Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya metodologi dalam pembuatan keputusan kebijakan yang rasional dan beberapa teknik analisis keputusan alternatif untuk mendukung proses pembuatan keputusan yang lebih baik.
Pengambilan Keputusan_Model Dan Tehnik Analisis Keputusan Alternatif (Deliberatif).pptx
1. Riska Amanda 2016041052
Reguler B
Pengambilan Keputusan
Pembuatan
Keputusan Yang
Rasional : Model Dan
Tehnik Analisis
Keputusan Alternatif
(Deliberatif)
3. Menurut hemat penulis, ada dua hal yang perlu digarisbawahi bahwa metodologi menjadi bagian
penting dalam pembuatan keputusan yang rasional, yaitu :
Petama, Diakui makin kompleksnya tanggungjawab urusan dan program yang dilaksanakan oleh
pembuat keputusan, dalam hal ini lokus pada institusi pemerintah. Untuk menjalankan urusan
program memerlukan sejumlah sumberdaya, baik kebijakan maunpun sumberdaya manusia. Dalam
konteks ini, maka pemerintah yang biasanya merupakan aktor pembuat keputusan kebijakan, akan
dituntut untuk dapat menggunakan segenap sumberdaya yang langka itu secara ekonomis, untuk
mendapatkan hasil yang maksimal
Kedua, Harapan publik akan penyelesaian berbagai persoalan kepublikan. Pada titik ini, maka
penggunaan model dan tehnik pengambilan keputusan kebijakan yang penuh perhitungan, andal
diharapkan dapat menjamin harapan akan kepastian ketersediaan barang dan jasa public yang
berkualitas dan memuaska banyak pihak.
Wahab (1998:72) mengatakan ada beberapa keunggulan dari penggunaan metodologi dalam
menghasilkan sebuah keputusan kebijakan yang rasional:
Pertama, dapat mengidentifikasi masalah yang paling kongkrit dan relevan yang dihadapi
pembuatan keputusan dan menempatkannya pada proporsi yang tepat.
Kedua, merumuskan tujuan pokok yang akan dicapai sambil berusaha menyajikan alternative
tindakan yang efektif, efisien dan logis.
5. 1) Tehnik Analisis Cost And Benefit (CBA)
Tehnik ini mengharuskan penghitungan semua biaya dari
setiap alternatif. Idealisasinya setiap biaya dan dampak
dapat dikonversi menjadi angka-angka kuantitatif. Parson
(2006: 402) mengatakan bahwasanya aturan dasar dari
tehnik CBA adalah, biaya suatu program dapat dihitung
dan ditentukan berdasarkan pertimbangan keuntungan dan
manfaatnya. Prosedur yang sama dilakukan untuk semua
opsi lain dan kemudian keuntungan bersihnya
dibandingkan.
A. Tehnik Kuantitatif dalam Pembuatan Keputusan Kebijakan
3) Tehnik Perencanaan Finansial
Pendekatan perencanaan finansial berusaha membangun tujuan,
output, dan nilai yang jelas dalam proses penganggaran.
Tujuannya menciptakan sebuah sistem analisis dan review dimana
biaya dan manfaat dari program dapat dikalkulasikan selama
beberapa tahun. Pendekatan ini bermaksud meletakan keputusan
atas sebagian anggaran dalam konteks strategi pengeluaran
pemerintahan secara keseluruhan. Pendekatan ini bertujuan untuk
menentukan tujuan dan strategi, menganalisis biaya dan
keuntungan, memfokuskan pada sasaran yang hendak dicapai, dan
memonitor melalui peninjauan hasil-hasil.
2) Tehnik Analisis Peramalan Ekonomi
Pendekatan yang dipakai adalah model ekonometrika, meskipun model ini banyak dikeritik terutama oleh pihak yang
menganggap bahwa model rangkaian waktu nonlinear jauh lebih akurat sebagai alat peramalan ketimbang analisis
ekonometrika. Jika dibandingkan dengan model ekonomi, model-model lain tidak hanya dimanfaatkan dalam bidang kebijakan.
