Dokumen tersebut membahas tentang pembiayaan bank syariah. Secara garis besar, dibahas mengenai pengertian pembiayaan bank syariah, jenis-jenis pembiayaan seperti mudharabah dan musyarakah, tujuan pemantauan dan pengawasan pembiayaan, serta penanganan pembiayaan bermasalah.
Materi Credit Analysis _Materi Training KREDIT PERBANKAN
Collectabilitas pembiayaan
1. BAB 1
PENDAHULUAN
Dua fungsi utama bank syariah adalah mengumpulkan dana dan
menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah
pemberian pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk modal
usaha maupun untuk konsumsi. Praktik pembiayaan yang sebenarnya dijalankan
oleh lembaga keuangan islami adalah pembiayaan dengan sistem bagi hasil atau
syirkah. Praktik syirkah ini terkemas dalam dua jenis pembiayaan, yaitu
pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah.1
Pasal 1angka 12 uu 10/1998
“Pembiayaanberdasarprinsipsyariahadalahpenyediaanuangatautagihan
yang dipersamakandenganituberdasarkanpersetujuanataukesepakatanantara
bank denganpihaklain yang
dibiayaiuntukmengembalikanuangatautagihantersebutsetelahjangkawaktutertentu
denganimbalanataubagihasil”.
Pembiayaan secara luas berarti , financing atau pembelanjaan, yaitu
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit,
pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh
lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan menurut
kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas resiko kemungkinan terhadap kondisi
dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban untuk membayar
bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya.
1
Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta, UPP AMP YKPN Yogyakarta, hlm.303
1
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. PengertianPembiayaan
Pembiayaan adalah suatu proses, mulai dari analisis kelayakan pembiayaan
sampai kepada realisasinya. Namun realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir
dari proses pembiayaan. Setelah realisasi pembiayaan, maka pejabat bank syari’ah
perlu melakukan pemantauan dan pengawasan pembiayaan. Aktivitas ini memiliki
aspek dan tujuan tertentu. Untuk itu perlu dibicarakan hal-hal yang terkait dengan
aktivitas pemantauan dari pengawasan pembiayaan.
Dalam bank konvensional, ada beberapa pengertian kredit bermasalah :2
1. Kredit yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi
target yang diinginkan oleh pihak bank.
2. Kredit yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari
bagi bank dalam arti luas
3. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya
baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya atau pembayaran
bunga, denda keterlambatan, serta ongkos-ongkos bank yang menjadi
beban debitur yang bersangkutan
4. Kredit di mana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila
sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan diperkirakan tidak
cukup untuk membayar kembali kredit sehingga belum mencapai /
memenuhi target yang diinginkan oleh bank.
5. Kredit di mana terjadi cedera janji dalam pembayaran kembali sesuai
perjanjian sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi kerugian di
perusahaan debitur sehingga memiliki kemungkinan timbulnya resiko di
kemudian hari bagi bank dalam arti luas.
2
Rivai, Verithzal dkk, 2007, Bank and Financial Institutions Management, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, hlm.33
2
3. 6. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya
terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya,
pembayaran bunga, maupun pembayaran ongkos-ongkos bank yang
menjadi beban nasabah debitur yang bersangkutan.
7. Kredit golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet
serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.
Bagi bank, semakin dini menganggap kredit yang diberikan menjadi
bermasalah semakin baik karena akan berdampak semakin dini pula dalam upaya
penyelamatannya sehingga tidak terlanjur parah akibat semakin sulit
penyelesaiannya.
Pengendalian kredit bank mutlak dilaksanakan untuk menghindari
terjadinya kredit macet dan penyelesaian keredit macet. Dikutip dari pendapat
Drs. Malayu S.P. Hasibuan bahwa “Pengendalian kredit adalah usaha-usaha
untuk menjaga kredit yang diberikan tetap lancar, produktif dan tidak macet.”
Lancar dan produktif artinya kredit itu dapat ditarik kembali bersama
bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui kedua belah pihak.hal ini
penting karena jika kredit macet berarti kerugian bagi bank bersangkutan. Oleh
karena itu, penyaluran krredit harus didasarkan pada prinsip kehati-hatian dan
dengan sistem pengendalian yang baik dan benar.3
Tujuan pengendalian kredit adalah antara lain :
1. Menjaga agar kredit yang disalurkan tetap aman.
2. Mengetahui apakah kredit yang disalurkan itu lancar atau tidak
3. Melakukan tindakan pencegahan dan penyelesaian kredit macet atau
kredit bermasalah
4. Mengevaluasi apakah prosedur penyaluran kredit yang dilakukan telah
baik atau masih perlu disempurnakan.
3
Hasibuan, Malayu S.P, Dasar-Dasar Perbankan, 2002, Jakarta, PT. Bumi Aksara, hlm.105
3
4. 5. Memperbaiki kesalahan-kesalahan karyawan analisis kredit dan
mengusahakan agar kesalahan itu tidak terulang kembali.
