SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 23
Ratri Amin Desi P Devi Catri
Yovint
a
Novita
T
B
E
C
D
F
A
Pertanggungjawaban Pidana
Konsep pertanggungjawaban merupakan konsep sentral. Dalam
bahasa Latin dikenal dengan mens rea. Doktrin mens rea dilandaskan
pada suatu perbuatan yang tidak mengakibatkan seseorang bersalah
kecuali jika pikiran orang itu jahat. Dalam bahasa inggris dirumuskan
dengan an act does not make a person guilty, unless the mind is legally
blameworthy. Dua syarat yang harus dipenuhi untuk dapat memidana
seseorang, yaitu perbuatan lahiriah yang terlarang/perbuatan pidana
(actus reus) da nada sikap batin jahat atau tersela (mens rea)
B
E
C
D
F
A
Lanjutan..
Pertanggungjawaban pidana adalah pertanggungjawaban
orang terhadap tindak pidana yang dilakukannya. Yang
dipertanggungjawabkan adalah tindak pidana yang
dilakukannya. Pertanggungjawaban pidana merupakan suatu
mekanisme yang dibangun hukum pidana untuk bereaksi
terhadap pelanggaran atas tanda bukti kesepakatan menolak
suatu perbuatan tertentu.
B
E
C
D
F
A
Kesalahan merupakan hal penting untuk memidana seseorang.
Tanpa itu, pertanggungjawaban tidak akan ada. Tidak heran jika
dalam hukum pidana dikenal asas “tiada pidana tanpa kesalahan”
(geen straf zonder schuld). Asas kesalahan ini meupakan asas yang
fundamental dalam hukum pidana, demikian fundamentalnya asas
tersebut, sehingga meresap dan menggema hampir dalam semua
ajaran penting dalam hukum pidana.
Lanjutan..
B
E
C
D
F
A
Kesalahan dalam pertanggungjawaban pidana
Kesalahan adalah dapat dicelanya pembuat tindak pidana karena dari
segi masyarakat sebebnarnya dia dapat berbuat lain jika tidak ingin
melakukan perbuatan tersebut. Orang dapat dikatakan mempunyai
kesalahan jika pada waktu melakukan tindak pidana dapat dicela, yaitu
kenapa melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat padahal
mampu untuk mengetahui makna perbuatan tersebut dan karenanya
bahkan harus menghindari perbuatan demikian.
B
E
C
D
F
A
Kesalahan dibagi dua:
Psikologis
Normative
B
E
C
D
F
A
Kesalahan psikologis menitik beratkan pada keadaan batin (psychis)
tertentu si pembuat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan atas
perbuatannya, tidak diikuti oleh ketiadaan unsur “dengan sengaja” atau
“karena kealpaan” dalam rumusan tindak pidana.
Dalam KUHP yang menyatakan hal tersebut diliputi pertanyaan
apakah tidak dirumuskannya unsur “dengan sengaja” atau “karena
kealpaan” dalam pelanggran, menyebabkan pembuatnya tetap dipidana
sekalipun tidak ada satu dari dua bentuk kesalahan itu. Persoalan ini
menyebabkan keraguan atas kemampuan teori kesalahan psikologis
untuk menjelaskan masalah kesalahan.
B
E
C
D
F
A
Tiga komponen utama Kesalahan Normative:
Dapat dicela
Di lihat dari segi masyarkat
Dapat berbuat lain
B
E
C
D
F
A
Konsep pertanggungjawaban dalam hukum pidana mengalami
perkembangan sejak diakuinya korporasi sebagai subyek hukum
pidana disamping manusia. Mana kala korporasi juga diakui
sebagai subyek hukum disamping manusia, maka konsep
pertanggungjawaban pidana pun harus “diciptakan”agar korporasi
juga dapat di jatuhan pidana ketika terbukti melakukann tindak
pidana.
Perkembangan sistem pertanggung jawaban
pidana
B
E
C
D
F
A
Secara teoritis ada tiga teori atau system pertanggung
jawaban pidana pada subyek hukum korporasi:
Teori
Identifikasi
Teori strict
liability
Teori Vicarious
Liability
B
E
C
D
F
A
Kemampuan bertanggung jawab diartikan sebagai kondisi batin yang
normal atau sehat dan mampunyai akal seseorang dalam membeda-
bedakan hal-hal yang baik dan yang buruk," atau dengan kata lain,
mampu untuk menginsyafi sifat melawan hukumnya suatu perbuatan
dan sesuai dengan keinsyafan itu mampu untuk menentukan
kehendaknya.
Kemampuan bertanggung jawab
B
E
C
D
F
A
Jadi, paling tidak ada dua faktor untuk menentukan adanya
kemampuan bertanggung jawab, yaitu faktor akal dan faktor
kehendak Akal, yaitu dapat membedakan antara perbuatan yang
diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.
Sedangkan kehendak, yaitu dapat menyesuaikan tingkah
lakunya dengan keisyafan atas sesuatu yang diperbolehkan dan
yang tidak diperbolehkan
B
E
C
D
F
A Andi zainal Abidin mengatakan bahwa kebanyakan undang-
undang merumuskan syarat kesalahan secara negatif KUHP di seluruh
dunia pada umumnya tidak mengatur tentangkemampuan
bertanggungjawab Yang diatur ialah kebalkannya, yaitu
ketidakmampuan bertanggung jawab, Demikian halnya dengan
ketentuan Pasal 44 KUHP
B
E
C
D
F
A
"1. Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan
padanya. disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuh- nya (sebrekkige
