SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis industri merupakan salah satu bagian dari analisis fundamental. Analisis
industry biasanya dilakukan setelah kita melakukan analisis ekonomi. Analisis industri
menjadi tahap penting yang harus dilakukan. Para investor dan analis dapat mengidentifikasi
peluang investasi, risiko dan return yang diharapkan ke depannya.
Dalam analisis industry, investor mencoba memperbandingkan kinerja dari berbagai
industri, untuk bisa mengetahui jenis industry apa saja yang memberikan prospek paling
menjanjikan ataupun sebaliknya. Setelah melakukan analisis industry, investor nantinya akan
dapat menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-
saham dari kelompok industry mana sajakah yang akan dimasukan dalam portofolio yang
akan dibentuknya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan industry dan pengklasifikasiannya?
2. Bagaimana pentingnya analisis industry?
3. Bagaimana mengidentifikasi industry yang memiliki prospek menguntungkan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan industry dan pengklasifikasiannya.
2. Untuk mengetahui pentingnya analisis industry.
3. Untuk mengetahui industry yang memiliki prospek menguntungkan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Industri
Istilah industri ataupun sektor/kelompok industry telah begitu dikenal luas oleh
masyarakat, misalnya industry otomatif, makanan, dan lain sebagainya. Tetapi pada dasarnya,
pengelompokkan industry tidaklah sesederhana seperti yang dibayangkan. Sebagai contoh,
untuk mengelompokkan suatu perusahaan uang memproduksi produk makanan kaleng,
terkadang mengalami kebingungan apakah perusahaan itu akan dikelompokkan ke dalam
industry makanan ataukah industry alumunium. Masalah pengelompokkan industry juga akan
menjadi semakin rumit ketika kita berhadapan dengan banyak perusahaan yang mempunyai
sekian banyak ragam lini bisnis. Kita akan semakin sulit menentukan jenis industry apakah
yang benar – benar sesuai dengan jenis industry perusahaan bersangkutan.
Berkenan dengan masalah tersebut analisis dengan investor memerlukan metode
yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan indutri dengan tepat. Salah satu sistem
klasifikasi industry yang telah dikenal dan digunakan secara luas adalah sistem Standard
Industry Classification (SIC) yang didasarkan pada data sensus dan pengklasifikasian
perusahaan berdasarkan produk dasar yang dihasilkan. Standard Industry Classification
(SIC) mempunyai 11 divisi dan masing – masing divisi deberi tanda A sampai K. sebagai
contoh, misalnya perkebunan, pertanian dan perikanan dikelompokan dalam divisi A,
pertambangan dalam divisi B, perdagangan eceran G dan kelompok terakhir yaitu yang
belum terklasifikasi tersebut dengan divisi K. Masing – masing divisi akan terdiri dari
beberapa kelompok industry utama dan diberi kode dua digit. Sebagai contoh, misalnya
industry logam yang termasuk dalam divisi D yaitu industry pertambangan, akan diberi kode
33.
Kelompok industry utama pada masing – masing divisi dalam SIC akan dibagi lagi
dalam tiga, empat sampai lima digit kode SIC. Semakin banyak kode digit SIC, semakin
spesifik pengelompokan industry tersebut. Disamping standard klasifikasi SIC, ada beberapa
sistem klasifikasi lainnya yang juga digunakan untuk mengelompokan industry, diantaranya
3
adalah indeks industry yang dikeluarkan oleh standard & Poor Corporation yang
mengelompokan industry dalam 113 kelompok, dan klasifikasi industry versi value line yang
mengklasifikasikan perusahaan kedalam 90 industry.
Pengelompokan industry untuk kasus di Indonesia juga dilakukan dengan
berdasarkan suatu standard klasifikasi industry tertentu. Salah satu standard yang banyak
dipakai untuk mengelokpokan industry bagi perusahaan – parusahaan yang terdaftar dibursa
efek jakarata adalah Jakarta stock Exchange Sectoral Industry Classification (JASICA).
Klasifikasi (JASICA) ini terdiri dari 9 divisi dan masing – masing divisi tersebut dibagi lagi
menjadi kelompok industry utama dan diberi kode 2 digit. Contoh klasifikasi industry
(JASICA) di BEJ dapat dilihat pada table 2.1 berikut ini :
1. Pertanian
1.1 Pertanian
1.2 Perkebunan
1.3 Pertekanan
1.4 Perikanan
1.5 Kehutanan
1.6 Lain-lain yang belum
terklasifikasi
2. Pertambangan
2.1 Pertambangan batu bara
2.2 Pertambangn minyak dan gas
buni
2.3 Pertambangan logam dan mineral
lainnya
2.4 Pengalian batu atau tanah
2.5 Lain lain yang belum
terklarifikasi
3. Industry Dasar dan Kimia
3.1 Semen
3.2 Keramik, gelas, porselen
5. Industry Barang Konsumsi
5.1 makanan dan minuman
5.2 industri tembakau
5.3 farmasi
5.4 Kosmetik dan barang keperluan
rumah tangga
5.5 Lain-lain yang belum
terklasifikasi
6. Konstruksi, Properti dan Real
6.1 Konstruksi
6.2 Properti dan real estate
6.3 Lain-lain yang belum
terklasifikasi
7. Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi
7.1 Energi
7.2 Jalan tol, bandara, pelabuhan
dan sejenisnya
7.3 Telekomunikasi
7.4 Transportasi
4
3.3 Produk logam dan sejenisnya
3.4 Kimia
3.5 Plastik
3.6 Pakan Ternak
3.7 Industri kayu dan pengolahannya
3.8 Puip dan kertas
3.9 Lain-lain yang belum
terklarifikasi
4. Aneka Industri
4.1 Mesin dan alat berat
4.2 Otomatif dan komponennya
4.3 Tekstil dan garmen
4.4 Kabel
4.5 Elektronik
4.6 Lain-lain yang belum
terklarifikasi
7.5 Lain-lain yang belum
terklasifikasi
8. Keuangan
8.1 Bank
8.2 Lembaga pembiayaan
8.3 Perusahaan efek
8.4 Asuransi
8.5 Reksa dana
8.6 Lain-lain yang belum
terklasifikasi
9. Perdagangan dan Jasa
9.1 Perdagangan besar barang
industry
9.2 Perdagangan besar barang
konsumsi
9.3 Perdagangan eceran
9.4 Hotel dan restoran
9.5 Pariwisata dan hiburan
9.6 Periklanan dan media massa
9.7 Jasa computer dan perangkatnya
9.8 Lain-lain yang belum
terklasifikasi
Sumber: Laporan mingguan BEJ 1997
2.2 Pentingnya Analisis Industri
Analisis industry merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena
analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-peluang
investasi dalam industry yang mempunyai karakteristik risiko dan return yang
menguntungkan bagi investor.
5
Beberapa penelitian yang terkait dengan analisis industry, telah didokumentasikan
oleh Reilly dan Brown (1997), dan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan seperti berikut ini:
1. Studi mengenai kinerja tahunan industry, menunjukkan bahwa industry yang berbeda
mempunyai tingkat return yang berbeda pula. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa analisis industry itu penting, dan perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan
kinerja antar industry, sehingga akan membantu investor dan para analisis untuk
mengidentifikasi peluang-peluang yang menguntungkan dan yang tidak
menguntungkan
2. Tingkat return masing-masing industry berbeda di setiap tahunnya. Dengan
demikian, return industry di masa yang akan datang tidak bisa diestimasi dengan
hanya menggunakan data return industry masa lalu. Oleh karena itu, analisis dan
investor disamping menggunakan data return industry di masa lalu, juga perlu
menambahkan dengan beberapa data lain yang relevan untuk mengestimasi return
industry di masa yang datang.
3. Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industry yang sama terlihat cukup
