Dokumen tersebut membahas rencana penyusunan peraturan zonasi untuk Kawasan Warisan Budaya Daerah Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali. Tujuannya adalah mengatur pengembangan kawasan secara tertib dan terkendali serta menyusun peraturan zonasi sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan tersebut.
1. MATERI PEMBAHASAN LAPORAN FAKTA ANALISA
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN ZONING REGULATION KAWASAN
CV. TRI MATRA DISAIN
KONSULTAN PERENCANA DAN PENGAWAS
2. A. PENDAHULUAN
Latar Belakang – Maksud, Tujuan, Sasaran –– Lingkup Materi – Lokasi Kegiatan - Keluaran
B. TINJAUAN KEBIJAKAN
Kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pekerjaan Penyusunan RDTR dan Zoning Regulation WBD Jatiuwih
C. RONA KAWASAN PERENCANAAN
D. ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN
E. TUJUAN, KEBIJAKAN & STRATEGI PENATAAN KAWASAN
Rumusan awal tujuan, kebijakan dan strategi penataan Kawasan Jatiluwih
3. UU No. 26
Tahun
2007
Perda Prov. Bali
No. 16 Tahun
2009 (RTRWP)
Kawasan WBD
Jatiluwih
PERMASALAHAN
Turunnya produksi beras di
Kabupaten Tabanan
Turunnya kepemilikan lahan
pertanian
Adanya alih fungsi lahan dari lahan
pertanian menjadi fasilitas pariwisata
POTENSI
Keberadaan kawasan WBD
Jatiluwih sebagai lumbung padi
Kabupaten Tabanan
Memegang peranan penting dalam
penegmbangan wilayah
Sebagian besar sawah merupakan
sawah abadi
Kawasan Strategis dari
sudut sosial budaya
UU No. 11
Tahun
2010
RTRW KAB.
TABANAN
4. Maksud
•Menyusun peraturan zonasi sebagai instrument
pengendalian pemanfatan ruang di Kawasan WBD
Jatiluwih, Kecamatan Penebel
Tujuan
•Memberikan bantuan teknis dalam pengaturan
zonasi di Kawasan WBD Jatiluwih, Kecamatan
Penebel sehingga pengembangan kawasan tersebut
dapat lebih tertib dan terkendali
5. Sasaran
• Tersusunnya Raperda beserta materi Peraturan Zonasi Kawasan
WBD Jatiluwih, Kecamatan Penebel dengan kedalaman peta
sekurangnya 1 : 5.000 yang dapat memenuhi kebutuhan
pembangunan.
• Tersusunnya mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang yang
menyangkut aspek kelembagaan, perizinan, insentif dan
disinsentif, pengenaan sanksi hukum, dan hal-hal yang
menyangkut tertib tata ruang lainnya
6. A.3. Ruang Lingkup Materi
Kompilasi Data
(Rona Kawasan)
Analisis Data
Persiapan
Pengumpulan
Data dan
Observasi
Tinjauan
Kebijakan
Perumusan Konsepsi
Kawasan Strategis
Perumusan Detail
Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis
Muatan Materi
Tujuan Penataan BWP
Rencana Pola Ruang
Rencana Jaringan Prasarana
Penetapan Sub BWP prioritas
Ketentuan Pemanfaatan Ruang
Perumusan Zoning
Regulation Kawasan
Strategis
Substansi Zoning
Arahan Penentuan Kawasan
Ketentuan Penggunaan
Peraturan Pembangunan
Pengendalian Pemanfaatan
8. Kawasan
WBD
Jatiluwih
Terdiri
dari 9
desa
Luas
Wilayah:
8.478 Ha
Luas
Subak:
2.472 Ha
No.
Subak Catur
Angga
Desa Adat Desa Dinas
Luas Desa
(Ha)
1. Subak Bedugul
Wangaya
Gede
Wongaya
Gede
3.023
2. Subak Jatiluwih Jatiluwih Jatiluwih 2.233
3. Subak Kedampal Mengesta Mengesta 751
4. Subak Klocing Kloncing Penatahan 359
5. Subak Penatahan Penatahan Pesagi 541
6. Subak Pesagi Pesagi Tengkudak 506
7. Subak Piak Puakan Rejasa 244
8. Subak Piling Rejasa Sangketan 450
9. Subak Puakan Sangketan Tegallinggah 371
10. Subak Rejasa Tegallinggah
11. Subak Sangketan Tengkudak
12.
Subak
Tegallinggah
13. Subak Tengkudak
14.
Subak Wangaya
Betan
Total 8.478
Berdasarkan Peraturan Bupati
Tabanan No. 34 Tahun 2011
tentang Penetapan Kawasan dan
Pelestarian Warisan Budaya
Kabupaten Tabanan
9.
10. UU No.11 Tahun
2010 tentang
Kawasan Cagar
Budaya
Kawasan Jatiluwih merupakan kawasan cagar budaya yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan.
Perda No. 16
Tahun 2009
tentang RTRW
Provinsi Bali
Kawasan WBD Jatiluwih merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan
sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya.
Pengembangan & peningkatan fungsi kawasan dalam Pelestarian dan
peningkatan nilai sosial budaya daerah Bali.
RTRW Kab.
Tabanan Tahun
2011 – 2030
Kawasan WBD Jatiluwih termasuk kedalam kawasan PPK Penebel
yang berpusat pada Desa Penatahan dan Desa Tegallinggah.
UU No 41 Tahun
1999 tentang
Kehutanan
Hutan yang ditetapkan sebagai fungsi lindung dan konservasi,
keberadaan luas dan fungsinya tetap dipertahankan
16. Kawasan Jatiluwih
KAWASAN STRATEGIS
KABUPATEN TABANAN
NO NAMA KAWASAN STRATEGIS DESA KECAMATAN
2 Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Dan Budaya
Kawasan radius kesucian Sad Kahyangan dan Pura Dang Kahyangan terdiri atas:
1. kawasan Pura Tanah Lot Desa Beraban Kediri
2. kawasan Pura Pekendungan Desa Beraban Kediri
3. kawasan Pura Resi Desa Nyambu Kediri
4. kawasan Pura Luhur Serijong Desa Antap Selemadeg
5. kawasan Pura Gadingwani Desa Lalanglinggah Selemadeg Barat
Kawasan Desa Wisata, terdiri atas
1. Kawasan Desa Wisata Pinge Desa Penge Marga
2. Kawasan Desa Wisata Jatiluwih Desa Jatiluwih Penebel
18. C. RONA KAWASAN PERENCANAAN
Rona Fisik Dasar
Pemanfaatan Ruang
Rona Kependudukan
Prasarana & Utilitas Umum
Rona Perekonomian
Tata Bangunan & Lingkungan
Daerah Rawan Bencana
19. • Areal
Perkebunan
• Perumahan
Penduduk
• hamparan
Gunung
Batukaru
Utara
• Tukad Yeh
Ho
Selatan
• Hutan
Lindung
Batukaru
Barat
• Desa
Senganan
Timur
C.1.1 Kawasan WBD Jatiluwih
Batas Administrasi
21. Ketingian >1000 meter DPL
Ketingian 750-1000 meter DPL
Ketingian 500-750 meter DPL
Ketingian 25-500 meter DPL
C.1.1. Topografi
22. Fisik Dasar
2-5 % (Agak Landai)
•Berada di sebelah selatan wilayah perencanaan yang
jauh dari kawasan hutan Batukaru
•Wilayah yang termasuk kemiringan lereng ini terletak di
desa Pesagi dan Rejasa
5-15 % (Landai)
•Berada di sebelah tengah wilayah perencanaan
•Wilayah yang termasuk kemiringan lereng ini terletak di
desa Penatahan, Tegallinggah dan sebagian wilayah
Desa Tengkudak di sebelah selatan
>40 % (Curam)
•Tersebar di wilayah yang berbatasan langsung dengan
Hutan Batukaru
•Desa-Desa yang termasuk ke dalam kelerengan ini
adalah sebagian besar Desa Mangesta, Desa Wongaya
Gede dan Desa Jatiluwih
1
2
3
1
2
3
C.1.2. Kemiringan Lahan
24. Pada kawasan ini, yang harus
diperhatikan dalam
penggunaan lahan adalah
subak, dimana sistem subak
ini berkaitan erat dengan jenis
irigasinya
C.2.2 Pemanfaatan Ruang
25. No. Desa Nama Aliran Sungai
Nama sungai/Mata
Air
Nama daerah
irigasi
subak luas
1 Jatiluwih Yeh Ho Atas
Yeh Ho/Mata Air
Gunung Sari
D.I Gunung
Sari
Subak Gunung Sari
35
Yeh Baat D.I Jatiluwih Subak Jatiluwih 390
Subak Umakayu
Subak Kesabahan
Subak Besikalung
Subak Kedamian
Subak Kesambi
Subak Soka 179
2 Tengkudak Yeh Mawa Barat Yeh Mawa D.I Puakan Subak Puakan 34
Yeh Mawa Timur Yeh Ayung D.I Tengkudak Subak Tengkudak 160