Perkembangan model peramalan dipelopori oleh OECD dengan menggunakan model perdagangan internasional pada tahun
1960-an dan 1970-an, dan pada masa ini pemerintah di banyak negara juga mulai menggunakan model-model untuk
memperkirakan tren atau sekenario. Model tersebut biasanya disusun di departemen keuangan atau badan perencanaan
perekonomian dan dipakai untuk memberi informasi soal-soal strategi dan keputusan di berbagai bidang kebijakan.
6. 4) Tehnik Analisis Sistem dan Riset Operasi (OR)
analisis sistem dikembangkan dari OR dan definisi subjek ini
menjelaskan bahwa analisis ini bisa dicirikan sbagai sebuah
“pendekatan sistematis” untuk membantu pembuat keputusan
kebijakan dalam memilih arah tindakan’ dengan melakukan
investigasi problem, dan “mencari sasaran dan alternatif, dan
membandingkannya dengan konsekuensinya, dengan menggunakan
kerangka yang tepat, seanalitis mungkin untuk mendapatkan
penilaian dan pemahaman yang tepat terhadap persoalan” (Quade
dan Boucher, dalam Parson 2006). OR dan analisis sistem
menggunakan seperangkat tekhnik standar untuk membantu proses
keputusan, diantaranya adalah tehnik pemograman linier (linear
programming) dan teori keputusan (Parson,2006: 413).
5) Tehnik Indikator Sosial
Indikator sosial sering kali dipakai untuk menyusun suatu tren. Bentuk tren dan arahnya beserta variabel lainnya menyediakan
konteks untuk memandang suatu diskusi. Misalnya, jika kita menjelaskan bahwa ada tren tertentu dalam demografi suatu negara
atau kawasan, penjelasan itu mungkin akan membingkai perhatian kita tentang isu penuaan atau pendidikan. Tentu saja, apa
makna dari tren ini, atau dari mana tren ini, penuh dengan nilai dan interpretasi (Hogwood, 1992). Konsekuensinya untuk
pembahasan problem berdasarkan cara tertentu dalam melihat tren tersebut akan mempengaruhi rencana kebijakan
pengeluaran dan area kebijakan lainnya.
6) Tehnik Analisis Dampak
Teknik ini banyak dipakai di bidang kebijakan lingkungan
Environmental Impact Assessment (EIA) dan Social
Impact Assessment (SIA). Tipe lainnya adalah
Technological Assessment. Tujuan dari analisis ini
adalah menciptakan kerangka tempat dampak
keputusan tertentu terhadap lingkungan atau
masyarakat bisa di nilai. Ada banyak variasi pendekatan
dan metodologi. Penilaian tersebut mungkin melibatkan
penggunaan teknik modeling dan kuantifikasi.
7. B. Beberapa Kritik Terhadap Tehnik-Tehnik Pembuatan
Keputusan Kuantitatif
Parson (2006: 423) mengatakan, ada beberapa tekhnik analisis keputusan alternative yang dikenal dengan tehnik
kualitatif yang memiliki daya dukung lebih rasional dalam pembuatan keputusan kebijakan, yakni :
1) Penulisan Skenario
Tekhnik ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
yang lebih jelas tentang kemungkinan masa depan dan
mengarahkan perhatian pada konsekuensi dari keputusan
dan opsi yang tersedia. Tehnik skenario bisa memberikan
basis untuk model yang lebih formal. Namun, sebagai
sebuah tekhnik ia juga dikritik karena dianggap hanya
kilasan imajinasi, dan lebih mirip fiksi ketimbang sains.
2) Simulasi, Gaming dan Analisis Kontrafaktual
Penggunaan game dan simulasi diapdosi secara luas dalam
dunia bisnis dan diaplikasikan dalam pembuatan keputusan
disektor publik, terutama dalam konteks perencanaan kota.
Lasswell mengatakan bahwa simulasi bisa dipakai dalam
“seminar keputusan” karena simulasi mungkin bisa berhasil
dalam “memberikan sense of reality” pada diri peserta. Secara
sederhana tekhnik ini mengambil situasi atau keputusan
tertentu dan kemudian mambandingkan nya dengan
konsekuensi aktual dari opsi lain. Tujuannya adalah menyusun
spekulasi tentang apa yang mungkin terjadi jika keputusan
lainnya diambil.