beragam. Hal ini menunjukkan bahwa analisis industry juga perlu diikuti dengan
analisis perusahaan.
4. Tingkat risiko berbagai industry juga beragam, sehingga analisis dan investor perlu
mempelajati dan mengestimasi faktor-faktor risiko yang relevan untuk suatu industry
tertentu seperti halnya estimasi return.
5. Tingkat risiko suatu industry relative stabil sepanjang waktu, sehingga analisis risiko
berdasarkan data historis dapat digunakan untuk mengestimasi risiko industry di
masa datang.
2.3 Mengidentifikasi Industri Yang Memiliki Prospek Menguntungkan
1. Estimasi Tingkat Keuntungan Industri
Dalam melakukan analisis industry, investor perlu menilai suatu industry dan
menentukan return yang diharapkan dari suatu industry yang akan dianalisis. Dengan menilai
dan menentukan return yang diharapkan dari suatu industry, investor akan dapat menentukan
peluang investasi pada industry – industry yang punya prospek terbaik. Untuk menilai suatu
6
industry, ada dua langkah yang perlu dilakukan yaitu yang pertama, mengestimasi Earing
Per Share (EPS)yang diharapkan dari suatu industry, kedua, mengestimasi Price Earing
Ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut juga sebagai expected earning multiplier industry.
Selanjutnya, jika hasil kedua estimasi tersebut dikalikan, maka kita akan memperoleh nilai
akhir yang diharapkan dari suatu industry (expected ending value of industry).
Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan dari suatu industry, selanjutnya akan
dapat ditentukan tingkat return yang diharapkan dari suatu industry. Caranya adalah dengan
membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu industry ditambah dividen yang diharapkan
dari suatu industry, dengan nilai awal industry tersebut pada periode sebelumnya. Selanjutnya
dengan membandingkan tingkat return yang diharapkan dari industry terhadap tingkat return
yang diisyaratkan oleh investor, investor akan dapat menentukan industry mana saja yang
layak dijadikan pilihan investasinya. Dalam penentuan keputusan investasi industry tersebut,
pilihan investor sebaiknya pada industry – industry yang mampu memberikan return
diharapkan yang lebih besar dibandingkan tingkat return yang diisyaratkan investor.
a. Estimasi Earning Per Share Industri
Untuk mengestimasi EPS kita perlu mengestimasi penjualan per lembar saham dari
suatu industry terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasi
tingkat penjualan suatu industry, yaitu dengan daur hidup industry (Industry Life Cycle),
analisis input – output, serta hubungan antara industry dengan ekonomi secara keseluruhan.
Ketiga teknik tersebut sifatnya saling melengkapi sehingga investor dapat mengkombinasikan
ketiga teknik tersebut untuk mendapatkan gabaran lengkap mengenai posisi dan prospek
industry dalam berbagai scenario.
a. Perkiraan penjualan dan daur hidup industry. Tahap perkembangan industry dapat
digunakan untuk mengestimasi besarnya penjualan dari suatu Industri. Tahap
perkembangan industry umumnya dapat dibagi jadi lima yaitu, tahap permulaan,
pertumbuhan yang cepat, tahap kedewasaan (mature), stabil, dan penurunan. Tahapan
perkembangan industry dapat dilihat dari gambar 2.1 berikut ini.
7
Gambar 2.1
Daur Hidup Suatu Industri
Untuk mengestimasi penjualan industry kita perlu menentukan lamanya waktu
masing-masing tahap dalam daur hidup industry, dan lamanya waktu untuk masing – masing
industry akan berbeda satu dengan yang lain. Masing-masing tahap tersebut memiliki
dampak terhadap pertumbuhan penjualan dan keuntungan industry.
1. Tahap Permulaan. Tahap ini merupakan masa awal perkembangan sebuah industry.
Pada tahap ini pertumbuhan penjualan sangat kecil dan profit yang dihasilkan
kemungkinan akan menunjukan angka negative karena perusahaan harus
mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menutupi biaya promosi dan
pengembangan produk di awal – awal pertumbuhan industry.
2. Tahap Pertumbuhan. Pada tahap ini, penjualan tumbuh sangat cepat. Permintaan
semakin meningkat, sedangkan persaingan belum begitu ketat, sehingga profit dalam
tahap pertumbuhan akan tumbuh dengan tinggi. Pertumbuhan industry pada tahap ini
akan cenderung lebih besar dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
3. Tahap Kedewasaan (mature). Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan mulai
menurun, karena banyaknya pesaing yang mulai masuk dan permintaan yang sudah
relative stabil. Oleh karena itu, profit pada tahap ini akan mengalami pertumbuhan
yang mulai menurun dan menuju tingkat keuntungan yang normal. Pertumbuhan
industry pada tahap ini sedikit lebih besar dari pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.
8
4. Tahap Stabil. Tahap ini adalah tahap paling panjang dalam daur hidup industry.
Pertumbuhan industry akan cenderung sama dengan pertumbuhan ekonomi pada
keseluruhan atau segmen ekonomi di mana industry tersebut berada. Pada tahap ini
investor dapat mengestimasi pertumbuhan penjualan secara mudah karena penjualan
berkorelasi tinggi dengan kondisi ekonomi. Meskipun penjualan terkait erat dengan
kondisi ekonomi, tetapi besarnya pertumbuhan penjualan masing-masing perusahaan
berbeda-beda satu dengan yang lain, tergantung dari kemampuan manajerial dari
masing-masing perusahaan.
5. Tahap Penurunan. Pada tahap ini, tingkat penjualan dan profit industry semakin
menurun. Oleh karena itu, pada tahap ini perusahaan akan mulai keluar dari industry
dan investor mulai berpikie untuk mencari alternatif industry lain yang lebih
menguntungkan. Pertumbuhan industry pada tahap ini akan jauh dibawah
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Dengan mengetahui tahap daur hidup suatu industry, secara umum kita dapat
mengestimasi tingkat pertumbuhan penjualan suatu industry. Untuk melengkapi analisis
terhadap tahap daur hidup industry kita juga dapat membandingkan pertumbuhan industry
tersebut dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
b. Prakiraan penjualan dan analisis input-output. Analsis input-output adalah suatu
cara alternative untuk mengetahui gambaran prospek penjualan suatu industry di masa
yang akan datang, dengan cara mengidentifikasi pemasok dan konsumen dari suatu
industry. Dengan melakukan analisis ini, kita dapat mengestimasi permintaan konsumen
dimasa yang akan datang, serta kemampuan pemasok untuk menyediakan barang dan
jasa yang diperlukan dalam suatu industry. Informasi tersebut nantinya dapat digunakan
untukmemperkirakan tingkat penjualan dan keuntungan suatu industry di masa depan.
c. Prakiraan penjualan dan hubungan industry dan ekonomi. Teknik yang ketiga ini
dilakukan dengan cara membandingkan tingkat penjualan industry dengan kondisi
perekonomian secra keseluruhan yang berhubungan dengan barang dan jasa yang
diproduksi oleh industry tersebut. Teknik ini didasari oleh asumsi bahwa kondisi
9
perekonomian dimana suatu industry beroperasi akan terkait dengan penjualan dan
keuntungan suatu industry.
b. Estimasi Earning Multiplier Suatu Industri
Teknik untuk melakukan estimasi earning multiplier industry ada dua yaitu, analisis
makro dan analisis mikro. Dalam analisis makro, investor mempelajari hubungan antara
