Dokumen tersebut membahas tentang etos kerja dalam Islam. Terdapat penjelasan mengenai definisi etos kerja, faktor-faktor yang mempengaruhinya, hukum Islam tentang etos kerja, dan cara meningkatkan etos kerja. Etos kerja dalam Islam diarahkan untuk mencari keridhaan Allah SWT serta memenuhi kebutuhan hidup secara halal.
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Etos Kerja dalam Islam
1. ETOS KERJA
DALAM ISLAM
Oleh:
Asiyah Nurul F. (05)
Elia Azizah (08)
Fachmi Erin M. (09)
Ifranus Ade O. N. P. (13)
Riksa Rizki Z. A. (24)
Safira Chika N. I. (27)
Zulfikar Sandy P. (34)
XII IPA 5
SMA Negeri 1 Jember
2. Agama
Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai. Sistem nilai ini
tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para
penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang pastilah
diwarnai oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh
dalam kehidupan beragama.
Budaya
Luthans (2006) mengatakan bahwa sikap mental, tekad, disiplin dan
semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos budaya.
Sosial politik
Menurut Siagian (1995), tinggi atau rendahnya etos kerja suatu
masyarakat dipengaruhi juga oleh ada atau tidaknya struktur politik
yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati
hasil kerja keras mereka dengan penuh.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETOS
KERJA
3. PENGERTIAN ETOS KERJA
CIRI ORANG MEMILIKI ETOS KERJA YANG TINGGI
DALIL - DALIL MENGENAI ETOS KERJA
HUKUM ISLAM TENTANG ETOS KERJA
CONTOH ETOS KERJA
TOLAK UKUR ETOS KERJA
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETOS KERJA
FUNGSI ETOS KERJA
CARA – CARA MENUMBUHKAN ETOS KERJA
ETOS KERJA
ETIKA DALAM BEKERJA
4. • Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti
sikap, kepribadian, watak, karakter serta
keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja
dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok
bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh
berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta
sistem nilai yang diyakininya.
• Dalam al-Qur’an dikenal kata itqon yang berarti
proses pekerjaan yang sungguh-sungguh, akurat
dan sempurna. (An-Naml : 88). Etos kerja
seorang muslim adalah semangat untuk
menapaki jalan lurus
Definisi Etos
5. • Kerja dalam pengertian luas adalah semua
bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik
dalam hal materi maupun non-materi, intelektual
atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan
masalah keduniawian atau keakhiratan.
Definisi Kerja
6. • Suatu upaya sungguh-sungguh dengan
mengerahkan seluruh kemampuan dan usahanya
untuk memenuhi kebutuhan (jasmani dan rohani)
sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah
SWT.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
Allah mencintai salah seorang diantara kamu
yang melakukan pekerjaan dengan itqon
(tekun, rapi dan teliti).” (HR. Al-Baihaki)
Definisi Etos Kerja
7. • Berikut Etos Kerja Islami :
Selalu mencari kerja yang halal apapun kondisinya
selalu diawali dengan berdoa sebelum bekerja minimal
membaca basmalah
Berusaha mencintai pekerjaan
ikhlas dalam menjalankannya.
selalu menerapkan nilai-nilai islami dalam bekerja seperti :
jujur, amanah, tanggung jawab, kerja keras dll
selalu ada perimbangan antara kerja dengan ibadah
ikhlas menerima hasil dan berani menanggung resiko dari
pekerjaan yang dilakukanya
siap menerima kritikan , masukan dari orang lain dan siap
memperbaiki kesalahan yang dilakukan
8. KERJA / AMAL
KEWAJIBAN SETIAP MUSLIM
MENGANDUNG MAKNA IBADAH KEPADA ALLAH SWT, MENUJU SUKSES
DUNIA AKHIRAT.
TAHAPAN, AGAR ETOS KERJA YANG DILANDASI SEMANGAT BERIBADAH
MENINGKAT :
1. KERJA IKHLAS
2. KERJA KERAS DAN CERDAS
9. • Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja
adalah:
a. Pendorang timbulnya perbuatan.
b. Penggairah dalam aktivitas.
c. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat
lambatnya suatu perbuatan .
10. Kondisi lingkungan (geografis)
Siagian(1995) juga menemukan adanya indikasi bahwa etos kerja
dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan alam
yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan
bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan
di lingkungan tersebut.
