SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 12
3. KOEFISIEN DISTRIBUSI
I. LATAR BELAKANG
Cukup diketahui berbagai zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam
pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain. Jadi
iod jauh lebih dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform, atau karbon
tetraklorida. Lagi pula, bila cairan-cairan tertentu seperti karbon disulfida dan
air, eter dan air, dikocok bersama-sama dalam satu bejana dan campuran
kemudian dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan.
Cairan-cairan seperti itu dikatakan sebagai tak-dapat-campur (karbon
disulfida dan air) atau setengah-campur (eter dan air), bergantung apakah satu
ke dalam yang lain hampir tak dapat larut atau setengah larut. Jika iod dikocok
bersama suatu campuran karbon disulfida dan air kemudian didiamkan, iod
akan dijumpai terbagi dalam kedua pelarut. Suatu keadaan kesetimbangan
terjadi antara larutan iod dalam karbon disulfida dan larutan iod dalam air
(Vogel,1986).
Pada sistem heterogen, reaksi berlangsung antara dua fase atau lebih,
jadi pada sistem heterogen dapat dijumpai reaksi antara padat dan gas, atau
antara padatan dan cairan. Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan
persoalan pada sistem heterogen adalah menganggap komponen-komponen
dalam reaksi bereaksi pada fase yang sama. Kesetimbangan heterogen
ditandai dengan adanya beberapa fase. Antara lain fase kesetimbangan fisika
dan kesetimbangan kimia. Kesetimbangan heterogen dapat dipelajari dengan
3 cara yaitu dengan mempelajari tetapan kesetimbangannya, cara ini
digunakan utntuk kesetimbangan kimia yang berisi gas. Yang kedua dengan
hukum distribusi Nernest, untuk kesetimbangan suatu zat dalam 2 pelarut.
Yang terakhir yaitu dengan hukum fase,untuk kesetimbangan yang umum.
Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk
menentukanaktivitas zat terlarut dalam suatu pelarut jika aktivitas zat terlarut
dalam pelarut lain yang diketahui, asalkan kedua pelarut tidak bercampur
sempurna satu sama lain. Hukum distribusi banyak dipakai dalam proses
ekstraksi, analisis dan penentuan tetapan kesetimbangan. Oleh karena hukum
distribusi ini banyak digunakan dalam penentuan tetapan kesetimbangan,
maka dari itu dilakukanlah percobaan distribusi solute(zat terlarut) antara dua
pelarut yang tak saling campur ini, agar dapat menentukankonstanta
kesetimbangan suatu pelarut yang tidak bercampur.
II. TUJUAN
Menentukan koefisien distribusi pada suatu ekstraksi Benzene (C6H6) dan
Asam Asetat (CH3COOH).
III. KESELAMATAN KERJA
1. Perhatikan cara memegang corong pada saat ekstraksi (pada wktu
pengocokan)
2. Asam asetat glasial atau pekat berbau sangat rangsang, bisa membakar
kulit, tangani dengan hati โ€“ hati dang jangan menghirup terlalu lama
dapat mengganggu sistem pernafasan.
3. Bila terkena reagensia (Benzena ataupun Asam Asetat) pada waktu
ekstraksi secepatnya dibasuh dengan air.
4. Reagensia bekas pakai kumpulkan dalam botol tersendiri sesuainya
jenisnya.
5. Hindari membuang bahan yang bisa menyumbat buangan air.
6. Jika terkena reagensia tersebut segera cuci dengan air sabun sampai
bersih.
7. Pada saat pengocokan, coong pemisah (separating funnel) dalam keadaan
tertutup.
8. Hati โ€“ hati bekerja dengan larutan kimia (MSDS).
IV. TEORI DASAR
Proses ekstraksi yakni suatu proses pemisahan suatu senyawa dari
senyawa lain dengan menggunakan solvent tertentu. Proses ini ditempuh
apabila proses pemisahan dengan distilasi tidak mungkin, yakni apabila
kedua komponen tersebut mempunyai titik didih yang berdekatan. Jadi
ekstraksi adalah pemisahan suatu komponen (zat terlarut), yang pada
prosesnya zat terlarut tersebut terdistribusi diantara dua buah solvent yang
tidak dapat bercampur (immicible solvent). Perbandingan konsentrasi
(gram/liter) dari solute dalam solvent 1 dan solvent 2 disebut koefisien
distribusi (K) :
๐พ =
๐ถ1
๐ถ2
โ„
Harga K ini tergantung jenis solute dari solvent yang dipakai,
disamping faktor suhu dan tekanan. Pada suatu ekstraksi, dimana solute,
solvent tertentu, dari suhu maupun tekanan dibuat tetap, maka harga K tetap,
tidak tergantung konsentrasi mula โ€“ mula. Oleh sebab itu ekstraksi dengan
solvent yang dibagi beberapa kali lebih efektif daripada sekali ekstraksi
dengan jumlah solvent yang sama.
V1 C1V1 C1โ€™V1 C1(n-1)โ€™V1
C0V2 C2V2 C2โ€™V2 C2(n-2)โ€™V2
= Solvent 1
= Solvent 2
Misalkan suatu solute dalam solvent 2 yang volumenya V2 dengan
kadar konsentrasi C0, akan diekstraksi dengan solvent 1, berturut โ€“ turut
sampai n kali masing โ€“ masing dengan volume V1.