6. Mengetahui posisi collectability credit yang disalurkan bank.
7. Meningkatkan moral dan tanggung jawab karyawan analisis kredit bank.
Tujuan Pemantauan dan Pengawasan Pembiayaan4
a. Kekayaan bank syari’ah akan selalu terpantau dan menghindari
adanya penyelewengan-penyelewengan baik oknum dari luar maupun
dari dalam bank syari’ah.
b. Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data administrasi di
bidang pembiayaan.
c. Untuk memajukan efisiensi di dalam pengelolaan tata laksana usaha di
bidang peminjaman dan sasaran pencapaian yang ditetapkan.
d. Kebijakan manajemen bank syariah akan dapat lebih rapi dan
mekanisme dan prosedur pembiayaan akan lebih dipatuhi.
Media Pemantauan
a. Informasi dari luar bank syari’ah
Diupayakan data dari laporan penyidik usaha dibiayai baik itu berupa
laporan stok, realisasi kerja dan laporan keuangan. Laporan juga harus
dikontrol melalui realisasi kerjanya jangan hanya berdasarkan formulir
laporan keuangan.
b. Informasi dari dalam bank syari’ah
Penelitian mutasi keuangan anggota dalam rekening sehingga
diperoleh gambaran mutasi yang sesungguhnya dan tidak terjadi
manipulasi.
c. Meneliti perputaran yang terjadi atas debit dan kredit pada beberapa
bulan berjalan.
d. Memberikan tanda pada laporan sehingga dapat diantisipasi jika ada
kekeliruan yang lebih besar.
4
Ibid, hlm.310
4
5. e. Periksalah adakah tanggal-tanggal jatuh tempo yang dijanjikan
terealisasi.
f. Meneliti buku-buku pembantu / tambahan dan map-map yang
berkaitan dengan peminjaman.
Kunjungan Pada Peminjam
Tujuannya adalah untuk mempertimbangkan dan memantau efektivitas dana
yang dimanfaatkan peminjam. Hal-hal yang dilakukan :
1. Membuat laporan kegiatan peminjam.
2. Laporan realisasi kerja bulanan
3. Laporan stok / persediaan barang
4. Laporan kegiatan investasi bulanan
5. Laporan hutang
6. Laporan piutang
7. Neraca R / L per bulan, triwulan dan semester.
8. Tingkat pengumpulan pendapatan
9. Tingkat kemajuan usaha
10. Tingkat efektivitas pemakaian dana.
B. Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Jika bank tidakinginrugikarenakredit yang diberikanmenjadibermasalah ,
bank harusmampumengidentifikasigejala-
gejalanyasecaradinisehinggadapatsegeramengambillangkahpenanganansebelumm
asalahnyamenjadisemakinparah.
Perludiketahuibahwakredittidakmenjadibermasalahsecaratiba-
tibatanpagejala.Padaumumnyakreditberkembangmenjadibermasalahmelaluitahapa
n yang adagejalanya.Adapungejaladinitersebutdapatdideteksidarikeadaan-
keadaansebagaiberikut :
a. Ada tunggakan;
b. Mengajukanperpanjangan;
5
6. c. Kondisikeuanganmenurun, antara lain :
1) Penurunan : likuiditas, perbandinganaktivalancarterhadapaktivatetap,
presentasilabaterhadapaktiva, net worth;
2) Kenaikan : piutang, persediaan, utangjangkapanjang, debt equity ratio,
biayaproduksi, penjualantetapikeuntunganturun,
aktivatetapkarenarevaluasi;
d. Laporankeuanganterlambatatautadinyaselaludiauditolehakuntanmenjaditi
dak;
e. Saldo rata ratagiromenurundanseringover draft;
f. Hubungandengan bank semakinrenggang, menghindarsetiap kali di
hubungi;
g. Penurunannilaiatauhilangnyaagunan;
h. Penggunaankredittidaksesuairencana;
i. Kehilanganlangggananutama;
j. Informasi negative;
k. Konflik intern;
l. Masalahkeluarga;
m. Menurunnyakesehatandebitur, meninggal;
n. Masalahperburuhan;
o. Resesi, kejenuhanpasar;
p. Bencanaalam, perubahanperaturan;
q. Keterlibatandalamusaha lain secaradiamdiam;
r. Enggandikunjungitempatusahanya;
s. Memberikanlaporasntidakbenar;
t. Terlaluoptimis;
Selainmengetahuigejala yang
merupakanindikasitimbulnyakreditbermasalahtersebut di atas, bank
jugaperlumengetahuicaramendeteksinya.