Pendidikan
Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya
manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang
mempunyai etos kerja keras. Meningkatnya kualitas penduduk dapat
tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu, disertai
dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan
keterampilan, sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan
produktivitas masyarakat sebagai pelaku ekonomi (Bertens, 1994).
Motivasi intrinsik individu
Anoraga (2009) mengatakan bahwa individu memiliki etos kerja
yang tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan
suatu pandangan dan sikap, yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang
diyakini seseorang. Keyakinan ini menjadi suatu motivasi kerja, yang
mempengaruhi juga etos kerja seseorang.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETOS
KERJA
11. Dalil Naqli Etos Kerja
• “ Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.“ (QS. Al-Jumu’ah:10)
• "Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib
dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan. “ (QS. At-Taubah:105)
12. •
• “ Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang melebihi
makanan yang berasal dari buah tangannya sendiri. Sesungguhnya
Nabi Daud AS makan dari hasil tangannya sendiri.“ (HR. Bukhori)
• “Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras (secara
sungguh-sungguh) menuju keredaan Tuhanmu”.(QS. Al-Insyiqoq:6)
Dalil Naqli Etos Kerja
13. Cara Menumbuhkan
Etos Kerja
1. Menumbuhkan sikap optimis :
- Mengembangkan semangat dalam diri
- Peliharalah sikap optimis yang telah dipunyai
- Motivasi diri untuk bekerja lebih maju
2. Jadilah diri anda sendiri :
- Lepaskan impian
- Raihlah cita-cita yang anda harapkan
3. Keberanian untuk memulai :
- Jangan buang waktu dengan bermimpi
- Jangan takut untuk gagal
- Merubah kegagalan menjadi sukses
4. Kerja dan waktu :
- Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu)
- Jangan cepat merasa puas
5. Kosentrasikan diri pada pekerjaan :
- Latihan berkonsentrasi
- Perlunya beristirahat
6. Bekerja adalah sebuah panggilan Tuhan(Khasanah, 2004)
14. Aspek Kecerdasan yang Perlu Dibina dalam Diri, untuk Meningkatkan Etos Kerja :
1. Kesadaran : keadaan mengerti akan pekerjaanya.
2. Semangat : keinginan untuk bekerja.
3. Kemauan : apa yang diinginkan atau keinginan, kehendak dalam bekerja.
4. Komitmen : perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan (janji dalam bekerja).
5. Inisiatif : usaha mula-mula, prakarsa dalam bekerja.
6. Produktif : banyak menghasilkan sesuatu bagi perusahaan.
7. Peningkatan : proses, cara atau perbuatan meningkatkan usaha, kegiatan dan
sebagainya dalam bekerja.
8. Wawasan : konsepsi atau cara pandang tentang bekerja.(Siregar, 2000, p.24)
15. Kisah Etos Kerja
• Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari.
Ketika itu Rasul melihat tangan Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-
hitaman seperti terpanggang matahari. “Kenapa tanganmu?,” tanya Rasul
kepada Sa’ad. “Wahai Rasulullah,” jawab Sa’ad, “Tanganku seperti ini
karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah
keluarga yang menjadi tanggunganku”. Seketika itu beliau mengambil
tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka”.
• Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui
tempat Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat
giat dan tangkas. Para sahabat kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah,
andaikata bekerja semacam orang itu dapat digolongkan jihad fi sabilillah,
maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia
bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu
adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua
orangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah fi sabilillah; kalau
ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-
minta, itu juga fi sabilillah.” (HR Ath-Thabrani).
16. • Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan
dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk
kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridaan Allah
SWT.
• Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW, yaitu :
Pertama, Sebagai Rasul.
Kedua, Sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah
masyarakat heterogen.
Ketiga, Sebagai panglima perang. Selama hidup tak kurang
dari 28 kali
Keempat, sebagai kepala rumahtangga.
Kelima, Sebagai seorang pebisnis.
17. Rahasia Kesuksesan Karier dan Pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama, Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan.
Beliau bersabda,
"Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka hen
daklah meningkatkan kualitasnya".
Kedua, dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan
yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.
Ketiga, Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. "Barangsiapa yang
dibukakan
pintukebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan
ditutupkan kepadanya," demikian beliau bersabda.
Keempat, dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah
sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.
Kelima, Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas.
Keenam, Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang
solid yang percaya pada cita-cita bersama.