Subak Manis Bayu
Subak Uma Desa
3 Wongaya Gede Yeh Mawa Timur Yeh Ayung D.I Bedugul Subak Bedugul 121
Subak Piak 158
Subak Keloncing 101
Subak Bedugul 132
4 Mangesta Yeh Ho Atas Yeh baat D.I Jatiluwih
Subak Wangaya
Betan 9
Yeh Tampalan D.I Kedampal Subak Kedampal 75
YehMawa Timur Yeh Pusut D.I Peselatan Subak Peselatan 36
D.I Piling Subak Piling 48
D.I Asah Subak Asah 104
D.I Mengesta Subak Mengesta 10
5 Pesagi Pangkung
Pangkung
Tegalseka D.I Pesagi Subak Pesagi 158
Pangkung Pesagi
6 Rejasa Yeh Ho Bawah Yeh Ho Bawah D.I Rajasa Subak Rajasa 265
Pangkung Kebon Pangkung
Pangkung Menjangan
7 Sangketan Pangkung Poh Pangkung Poh D.I Sangketan Subak Sangketan 209
Pundak Pundak
8 Tegallinggah Yeh Mawa Yeh Mawa
D.I
Tegallinggah
Subak Tegallinggah 63
Yeh Kekeran
9 Penatahan Yeh Sapuan Yeh Sapuan D.I Penatahan Subak Penatahan 185
Yeh Pangkung
Pulukpuluk Yeh Pangkung
Yeh Pangkung
Kilangkilung
Yeh Panyuan Yeh Panyuan
Yeh Pundak Yeh Pundak
Total Luas Subak 2472
26. Pola bermukim di kawasan perencanaan WBD Jatiluwih
adalah pola pemukiman yang berkembang secara alami
dan memiliki sebuah pola permukiman yang banyak
ditemui di kawasan perbukitan atau dataran tinggi yaitu
pola linear terpencar atau dispersed linear
Pola
Permukiman di
Desa Jatiluwih
Pola
Permukiman di
Desa Rejasa
C.2.2 Pemanfaatan Ruang
30. Fasilitas
Perniagaan
Jumlah
(Unit)
Pasar Umum 1
Pertokoan 1
Restoran 7
Warung 349
Art Shop 5
Jumlah 363
Fasilitas
Perekonomian
Jumlah
(Unit)
Bank 2
Lembaga
Perkreditan Desa
27
KUD 1
Fasilitas Ekonomi
Fasilitas Olahraga
Jumlah
(Unit)
Sepak Bola 197
Bola Volley 1
Tenis Meja 2
Jumlah 200
Fasilitas Olahraga
C.2.2 Pemanfaatan Ruang
31. Jumlah Penduduk Kawasan
WBD Jatiluwih (Tahun 2011)
adalah 21379 Jiwa
Grafik Trend Pertumbuhan Penduduk
di Kecamatan Penebel
Periode Tahun 2003 – 2011
Jumlah KK di Kawasan WBD Jatiluwih
Desa
2011
Jumlah
L P
Jatiluwih 1279 1401 2680
Mengesta 1302 1360 2662
Wongaya
Gede
1778 1884 3662
Tengkudak 1313 1311 2624
Penatahan 1271 1361 2632
Resaja 795 849 1644
Pesagi 928 1004 1932
Tegallingah 723 779 1502
Sengketan 929 1112 2041
Jumlah 10318 11061 21379
C.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
32. Kelompok umur 45 - 49 tahun
menunjukkan angka yang paling tinggi
yaitu sebesar 1.699 jiwa atau 9,2%
Kelompok umur diatas 80 tahun
menunjukkan angka yang paling
rendah yaitu sebesar 380 jiwa atau 2%
Berdasarkan data penduduk menurut jenis kelamin
Tahun 2012 di Kawasan WBD Jatiluwih yang
dikeluarkan oleh BPS, jumlah penduduk perempuan
(9.418 jiwa) lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah penduduk laki-laki (9.053)
C.3.2 Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur dan Jenis Kelamin
33. Jumlah
Penduduk
Menurut Agama
Jumlah
(Jiwa)
Hindu 21.109
Islam 89
Kristen 70
Katolik 111
Jumlah 21.379
Hindu
98.74%
Islam
0.42%
Kristen
0.33%
Katolik
0.52%
Hindu
Islam
Kristen
Katolik
Jumlah Penduduk menurut Agama Prosentase Jumlah Penduduk menurut Agama
C.3.3 Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur dan Jenis Kelamin
34. Sektor Primer = mata pencaharian di bidang pertanian dalam arti luas.
Sektor Sekunder = mata pencaharian di bidang perdagangan dan
industri.
Sektor Tersier = mata pencaharian di bidang antara lain
perbankan, listrik dan air, pengangkutan, dan pemerintahan/jasa-jasa.
Pertanian
68.43%
Peternakan
2.49%
Perkebunan
9.93%
Perdagangan
3.19%
Industri
0.57%
Pengangkuta
n
0.38%
Perbankan
0.06%
Pemerintaha
n/Jasa
14.96%
Primer
80.85%
Sekunde
r
3.76%
Tersier
15.39%
C.3.4 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
35. Berkembangnya sektor
perdagangan & jasa ditunjang
:
Pasar Umum, Rumah
Makan, Warung, Art Shop
Bank, KUD dan LPD
C.4.1. Potensi Sektor Perdagangan dan Jasa
36. Tanaman perkebunan yang
diprioritaskan adalah
kopi, panili, cengkeh, kelapa dan kakao
Peternakan yang berkembang
merupakan peternakan rakyat
dengan skala usaha relatif kecil
Ternak yang diusahakan tersebut
dibedakan menjadi ternak
besar, ternak kecil dan unggas
Terdapat sentra peternakan ayam
yang dikembangkan dalam skala
cukup besar
Penduduk mengandalkan
lahan sawah yang
memberikan kontribusi di
bidang perekonomian dari
penanaman padi
pertanian
perkebunan
peternakan
37. Memiliki alam yangindah
dengan bentang alam
sawah yang luas yang
dilalui oleh beberapa
sungai dengan arus yang
bagus
Terdapat banyak
sumber-sumber mata air
panas
Berupa sawah
abadi yang
berundak dengan
sistem subak
Kegiatan yang
dapat dilakukan
adalah sightseeing
dan tracking
Kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain:
Tracking
Cycling
Lintas alam (ATV)
Daya Tarik Olahraga
dan Petualangan
Daya Tarik Wisata Alam
Pura Luhur Batukaru
Pura Luhur Petali
Pura Luhur Gede Batu
Panes
Daya Tarik Wisata
Religi
38. Jalan Kolektor Primer 4 (K-4), merupakan jalan
utama dan merupakan satu-satunya akses dari
dan menuju Kabupaten Tabanan, yaitu ruas Jalan
Penebel-Mengesta-Jatiluwih-Babahan
Jalan lokalJalan Kolektor
39. Nama Desa
Jumlah
RT
Sumber Air Minum
PDAM Pompa Air Sumur Mata Air
Jatiluwih 810 - - - 810
Mengesta 751 - - - 751
Wongaya Gede 846 - - 29 817
Tengkudak 608 - - - 608
Penatahan 499 317 - 64 118
Resaja 414 - - - 414
Pesagi 530 - - - 530
Tegallingah 502 - - - 502
Sangketan 571 - - - 571
Jumlah 5531 317 0 93 5121
Untuk pelayanan kota kecamatan di Kabupaten Tabanan sumber air baku yang
digunakan dari sumber Mata Air Gembrong, Mata Air Gangsang dan Riang Gede
Sumber Penggunaan Air di Kawasan WBD
40. Penyediaan energi listrik bagi
masyarakat Kawasan WBD
Jatiluwih diperoleh dari PLN
dengan sumber pembangkit
dan penyalur PLTD
Pesanggaran, PLTGU Pemaron,
PLTG Gilimanuk dan jaringan
interkoneksitas Jawa-Bali
Penyalurannya dilakukan
melalui 3 buah gardu induk
yaitu
o Gardu Induk Kapal
o Gardu Induk Antosari
o Gardu Induk Baturiti
o Penyulang sebanyak 13 buah
dengan total 540 buah gardu
41. Pengelolaan air limbah rumah
tangga di kawasan perencanaan
yaitu :
Saluran terbuka bercampur
dengan sistem drainase dan
merupakan saluran
pembuangan air limbah yang
berasal dari rumah tangga
(kamar mandi, cucian, dapur)
serta air limbah non domestik
(industri, bengkel, rumah sakit
dan lain sebagainya).
Saluran tertutup untuk
pembuangan air kotor dari
WC/KM yang dilengkapi
dengan septic tank.
Saluran Drainase
• Saluran pembuangan
utama yang
memanfaatkan
saluran sungai.
• Saluran di kawasan
permukiman atau
drainase kota.
42. Jaringan telepon pada umumnya
telah menyebar di kawasan
perencanaan.
Pelayanan telepon kabel di
kawasan perencanaan dilayani
oleh Saluran Telepon Otomat
(STO) Tabanan dan STO Baturiti.
Jaringan telepon teresterial non
kabel yaitu pelayanan telepon
mobile/seluler yang dilayani oleh
beberapa perusahaan
telekomunikasi.