earning multiplier untuk industry dengan earning multiplier pasar. Sedangkan dalam analisis
mikro, estimasi earning multiplier industri dilakukan dengan cara mengamati variabel-
variabel yang mempengaruhi earning multiplier industri seperti, dividen payout ratio (DPR),
tingkat return yang diisyaratkan dalam industri (k), dan tingkat pertumbuhan earning dan
dividen industri yang diharapkan (g)
Analisis makro mengasumsikan adanya hubungan antara perubahan dalam k dan g
untuk industri tertentu dengan pasar keseluruhan. Asumsi ini ini sama halnya dengan
hubungan atara perubahan dalam P/E rasio industri dengan P/E pasar secara keseluruhan.
Tetapi perlu diingat bahwa hubungan antara industri dengan pasar tidaklah sama untuk setiap
industri, bahkan untuk industri tertentu hubungan tersebut tidak signifikan. Oleh karena itu,
sebelum menggunakan analsis makro untuk mengestimasi earning multiplier untuk industri,
kita perlu mengevalusi terlebih dahulu kualitas hubungan antara rasio P/E industri yang akan
dianalisis dengan P.E pasar. Disamping itu kita perlu melengkapi analisis makro dengan
analsisi mikro.
Estimasi earning multiplier industri dengan analisis mikro dilakukan dengan cara
mengestimasi tiga variabel yang menentukan earning mutiplier industri (dividen payout ratio,
tingkat return yang diisyaratkan dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen yang
diharapkan) dan membandingkan ketiga variabel tersebut dengan P/E pasar. Dari hasil
analisis tersebut, selanjutnya dapat diketahui apakah earning multiplier industri berada diatas,
dibawah ataupun sama dengan earning multiplier pasar.
10
2. Persaingan Dan Return Industri yang Diharapkan
Faktor peting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh suatu
industry adalah intensitas persaingan dalam industry tersebut. Intensitas persaingan dalam
suatu industry akan menentukan kemampuan industry untuk tetap memperoleh tingkat return
diatas rata-rata. Intensitas persaingan merupakan gambaran dari lima faktor utama persaingan
dan pengaruh masing-masing faktor tersebut untuk masing-masing industry akan berbeda-
beda. Lima kekuatan persaingan akan menentukan profitabilitas industry karena lima faktor
tersebut mempunyai pengaruh terhadap komponen return on investment (ROI) dalam suatu
industry. Kekuatan masing-masing faktor tersebut merupakan fungsi dari struktur industry.
Investor harus menganalisis struktur industry untuk menilai kekuatan dari lima faktor
persaingan, sehingga investor dapat menentukan profitabilitas dari suatu industry. Struktur
industry cenderung berubah, sehingga investor perlu terus memperbaharui analisis
lingkungan industry sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Pada gambar 2.2 berikut ini, terdapat lima faktor yang menentukan intensitas
persaingan dalam suatu industry tersebut yaitu:
1. Ancaman adanya pemain baru
2. Daya tawar (bargaining power) pembeli
3. Persaingan diantara pemain yang ada
4. Ancaman adanya barang atau jasa subtitusi
5. Daya tawar (bargaining power) pemasok
11
Gambar 2.2
Lima Faktor Persaingan Yang Menentukan Profitabilitas Industri
a. Persaingan antara perusahaan yang ada dalam industry. Persaingan dalam suatu
industry akan semakin meningkat jika terdapat banyak perusahaan yang ukurannya relaif
sama bersaing dalam industry tersebut. Disamping itu, persaingan juga akan dipengaruhi
oleh pertumbuhan industry dan biaya tetap, serta hambatan untuk keluar dari industry
tersebut. Pertumbuhan yang lambat akan membuat perusahaan semakin ketat bersaing
memperebutkan pangsa pasar yang relative kecil. Tingginya biaya tetap juga akan
mendorong peningkatan persaingan, karena dengan tingginya biaya tetap akan
mengharuskan perusahaan untuk memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal ini akan
membuat penawaran dipasar akan semakin meningkat yang kemudia akan menyebabkan
harga barang semakin menurun, sehingga persaingan akan semakin ketat.
b. Ancaman Pemain Baru. Meskipun sebuah industry mempunyai jumlah pesaing yang
sedikit, investor juga perlu menidentifikasi perusahaan-perusahaan yang potensial
menjadi pemain baru dalam industry. Besarnya ancaman pemain baru ini akan
dipengaruhi oleh adanya hambatan-hambatan masuk dalam suatu industry seperti
tingginya biaya investasi, peraturan pemerintah dan harga barang yang relatif kecil
dibandingkan biaya produksi. Jika hambatan masuk suatu industry relatif tinggi maka
kemungkinan adanya pemain baru yang akan masuk dalam industry tersebut akan
semakin kecil.
12
c. Ancaman Adanya Produk Subtitusi. Produk subtitusi akan membatasi profit potensial
suatu industry karena barang subtitusi akan memunculkan alternative bagi produk
perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, kemampuan perusahaan untuk menentukan harga
produk akan semakin berkurang, karena dibatasi adanya produk subtitusi. Artinya, jika
harga produk perusahaan terlalu tinggi, konsumen bisa saja berpindah ke produk
subtitusi yang ditawarkan di pasar.
d. Bargaining Power Pembeli. Daya tawar pembeli dipasar yang kuat bisa mempengaruhi
profitabilitas industry. Hal ini terjadi jika konsumen dapat menawar harga atau meminta
kualitas yang lebih tinggi dengan kemungkinan pilihan dari produk yang diberikan oleh
pesaing lain. Bila jumlah konsumen lebih banyak dari jumlah industrinya maka
bargaining power konsumen akan rendah. Sebaliknya jika jumlah industry lebih banyak
dari konsumen maka bargaining power konsumen akan besar.
e. Bargaining Power Pemasok. Pemasok dapat mempengaruhi return industry dimasa
yang akan datang karena mereka mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dam
kualitas produknya. Jika jumlah pemasok lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
industrinya, maka pemasok memiliki bargaining power yang besar. Begitu juga
sebaliknya, jika pemasok lebih banyak dari industrinya makan bargaining power
pemasok akan berkurang.
Analisis lima faktor yang menentukan persaingan industry dapat digunakan untuk
menilai profit potensial dari suatu industry untuk jangka panjang. Seperti dijelaskan diatas
bahwa masing-masing industry mempunyai profil struktur industry yang berbeda, sehingga
investor perlu menganalisis lima faktor yang mempengaruhi persaingan untuk masing-masing
industry. Disampng itu investor juga dapat mengamati perubahan lingkungan yang terjadi
setiap saat, karena bisa jadi struktur industry akan berubah akibat adanya perubahan
lingkungan tersebut.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Istilah industri ataupun sektor/kelompok industry telah begitu dikenal luas oleh
masyarakat, misalnya industry otomatif, makanan, dan lain sebagainya.
2. Analisis industry merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena
analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-
peluang investasi dalam industry yang mempunyai karakteristik risiko dan return
yang menguntungkan bagi investor.
3. Cara Mengidentifikasi Industri Yang Memiliki Prospek Menguntungkan dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
1. Estimasi Tingkat Keuntungan Industri
a. Estimasi Earning Per Share Industri
b. Estimasi Earning Multiplier Suatu Industri
2. Persaingan Dan Return Industri yang Diharapkan

