MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
Biografi Hasyim
1.
2. 1. Menentukan isi biografi
- MENJAWAB PERTANYAAN SESUAI ISI
- KETELADANAN/KEMENARIKAN PADA DIRI
TOKOH
INDIKATOR SOAL
Disajikan kutipan biografi tokoh, siswa dapat
menentukan:
- jawaban pertanyaan sesuai isi
- keteladanan/kemenarikan pada diri tokoh
6. Pelaku merupakan tokoh utama
yang ditulis biografinya. Pelaku ini
mencakup identitas pribadi
(curriculum vitae) tokoh. Identitas
tersebut menyangkut nama,
tempat tanggal lahir, latar
belakang keluarga, riwayat
pendidikan, riwayat organisasi
yang diikuti.
7. Peristiwa menyangkut
perjuangan tokoh dalam
mengembangkan karier,
memperjuangkan hidup, atau
peristiwa yang dialami tokoh
dalam menggapai kejayaan.
8. Masalah ini berkaitan
dengan hambatan,
tantangan yang dihadapi
tokoh. Selain itu, masalah
juga menyangkut kendala
yang dihadapi tokoh
dalam mencapai tujuan
tertentu.
9. Biografi KH Hasyim Asy'ari -
Perintis Nahdlatul Ulama
(NU)
Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy'arie - bagian belakangnya
juga sering dieja Asy'ari atau Ashari (lahir di Desa Gedang,
Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 10
April 1875 – meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947
pada umur 72 tahun; 4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan
1366 H; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) adalah pendiri
Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di
Indonesia. Dikalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia
dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha
guru.
10. Semenjak kecil hingga berusia empat belas tahun, KH Hasyim
Asy'ari mendapat pendidikan langsung dari ayah dan kakeknya,
Kiai Asyari dan Kyai Utsman. Hasratnya yang besar untuk
menuntut ilmu mendorongnya belajar lebih giat dan rajin.
Hasilnya, ia diberi kesempatan oleh ayahnya untuk membantu
mengajar di pesantren karena kepandaian yang dimilikinya.
Karena Hasrat tak puas akan ilmu yang dimilikinya, Beliaupun
belajar dari pesantren ke pesantren lain. Mulai menjadi santri di
Pesantren Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren Langitan
(Tuban), Pesantren Trenggilis (Semarang), dan Pesantren
Siwalan, Panji (Sidoarjo). Di pesantren Siwalan ia belajar pada
Kyai Jakub yang kemudian mengambilnya sebagai menantu.
11. Di tahun 1892, KH Hasyim Asy'ari menunaikan ibadah haji dan
menimba ilmu di Mekah. Di sana ia berguru pada Syeh Ahmad
Khatib dan Syekh Mahfudh at-Tarmisi, gurunya di bidang hadis.
Dalam perjalanan pulang ke tanah air, ia singgah di Johor,
Malaysia dan mengajar di sana. Pulang ke Indonesia tahun 1899,
Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan pesantren di Tebuireng yang kelak
menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad
20. Sejak tahun 1900, Kiai Hasyim Asy'ari memosisikan Pesantren
Tebu Ireng, menjadi pusat pembaruan bagi pengajaran Islam
tradisional.
Dalam perjalanan pulang ke tanah air, ia singgah di Johor,
Malaysia dan mengajar di sana. Pulang ke Indonesia tahun 1899,
Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan pesantren di Tebuireng yang kelak
menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad
20. Sejak tahun 1900, Kiai Hasyim Asy'ari memosisikan Pesantren
Tebu Ireng, menjadi pusat pembaruan bagi pengajaran Islam
tradisional.
12. Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam
tradisiona lainnya, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul
Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun
berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim
Asy'ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU,
bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan
dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan, para
ulama di berbagai daerah sangat menyegani kewibawaan Kiai
Hasyim. Kini, NU pun berkembang makin pesat. Organisasi ini
telah menjadi penyalur bagi pengembangan Islam ke desa-desa
maupun perkotaan di Jawa. Meski sudah menjadi tokoh
penting dalam NU, ia tetap bersikap toleran terhadap aliran
lain. Yang paling dibencinya ialah perpecahan di kalangan
umat Islam. Pemerintah Belanda bersedia mengangkatnya
menjadi pegawai negeri dengan gaji yang cukup besar asalkan
mau bekerja sama, tetapi ditolaknya.
13. Dengan alasan yang tidak diketahui, pada masa awal pendudukan
Jepang, Hasyim Asy'ari ditangkap. Berkat bantuan anaknya, K.H.
Wahid Hasyim, beberapa bulan kemudian ia dibebaskan dan
sesudah itu diangkat menjadi Kepala Urusan Agama. Jabatan itu
diterimanya karena terpaksa, tetapi ia tetap mengasuh
pesantrennya di Tebuireng.
Setelah Indonesia merdeka, melalui pidato-pidatonya K.H.
Hasyim Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya mereka
berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia
meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947 karena pendarahan
otak dan dimakamkan di Tebuireng.