Sumberinformasidancaramendekteksiantara lain sebagaiberikut :
6
7. a. Manajemen : di deteksidaripertemuanpertemuandengannasabahsecara
periodic
b. Keuangan : di deteksidarimenganalisislaporkankeuangansecarakontinu
1) Bandingkandenganlaporan – laporansebelumnya
2) Cross check denganinformasidarikreditur – krediturdansumber –
sumberlain, perikasacatatan – catatandebitur
c. Operasi :dideteksidarikunjunganon the spot
denganmengevaluasiperalatandanpersediaan,
sikapataukemampuankariawan, kelengkapanfasilitas, cara –
carapengoperasiansecaraumum.
d. Hubungandengan bank : di deteksidenganmengadakanloan review,
yaituselalumelihatkembali file kredit
e. Jaminan : di deteksidari file dankunjunganon the spot
Denganselaluwaspadaterhadapgejala – gejaladinitersebut di atas, bank
tidakakanterlambatdalammengambiltindakanpenanganan. Semakindini di
ketahuiadanyamasalah, semakincepatdapatdiambillangkah yang
biasanyamasalahnyabelumterlaluberat.Bank yang tidakwaspadaterhadapgejala-
gejalatersebut, biasanyamenghadapaikesuliatandalammenanganikreditnya yang
bermasalahkarenamasalahnyabrudisadarisetelahmenjadisemakinbanyakdanberat.D
engandemikian,
sangatperlumengembangkanbudayawaspadaterhadapadanyagejalatersebut di
atasdikalanganstafataukaryawan agar kredit yang di berikantidakbermasalah.
Sumber-sumber penyebab kegagalan/kesulitan pengembalian pembiayaan
oleh nasabah, atau penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah dapat
dikemukakan sebagai berikut :5
a. Self Dealing
Ini terjadi karena adanya interest tertentu dari pejabat pemberi
pembiayaan terhadap permohonan yang diajukan nasabah. Yaitu, berupa
5
Rivai, Verithzal, Op.cit, hlm.499
7
8. pemberian pembiayaan yang tidak layak atas dasar yang kurang sehat
kepada nasabahnya. Tindakan pejabat memberikan pembiayaan atas
dasar yang kurang sehat kepada nasabahnya. Tindakan pejabat
memberikan pembiayaan atas penilaian yang kurang layak dan sehat
karena ada harapan berupa kompensasi atau suatu imbalan dari naasabah.
Dengan sikap seperti itu, pejabat berada di posisi yang objektif dan
menolak permohonan pembiayaan yang seharusnya, menurut
pertimbangan teknik, tidak dapat diberikan pembiayaan.
b. Anxiety for Income
Pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan pembiayaan merupakan
sumber pendapatan utama sehingga ambisi atau nafsu yang berlebihan
untuk memperoleh laba melalui penerimaan dari pembiayaan sering
menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian
pembiayaan. Pada akhirnya, akan menjadi beban berat, jika pembiayaan
tersebut menjadi bermasalah, bila dibandingkan dengan besar pendapatan
yang hendak diraih dari pemberian pembiayaan. Dari sisi debitur, anxiety
for income ini timbul antara lain dalam bentuk profit before operation,
yaitu dengan cara mark up of project atau model kerjanya.
c. Compromise of Principles
Pelanggaran prinsip-prinsip pembiayaan oleh pimpinan dengan
menyetujui pemberian pembiayaan yang mengandung risiko potensial
menjadi penyebab pembiayaan bermasalah. Tindakan kompromistis
dilakukan pimpinan perusahaan terhadap nasabah terutama disebabkan
oleh keeratan hubungan antara pejabat dan nasabah dan kuatnya
persaingan dalam bisnis perbankan.
d. Incomplete Information
Terbatasnya informasi merupakan salah satu penyebab kesalahan dalam
kebijakan pemberian pembiayaan. Maka, data yang diperlukan untuk
mendukung evaluasi permohonan pembiayaan harus cukup tersedia,
seperti data keuangan dan laporan usaha, di samping informasi lain
8
9. seperti tujuan penggunaan pembiayaan, perencanaan ataupun keterangan
mengenai sumber pelunasan kembali.
e. Failure to Obtain or Enforce Liquidation Agreements
Sikap yang ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap suatu
kewajiban yang telah diperjanjikan, meskipun nasabah mampu dan wajib
membayarnya juga, merupakan penyebab timbulnya pembiayaan yang
tidak sehat dan pembiayaan bermasalah. Hal lain yang menyebabkan
timbulnya masalah ini adalah tidak lengkapnya dokumen pembiayaan
atau terdapat cacat hukum padanya sehingga posisi yuridis menjadi
lemah.
f. Complacency
Sikap memudahan / ceroboh terhadap suatu masalah dalam proses
pembiayaan akan mengakibatkan terjadinya kegagalan atas pelunasan
kembali pembiayaan yang telah diberikan. Sikap ceroboh hendaknya
dicegah seperti :
1) Kurang pengawasan terhadap nasabah lama yang telah dikenal dengan
baik
2) Mengandalkan hanya pada informasi lisan dari pimpinan, daripada
data keuangan sebagai pegangan.
3) Interpretasi yang over estimate terhadap kelemahan nasabah.
4) Tidak patuh pada ketentuan yang berlaku.
g. Lack of Supervising
Yaitu, kurang pengawasan yang efektif dan berkesinambungan setelah
pemberian pembiayaan. Kondisi pembiayaan berkembang menjadi
kerugian, karena nasabah tidak memenuhi kewajibannya dengan baik.
Apabila pejabat secara kontinu melakukan pengawasan kepada nasabah
dan usahanya, akan dapat dideteksi dengan lebih dini kemungkinan
terjadinya pembiayaan bermasalah sehingga dapat ditentukan tindakan
yang tepat untuk mengantisipasinya.