Total Solute = W0
W0 = C0 V2
Total Solute = W0
W0 = C1 V1 + C2 V2
Total Solute = W0
W0 = C1 โ€˜ V2 + C2 โ€˜ V2
Total Solute = W0
W0 = C1(n-1) โ€˜ V1 +
C2(n-2)โ€™V2
Setelah ekstraksi pertama, maka total solute (W0) akan terdistribusi
diantara kedua solvent, masing โ€“ masing C1 dan C2.
๐‘Š0 = ๐ถ1 ๐‘‰1 + ๐ถ2 ๐‘‰2 ๐‘ฅ
๐‘2
๐‘2
๐‘Š0 = (
๐‘1
๐‘2
๐‘‰1 + ๐‘‰2 ) ๐ถ2
๐ถ2 =
1
๐‘1
๐‘2
๐‘‰1 + ๐‘‰2
๐‘ฅ ๐‘Š0
๐ถ1
๐ถ2
= K ๐ถ2 = ๐‘Š0
1
๐พ๐‘‰1 + ๐‘‰2
โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. (1)
Solute yang tertinggal dalam solvent 2 setelah ekstraksi pertama adalah =
W1
W2 = C2 W2
Dari (1) ๐‘Š1 = ๐‘Š0
1
๐พ๐‘‰1 + ๐‘‰2
โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. (2)
Solute W1 dalam solvent 2 ini kemudian diekstraksi yang kedua dengan
solvent V1 pula. Maka solute W1 ini akan terdistribusi lagi diantara kedua
solvent tersebut, masing โ€“ masing dengan kadar C1 dan C2.
๐‘Š = ๐ถโ€ฒ1 ๐‘‰1 + ๐ถโ€ฒ2 ๐‘‰2 ๐‘ฅ
๐ถโ€ฒ2
๐ถ1
๐‘Š = (
๐‘1
๐‘2
๐‘‰1 + ๐‘‰2 ) ๐ถโ€ฒ2
๐ถ2
โ€ฒ
=
๐‘Š1
๐‘1โ€ฒ
๐‘2
๐‘‰1 + ๐‘‰2
๐ถ1 ๐ถ2 โˆ’
๐ถ1โ€ฒ
๐ถ2โ€ฒ
โˆ’ โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ
๐ถ1
(๐‘›โˆ’1)โ€ฒ
๐ถ2
( ๐‘›โˆ’1)โ€ฒ โˆ’ ๐พ
๐ถ2โ€ฒ = ๐‘Š1
1
๐พ๐‘‰1 + ๐‘‰2
โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... (3)
Dari (2) & (3) ๐ถ2 = ๐‘Š0
๐‘‰2
( ๐พ๐‘‰1 + ๐‘‰2 ) 2 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ (4)
Solute yang tertinggal dalam solvent 2 setelah ekstraksi kedua adalah = W2
W2 โ€“ C2โ€™ V2
Dari (4) ๐‘Š2 = ๐‘Š0 (
๐‘‰2
๐พ๐‘‰1 + ๐‘‰2
) 2
Analog untuk solute yang tertinggal dalam solvent 2, setelah ekstraksi
yang ke โ€“ n,
Dari (4) ๐‘Š๐‘› = ๐‘Š0 (
๐‘‰2
๐พ๐‘‰1 + ๐‘‰2
) 2
V. BAHAN DAN PERALATAN
A. Bahan
1. Asam Asetat Glasial (CH3COOH)
2. Benzena
3. Larutan NaOH 0,2 N
4. Indikator Phenol Phtalin (PP)
B. Peralatan
1. Erlenmeyer, kapasitas 250 mL 4 buah
2. Buret, kapasitas 50 mL 1 buah
3. Beaker glass 100 mL 5 buah
4. Corong pemisah, kapasitas 500 mL 2 buah
5. Volume pipet, 25 mL 1 buah
6. Volume pipet, 50 mL 1 buah
7. Pipet ukur, 5 mL 1 buah
8. Stopwatch 1 buah
9. Bulb (Pipet Filter) 1 buah
VI. LANGKAH KERJA
Langkah Pertama :
1. Mengisi buret dengan larutan NaOH 0,2 N dengan bantuan beaker glass
100 mL.
2. Menyiapkan 2 buah corong pemisah pada tempatnya.
3. Mengisi masing โ€“ masing corong pemisah dengan akuades 50 mL,
kemudian ditambahkan Benzena 25 mL dan Asam Asetat Glasial 2 mL.
4. Mengocok dengan hati โ€“ hati masing โ€“ masing 15 menit dengan sesekali
membuang uap dengan membalikkan corong pemisah dan membuka
kran yang diatas.
5. Mendiamkan selama beberapa menit sampai kedua lapisan terpisah
sempurna.
6. Membuka penutup masing โ€“ masing dan memisahkan lapisan bawah dari
kedua corong pemisah dan masing โ€“ masing ditampung menggunakan
beaker glass (jangan dibuang).
7. Lapisan atas dari masing โ€“ masing corong pemisah ditampung dalam 2
buah beaker glass yang lain.
8. Dari kedua indikator lapisan atas tersebut, ditambahkan masing โ€“ masing
3 tetes indikator PP.
9. Melakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,2 N dari buret yang sudah
disiapkan hingga terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi pink
(merah muda) dan tidak hilang selama minimal 20 detik.
10. Mencatat masing โ€“ masing beberapa mL banyaknya NaOH 0,2 N yang
dilakukan.
