peraturan menteri perhubungan tentang rencana induk pelabuhan nasionalRancangan peraturan menteri perhubungan tentang rencana induk pelabuhan nasional
Rancangan peraturan menteri perhubungan tentang rencana induk pelabuhan nasional
 
Pp 27 2012
Pp 27 2012Pp 27 2012
Pp 27 2012
 
Permendagri No. 46 Tahun 2008
Permendagri No. 46 Tahun 2008Permendagri No. 46 Tahun 2008
Permendagri No. 46 Tahun 2008
 
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrian
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrianPerpres47 2009 tentang pembentukan kementrian
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrian
 
Uu 21 1992
Uu 21 1992Uu 21 1992
Uu 21 1992
 
Kepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
Kepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga PemasyarakatanKepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
Kepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
 
3. Paparan Desi Albert Mamahit.pptx
3. Paparan Desi Albert Mamahit.pptx3. Paparan Desi Albert Mamahit.pptx
3. Paparan Desi Albert Mamahit.pptx
 
Keputusan Presiden No. 25 Tahun 1995
Keputusan Presiden No. 25 Tahun 1995Keputusan Presiden No. 25 Tahun 1995
Keputusan Presiden No. 25 Tahun 1995
 
PP nomor 3 tahun 2021
PP nomor 3 tahun 2021PP nomor 3 tahun 2021
PP nomor 3 tahun 2021
 
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGISPP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
 
Pp no 46__2016
Pp no 46__2016Pp no 46__2016
Pp no 46__2016
 
Pergub tgupp
Pergub tguppPergub tgupp
Pergub tgupp
 
Susunan dan tata kebelabuhan
Susunan dan tata kebelabuhanSusunan dan tata kebelabuhan
Susunan dan tata kebelabuhan
 
Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]
Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]
Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]
 
Perpres nomor 52 tahun 2010
Perpres nomor 52 tahun 2010Perpres nomor 52 tahun 2010
Perpres nomor 52 tahun 2010
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 

Mehr von Sei Enim

Rhpp Contoh
Rhpp ContohRhpp Contoh
Rhpp Contoh
Sei Enim
 
Contoh Format laporan polmas
Contoh Format laporan polmasContoh Format laporan polmas
Contoh Format laporan polmas
Sei Enim
 
Formasi cpns2014
Formasi cpns2014Formasi cpns2014
Formasi cpns2014
Sei Enim
 
Struktur org dit polair
Struktur org dit polair Struktur org dit polair
Struktur org dit polair
Sei Enim
 
Pp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg PerkapalanPp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Sei Enim
 
Kepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikan
Kepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikanKepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikan
Kepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikan
Sei Enim
 
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKORUU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
Sei Enim
 
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKNUU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
Sei Enim
 
KUH Perdata
KUH Perdata KUH Perdata
KUH Perdata
Sei Enim
 
Uu no 7_th_2004 sumber daya air
Uu no 7_th_2004 sumber daya airUu no 7_th_2004 sumber daya air
Uu no 7_th_2004 sumber daya air
Sei Enim
 
UU No.30 th 2002 ttg KPK
UU No.30 th 2002 ttg KPKUU No.30 th 2002 ttg KPK
UU No.30 th 2002 ttg KPK
Sei Enim
 
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRTUU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
Sei Enim
 
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budayaUU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
Sei Enim
 
UU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi Elektronik
UU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi ElektronikUU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi Elektronik
UU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi Elektronik
Sei Enim
 
UU No.15 th 2002 ttg Money laundry
UU No.15 th 2002 ttg Money laundryUU No.15 th 2002 ttg Money laundry
UU No.15 th 2002 ttg Money laundry
Sei Enim
 
UU No.5 th 1997 ttg Psikotropika
UU No.5 th 1997 ttg PsikotropikaUU No.5 th 1997 ttg Psikotropika
UU No.5 th 1997 ttg Psikotropika
Sei Enim
 
