SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 4
BAB III

                                       PEMBAHASAN

       Produk makanan yang banyak mengandung gula dan tepung sering terkontaminasi
oleh mikroba karena kondisi pengepakan atau penyimpanannya yang kurang higienes.
Tepung dan gula sering mengandung spora bekteri termofilik yaitu bakteri yang tumbuh pada
suhu 40oC-60oC atau lebih. Spora bakteri termofilik penyebab kerusakan makanan pada
umumnya tergolong jenis Bacillus dan Clostridium. Spora-spora termofilik yang sering
mengkontaminasi produk-produk karbohidrat dan produk berkadar gula tinggi diantaranya
penyebab kebusukan spesifik yaitu :

   A. Spora penyebab kebusukan asam tanpa gas ( Flat Sour ) misalnya : Bacillus
       Coagulans (tumbuh pada produk asam pH < 4.5). Sedangkan yang tumbuh pada
       produk berasam rendah (pH 4.0-4.5) adalah Bacillus Stearothermophilik.
   B. Spora bakteri anaerobik penyebab kebusukan sulfida yaitu memproduksi H2S
       misalnya Clostridium Nigrificans.
   C. Spora anaerobik yang tidak dapat memproduksi H2S misalnya Clostridium Botulinum
       dan Clostridium thermosaccharolyticon bersifat termofilik, Sedangkan Clostridium
       sporogens bersifat mesofilik.

   Kontaminasi bakteri termofilik pada produk-produk karbohidrat dapat menimbulkan
masalah terutama jika produk tersebut digunakan untuk bahan dasar pengolahan makanan
kaleng. Pada umumnya semakin tinggi suhu pertumbuhan bakteri , resisten terhadap
pemanasan semakin tinggi. Dengan demikian bakteri termofilik lebih resisten terhadap
pemanasan dari padda bakteri mesofil. Pemanasan yang digunakan untuk membunuh spora
mesofil mungkin saja tidak cukup untuk mencegah terjadinya kebusukan oleh spora termofil,
kecuali jika makanan tersebut disimpan pada suhu dibawah termofil.

3.1 Uji spora penyebab busuk asam (Flat Sour)

       Pada uji spora penyebab busuk asam medium yang digunakan adalah DTBPA
(Dextrose Tryptone Born Cresol Purple Agar). Ciri ciri positif yang ditunjukan pada media
ini adalah akan terbentuk koloni yang dikelilingi oleh areal berwarna kuning karena
pembentukan asam. Bakteri yang sering tumbuh pada spora flat sour adalah bakteri Bacillus
stearotermophilus dan Bacillus Coagulans. Uji spora ini dilakukan pada tepung dan gula
dengan menggunakan bahan yang berbeda setiap kelompoknya dan dituang pada 5 cawan.
Hasil praktikum yang telah dilakukan didapat menunjukan hasil pada kelompok 1
dengan menggunakan tepung A pada ke 5 cawan menunjukan hasil yang TBUD. Hal ini
mungkin dikarenakan adanya kontaminasi pada saat melakukan praktikum. Pada kelompok 2
yang menggunakan sampel tepung B pada ke 5 cawan di dapat hasil koloni per 10 gr adalah
3.8 x 10 2koloni/10gr. Pada kelompok 3 yang menggunakan sampel tepung C pada ke 5
cawan didapat hasil namun pada 2 cawan terakhir jumlah koloni yang dihasilkan menunjukan
TBUD. Penyebabnya mungkin sama dengan kelompok 1 yaitu dikarenakan adanya
kontaminan pada saat melakukan praktikum. Hasil koloni yang didapat dari tepung C ini
adalah 8.0 x 10 1koloni/10gr. Sedangkan pada kelompok terakhir yang menggunakan sampel
tepung D menunjukan adanya areal kuning pada 5 cawan tersebut maka jumlah spora
penyebab busuk asam per 10 gr nya adalah 4.4 x 10 2. perbedaan nilai koloni per 10 gr ini
dikarenakan perbedaan tepung yang digunakan pada setiap kelompoknya. Adanya bakteri
pada tepung ini dikarenakan tepung ini merupakan bahan kering. Sehingga ada beberapa
mikroba yang dapat tahan dalam keadaaan kering misalnya mikrobia yang membentuk spora.
BAB II