43. Sistem pengelolaan sampah
di wilayah perencanaan
selain dikelola oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan
(DKP)
Sebagian besar juga
dikelola secara individu
oleh masyarakat dengan
cara konvensial dibakar,
membuat lobang/ditanam,
ditimbun, dibuang ke
tempat terbuka dan lain-
lain
Sampah yang berasal dari
rumah tangga, pertokoan,
perkantoran dan lain-lain
44. Bangunan perumahan di wilayah perencanaan pada
umumnya memiliki KDB yang berkisar antara 40 -
70% dengan ketingggian bangunan 1 lantai.
KDB Berkisar antara 40 - 60%, KLB 1 lantai
Permukiman di Desa Jatiluwih
KDB Berkisar antara 60 - 70%,
KLB 1 lantai
Permukiman di Desa Wongaya Gede
C.6.1 Intensitas Bangunan
Bangunan Perumahan
45. Bangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan di wilayah
perencanaan memiliki KDB yang berkisar antara 40 -
60% dengan ketingggian bangunan 1 lantai.
Bangunan Fasilitas Lingkungan
Fasilitas Sekolah Dasar di Desa
Mangesta
Fasilitas Sekolah Dasar di Desa
Penatahan
Fasilitas Kesehatan Puskesmas
di Desa Penatahan
Fasilitas Kesehatan Pos
Kesehatan Desa Jatiluwih
C.6.1 Intensitas Bangunan
46. Bangunan fasilitas peribadatan di wilayah perencanaan
memiliki KDB yang berkisar antara 30 - 60% dengan
ketingggian bangunan 1 lantai.
Bangunan Fasilitas Lingkungan
Fasilitas Peribadatan Pura
Luhur Muncaksari di Desa
Sengketan
Fasilitas Peribadatan Pura
Luhur Pucak Petali di Desa
Jatiluwih
Fasilitas Peribadatan Gereja
Katolik di Desa Tengkudak
Fasilitas Peribadatan Pura Batur
Kaja di Desa Rejasa
C.6.1 Intensitas Bangunan
47. Bangunan fasilitas perniagaan di wilayah perencanaan
memiliki KDB yang berkisar antara 60 - 90% dengan
ketingggian bangunan 1 - 2 lantai.
Bangunan Fasilitas Perniagaan
Fasilitas Perekonomian Restoran di
Desa Jatiluwih
Fasilitas Perekonomian
Warung di Desa Penatahan
Fasilitas Perekonomian Warung
di Desa Pesagi
Fasilitas Perekonomian
Pasar di Desa Penatahan
C.6.1 Intensitas Bangunan
48. Bangunan fasilitas perkantoran di wilayah perencanaan
memiliki KDB yang berkisar antara 40 - 60% dengan
ketingggian bangunan 1 - 2 lantai.
Bangunan Fasilitas Perkantoran
C.6.1 Intensitas Bangunan
50. Pemanfaatan bangunan umumnya merupakan
bangunan rumah, fasilitas lingkungan, dan fasilitas
penunjang kegiatan pariwisata.
Bangunan perumahan tersebar di seluruh wilayah
bangunan perumahan yang terletak di sepanjang jalan
juga digunakan sebagai bangunan perdagangan
maupun jasa
C.6.3 Pemanfaatan Bangunan
Pemanfaatan bangunan untuk
perdagangan
Pemanfaatan bangunan untuk
rumah
Pemanfaatan bangunan untuk
kantor
51.
52. Fungsi Tujuan Penataan
Ruang
Dasar Tujuan Penataan
Ruang
Rumusan Tujuan
Penataan Ruang
• sebagai acuan
penyusunan rencana pola
ruang, rencana jaringan
prasarana, penetapan
bagian dari wilayah RTR
yang diprioritaskan
penanganannya, dan
penyusunan peraturan
zonasi
• menjaga konsistensi dan
keserasian pembangunan
kawasan perkotaan
dengan RencanaTata
Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota
• arahan pencapaian
sebagaimana ditetapkan
dalam RTRW
kabupaten/kota
• isu strategis wilayah
perencanaan, yang antara
lain dapat berupa potensi,
masalah, dan
urgensi/keterdesakan
penanganan
• karakteristik wilayah
perencanaan
• keseimbangan dan
keserasian antarbagian dari
wilayah kabupaten/kota
• fungsi dan peran wilayah
perencanaan
• potensi investasi
• kondisi sosial dan
lingkungan wilayah
perencanaan
• peran masyarakat untuk
turut serta dalam
pembangunan
• sasaran-sasaran yang
merupakan ukuran
tercapainya tujuan tersebut
Fungsi dan Peran dari Kawasan WBD Jatiluwih sebagai
Kawasan Strategis Provinsi Bali dari Aspek Kepentingan Sosial Budaya
54. Secara geografis, Kawasan Jatilwih terletak di
Kabupaten Tabanan, Bagian Barat Daya
Provinsi Bali, berbatasan langsung dengan
hamparan Gunung Batukaru di bagian utara
dan Hutan Lindung Batukaru di bagian barat
Mempunyai fungsi sebagai
titik penunjang aktivitas
pertanian di Provinsi Bali
Berperan secara tidak langsung dalam
mempertahankan ruang terbuka
hijau, serta mengembangkan potensi
pertanian dan pariwisata
RTRW Kabupaten Tabanan memiliki beberapa
implikasi keruangan terhadap pola pemanfaatan
ruang di Kawasan WBD Jatiluwih
Peruntukan kawasan lindung, fungsi yang direncanakan untuk
dimantapkan di Kawasan WBD Jatiluwih meliputi fungsi
kawasan hutan lindung (Hutan Lindung Batukaru) dan fungsi
kawasan perlindungan setempat
Pola pemanfaatan ruang, Kawasan WBD Jatiluwih menjadi
fungsi kawasan pertanian dimana kegiatan pertanian dan
pariwisata serta multiplier effect-nya menjadi titik tumpu
Kebijakan penataan ruang tidak boleh bertentangan dengan
arahan peruntukan ruang pada tingkat kabupaten, maka
fungsi ruang yang ditetapkan RTRW Kabupaten tersebut harus
diakomodasi dan menjadi salah satu acuan bagi kebijakan
penataan ruang Kawasan WBD Jatiluwih
Aspek Kebijakan Aspek Geografi
55. Jumlah penduduk di wilayah
perencanaan berdasarkan data
terakhir Tahun 2013 mencapai
21.831 jiwa dengan distribusi
penyebaran penduduk hampir merata
di setiap lingkungan
Perubahan penduduk di wilayah
perencanaan mulai Tahun 2003
sampai dengan Tahun 2013
mengalami fluktuasi dengan
kecenderungan kenaikan yaitu
38,35%
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Perubahan
Tahun
2003
Tahun
2013
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Presenta
se (%)
19.616 21.831 2.215 11,29
18,500
19,000
19,500
20,000
20,500
21,000
21,500
22,000
Tahun 2003 Tahun 2013
56. tingkat pertumbuhan penduduk di
kawasan perencanaan adalah rata-rata
sebesar 0,0108 atau 1,08%
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
2013 2016 2019 2022 2025 2028 2031
Grafik Proyeksi Penduduk
Tahun 2013-2033
Jumlah
Penduduk
Proyeksi
(Jiwa)
Tahun
Jumlah
Penduduk
Proyeksi
(Jiwa)
Tahun
Jumlah
Penduduk
Proyeksi
(Jiwa)
2013 21.831
2014 22.066 2024 24.558
2015 22.304 2025 24.823
2016 22.544 2026 25.090
2017 22.786 2027 25.360
2018 23.031 2028 25.632
2019 23.279 2029 25.908
2020 23.529 2030 26.187
2021 23.783 2031 26.469
2022 24.038 2032 26.753
2023 24.297 2033 27.041
57. D.5.Analisis Tata Guna Lahan
dalam rentang waktu 10 tahun yaitu antara Tahun 2003 dan Tahun 2012, peruntukan lahan yang mengalami
perubahan adalah lahan permukiman/pekarangan yang bertambah sebesar 26,8%, lahan untuk penggunaan
perkebunan bertambah sebesar 19,75%, sedangkan lahan untuk penggunaan sawah juga bertambah sebesar 8,7%.
No
.
Jenis
Penggunaan
Lahan
Luas (Ha) Perubahan Lahan
KeteranganTahun
2003
Tahun
2012
Luas
(Ha)
Prosenta
se (%)
1. Sawah 2257 2472 215 8,7 lahan
bertambah
2. Tegal/Semak - 475 475 100 lahan
bertambah
3. Perkebunan 2845 3545 700 19,75 lahan
bertambah
4. Pekarangan 232 317 85 26,81 lahan
bertambah
5. Lainnya 3144 1669 1475 88,38 lahan
berkurang
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
sawah tegalan perkebunan Pekarangan lainnya
2003 2012
58. D.6. Analisis Kesesuaian Lahan
Berdasarkan Hasil analisisi, di
kawasan WBD Jatiluwih pada
lahan basah (sawah irigasi) dan
tadah hujan sebaiknya
dikembangkan komoditi
pertanian (tanaman pangan
seperti padi dan palawija);
lahan-lahan kering (kebun dan
ladang) dikembangkan tanaman
buah-buahan dan gaharu,
perkebunan dan tanaman pakan
ternak. Sedangkan pada lahan-
lahan kering yang miring
topografinya sebaiknya
dikembangkan tanaman
kehutanan seperti albisia, jati
belanda dan bambu.