3) Analisis Cross-Impact
Analisis ini berupa pemilihan daftar kejadian, kemungkinan
dampak dan hasil disajikan kepada panel ahli, yang
kemudian ia diminta untuk memberi penilaian
kemungkinandampaknya. Metode ini masih mengandung
unsur kualitatif karena ia mengekstrapolasi atau
menghasilkan prediksi dari sekumpulan asumsi dan
penilaian berbasis nilai (Carley, dalam Parson 2006).
8. 4) Brainstorming
Dalam brainstorming segala sesuatu diperbolehkan. Tujuannya adalah memproduksi sejumlah gagasan
dan dari gagasan itu diharapkan bisa muncul opsi-opsi. Tetapi, tehnik ini bukannya tanpa kritik. Riset
menunjukan bahwa brainstorming mengandung sejumlah masalah yang harus dipertimbangkan dalam
menilai pelaksanaan tekhnik ini (Huczynski dan Buchanan, 1991: 145-51) yaitu: 1). Apakah ia merintangi
pemikiran kreatif; 2). Adakah bahaya adanya groupthink; 3). Jika tidak mempersoalkan kuantitas, bagaimana
dengan kualitas idenya; 4). Apakah pemikiran kreatif merupakan proses yang liar (undisciplined); 5).
Apakah pemikiran kelompok akan lebih kreatif ketimbang individual?
5) Delphi
Analisis Delphi adalah tehnik pendekatan tatap muka (face-to-face). Pendekatan Delphi membantu
pembuatan keputusan kebijakan yang didasarkan pada pertukaran informasi dan analis, bukan berdasarkan
“diskusi“ jenis tatap muka. Ini adalah teknik yang sangat berorientasi pakar dan menekannkan pada
kapasitas kelompok pemimpin/pengatur dan teknologi untuk menghasilkan suatu konsensus. Teknik ini
dianggap sebagai metode yang berpotensi besar untuk pembuatan keputusan kebijakan, di mana ada
konflik yang tak bisa dipecahkan melalui penggunaan metode dan model formal rasional ( Dalkey, 1972;
Linstone dan Turoff 1975, dalam Parson,2006: 426).
9. Paradigma Dominan dalam Analisis Rasional Paradigma Alternatif dari Analisis Rasional
Perumusan problem dalam term tujuan tunggal dan optimasi.
Ragam tujuan, jika diakui, dimasukkan dalam trade-off pada skala
umum
Non-optimisasi, mencari solusi alternative yang dapat
diterima berdasarkan dimensi yang terpisah, tanpa
trade-off
Membutuhkan banyak data, yang mengakibatkan muncul problem
distorsi, ketersediaan data dan kredibilitas data
Pengurangan permintaan data, dicapai dengan integrasi
data keras dan lunak dengan penilaian sosial
Saintisasi dan consensus yang didepolitisasi Penyederhanaan dan transparansi, dimaksudkan untuk
menerangkan term konflik
Orang diberlakukan sebagai obyek pasif Konseptualisasi orang sebagai subyek aktif
Asumsi pembuat keputusan tunggal dengan tujuan abstrak yang
darinya tindakan kongkrit dapat dideduksi untuk implementasi
melalui hirarki rantai komando
Memfasilitasi perencanaan dari bawah ke atas
Usaha untuk menghilangkan ketidakpastian masa depan Menerima ketidakpastian dan bertujuan untuk menjaga
opsi bagi resolusi selanjutnya
Sumber : Rosenhead,1989
Perbedaan Paradigma Dominan dan Alternatif dalam
Pembuatan Keputusan Rasional
11. A. Konsep Deliberatif
Deliberatif berasal dari kata bahasa latin ‘deliberatio’ yang berarti konsultasi, musyawarah, atau menimbang-
nimbang. Instilah deliberatif juga merupakan term serapan bahasa Indonesia berupa kata ‘deliberasi’ yang
sesungguhnya di Indonesia sendiri adalah terminologi asli, yaitu musyawarah-mufakat. Demokrasi deliberatif memiliki
makna tersirat, yaitu diskursus praktis, formasi opini dan aspirasi politik, serta kedaulatan rakyat sebagai prosedur
sehingga keputusan mayoritas dapat dikontrol melalui kedaulatan rakyat. Masyarakat dapat mengkritisi keputusan-
keputusan yang dibuat oleh para pemegang mandat (eksekutif, legislatif). Dalam prakteknya, demokrasi deliberatif
mengutamaan penggunaan tata cara pengambilan keputusan yang menekankan musyawarah dan penggalian
masalah melalui dialog dan tukar pengalaman diantara para pihak dan warga negara. Partisipasi warga (citizen
participation) merupakan inti dari demokrasi deliberatif. Kondisi demikian yang sesungguhnya dikehendaki dalam
pelaksanaan musrenbang desa.