                                             HASIL

2.1 Tabel Hasil gula dan tepung

Sampel                          NB                                DTBPA

A         TDI     TDI       TDI        TDI     TDI    +     +      +      +     +

B         TDI     TDI       TDI        TDI     -      13    17     12     15    18


C         TDI     TDI       -          -       -      8     3      5      +     +

D         TDI     TDI       TDI        TDI     TDI    22    16     42     5     3

E         +       -         -          -       -      11    5      3      11    3

F         -       +         +          +       -      8     11     132    7     2

G         -       -         -          -       -      TDI   TDI    TDI    TDI   TDI




2.2 Hasil perhitungan DTBPA

Bahan                   Koloni/10 gr

A                               -

B                        3.8 x 10 2

C                        8.0 x 10 1

D                        4.4 x 10 2

E                        1.8 x 10 2

F                        8.8 x 10 2
BAB IV

                                KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

       Praktikum yang telah dilakukan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa produk dengan
kadar gula tinggi mengandung bakteri yang tahan terhadap pemanasan. Padahal produk
tersebut relatif kering namun tetap ada bakteri yang tumbuh pada produk tersebut. selain itu
dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa setiap tepung memiliki kandungan bakteri
termofilik yang berbeda beda.

4.2 Saran

       Pada praktikum kali ini seharusnya praktikan lebih aseptis dalam pengerjaaan
praktikum hal ini bertujuan agar hasil yang didapat sesuai dengan literatur yang ada.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Analisis kualitatif karbohidrat
Analisis kualitatif karbohidratAnalisis kualitatif karbohidrat
Analisis kualitatif karbohidrat
Nurul Hasanah
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
wd_amaliah
 
Laporan tetap pengetahuan bahan tepung
Laporan tetap pengetahuan bahan tepungLaporan tetap pengetahuan bahan tepung
Laporan tetap pengetahuan bahan tepung
Reza Fahlevi
 
Sni 01 2891-1992 cara uji makanan minuman
Sni 01 2891-1992 cara uji makanan minumanSni 01 2891-1992 cara uji makanan minuman
Sni 01 2891-1992 cara uji makanan minuman
Fitri Andriani
 

Was ist angesagt? (20)

Uji Vitamin B
Uji Vitamin BUji Vitamin B
Uji Vitamin B
 
AIR
AIRAIR
AIR
 
Sterilisasi versi 2017
Sterilisasi versi 2017Sterilisasi versi 2017
Sterilisasi versi 2017
 
Analisis Kadar Air dan Total Padatan
Analisis Kadar Air dan Total PadatanAnalisis Kadar Air dan Total Padatan
Analisis Kadar Air dan Total Padatan
 
Bioreaktor
BioreaktorBioreaktor
Bioreaktor
 
Analisis kualitatif karbohidrat
Analisis kualitatif karbohidratAnalisis kualitatif karbohidrat
Analisis kualitatif karbohidrat
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
analisis glukosa sebelum inversi
analisis glukosa sebelum inversianalisis glukosa sebelum inversi
analisis glukosa sebelum inversi
 
PENETAPAN KADAR LEMAK
PENETAPAN KADAR LEMAKPENETAPAN KADAR LEMAK
PENETAPAN KADAR LEMAK
 
Teknik Pengambilan Contoh
Teknik Pengambilan ContohTeknik Pengambilan Contoh
Teknik Pengambilan Contoh
 
Laporan tetap pengetahuan bahan tepung
Laporan tetap pengetahuan bahan tepungLaporan tetap pengetahuan bahan tepung
Laporan tetap pengetahuan bahan tepung
 