Ketujuh, Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun
waktu, kecuali menjadi
Kedelapan, tentunya ada nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang
terakhir, Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan
ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk
meraih keridhaan Allah SWT. Inilah kunci terpenting.
18.
19. • Mardhatillah sebagai tujuan luhur.
• Memenuhi kebutuhan hidup
• Memenuhi nafkah keluarga
• Memenuhi kepentingan amal sosial
(bersedekah)
• Memenuhi keperluan ibadah.
• Mencegah kemungkaran.
20. • Toto Tasmara merinci ciri-ciri etos kerja Muslim, sebagai
berikut:
(1) Memiliki jiwa kepemimpinan (leadhership)
(2) Selalu berhitung
(3) Menghargai waktu
(4) Tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan (positive
improvements)
(5) Hidup berhemat dan efisien
(6) Memiliki jiwa wiraswasta (entrepreneurship)
(7) Memiliki insting bersaing dan bertanding
(8) Keinginan untuk mandiri (independent)
(9) Haus untuk memiliki sifat keilmuan
(10) Berwawasan makro (universal)
(11) Memperhatikan kesehatan dan gizi
(12) Ulet, pantang menyerah
(13) Berorientasi pada produktivitas
(14) Memperkaya jaringan silaturrahim.
21. Pertama, seorang muslim harus bekerja dengan niat yang ikhlas karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala
Kedua, seorang muslim dalam usaha harus berhias diri dengan akhlak mulia
Ketiga, seorang muslim harus bekerja dalam hal-hal yang baik dan usaha yang halal
Keempat, seorang muslim dalam bekerja harus menunaikan hak-hak yang harus ditunaikan, baik
yang terkait dengan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala (seperti zakat) atau yang terkait dengan
hak-hak manusia (seperti memenuhi pembayaran hutang atau memelihara perjanjian usaha dan
sejenisnya
Kelima, seorang muslim harus menghindari transaksi riba atau berbagai bentuk usaha haram
lainnya yang menggiring ke arahnya.
Keenam, seorang pekerja muslim tidak memakan harta orang lain dengan cara haram dan bathil,
karena kehormatan harta seseorang seperti kehormatan darahnya
Ketujuh, seorang pengusaha atau pekerja muslim harus menghindari segala bentuk sikap maupun
tindakan yang bisa merugikan orang lain.
Kedelapan, seorang pengusaha dan pekerja muslim harus berpegang teguh pada aturan syari’at
dan bimbingan Islam agar terhindar dari pelanggaran dan penyimpangan yang mendatangkan
saksi hukum dan cacat moral
Kesembilan, seorang muslim dalam bekerja dan berusaha harus bersikap loyal kepada kaum
mukminin dan menjadikan ukhuwah di atas kepentingan bisnis, sehingga bisnis tidak menjadi
sarana untuk menciptakan ketegangan dan permusuhan sesama kaum muslimin
Islam menempatkankerjaatauamalsebagaikewajibansetiapmuslim. Kerjabukansekedarupayamendapatkanrezeki yang halalgunamemenuhikebutuhanhidup, tetapimengandungmaknaibadahseoranghambakepada Allah, menujusuksesdiakhiratkelak. Olehsebabitu, muslimmestimenjadikankerjasebagaikesadaranspiritualnya. Dengansemangatini, setiapmuslimakanberupayamaksimaldalammelakukanpekerjaannya. la berusahamenyelesaikansetiaptugasdanpekerjaan yang menjaditanggungjawabnyadanberusaha pula agar setiaphasilkerjanyamenghasilkankualitas yang baikdanmemuaskan. Dengankata lain, iaakanmenjadiorang yang terbaikdalam setiapbidang yang ditekuninya. Adaduatahapan yang harusdilakukanseseorang agar