ontwikkeling) atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana.
2. lika ternyata bahwa perbautan tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya
disebabakan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena
penyakit, maka Hakim dapat memerintahkan supaya orang itu dimasukkan ke
dalam rumah sakit jiwa, paling lama satu tahun sebagai waktu percobaan. Pasal
ini menentukan bahwa pelaku perbuatan pidana baru bisa dianggap tidak
mampu bertanggung jawab atas perbuatannya, apabila dalam dirinya terjadi
salah satu di antara dua hal, yaitu sebagai berikut."
Jiwa pelaku mengalami gangguan kenormalan yang disebabkan oleh suatu penyakit hingga akalnya
menjadi kurang berfungsi secara sempurna atau kurang optimal untuk membedakan hal-hal yang baik
dan yang buruk Contohnya adalah orang gila atau orang yang berpenyakit epilepsi yang melakukan
perbuatan pidana.
Jiwa pelaku mengalami cacat mental sejak pertumbuhannya, hingga akal nya
menjadi kurang sempurna untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk
Contohnya adalah orang idiot yang melakukan perbuatan pi dana.
B
E
C
D
F
A
Werboek van srafrecht tahun 1908 mengartikan kesengajaan
sebagai kehendak untuk melakukan atau tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang dilarang atau diharuskan oleh UU
menurut Memorie van Toelichting kesengajaan sama dengan
willens en wetens" atau diketahui atau dikehendaki
Kesengajaan dan Kealpaan
B
E
C
D
F
A Satochid Kartanegara berpendapat bahwa yang dimaksud
"willens en wetens" adalah seseorang yang melakukan suatu
perbuatan dengan sengaja harus menghendaki (willen)
perbuatan itu serta harus menginsyan atau mengerti (weten)
akan akibat dari perbuatan itu.“
Secara teoretis terdapat dua bentuk kesengajaan (dolus),
yaitu dolus malus dan dolus eventualis
B
E
C
D
F
A
Terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menunjuk pada
kata "kealpaan, seperti recklessness, neglience, sembrono, dan teledor.
Simons mengatakan bahwa umumnya kealpaan itu terdiri atas dua
bagian, yaitu tidak berhati-hati melakukan suatu perbuatan, di
samping dapat menduga akibatnya. Namun, meskipun suatu
perbuatan dilakukan dengan hati-hati, masih mungkin juga terjadi
kealpaan yang berbuat itu telah mengetahui bahwa dari perbuatan itu
mungkin akan timbul suatu akibat yang dilarang uu
B
E
C
D
F
A
Moeljatno mengatakan bahwa kealpaan adalah suatu struktur yang
sangat gecompliceerd, yang di satu sisi mengarah pada kekeliruan
dalam perbuatan seseorang secara lahiriah, dan di sisi lain mengarah
pada keadaan batin orang itu. Dengan pengertian demikian, maka di
dalam kealpaan (culpa) terkandung makna kesalahan dalam arti luas
yang bukan berupa kesengajaan. Terdapat perbedaan antara
kesengajaan dan kealpaan, di mana dalam kesengajaan terdapat suatu
sifat positif yaitu adanya kehendak dan persetujuan pelaku untuk
melakukan suatu perbuatan yang dilarang, sedangkan dalam kealpaan
sifat positifini tidak ditemukan.
B
E
C
D
F
A
Dikatakan culpa jika keadaan batin pelaku bersifat ceroboh, teledor, atau
kurang hati-hati sehingga perbuatan dan akibat yang dilarang oleh hukum
terjadi. Dalam kealpaan ini, pada diri pelaku memang tidak ada niat
kesengajaan untuk melakukan suatu perbuatan pidana yang dilarang hukum.
Meskipun demikian, ia tetap dipersalahkan atas terjadinya perbuatan dan
akibat yang dilarang hukum itu karena sikapnya yang ceroboh. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai kepatutan dalam masyarakat agar setiap orang memiliki
sikap hati-hati dalam bertindak.
Dilihat dari bentuknya, Modderman mengatakan bahwa terdapat dua
bentuk kealpaan (culpa), yaitu kealpaan yang disadari (bewuste culpa) dan
kealpaan yang tidak disadari (onbewuste culpa).
B
E
C
D
F
A
Dalam doktrin hukum pidana dibedakan antara alasan yang menghapus sifat
melawan hukumnya suatu perbuatan atau dikenal dengan alasan pem benar
dengan alasan penghapus kesalahan atau dikenal dengan alasan pemaaf.
Dibedakannya alasan pembenar dari alasan pemaaf karena keduanya
mempunyai fungsi yang berbeda. Adanya alasan pembenar berujung pada
pembenaran atas tindak pidana yang sepintas lalu melawan hukum,
sedangkan adanya alasan pemaaf berdampak pada pemaafan pembuatannya
sekalipun telah melakukan tindak pidana yang melawan hukum.
Alasan Penghapus Kesalahan
B
E
C
D
F
A
Yang termasuk ke dalam alasan penghapus kesalahan atau alasan
pemaaf antara lain:
Daya paksa
(overmacht)
Pembelaan terpaksa yang
melampaui batas (noodweer
ekses),
Pelaksanaan perintah
jabatan tanpa
wewenang yang
didasari oleh iktikad
baik
pertanggung jawaban pidana