9
10. h. Techincal Incomplete
Tidak memiliki kemampuan teknis, dalam menganalisis permohonan
pembiayaan dari aspek keuangan maupun aspek lain, akan berakibat
kegagalan dalam operasi pembiayaan. Kemampuan menganalisis laporan
keuangan dan aspek lainnya akan melindungi dari kemungkinan kerugian
yang diakibatkan kegagalan dalam pemberian pembiayaan. Pejabat
pembiayaan harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan yang berkaitan dengan tugasnya, dan jangan memberikan
pembiayaan kepada usaha atau sektor yang tidak dikenal / diketahui
dengan baik.
i. Poor Selection of Risks
Risiko yang perlu dipahami oleh pejabat pembiayaan, antara lain :
1) Risiko Sifat Usaha
Dari sifat usaha, dapat diidentifikasi tinggi rendahnya risiko dengan
berbagai kriteria seperti :
a) Semakin lambat turn oversuatu usaha, makin tinggi tingkat
risikonya.
b) Semakin tinggi dan canggih spesifikasi dan kekhususan usahanya,
semakin tinggi tingkat risikonya.
c) Semakin besar pemakaian pembiayaan investasi untuk modal kerja,
semakin tinggi risikonya bila dibandingkan dengan investasi ada
barang modal.
d) Usaha dengan padat modal pada negara yang sedang berkembang,
beresiko lebih besar bila dibandingkan dengan usaha yang banyak
mengerahkan tenaga / padat karya.
e) Sifat usaha yang memang mengandung resiko tinggi, pengeboran
minyak di lepas pantai, usaha yang baru dirintis dan sebelumnya
tidak dikenal atau belum diupayakan orang.
2) Risiko Geografis
10
11. Letak geografis usaha nasabah erat hubungannya dengan tingkat risiko
usaha, seperti seiringnya terjadi bencana alam di lokasi usaha tersebut.
Risiko usaha tersebut berupa :
a) Usaha peternakan dan perkebunan di daerah gunung berapi berisiko
tinggi.
b) Usaha yang dibangun di daerah gempa / sering longsor.
c) Usaha yang dibangun di daerah aliran sungai yang rawan banjir.
Risiko yang perlu diwaspadai adalah risiko kesalahan dalam
menentukan letak / domisili usaha karena ketidakmampuan dalam
perhitungan / analisis faktor-faktor yang dipergunakan dalam proses
produksi seperti bahan baku, sumber tenaga kerja, kemudahan alat
angkutan, dan faktor lain yang menentukan tingkat pencapaian
keuntungan paling optimal bagi perusahaan.
3) Risiko Politik
Stabilitas politik merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
kegiatan ekonomi / bisnis. Untuk itu, perlu kehati-hatian, karena
mempunyai risiko yang sangat tinggi dan dampak buruk kepada
pembiayaan yang disalurkan.
4) Risiko Ketidakpastian
Faktor ini akan merangsang spekulasi. Setiap usaha yang didasarkan
pada spekulasi akan beresiko tinggi, karena sudah dapat dipastikan
bahwa usaha tersebut tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena
itu, dengan merencanakan pembiayaan, informasi mengenai usaha-
usaha yang bersifat spekulatif penting untuk diwaspadai agar
pembiayaan yang diberikan terarah. Bank tidak membiayai usaha
yang didasarkan pada spekulasi yang beresiko tinggi sehingga
mengurangi terjadinya peluang pembiayaan bermasalah.
5) Risiko Inflasi
Kondisi inflasi yang tinggi akan berakibat risiko tinggi pula terhadap
pembiayaan yang diberikan, meskipun nasabah telah melunasi
11
12. pembiayaan, bila dibandingkan dengan daya beli rupiah yang
menurun.
6) Risiko Persaingan
Produksi yang dihasilkan nasabah apakah merupakan jenis produk
yang telah banyak di pasaran (atau mungkin jenis produk yang telah
jenuh). Di sini pejabat pembiayaan dituntut keprofesionalan
melakukan seleksi terhadap pembiayaan yang diberikannya. Perlu
keahlian pejabat pembiayaan sehingga mampu mengidentifikasi
kenungkinan risiko yang akan mengancam pembiayaan yang
disalurkan. Keahlian tersebut antara lain :
a) Mampu mendeteksi kemampuan nasabah dalam menbiayai
usahanya. Kontribusi modal dari nasabah dalam membiayai
usahanya sangat penting diketahui karena dengan demikian,
nasabah akan sungguh-sungguh menjalankan usahanya. Bilamana
seluruh usaha nasabah diabiayai oleh lembaga keuangan, niscaya
kemungkinan rugi atau dilikuidasi kelak, cukup besar peluangnya.
b) Kemampuan menghitung berapa kebutuhan nasabah yang
sesungguhnya.
c) Kemampuan menghitung nilai / taksasi jaminan yang meng-cover
terhadap pembiayaan yang diberikan, yang tujuannya adalah
berjaga-jaga terhadap kemungkinan tidak dilunasinya pembiayaan
kelak oleh nasabah.
d) Kemampuan memperhitungkan kemungkinan resiko yang dihadai
dengan pemberian pembiayaan, dan mengetahui sumber pelunasan.
e) Kemampuan mendeteksi resiko pemberian pembiayaan yang secara
kemampuan mungkin cukup baik, tetapi dari sisi moral kurang
menguntungkan.
f) Kemampuan mendeteksi kualitas jaminan yang akan menimbulkan
masalah di kemudian hari.