Hasil keputusan kebijakan deliberatif adalah sebuah keputusan yang pro publik (masyarakat), dimana produk
keputusan mensyaratkan terpenuhinya instrumen-instrumen penunjang dan disusun secara sistematis melalui
tahapan dan memiliki kriteria melibatkan publik dalam setiap tahapan penyusunannya, transparan, jelas tolak ukur
keberhasilannya, jelas target dan sasaran, jelas dasar hukum, dan antar kebijakan tidak terjadi tumpang tindih
kebijakan.
Hajer, MA & Wagenaar, H (2003), mengatakan dalam konteks deliberartif ini, kebijakan publik sebagai hasil
pembuatan keputusan terdifinisi sebagai hasil dari interaksi berbagai aktor yang memiliki kepentingan dan strategi
yang kompleks. Dengan demikian, dalam konteks deliberatif ini proses kebijakan publik dan aktor-aktor yang terlibat
dalam proses pembuatan kebijakan publik kemudian mengalami perubahan.
12. B. Praktek dan Aplikasi Model Alternatif (Deliberatif)
dalam Pembuatan Keputusan Musrenbang Desa
Salah satu contoh hasil penelitian tentang model deliberatif yang dilakukan dalam pembuatan keputusan kebijakan
di berbagai lokus dan focus adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Duadji dan Tresiana (2015) yang meneliti “Model
Pemetaan Organisasi Grassroots dan Pembentukan Governance Sounds Berbasis Lembaga Adat Untuk Menciptakan
Ruang dan Peningkatan Partisipasi Publik dalam Perumusan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Pesawaran”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi
model konsep Habermas dan Parson secara kontekstual tentang model deliberatif, sangat berkesesuaian dengan
kemajemukan kehidupan masyarakat Indonesia yang dilandasi nilai guyub-rukun (gotong royong), basis lembaga
(organisasi) grassroots dan musyawarah mufakat.
Penelitian yang dilakukan keduanya menemukan fakta awal, diantaranya :
Pertama, pada masyarakat pekon (desa) di kedua kabupaten yang diteliti didapati nilai guyub-rukun (gotong
royong), basis lembaga (organisasi) grassroots dan musyawarah mufakat masih menjadi tradisi pengambilan keputusan
bagi masyarakat (komunitas) pekon (desa).
Kedua, melalui lokus (arena) pelaksanaan musrenbang desa yag merupakan kegiatan rutin tahunan dalam
pengambilan keputusan tingkat desa, penelitian ini secara substansi memberikan data dan informasi bahwa arena
musrenbang desa masih menjadi ruang dan milik elit. Tentu saja akar penyebabnya adalah proses dan implementasi
demokrasi yang terjadi selama ini kearah demokrasi perwakilan, yang menekankan keterwakilan (representation),
prosedur pemilihan perwakilan yang ketat, dan mengenal istilah mayoritas dan minoritas.
13. Melalui model deliberatif dalam pembuatan keputusan kebijakan (program desa) melalui musrenbang desa , maka
kedua peneliti melihat sebuah tradisi yang telah menjadi nilai, dimana warga dalam menyelesaikan masalah atau
mengambil keputusan secara bermusyawarah, rembug warga juga menjadi salah satu wujud modal sosial masyarakat.