prestasikerjameningkatdankerjapunbernilaiibadah.Pertama, KerjaIkhlas. Betapabanyakparapekerjadalammelaksanakanpekerjaannyadengantekun, cerdas, gigihdanpenuhtanggungjawabnamunjauhdarinilai-nilaikeikhlasanakhirnyamenjadipetaka. Bekerjadengandilandasikeikhlasanadalahsuatukeharusan agar materidarihasilkerjadidapatsementarapahaladiraih. Sesuaidengandoa yang seringkalidibaca ‘fiddunyahasanahwafilakhirotihasana…”Dan katakanlah : “Bekerjalahkamu, maka Allah danRasul-Nyasertaorang-orangmukminakanmelihatpekerjaanmuitu, dankamuakandikembalikankepada (Allah) Yang mengetahuiakan yang gaibdan yang nyata, laludiberitakan-Nyakepadakamuapa yang telahkamukerjakan” (al-Qur’an Surat At-Taubahayat 105)Kedua, Kerjakerasdancerdas. Ukurankerjakerasadalahkesempatanberbuat, tanpapamrih, bekerjamaksimaldanKepasifandalammenghadapipekerjaanmembatasiseseorangtidakberusahameningkatkankemampuanprofesionalismenya. Profesionalismebiasanyadijadikanukurandalampeningkatanprestasidisetiappekerjaan. Dalammengerjakansesuatu, seorangmuslimselalumelandasinyadenganmengharapridha Allah. Iniberimplikasibahwaiatidakbolehmelakukansesuatudengansembrono, sikapseenaknya, dansecaraacuhtakacuh. Sehubungandenganini, optimalisasinilaihasilkerjaberkaitaneratdengankonsepihsan. Ihsanberkaitandenganetoskerja, yaitumelakukanpekerjaandengansebaikmungkin, sesempurnamungkinatauseoptimalmungkin“Sesungguhnya Allah tidakakanmengubahnasibmanusiasebelummerekamengubahapa yang adapadadirinya. (al-Qur’an SuratAr-Ra’duayat 11). “danbahwasannyaseorangmanusiatidakakanmemperolehselainapa yang telahdiusahakannya”. (al-Qur’an Surat Al-Najmayat 39).Dengankata lain, orang yang berkerjaadalahmereka yang menyumbangkanjiwadantenaganyauntukkebaikandiri, keluarga, masyarakatdannegaratanpamenyusahkanorang lain. Olehkarenaitu, kategoriahliSyurgaseperti yang digambarkandalam Al-Qur’an bukanlahorang yang mempunyai pekerjaan/jabatan yang tinggidalamsuatuperusahaan/instansisebagaimanajer, direktur, teknisidalamsuatubengkeldansebagainya. Tetapisebaliknya Al-Quran menggariskangolongan yang baiklagiberuntung (al-falah) ituadalahorang yang banyaktaqwakepada Allah, khusyusholatnya, baiktuturkatanya, memeliharapandangandankemaluannyasertamenunaikantanggungjawabsosialnyasepertimengeluarkanzakatdanlainnya.
Rasulullah SAW menjadikankerjasebagaiaktualisasikeimanandanketakwaan. Rasulbekerjabukanuntukmenumpukkekayaanduniawi. Beliaubekerjauntukmeraihkeridaan Allah SWT.SuatuhariRasulullah SAW berjumpadenganSa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. KetikaituRasulmelihattanganSa’admelepuh, kulitnyagosongkehitam-hitamansepertiterpanggangmatahari. “Kenapatanganmu?,” tanyaRasulkepadaSa’ad. “WahaiRasulullah,” jawabSa’ad, “Tangankusepertiinikarenaakumengolahtanahdengancangkulituuntukmencarinafkahkeluarga yang menjaditanggunganku”. SeketikaitubeliaumengambiltanganSa’addanmenciumnyaserayaberkata, “Inilahtangan yang tidakakanpernahdisentuhapineraka”.Dalamkisah lain disebutkanbahwaadaseseorang yang berjalanmelaluitempatRasulullah SAW. Orangtersebutsedangbekerjadengansangatgiatdantangkas. Para sahabatkemudianbertanya, “WahaiRasulullah, andaikatabekerjasemacamorangitudapatdigolongkan jihad fisabilillah, makaalangkahbaiknya.” MendengarituRasul pun menjawab, “Kalauiabekerjauntukmenghidupianak-anaknya yang masihkecil, ituadalahfisabilillah; kalauiabekerjauntukmenghidupikeduaorangtuanya yang sudahlanjutusia, ituadalahfisabilillah; kalauiabekerjauntukkepentingandirinyasendiri agar tidakmeminta-minta, itujugafisabilillah.” (HR