12
13. j. Overlending
Pemberian pembiayaan yang besarnya melampaui batas kemampuan
pelunasan pembiayaan oleh nasabah.
k. Competition
Yaitu, persiangan yang kurang sehat dalam memperebutkan nasabah
yang berakibat pemberian pembiayaan yang tidak sehat.
Risiko yang terjadi dari peminjaman yang tertunda atau ketidakmampuan
peminjam untuk menbayar kewajiban yang telah dibebankan, untuk
mengantisipasi hal tersebut maka bank syari’ah harus mampu menganalisis
penyebab permasalahannya.
1. Analisis sebab kemacetan
a. Aspek internal
a) Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut.
b) Manajememn tidak baik atau kurang rapi
c) Laporan keuangan tidak lengkap
d) Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan
e) Perencanaan yang kurang matang
f) Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha
tersebut.
b. Aspek Eksternal
a) Aspek pasar kurang mendukung
b) Kemampuan daya beli masyarakat kurang
c) Kebijakan pemerintah
d) Pengaruh lain di luar usaha
e) Kenakalan peminjam
2. Menggali potensi peminjam
Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban harus
dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan mengantisipasi
penyebab kemacetan usaha atau angsuran. Untuk itu perlu digali potensi
13
14. yang ada pada peminjam agar dana yang telah digunakan lebih efektif
digunakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Adakah peminjam memiliki kecakapan lain ?
b. Adakah peminjam memiliki usaha lainnya ?
c. Adakah penghasilan lain peminjam ?
3. Melakukan perbaikan akad (remidial)
4. Memberikan pinjaman ulang (mungkin dalam bentuk : pembiayaan Al-
Qardul Hasan, Murabahah, atau Mudharabah)
5. Penundaan pembayaran
6. Memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan
margin baru (rescedulling)
7. Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil.
Selanjutnya, unsur utama dalam menentukan kualitas pembayaran adalah
waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok
pembiayaan. Ketidaklancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi
hasil / profitmarginpembiayaan menyebabkan adanya kolektabilitas pembiayaan.
Secara umum kolektabilitas pembiyaan dikategorikan menjadi lima macam dan
diperinci atas :6
1. Pembiayaan Lancar (Pass) atau Kolektabilitas 1
Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria antara
lain :
a. Pembayaran angsuran dan atau bagi hasil tepat waktu,
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif
c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash
collateral)
Dengan indikasi :
1) Industri
Diterima umum
Permintaan cukup
6
Rivai, Verithzal, 2008, Islamic Financial Management, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm.33
14
15. Profitabilitas cukup
Persaingan minimal
2) Perusahaan
Di atas rata-rata sektor
Daya saing kuat
Produk dan pasar yang baik
3) Keuangan
Menguntungkan
Likuid
Cash flow memadai
Rasio utang rendah
Dua sumber pembayaran kembali
Sedikit ketergantungan terhadap foreign exchange dan stabilitas
suku bunga
4) Manajemen
Memiliki kemampuan
Memiliki integritas
Memiliki visi strategis yang jelas
Kontrol yang baik
Eksternal audit yang baik
5) Viability
Tidak ada risiko yang signifikan
Pembiayaan dengan angsuran di luar Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR)7
1) Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bagi hasil / profit
margin atau cerukan karena penarikan atau
2) Terdapat tunggakan angsuran pokok, tetapi:
a) Belum melebihi 1 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan masa
angsurannya kurang dari 1 bulan; atau
7
Muhammad, Op.cit, hlm.312
15
16. b) Belum melebihi 3 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan masa
angsurangnya bulanan, dua bulanan, atau tiga bulanan; atau
c) Belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya
ditetapkan 4 bulanan atau lebih;
3) Terdapat tunggakan bagi hasil / profit margin, tetapi :
a) Belum melampaui 1 bulan bagi pembiayaan yang sama dengan
angsurannya kurang dari 1 bulan; atau
b) Belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya
lebih dari 1 bulan; atau
4) Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum
melampaui 15 hari kerja.
Pembiayaan dengan angsuran untuk Pembiayaan Pemilikan Rumah
1) Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok; atau
2) Terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi belum melampaui 6 bulan
Pembiayaan tanpa angsuran atau pembiayaan rekening koran
1) Pembiayaan belum jatuh waktu, dan terdapat tunggakan bagi hasil / profit
margin; atau
2) Pembiayaan belum jatuh waktu, dan terdapat tunggakan bagi hasil / profit
margin, tetapi belum melampaui 3 bulan; atau
3) Pembiayaan telah jatuh waktu, dan telah dilakukan analisis untuk
perpanjangannya tetapi karena kesulitasn teknis belum dapat
diperpanjang.
4) Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum
melampaui 15 hari kerja.
Cerukan Rekening Giro
Terdapat cerukan rekening giro tetapi jangka waktunya belum melampaui
15 hari kerja.
2. Kurang Lancar (Substandar) atau Kolektabilitas 2
Pembiayaan yang dapat digolongkan ke dalam pembiayaan kurang lancar
apabila memenuhi kriteria :
16
17. a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bagi hasil.
b. Sering terjadi cerukan
c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari
sembilan puluh hari
e. Terdapat indikasi masalah keuangan yangb dihadapi debitur
f. Dokumentasi pinjaman yang lemah
Dengan indikasi :
1) Industri
Bergejolak
Pendapatan menurun
Permintaan menurun
Risiko liberalisasi
Risiko bahan mentah
Risiko devaluasi
Regulasi harga
Weak co under preasure
2) Perusahaan
Di bawah rata-rata sektor
Tingkat kompetisi tinggi
Aspek teknologi lemah
3) Keuangan
Pendapatan rendah mendekati nol
Likuiditas rendah
Rasio utang tinggi
Satu sumber pembayaran kembali.
Aliran kas lebih rendah daripada pembayaran pokok dan bunga
pinjaman
Aset rentan terhadap perubahan kurs foreign exchange dan bunga
17
18. Meningkatnya masalah modal kerja.
4) Manajemen
Kepastian rendah
Kurang pengalaman
Integritas diragukan
Tidak ada visi strategis
Kontrol yang lemah
Konflik kepemimpinan
Eksternal audit dapat lemah
5) Viability
Dukungan pemilik diragukan
Memerlukan pemasaran yang baru
Risiko masa depan yang potensial
Terdapat masalah ketenagakerjaan
Produk dan pasar tidak dapat ditingkatkan
Pembiayaan dengan angsuran diluar Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR)
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok yang :
a) Melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi pembiayaan
dengan angsuran kurang dari 1 bulan; atau
b) Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi pembiayaan
dengan angsuran kurang dari 1 bulan; atau
c) Melampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan bagi
pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulanan atau lebih;
atau
2) Terdapat tunggakan bagi hasil / profit margin, tetapi :
a) Melampaui 1 bulan tetapi belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan
dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan; atau
b) Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan
dengan angsuran kurang dari 1 tahun; atau
18
19. 3) Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum
melampaui 15 hari kerja.
Pembiayaan dengan angsuran untuk Pembiayaan Pemilikan Rumah
Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 6 bulan tetapi
belum melampaui 9 bulan.
Pembiayaan tanpa angsuran
1) Pembiayaan belum jatuh waktu
a) Terdapat tunggakan bagi hasil / profit margin yang melampaui 3 bulan
tetapi belum melampaui 6 bulan; atau
b) Terdapat penambahan plafon atau pembiayaan baru dimaksudkan
untuk melunasi tunggakan bagi hasil / profit margin; atau
2) Pembiayaan belum jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum
melampaui 3 bulan; atau
3) Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya telah
melampaui 15 hari kerja tetapi belum melampaui 30 hari kerja.
Pembiayaan yang diselamatkan
1) Tidak memenuhi kriteria tersebut pada kriteria lancar dan tidak ada
tunggakan; atau
2) Terdapat tunggakan tetapi masih memenuhi pada kriteria lancar; atau
3) Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya telah
melampaui 15 hari kerja dan belum melampaui 30 hari kerja.
3. Diragukan (Doubtful) atau Kolektabilitas 3
Pembiayaan digolongan diragukan apabila pembiayaan yang bersangkutan
tidak memenuhi kriteria lancar dan kurang lancar, seperti tersebut pada
kriteria lancar dan kurang lancar dan berdasarkan penilaian dapat
disimpulkan bahwa :
a. Pembiayaan masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurang-
kurangnya 75% dari hutang peminjam termasuk bagi hasil / profit
margin; atau
19
20. b. Pembiayaan tidak dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurang-
kurangnya 100% dari hutang peminjam.