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroPenawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
audi15Ar
 
Makalah Etika Bisnis
Makalah Etika BisnisMakalah Etika Bisnis
Makalah Etika Bisnis
Rizki Malinda
 
PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN
PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN
PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN
SyaifLasvera Eroer
 
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Leo Dhunt
 
Portofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolio
Portofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolioPortofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolio
Portofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolio
Judianto Nugroho
 
Klaster industri dan aglomerasi
Klaster industri dan aglomerasiKlaster industri dan aglomerasi
Klaster industri dan aglomerasi
Himpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
Keputusan investasi
Keputusan investasiKeputusan investasi
Keputusan investasi
tonyherman87
 

Was ist angesagt? (20)

Pertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIK
Pertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIKPertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIK
Pertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIK
 
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroPenawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
 
Makalah Etika Bisnis
Makalah Etika BisnisMakalah Etika Bisnis
Makalah Etika Bisnis
 
PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN
PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN
PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN
 
Manajemen keuangan part 4 of 5
Manajemen keuangan part 4 of 5Manajemen keuangan part 4 of 5
Manajemen keuangan part 4 of 5
 
EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PEN...
EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PEN...EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PEN...
EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PEN...
 
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
 
Peramalan Forecasting
Peramalan ForecastingPeramalan Forecasting
Peramalan Forecasting
 
Modul kuliah manajemen strategi
Modul kuliah manajemen strategiModul kuliah manajemen strategi
Modul kuliah manajemen strategi
 
Teori penentuan kurs valuta asing
Teori penentuan kurs valuta asingTeori penentuan kurs valuta asing
Teori penentuan kurs valuta asing
 
Time Value Of Money
Time Value Of MoneyTime Value Of Money
Time Value Of Money
 
Portofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolio
Portofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolioPortofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolio
Portofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolio
 
Penilaian saham
Penilaian sahamPenilaian saham
Penilaian saham
 
Organisasi sektor publik
Organisasi sektor publikOrganisasi sektor publik
Organisasi sektor publik
 
risk and return
risk and returnrisk and return
risk and return
 
Manajemen Risiko - Identifikasi Risiko
Manajemen Risiko - Identifikasi RisikoManajemen Risiko - Identifikasi Risiko
Manajemen Risiko - Identifikasi Risiko
 
strategi-internasional
strategi-internasionalstrategi-internasional
strategi-internasional
 
Klaster industri dan aglomerasi
Klaster industri dan aglomerasiKlaster industri dan aglomerasi
Klaster industri dan aglomerasi
 
Keputusan investasi
Keputusan investasiKeputusan investasi
Keputusan investasi
 
Barang publik dan barang privat
Barang publik dan barang privatBarang publik dan barang privat
Barang publik dan barang privat
 

Ähnlich wie analisis industri

Makalah Analisis Bisnis dan Kinerja Keuangan PT Indosat Tbk dan PT Telkom Tbk...
Makalah Analisis Bisnis dan Kinerja Keuangan PT Indosat Tbk dan PT Telkom Tbk...Makalah Analisis Bisnis dan Kinerja Keuangan PT Indosat Tbk dan PT Telkom Tbk...
Makalah Analisis Bisnis dan Kinerja Keuangan PT Indosat Tbk dan PT Telkom Tbk...
destaputranto
 