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusussesukakita
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidanaalsalcunsoed
 
P. 2 sejarah viktimologi..
P. 2 sejarah viktimologi..P. 2 sejarah viktimologi..
P. 2 sejarah viktimologi..yudikrismen1
 
Stelsel pemidanaan
Stelsel pemidanaanStelsel pemidanaan
Stelsel pemidanaanSigit Riono
 
P. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanP. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanyudikrismen1
 
Hukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonialHukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonialindra wijaya
 
Materi Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu RaniMateri Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu Ranielsaref
 
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab KejahatanKriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab KejahatanFenti Anita Sari
 
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)Muhammad Raihan Imamnawi
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANADian Oktavia
 
Bab 6 pertanggungjawaban pidana
Bab 6   pertanggungjawaban pidanaBab 6   pertanggungjawaban pidana
Bab 6 pertanggungjawaban pidanaNuelimmanuel22
 
Hukum Pidana Pemidanaan 2
Hukum Pidana Pemidanaan 2Hukum Pidana Pemidanaan 2
Hukum Pidana Pemidanaan 2alsalcunsoed
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumsyophi
 

Was ist angesagt? (20)

UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidana
 
Penologi
PenologiPenologi
Penologi
 
P. 2 sejarah viktimologi..
P. 2 sejarah viktimologi..P. 2 sejarah viktimologi..
P. 2 sejarah viktimologi..
 
Stelsel pemidanaan
Stelsel pemidanaanStelsel pemidanaan
Stelsel pemidanaan
 
P. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanP. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korban
 
Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
tipologi kejahatan penjahat
tipologi kejahatan  penjahattipologi kejahatan  penjahat
tipologi kejahatan penjahat
 
Hukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonialHukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonial
 
Materi Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu RaniMateri Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu Rani
 
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab KejahatanKriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
 
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Bab 6 pertanggungjawaban pidana
Bab 6   pertanggungjawaban pidanaBab 6   pertanggungjawaban pidana
Bab 6 pertanggungjawaban pidana
 
Hukum Pidana Pemidanaan 2
Hukum Pidana Pemidanaan 2Hukum Pidana Pemidanaan 2
Hukum Pidana Pemidanaan 2
 
Hukum Pemerintah Daerah
Hukum Pemerintah DaerahHukum Pemerintah Daerah
Hukum Pemerintah Daerah
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukum
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 

Ähnlich wie pertanggung jawaban pidana

pertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.pptpertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.pptPoppieShalove
 
Pengayaan Sesi 6.pptx
Pengayaan Sesi 6.pptxPengayaan Sesi 6.pptx
Pengayaan Sesi 6.pptxmarcoorias2
 
Tindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baruTindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baruBrigita Manohara
 
Tindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baruTindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baruBrigita Manohara
 
Contoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docx
Contoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docxContoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docx
Contoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docxssuserc73b281
 
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembanganBahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembanganmamat rahmat
 
Doktrin kewajiban kelompok 6
Doktrin kewajiban kelompok 6Doktrin kewajiban kelompok 6
Doktrin kewajiban kelompok 6ellaba
 
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docxHUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docxYusBaimbangBilabora
 
Manusia dan keadilan
Manusia dan keadilanManusia dan keadilan
Manusia dan keadilanEkkyPratama1
 
Kewarganegaraan tentang dampak korupsi
Kewarganegaraan tentang dampak korupsiKewarganegaraan tentang dampak korupsi
Kewarganegaraan tentang dampak korupsistevenson2708
 
Criminal Law 1 TANGGUNGAN KERAS (updated).pdf
Criminal Law 1 TANGGUNGAN KERAS (updated).pdfCriminal Law 1 TANGGUNGAN KERAS (updated).pdf
Criminal Law 1 TANGGUNGAN KERAS (updated).pdfAINANURBALQISHMARZUK
 
Solusi Yang Jitu dan Sempurna Terhadap Dosa
 Solusi Yang Jitu dan Sempurna Terhadap Dosa Solusi Yang Jitu dan Sempurna Terhadap Dosa
Solusi Yang Jitu dan Sempurna Terhadap DosaKirenius Wadu
 
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung Jawab
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung JawabMateri Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung Jawab
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung JawabTotok Priyo Husodo
 
Rangkuman(1)
Rangkuman(1)Rangkuman(1)
Rangkuman(1)cleo2013
 
Implementasi restitusi korban anak
Implementasi restitusi korban anakImplementasi restitusi korban anak
Implementasi restitusi korban anakDarmawan Santosa
 
Kuliah PMH - Unsur Kesengajaan & Kelalalain.pptx
Kuliah PMH - Unsur Kesengajaan & Kelalalain.pptxKuliah PMH - Unsur Kesengajaan & Kelalalain.pptx
Kuliah PMH - Unsur Kesengajaan & Kelalalain.pptxMuslim Nugraha
 
kewargnegaraan.pdf
kewargnegaraan.pdfkewargnegaraan.pdf
kewargnegaraan.pdfgloranna45
 
Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...
Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...
Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...Bonita Admaja
 

Ähnlich wie pertanggung jawaban pidana (20)

pertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.pptpertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.ppt
 
Pengayaan Sesi 6.pptx
Pengayaan Sesi 6.pptxPengayaan Sesi 6.pptx
Pengayaan Sesi 6.pptx
 
Tindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baruTindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baru
 
Tindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baruTindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baru
 
Contoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docx
Contoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docxContoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docx
Contoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docx
 
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembanganBahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
 
Doktrin kewajiban kelompok 6
Doktrin kewajiban kelompok 6Doktrin kewajiban kelompok 6
Doktrin kewajiban kelompok 6
 
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docxHUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
 
Manusia dan keadilan
Manusia dan keadilanManusia dan keadilan
Manusia dan keadilan
 
Kewarganegaraan tentang dampak korupsi
Kewarganegaraan tentang dampak korupsiKewarganegaraan tentang dampak korupsi
Kewarganegaraan tentang dampak korupsi
 
Criminal Law 1 TANGGUNGAN KERAS (updated).pdf
Criminal Law 1 TANGGUNGAN KERAS (updated).pdfCriminal Law 1 TANGGUNGAN KERAS (updated).pdf
Criminal Law 1 TANGGUNGAN KERAS (updated).pdf
 
presentasi PKN Kelompok 10
presentasi PKN Kelompok 10presentasi PKN Kelompok 10
presentasi PKN Kelompok 10
 
Solusi Yang Jitu dan Sempurna Terhadap Dosa
 Solusi Yang Jitu dan Sempurna Terhadap Dosa Solusi Yang Jitu dan Sempurna Terhadap Dosa
Solusi Yang Jitu dan Sempurna Terhadap Dosa
 
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung Jawab
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung JawabMateri Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung Jawab
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung Jawab
 
Rangkuman(1)
Rangkuman(1)Rangkuman(1)
Rangkuman(1)
 
Implementasi restitusi korban anak
Implementasi restitusi korban anakImplementasi restitusi korban anak
Implementasi restitusi korban anak
 
Kuliah PMH - Unsur Kesengajaan & Kelalalain.pptx
Kuliah PMH - Unsur Kesengajaan & Kelalalain.pptxKuliah PMH - Unsur Kesengajaan & Kelalalain.pptx
Kuliah PMH - Unsur Kesengajaan & Kelalalain.pptx
 
kewargnegaraan.pdf
kewargnegaraan.pdfkewargnegaraan.pdf
kewargnegaraan.pdf
 
Kriminalitas
KriminalitasKriminalitas
Kriminalitas
 
Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...
Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...
Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...
 