Selain itu, pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan diragukan
apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran dan atau bunga
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
d. Terjadi kapitalisasi bunga
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan
maupun pengikatan jaminan
Dengan indikasi :
1) Industri
Tidak baik
Pendapatan nol atau negatif
Kompetisi harga sangat tajam
Harga menurun
Memerlukan restrukturisasi operasional
Harga politis
2) Perusahaan
Jauh di bawah rata-rata sektor
Tingkat kompetisi yang sangat tinggi
Masalah teknologi yang parah
Membutuhkan modernisasi yang mendesak
Kehilangan pasar
Masalah produk
Ekspansi yang terlalu cepat
3) Keuangan
Kerugian operasional
Tidak likuid
Menjual asset untuk mempertahankan usaha
20
21. Aliran kas < pembayaran bunga
Rasio utang sangat tinggi
Sumber pembayaran tidak cukup
Meningkatnya modal kerja menyembunyikan kerugian operasional
4) Manajemen
Parah
Tidak kompeten
Tidak bisa bekerja sama
Kontrol sangat lemah
Masalah kepemilikan
Tidak ada sumber permodalan baru
Eksternal audit yang parah
5) Viablity
Masalah operasional
Kelebihan tenaga kerja yang banyak
Membutuhkan penghapusan utang
Restrukturisasi produk
Restrukturisasi proses
Pengembalian biaya tidak penuh
4. Perhatian Khusus (Special Mention)
Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria antara lain
:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga bagi hasil yang
belum melampaui sembilan puluh hari; atau
b. Kadang-kadang terjadi cerukan
c. Mutasi rekening relatif aktif
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
e. Didukung oleh pinjaman baru
Dengan indikasi :
1) Industri
21
22. Dipertanyakan
Pendapatan menurun
Kompetisi meningkat
Kompetisi harga meningkat
Biaya operasi meningkat
Dalam real estate, tingkat hunian dan atau daya serap menurun
2) Perusahaan
Di dalam rata-rata sektor
Beberapa kelemahan dalam persaingan
3) Keuntungan
Keuntungan rendah
Likuiditas dapat diterima
Rasio utang moderat
Dua sumber pembayaran kembali
Aliran kas lebih rendah dari pembayaran pokok dan bunga pinjaman
Dapat menopang perubahann kecil foreign exchange dan suku bunga
4) Manajemen
Mampu memenuhi syarat
Memiliki integritas
Beberapa permasalahan strategi
Perbaikan dalam kontrol
Komite pemilik dan manajemen
Eksternal audit dapat diterima
5) Viability
Kemauan melepaskan diri dari masalah
Kekuatan untuk menanggulangi
Pemilik dapat mendukung
Model baru dimungkinkan jika perlu
Tidak terdapat masalah ketenagakerjaan yang berarti
22
23. 5. Macet (Loss)
Pembiayaan digolongkan macet apabila :
a. Tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar dan diragukan; atau
b. Memenuhi kriteria diragukan tersebut tetapi jangka waktu 21 bulan sejak
golongan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan; atau
c. Pembiayaan tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada
pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) atau telah
diajukan penggantian rugi kepada perusahaan asuransi kredit atau Badan
Arbitrase Syari’ah.
Selain itu, pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan macet
apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bagi hasil
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai wajar
Dengan indikasi :
1) Industri
Hampir mati
Struktur industri lemah
Bersifat anakronis
2) Perusahaan
Tidak dapat berkompetisi
Ketinggalan teknologi
Produk yang lemah
Risiko negara
Peran yang sangat terbatas
Lower quartile
3) Keuangan
Kerugian yang besar
Penjualan asset saat merugi
23
24. Masalah kas dan utang yang parah
Aliran kas < biaya produksi
Tidak ada sumber pembayaran (kecuali likuidisasi)
4) Manajemen
Sangat parah
Tidak dapat dipercaya
Sangat tidak kompeten
Kemungkinan terjadi fraud
Tidak ada kepemimpinan
5) Viability
Sangat dipertanyakan
Harus dilikuidasi
Harus dipecah-pecah
Likuidasi pada nilai dasar
Pembeli sedikit.
Manfaat klasifikasi Collectability Credityaitu :
1. Untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia
2. Untuk mengetahui perkembangan jumlah kredit lancar, cukup lancar,
kurang lancar dan tidak lancar.
3. Untuk mengetahui jumlah kredit yang produktif, cukup produktif, kurang
produktif dan tidak produktif.
4. Untuk meningkatkan pengawasan dan penagihan kredit.
5. Sebagai tolok ukur kemampuan analis kredit, apakah mampu atau tidak.
Jika sebagian kredit yang disalurkan tergolong lancar atau cukup lancar
berarti analis kredit mampu. Sebaliknya, jika kredit yang tergolong
kurang lancar atau malah tidak lancar berarti analis kredit tidak mampu.
6. Sebagai tolok ukur baik atau tidaknya kebijaksanaan perkreditan yang
dilakukan manajer bank bersangkutan.
24
25. 7. Sebagai tolok ukur tingkat kesehatan oleh Bank Indonesia
8. Untuk mengetahui jumlah piutang yang akan dihapuskan
9. Sebagai tool of management bagi manajer bank dalam perkreditannya.
Langkah-langkah untuk menanggulangi keadaan yang tidak diinginkan,
akibat dari tindakan dan perilaku pejabat pembiayaan yang menjadi kegagalan
pembiayaan atau pembiayaan bermasalah, antara lain :8
a. Menekan sekecil mungkin peluang terjadinya kolusi antara pejabat
pembiayaan dengan nasabah.
b. Senantiasa mengingatkan pejabat pembiayaan untuk selalu mematuhi
SOP.
c. Melakukan on the spot ke lokasi usaha nasabah (tanpa sepengetahuan
nasabah) untuk :
1) Mengecek kebenaran pemilik perusahaan, mengcek dan mencocokkan
kebenaran izin-izin.
2) Mengecek kebenaran data keuangan yang disampaikan nasabah
(melakukan audit laporan keuangan nasabah).