Makalah kewirausahaan terbaru
Makalah kewirausahaan terbaruMakalah kewirausahaan terbaru
Makalah kewirausahaan terbaru
Vespa Koe
 
Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)
Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)
Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)
Septyatha Yap
 

Ähnlich wie analisis industri (20)

14-analisis-industri.ppt
14-analisis-industri.ppt14-analisis-industri.ppt
14-analisis-industri.ppt
 
Portofolio investasi-bab-14-analisis-industri
Portofolio investasi-bab-14-analisis-industriPortofolio investasi-bab-14-analisis-industri
Portofolio investasi-bab-14-analisis-industri
 
Man invest
Man investMan invest
Man invest
 
Business Plan.pptx
Business Plan.pptxBusiness Plan.pptx
Business Plan.pptx
 
Ppt metlit iva rahmawati 12160011 (slide share)
Ppt metlit iva rahmawati 12160011 (slide share)Ppt metlit iva rahmawati 12160011 (slide share)
Ppt metlit iva rahmawati 12160011 (slide share)
 
Analisis industri sentul
Analisis industri sentulAnalisis industri sentul
Analisis industri sentul
 
Keuangan Wirausaha 2#3
Keuangan Wirausaha 2#3Keuangan Wirausaha 2#3
Keuangan Wirausaha 2#3
 
pelaporan
pelaporanpelaporan
pelaporan
 
Laporan sistem informasi akuntansi pada sometech
Laporan sistem informasi akuntansi pada sometechLaporan sistem informasi akuntansi pada sometech
Laporan sistem informasi akuntansi pada sometech
 
Makalah Analisis Bisnis dan Kinerja Keuangan PT Indosat Tbk dan PT Telkom Tbk...
Makalah Analisis Bisnis dan Kinerja Keuangan PT Indosat Tbk dan PT Telkom Tbk...Makalah Analisis Bisnis dan Kinerja Keuangan PT Indosat Tbk dan PT Telkom Tbk...
Makalah Analisis Bisnis dan Kinerja Keuangan PT Indosat Tbk dan PT Telkom Tbk...
 
TUGAS UAS STUDI KELAYAKAN BISNIS
TUGAS UAS STUDI KELAYAKAN BISNISTUGAS UAS STUDI KELAYAKAN BISNIS
TUGAS UAS STUDI KELAYAKAN BISNIS
 
Makalah tahapan pendirian industri
Makalah tahapan pendirian industriMakalah tahapan pendirian industri
Makalah tahapan pendirian industri
 
Indonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and OutlookIndonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and Outlook
 
Materi Studi Kelayakan Bisnis
Materi Studi Kelayakan BisnisMateri Studi Kelayakan Bisnis
Materi Studi Kelayakan Bisnis
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
industrialisasi dan perkembangan sektor industry
industrialisasi dan perkembangan sektor industry industrialisasi dan perkembangan sektor industry
industrialisasi dan perkembangan sektor industry
 
Makalah kewirausahaan terbaru
Makalah kewirausahaan terbaruMakalah kewirausahaan terbaru
Makalah kewirausahaan terbaru
 
3, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, external macro environment analysis (scann...
3, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, external macro environment analysis (scann...3, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, external macro environment analysis (scann...
3, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, external macro environment analysis (scann...
 
Konsultan appraisal
Konsultan appraisalKonsultan appraisal
Konsultan appraisal
 
Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)
Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)
Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)
 

Kürzlich hochgeladen

Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
jaanualu31
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
HALIABUTRA1
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
galuhmutiara
 

Kürzlich hochgeladen (20)

kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
 
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptxPEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
 
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
 
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptxTEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
 
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptsejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
 
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnisMemahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
 
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
 
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptxMETODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
 
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSlide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
 
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanReview Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
 
