3. PENDAHULUAN
Keselamatan kerja merupakan salah satu hal utama untuk melakukan
aktifitas kerja yang baik. Baik dalam dalam faktor internal maupun faktor
eksternal manusia. Faktor internal meliputi kondisi psikologis, kesehatan,
dan fisik. Sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi sosial maupun
interaksi dengan karyawan maupun atasan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
menjelaskan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berperan dalam upaya kesehatan kerja
agar tidak mengganggu kesehatan pekerja. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 13 Tahun 2003 pada pasal 86 dan 87 menjelaskan setiap buruh dalam bekerja
harus mendapatkan hak baik kesehatan, asusila, kesehatan, dan perlindungan dir, disamping itu
perusahaan harus wajib menerapkan manajemen K3 demi kelancaran dan keselamatan
kegiatan saat bekerja.
4. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana peran pengaruh faktor-faktor lingkungan
kerja terhadap K3 di laboratorium?
Apa saja faktor-faktor lingkungan kerja yang
mempengaruhi akibat dari kecelakaan K3 di
laboratorium?
Bagaimana cara mencegah akibat dari
kelalaian faktor-faktor lingkungan kerja?
5. TUJUAN MAKALH
Pentingnya faktor-faktor lingkungan kerja
yang mempengaruhi akibat dari kecelakaan
K3 di laboratorium
• Jenis-jenis faktor-faktor lingkungan kerja yang
mempengaruhi akibat dari kecelakaan K3 di
laboratorium.
Cara mencegah faktor-faktor lingkungan
kerja, khususnya di laboratorium.
6. DASAR TEORI
Faktor fisik lingkungan kerja (faktor fisik di tempat kerja) dapat berpengaruh terhadap
baik buruknya kinerja tenaga kerja, bahkan dapat berpengaruh terhadap
produktivitas kerja. Faktor fisik yang dimaksud adalah keadaaan fisik suatu
lingkungan atau tempat kerja, yang meliputi kebisingan, temperatur, pencahayaan,
kelembaban udara, getaran, radiasi sinar ultra violet, gelombang elektromagnetik,
warna, serta bau-bauan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan nilai ambang
batas fisik lingkungan kerja, yaitu diatur dalam KEP-51/MEN/1999 dan SNI 16-7063-
2004 yang dikeluarkan oleh Badan Standar nasional (BSN) tentang Nilai Ambang
Batas (NAB) faktor fisik di tempat kerja (Widiastuti, 2011).
7. DASAR TEORI
Parameter
Nilai Intensitas
Pekerjaan Ringan Pekerjaan Sedang Pekerjaan Berat
Suhu (0C) 30 26,7 25
Kalori (kkal/jam) 100-200 200-350 350-500
Kebisingan (dB) 85
Getaran 4m/s2 atau 0,40 Grav
Radiasi Sinar Ultra Ungu 0,1 µW/cm2
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Lingkungan Kerja Berdasarkan SNI 16-7063-2004
8. DASAR TEORI
Laboratorium sebagai sarana memperaktekkan teori yang diajarkan memiliki aktifitas yang bersentuhan secara
langsung dan tidak langsung dengan potensi bahaya. Potensi bahaya atau sering disebut juga sebagai “hazard”
merupakan sumber risiko yang mengakibatkan kerugian baik pada material, lingkungan maupun manusia. Pengaruh
manifestasi potensi bahaya industrial seringkali tidak hanya berakibat pada industri dan tenaga kerja saja, tetapi juga
mengakibatkan kerugian pada masyarakat maupun lingkungan sekitar industri, misalnya pada kasus kebakaran,
peledakan atau pencemaran akibat industri. Potensi bahaya yang ada di laboratorium sering tidak disadari oleh
orang-orang yang terlibat di laboratorium dikarenakan belum adanya standar penilaian dan rendahnya sosialisasi
atau pembelajaran mengenai potensi bahaya sehingga perlu dilakukan identifikasi tingkat bahaya di laboratorium
(Sitepu, 2014).
. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik yaitu, temperature (suhu), pencahayaan, kebisingan, dan
lain -lain. Kondisi lingkungan kerja akan turut berpengaruh terhadap kinerja operator/praktikan. Dengan
mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan kerja fisik yang memiliki potensi bahaya pada saat proses
perancangan sistem kerja beserta sistem pengendalian,maka kondisi-kondisi bahaya tersebut dapat diantisipasi dan
diberi tindakan-tindakan preventif lainnya. Pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap produktivitas kerja lingkungan
kerja fisik merupakan kondisi yang mempengaruhi terhadap kemampuan manusia, Manusia akan mampu
melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung
manusia akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik.
penelitian ini bermaanfaat untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik yang baik yang meliputi situasi
pencahayaan, temperatur dan kebisingan (Ramadon, 2013).
10. METODOLOGI
Berdasarkan metodologi studi literatur, terdapat sumber yang dijadikan sebagai reverensi utama dan dikumpulakan untuk membahas
apa saja yang menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
• Jurnal Kedokteran Meditek: Penyakit Akibat Kerja Disebabkan oleh Faktor Fisik (Agus, 2011).