3) Mengecek kebenaran data yang disampaikan nasabah (posisi stok
dengan jumlah fisik, posisi piutang dengan buku penjualan dan
dilengkapi dengan nota-nota penjualan, posisi utang dengan buku
pembelian, buku bank, rekening koran nasabah, realisasi penjualan
dan produksi, data perkembangan kemajuan proyek investasi dengan
laporan kemajuan proyek, dan data lain yang dianggap perlu.
4) Mengecek kebenaran data jaminan yang akan diserahkan nasabah
sebagai jaminan pembiayaan; mengecek aktivitas perusahaan (dalam
arti tingkat kesibukannya), aktivitas produksi, dan pemasaran;
mengecek apakah nasabah menjalankan usaha sampingan yang lain di
dalam lokasi perusahaan yang akan dibiayai.
d. Menghitung kebutuhan pembiayaan yang benar-benar dibutuhkan oleh
nasabah secara akurat.
8
25
26. e. Hendaknya pejabat pembiayaan tidak terlalu berambisi mengejar
pendapatan sehingga mengurangi kewaspadaan terhadap risiko
kemacetan pembiayaan.
f. Tidak menyalurkan pembiayaan dalam jumlah besar hanya pada
beberapa nasabah tertentu saja.
g. Tidak mengompromikan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan
merekayasa perhitungan dan analisis pembiayaan demi kepentingan
nasabah.
h. Menetapkan kebijakan dan strategi pembiaayaan yang sehat.
i. Memiliki informasi yang lengka mengenai pembiayaan yang akan
diberikan.
j. Kemampuan mengambil tindakan yang tegas terhadap debitur yang
wanprestasi.
k. Tidak bersikap memudahkan masalah yang ada dalam kegiatan kredit
meskipun terhadap debitur lama. Di sini, hal yang penting untuk
dilakukan adalah tetap melakukan pengawasan penuh. Tidak mudah
percaya dengan infromasi lisan yang disampaikan nasabah dan tidak
terlalu optimis dalam melakukan forecasting terhadap perusahaan
nasabah.
l. Mengintensifkan pengawasan.
m. Meningkatkan kemampuan teknik analis pembiayaan (account officer).
Proses penanganan pembiayaan dilakukan sesuai dengan kolektabilitas
pembiayaan, sebagai berikut :9
1. Pembiayaan Lancar, dilakukan dengan cara :
a. Pemantauan usaha nasabah
b. Pembinaan anggota dengan pelatihan-pelatihan
2. Pembiayaan potensi bermasalah, dilakukan dengan cara :
a. Pembinaan anggota
b. Pemberitahuan dengan surat teguran
9
Muhammad, Op.cit, hlm. 315
26
27. c. Kunjungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian pembiayaan kepada
nasabah
d. Upaya prefentiv dengan penanganan reschedulling, yaitu penjadwalan
kembali jangka waktu angsurang serta memperkecil jumlah angsuran.
Juga dapat dilakukan dengan reconditioning, yaitu memperkecil
margin keuntungan atau bagi hasil.
3. Pembiayaan kurang lancar, dilakukan dengan cara :
a. Membuat surat teguran atau peringatan.
b. Kunjungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian pembiayaan kepada
nasabah secara lebih sungguh-sungguh.
c. Upaya penyehatan dengan cara reschedulling, yaitu penjadwalan
kembali jangka waktu angsurang serta memperkecil jumlah angsuran.
Juga dapat dilakukan dengan reconditioning, yaitu memperkecil
margin keuntungan atau bagi hasil.
4. Pembiayaan diragukan atau macet, dilakukan dengan cara :
a. Dilakukan reschedulling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu
angsurang serta memperkecil jumlah angsuran.
b. Dilakukan reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau
bagi hasil usaha.
c. Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk
pembiayan Al-Qardhul Hasan.
27
28. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Semakaindini di ketahuiadanyamasalah, semakincepatdapatdiambillangkah
yang biasanyamasalahnyabelumterlaluberat.Bank yang
tidakwaspadaterhadapgejala- gejalatersebut,
biasanyamenghadapaikesuliatandalammenanganikreditnya yang
bermasalahkarenamasalahnyabarudisadarisetelahmenjadisemakinbanyakdanberat.
Dengandemikian,
sangatperlumengembangkanbudayawaspadaterhadapadanyagejalatersebut di
atasdikalanganstafataukaryawan agar kredit yang di berikantidakbermasalah.
Pencegahanpembiyayaanbermasalah :
A. Prinsipkehati-hatian
1. Permohonan.
2. Analisis.
3. Keputusan.
4. Perjanjian.
5. Pengikatjaminan.
6. Pengawasan.
7. Pelunasandanatauperpanjangan.
B. Tindakanpenyelamatanpembiyayaan.
1. Rescheduling (penjadwalankembali)
2. Memperpanjangjangkawaktupembiyayaanatauangsuransehinggamemperolehpeny
elesaianatauangsuranlebihringan.
3. Reconditioning (persyaratankembali).
28
29. Mengubahpersyaratan ,Perubahantingkat BA-SIL, MARGIN.
4. RESTRUCTURING (PENATAAN KEMBALI).
a. Konversipembiyayaan.
b. Konversipembiyayaanmenjadipenyertaan modal
sementarapadaperusahaandebitur.
29