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
 

analisis industri

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis industri merupakan salah satu bagian dari analisis fundamental. Analisis industry biasanya dilakukan setelah kita melakukan analisis ekonomi. Analisis industri menjadi tahap penting yang harus dilakukan. Para investor dan analis dapat mengidentifikasi peluang investasi, risiko dan return yang diharapkan ke depannya. Dalam analisis industry, investor mencoba memperbandingkan kinerja dari berbagai industri, untuk bisa mengetahui jenis industry apa saja yang memberikan prospek paling menjanjikan ataupun sebaliknya. Setelah melakukan analisis industry, investor nantinya akan dapat menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham- saham dari kelompok industry mana sajakah yang akan dimasukan dalam portofolio yang akan dibentuknya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan industry dan pengklasifikasiannya? 2. Bagaimana pentingnya analisis industry? 3. Bagaimana mengidentifikasi industry yang memiliki prospek menguntungkan? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan industry dan pengklasifikasiannya. 2. Untuk mengetahui pentingnya analisis industry. 3. Untuk mengetahui industry yang memiliki prospek menguntungkan.
  • 2. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Industri Istilah industri ataupun sektor/kelompok industry telah begitu dikenal luas oleh masyarakat, misalnya industry otomatif, makanan, dan lain sebagainya. Tetapi pada dasarnya, pengelompokkan industry tidaklah sesederhana seperti yang dibayangkan. Sebagai contoh, untuk mengelompokkan suatu perusahaan uang memproduksi produk makanan kaleng, terkadang mengalami kebingungan apakah perusahaan itu akan dikelompokkan ke dalam industry makanan ataukah industry alumunium. Masalah pengelompokkan industry juga akan menjadi semakin rumit ketika kita berhadapan dengan banyak perusahaan yang mempunyai sekian banyak ragam lini bisnis. Kita akan semakin sulit menentukan jenis industry apakah yang benar – benar sesuai dengan jenis industry perusahaan bersangkutan. Berkenan dengan masalah tersebut analisis dengan investor memerlukan metode yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan indutri dengan tepat. Salah satu sistem klasifikasi industry yang telah dikenal dan digunakan secara luas adalah sistem Standard Industry Classification (SIC) yang didasarkan pada data sensus dan pengklasifikasian perusahaan berdasarkan produk dasar yang dihasilkan. Standard Industry Classification (SIC) mempunyai 11 divisi dan masing – masing divisi deberi tanda A sampai K. sebagai contoh, misalnya perkebunan, pertanian dan perikanan dikelompokan dalam divisi A, pertambangan dalam divisi B, perdagangan eceran G dan kelompok terakhir yaitu yang belum terklasifikasi tersebut dengan divisi K. Masing – masing divisi akan terdiri dari beberapa kelompok industry utama dan diberi kode dua digit. Sebagai contoh, misalnya industry logam yang termasuk dalam divisi D yaitu industry pertambangan, akan diberi kode 33. Kelompok industry utama pada masing – masing divisi dalam SIC akan dibagi lagi dalam tiga, empat sampai lima digit kode SIC. Semakin banyak kode digit SIC, semakin spesifik pengelompokan industry tersebut. Disamping standard klasifikasi SIC, ada beberapa sistem klasifikasi lainnya yang juga digunakan untuk mengelompokan industry, diantaranya
  • 3. 3 adalah indeks industry yang dikeluarkan oleh standard & Poor Corporation yang mengelompokan industry dalam 113 kelompok, dan klasifikasi industry versi value line yang mengklasifikasikan perusahaan kedalam 90 industry. Pengelompokan industry untuk kasus di Indonesia juga dilakukan dengan berdasarkan suatu standard klasifikasi industry tertentu. Salah satu standard yang banyak dipakai untuk mengelokpokan industry bagi perusahaan – parusahaan yang terdaftar dibursa efek jakarata adalah Jakarta stock Exchange Sectoral Industry Classification (JASICA). Klasifikasi (JASICA) ini terdiri dari 9 divisi dan masing – masing divisi tersebut dibagi lagi menjadi kelompok industry utama dan diberi kode 2 digit. Contoh klasifikasi industry (JASICA) di BEJ dapat dilihat pada table 2.1 berikut ini : 1. Pertanian 1.1 Pertanian 1.2 Perkebunan 1.3 Pertekanan 1.4 Perikanan 1.5 Kehutanan 1.6 Lain-lain yang belum terklasifikasi 2. Pertambangan 2.1 Pertambangan batu bara 2.2 Pertambangn minyak dan gas buni 2.3 Pertambangan logam dan mineral lainnya 2.4 Pengalian batu atau tanah 2.5 Lain lain yang belum terklarifikasi 3. Industry Dasar dan Kimia 3.1 Semen 3.2 Keramik, gelas, porselen 5. Industry Barang Konsumsi 5.1 makanan dan minuman 5.2 industri tembakau 5.3 farmasi 5.4 Kosmetik dan barang keperluan rumah tangga 5.5 Lain-lain yang belum terklasifikasi 6. Konstruksi, Properti dan Real 6.1 Konstruksi 6.2 Properti dan real estate 6.3 Lain-lain yang belum terklasifikasi 7. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 7.1 Energi 7.2 Jalan tol, bandara, pelabuhan dan sejenisnya 7.3 Telekomunikasi 7.4 Transportasi
  • 4. 4 3.3 Produk logam dan sejenisnya 3.4 Kimia 3.5 Plastik 3.6 Pakan Ternak 3.7 Industri kayu dan pengolahannya 3.8 Puip dan kertas 3.9 Lain-lain yang belum terklarifikasi 4. Aneka Industri 4.1 Mesin dan alat berat 4.2 Otomatif dan komponennya 4.3 Tekstil dan garmen 4.4 Kabel 4.5 Elektronik 4.6 Lain-lain yang belum terklarifikasi 7.5 Lain-lain yang belum terklasifikasi 8. Keuangan 8.1 Bank 8.2 Lembaga pembiayaan 8.3 Perusahaan efek 8.4 Asuransi 8.5 Reksa dana 8.6 Lain-lain yang belum terklasifikasi 9. Perdagangan dan Jasa 9.1 Perdagangan besar barang industry 9.2 Perdagangan besar barang konsumsi 9.3 Perdagangan eceran 9.4 Hotel dan restoran 9.5 Pariwisata dan hiburan 9.6 Periklanan dan media massa 9.7 Jasa computer dan perangkatnya 9.8 Lain-lain yang belum terklasifikasi Sumber: Laporan mingguan BEJ 1997 2.2 Pentingnya Analisis Industri Analisis industry merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-peluang investasi dalam industry yang mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi investor.
  • 5. 5 Beberapa penelitian yang terkait dengan analisis industry, telah didokumentasikan oleh Reilly dan Brown (1997), dan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan seperti berikut ini: 1. Studi mengenai kinerja tahunan industry, menunjukkan bahwa industry yang berbeda mempunyai tingkat return yang berbeda pula. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa analisis industry itu penting, dan perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan kinerja antar industry, sehingga akan membantu investor dan para analisis untuk mengidentifikasi peluang-peluang yang menguntungkan dan yang tidak menguntungkan 2. Tingkat return masing-masing industry berbeda di setiap tahunnya. Dengan demikian, return industry di masa yang akan datang tidak bisa diestimasi dengan hanya menggunakan data return industry masa lalu. Oleh karena itu, analisis dan investor disamping menggunakan data return industry di masa lalu, juga perlu menambahkan dengan beberapa data lain yang relevan untuk mengestimasi return industry di masa yang datang. 3. Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industry yang sama terlihat cukup beragam. Hal ini menunjukkan bahwa analisis industry juga perlu diikuti dengan analisis perusahaan. 4. Tingkat risiko berbagai industry juga beragam, sehingga analisis dan investor perlu mempelajati dan mengestimasi faktor-faktor risiko yang relevan untuk suatu industry tertentu seperti halnya estimasi return. 5. Tingkat risiko suatu industry relative stabil sepanjang waktu, sehingga analisis risiko berdasarkan data historis dapat digunakan untuk mengestimasi risiko industry di masa datang. 2.3 Mengidentifikasi Industri Yang Memiliki Prospek Menguntungkan 1. Estimasi Tingkat Keuntungan Industri Dalam melakukan analisis industry, investor perlu menilai suatu industry dan menentukan return yang diharapkan dari suatu industry yang akan dianalisis. Dengan menilai dan menentukan return yang diharapkan dari suatu industry, investor akan dapat menentukan peluang investasi pada industry – industry yang punya prospek terbaik. Untuk menilai suatu