59. Fisik potensial pengembangan
•Kemiringan lereng 0 - 15% merupakan sub satuan dataran dengan daya dukung tanah cukup
baik
•Lahan ini dapat digunakan untuk peruntukan permukiman, sub pusat lingkungan dan fasilitas
kelengkapan serta sangat cocok untuk semua jenis kegiatan fisik.
•Tidak semua lahan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan terbangun karena adanya arahan
fungsi ruang kawasan sebagai kawasan pertanian yang berupa sawah abadi
•Lahan fisik potensial untuk dikembangkan adalah lahan pekarangan seluas 317 Ha dan 475 Ha
kawasan semak belukar, meliputi lahan-lahan di bagian selatan wilayah perencanaan
Kendala fisik pengembangan
•Merupakan kawasan pengembangan terbatas dengan persyaratan tertentu untuk
penggunaannya
•Kelerengan 15 – 40%, daya dukung tanah sedang dan daerah rawan bencana sedang
•Dapat digunakan untuk kawasan pertanian, peternakan, permukiman, sub pusat lingkungan
dan fasilitas penunjang permukiman lainnya dengan pematangan tanah untuk konstruksi
tertentu, namun harus di luar kawasan lindung
•Lahan dengan kendala fisik pengembangan berada di bagian tengah wilayah
perencanaan, didominasi oleh lahan pertanian pangan, perkebunan dan kawasan permukiman.
Limitasi fisik pengembangan
•Kemiringan diatas 40%, kondisi perbukitan relief kasar
•Lahan ini difungsikan untuk menjadi penyeimbang ekosistem lingkungan secara keseluruhan
•Lahan dengan limitasi fisik pengembangan merupakan lahan yang berupa cagar alam Hutan
Batukaru
1
2
3
60. Hirarki jalan Fungsi bangunan KDB (%)
Kolektor
(K4)
Perumahan 60-70
Perdagangan/ jasa 70-80
Perkantoran 60-70
Fasum 60-70
Fasos 60-70
Lokal
Perumahan 45-60
Perdagangan/ jasa 60-70
Perkantoran 60
Fasum 60-70
Fasos 45-60
Jenis Bangunan Ketentuan KDB
Perumahan 40-60%
Perdagangan/ jasa 60-80%
Perkantoran 60-70%
Fasos 50-70% Berdasarkan ketetapan
KDB dalam RTRW Kab.
Tabanan, dapat
diketahui bahwa
sebagian besar fungsi
bangunan di Kawasan
Jatiluwih masih berada
dalam batasan atau
sesuai dengan arahan
ketentuan KDB yang
telah ditetapkan.
Perhitungan KDB
di Kawasan WBD Jatiluwih
61. Hirarki jalan
Fungsi
bangunan
KLB
Kolektor
(K4)
Perumahan 1-2
Perdagangan/ jasa 1-2
Perkantoran 1
Fasum 1
Fasos 1
Lokal
Perumahan 1
Perdagangan/ jasa 1
Perkantoran 1
Fasum 1-2
Fasos 1-2
Perhitungan KLB
di Kawasan WBD Jatiluwih
Fungsi bangunan
Ketentuan KLB
(x KDB)
Perumahan 1-2
Perdagangan/ jasa 3
Perkantoran 2
Pendidikan 2-4
Kesehatan 2
Prasarana Olahraga 4
Bangunan budaya 4
Ketentuan KLB
di Kawasan WBD Jatiluwih
Berdasarkan ketentuan KLB dalam
RTRW kabupaten Tabanan, KLB
ditetapkan berdasarkan fungsi
wilayah. Oleh karena itu, ketentuan
KLB Kawasan Gilimanuk termasuk ke
dalam ketentuan kawasan perdesaan
KLB pada masing-masing bangunan masih
berada di bawah KLB
maksimum, sehingga untuk KLB di kawasan
Jatiluwih masih dapat dikembangkan hingga
batas maksimum KLB yang telah ditetapkan
di dalam ketentuan RTRW Kabupaten
D.7.2.Koefisien Lantai Bangunan
62. No. Jenis Penggunaan Lahan
Ketinggian Bangunan
Maksimum
Kabupaten Tabanan
(m)
1 Hotel dan Restaurant 15
2
Fasilitas Penunjang
Pariwisata dan parkir
15
3 Mix Use 12
4
Perumahan (rumah
sedang)
10
5
Perumahan (rumah
kecil)
5
6 Bangunan Perdagangan 10
7 Bangunan Pendidikan 10
8 Bangunan Kesehatan 10
Sebagian besar ketinggian bangunan sudah sesuai dengan arahan dari kebijakan di
Kabupaten Tabanan, hanya pada bangunan tinggal terdapat deviasi yaitu dimana
berdasar arahan ketinggian maksimum untuk bangunan tinggal yaitu 10
m, sedangkan pada kondisi eksisting terdapat bangunan perdagangan dengan
ketinggian bangunan mencapai 15 m (4 lantai)
Berdasarkan RTRW Kabupaten
Tabanan batas ketinggian
maksimum bangunan yang
diperkenankan di Kabupaten
Tabanan adalah 15 meter atau
tidak melebihi ketinggian
pohon kelapa kecuali bangunan
berupa tempat ibadah ataupun
tower/menara.
Hirarki
Jalan
Damija
(m)
d (m)
Ketinggian
Maksimum (m)
Jumlah Lantai
Maksimum
Kolektor 5 3,5 5 2 -3
Lokal 3 2,5 3.75 1 - 2
63. Jenis Kebutuhan Standar
Kebutuhan Air
Bersih (l/detik)
RT 120 lt/orang/hari 37,56
Konsumsi Kran Umum 30 lt/orang/hari 9,39
Industri Kecil & RT 4% dari total kebutuhan RT 1,50
Niaga, Lembaga & Umum 20% dari total kebutuhan RT 7,51
Hidran Kebakaran 20% dari total kebutuhan RT 7,51
Kebocoran 15% dari total kebutuhan RT 5,63
Jenis Kebutuhan Standar
Kebutuhan Energi
Listrik (KVA)
RT 90 VA 2433,69
Industri Kecil dan RT 4% dari total kebutuhan RT 97,35
Fasilitas Sosial dan Ekonomi 40% dari total kebutuhan RT 38,94
Penerangan Jalan 15% dari total kebutuhan RT 5,84
Listrik
Air Bersih
64. Analisis Utilitas Umum
Jenis Kebutuhan Standar
Kebutuhan Telepon
(SS)
RT 4 SS : 100 % penduduk 1082
Fasilitas Sosial dan Ekonomi 3% total kebutuhan RT 32,45
Telepon Umum 1 SS : 2500 penduduk 10,82
Telekomunikasi
Jenis Kebutuhan Standar
Timbulan Sampah
(m3/jiwa/hari)
Rumah Tangga
(RT)
0,0025 m3/jiwa/hari 67,60
Kegiatan Sosial
dan Umum
5% dari total kebutuhan
RT 3,38
Kegiatan
Perdagangan dan
Jasa
10% dari total
kebutuhan RT 6,76
Sampah Jalan
Raya
2,5% dari total
kebutuhan RT 1,69
Sampah
Jenis Kebutuhan
Timbulan Air Limbah
(l/detik)
RT 26,29
Konsumsi Kran Umum 6,57
Industri Kecil dan RT 1,05
Niaga, Lembaga dan
Umum
5,26
Hidran Kebakaran
5,26
Kebocoran 2,54
Limbah
65. Penyediaan fasilitas lingkungan yang terdapat di Kawasan WBD Jatiluwih sebagian besar sudah dapat memenuhi
kebutuhan penduduknya sampai dengan akhir masa perencanaan
Sarana Jenis Fasilitas
Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Fasilitas (Unit)
2013 2018 2023 2028 2033
Jiwa Unit Jiwa Unit Jiwa Unit Jiwa Unit Jiwa Unit
Peribadatan
Gereja
21.831
3
23.031
1
24.297
1
25.632
1
27.041
1
Pura 197 1 1 1 1
Pendidikan
TK
21.831
13
23.031
18
24.297
19
25.632
21
27.041
22
SD 20 14 15 16 17
SMP 1 5 5 5 6
Kesehatan
Posyandu
21.831
17
23.031
18
24.297
19
25.632
21
27.041
22
Puskesmas 17 0 0 0 0
Puskesmas
Pembantu
18 1 1 1 1
Praktek Dokter 19 0 0 0 0
Pos KB 20 9 10 10 11
Perdagangan
Pasar
21.831
1
23.031
1
24.297
1
25.632
1
27.041
1
Pertokokan 1 4 4 4 5
Warung 225 92 97 103 108
Pusat
perbelanjaan dan
niaga
12 0 0 0 0
Olahraga
Taman/ Tempat
main (Kelompok
Tetangga)
21.831
0
23.031
92
24.297
97
25.632
103
27.041
108
Taman/ Tempat
main (Pusat
Kegiatan
Lingkungan)
0 9 10 10 11
Taman dan
Lapanagan
Olahraga
200 1 1 1 1
66. Permasalahan
Kawasan
Banyaknya jaringan jalan yang
rusak menyebabkan sulitnya
aksesibilitas dari dan ke kawasan
Jatiluwih
Adanya limitasi pengembangan
wilayah perencanaan karena
berada di wilayah dengan
kelerengan > 40% dan rawan
bencana longsor
Kurangnya
pemasaran
mengenai produk-
produk pertanian
lokal Kawasan
Jatiluwih
sehingga produk-
produk pertanian
khas Jayiluwih
kurang dikenal
Kondisi-kondisi jalan di Kawasan
Jatiluwih yang rusak menyebabkan
susahnya pengangkutan dan
penyaluran hasil-hasil produksi
pertanian
Kurangnya fasilitas
penunjang
pariwisata yang
berada di Kawasan
Jatiluwih seperti
tidak tersedianya
pusat informasi
pariwisata, tidak
terdapat lahan
parker, jalur
tracking dan jalur
cycling di kawasan
Jatiluwih
Adanya transformasi pola permukiman
di kawasan Jatiluwih dari bentuk
tradisional menjadi modern.
