2. Chapter 11 : Hilangnya
Nutrisi Nitrogen
Tanaman membutuhkan hampir seluruh nutrisi yang
berasal dari tanah maupun pupuk organic. Penilaian
terhadap pemberian nutrisi pada tanah secara efisien
menggunakan metode yang berbeda
A adalah jumlah nutrisi Aa yang diuji
Au adalah jumlah nutrisi dalam perkembangan tanaman
(perlakuan dengan pemberian A dan tanpa pemberian A).
penghitungan pemulihan dengan pemberian nutrisi
bergantung di lapangan pengujian. Dan jumlah nutrisi yang
disupply oleh tanah
A Finck (1992) menjelaskan proporsi nutrisi dari pupuk
yang masuk kedalam tanaman selama musim pemberian
adalah
◦ Nitrogen 50 – 70 %
◦ Phophate 10 -25 %
◦ Potash 50 – 60 %.
<Ringkasan Buku K.F. Isherwook>
3. Chapter 11 : Hilangnya
Nutrisi N
Pilbeam (1996) mengumpulkan data dari
pencobaan pupuk berlabel 15N dengan N dalam
beberapa bentuk senyawa, telah diaplikasikan
pada tahap – tahap pertumbuhan tanaman
didunia. Tingkat proporsi N yang diambil
tanaman dan tanah berbeda – beda tergantung
pada curah hujan dan evaporasi didaerah
masing – masing. Kehilangan unsure N yang
tidak diharapkan sekitar 10 -30 % dengan rata –
rata 20%
A.E Johnston (1997) melaporkan bahwa
percobaah 15N di pusat percobaan Rothamsted,
di U.K menunjukkan 20% N yang diaplikasi
menjadi bagian bahan organic dalam rentang
waktu pengaplikasian dan panen.
Terdapat dua factor, yang tidak bisa dihindarkan
dan dijelaskan kehilangan N yang berkisar 20 %
dan 20 % tersebut menjadi bagian dalam tanah,
sedangkan menurut Finck 50 – 70%
diperkirakan masuk pada tanaman.
<Ringkasan Buku K.F. Isherwook>
4. Chapter 11 : Hilangnya
Nutrisi N
R.S Paroda (1997) menyatakan terdapat
hubungan “ penggunaan nitrogen secara efisien
berbeda – beda, contohnya 20 – 25% pada padi,
21 – 45% pada jagung, 45 % pada gandum. 1 %
peningkatan dalam tingkat pemulihan pupuk N
akan menyelamatkan 98 Kt N, setara dengan 1
Mt pangan. Untuk Phosphate, pemulihan
berkisar 15 – 20 %.
Di Cina (A Dobermann, 1998), pada 25
percobaan di lahan pertanian, rata – rata
pemulihan tanaman dengan nitrogen pada
penanaman awal padi rata – rata 29% (kisaran
10 – 65%) , dibandingkan dengan 41% dalam
percobaan pengujian di pusat. Pada
penanaman tanaman padi akhir , pemulihan
tanaman berkisar 5%, dengan kisaran 0 – 12%.
Diperkirakan hanya 60% potensi lahan
didapatkan dari area penanaman padi secara
intensif , dengan kehilangan N ke lingkungan
sangat tinggi.
Proses naiknya unsure hara oleh tanaman akan
lebih tinggi dengan menggunakan varietas baru
tanaman. A Suzuki (1997) melaporkan bahwa
varietas padi di Jepang mengambil 160kg N per
Ha yang pada biasanya pertumbuhan varietas
umumnya mengambil 130 kg/ha.
<Ringkasan Buku K.F. Isherwood>
5. Chapter 12 : Sistem Integrasi
R.N. Prasad (1997) menjelaskan bahwa tujuan
utama dari pertanian berkelanjutan adalah untuk
mengembangkan sistem – sistem pertanian yang
produktif dan menguntungkan, menjaga sumber
daya alam, melindungi lingkungan dan
meningkatkan keamanan dalam jangka waktu yang
panjang. Sistem pertanian tradisional yang
mengalami uji keberlanjutan di masa lalu belum
bisa merespon dengan baik permintaan kebutuhan
komoditas pertanian saat ini, ditambah tingkat
populasi masyarakat dan hewan yang tinggi
mengakibatkan berkurangnya sumber daya alam,
mineral dan air. Prinsip dasar managemen tanah
dalam keberlanjutan sistem pertanian terdiri :
siklus daur ulang nutrisi, mempertahankan keadaan
fisik tanah, ketidakhadiran gulma, hama dan
penyakit, tidak ada senyawa asam dan racun dalam
tanah, dan erosi tanah yang harus dikendalikan
secara seimbang dengan laju pembentukan tanah
<Ringkasan Buku K.F. Isherwood>
6. Chapter 12 : Sistem Integrasi
ICM adalah kombinasi metode – metode sistem
pengelolaan pertanian, termasuk penggunaan
rotasi, pengelolaan, pemilihan varietas tanah,
penggunaan pupuk dan produk – produk
perlindungan tanaman dengan perhitungan tetap
menjaga dan melindungi lingkungan. Kombinasi
terbaik harus secara spesifik untuk setiap lokasi.