  • 6. 6 industry, ada dua langkah yang perlu dilakukan yaitu yang pertama, mengestimasi Earing Per Share (EPS)yang diharapkan dari suatu industry, kedua, mengestimasi Price Earing Ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut juga sebagai expected earning multiplier industry. Selanjutnya, jika hasil kedua estimasi tersebut dikalikan, maka kita akan memperoleh nilai akhir yang diharapkan dari suatu industry (expected ending value of industry). Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan dari suatu industry, selanjutnya akan dapat ditentukan tingkat return yang diharapkan dari suatu industry. Caranya adalah dengan membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu industry ditambah dividen yang diharapkan dari suatu industry, dengan nilai awal industry tersebut pada periode sebelumnya. Selanjutnya dengan membandingkan tingkat return yang diharapkan dari industry terhadap tingkat return yang diisyaratkan oleh investor, investor akan dapat menentukan industry mana saja yang layak dijadikan pilihan investasinya. Dalam penentuan keputusan investasi industry tersebut, pilihan investor sebaiknya pada industry – industry yang mampu memberikan return diharapkan yang lebih besar dibandingkan tingkat return yang diisyaratkan investor. a. Estimasi Earning Per Share Industri Untuk mengestimasi EPS kita perlu mengestimasi penjualan per lembar saham dari suatu industry terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasi tingkat penjualan suatu industry, yaitu dengan daur hidup industry (Industry Life Cycle), analisis input – output, serta hubungan antara industry dengan ekonomi secara keseluruhan. Ketiga teknik tersebut sifatnya saling melengkapi sehingga investor dapat mengkombinasikan ketiga teknik tersebut untuk mendapatkan gabaran lengkap mengenai posisi dan prospek industry dalam berbagai scenario. a. Perkiraan penjualan dan daur hidup industry. Tahap perkembangan industry dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya penjualan dari suatu Industri. Tahap perkembangan industry umumnya dapat dibagi jadi lima yaitu, tahap permulaan, pertumbuhan yang cepat, tahap kedewasaan (mature), stabil, dan penurunan. Tahapan perkembangan industry dapat dilihat dari gambar 2.1 berikut ini.
  • 7. 7 Gambar 2.1 Daur Hidup Suatu Industri Untuk mengestimasi penjualan industry kita perlu menentukan lamanya waktu masing-masing tahap dalam daur hidup industry, dan lamanya waktu untuk masing – masing industry akan berbeda satu dengan yang lain. Masing-masing tahap tersebut memiliki dampak terhadap pertumbuhan penjualan dan keuntungan industry. 1. Tahap Permulaan. Tahap ini merupakan masa awal perkembangan sebuah industry. Pada tahap ini pertumbuhan penjualan sangat kecil dan profit yang dihasilkan kemungkinan akan menunjukan angka negative karena perusahaan harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menutupi biaya promosi dan pengembangan produk di awal – awal pertumbuhan industry. 2. Tahap Pertumbuhan. Pada tahap ini, penjualan tumbuh sangat cepat. Permintaan semakin meningkat, sedangkan persaingan belum begitu ketat, sehingga profit dalam tahap pertumbuhan akan tumbuh dengan tinggi. Pertumbuhan industry pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. 3. Tahap Kedewasaan (mature). Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan mulai menurun, karena banyaknya pesaing yang mulai masuk dan permintaan yang sudah relative stabil. Oleh karena itu, profit pada tahap ini akan mengalami pertumbuhan yang mulai menurun dan menuju tingkat keuntungan yang normal. Pertumbuhan industry pada tahap ini sedikit lebih besar dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
  • 8. 8 4. Tahap Stabil. Tahap ini adalah tahap paling panjang dalam daur hidup industry. Pertumbuhan industry akan cenderung sama dengan pertumbuhan ekonomi pada keseluruhan atau segmen ekonomi di mana industry tersebut berada. Pada tahap ini investor dapat mengestimasi pertumbuhan penjualan secara mudah karena penjualan berkorelasi tinggi dengan kondisi ekonomi. Meskipun penjualan terkait erat dengan kondisi ekonomi, tetapi besarnya pertumbuhan penjualan masing-masing perusahaan berbeda-beda satu dengan yang lain, tergantung dari kemampuan manajerial dari masing-masing perusahaan. 5. Tahap Penurunan. Pada tahap ini, tingkat penjualan dan profit industry semakin menurun. Oleh karena itu, pada tahap ini perusahaan akan mulai keluar dari industry dan investor mulai berpikie untuk mencari alternatif industry lain yang lebih menguntungkan. Pertumbuhan industry pada tahap ini akan jauh dibawah pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Dengan mengetahui tahap daur hidup suatu industry, secara umum kita dapat mengestimasi tingkat pertumbuhan penjualan suatu industry. Untuk melengkapi analisis terhadap tahap daur hidup industry kita juga dapat membandingkan pertumbuhan industry tersebut dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. b. Prakiraan penjualan dan analisis input-output. Analsis input-output adalah suatu cara alternative untuk mengetahui gambaran prospek penjualan suatu industry di masa yang akan datang, dengan cara mengidentifikasi pemasok dan konsumen dari suatu industry. Dengan melakukan analisis ini, kita dapat mengestimasi permintaan konsumen dimasa yang akan datang, serta kemampuan pemasok untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan dalam suatu industry. Informasi tersebut nantinya dapat digunakan untukmemperkirakan tingkat penjualan dan keuntungan suatu industry di masa depan. c. Prakiraan penjualan dan hubungan industry dan ekonomi. Teknik yang ketiga ini dilakukan dengan cara membandingkan tingkat penjualan industry dengan kondisi perekonomian secra keseluruhan yang berhubungan dengan barang dan jasa yang diproduksi oleh industry tersebut. Teknik ini didasari oleh asumsi bahwa kondisi