Karamelisasi gelatinisasi
Karamelisasi   gelatinisasiKaramelisasi   gelatinisasi
Karamelisasi gelatinisasi
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
 
Laporan Utama Pewarnaan Negatif
Laporan Utama Pewarnaan NegatifLaporan Utama Pewarnaan Negatif
Laporan Utama Pewarnaan Negatif
 
Uji safonifikasi
Uji safonifikasiUji safonifikasi
Uji safonifikasi
 
Uji Moore
Uji MooreUji Moore
Uji Moore
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
 
Analisa mikrobiologi pada makanan
Analisa mikrobiologi pada makananAnalisa mikrobiologi pada makanan
Analisa mikrobiologi pada makanan
 
Kimia, Gizi, dan Pangan (TPHT)
Kimia, Gizi, dan Pangan (TPHT)Kimia, Gizi, dan Pangan (TPHT)
Kimia, Gizi, dan Pangan (TPHT)
 
Sni 01 2891-1992 cara uji makanan minuman
Sni 01 2891-1992 cara uji makanan minumanSni 01 2891-1992 cara uji makanan minuman
Sni 01 2891-1992 cara uji makanan minuman
 

Ähnlich wie Uji spora pembusuk asam

SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptSLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
adhisusilo2
 
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptxSterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
erinaaprilia3
 
Makalah biogas dari cokelat
Makalah biogas dari cokelatMakalah biogas dari cokelat
Makalah biogas dari cokelat
Ribut Rpc
 

Ähnlich wie Uji spora pembusuk asam (9)

SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptSLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
 
Sterilisasi pangan
Sterilisasi panganSterilisasi pangan
Sterilisasi pangan
 
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptxSterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
 
PLA 2 Lanjutan.doc
PLA 2 Lanjutan.docPLA 2 Lanjutan.doc
PLA 2 Lanjutan.doc
 
Sterilisasi pangan
Sterilisasi panganSterilisasi pangan
Sterilisasi pangan
 
JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052
JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052
JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052
 
Makalah konversi kulit pisang menjadi bioetanol
Makalah konversi kulit pisang menjadi bioetanolMakalah konversi kulit pisang menjadi bioetanol
Makalah konversi kulit pisang menjadi bioetanol
 
Makalah biogas dari cokelat
Makalah biogas dari cokelatMakalah biogas dari cokelat
Makalah biogas dari cokelat
 
Ppt kb 4 modul 6 [autosaved]
Ppt kb 4 modul 6 [autosaved]Ppt kb 4 modul 6 [autosaved]
Ppt kb 4 modul 6 [autosaved]
 