Langkah Kedua :
11. Mengembalikan kedua lapisan bawah pada corong pemisah.
12. Menambahkan ke dalam masing โ€“ masing corong pemisah 25 mL
benzena (jangan ditambah asem asetat lagi)
13. Mengulangi pekerjaan dari langkah 4 sampai 10
Langkah Ketiga :
14. Mengulangi langkah ke 11 sampai 13
VII. HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan corong pemisah A
Ekstraksi
Titrasi dengan NaOH 0,2 N ()
Lapisan Atas 1 + PP Lapisan Bawah 1 + PP
volume (ml) massa (gr) volume (ml) massa (gr)
Pertama 2,7 ml 0,162 22,4 ml 2,688
Kedua 1,6 ml 0,096 20,1 ml 2,412
Ketiga 0,4 ml 0,024 17,3 ml 2,076
Tabel Pengamatan corong pemisah B
Ekstraksi
Titrasi dengan NaOH 0,2 N
Lapisan Atas 2 + PP Lapisan Bawah 2 + PP
volume (ml) massa (gr) volume (ml) massa (gr)
Pertama 2,8 ml 0,168 22,2 ml 2,664
Kedua 1,9 ml 0,114 19,5 ml 2,34
Ketiga 0,5 ml 0,03 16,9 ml 2,028
Keterangan :
Lapisan Atas = Asam asetat + Benzene
Lapisan Bawah = Asam asetat + Aquades
VIII. PERHITUNGAN
Keterangan :
V1 = Volume Benzene
V2 = Volume Akuades
W1 = Banyaknya Asam Asetat yang tertinggal setelah ekstraksi
pertama
W2 = Banyaknya Asam Asetat yang tertinggal setelah ekstraksi
kedua
W3 = Banyaknya Asam Asetat yang tertinggal setelah ekstraksi
ketiga
W0 = Berat Asam Asetat mula โ€“ mula
Untuk mencari berapa banyak kandungan Asam Asetat pada Benzen dan Aquades
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰(๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›/๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ )
๐‘‰(๐‘Ž๐‘ . ๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก)
1. Ekstraksi I
Bagian A Bagian B
WI(ben) =
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰(๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›)
๐‘‰(๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก )
W1(ben) =
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰(๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›)
๐‘‰(๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก)
=
2,7 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
25
5
=
2,8 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
25
5
= 0,162 gr = 0,168 gr
W1(aqu) =
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰(๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ )
๐‘‰(๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก)
W1(aqua)=
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰(๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ )
๐‘‰(๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก)
=
22,4 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
50
5
=
22,2 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
50
5
= 2,688 gr =2,664 gr
2. Ekstrasi II
Bagian A Bagian B
W2(ben) =
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰( ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›)
๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก)
W2(ben)
=
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰( ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›)
๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก)
=
1,6 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
25
5
=
1,9 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
25
5
=0,096 gr =0,114 gr
W2(aqua)=
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰(๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ )
๐‘‰(๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก)
W2(aqua)
=
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ )
๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก)
=
20,,1 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
50
5
=
19,5 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
50
5
= 2,412 gr = 2,34 gr
3. Ekstraksi III
Bagian A Bagian B
W3(ben) =
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰( ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›)
๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก)
W3(ben) =
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰( ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›)
๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก)
=
0,4 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
25
5
=
0,5 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
25
5
= 0,024 gr = 0,03 gr
W3(aqua) =
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ )
๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก)
W3(aqua)=
๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ )
๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก)
=
17,3 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
50
5
=
16,9 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60
1000
๐‘ฅ
50
5
= 2,076 gr = 2,028 gr
Untuk mencari Wo
Wo1(A) = WI(ben) + W1(aqu) Wo1(B)= WI(ben) + W1(aqu)
= 0,162 gr + 2,688 gr = 0,168 gr + 2,664 gr
= 2,85 gr = 2,832 gr
Untuk W1, 2, 3 = W(aqudes)
W1(A) = 2,688 gr W1(B) = 2,664 gr
W2(A) = 2,412 gr W2(B) = 2,34 gr
W3(A) =2,076 gr W3(B) = 2,028 gr
Untuk menghitung K gunakan rumus :
W1 =Wo1 (A) ๐ฑ (
๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐‘จ๐’Œ๐’–๐’‚๐’…๐’†๐’”
๐‘ฒ.๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐‘ฉ๐’†๐’๐’›๐’†๐’ +๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐‘จ๐’Œ๐’–๐’‚๐’…๐’†๐’”
)
๐’
Bagian A
1. W1(A) = Wo1 (A) x (
๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ 
๐พ.๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ต๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›+๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ 
)
1
2,688 = 2,85 ๐‘ฅ (
50
๐พ.25+50
)
1
K1(A) = 0,121
2. W1(A) = Wo1 (A) x (
๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ 
๐พ.๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ต๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›+๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ 
)
2
2,412 = 2,85 ๐‘ฅ (
50
๐พ.25+50
)
2
K2(A) = 0,174
3. W1(A) = Wo1 (A) x (
๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ 
๐พ.๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ต๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›+๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ 
)
3
2,076 = 2,85 ๐‘ฅ (
50
๐พ.25+50
)
3
K2(A) = 0,222
Bagian B
1. W1(B) = Wo1 (B) x (
๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ 
๐พ.๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ต๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘› +๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ 
)
1
2,664 = 2,832 ๐‘ฅ (
50
๐พ.25+50
)
1
K1(A) = 0,125
2. W1(B) = Wo1 (B) x (
๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ 
๐พ.๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ต๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘› +๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ 
)
2
2,34 = 2,832 ๐‘ฅ (
50
๐พ.25+50
)
2
K2(A) = 0,200
3. W1(B) = Wo1 (B) x (
๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ 
๐พ.๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ต๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘› +๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ 
)
3
2,028 = 2,832 ๐‘ฅ (
50
๐พ.25+50
)
3
K2(A) = 0,255
Untuk menghitung Koefisien Rata-Ratanya menggunkan rumus :
๐พ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž2 =
๐พ1( ๐ด) + ๐พ1( ๐ต) + ๐พ2( ๐ด) + ๐พ2( ๐ต) + ๐พ3( ๐ด) + ๐พ3(๐ต)
6
๐พ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž2 =
0,121 + 0,174 + 0,222 + 0,125 + 0,200 + 0,255
6
= 0,1795
IX. ANALISA
Prinsip percobaan ini adalah distribusi zat terlarut (Asam Asetat)
kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur yaitu benzena dan
aquades.Distribusi asam asetat pada senyawa benzene dan aquades dilakukan
dengan cara pengocokan selama 15 menit.