Mehr von Ratri nia

Kondisi fisik, ekonomi, sosial, ekonomi di Sungai Bengawan Solo
Kondisi fisik, ekonomi, sosial, ekonomi di Sungai Bengawan SoloKondisi fisik, ekonomi, sosial, ekonomi di Sungai Bengawan Solo
Kondisi fisik, ekonomi, sosial, ekonomi di Sungai Bengawan SoloRatri nia
 
Aksiologi dalam Pengetahuan Filsafat
Aksiologi dalam Pengetahuan FilsafatAksiologi dalam Pengetahuan Filsafat
Aksiologi dalam Pengetahuan FilsafatRatri nia
 
Pengertian Ontologi dan Epistemologi
Pengertian Ontologi dan EpistemologiPengertian Ontologi dan Epistemologi
Pengertian Ontologi dan EpistemologiRatri nia
 
Pengertian, Cabang, Hubungan Antropologi dengan Ilmu Lain
Pengertian, Cabang, Hubungan Antropologi dengan Ilmu LainPengertian, Cabang, Hubungan Antropologi dengan Ilmu Lain
Pengertian, Cabang, Hubungan Antropologi dengan Ilmu LainRatri nia
 
Urgensi Integrasi Nasional
Urgensi Integrasi NasionalUrgensi Integrasi Nasional
Urgensi Integrasi NasionalRatri nia
 
Ketahanan Nasional dan Bela Negara
Ketahanan Nasional dan Bela NegaraKetahanan Nasional dan Bela Negara
Ketahanan Nasional dan Bela NegaraRatri nia
 
Wawasan Nusantara
Wawasan NusantaraWawasan Nusantara
Wawasan NusantaraRatri nia
 
Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Penegakan Hukum yang BerkeadilanPenegakan Hukum yang Berkeadilan
Penegakan Hukum yang BerkeadilanRatri nia
 
Hakikat Demokrasi Indonesia Berlandaskan Pancasila
Hakikat Demokrasi Indonesia Berlandaskan PancasilaHakikat Demokrasi Indonesia Berlandaskan Pancasila
Hakikat Demokrasi Indonesia Berlandaskan PancasilaRatri nia
 
Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara
Hak dan Kewajiban Negara dan Warga NegaraHak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara
Hak dan Kewajiban Negara dan Warga NegaraRatri nia
 
Nilai dan Norma Konstitusional Negara RI
Nilai dan Norma Konstitusional Negara RINilai dan Norma Konstitusional Negara RI
Nilai dan Norma Konstitusional Negara RIRatri nia
 
Esensi dan Urgensi Identitas Nasional
Esensi dan Urgensi Identitas NasionalEsensi dan Urgensi Identitas Nasional
Esensi dan Urgensi Identitas NasionalRatri nia
 
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Hakikat Pendidikan KewarganegaraanHakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Hakikat Pendidikan KewarganegaraanRatri nia
 
Globalisasi dan Kerjasama antar Bangsa
Globalisasi dan Kerjasama antar BangsaGlobalisasi dan Kerjasama antar Bangsa
Globalisasi dan Kerjasama antar BangsaRatri nia
 
Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia
Kebanggaan sebagai Bangsa IndonesiaKebanggaan sebagai Bangsa Indonesia
Kebanggaan sebagai Bangsa IndonesiaRatri nia
 
Keragaman Sosial Budaya
Keragaman Sosial BudayaKeragaman Sosial Budaya
Keragaman Sosial BudayaRatri nia
 
Sejarah Bangsa Indonesia
Sejarah Bangsa IndonesiaSejarah Bangsa Indonesia
Sejarah Bangsa IndonesiaRatri nia
 
Demokrasi dan HAM
Demokrasi dan HAMDemokrasi dan HAM
Demokrasi dan HAMRatri nia
 
Pancasila dan UUD 1945
Pancasila dan UUD 1945Pancasila dan UUD 1945
Pancasila dan UUD 1945Ratri nia
 
Negara dan Hukum
Negara dan HukumNegara dan Hukum
Negara dan HukumRatri nia
 

Mehr von Ratri nia (20)