Kurangnya
pengelolaan
sampah di kawasan
Jatiluwih sehingga
menyebabkan
masih banyak
sampah yang tidak
terakomodir
67. Potensi Kawasan
Penetapan
Jatiluwih sebagai
kawasan warisan
budaya dunia
membuka
potensi
pariwisata dan
budaya
Eksistensi lahan
pertahian di
kawasan
Jatiluwih.
Keberadaan
system subak
sebagai
system irigasi
di Kawasan
Jatiluwih
sebagai wujud
manifestasi
terhadap Tri
Hita Karana
Lahan pertanian di
kawasan ini sudah
menjadi bagian
dari aktivitas
budaya dan
perekonomian
masyarakat
Adanya potensi
pariwisata yang
sangat potensial
untuk
dikembangkan di
kawasan jatiluwih,
seperti daya Tarik
wisata alam sawah
terasering, wisata
religi dan budaya ,
juga wisata yang
bersifat adventure
Budaya dan adat istiadat yang masih
dipertahankan sehingga memberikan
ciri khas kepada kawasan Jatiluwih.
Potensi budaya berupa seni
budaya, upacara ngaben dan prosesi
bertani
Adanya desa
tradisional di Br.
Gunungsari yang
masih melestarikan
pola permukiman
tradisional
68. a. Pura Luhur Petali
Pura Luhur Petali
Pura
Rambut
Sedana
Pura
Bulakan
Pura
Batu
Madeg
Pura
Manik Galih
Pura
Taksu Agung
b. Sawah Berterasering
Areal persawahan di Desa Jatiluwih dengan
tekstur tanah berasal dari pelapukan
Gunung Batukaru yang sangat subur dan
sangat sesuai untuk daerah pertanian
dengan komoditas unggulanya yaitu beras
merah.
69. c. Tracking
Keindahan alam, kesejukan, dan kealamian Jatiluwih menjadikan daerah ini
sangat baik untuk kegiatan tracking. Jalur-jalur tracking yang ada di Desa
Jatiluwih ada beberapa jalur, akan tetapi yang paling sering digunakan adalah
dua jalur tracking, yaitu: Jatiluwih - Besikalung dan Umakayu (Gunung Sari)
d. Cycling
Di samping tujuan berwisata, kegiatan cycling ini baik untuk terapi jantung
dan paru-paru. Untuk di daerah Jatiluwih, jalur cycling yang biasa digunakan
adalah mulai dari Bedugul kemudian menuju Besikalung dan akhirnya finish
di Jatiluwih
70. Upacara yang terkait dengan aktivitas petani di sawah, yaitu :
(1). Upacara Mapag Toya
(2). Kempelan
(3). Upacara Ngendag Tanah Carik
(4). Upacara Ngurit
(5). Upacara Ngerasakin
(6). Upacara Pangawiwit (Nuwasen)
(7). Upacara Ngekambuhin
(8). Upacara Pamungkah
(9). Upacara Penyepian
(10). Pengerestitian Nyegara Gunung yang dilaksanakan di Pura
Luhur Petali dan Pura Luhur Pekendungan
(11). Upacara Masaba
(12). Ngadegang Batari Sri (Batara Nini)
(13). Upacara Nganyarin
(14). Manyi
(15). Upacara Mantenin
71. Tari Baris Memedi (Sang Hyang Memedi)
Tari ini merupakan tarian sakral yang dipentaskan khusus pada saat pelaksanaan Upacara Pitra
Yadnya (ngaben) yang tingkatannya madya dan utama. Sebelum menarikan Tari Baris Memedi, ada
beberapa kegiatan yang terlebih dahulu harus dilakukan, seperti: mengadakan ritual di kuburan
setempat, yang tujuannya adalah memohon keselamatan dan kelancaran Upacara Pitra Yadnya yang
akan dilaksanakan.
Proses Pengolahan Sawah
(1). Mencangkul di sawah; di mana kegiatan ini merupakan kegiatan pertama yang dilakukan di
sawah
(2). Nampadin; alat yang digunakan adalah sejenis golok panjang
yang disebut "penampad" untuk membersihkan rumput-
rumput pada bagian dinding petak sawah.
(3). Ngelampit (membajak sawah); kegiatan ini dilakukan
menggunakan bajak (lampit) yang ditarik oleh dua ekor sapi
atau ditarik oleh seekor kerbau.
(4). Melasah (meratakan tanah sawah);.
(5). Nandur (menanam padi); kegiatan inti dari mengolah sawah
adalah menanam padi (nandur). Benih-benih padi (bulih)
sudah disemai jauh sebelum kegiatan nandur ini + 4-5, minggu
sebelumnya.
72. Aktivitas Pasca Panen
(1). Membawa padi dari sawah ke rumah masing-masing untuk disimpan di lumbung. Cara untuk
membawanya adalah dengan cara dipikul (negen) dari sawah ke rumah masing-masing. Alat yang
digunakan adalah sanan, di mana alat ini terbuat dari kayu kelapa (seseh) dan pada ujung-ujungnya
dibuat lancip.
(2). Menumbuk padi (nebuk). Agar padi yang sudah dipanen
menjadi beras, sebelumnya harus ditumbuk terlebih
dahulu, sehingga menjadi beras. Proses tradisional yang
digunakan menumbuk padi dengan menggunakan "lesung"
sebagai dasar tumbukan dan "lu" sebagai penumbuknya yang
terbuat dari kayu.
Seni Budaya Masyarakat
Masyarakat Jatiluwih banyak sekali memiliki seni budaya yang dapat
menjadi potensi budaya. Potensi seni budaya tersebut, yaitu:
joged, gong wanita, arja, topeng, wayang, sekaa shanti, sekaa
angklung, dan lain-lain. Pengelolaan yang baik dari potensi seni
budaya yang dimiliki masyarakat Jatiluwih akan memberikan nilai
tambah tersendiri yang langsung menyentuh masyarakat.
73.
74. Faktor internal
Faktor Eksternal
STRENGTH
1.Kondisi topografi kawasan perencanaan yang berupa
daerah pertanian di daerah pegunungan dengan
pemandangan alam yang indah merupakan daya tarik
utama kawasan perencanaan
2.Sebagian besar wilayah perencanaan berada di daerah
yang memiliki kelerengan >40% sehingga menjadi daya
tarik bagi kawasan.