Karenanya, rembug warga, selain sebagai tradisi dan wahana demokrasi deliberatif juga untuk mengukur kuat tidaknya
modal sosial dan kultural masyarakat. Tindak lanjutnya adalah bagaimana rembug warga mengkaitkan modal sosial
tersebut dengan proses kebijakan publik. Hal inilah yang mendorong tentang pentingnya governance sounds sebagai
media rembug warga desa di Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Pesawaran.
Dalam pelaksanaanya, model deliberatif melalui rembug warga merupakan puncak dari pengorganisasian di tingkat
komunitas yang telah menumbuhkan proses-proses penyadaran kolektif. Sehingga peserta rembug warga adalah warga
aktif yang hadir bukan karena semata mematuhi undangan namun sebagai pihak yang memiliki agenda itu.
Beberapa langkah-lagkah penting dalam pelaksanaan rembug warga yang telah dilakukan adalah :
Pertama, Rembug warga diawali dengan melakukan serangkaian diskusi terfokus di tingkat sektoral desa,
kecamatan atau kabupaten dengan para stakeholders kunci untuk melakukan penilaian dan penggalian isu-isu dan
permasalahan sosial.
Kedua, peserta dibagi kedalam kelompok-kelompok diskusi untuk membahas lebih tajam persoalan-persoalan sosial
berdasarkan sektor tertentu.
Ketiga, membawa hasil rembug warga ini kehadapan pimpinan daerah, baik Bupati atau Walikota maupun Ketua
DPRD. Karenanya, biasanya kehadiran mereka justru diakhir acara melalui media talkshow, ketimbang memberi kata
pembuka diawal kegiatan.
15. Berkembangnya berbagai model dan tehnik analisis rasional, yang banyak mengadopsi ilmu ekonomi
terhadap pembuatan keputusan kebijakan, meski bisa menggambarkan hubungan antara realitas dan
fakta serta nilai, yang biasanya lewat kurva-kuva tertentu, mengenai hubungan korelasional antara
barang yang dikonsumsi atau diinvestasikan dengan kemampuan produksi masyarakat, ternyata
realitanya tak dapat diaplikasikan begitu saja pada sejumlah sumberdaya politik, seperti status,
legitimasi, kewenangan, kekuatan dan lain sebagainya. Oleh karenanya, diperlukan model dan tehnik
analisis keputusan kebijakan alternative yang memenuhi kriteria-kriteria: ada atensi pada aspek politik
dari pembuatan keputusan; memandang konsepsi pembuatan keputusan tidak hanya dari sudut
pandang alokasi sumberdaya, melainkan eksplorasi kualitatif; ada upaya kreatif dan pencarian
alternative kebijakan baru; ada kearifan (tacit knowledge); pemunculan ide-ide segar; model-model
kualitatif ketimbang pada pengetahuan eksplisit dan tehnik kuantitatif; ada perhatian yang lebih besar
pada pemikiran ke depan dengan jangkauan prediksi yang lebih panjang, serta pemikiran spekulatif
mengenai masa depan yang diinginkan sebagai latar belakang yang esensial bagi pembuatan kebijakan
sekarang; pendekatan harus luwes; tidak kaku namun tetap sistematis.
Model dan tehnik pembuatan keputusan kebijakan deliberative menjadi model dan tehnik alternatif yang
sangat aplikatif dan mampu menghasilkan keputusan yang dapat diterima semua pihak. Hasil keputusan
kebijakan deliberatif adalah sebuah keputusan yang pro publik (masyarakat), dimana produk keputusan
mensyaratkan terpenuhinya instrumen-instrumen penunjang dan disusun secara sistematis melalui
tahapan dan memiliki kriteria melibatkan publik dalam setiap tahapan penyusunannya, transparan, jelas
tolak ukur keberhasilannya, jelas target dan sasaran, jelas dasar hukum, dan antar kebijakan tidak terjadi
tumpang tindih kebijakan.