Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!
‘Pengantin anak anak’ , narasi islamofobia dan tanggapan kesepakatan
1. 17/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » ‘Pengantin Anak-anak’ , Narasi Islamofobia dan Tanggapan Kesepakatan
‘Pengantin Anak-anak’ , Narasi Islamofobia dan
Tanggapan Kesepakatan
February 17th, 2014 by kafi
Kasus seorang pria Muslim berusia 26 tahun
yang menikahi seorang gadis berusia 12 tahun
yang dilaporkan pekan lalu telah menarik banyak
perhatian media dan komentator serta
tanggapan dari dalam komunitas Muslim. Kasus
ini, seperti yang dilaporkan, melibatkan seorang
pria Lebanon berusia 26 tahun yang menikahi
seorang gadis berusia 12 tahun yang dipilih dan
mendapat persetujuan dari ayahnya. Polisi telah
menangkap ayah dan suami dan gadis itu
ditahan di tempat ‘perawatan’ Departemen
Layanan Keluarga dan Masyarakat.
Dalam kaitan ini, Hizbut Tahrir Australia menekankan hal-hal berikut kepada masyarakat :
1. Kita seharusnya jangan melompat kepada kesimpulan tentang kasus ini sebelum faktafaktanya jelas. Laporan-laporan media, yang diterima apa adanya, bukanlah sumber yang
shahih dalam hal ini. Sementara fakta-fakta yang luas mungkin benar, jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan kunci tentang persetujuan, kemungkinan pemaksaan, kematangan
gadis itu, maksud dari saudara laki-lakinya, dan semacamnya lah, yang akan menentukan
diterimanya moral atas kejadian ini atau sebaliknya, masih tidak jelas. Dalam kasus ini
melompat kepada kesimpulan yang berdasarkan asumsi tidak dibenarkan.
2. Suatu perbedaan yang jelas perlu ditarik antara ‘hukum negara’ yang’ sekuler dan Hukum
Islam (Syariah). Hukum yang pertama bukanlah dasar penilaian moral. Sesuatu yang ilegal
menurut hukum barat tidak membuatnya menjadi bermoral. Selanjutnya, hukum sekuler tidak
berdiri, dengan cara apapun, untuk menghakimi Hukum Islam. Hukum ini, dengan cara apapun ,
tidak memenuhi syarat atau bisa mengubahnya. Hukum ini tidak dapat mengizinkan apa yang
Allah larang atau melarang apa yang diizinkan Allah. Kedaulatan adalah milik Allah, bukan
hukum negara manapun.
Ini tidak berarti bahwa kita bisa bebas melanggar hukum negara, namun perbedaan antara
kedua undang-undang itu harus sangat jelas dalam pikiran kita. Pada dasarnya, ini adalah
masalah pengakuan iman. Kita mendapatkan moral, nilai-nilai dan hukum dari Islam. Adapun
siapa saja yang melanggar hukum sekuler, dia bertanggung jawab atas tindakannya dan hukum
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/17/pengantin-anak-anak-narasi-islamofobia-dan-tanggapan-kesepakatan/
1/3
2. 17/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » ‘Pengantin Anak-anak’ , Narasi Islamofobia dan Tanggapan Kesepakatan
yang akan berurusan dengan dia sesuai dengan aturannya.
3. Kesejahteraan putri-putri kami adalah hal yang sangat penting dan merupakan tanggung
jawab yang serius pada ayah dan saudara-saudaranya , khususnya yang berkaitan dengan
pernikahan mereka. Hal ini mungkin dianggap baik oleh para ayah atau para imam karena
realitas modern, para gadis tidak boleh menikah sebelum mereka mencapai usia tertentu,
meskipun dibolehkan Syariah bagi mereka untuk menikah ketika mencapai pubertas. Hal ini
bukan masalah. Namun, hal ini tidak bisa dipaksakan secara universal dan tidak bisa juga izin
dari Syariah dilarang secara umum. Disini, kita harus membedakan antara menetapkan hukum
dan mengubah hukum.