3.Jenis tanah di kawasan perencanaan berupa endapan
dari serentetan gunung api sehingga cocok untuk
kesuburan pertanian
4.Kawasan Jatiluwih memiliki sumber mata air dengan
jumlah yang banyak
5.Kawasan ini memiliki nilai konservasi sumber daya
alam hayati serta ekosistem yang penting dan prioritas
di Provinsi Bali
6.Kelengakapan pelayanan prasarana wilayah
perencanaan baik listrik, telepon dan air bersih
7.Berkembangnya pariwisata berbasis pertanian sebagai
potensi kegiatan ekonomi lokal
WEAKNESS
1.Kawasan perencanaan termasuk dalam kawasan rawan
bencana longsor
2.Adanya kerawanan terhadap gelombang pasang serta
kawasan rawan pantai abrasi
3.Pada beberapa ruas jalan lokal dan lingkungan di
kawsan perencanan masih dalam kondisi buruk
4.Persebaran fasilitas pelayanan umum dan sosial belum
merata
5.Minimnya penyediaan sarana dan prasarana wisata di
kawasan perencanaan
6.Aksesibilitas yang terbatas untuk menuju wilayah
perencanaa dari jalan nasional yang menyebabkan
kurangnya perhatian untuk menuju kawasan pariwisata
7.Belum dikelolanya SDA pariwisata pertanian secara
optimal sehingga belum mampu memberikan nilai
tambah pada kawasan perencanaan
8.Atraksi wisata yang menjadi daya tarik wisata kurang
menarik perhatian
OPORTUNITY
1.Adanya penetapan dari UNESCO bahwa kawasan
perencanaan ditetapkan sebagai kawasan Warisan
Budaya Dunia
2.Kawasan perencanaan merupakan kawasan strategis
provinsi dari kepentingan pertanian (lumbung beras)
3.Peluang masuknya investasi dari luar membuka
kesempatan bagi penerapan dan pemanfaatan
teknologi tepat guna yang dapat bermanfaat bagi
peningkatan SDM lokal
4.Rencana peningkatan jalan akan semakin
memperlancar pergerakan terutama pergerakan
eksternal-internal kawasan perencanaan
5.Ditetapkannya Jatiluwih sebagai kawasan Warisan
Budaya Dunia dapat membuka peluang perluasan
wilayah pemasaran potensi sektor perdagangan-jasa
dan pariwisata
6.Peluang masuknya investor-investor untuk
menanamkan modalnya di kawasan perencanaan akan
dapat menjadi pemacu meningkatnya tingkat
perekonomian di kawasan perencanaan
7.Masuknya investor berpeluang memunculkan sektor-
sektor perekonomian baru yang dapat menciptakan
variasi kegiatan ekonomi di kawasan perencanaan
S-O
Pengelolaan kawasan-kawasan strategis
pertumbuhan dan pengendalian pemanfaatan
ruang
Penyebaran pusat pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
prasarana wilayah perencanaan
Penyebaran kegiatan wilayah perencanaan
dan pemerataan distribusi penduduk
Mendukung pengembangan jalan untuk
mengembangkan pertumbuhan dan
perkembangan aktivitas wilayah perencanaan
W-O
Pengembangan fisik kawasan wilayah
perencanaan ke arah kawasan yang potensial
untuk dikembangkan
Penambahan fasilitas pelayanan untuk
mendukung pelayanan umum dan sosial
masyarakat
Pengelolalaan kawasan pertumbuhan
pariwisata untuk mengembangkan pusat
pertumbuhan baru
Pengelolaan kawasan pariwisata dengan
memperhatikan konservasi lingkungan
Optimalisasi kegiatan peningkatan citra
pariwisata kawasan dengan meningkatkan
kegiatan promosi terhadap potensi-potensi
wisata yang terdapat di Kawasan Jatiluwih
75. Faktor internal
Faktor Eksternal
STRENGTH
1.Kondisi topografi kawasan perencanaan yang berupa
daerah pertanian di daerah pegunungan dengan
pemandangan alam yang indah merupakan daya tarik
utama kawasan perencanaan
2.Sebagian besar wilayah perencanaan berada di daerah
yang memiliki kelerengan >40% sehingga menjadi daya
tarik bagi kawasan.
3.Jenis tanah di kawasan perencanaan berupa endapan
dari serentetan gunung api sehingga cocok untuk
kesuburan pertanian
4.Kawasan Jatiluwih memiliki sumber mata air dengan
jumlah yang banyak
5.Kawasan ini memiliki nilai konservasi sumber daya
alam hayati serta ekosistem yang penting dan prioritas
di Provinsi Bali
6.Kelengakapan pelayanan prasarana wilayah
perencanaan baik listrik, telepon dan air bersih
7.Berkembangnya pariwisata berbasis pertanian sebagai
potensi kegiatan ekonomi lokal
WEAKNESS
1.Kawasan perencanaan termasuk dalam kawasan rawan
bencana longsor
2.Adanya kerawanan terhadap gelombang pasang serta
kawasan rawan pantai abrasi
3.Pada beberapa ruas jalan lokal dan lingkungan di
kawsan perencanan masih dalam kondisi buruk
4.Persebaran fasilitas pelayanan umum dan sosial belum
merata
5.Minimnya penyediaan sarana dan prasarana wisata di
kawasan perencanaan
6.Aksesibilitas yang terbatas untuk menuju wilayah
perencanaa dari jalan nasional yang menyebabkan
kurangnya perhatian untuk menuju kawasan pariwisata
7.Belum dikelolanya SDA pariwisata pertanian secara
optimal sehingga belum mampu memberikan nilai
tambah pada kawasan perencanaan
8.Atraksi wisata yang menjadi daya tarik wisata kurang
menarik perhatian
THREAT
1.Ancaman terjadinya alih fungsi lahan akibat
perkembangan kawasan perencanaan yang terjadi
akibat adanya efek pengembangan kawasan wisata
2.Investor luar yang masuk ke kawasan perencanaan yang
akan berinvestasi disektor pariwisata
pegunungan/perbukitan dapat mengancam keberadaan
ekosistem dan keanekaragaman hayati di kawasan
perencanaan
3.Meningkatnya investasi dari luar dapat mengancam
pertumbuhan ekonomi lokal
4.Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap upaya
peningkatan kegiatan ekonomi lokal kegiatan
pariwisata di wilayah perencanaan
5.Kurangnya lembaga pariwisata di wilayah perencanaan
yang dapat mengakomodir kegiatan wisata
S-T
Penyebaran kegiatan wilayah perencanaan
dan pemerataan distribusi penduduk
Penambahan fasilitas pelayanan untuk
mendukung pelayanan umum dan sosial
kepada masyarakat
Peningkatan wilayah pelayanan prasarana
wilayah perencanaan dan konerja pelayanan
Stimulasi pusat-pusat pertumbuhan dan
pusat kegiatan pariwisata
Pengawasan terhadap peetumbuhan
penduduk di pusat wilayah perencanaan
Penyebaran pusat pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat
W-T
Pengembangan fisik kawasan wilayah
perencanaan ke arah kawasan yang potensial
untuk dikembangkan
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
prasarana wilayah perencanaan
Mengembangkan segala poteni pariwisata
dengan memperbanyak promosi
C.10. Analisis SWOT
76.
77. 1. Mengembangkan perencanaan tata ruang, pemanfaatan rencana tata ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang yang berkoordinasi antar sektor, antar pemerintah daerah, swasta dan masyarakat yang salah satu
perwujudannya melalui Rencana Tata Ruang Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih.
2. Meningkatkan keterkaitan fungsi dan orientasi antar kawasan maupun intra kawasan melalui strategi
pengembangan tata ruang kawasan yang di dukung sistem sarana dan prasarana yang terintegrasi dan saling
mendukung.
3. Mengarahkan kebijaksanaan pembangunan dan pengembangan tata ruang kawasan sesuai daya dukung
lingkungan kawasan.
4. Menata distribusi kegiatan sehingga Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih dapat menjadi kawasan heritage Bali
yang berwawasan lingkungan, tetap nyaman dalam mengakomodasi berbagai kegiatan dan mampu
mempertahankan kebudayaan.
5. Mengembangkan partisipasi antara pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota, masyarakat dan dunia usaha
dalam proses penataan ruang
Mewujudkan penataan ruang di Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih untuk mendukung fungsi kawasan
sebagai kawasan pertanian, permukiman tradisional dan pariwisata yang berbasis kerakyatan dan budaya
setempat serta mampu mengakomodasi potensi pengembangan kawasan dengan tetap berpegang pada
kelestarian lingkungan dan budaya berdasarkan Tri Hita Karana Menuju Desa Wisata Agro”
78. Konsepsi Struktur Tata Ruang Makro
PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) :
1. PPL Rejasa melayani Desa Rejasa, Pesagi,
dan Tegallinggah;
2. PPL Sangketan melayani Desa Sangkaten;
3. PPL Jegu melayani Desa Jegu, Buruan, dan
Pitra;
4. PPL Rianggede melayani Desa Rianggede;
5. PPL Penatahan melayani Desa Penatahan,
Tengkudak, dan Wongaya Gede;
6. PPL Biaung melayani Desa Biaung dan
Tajen;
7. PPL Senganan melayani Desa Senganan
dan Babahan; dan
8. PPL Jatiluwih melayani Desa Jatiluwih dan
Mengesta.
79. 1. Mempertahankan luas lahan sawah berkelanjutan sebagai ketahanan jati diri budaya agraris kawasan WBD
Jatiluwih sekurang-kurangnya 90% (sembilan puluh persen) dari luas lahan yang ada
2. Upaya mempertahankan luas lahan sawah berkelanjutan didukung dengan penyediaan prasarana dan sarana
minimum yang dibutuhkan, mencakup : tersedia jaringan irigasi dan jalan subak; tersedia aksesibilitas (jaringan
jalan produksi dan moda angkutan) yang memadai ke kantong-kantong produksi; dan tersedia sarana dan
prasarana penunjang agribisnis dan agroindustri pertanian tanaman pangan.
3. Tidak diperbolehkan melakukan alih fungsi lahan sawah yang telah ditetapkan sebagai lahan berkelanjutan.
4. Pengembangan regulasi, sistem pembiayaan, insentif, disinsentif, dan pembebasan pajak (zero tax) untuk
perlindungan lahan sawah berkelanjutan sesuai peraturan perundangan;
5. Pelestarian dan pemberdayaan subak sebagai warisan budaya dunia.
6. Pengembangan pertanian organik untuk menghasilkan beras organik. Pengembangan padi organik tersebut
dikombinasikan dengan penggunaan varietas unggul padi lokal yang memang sudah biasa dibudidayakan dilokasi
setempat.