Kondisi fisik, ekonomi, sosial, ekonomi di Sungai Bengawan Solo
Kondisi fisik, ekonomi, sosial, ekonomi di Sungai Bengawan SoloKondisi fisik, ekonomi, sosial, ekonomi di Sungai Bengawan Solo
Kondisi fisik, ekonomi, sosial, ekonomi di Sungai Bengawan Solo
 
Aksiologi dalam Pengetahuan Filsafat
Aksiologi dalam Pengetahuan FilsafatAksiologi dalam Pengetahuan Filsafat
Aksiologi dalam Pengetahuan Filsafat
 
Pengertian Ontologi dan Epistemologi
Pengertian Ontologi dan EpistemologiPengertian Ontologi dan Epistemologi
Pengertian Ontologi dan Epistemologi
 
Pengertian, Cabang, Hubungan Antropologi dengan Ilmu Lain
Pengertian, Cabang, Hubungan Antropologi dengan Ilmu LainPengertian, Cabang, Hubungan Antropologi dengan Ilmu Lain
Pengertian, Cabang, Hubungan Antropologi dengan Ilmu Lain
 
Urgensi Integrasi Nasional
Urgensi Integrasi NasionalUrgensi Integrasi Nasional
Urgensi Integrasi Nasional
 
Ketahanan Nasional dan Bela Negara
Ketahanan Nasional dan Bela NegaraKetahanan Nasional dan Bela Negara
Ketahanan Nasional dan Bela Negara
 
Wawasan Nusantara
Wawasan NusantaraWawasan Nusantara
Wawasan Nusantara
 
Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Penegakan Hukum yang BerkeadilanPenegakan Hukum yang Berkeadilan
Penegakan Hukum yang Berkeadilan
 
Hakikat Demokrasi Indonesia Berlandaskan Pancasila
Hakikat Demokrasi Indonesia Berlandaskan PancasilaHakikat Demokrasi Indonesia Berlandaskan Pancasila
Hakikat Demokrasi Indonesia Berlandaskan Pancasila
 
Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara
Hak dan Kewajiban Negara dan Warga NegaraHak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara
Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara
 
Nilai dan Norma Konstitusional Negara RI
Nilai dan Norma Konstitusional Negara RINilai dan Norma Konstitusional Negara RI
Nilai dan Norma Konstitusional Negara RI
 
Esensi dan Urgensi Identitas Nasional
Esensi dan Urgensi Identitas NasionalEsensi dan Urgensi Identitas Nasional
Esensi dan Urgensi Identitas Nasional
 
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Hakikat Pendidikan KewarganegaraanHakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
 
Globalisasi dan Kerjasama antar Bangsa
Globalisasi dan Kerjasama antar BangsaGlobalisasi dan Kerjasama antar Bangsa
Globalisasi dan Kerjasama antar Bangsa
 
Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia
Kebanggaan sebagai Bangsa IndonesiaKebanggaan sebagai Bangsa Indonesia
Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia
 
Keragaman Sosial Budaya
Keragaman Sosial BudayaKeragaman Sosial Budaya
Keragaman Sosial Budaya
 
Sejarah Bangsa Indonesia
Sejarah Bangsa IndonesiaSejarah Bangsa Indonesia
Sejarah Bangsa Indonesia
 
Demokrasi dan HAM
Demokrasi dan HAMDemokrasi dan HAM
Demokrasi dan HAM
 
Pancasila dan UUD 1945
Pancasila dan UUD 1945Pancasila dan UUD 1945
Pancasila dan UUD 1945
 
Negara dan Hukum
Negara dan HukumNegara dan Hukum
Negara dan Hukum
 

Kürzlich hochgeladen

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 

Kürzlich hochgeladen (20)