Pada hukum distribusi Nerst, jika dalam sistem dua fasa cair yang
tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua
pelarut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Perbandingan konsentrasi
solut didalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu ketetapan
pada suhu tetap. Tetapan tersebut adalah tetapan distribusi atau koefisien
distribusi.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dengan adanya perbedaan
kepolaran antara aquades yang bersifat polar dan benzena bersifat non-polar,
sehingga terbentuk dua lapisan, dimana lapisan atas merupakan benzena dan
lapisan bawah adalah aquades.
Dari tabel pengamatan, seharusnya dari percobaan pertama hingga
ketiga, penggunaan NaOH semakin sedikit. Hal ini mengindikasikan bahwa
asam yang larut semakin sedikit. Khusunya untuk lapisan benzena terdapat
sedikit masalah saat titrasi, yaitu ketidaktepatan menentukan waktu berekasi
(terjadi perubahan warna) sehingga penggunaan NaOH tidak semakin sedikit
(fluktuasi). Penggunaan NaOH saat titrasi dengan aquades lebih banyak
daripada saat titrasi dengan benzena, artinya asam asetat lebih banyak
terdistribusi dalam aquades.
Berdasarkan perhitungan data diperoleh :
Corong pemisah 1 Corong pemisah 2
K1 0,121 0,125
K2 0,174 0,2
K3 0,222 0,255
Krata 0,1795
X. SIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, koefisien dsitribusi asam asetat
dalam larutan benzena dan aquades sebesar 0,1795.

Weitere รคhnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Asidi alkalimetri
Asidi alkalimetriAsidi alkalimetri
Asidi alkalimetri
ZamZam Pbj
ย 
Pemisahan Alkohol dan Air dengan Destilasi
Pemisahan Alkohol dan Air dengan DestilasiPemisahan Alkohol dan Air dengan Destilasi
Pemisahan Alkohol dan Air dengan Destilasi
CarlosEnvious
ย 
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Eva Apriliyana Rizki
ย 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhana
asterias
ย 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
Iffa M.Nisa
ย 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
Fransiska Puteri
ย 

Was ist angesagt? (20)

Kd meeting 13 14
Kd meeting 13 14Kd meeting 13 14
Kd meeting 13 14
ย 
Asidi alkalimetri
Asidi alkalimetriAsidi alkalimetri
Asidi alkalimetri
ย 
Pemisahan Alkohol dan Air dengan Destilasi
Pemisahan Alkohol dan Air dengan DestilasiPemisahan Alkohol dan Air dengan Destilasi
Pemisahan Alkohol dan Air dengan Destilasi
ย 
9 larutan ideal
9 larutan ideal9 larutan ideal
9 larutan ideal
ย 
Farmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanFarmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutan
ย 
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
ย 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasar
ย 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhana
ย 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
ย 
Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
ย 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
ย 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
ย 
Laporan praktikum asidi alkalimetri doc
Laporan praktikum asidi alkalimetri docLaporan praktikum asidi alkalimetri doc
Laporan praktikum asidi alkalimetri doc
ย 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
ย 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid keton
ย 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
ย 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
ย 
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhulaporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
ย 
Annes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAnnes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis Gravimetri
ย 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ย 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (7)

Fenomena Distribusi
Fenomena DistribusiFenomena Distribusi
Fenomena Distribusi
ย 
Koef distribusi laporan
Koef distribusi laporanKoef distribusi laporan
Koef distribusi laporan
ย 
Jurnal contoh titik didih
Jurnal contoh titik didihJurnal contoh titik didih
Jurnal contoh titik didih
ย 
Kimia titik-didih
Kimia titik-didihKimia titik-didih
Kimia titik-didih
ย 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
ย 
Mikroteknik BAB 1 Pengertian, Syarat, dan Macam preparat_dewi
Mikroteknik BAB 1 Pengertian, Syarat, dan Macam preparat_dewiMikroteknik BAB 1 Pengertian, Syarat, dan Macam preparat_dewi
Mikroteknik BAB 1 Pengertian, Syarat, dan Macam preparat_dewi
ย 
Bab i kimia analisa & pemisahan
Bab i kimia analisa & pemisahanBab i kimia analisa & pemisahan
Bab i kimia analisa & pemisahan
ย 

ร„hnlich wie Koefisien distribusi (roni)

Ekstraksi pelarut
Ekstraksi pelarutEkstraksi pelarut
Ekstraksi pelarut
rikayulliyani
ย 
Ekstraksi pelarut
Ekstraksi pelarutEkstraksi pelarut
Ekstraksi pelarut
rikayulliyani
ย 
Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni
Termodinamika (3)  b fase_-_fase_zat_murniTermodinamika (3)  b fase_-_fase_zat_murni
Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni
jayamartha
ย 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
Ardinda Avicenna
ย 
Bab5. konsep larutan
Bab5. konsep larutanBab5. konsep larutan
Bab5. konsep larutan
Imo Priyanto
ย 
Bab 1 sifat koligatif larutan
Bab 1  sifat koligatif larutanBab 1  sifat koligatif larutan
Bab 1 sifat koligatif larutan
1habib
ย 
Laporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan airLaporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan air
PT. SASA
ย 

ร„hnlich wie Koefisien distribusi (roni) (20)

Ekstraksi pelarut
Ekstraksi pelarutEkstraksi pelarut
Ekstraksi pelarut
ย 
Ekstraksi pelarut
Ekstraksi pelarutEkstraksi pelarut
Ekstraksi pelarut
ย 
Tujuan percobaan
Tujuan percobaanTujuan percobaan
Tujuan percobaan
ย 
02. KIMIA DASAR - LARUTAN GAS.pptx
02. KIMIA DASAR - LARUTAN GAS.pptx02. KIMIA DASAR - LARUTAN GAS.pptx
02. KIMIA DASAR - LARUTAN GAS.pptx
ย 
Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni
Termodinamika (3)  b fase_-_fase_zat_murniTermodinamika (3)  b fase_-_fase_zat_murni
Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni
ย 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
ย 
Bab5. konsep larutan
Bab5. konsep larutanBab5. konsep larutan
Bab5. konsep larutan
ย 
Penuntun kd2
Penuntun kd2Penuntun kd2
Penuntun kd2
ย 
Sifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutanSifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutan
ย 
Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif LarutanSifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif Larutan
ย 
4-ekstraksi.ppt
4-ekstraksi.ppt4-ekstraksi.ppt
4-ekstraksi.ppt
ย 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
ย 
Sifat Koligatif Larutan
 Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif Larutan
ย 
Percobaan iv koordinasi
Percobaan iv koordinasiPercobaan iv koordinasi
Percobaan iv koordinasi
ย 
Bab 1 sifat koligatif larutan
Bab 1  sifat koligatif larutanBab 1  sifat koligatif larutan
Bab 1 sifat koligatif larutan
ย 
PPT KEL 2.pptx
PPT KEL 2.pptxPPT KEL 2.pptx
PPT KEL 2.pptx
ย 
Laporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan airLaporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan air
ย 
Kimia teknik
Kimia teknikKimia teknik
Kimia teknik
ย 
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
ย 
Penurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutanPenurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutan
ย 

Kรผrzlich hochgeladen

Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
arifyudianto3
ย 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
husien3
ย 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
ย 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
EnginerMine
ย 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
FujiAdam
ย 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
taniaalda710
ย 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
arifyudianto3
ย 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
FahrizalTriPrasetyo
ย 

Kรผrzlich hochgeladen (14)

Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
ย 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
ย 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
ย 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
ย 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
ย 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
ย 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
ย 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
ย 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
ย 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
ย 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
ย 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
ย 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
ย 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
ย 

Koefisien distribusi (roni)

  • 1. 3. KOEFISIEN DISTRIBUSI I. LATAR BELAKANG Cukup diketahui berbagai zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform, atau karbon tetraklorida. Lagi pula, bila cairan-cairan tertentu seperti karbon disulfida dan air, eter dan air, dikocok bersama-sama dalam satu bejana dan campuran kemudian dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Cairan-cairan seperti itu dikatakan sebagai tak-dapat-campur (karbon disulfida dan air) atau setengah-campur (eter dan air), bergantung apakah satu ke dalam yang lain hampir tak dapat larut atau setengah larut. Jika iod dikocok bersama suatu campuran karbon disulfida dan air kemudian didiamkan, iod akan dijumpai terbagi dalam kedua pelarut. Suatu keadaan kesetimbangan terjadi antara larutan iod dalam karbon disulfida dan larutan iod dalam air (Vogel,1986). Pada sistem heterogen, reaksi berlangsung antara dua fase atau lebih, jadi pada sistem heterogen dapat dijumpai reaksi antara padat dan gas, atau antara padatan dan cairan. Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan persoalan pada sistem heterogen adalah menganggap komponen-komponen dalam reaksi bereaksi pada fase yang sama. Kesetimbangan heterogen ditandai dengan adanya beberapa fase. Antara lain fase kesetimbangan fisika dan kesetimbangan kimia. Kesetimbangan heterogen dapat dipelajari dengan 3 cara yaitu dengan mempelajari tetapan kesetimbangannya, cara ini digunakan utntuk kesetimbangan kimia yang berisi gas. Yang kedua dengan hukum distribusi Nernest, untuk kesetimbangan suatu zat dalam 2 pelarut. Yang terakhir yaitu dengan hukum fase,untuk kesetimbangan yang umum. Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukanaktivitas zat terlarut dalam suatu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain yang diketahui, asalkan kedua pelarut tidak bercampur
  • 2. sempurna satu sama lain. Hukum distribusi banyak dipakai dalam proses ekstraksi, analisis dan penentuan tetapan kesetimbangan. Oleh karena hukum distribusi ini banyak digunakan dalam penentuan tetapan kesetimbangan, maka dari itu dilakukanlah percobaan distribusi solute(zat terlarut) antara dua pelarut yang tak saling campur ini, agar dapat menentukankonstanta kesetimbangan suatu pelarut yang tidak bercampur. II. TUJUAN Menentukan koefisien distribusi pada suatu ekstraksi Benzene (C6H6) dan Asam Asetat (CH3COOH). III. KESELAMATAN KERJA 1. Perhatikan cara memegang corong pada saat ekstraksi (pada wktu pengocokan) 2. Asam asetat glasial atau pekat berbau sangat rangsang, bisa membakar kulit, tangani dengan hati โ€“ hati dang jangan menghirup terlalu lama dapat mengganggu sistem pernafasan. 3. Bila terkena reagensia (Benzena ataupun Asam Asetat) pada waktu ekstraksi secepatnya dibasuh dengan air. 4. Reagensia bekas pakai kumpulkan dalam botol tersendiri sesuainya jenisnya. 5. Hindari membuang bahan yang bisa menyumbat buangan air. 6. Jika terkena reagensia tersebut segera cuci dengan air sabun sampai bersih. 7. Pada saat pengocokan, coong pemisah (separating funnel) dalam keadaan tertutup. 8. Hati โ€“ hati bekerja dengan larutan kimia (MSDS).