Ath-Thabrani).Bekerjaadalahmanifestasiamalsaleh. Bilakerjaituamalsaleh, makakerjaadalahibadah. Dan bilakerjaituibadah, makakehidupanmanusiatidakbisadilepaskandarikerja. Bukankah Allah SWT menciptakanmanusiauntukberibadahkepada-Nya? KisahdiawalmenggambarkanbetapabesarnyapenghargaanRasulullah SAW terhadapkerja. Kerjaapapunituselamatidakmenyimpangdariaturan yang ditetapkan agama. Demikianbesarnyapenghargaanbeliau, sampai-sampaidalamkisahpertama, manusiateragungini “rela” menciumtanganSa’ad bin Mu’adz Al-Anshari yang melepuhlagigosong. Rasulullah SAW, dalamduakisahtersebut, memberikanmotivasipadaumatnyabahwabekerjaadalahperbuatanmuliadantermasukbagiandari jihad.Rasulullah SAW adalahsosok yang selaluberbuatsebelumbeliaumemerintahkanparasahabatuntukmelakukannya. Hal inisesuaidengantugasbeliausebagaiushwatunhasanah; teladan yang baikbagiseluruhmanusia. Makasaatkitaberbicaratentangetoskerjaislami, makabeliaulahorang yang paling pantasmenjadirujukan. Dan berbicaratentangetoskerjaRasulullah SAW samaartinyadenganberbicarabagaimanabeliaumenjalankanperan-perandalamhidupnya.Ada lima peranpenting yang diembanRasulullah SAW, yaitu : Pertama, SebagaiRasul. Peraninibeliaujalaniselama 23 tahun. Dalamkurunwaktutersebutbeliauharusberdakwahmenyebarkan Islam; menerima, menghapal, menyampaikan, danmenjelaskantakkurangdari 6666 ayatAlquran; menjadi guru (pembimbing) bagiparasahabat; danmenjadi hakim yang memutuskanberbagaipelikpermasalahanumat-darimulaipembunuhansampaiperceraian.Kedua,Sebagaikepalanegaradanpemimpinsebuahmasyarakatheterogen. TatkalamemegangposisiiniRasulullah SAW harusmenerimakunjungandiplomatik “negara-negarasahabat”. Rasul pun harusmenatadanmenciptakansistemhukum yang mampumenyatukankaumMuslimin, Nasrani, danYahudi, mengaturperekonomian, dansetumpukmasalahlainnya.Ketiga, Sebagaipanglimaperang. Selamahiduptakkurangdari 28 kali RasulmemimpinpertempuranmelawankafirQuraisy. Sebagaipanglimaperangbeliauharusmengorganisasilebihdari 53 pasukankaveleribersenjata. Harusmemikirkanstrategiperang, persedianlogistik, keamanan, transportasi, kesehatan, danlainnya.Keempat, sebagaikepalarumahtangga. DalamposisiiniRasulharusmendidik, membahagiakan, danmemenuhitanggungjawab-lahirbatin-terhadap paraistribeliau, tujuhanak, danbeberapaorangcucu. Beliaudikenalsebagaisosok yang sangatperhatianterhadapkeluarganya. Di tengahkesibukannyaRasul pun masihsempatbercandadanmenjahitsendiribajunya.Kelima, Sebagaiseorangpebisnis. Sejakusia 12 tahunpamannya Abu ThalibsudahmengajaknyamelakukanperjalananbisniskeSyam, negeri yang saatinimeliputi Syria, Jordan, dan Lebanon. Dari usia 17 hinggasekitar 20 tahunadalahmasatersulitdalamperjalananbisnisRasulkarenabeliauharusmandiridanbersaingdenganpemainpemain senior dalamperdagangan regional. Usia 20 hingga 25 tahunmerupakantitikkeemasan entrepreneurship Rasulullah SAW terbuktidengan “terpikatnya” konglomeratMekah, KhadijahbintiKhuwailid, yang kemudianmelamarnyamenjadisuami. Afzalurrahmandalambukunya, Muhammad SebagaiSeorangPedagang (2000: 5-12), mencatatbahwaRasul pun seringterlibatdalamperjalananbisniskeberbagainegerisepertiYaman, Oman, dan Bahrain. Dan beliaumulaimengurangikegiatanbisnisnyaketikamencapaiusia 37 tahun. AdalahkenyataanbilaRasulullah SAW mampumenjalankankelimaperannyatersebutdengansempurna, bahkanmenjadi yang terbaik. Takheranbilaparailmuwan, baikitu yang Muslim maupun non-Muslim, menempatkanbeliausebagaiorang yang paling berpengaruh.