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 

pertanggung jawaban pidana

  • 1. Ratri Amin Desi P Devi Catri Yovint a Novita T
  • 2. B E C D F A Pertanggungjawaban Pidana Konsep pertanggungjawaban merupakan konsep sentral. Dalam bahasa Latin dikenal dengan mens rea. Doktrin mens rea dilandaskan pada suatu perbuatan yang tidak mengakibatkan seseorang bersalah kecuali jika pikiran orang itu jahat. Dalam bahasa inggris dirumuskan dengan an act does not make a person guilty, unless the mind is legally blameworthy. Dua syarat yang harus dipenuhi untuk dapat memidana seseorang, yaitu perbuatan lahiriah yang terlarang/perbuatan pidana (actus reus) da nada sikap batin jahat atau tersela (mens rea)
  • 3. B E C D F A Lanjutan.. Pertanggungjawaban pidana adalah pertanggungjawaban orang terhadap tindak pidana yang dilakukannya. Yang dipertanggungjawabkan adalah tindak pidana yang dilakukannya. Pertanggungjawaban pidana merupakan suatu mekanisme yang dibangun hukum pidana untuk bereaksi terhadap pelanggaran atas tanda bukti kesepakatan menolak suatu perbuatan tertentu.
  • 4. B E C D F A Kesalahan merupakan hal penting untuk memidana seseorang. Tanpa itu, pertanggungjawaban tidak akan ada. Tidak heran jika dalam hukum pidana dikenal asas “tiada pidana tanpa kesalahan” (geen straf zonder schuld). Asas kesalahan ini meupakan asas yang fundamental dalam hukum pidana, demikian fundamentalnya asas tersebut, sehingga meresap dan menggema hampir dalam semua ajaran penting dalam hukum pidana. Lanjutan..
  • 5. B E C D F A Kesalahan dalam pertanggungjawaban pidana Kesalahan adalah dapat dicelanya pembuat tindak pidana karena dari segi masyarakat sebebnarnya dia dapat berbuat lain jika tidak ingin melakukan perbuatan tersebut. Orang dapat dikatakan mempunyai kesalahan jika pada waktu melakukan tindak pidana dapat dicela, yaitu kenapa melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat padahal mampu untuk mengetahui makna perbuatan tersebut dan karenanya bahkan harus menghindari perbuatan demikian.
  • 7. B E C D F A Kesalahan psikologis menitik beratkan pada keadaan batin (psychis) tertentu si pembuat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya, tidak diikuti oleh ketiadaan unsur “dengan sengaja” atau “karena kealpaan” dalam rumusan tindak pidana. Dalam KUHP yang menyatakan hal tersebut diliputi pertanyaan apakah tidak dirumuskannya unsur “dengan sengaja” atau “karena kealpaan” dalam pelanggran, menyebabkan pembuatnya tetap dipidana sekalipun tidak ada satu dari dua bentuk kesalahan itu. Persoalan ini menyebabkan keraguan atas kemampuan teori kesalahan psikologis untuk menjelaskan masalah kesalahan.
  • 8. B E C D F A Tiga komponen utama Kesalahan Normative: Dapat dicela Di lihat dari segi masyarkat Dapat berbuat lain
  • 9. B E C D F A Konsep pertanggungjawaban dalam hukum pidana mengalami perkembangan sejak diakuinya korporasi sebagai subyek hukum pidana disamping manusia. Mana kala korporasi juga diakui sebagai subyek hukum disamping manusia, maka konsep pertanggungjawaban pidana pun harus “diciptakan”agar korporasi juga dapat di jatuhan pidana ketika terbukti melakukann tindak pidana. Perkembangan sistem pertanggung jawaban pidana
  • 10. B E C D F A Secara teoritis ada tiga teori atau system pertanggung jawaban pidana pada subyek hukum korporasi: Teori Identifikasi Teori strict liability Teori Vicarious Liability
  • 11. B E C D F A Kemampuan bertanggung jawab diartikan sebagai kondisi batin yang normal atau sehat dan mampunyai akal seseorang dalam membeda- bedakan hal-hal yang baik dan yang buruk," atau dengan kata lain, mampu untuk menginsyafi sifat melawan hukumnya suatu perbuatan dan sesuai dengan keinsyafan itu mampu untuk menentukan kehendaknya. Kemampuan bertanggung jawab
  • 12. B E C D F A Jadi, paling tidak ada dua faktor untuk menentukan adanya kemampuan bertanggung jawab, yaitu faktor akal dan faktor kehendak Akal, yaitu dapat membedakan antara perbuatan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan. Sedangkan kehendak, yaitu dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan keisyafan atas sesuatu yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan
  • 13. B E C D F A Andi zainal Abidin mengatakan bahwa kebanyakan undang- undang merumuskan syarat kesalahan secara negatif KUHP di seluruh dunia pada umumnya tidak mengatur tentangkemampuan bertanggungjawab Yang diatur ialah kebalkannya, yaitu ketidakmampuan bertanggung jawab, Demikian halnya dengan ketentuan Pasal 44 KUHP