UU RI No.39 th 1999 ttg HAM
UU RI No.39 th 1999 ttg HAMUU RI No.39 th 1999 ttg HAM
UU RI No.39 th 1999 ttg HAM
Sei Enim
 
Uu no.22 th 2009_lalin
Uu no.22 th 2009_lalinUu no.22 th 2009_lalin
Uu no.22 th 2009_lalin
Sei Enim
 
Uu no 22_2001 migas
Uu no 22_2001 migasUu no 22_2001 migas
Uu no 22_2001 migas
Sei Enim
 
Uu no. 45 tahun 2009 ttg perikanan
Uu no. 45 tahun 2009 ttg perikananUu no. 45 tahun 2009 ttg perikanan
Uu no. 45 tahun 2009 ttg perikanan
Sei Enim
 

Mehr von Sei Enim (20)

Rhpp Contoh
Rhpp ContohRhpp Contoh
Rhpp Contoh
 
Contoh Format laporan polmas
Contoh Format laporan polmasContoh Format laporan polmas
Contoh Format laporan polmas
 
Formasi cpns2014
Formasi cpns2014Formasi cpns2014
Formasi cpns2014
 
Struktur org dit polair
Struktur org dit polair Struktur org dit polair
Struktur org dit polair
 
Pp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg PerkapalanPp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
 
Kepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikan
Kepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikanKepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikan
Kepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikan
 
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKORUU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
 
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKNUU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
 
KUH Perdata
KUH Perdata KUH Perdata
KUH Perdata
 
Uu no 7_th_2004 sumber daya air
Uu no 7_th_2004 sumber daya airUu no 7_th_2004 sumber daya air
Uu no 7_th_2004 sumber daya air
 
UU No.30 th 2002 ttg KPK
UU No.30 th 2002 ttg KPKUU No.30 th 2002 ttg KPK
UU No.30 th 2002 ttg KPK
 
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRTUU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
 
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budayaUU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
 
UU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi Elektronik
UU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi ElektronikUU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi Elektronik
UU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi Elektronik
 
UU No.15 th 2002 ttg Money laundry
UU No.15 th 2002 ttg Money laundryUU No.15 th 2002 ttg Money laundry
UU No.15 th 2002 ttg Money laundry
 
UU No.5 th 1997 ttg Psikotropika
UU No.5 th 1997 ttg PsikotropikaUU No.5 th 1997 ttg Psikotropika
UU No.5 th 1997 ttg Psikotropika
 
UU RI No.39 th 1999 ttg HAM
UU RI No.39 th 1999 ttg HAMUU RI No.39 th 1999 ttg HAM
UU RI No.39 th 1999 ttg HAM
 
Uu no.22 th 2009_lalin
Uu no.22 th 2009_lalinUu no.22 th 2009_lalin
Uu no.22 th 2009_lalin
 
Uu no 22_2001 migas
Uu no 22_2001 migasUu no 22_2001 migas
Uu no 22_2001 migas
 
Uu no. 45 tahun 2009 ttg perikanan
Uu no. 45 tahun 2009 ttg perikananUu no. 45 tahun 2009 ttg perikanan
Uu no. 45 tahun 2009 ttg perikanan
 