4. Reaksi media dan komentar mengenai hal ini mudah ditebak. Seperti halnya dengan semua
masalah-masalah Islam atau kaum Muslim, laporan beritanya menjadi sensasional dan
ideologis-antagonis. Kritik pada kasus ini – walaupun realitas hal ini secara moral dapat
diterima atau sebaliknya – adalah berdasarkan tindakan rasis yang sama, narasi Islamophobia
di mana kritik terhadap jilbab, niqab, makanan halal, poligami dan begitu banyak keyakinan
dan praktek-praktek Agama Islam menjadi subyek serangan dan sindiran sensasional yang
ceroboh. Dalam kasus ini, adalah lembaga suci pernikahan yang sedang direndahkan oleh
ketidakjujuran yang menghubungkannya dengan penyimpangan seksual dan pelecehan anak.
Kita harus memperjelas bahwa nilai-nilai liberal sekuler Barat tidak mewakili moralitas yang
lebih tinggi dan Barat tidak dalam posisi untuk mengkuliahi kaum Muslim tentang moral atau
nilai-nilainya. Sebaliknya, hukum di negara-negara demokrasi sekuler modern seperti Australia
penuh dengan ketentuan subjektif yang terang-terangan salah. Hubungan seksual di kalangan
‘anak-anak’ (bahkan di beberapa negara ketika mereka masih berusia 10 tahun) diberikan
sanksi hukum sementara perkawinan tidak. Hubungan di luar nikah antara orang dewasa
diterima secara hukum, tapi poligami adalah kejahatan. Usia minimal untuk menikah ditentukan
secara subyektif dan berbeda dari satu negara ke negara lain dan bahkan dari negara bagian
ke negara bagian lain.
Sebagian orang mungkin akan terkejut ketika mengetahui bahwa jika kasus ini terjadi hanya
beberapa ratus kilometer di selatan negara, sang terdakwa tidak akan bertanggung jawab atas
setiap pelanggaran seksual, sehingga diberikan pengecualian yang relevan seperti yang dibuat
dalam Undang-undang Victoria (Crime Act 1958 S 45 ( 3 )), yang kebetulan tidak ada di ada
bandingannya di negara bagian New South Wales! Hal ini mengungkapkan sifat konyol hukum
pada tipe-tipe masalah ini dan, pada gilirannya, dari mereka yang membuat penilaian moral
atas dasar tersebut.
5. Pendekatan dengan melompat kepada kesimpulan dengan mengutuk dugaan atau
menyalahi tindakan kaum Muslim adalah tidak dibenarkan, sikap defensif dan kontra-produktif.
Tujuannya juga mungkin untuk mempertahankan citra Islam tetapi pendekatan ini berakhir pada
narasi dimana Islam dan kaum Muslim diserang . Sebaliknya, kita harus mengadopsi
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/17/pengantin-anak-anak-narasi-islamofobia-dan-tanggapan-kesepakatan/
2/3
3. 17/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » ‘Pengantin Anak-anak’ , Narasi Islamofobia dan Tanggapan Kesepakatan
pendekatan yang lebih tegas dengan mempertanyakan kritik dan narasi yang mendasari dan
mengungkap hal ini apa adanya.
Sangat mengecewakan bahwa suara-suara yang sama yang terburu-buru untuk mengutuk
tindakan individu muslim dan mengekspresikan kemarahan moral tidak memberikan apapun,
kecuali keheningan yang memekakkan telinga, ketika umat Islam secara kelembagaan
bersalah – kasus-kasus seperti kasus Yusuf dan Amira, Semoga Allah merahmati mereka, dan
tindakan keras yang lebih luas kepada umat Islam yang berkaitan dengan Suriah dapat menjadi
contoh terbaru.
Kantor Media Hizbut Tahrir Australia
13 Februari 2014
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/17/pengantin-anak-anak-narasi-islamofobia-dan-tanggapan-kesepakatan/
3/3