Pendekatan ini muncul tidak hanya untuk petani
namun juga pengolahan produk pertanian dan
penjual yang berkeinginan untuk menunjukkan
metode ramah lingkungan yang telah diterapkan
pada produk yang mereka jual. Konsep ini
berdasarkan model German yang dibuat pada tahun
1987.
ICM memiliki peranan penting dalam semua aspek
produksi bidang pertanian. Ini melibatkan semua
elemen dan menerapkan pembangunan pertanian
berkelanjutan, yang dapat menguntungkan petani,
pendapatan ekonomi, melindungi lingkungan dan
yang paling dapat diterima secara social
masyarakat. pertanian integrasi adalah respon
untuk petani yang diperlukan sebagai syarat
produktivitas, kualitas dan kelestarian lingkungan.
Pertanian alternative memiliki prinsip tradisional,
namun pertanian integrasi melibatkan sinergi
antara metode – metode terbaik.
<Ringkasan Buku K.F. Isherwood>
7. Chapter 12 : Sistem Integrasi
Sistem nutrisi tanaman terintegrasi (IPNS)
◦ Di tahun 1996, IFA mempublikasikan document karangan R. Dudal
berjudul “nutrisi tanaman untuk keamanan pangan” menarik
perhatian pada pentingnya sistem management efektif nutrisi
tanaman sebagai komponen utama dari pembangunan pertanian.
Sebuah bagian substansi dokumen memfokuskan dengan sistem
nutrisi tanaman terintegrasi dan subjek – subjek yang berkaitan. Dia
mendefinisikan nutrisi tanaman terintegrasi sebagai pendekatan yang
menyesuaikan nutrisi tanamn pada sistem pertanian yang spesifik dan
target produksi tertentu, ketersediaan sumber nutrisi tanaman dan
factor social serta ekonomi. Sumber – sumber nutrisi tanaman bisa
dari pemupukan dan atau fiksasi nitrogen dan atau bahan organic,
tergantung pada proses.
◦ Rekomendasi dari FAO-IFFCO (Kerja sama pemupuk petani India
sebagai berikut .
pengembangan IPNS memerlukan adanya peningkatan layanan
untuk petani seperti kredit, fasilitas distribusi, pinjaman dana
pertanian
IPNS harus mampun meningkatkan produktivitas dan keuntungan
bagi petani dengan perhatian khusus pengurangan tingkat
kemiskinan di daerah
Koordinasi dalam penggunaan dan pemulihan sumber daya yang
dibuthkan untuk produktivitas sector pertanian
Sebuah sistem dan merupakan interaksi antara penyediaan nutrisi
tanaman dan air, antara nutrisi tanaman dan pengendalian hama
serta penyakit.
Meningkatkan ketersediaan energy di daerah – daerah, untuk
menjaga sumber daya kayu dan bahan organic sebagai sumber
energy
Berdasaran ilmu seperti budidaya, ekologi dan social
Penggunaan tidak dibatasi pada sistem rotasi tanaman
<Ringkasan Buku K.F. Isherwood>
8. Chapter 13 : Perhitungan Nutrisi
Perhitungan unsure hara dikembangkan oleh OECD sebagai
salah satu indicator lingkungan. Dikenal sebagai indicator
nasional dan sebagai poin OECD, indicator ini memerlukan
interprestasi yang detail. Sebagai contoh, suatu Negara
memiliki kelebihan skala nasional sementara terjadi polusi
nitrat in beberapa deerah dan hilangnya unsure hara di
sebagian lainnya. Indicator keseimbangan nutrisi atau unsure
hara memerlukan keterkaitan dengan management nutrisi
pertanian, kualitas tanah dan air.
Sistem perhitungan berdasarkan input dan output nutrisi
digunakan di beberapa Negara bagian Eropa sebagai
pengukuran terhadap keberadaan pertanian di lingkungan,
terutama di Negara – Negara dengan permasalahan
pembuangan pupuk
Perhitungan nutrisi menggambarkan kekurangan dan
kelebihan. Perhatian sangat berguna dalam mengembangkan
Negara – Negara dimana tanahnya kekurangan nutrisi atau
hara. Bagian inti dari nutrisi atau hara yang dimanfaatkan
menjadi pupuk dihasilkan dari sisa – sisa peternakan yang
diimpor dari berbagai Negara bagian, kemudian hilangnya
unsure hara terjadi pada tanah – tanah Negara pengekspor.
Tapi di banyak Negara – Negara berkembang juga terjadi
kehabisan hara hanya untuk menyediakan penghasilan pada
pengolah – pengolahnya.
<Ringkasan Buku K.F. Isherwood>