Perpres no81th2005 ttg bakorkamla

  • 1. 1 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2005 TENTANG BADAN KOORDINASI KEAMANAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penegakan hukum dan keamanan di perairan Indonesia dilaksanakan oleh berbagai instansi pemerintah sehingga perlu dikoordinasikan agar berdaya guna dan berhasil guna; b. bahwa Badan Koordinasi Keamanan Laut yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menhankam/Pangab, Menteri Perhubungan, Menteri Keuangan, Menteri Kehakiman, dan Jaksa Agung, Nomor : Kep/B/45/XII/1972, S.K. 901/M/1972, Kep. 779/MK/III/12/1972, J.S. 8/72/1, dan Kep. 085/J.A/12/1972, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan tata pemerintahan dewasa ini, sehingga perlu pengaturan kembali; c. bahwa sehubungan dengan hal-hal sebagaimana tersebut pada huruf a dan huruf b, dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (3) dan Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, dipandang perlu menata kembali Badan Koordinasi Keamanan Laut yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden;
  • 2. 2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1), Pasal 10, dan Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara No. 73 Tahun 1996; Tambahan Lembaran Negara No. 3647); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG BADAN KOORDINASI KEAMANAN LAUT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan : 1. Wilayah Perairan Indonesia adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia beserta peraturan perundangan-undangan lainnya, dan yang sesuai konvensi hukum internasional yang berlaku; 2. Koordinasi keamanan laut adalah upaya untuk mempadukan kegiatan dan operasi keamanan laut yang dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3. Kegiatan keamanan laut adalah segala upaya dan tindakan terencana yang diselenggarakan secara rutin dan fungsional oleh masing-masing instansi sesuai lingkup tugas pokok dan fungsinya dalam rangka penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum, serta keselamatan pelayaran dan pengamanan terhadap aktivitas masyarakat dan pemerintah di wilayah perairan Indonesia; 4. Operasi keamanan laut adalah upaya dan tindakan terencana yang diselenggarakan secara khusus dan untuk sasaran atau tujuan tertentu oleh masing-masing instansi yang berwenang (operasi keamanan laut mandiri) dan
  • 3. 3 atau oleh dua atau lebih instansi secara bersama (operasi keamanan laut bersama) dalam rangka penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum, serta keselamatan pelayaran dan pengamanan terhadap aktivitas masyarakat dan pemerintah di wilayah perairan Indonesia. BAB II KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 2 Badan Koordinasi Keamanan Laut, yang selanjutnya dalam Peraturan Presiden ini disebut BAKORKAMLA, adalah lembaga non struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Pasal 3 BAKORKAMLA mempunyai tugas mengkoordinasikan penyusunan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan operasi keamanan laut secara terpadu. Pasal 4 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, BAKORKAMLA menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan dan penetapan kebijakan umum di bidang keamanan laut; b. Koordinasi kegiatan dan pelaksanaan tugas di bidang keamanan laut yang meliputi kegiatan penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum serta pengamanan pelayaran dan pengamanan aktivitas masyarakat dan pemerintah di wilayah perairan Indonesia; c. Pemberian dukungan teknis dan administrasi di bidang keamanan laut secara terpadu.
  • 4. 4 BAB III ORGANISASI Pasal 5 Susunan keanggotaan BAKORKAMLA terdiri dari : a. Ketua : Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan b. Anggota : 1. Menteri Luar Negeri; 2. Menteri Dalam Negeri; 3. Menteri Pertahanan; 4. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia 5. Menteri Keuangan; 6. Menteri Perhubungan; 7. Menteri Kelautan dan Perikanan; 8. Jaksa Agung Republik Indonesia; 9. Panglima Tentara Nasional Indonesia; 10. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; 11. Kepala Badan Intelijen Negara; 12. Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut. c. Sekretaris : Kepala Pelaksana Harian BAKORKAMLA. merangkap Anggota BAB IV PELAKSANA HARIAN BAKORKAMLA Pasal 6 (1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi BAKORKAMLA, dibentuk Pelaksana Harian BAKORKAMLA. (2) Pelaksana Harian BAKORKAMLA dipimpin oleh Kepala Pelaksana Harian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua BAKORKAMLA. (3) Pelaksana Harian BAKORKAMLA mempunyai tugas memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada BAKORKAMLA dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