• Jurnal Economia: Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar (Arianto,
2014).
• Jurnal dari Universitas Esa Unggul, Tengerang: Lingkungan Kerja Faktor Kimia dan Biologi (Arief, 2015).
• Jurnal Prosiding SNE Politeknik Negeri Batam: Analisa Keselamatan Kerja (K3) pada Pembelajaran di Laboratorium Program
Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam (Hati, 2014).
• Jurnal dari Unversitas Padjajaran, Bandung: Keselamtan Kerja di Laboratorium (Muchtaridi, 2015).
• Jurnal EMBA: Kepemimpinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja Pengaruh Terhadap Kinerja pada Kanwil Ditjen Kekayaan Negara
Suluttenggo dan Maluku Utara di Manado (Potu, 2013).
• Jurnal Administrasi Bisnis: Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Non-Fisik Terhadap Kinerja Karyawan: Studi pada PT. Telkom
Area III Jawa-Bali Nusra di Surabaya (Norianggono, 2014).
• Jurnal Universitas Negeri Sumatera Utara: Keracunan Bahan Organik dan Gas di Lingkungan Kerja dan Upaya Pencegahannya
(Putra, 2011).
• Jurnal EKOSAIN: Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Kerja Terhadap Waktu Penyelesaian Pekerja (Studi Laboratorium)
(Setyanto, 2011).
• Simposium Nasional RAPI XIII: Identifikasi Tingkat Bahaya di Laboratorium Perguruan Tinggi (Studi Kasus Laboratorium di
Lingkungan Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara) (Sitepu, 2014).
• Jurnal SETJEN DEPKES RI: Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Analisis Kesehatan (Tresnianingsih, 2015).
• Jurnal ITS: Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk Laboratorium Ergonomis dan Perancangan Kerja
(Wignjosoebroto, 2013).
• Jurnal dari Universitas Brawijaya: Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi pada
Perum Jasa Tirta I Malang Bagian Laboratorium Kualitas Air) (Yunanda, 2013).
• Jurnal Media Wahana Ekonomika: Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Non-Fisisk Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Tata
Cabang Palembang (Hendri, 2015).
• Jurnal ITS: Perancangan Lingkungan Kerja dan Alat Bantu yang Ergonomis untuk Mengurangi Masalah Black Injury dan Tingkat
Kecelakaan pada Departemen Mesin Bubut (Wignjosoebroto, 2013).
11. PEMBAHASAN
Faktor-faktor merupakan salah satu parameter yang dijadikan acuan terhadap penyebab dari
suatu kejadian. Suatu kejadian tentunya memiliki sebab, dan sebab dikarenakan oleh suatu faktor.
Pada lingkungan kerja, faktor-faktor merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk
mengetahui penyebab dari kejadian yang dapat mengganggu pekerjaan. Faktor-faktor dapat
diindikasi atau ditelaah lebih awal agar menghindari terjadinya kecelakaan fatal dalam lingkungan
kerja.
Faktor-faktor lingkungan kerja merupakan bagian dari manajeman K3 yang dirasa perlu untuk diimplementasikan
supaya mengurangi terjadinya kecelakaan kerja baik dari segi fisik maupun non-fisik. Karena jika terjadi kelalaian
dalam lingkungan kerja maka akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Wignjosoebroto, 2013), khususnya
di laboratorium. Sehingga dengan terciptanya kondisi lingkungan kerja yang baik, maka pekerja dalam
menganalisa bahan di laboratorium serta tuntutan kerja dari perusahaan akan lebih mudah untuk menciptakan
lingkungan kerja yang positif. Perlindungan dan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan oleh tenaga
kerja agar merasa aman, nyaman, dan tidak terbebani dalam menyelesaikan pekerjaan. Tenaga kerja yang sehat
akan bekerja produktif, sehingga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja yang dapat mendukung
pencapaian tujuan perusahaan dalam membangun dan membesarkan usahanya (Grahanintyas, 2012).
14. PENCEGAHAN
1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemilogi dan desinfeksi.
2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk
bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
3. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good
Laboratory Practice)
4. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang
benar.
5. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan
infeksius dan spesimen secara benar
6. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
7. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
8. Kebersihan diri dari petugas.
15. FAKTOR KIMIA
Kontak Dengan Zat Karsinogenik, Solvent, dan
Desinfektan
Pembuangan Limbah B3
Dapat Menyebabkan Iritasi, Korosi, Mutasi Karena
Radiasi, Alergi, dll
16. PENCEGAHAN
1. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia
yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung
tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara
mata
dan lensa.
5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
17. FAKTOR ERGONOMI
Sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,cara,
proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan
batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja
yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-
tingginya.
To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job
Ukuran alat yang mungkin tidak sesuai dengan kondisi fisik orang
Indonesia
Posisi Kerja yang salah
Akibatnya stress dan gangguan fisik
18. PENCEGAHANNYA
1. Olahraga yang rutin
2. Istirahat yang cukup
3. Relaksasi
4. Kenali spesifikasi alat-alat yang ada di lingkungan laboratorium
20. PENCEGAHAN
1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.