  • 3. IV. TEORI DASAR Proses ekstraksi yakni suatu proses pemisahan suatu senyawa dari senyawa lain dengan menggunakan solvent tertentu. Proses ini ditempuh apabila proses pemisahan dengan distilasi tidak mungkin, yakni apabila kedua komponen tersebut mempunyai titik didih yang berdekatan. Jadi ekstraksi adalah pemisahan suatu komponen (zat terlarut), yang pada prosesnya zat terlarut tersebut terdistribusi diantara dua buah solvent yang tidak dapat bercampur (immicible solvent). Perbandingan konsentrasi (gram/liter) dari solute dalam solvent 1 dan solvent 2 disebut koefisien distribusi (K) : ๐พ = ๐ถ1 ๐ถ2 โ„ Harga K ini tergantung jenis solute dari solvent yang dipakai, disamping faktor suhu dan tekanan. Pada suatu ekstraksi, dimana solute, solvent tertentu, dari suhu maupun tekanan dibuat tetap, maka harga K tetap, tidak tergantung konsentrasi mula โ€“ mula. Oleh sebab itu ekstraksi dengan solvent yang dibagi beberapa kali lebih efektif daripada sekali ekstraksi dengan jumlah solvent yang sama. V1 C1V1 C1โ€™V1 C1(n-1)โ€™V1 C0V2 C2V2 C2โ€™V2 C2(n-2)โ€™V2 = Solvent 1 = Solvent 2 Misalkan suatu solute dalam solvent 2 yang volumenya V2 dengan kadar konsentrasi C0, akan diekstraksi dengan solvent 1, berturut โ€“ turut sampai n kali masing โ€“ masing dengan volume V1. Total Solute = W0 W0 = C0 V2 Total Solute = W0 W0 = C1 V1 + C2 V2 Total Solute = W0 W0 = C1 โ€˜ V2 + C2 โ€˜ V2 Total Solute = W0 W0 = C1(n-1) โ€˜ V1 + C2(n-2)โ€™V2
  • 4. Setelah ekstraksi pertama, maka total solute (W0) akan terdistribusi diantara kedua solvent, masing โ€“ masing C1 dan C2. ๐‘Š0 = ๐ถ1 ๐‘‰1 + ๐ถ2 ๐‘‰2 ๐‘ฅ ๐‘2 ๐‘2 ๐‘Š0 = ( ๐‘1 ๐‘2 ๐‘‰1 + ๐‘‰2 ) ๐ถ2 ๐ถ2 = 1 ๐‘1 ๐‘2 ๐‘‰1 + ๐‘‰2 ๐‘ฅ ๐‘Š0 ๐ถ1 ๐ถ2 = K ๐ถ2 = ๐‘Š0 1 ๐พ๐‘‰1 + ๐‘‰2 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. (1) Solute yang tertinggal dalam solvent 2 setelah ekstraksi pertama adalah = W1 W2 = C2 W2 Dari (1) ๐‘Š1 = ๐‘Š0 1 ๐พ๐‘‰1 + ๐‘‰2 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. (2) Solute W1 dalam solvent 2 ini kemudian diekstraksi yang kedua dengan solvent V1 pula. Maka solute W1 ini akan terdistribusi lagi diantara kedua solvent tersebut, masing โ€“ masing dengan kadar C1 dan C2. ๐‘Š = ๐ถโ€ฒ1 ๐‘‰1 + ๐ถโ€ฒ2 ๐‘‰2 ๐‘ฅ ๐ถโ€ฒ2 ๐ถ1 ๐‘Š = ( ๐‘1 ๐‘2 ๐‘‰1 + ๐‘‰2 ) ๐ถโ€ฒ2 ๐ถ2 โ€ฒ = ๐‘Š1 ๐‘1โ€ฒ ๐‘2 ๐‘‰1 + ๐‘‰2 ๐ถ1 ๐ถ2 โˆ’ ๐ถ1โ€ฒ ๐ถ2โ€ฒ โˆ’ โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ ๐ถ1 (๐‘›โˆ’1)โ€ฒ ๐ถ2 ( ๐‘›โˆ’1)โ€ฒ โˆ’ ๐พ ๐ถ2โ€ฒ = ๐‘Š1 1 ๐พ๐‘‰1 + ๐‘‰2 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... (3) Dari (2) & (3) ๐ถ2 = ๐‘Š0 ๐‘‰2 ( ๐พ๐‘‰1 + ๐‘‰2 ) 2 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ (4) Solute yang tertinggal dalam solvent 2 setelah ekstraksi kedua adalah = W2 W2 โ€“ C2โ€™ V2
  • 5. Dari (4) ๐‘Š2 = ๐‘Š0 ( ๐‘‰2 ๐พ๐‘‰1 + ๐‘‰2 ) 2 Analog untuk solute yang tertinggal dalam solvent 2, setelah ekstraksi yang ke โ€“ n, Dari (4) ๐‘Š๐‘› = ๐‘Š0 ( ๐‘‰2 ๐พ๐‘‰1 + ๐‘‰2 ) 2 V. BAHAN DAN PERALATAN A. Bahan 1. Asam Asetat Glasial (CH3COOH) 2. Benzena 3. Larutan NaOH 0,2 N 4. Indikator Phenol Phtalin (PP) B. Peralatan 1. Erlenmeyer, kapasitas 250 mL 4 buah 2. Buret, kapasitas 50 mL 1 buah 3. Beaker glass 100 mL 5 buah 4. Corong pemisah, kapasitas 500 mL 2 buah 5. Volume pipet, 25 mL 1 buah 6. Volume pipet, 50 mL 1 buah 7. Pipet ukur, 5 mL 1 buah 8. Stopwatch 1 buah 9. Bulb (Pipet Filter) 1 buah VI. LANGKAH KERJA Langkah Pertama : 1. Mengisi buret dengan larutan NaOH 0,2 N dengan bantuan beaker glass 100 mL. 2. Menyiapkan 2 buah corong pemisah pada tempatnya. 3. Mengisi masing โ€“ masing corong pemisah dengan akuades 50 mL, kemudian ditambahkan Benzena 25 mL dan Asam Asetat Glasial 2 mL.