Pertama, seorangmuslimharusbekerjadenganniat yang ikhlaskarena Allah SubhanahuwaTa’ala. Karenadalamkacamatasyariat, bekerjahanyalahuntukmenegakkanibadahkepadaAllahSubhanahuwaTa’ala agar terhindardarihal-hal yang diharamkandandalamrangkamemeliharadiridarisifat-sifat yang tidakbaik, sepertimeminta-mintaataumenjadibebanorang lain. Bekerjajugabisamenjadisaranauntukberbuatbaikkepadaorang lain dengancaraikutandilmembangunummatdimasasekarangdanmasa yang akandatang, sertamelepaskanummatdaribelengguketergantungankepadaummat lain danjeratantransaksiharam.Kedua, seorangmuslimdalamusahaharusberhiasdiridenganakhlakmulia, seperti: sikapjujur, amanah, menepatijanji, menunaikanhutangdanmembayarhutangdenganbaik, memberikelonggaranorang yang sedangmengalamikesulitanmembayarhutang, menghindarisikapmenangguhkanpembayaranhutang, tamak, menipu, kolusi, melakukan pungli (pungutan liar), menyuapdanmemanipulasiatau yang sejenisnya.Ketiga, seorangmuslimharusbekerjadalamhal-hal yang baikdanusaha yang halal. Sehinggadalampandanganseorangpekerjadanpengusahamuslim, tidakakansamaantaraproyekduniadenganproyekakherat. Baginyatidakakansamaantara yang baikdan yang burukatauantara yang halaldanharam, meskipunhal yang burukitumenarikhatidanmenggiurkankarenabesarnyakeuntunganmateri yang didapat. Iaakanselalumenghalalkan yang halaldanmengharamkan yang haram, bahkanhanyaberusahamencaririzkisebatas yang dibolehkanoleh Allah SubhanahuwaTa’ala danRasul-Nya.Keempat, seorangmuslimdalambekerjaharusmenunaikanhak-hak yang harusditunaikan, baik yang terkaitdenganhak-hak Allah SubhanahuwaTa’ala (sepertizakat) atau yang terkaitdenganhak-hakmanusia (sepertimemenuhipembayaranhutangataumemeliharaperjanjianusahadansejenisnya). Karenamenundapembayaranhutangbagiorang yang mampumerupakansuatubentukkedzaliman. Menyia-nyiakanamanahdanmelanggarperjanjianbukanlahakhlakseorangmuslim, halitumerupakankebiasaanorang-orangmunafik.Kelima, seorangmuslimharusmenghindaritransaksiribaatauberbagaibentukusahaharamlainnya yang menggiringkearahnya. Karenadosaribasangatberatdanhartaribatidakberkah, bahkanhanyaakanmendatangkankutukandari Allah SubhanahuwaTa’ala danRasul-Nya, baikdiduniamaupunakherat.Keenam, seorangpekerjamuslimtidakmemakanhartaorang lain dengancaraharamdanbathil, karenakehormatanhartaseseorangsepertikehormatandarahnya. Hartaseorangmuslimharamuntukdiambilkecualidengankerelaanhatinyadanadanyasebabsyar’iuntukmengambilnya, sepertiupahkerja, labausaha, jualbeli, hibbah, warisan, hadiahdan yang semisalnya.Ketujuh, seorangpengusahaataupekerjamuslimharusmenghindarisegalabentuksikapmaupuntindakan yang bisamerugikanorang lain. Iajugaharusbisamenjadimitra yang handalsekaliguskompetitor yang bermoral, yang selalumengedepankankaidah “Segalabahayadan yang membahayakanadalahharamhukumnya”.Kedelapan, seorangpengusahadanpekerjamuslimharusberpegangteguhpadaaturansyari’atdanbimbingan Islam agar terhindardaripelanggarandanpenyimpangan yang mendatangkansaksihukumdancacat moral.Kesembilan, seorangmuslimdalambekerjadanberusahaharusbersikap loyal kepadakaummukminindanmenjadikanukhuwahdiataskepentinganbisnis, sehinggabisnistidakmenjadisaranauntukmenciptakanketegangandanpermusuhansesamakaummuslimin. Dan ketikaberbisnisjanganberbicarasosial, sementaraketikabersosialjanganberbicarabisnis, karenaberakibatmunculnyasikaptidakikhlasdalamberamaldanberinfak.