2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5. Pelindung mata untuk sinar laser
6. Filter untuk mikroskop
21. FAKTOR PSIKOSOSIAL
Dapat disebabkan oleh interaksi kerja
Dapat menimbulkan stress dan tekanan mental
Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan
menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium
kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan
cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan
atau sesama teman kerja.
Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor
formal ataupun informal.
22. PENCEGAHAN
1. Menempatkan situasi yang penuh stress dalm perspektif yang berbeda
2. Menemukan sesorang yang mau didengar
3. Interksi yang baik dan positif thinking
4. Relasi yasng baik dengan teman kerja maupun atasan
5. Kenali keterbatasan diri
23. PENCEGAHAN TERHADAP KELALAIAN FAKTOR-
FAKTOR LINGKUNGAN KERJA DI LABORATORIUM
• Kalalaian bekerja dapat menyebabkan produktivitas
terganggu dan merugikan suatu usaha atau organisasi yang
salah satunya disebabkan karena kurang karyawan
mengetahui faktor-faktor lingkungan kerja yang akan
dilakukannya. Sebelum terjadinya hal yang tak diinginkan
dalam bekerja, hendaknya kita mencegah kelalaian tersebut
dengan memperhatikan SOP (Standard Operasi Prosedur)
yang ada di perusahaan atau organisasi. Di sinilah
pentingnya peran manajemen K3 untuk mengatur SOP agar
karyawan dapat selamat dan mengurangi kelalaian bagi
karyawan untuk beraktifitas di lingkungan kerja sesuai dengan
stander hokum nasional dan internasional.
25. PENUTUP
Kesimpulan
• Faktor-faktor lingkugan kerja sangat berperan penting untuk menciptakan kondisi lingkungan
kerja, khususnya di laboratorium. Adapun faktor-faktor lingkungan kerja juga bagian dari
manajemen K3 sebagai pengatur dalam aktivitas di lingkungan kerja agar menjadi lebih baik.
• Secara umum, faktor-faktor lingkungan kerja terbagi menjadi fisik dan non-fisik. Sedangkan jika
secara khusus untuk faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium terbagi menjadi faktor kimia,
biologi, ergonomik, dan psikososial.
• Pencegahan jika adanya kelalaian dari faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium didasarkan
pada kondisi kerja, alat, bahan, dan psikologi karyawan. Adapun untuk mengurangi kelalaian kerja
tersebut adalah dengan memperhatikan manajemen K3, meningkatkan motivasi, melatih
kedisiplinan dan attitude, dan mengkodisikan lingkungan kerja agar lebih nyaman dan baik.
• Salah satu contoh kasus dari pencegahan faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium adalah
keracunan, ledakan bahan-bahan kimia, kebocoran bahan kimia yang melebihi ambang batas,
dan kemudiahan bahan kimia untuk korosi dan reduksi.
•
Saran
• Faktor-faktor lingkungan kerja sangat mempengaruhi kondisi fisik dan non-fisik kita, sehingga
diperlukan analisis langsung untuk mengetahui seberapa besar keluhan karyawan jika mengalami
kelalaian akibat melanggar faktor-faktor tersebut.
26. DAFTAR PUSTAKA
• Almustofa R. 20014. Pengaruh Lingkungan Kerja, Motivasi Kerja, Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada
Pegawai Perum Bulog Divisi Regional Jakarta). Skripsi. Universitas Diponegoro: Semarang.
•
• Agus, Hudoyono J. 2011. Penyakit Akibat Kerja Disebabkan Faktor Fisik. Jurnal Kedokteran Meditek. Vol. 17. No. 43.
Januari-April 2011. Universitas Kristen Krida Wacana: Jakarta.
•
• Arianto, D. A. N. 2014. Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar.
Jurnla Economia. Vol. 9. No.2. Oktober 2013. Universitas Nahdlatul Ulama: Jepara.
•
• Arief, L. M. 2015. Lingkungan Kerja Faktor Kimia dan Biologi. Higiene Industri. Universitas Esa Unggul: Tangerang.
•
• Christofora, D. K., Rina Oktaviana, Erna Yuliawati. 2014. Aplikasi Nordic Body Map Untuk Mengurangi Musculoskeletal
Disorder Pada Pengrajin Songket. Jurnal Ilmiah Tekno. Universitas Bina Darma, Palembang.
•
• Dahlawy, A. D. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Area
Pengolahan P.T. ANTAM Tbk., Unit Bisinis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor. Skripsi. Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah: Jakarta.
•
• Grahanintyas, D. Sritomo W., dan Effi L. 2012. Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Meningkatkan
Produktivitas Kerja (Studi Kasus: Pabrik Teh Wonosari PTPN XII). Jurnal Teknik POMITS. Vol.1.No.1. ITS: Surabaya.
•
• Hati, S. W. 2014. Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Pembelajaran di Laboratorium Program Studi Teknik
Mesi Politeknik Negeri Batam. Prosiding SNE “Pembangunan Manusia Melalui Pendidikan dalam Menghadapi ASEAN
Economic Community 2015”. Politeknik Negeri Batam: Riau.