  • 6. 4. Mengocok dengan hati โ€“ hati masing โ€“ masing 15 menit dengan sesekali membuang uap dengan membalikkan corong pemisah dan membuka kran yang diatas. 5. Mendiamkan selama beberapa menit sampai kedua lapisan terpisah sempurna. 6. Membuka penutup masing โ€“ masing dan memisahkan lapisan bawah dari kedua corong pemisah dan masing โ€“ masing ditampung menggunakan beaker glass (jangan dibuang). 7. Lapisan atas dari masing โ€“ masing corong pemisah ditampung dalam 2 buah beaker glass yang lain. 8. Dari kedua indikator lapisan atas tersebut, ditambahkan masing โ€“ masing 3 tetes indikator PP. 9. Melakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,2 N dari buret yang sudah disiapkan hingga terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi pink (merah muda) dan tidak hilang selama minimal 20 detik. 10. Mencatat masing โ€“ masing beberapa mL banyaknya NaOH 0,2 N yang dilakukan. Langkah Kedua : 11. Mengembalikan kedua lapisan bawah pada corong pemisah. 12. Menambahkan ke dalam masing โ€“ masing corong pemisah 25 mL benzena (jangan ditambah asem asetat lagi) 13. Mengulangi pekerjaan dari langkah 4 sampai 10 Langkah Ketiga : 14. Mengulangi langkah ke 11 sampai 13
  • 7. VII. HASIL PENGAMATAN Tabel Pengamatan corong pemisah A Ekstraksi Titrasi dengan NaOH 0,2 N () Lapisan Atas 1 + PP Lapisan Bawah 1 + PP volume (ml) massa (gr) volume (ml) massa (gr) Pertama 2,7 ml 0,162 22,4 ml 2,688 Kedua 1,6 ml 0,096 20,1 ml 2,412 Ketiga 0,4 ml 0,024 17,3 ml 2,076 Tabel Pengamatan corong pemisah B Ekstraksi Titrasi dengan NaOH 0,2 N Lapisan Atas 2 + PP Lapisan Bawah 2 + PP volume (ml) massa (gr) volume (ml) massa (gr) Pertama 2,8 ml 0,168 22,2 ml 2,664 Kedua 1,9 ml 0,114 19,5 ml 2,34 Ketiga 0,5 ml 0,03 16,9 ml 2,028 Keterangan : Lapisan Atas = Asam asetat + Benzene Lapisan Bawah = Asam asetat + Aquades VIII. PERHITUNGAN Keterangan : V1 = Volume Benzene V2 = Volume Akuades W1 = Banyaknya Asam Asetat yang tertinggal setelah ekstraksi pertama W2 = Banyaknya Asam Asetat yang tertinggal setelah ekstraksi kedua W3 = Banyaknya Asam Asetat yang tertinggal setelah ekstraksi ketiga
  • 8. W0 = Berat Asam Asetat mula โ€“ mula Untuk mencari berapa banyak kandungan Asam Asetat pada Benzen dan Aquades ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰(๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›/๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ ) ๐‘‰(๐‘Ž๐‘ . ๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก) 1. Ekstraksi I Bagian A Bagian B WI(ben) = ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰(๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›) ๐‘‰(๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก ) W1(ben) = ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰(๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›) ๐‘‰(๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก) = 2,7 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ 25 5 = 2,8 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ 25 5 = 0,162 gr = 0,168 gr W1(aqu) = ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰(๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ ) ๐‘‰(๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก) W1(aqua)= ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰(๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ ) ๐‘‰(๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก) = 22,4 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ 50 5 = 22,2 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ 50 5 = 2,688 gr =2,664 gr 2. Ekstrasi II Bagian A Bagian B W2(ben) = ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰( ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›) ๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก) W2(ben) = ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰( ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›) ๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก) = 1,6 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ 25 5 = 1,9 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ 25 5 =0,096 gr =0,114 gr
  • 9. W2(aqua)= ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰(๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ ) ๐‘‰(๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก) W2(aqua) = ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ ) ๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก) = 20,,1 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ 50 5 = 19,5 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ 50 5 = 2,412 gr = 2,34 gr 3. Ekstraksi III Bagian A Bagian B W3(ben) = ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰( ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›) ๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก) W3(ben) = ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰( ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›) ๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก) = 0,4 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ 25 5 = 0,5 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ 25 5 = 0,024 gr = 0,03 gr W3(aqua) = ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ ) ๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก) W3(aqua)= ๐‘‰( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ ๐‘ ( ๐‘๐‘Ž๐‘‚๐ป) ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ ๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘ ) ๐‘‰( ๐‘Ž๐‘ .