  • 14. B E C D F A "1. Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya. disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuh- nya (sebrekkige ontwikkeling) atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana. 2. lika ternyata bahwa perbautan tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya disebabakan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, maka Hakim dapat memerintahkan supaya orang itu dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa, paling lama satu tahun sebagai waktu percobaan. Pasal ini menentukan bahwa pelaku perbuatan pidana baru bisa dianggap tidak mampu bertanggung jawab atas perbuatannya, apabila dalam dirinya terjadi salah satu di antara dua hal, yaitu sebagai berikut."
  • 15. Jiwa pelaku mengalami gangguan kenormalan yang disebabkan oleh suatu penyakit hingga akalnya menjadi kurang berfungsi secara sempurna atau kurang optimal untuk membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk Contohnya adalah orang gila atau orang yang berpenyakit epilepsi yang melakukan perbuatan pidana. Jiwa pelaku mengalami cacat mental sejak pertumbuhannya, hingga akal nya menjadi kurang sempurna untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk Contohnya adalah orang idiot yang melakukan perbuatan pi dana.
  • 16. B E C D F A Werboek van srafrecht tahun 1908 mengartikan kesengajaan sebagai kehendak untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang atau diharuskan oleh UU menurut Memorie van Toelichting kesengajaan sama dengan willens en wetens" atau diketahui atau dikehendaki Kesengajaan dan Kealpaan
  • 17. B E C D F A Satochid Kartanegara berpendapat bahwa yang dimaksud "willens en wetens" adalah seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan sengaja harus menghendaki (willen) perbuatan itu serta harus menginsyan atau mengerti (weten) akan akibat dari perbuatan itu.“ Secara teoretis terdapat dua bentuk kesengajaan (dolus), yaitu dolus malus dan dolus eventualis
  • 18. B E C D F A Terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menunjuk pada kata "kealpaan, seperti recklessness, neglience, sembrono, dan teledor. Simons mengatakan bahwa umumnya kealpaan itu terdiri atas dua bagian, yaitu tidak berhati-hati melakukan suatu perbuatan, di samping dapat menduga akibatnya. Namun, meskipun suatu perbuatan dilakukan dengan hati-hati, masih mungkin juga terjadi kealpaan yang berbuat itu telah mengetahui bahwa dari perbuatan itu mungkin akan timbul suatu akibat yang dilarang uu
  • 19. B E C D F A Moeljatno mengatakan bahwa kealpaan adalah suatu struktur yang sangat gecompliceerd, yang di satu sisi mengarah pada kekeliruan dalam perbuatan seseorang secara lahiriah, dan di sisi lain mengarah pada keadaan batin orang itu. Dengan pengertian demikian, maka di dalam kealpaan (culpa) terkandung makna kesalahan dalam arti luas yang bukan berupa kesengajaan. Terdapat perbedaan antara kesengajaan dan kealpaan, di mana dalam kesengajaan terdapat suatu sifat positif yaitu adanya kehendak dan persetujuan pelaku untuk melakukan suatu perbuatan yang dilarang, sedangkan dalam kealpaan sifat positifini tidak ditemukan.
  • 20. B E C D F A Dikatakan culpa jika keadaan batin pelaku bersifat ceroboh, teledor, atau kurang hati-hati sehingga perbuatan dan akibat yang dilarang oleh hukum terjadi. Dalam kealpaan ini, pada diri pelaku memang tidak ada niat kesengajaan untuk melakukan suatu perbuatan pidana yang dilarang hukum. Meskipun demikian, ia tetap dipersalahkan atas terjadinya perbuatan dan akibat yang dilarang hukum itu karena sikapnya yang ceroboh. Hal ini dikarenakan nilai-nilai kepatutan dalam masyarakat agar setiap orang memiliki sikap hati-hati dalam bertindak. Dilihat dari bentuknya, Modderman mengatakan bahwa terdapat dua bentuk kealpaan (culpa), yaitu kealpaan yang disadari (bewuste culpa) dan kealpaan yang tidak disadari (onbewuste culpa).
  • 21. B E C D F A Dalam doktrin hukum pidana dibedakan antara alasan yang menghapus sifat melawan hukumnya suatu perbuatan atau dikenal dengan alasan pem benar dengan alasan penghapus kesalahan atau dikenal dengan alasan pemaaf. Dibedakannya alasan pembenar dari alasan pemaaf karena keduanya mempunyai fungsi yang berbeda. Adanya alasan pembenar berujung pada pembenaran atas tindak pidana yang sepintas lalu melawan hukum, sedangkan adanya alasan pemaaf berdampak pada pemaafan pembuatannya sekalipun telah melakukan tindak pidana yang melawan hukum. Alasan Penghapus Kesalahan
  • 22. B E C D F A Yang termasuk ke dalam alasan penghapus kesalahan atau alasan pemaaf antara lain: Daya paksa (overmacht) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas (noodweer ekses), Pelaksanaan perintah jabatan tanpa wewenang yang didasari oleh iktikad baik