Uji spora pembusuk asam

  • 1. BAB III PEMBAHASAN Produk makanan yang banyak mengandung gula dan tepung sering terkontaminasi oleh mikroba karena kondisi pengepakan atau penyimpanannya yang kurang higienes. Tepung dan gula sering mengandung spora bekteri termofilik yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu 40oC-60oC atau lebih. Spora bakteri termofilik penyebab kerusakan makanan pada umumnya tergolong jenis Bacillus dan Clostridium. Spora-spora termofilik yang sering mengkontaminasi produk-produk karbohidrat dan produk berkadar gula tinggi diantaranya penyebab kebusukan spesifik yaitu : A. Spora penyebab kebusukan asam tanpa gas ( Flat Sour ) misalnya : Bacillus Coagulans (tumbuh pada produk asam pH < 4.5). Sedangkan yang tumbuh pada produk berasam rendah (pH 4.0-4.5) adalah Bacillus Stearothermophilik. B. Spora bakteri anaerobik penyebab kebusukan sulfida yaitu memproduksi H2S misalnya Clostridium Nigrificans. C. Spora anaerobik yang tidak dapat memproduksi H2S misalnya Clostridium Botulinum dan Clostridium thermosaccharolyticon bersifat termofilik, Sedangkan Clostridium sporogens bersifat mesofilik. Kontaminasi bakteri termofilik pada produk-produk karbohidrat dapat menimbulkan masalah terutama jika produk tersebut digunakan untuk bahan dasar pengolahan makanan kaleng. Pada umumnya semakin tinggi suhu pertumbuhan bakteri , resisten terhadap pemanasan semakin tinggi. Dengan demikian bakteri termofilik lebih resisten terhadap pemanasan dari padda bakteri mesofil. Pemanasan yang digunakan untuk membunuh spora mesofil mungkin saja tidak cukup untuk mencegah terjadinya kebusukan oleh spora termofil, kecuali jika makanan tersebut disimpan pada suhu dibawah termofil. 3.1 Uji spora penyebab busuk asam (Flat Sour) Pada uji spora penyebab busuk asam medium yang digunakan adalah DTBPA (Dextrose Tryptone Born Cresol Purple Agar). Ciri ciri positif yang ditunjukan pada media ini adalah akan terbentuk koloni yang dikelilingi oleh areal berwarna kuning karena pembentukan asam. Bakteri yang sering tumbuh pada spora flat sour adalah bakteri Bacillus stearotermophilus dan Bacillus Coagulans. Uji spora ini dilakukan pada tepung dan gula dengan menggunakan bahan yang berbeda setiap kelompoknya dan dituang pada 5 cawan.
  • 2. Hasil praktikum yang telah dilakukan didapat menunjukan hasil pada kelompok 1 dengan menggunakan tepung A pada ke 5 cawan menunjukan hasil yang TBUD. Hal ini mungkin dikarenakan adanya kontaminasi pada saat melakukan praktikum. Pada kelompok 2 yang menggunakan sampel tepung B pada ke 5 cawan di dapat hasil koloni per 10 gr adalah 3.8 x 10 2koloni/10gr. Pada kelompok 3 yang menggunakan sampel tepung C pada ke 5 cawan didapat hasil namun pada 2 cawan terakhir jumlah koloni yang dihasilkan menunjukan TBUD. Penyebabnya mungkin sama dengan kelompok 1 yaitu dikarenakan adanya kontaminan pada saat melakukan praktikum. Hasil koloni yang didapat dari tepung C ini adalah 8.0 x 10 1koloni/10gr. Sedangkan pada kelompok terakhir yang menggunakan sampel tepung D menunjukan adanya areal kuning pada 5 cawan tersebut maka jumlah spora penyebab busuk asam per 10 gr nya adalah 4.4 x 10 2. perbedaan nilai koloni per 10 gr ini dikarenakan perbedaan tepung yang digunakan pada setiap kelompoknya. Adanya bakteri pada tepung ini dikarenakan tepung ini merupakan bahan kering. Sehingga ada beberapa mikroba yang dapat tahan dalam keadaaan kering misalnya mikrobia yang membentuk spora.
  • 3. BAB II HASIL 2.1 Tabel Hasil gula dan tepung Sampel NB DTBPA A TDI TDI TDI TDI TDI + + + + + B TDI TDI TDI TDI - 13 17 12 15 18 C TDI TDI - - - 8 3 5 + + D TDI TDI TDI TDI TDI 22 16 42 5 3 E + - - - - 11 5 3 11 3 F - + + + - 8 11 132 7 2 G - - - - - TDI TDI TDI TDI TDI 2.2 Hasil perhitungan DTBPA Bahan Koloni/10 gr A - B 3.8 x 10 2 C 8.0 x 10 1 D 4.4 x 10 2 E 1.8 x 10 2 F 8.8 x 10 2
  • 4. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Praktikum yang telah dilakukan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa produk dengan kadar gula tinggi mengandung bakteri yang tahan terhadap pemanasan. Padahal produk tersebut relatif kering namun tetap ada bakteri yang tumbuh pada produk tersebut. selain itu dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa setiap tepung memiliki kandungan bakteri termofilik yang berbeda beda. 4.2 Saran Pada praktikum kali ini seharusnya praktikan lebih aseptis dalam pengerjaaan praktikum hal ini bertujuan agar hasil yang didapat sesuai dengan literatur yang ada.