7. Memberdayakan dan menguatkan kelembagaan subak dalam pengelolaan kegiatan on-farm (di lapangan), off-farm
(pasca panen dan pengolahan hasil) dan pemasaran untuk meningkatkan nilai tambah sehingga tetap memelihara
keajegan subak dan sistem sawahnya.
8. Menjaga ketersediaan air irigasi secara konsisten, baik dari segi jumlah, mutu dan kantinyuitas ketersediaanya.
9. Membudidayakan/mengusahakan tanaman palawija atau tanaman hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi
Mempertahankan kawasan budidaya pertanian lahan sawah sebagai kawasan hijau (landscape) dan kawasan
penyangga (buffer).
10. Mewujudkan integrasi pertanian lahan sawah dengan pariwisata berbasis kerakyatan agar terjadi sinergis-
komplementaris antara pertanian dan pariwisata.
Strategi Pengembangan Pertanian dan Irigasi
80. Strategi Pengembangan Kependudukan
Strategi Pengembangan Peternakan
Strategi pengembangan peternakan didasarkan atas potensi wilayah diarahkan pada :
1. Ternak yang dipelihara dapat dipasarkan dengan cepat.
2. Akses pasar dari ternak jelas.
3. Peningkatan mutu dari ternak melalui sistem pemeliharaan yang baik dan benar.
4. Peningkatan pengelolaan limbah ternak agar tidak mencemari lingkungan baik tanah, air maupun udara/ bau.
1. Pengembangan jumlah, distribusi dan kepadatan penduduk yang proporsional dengan daya dukung dan jenis
kegiatan pada tiap zona yang telah ditetapkan.
2. Mempertahankan tingkat kepadatan penduduk eksisting yaitu pada tingkat kepadatan rendah terutama pada zona-
zona konservasi dan kepadatan sedang pada zona lainnya. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan lahan untuk
kegiatan permukiman yang melebihi daya tampung kawasan.
3. Pengembangan kerjasama yang sinergis antara desa adat dengan desa dinas dalam pengelolaan administrasi
kependudukan serta pengaturan yang proporsional bagi krama tamu pada kawasan desa adat yang bersangkutan.
Strategi Pengembangan Perkebunan
Strategi pengembangan sektor perkebunan di Kawasan Jatiluwih diarahkan pada pemilihan jenis tanaman
perkebunan yang cocok dengan kondisi lahan dan ketinggian tempat. Pemilihan jenis tanaman yang ditanam
mempertimbangkan nilai ekonomi produk dengan pasar yang jelas sehingga tanaman perkebunan yang ditanam
memberikan keuntungan bagi petani yang membudidayakannya.
81. Strategi Pelestarian Budaya
1. Perlu pembuatan purana-purana desa pakraman.
2. Melakukan pelestarian dan konservasi terhadap hasil-hasil budaya.
3. Melakukan pengamanan terhadap karang kekeran dan peruntukkannya hanya sebagai
pendukung kegiatan keagamaan dan adat bagi kemudahan Umat Hindu melakukan kegiatan
keagamaan.
4. Melakukan perbaikan dan memberikan ruang terbuka di sekitar tempat suci dan kawasan-
kawasan suci, seperti : Pura Segara, Taman-Taman Beji yang berdekatan dengan permukiman
penduduk, Pempatan Agung, Setra, campuhan (pertemuan sungai), telajakan, karang bengang
(perbatasan antara desa yang satu dengan yang lainnya).
5. Penetapan radius kesucian pura berdasarkan Bhisama PHDI No. 11/Kep/I/PHDI/1994.
6. Perlindungan terhadap tempat-tempat suci baik yang bersifat Sad Kahyangan, Dang Kahyangan,
Kahyangan tiga maupun Swagina dari desakan fasilitas pariwisata.
7. Perlu pengamanan dan pelestarian kesucian sungai dari kegiatan pembuangan sampah.
8. Meningkatkan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya ruang publik dan ruang religius
bagi keharmonisan hidup.
9. Penggunaan ruang tetap berdasarkan nilai-nilai budaya Bali, yang dijiwai oleh agama Hindu
82. Strategi Pariwisata
1. Pengembangan pariwisata tidak mengganggu Warisan Budaya Jatiluwih terutama lahan pertanian terasering
beserta sistem subaknya.
2. Pemanfaatan potensi alam dan budaya Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih untuk kegiatan pariwisata sesuai daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
3. Diversifikasi jenis usaha, produk, dan obyek wisata sesuai dengan perkembangan pariwisata dunia, yaitu pariwisata
alternatif yang berwawasan lingkungan.
4. Mewujudkan intergrasi pertanian dengan pariwisata melalui pendekatan sinergis-komplementaris sehingga
terbangun hubungan produsen-konsumen serta supply-demand, terjadi simbisosis mutualistik dan multiflier effect
(pertumbuhan sektor pariwisata akan menarik sektor pertanian karena keterkaitan “supply-demand”).
5. Merangkul partisipasi petani dalam kegiatan kepariwisataan melalui program pengembangan desa wisata dan
agrowisata.
6. Penerapan ciri khas arsitektur Bali pada setiap bangunan akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata.
7. Penyediaan fasilitas parkir yang cukup bagi setiap bangunan akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata.
8. Mengembangkan komoditi tanaman unggulan lokal untuk memasok kepentingan dunia pariwisata.
9. Mengembangkan foreward contract farming antara petani atau lembaga subak/kelompok tani sebagai produsen
dengan pasar pariwisata sebagai konsumen agar ada jaminan kepastian pasar bagi petani. Dalam foreward
contract farming, konsumen (pasar pariwisata) memesan produk hasil pertanian yang diinginkan beberapa bulan
sebelum digunakan dengan surat perjanjian kontrak, lalu petani atau kelompok tani memperoduksinya untuk
dapat menghasilkan produk tersebut sesuai dengan jadwal hari yang dipesan dan spesifikasi yang sudah disetujui.
10. Meningkatkan pelayanan fasilitas wisata yang sudah ada disertai dengan pengembangan fasilitas wisata baru
sesuai rencana tata ruang dengan tetap mempertimbangkan kelestarian Sistem Subak Kawasan Warisan Budaya
Jatiluwih
83. Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Permukiman
Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kawasan Jatiluwih menyebabkan kebutuhan akan perumahan juga
meningkat. Strategi pengembangan perumahan di Kawasan Jatiluwih sebagai berikut :
1. Pengembangan permukiman yang berawal dari lingkungan tradisional (desa adat), pengembangan
permukiman diarahkan untuk menunjang penegasan kembali pola-pola lingkungan tradisional melalui
arahan terhadap renovasi bangunan yang telah ada ataupun penambahan bangunan dalam suatu
perkarangan.
2. Penataan kembali lingkungan perumahan yang sudah ada terutama yang berada di jalur utama desa (pusat
pengembangan kegiatan). Penataan dilakukan tanpa meninggalkan ciri khas desa dan adat istiadat yang ada
di Kawasan Jatiluwih guna melestarikan budaya dan meningkatkan wisata budaya. Penataan lingkungan
perumahan tersebut seperti pembuatan angkul-angkul, menyediakan telajakan dan penataan sempadan
bangunan.
3. Pengembangan permukiman diarahkan dengan jalan mengefektifkan lahan-lahan non produktif yang nilai
ekonomisnya rendah.
4. Pengembangan perumahan baru juga harus mencerminkan budaya/falsafah setempat dan melestarikan
pola permukiman tradisional serta peninggalan budaya yang ada.
5. Khusus bagi pengembangan homestay dimana sangat erat kaitannya dengan pariwisata yang berbasis
kerakyatan akan lebih memberikan kontribusi positif bagi masyarakat yang berusaha untuk meningkatkan
kemampuan tentang pengelolaan obyek wisata, melatih diri bekerjasama sehingga kawasan yang dipakai
sebagai obyek. Pemeliharaannya atas kesadaran yang berawal dari masyarakat desa sendiri
84. Strategi Pengembangan Perdagangan
1. Meningkatkan pertumbuhan komoditas yang diperdagangkan baik kuantitas maupun kualitas.
2. Memperluas potensi komoditas yang dapat diperdagangkan melalui identifikasi keunggulan produk wilayah.
3. Meningkatkan peran golongan ekonomi lemah.
4. Mengembangkan dan memperluas industri rumah tangga dan produk industri kecil yang menunjang
pariwisata.
5. Memperluas dan memelihara infrastruktur ke sentra industri dan pasar.
6. Menjamin pemasaran produk industri rumah tangga.
7. Mendorong terciptnya peningkatan dan pengembangan kualitas produk.
8. Pengembangan koperasi untuk menjamin terciptanya iklim yang kondusif bagi tumbuh kembangnya koperasi.
Strategi Pengembangan Industri
Strategi pengembangan sektor industri diarahkan pada jenis-jenis industri kecil dan rumah tangga
yang mempunyai kontribusi di sektor ekonomi masyarakat dimana memiliki ciri khusus, berasal dari
pengembangan potensi wilayah yang mempunyai kaitan dengan sektor pertanian, wisata,
perkebunan, peternakan dan lainnya yang kesemuanya mempunyai prinsip pada keseimbangan
lingkungan
85. Strategi Pengembangan Fasilitas Pelayanan Umum dan Sosial
1. Penetapan alokasi fasilitas umum dan sosial dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi bagi penduduk
sebagai pengguna fasilitas.