  • 5. 5 Pasal 7 Pelaksana Harian BAKORKAMLA terdiri dari : a. Tim Koordinasi Keamanan Laut disebut Tim KORKAMLA; b. Sekretariat Pelaksana Harian BAKORKAMLA; c. Pusat; Pasal 8 (1) TIM KOMKAMLA dibentuk oleh Ketua BAKORKAMLA . (2) TIM KORKAMLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Kepala Pelaksana Harian BAKORKAMLA dengan anggota pejabat eselon I atau sederajat yang secara fungsional mewakili Instansi Pemerintah Anggota BAKORKAMLA dan Instansi/Lembaga Pemerintah Lainnya yang dipandang perlu. (3) TIM KORKAMLA mempunyai tugas: a. menyiapkan rancangan kebijakan umum tentang keamanan laut; b. merancang, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan koordinasi kegiatan keamanan laut. Pasal 9 (1) Sekretariat Pelaksana Harian BAKORKAMLA dipimpin oleh Sekretaris Pelaksana Harian. (2) Sekretariat Pelaksana Harian BAKORKAMLA mempunyai tugas melaksanakan pelayanan administrasi BAKORKAMLA (3) Sekretariat Pelaksana Harian BAKORKAMLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga ) Bagian dan masing- masing Bagian terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga ) Sub Bagian Pasal 10 (1) Pusat dipimpin oleh Kepala Pusat. (2) Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas melaksanakan penyiapan dan pemberian dukungan teknis (3) Jumlah Pusat DI LINGKUNGAN Pelaksana Harian paling banyak 3 (tiga) Pusat.
  • 6. 6 (4) Masing-masing Pusat terdiri dari Subbagian Tata Usaha dan paling banyak 4 (empat) Bidang, dan masing-masing Bidang terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Subbidang. Pasal 11 (1) Dalam rangka pelaksanaan tugas, dapat dibentuk Satuan Tugas Koordinasi Keamanan Laut, yang selanjutnya disebut SATGAS KORKAMLA. (2) SATGAS KORKAMLA bersifat adhoc yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu dalam rangka operasi bersama keamanan laut. BAB V TATA KERJA Pasal 12 Sistem dan prosedur umum untuk koordinasi kegiatan dan operasi keamanan laut dalam penyelenggaraan tugas BAKORKAMLA ditetapkan dengan Keputusan Ketua BAKORKAMLA. Pasal 13 (1) BAKORKAMLA mengadakan rapat koordinasi secara berkala sekurang- kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. (2) Jika dipandang perlu, BAKORKAMLA dapat mengikutsertakan Menteri dan/atau Pejabat lain yang terkait dalam rapat-rapat koordinasi yang diselenggarakan BAKORKAMLA. Pasal 14 Ketua BAKORKAMLA melaporkan hasil pelaksana tugas dan fungsi BAKORKAMLA kepada Presiden secara berkala atau sewaktu-waktu jika dipandang perlu.
  • 7. 7 BAB VI KEPANGKATAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN Pasal 15 a. Kepala Pelaksana Harian BAKORKAMLA adalah jabatan struktural eselon I.a. b. Sekretaris Pelaksana Harian BAKORKAMLA dan Kepala Pusat adalah jabatan struktural eselon II.a. c. Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan struktural eselon III.a. d. Kepala Subbagian dan Kepala Subbidang adalah jabatan struktural eselon IV.a. Pasal 16 (1) Kepala Pelaksana Harian BAKORKAMLA diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua BAKORKAMLA. (2) Pejabat eselon II ke bawah dan pejabat lainnya di lingkungan BAKORKAMLA diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Pelaksana Harian BAKORKAMLA. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 17 Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi BAKORKAMLA dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber-sumber lainnya yang sah. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 18 Rincian tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Pelaksana Harian BAKORKAMLA ditetapkan dengan Keputusan Ketua BAKORKAMLA setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.
  • 8. 8 BAB IX KETENTUAN PENUTUP BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 (1) Segala ketentuan mengenai koordinasi keamanan laut masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diubah dan/atau diganti dengan peraturan baru berdasarkan Peraturan Presiden ini. (2) Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, segala ketentuan mengenai koordinasi keamanan laut yang bertentangan dengan Peraturan Presiden ini, dinyatakan tidak berlaku. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan : di Jakarta Pada tanggal : 29 Desember 2005 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd DR.H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum, Lambock V. Nahattands