  • 9. 9 perekonomian dimana suatu industry beroperasi akan terkait dengan penjualan dan keuntungan suatu industry. b. Estimasi Earning Multiplier Suatu Industri Teknik untuk melakukan estimasi earning multiplier industry ada dua yaitu, analisis makro dan analisis mikro. Dalam analisis makro, investor mempelajari hubungan antara earning multiplier untuk industry dengan earning multiplier pasar. Sedangkan dalam analisis mikro, estimasi earning multiplier industri dilakukan dengan cara mengamati variabel- variabel yang mempengaruhi earning multiplier industri seperti, dividen payout ratio (DPR), tingkat return yang diisyaratkan dalam industri (k), dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen industri yang diharapkan (g) Analisis makro mengasumsikan adanya hubungan antara perubahan dalam k dan g untuk industri tertentu dengan pasar keseluruhan. Asumsi ini ini sama halnya dengan hubungan atara perubahan dalam P/E rasio industri dengan P/E pasar secara keseluruhan. Tetapi perlu diingat bahwa hubungan antara industri dengan pasar tidaklah sama untuk setiap industri, bahkan untuk industri tertentu hubungan tersebut tidak signifikan. Oleh karena itu, sebelum menggunakan analsis makro untuk mengestimasi earning multiplier untuk industri, kita perlu mengevalusi terlebih dahulu kualitas hubungan antara rasio P/E industri yang akan dianalisis dengan P.E pasar. Disamping itu kita perlu melengkapi analisis makro dengan analsisi mikro. Estimasi earning multiplier industri dengan analisis mikro dilakukan dengan cara mengestimasi tiga variabel yang menentukan earning mutiplier industri (dividen payout ratio, tingkat return yang diisyaratkan dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen yang diharapkan) dan membandingkan ketiga variabel tersebut dengan P/E pasar. Dari hasil analisis tersebut, selanjutnya dapat diketahui apakah earning multiplier industri berada diatas, dibawah ataupun sama dengan earning multiplier pasar.
  • 10. 10 2. Persaingan Dan Return Industri yang Diharapkan Faktor peting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh suatu industry adalah intensitas persaingan dalam industry tersebut. Intensitas persaingan dalam suatu industry akan menentukan kemampuan industry untuk tetap memperoleh tingkat return diatas rata-rata. Intensitas persaingan merupakan gambaran dari lima faktor utama persaingan dan pengaruh masing-masing faktor tersebut untuk masing-masing industry akan berbeda- beda. Lima kekuatan persaingan akan menentukan profitabilitas industry karena lima faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap komponen return on investment (ROI) dalam suatu industry. Kekuatan masing-masing faktor tersebut merupakan fungsi dari struktur industry. Investor harus menganalisis struktur industry untuk menilai kekuatan dari lima faktor persaingan, sehingga investor dapat menentukan profitabilitas dari suatu industry. Struktur industry cenderung berubah, sehingga investor perlu terus memperbaharui analisis lingkungan industry sesuai dengan perubahan yang terjadi. Pada gambar 2.2 berikut ini, terdapat lima faktor yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industry tersebut yaitu: 1. Ancaman adanya pemain baru 2. Daya tawar (bargaining power) pembeli 3. Persaingan diantara pemain yang ada 4. Ancaman adanya barang atau jasa subtitusi 5. Daya tawar (bargaining power) pemasok
  • 11. 11 Gambar 2.2 Lima Faktor Persaingan Yang Menentukan Profitabilitas Industri a. Persaingan antara perusahaan yang ada dalam industry. Persaingan dalam suatu industry akan semakin meningkat jika terdapat banyak perusahaan yang ukurannya relaif sama bersaing dalam industry tersebut. Disamping itu, persaingan juga akan dipengaruhi oleh pertumbuhan industry dan biaya tetap, serta hambatan untuk keluar dari industry tersebut. Pertumbuhan yang lambat akan membuat perusahaan semakin ketat bersaing memperebutkan pangsa pasar yang relative kecil. Tingginya biaya tetap juga akan mendorong peningkatan persaingan, karena dengan tingginya biaya tetap akan mengharuskan perusahaan untuk memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal ini akan membuat penawaran dipasar akan semakin meningkat yang kemudia akan menyebabkan harga barang semakin menurun, sehingga persaingan akan semakin ketat. b. Ancaman Pemain Baru. Meskipun sebuah industry mempunyai jumlah pesaing yang sedikit, investor juga perlu menidentifikasi perusahaan-perusahaan yang potensial menjadi pemain baru dalam industry. Besarnya ancaman pemain baru ini akan dipengaruhi oleh adanya hambatan-hambatan masuk dalam suatu industry seperti tingginya biaya investasi, peraturan pemerintah dan harga barang yang relatif kecil dibandingkan biaya produksi. Jika hambatan masuk suatu industry relatif tinggi maka kemungkinan adanya pemain baru yang akan masuk dalam industry tersebut akan semakin kecil.
  • 12. 12 c. Ancaman Adanya Produk Subtitusi. Produk subtitusi akan membatasi profit potensial suatu industry karena barang subtitusi akan memunculkan alternative bagi produk perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, kemampuan perusahaan untuk menentukan harga produk akan semakin berkurang, karena dibatasi adanya produk subtitusi. Artinya, jika harga produk perusahaan terlalu tinggi, konsumen bisa saja berpindah ke produk subtitusi yang ditawarkan di pasar. d. Bargaining Power Pembeli. Daya tawar pembeli dipasar yang kuat bisa mempengaruhi profitabilitas industry. Hal ini terjadi jika konsumen dapat menawar harga atau meminta kualitas yang lebih tinggi dengan kemungkinan pilihan dari produk yang diberikan oleh pesaing lain. Bila jumlah konsumen lebih banyak dari jumlah industrinya maka bargaining power konsumen akan rendah. Sebaliknya jika jumlah industry lebih banyak dari konsumen maka bargaining power konsumen akan besar. e. Bargaining Power Pemasok. Pemasok dapat mempengaruhi return industry dimasa yang akan datang karena mereka mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dam kualitas produknya. Jika jumlah pemasok lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah industrinya, maka pemasok memiliki bargaining power yang besar. Begitu juga sebaliknya, jika pemasok lebih banyak dari industrinya makan bargaining power pemasok akan berkurang. Analisis lima faktor yang menentukan persaingan industry dapat digunakan untuk menilai profit potensial dari suatu industry untuk jangka panjang. Seperti dijelaskan diatas bahwa masing-masing industry mempunyai profil struktur industry yang berbeda, sehingga investor perlu menganalisis lima faktor yang mempengaruhi persaingan untuk masing-masing industry. Disampng itu investor juga dapat mengamati perubahan lingkungan yang terjadi setiap saat, karena bisa jadi struktur industry akan berubah akibat adanya perubahan lingkungan tersebut.
  • 13. 13 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Istilah industri ataupun sektor/kelompok industry telah begitu dikenal luas oleh masyarakat, misalnya industry otomatif, makanan, dan lain sebagainya. 2. Analisis industry merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang- peluang investasi dalam industry yang mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi investor. 3. Cara Mengidentifikasi Industri Yang Memiliki Prospek Menguntungkan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: 1. Estimasi Tingkat Keuntungan Industri a. Estimasi Earning Per Share Industri b. Estimasi Earning Multiplier Suatu Industri 2. Persaingan Dan Return Industri yang Diharapkan