2. Penyediaan fasilitas umum dan sosial disesuaikan dengan jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk
yang ada.
3. Pembangunan fasilitas umum dan sosial agar memiliki karakteristik bangunan yang menyatu dengan
alam dan budaya di Kawasan Jatiluwih dengan menampilkan ciri bentuk dan gaya bangunan desa
setempat
Strategi Pengembangan Transportasi
Sistem transportasi yang baik sangat menentukan dalam pengembangan suatu daerah/ wilayah. Strategi
pengembangan transportasi di Kawasan Jatiluwih adalah sebagai berikut :
1.Peningkatan aksesibilitas Kawasan Jatiluwih dengan peningkatan kualitas geometric dan kualitas
permukaan jalan.
2.Membangkitkan pelayanan angkutan umum.
86. Air Bersih
1. Penyediaan air bersih diarahkan dengan mengadakan system perpipaan terutama pada kawasan
perumahan yang berada di tepi jalan utama dan daerah wisata serta kawasan pura.
2. Pengadaan pelayanan kran umum bagi penduduk yang belum terlayani sambungan rumah tangga
dan di tempat-tempat umum
Strategi Pengembangan Utilitas
Persampahan
1. Pengelolaan persampahan diarahkan pada pengelolaan setempat, dilakukan oleh penduduk sendiri.
2. Pengelolaan sampah sebaiknya dilakukan di halaman belakang rumah atau masih dalam lingkungan
rumah penduduk masing-masing.
3. Pengelolaan sampah dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan/ kelestarian lingkungan.
Drainase
1. Meningkatkan sistem pelayanan drainase terutama pada kawasan perumahan di tepi jalan utama, di
pusat-pusat fasilitas pelayanan umum dan pada daerah rawan longsor/ banjir.
2. Memanfaatkan sungai/ pangkung sebagai tempat pembuangan air hujan.
Air Limbah
1. Meningkatkan sistem pengelolaan limbah setempat.
Telekomunikasi
1. Peningkatan dan perluasan pelayanan telekomunikasi baik secara internal maupun eksternal desa.
87.
88. Pembagian BWP dalam bentuk atau ukuran,
fungsi serta karakter kegiatan manusia dan
alam, yang dituangkan dalam Sub BWP
(SBWP) peruntukan lahan sehingga mudah
dalam alokasi investasi, pengendalian &
pengawasan.
89. 1
2
3
4
5
6
8
7
9
10
SBWP 1 berada di sebagian wilayah Desa
Jatiluwih dan sebagian Desa Wongaya Gede.
SBWP 1 memiliki luas sebesar 2980,3 Ha
SBWP 2 berada di Desa jatiluwih bagian
selatan yang mencangkup Br. Jatiluwih Kawan,
Br. Kesambahan Kaja, Br Kesambahan Kelod
dan Br. Kesambi. Luas SBWP 2 seluas 286,3 Ha
SBWP 3 berada di Desa Jatiluwih bagian
tenggara yang mencangkup Br. Jatiluwih
Kangin, Br. Gunungsari desa dan Br.
Gunungsariumakayu. Luas sebesar 265,2 Ha.
SBWP 4 berada di Desa Wongaya Gede sebelah
tenggara yang mencangkup Br. Wongaya
Kangin, Br. Wongaya Kaja, Br. Wongaya Bendul
dan Br. Wongaya Kelod. Luas wilayah 228,4 Ha
SBWP 5 berada di Desa Wongaya Gede sebelah
selatan yang mencangkup Br. Wongaya
Kangin, Br. Keloncing. Br. Bengkel. Br.
Batukambing, Br. Amplas dan Br. Sandan. Luas
sebesar 440,9 Ha
1
2
3
4
5
90. SBWP 7 berada di desa
Tengkudak yang mencangkup
seluruh wilayah Desa Tengkudak
seluas 490.2 Ha
SBWP 8 berada di desa Mengesta
yang mencangkup seluruh
wilayah Desa Mengesta seluas
940.1 Ha
SBWP 9 berada di Desa
Penatahan yang mencangkup
seluruh wilayah Desa Penatahan
seluas 685.3 Ha
SBWP 10 berada di Desa
Tegallinggah, Rejasa dan Pesagi yang
mencangkup seluruh wilayah desa
desa tersebut seluas 1207.3 Ha
SBWP 6 berada di Desa Sangketan
yang mencangkup seluruh wilayah
di Desa Sangketan. Luas wilayah
sebesar 914
1
2
3
4
5
6
8
7
9
10
7
8
9
10
6
91. SBWP 1 berada
pada sebagian
wilayah Desa
Jatiluwih dan
sebagian Desa
Wongaya
Gede. Analisis
peruntukan
lahan pada
SBWP 1 berupa
fungsi lindung
yang terdiri dari
kawasan cagar
alam Hutan
Batukaru, areal
hutan rakyat dan
perkebunan/holt
ikultura. Selain
itu, prioritas
pengembangan
penunjang
kegiatan
keagamaan di
Pura Batukaru
SBWP 1
92. Rencana pengembangan
difokuskan pada peningkatan
fungsi fasilitas permukiman
dan pariwisata seperti
pembangunan parkir dan stop
over
Arahan pengembangan kepada
pertanian berkelanjutan yang
bertujuan untuk
mempertahankan eksisitensi
subak
Pelestarian Desa Tradisional
di Br. Gunungsari
SBWP 2 berada di Desa Jatiluwih bagian tenggara yang
mencangkup Br. Jatiluwih Kangin, Br. Gunungsari desa dan Br.
Gunungsariumakayu. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 3 berupa
fungsi pertanian lahan basah, kawasan permukiman
93. SBWP 3 berada di Desa jatiluwih bagian selatan yang mencangkup Br.
Jatiluwih Kawan, Br. Kesambahan Kaja, Br Kesambahan Kelod dan Br.
Kesambi. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 3 berupa fungsi
pertanian lahan basah, kawasan permukiman dan perkebunan
Rencana peningkatan
fungsi jaringan jalan
yang merupakan pintu
masuk desa Jatiluwih
Rencana pengembangan
difokuskan pada peningkatan
fungsi fasilitas permukiman
dan pariwisata
Arahan
pengembangan
kepada pertanian
berkelanjutan
94. Rencana
pengembangan
difokuskan pada
peningkatan
fungsi fasilitas
permukiman
Arahan
pengembangan
kepada pertanian
berkelanjutan
yang bertujuan
untuk
mempertahankan
eksisitensi subak
SBWP 4 berada di Desa Wongaya Gede sebelah tenggara yang
mencangkup Br. Wongaya Kangin, Br. Wongaya Kaja, Br. Wongaya Bendul
dan Br. Wongaya Kelod. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 4 berupa
fungsi pertanian lahan basah, perkebunan dan kawasan permukiman
95. Rencana
pengembangan
difokuskan pada
peningkatan
fungsi fasilitas
permukiman
Arahan
pengembangan
kepada pertanian
berkelanjutan
yang bertujuan
untuk
mempertahankan
eksisitensi subak
SBWP 5 berada di Desa Wongaya Gede sebelah selatan yang mencangkup Br.
Wongaya Kangin, Br. Keloncing. Br. Bengkel. Br. Batukambing, Br. Amplas dan Br.
Sandan. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 5 berupa fungsi pertanian lahan
basah, perkebunan dan kawasan permukiman
96. SBWP 6 berada di Desa Sangketan yang mencangkup seluruh wilayah
di Desa Sangketan. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 6 berupa
fungsi pertanian lahan basah, perkebunan, kawasan permukiman dan
kawasan lindung berupa radius kesucian pura Tamba Waras
97. SBWP 7 berada di Desa Tengkudak yang mencangkup
seluruh wilayah di Desa Tengkudak. Analisis peruntukan
lahan pada SBWP 7 berupa fungsi pertanian lahan
basah, perkebunan, kawasan permukiman
98. SBWP 8 berada di Desa Mangesta yang mencangkup seluruh wilayah di
Desa Mangesta. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 8 berupa fungsi
pertanian lahan basah, perkebunan, kawasan permukiman.
Adanya pengembangan jalur trakking
dan cycling di SBWP 8. selain itu,
pengembangan kegiatan yang
adventure seperti ATV
Prioritas pengembangan
difokuskan Pura Batu Panes.
Di sekitar pura ini ditemukan
banyak sumber mata air panas
99. SBWP 9 berada di Desa Penatahan yang mencangkup seluruh wilayah di
Desa Penatahan. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 9 berupa fungsi
pertanian lahan basah, perkebunan, kawasan permukiman. Pada wilayah
SBWP 9 akan diarahkan sebagai pusat pusat pelayanan wilayah, walaupun
pengembangan wilayah bersifat terbatas.
100. SBWP 10 berada di Desa Tegallinggah, Pesagi dan Rejasa yang
mencangkup seluruh wilayah di 3 desa tersebut. Penggabungan 3 Desa
menjadi satu SBWP didasarkan pada analisis fungsi Analisis peruntukan
lahan pada SBWP 10 berupa fungsi pertanian lahan basah, perkebunan,
kawasan permukiman.