๐ด๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘Ž๐‘ก) = 17,3 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ 50 5 = 16,9 ๐‘ฅ 0,2 ๐‘ฅ 60 1000 ๐‘ฅ 50 5 = 2,076 gr = 2,028 gr Untuk mencari Wo Wo1(A) = WI(ben) + W1(aqu) Wo1(B)= WI(ben) + W1(aqu) = 0,162 gr + 2,688 gr = 0,168 gr + 2,664 gr = 2,85 gr = 2,832 gr Untuk W1, 2, 3 = W(aqudes) W1(A) = 2,688 gr W1(B) = 2,664 gr W2(A) = 2,412 gr W2(B) = 2,34 gr W3(A) =2,076 gr W3(B) = 2,028 gr
  • 10. Untuk menghitung K gunakan rumus : W1 =Wo1 (A) ๐ฑ ( ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐‘จ๐’Œ๐’–๐’‚๐’…๐’†๐’” ๐‘ฒ.๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐‘ฉ๐’†๐’๐’›๐’†๐’ +๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐‘จ๐’Œ๐’–๐’‚๐’…๐’†๐’” ) ๐’ Bagian A 1. W1(A) = Wo1 (A) x ( ๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘  ๐พ.๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ต๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›+๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘  ) 1 2,688 = 2,85 ๐‘ฅ ( 50 ๐พ.25+50 ) 1 K1(A) = 0,121 2. W1(A) = Wo1 (A) x ( ๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘  ๐พ.๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ต๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›+๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘  ) 2 2,412 = 2,85 ๐‘ฅ ( 50 ๐พ.25+50 ) 2 K2(A) = 0,174 3. W1(A) = Wo1 (A) x ( ๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘  ๐พ.๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ต๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘›+๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘  ) 3 2,076 = 2,85 ๐‘ฅ ( 50 ๐พ.25+50 ) 3 K2(A) = 0,222 Bagian B 1. W1(B) = Wo1 (B) x ( ๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘  ๐พ.๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ต๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘› +๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘  ) 1 2,664 = 2,832 ๐‘ฅ ( 50 ๐พ.25+50 ) 1 K1(A) = 0,125 2. W1(B) = Wo1 (B) x ( ๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘  ๐พ.๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ต๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘› +๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘  ) 2
  • 11. 2,34 = 2,832 ๐‘ฅ ( 50 ๐พ.25+50 ) 2 K2(A) = 0,200 3. W1(B) = Wo1 (B) x ( ๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘  ๐พ.๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ต๐‘’๐‘›๐‘ง๐‘’๐‘› +๐‘‰๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘š๐‘’ ๐ด๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘  ) 3 2,028 = 2,832 ๐‘ฅ ( 50 ๐พ.25+50 ) 3 K2(A) = 0,255 Untuk menghitung Koefisien Rata-Ratanya menggunkan rumus : ๐พ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž2 = ๐พ1( ๐ด) + ๐พ1( ๐ต) + ๐พ2( ๐ด) + ๐พ2( ๐ต) + ๐พ3( ๐ด) + ๐พ3(๐ต) 6 ๐พ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž2 = 0,121 + 0,174 + 0,222 + 0,125 + 0,200 + 0,255 6 = 0,1795 IX. ANALISA Prinsip percobaan ini adalah distribusi zat terlarut (Asam Asetat) kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur yaitu benzena dan aquades.Distribusi asam asetat pada senyawa benzene dan aquades dilakukan dengan cara pengocokan selama 15 menit. Pada hukum distribusi Nerst, jika dalam sistem dua fasa cair yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Perbandingan konsentrasi solut didalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu ketetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut adalah tetapan distribusi atau koefisien distribusi.
  • 12. Dari percobaan yang telah dilakukan, dengan adanya perbedaan kepolaran antara aquades yang bersifat polar dan benzena bersifat non-polar, sehingga terbentuk dua lapisan, dimana lapisan atas merupakan benzena dan lapisan bawah adalah aquades. Dari tabel pengamatan, seharusnya dari percobaan pertama hingga ketiga, penggunaan NaOH semakin sedikit. Hal ini mengindikasikan bahwa asam yang larut semakin sedikit. Khusunya untuk lapisan benzena terdapat sedikit masalah saat titrasi, yaitu ketidaktepatan menentukan waktu berekasi (terjadi perubahan warna) sehingga penggunaan NaOH tidak semakin sedikit (fluktuasi). Penggunaan NaOH saat titrasi dengan aquades lebih banyak daripada saat titrasi dengan benzena, artinya asam asetat lebih banyak terdistribusi dalam aquades. Berdasarkan perhitungan data diperoleh : Corong pemisah 1 Corong pemisah 2 K1 0,121 0,125 K2 0,174 0,2 K3 0,222 0,255 Krata 0,1795 X. SIMPULAN Dari percobaan yang telah dilakukan, koefisien dsitribusi asam asetat dalam larutan benzena dan aquades sebesar 0,1795.